42
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bayi Baru Lahir Normal 2.1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Normal Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 sampai 42 minggu dan berat badanya 2.500-4.000 gram (Dewi, 2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4.000 gram, nilai APGAR>7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, dkk, 2010). 2.1.2 Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal Menurut Marmi, Rahardjo (2012) menyebutkan ciri-ciri bayi baru lahir normal yaitu sebagai berikut: a. Berat badan 2.500-4.000 gram. b. Panjang badan 48-52 cm. c. Lingkar dada 30-33 cm. d. Lingkar kepala 33-35 cm. e. Frekuensi denyut jantung 100-160 x/menit. f. Pernafasan 40-60 x/menit. g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.

BAB II perinatologi

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Baru Lahir Normal2.1.1Pengertian Bayi Baru Lahir NormalBayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 sampai 42 minggu dan berat badanya 2.500-4.000 gram (Dewi, 2010).Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4.000 gram, nilai APGAR>7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, dkk, 2010).

2.1.2Ciri Ciri Bayi Baru Lahir NormalMenurut Marmi, Rahardjo (2012) menyebutkan ciri-ciri bayi baru lahir normal yaitu sebagai berikut:a. Berat badan 2.500-4.000 gram.b. Panjang badan 48-52 cm.c. Lingkar dada 30-33 cm.d. Lingkar kepala 33-35 cm.e. Frekuensi denyut jantung 100-160 x/menit.f. Pernafasan 40-60 x/menit.g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.i. Kuku agak panjang dan lemas.j. GenetaliaPerempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.k. Reflek hisap dan menelan sudah berbentuk dengan baik.l. Refleks morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.n. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

2.1.3Tahapan Bayi Baru LahirMenurut Dewi (2010) ada beberapa tahapan bayi barulahir yaitu:a. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.b. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.c. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.2.1.4Faktor Risiko dan KomplikasiKomplikasi yang sering terjadi pada bayi baru lahir aterm yaitu;Faktor Resiko IntrapartumKomplikasi

a) Tidak dilakukannya IMDb) Lingkungan yang bersuhu dingin/ber-ACHipotermi yaitu keadaan BBL di mana suhu tubuh di bawah 36,5 0C, yang terbagi atas hipotermia ringan (36-36,5oC), hipotermia sedang (32-36oC), hipotermia berat (< 320C)

a) Partus presipitatusb) Ketuban pecah lama > 18 jam sebelum persalinanc) Partus lama > 24 jamd) Kala 2 lamae) Makrosomiaf) Prolaps tali pusatg) Solusio plasentah) Plasenta previai) Perdarahan intrapartumj) Korioamnionitisk) Presentasi abnormalAsfiksia adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat bayi lahir atau beberapa saat setelah bayi lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarpnia, dan asidosis.

a) Tidak diberikan obat tetes mataInfeksi MataPada proses persalinan alami, bayi berisiko terpapar aneka kuman penyakit yang ada di jalan lahir. Bila kebetulan ibu mengalami infeksi pada vaginanya, maka kuman penyakit, misalnya virus atau bakteri, di daerah tersebut bisa menyebabkan infeksi pada mata bayinya.Gejala-gejalanya infeksi mata bayi: Mata bayi terlihat membengkak dan kemerahan akibat meradang. Umumnya disertai adanya cairan/sekret berupa nanah berbau dari mata sehingga dikenal istilah mata belekan Kelopak mata merah

a) imunisaasi TT ibu yang tidak lengkap/tidak sesuai programb) Pertolongan persalinan yang tidak memenuhi syarat kebersihan dan sterilitasc) Pemotongan tali pusat dengan alat-alat yang tidak sterild) Setelah tali pusat dipotong dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagainyaTetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat.

2.1.5 PenatalaksanaanAsuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek penting dari asuhan segera setelah lahir adalah: Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibua) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dnega kuit ibub) Ganti handuk/kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuhc) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapa bayi setiap 15 menitd) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksan suhu aksila bayie) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5 C, segera hangatkan bayi Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan ikut ibunya segera mungkina) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir dan ikatan batin dan pemberian asib) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tetap sia dengan menunjukkan refleks rooting. Jangan paksakan bayi untuk menyusuc) Jangan pisahkan bayi sedikitnya satu jam setelah persalinan Menjaga pernapasana) Memeriksa pernapasan dan warna kulit setiap 5 menitb) Jika tidak bernapas, lakukan hal-hal sebagai berikut: Keringkan bayi dengan selimut/handuk hangat Gosoklah punggung bayi dengan selimutc) Jika belum bernapas setelah satu menit mulai resusitasid) Bila bayi sianosis atau kulit biru, atau sukar bernapas atau sukar bernapas, berikan oksigen dengan kateter nasal Merawat mataa) Berikan eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1%, untuk pencegahan penyakit matab) Berikan tetes mata perak nitrat atau Neosporin segera setelah lahir

2.2Kelainan Kongenital2.2.1Pengertian Kelainan KongenitalKelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul semenjak kehidupan hasil konsepsi sel telur.Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati, atau kematian segera setelah lahir (Rukiyah, dkk, 2010).

2.2.2EtiologiMenurut Prawirohardjo, 2007 beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:a. Kelainan genetik dan kromosomKelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinanbesar akan berpengaruh atas kejadian kelainan kongenitalpada anaknya. Diantara kelainan-kelainan ini ada yangmengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisioleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ataukadang-kadang sebagai unsur resesif.b. Faktor mekanikTekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.c. Faktor infeksiInfeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital adalah infeksi yang tejadi pada periode organogenesis yaitu dalam trimester petama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis inidapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ tubuh. Selain dapat menyebabkan terjadinya kelainan kongenital juga dapat menyebabkan terjadinya abortus.d. Faktor obatBeberapa jenis obat dan jamu tertentu yang diminum oleh wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya.Salah satuobat yang telah diketahui dapat menimbulkan kelainan kongenital adalah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia.e. Faktor umur ibuTelah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Angka kejadian yang ditemukan ialah 1:5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1:600 untuk kelompok ibu umur 35-39 tahun, 1:75 untuk kelompok ibu berumur 40-44 tahun dan 1:15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.f. Faktor hormonal Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipoteroidisme atau penderita DM kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.g. Faktor radiasiRadiasi pada permulaan kehamilan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkan.

h. Faktor giziPada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya.i. Faktor-faktor lainBanyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya.Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermi diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.2.2.3PatofisiologiMenurut Effendy, 2008 menyebutkan kelainan kongenital diklasifikasikan sebagai berikut:a. MalforasiMalforasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang sehingga menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap.Malforasi akibat infeksi rubela, cytomegalovirrus atau toksoplasmosis biasanya disertai ikterus, purpura dan hepatosplenomegali, dan berbagai penyakit ibu dapat meningkatkan resiko terjadinya malforasi, diantaranya insulin dependen diabetes melitus, epilepsi, pengkonsumsi alkohol, dan phenylketonuria. Malforasi digolongkan menjadi dua yaitu:1) Malforasi mayorMalforasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup.2) Malforasi minorMalforasi minor adalah tidak akan menyebabkanproblem kesehatan yang serius dan mungkin hanyaberpengaruh pada segi kosmetik.b. DeformasiDeformasi terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang abnormal sehingga merubah bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari tubuh yang semula berkembang normal. Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu yang lain seperti primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar.Deformasi juga dapat timbul akibat faktor janin seperti presentasi abnormal atau oligohidramnion.Sebagian besar deformasi mengenai sistim tulang rawan, tulang dan sendi.Deformasi yang disebabkan oleh setiap faktor yang membatasi gerakan janin akan menyebabkan kompresi dalam jangka panjang dan mengakibatkan postur yang tidak normal.c. DisrupsiDefek struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada jaringan yang semula berkembang normal.Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, pada disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan.Kelainan akibat disrupsi biasanya mengenai beberapa jaringan yang berbada.Angka kejadian ulang jarang, kecuali bila terdapat malformasi pada uterus. Penyebab tersering adalah robeknya selaput amnion pada kehamilan muda sehingga tali amnion dapat mengikat erat janin.d. Displasia Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan konganital adalah displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan stuktur) akibat fungsi organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan diseluruh tubuh. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen. Displasia dapat terus menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup.2.2.4DiagnosisMenurut Prawirohardjo, 2005 diagnosis kelainan kongenital dapat dilakukan beberapa tahap yaitu, tahap prenatal dan tahap post natal.Indikasi melakukan diagnosis prenatal umumnya dilakukan bila ibu hamil mempunyai faktor resiko untuk melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.Faktor-faktor ini biasanya dihubungkan dengan adanya riwayat adanya kelainan kongenital dalam keluarga, kelainan kongenital anak yang dilahirkan sebelumnya, faktor umur ibu yang mendekati masa menopouse.Pencarian kelainan kongenital ini dilakukuan pada kehamilan muda, umumnya pada kehamilan 16 minggu.Dengan bantuan alat Ultrasonografi dapat dilakukan tindakan Amniosentesis untuk mengambil contoh cairan amnion yang selanjutnya dilakukan penelitian lebih lanjut.

2.3Atresia ani2.3.1Pengertian Atresia AniAtresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002).Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003).Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2001).Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan.Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu.Atresia ani atau anus imperforata atau malformasi anorektal adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rekti dan atresia rekti.Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani.Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya

2.3.2EtiologiAtresia ani memiliki etiologi yang multifaktorial.Salah satunya adalah komponen genetik. Pada tahun 1950an, didapatkan bahwa risiko malformasi meningkat pada bayi yang memiliki saudara dengan kelainan atresia ani yakni 1 dalam 100 kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum sekitar 1 dalam 5000 kelahiran. Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara atresia ani dengan pasien dengan trisomi 21 (Down's syndrome). Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-macam gen yang berbeda dapat menyebabkan atresia ani atau dengan kata lain etiologi atresia ani bersifat multigenik (Levitt M, 2007).Ada beberapa factor penyebab terjadinya atresia ani adalah:a. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik. b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang duburc. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 buland. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.e. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui apakah mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua orang tua yang menjadi carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 % dari bayi yang mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau kelainan kongenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani f. Berkaitan dengan sindrom down.g. Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir seperti:1) Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal, jantung, trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe)2) Kelainan sistem pencernaan.3) Kelainan sistem pekemihan.4) Kelainan tulang belakang(Purwanto, 2001)

2.3.3PatofisiologiAtresia ani terjadi karena adanya kelainan kongenital dimana saat proses perkembangan embrionik tidak sempurna pada proses perkembangan anus dan rektum. Dalam perkembangan selanjutnya, ujung ekor belakang berkembang menjadi kloaka yang juga akan berkembang menjadi genitourinaria dan struktur anorektal. Atresia ani disebabkan karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan fetal, kegagalan migrasi tersebut juga terjadi karena gagalnya agenesis sakral dan abnormalitas pada daerah uretra dan vagina atau juga pada proses obstruksi pada anus imperforata yang dapat terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus, sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan (Hidayat, 2008).

2.3.4Manifestasi KlinisGejala yang menunjukan terjadinya atresia ani terjadi dalam waktu 24 48 jam.Gejala itu dapat berupa :a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertamab. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula)c. Perut kembung. d. Muntah- muntah pada usia 24 48 jame. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan (FK UII, 2009). Atresia ani sangat bervariasi, mulai dari atresia ani letak rendah dimana rectum berada pada lokasi yang normal tapi terlalu sempit sehingga feses bayi tidak dapat melaluinya, malformasi anorektal intermedia dimana ujung dari rektum dekat ke uretra dan malformasi anorektal letak tinggi dimana anus sama sekali tidak ada (Departement of Surgery University of Michigan, 2009). Sebagian besar bayi dengan atresia ani memiliki satu atau lebih abnormalitas yang mengenai sistem lain. Insidennya berkisar antara 50% - 60%.Makin tinggi letak abnormalitas berhubungan dengan malformasi yang lebih sering. Kebanyakan dari kelainan itu ditemukan secara kebetulan, akan tetapi beberapa diantaranya dapat mengancam nyawa seperti kelainan kardiovaskuler (Grosfeld J, 2006). Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan malformasi anorektal adalah a. Kelainan kardiovaskuler.Ditemukan pada sepertiga pasien dengan atresia ani.Jenis kelainan yang paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus arteriosus, diikuti oleh tetralogi of fallot dan vebtrikular septal defect.b. Kelainan gastrointestinal.Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal (10%), obstruksi duodenum (1%-2%).c. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis.Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan lumbosakral seperti hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan hemisacrum. Sedangkan kelainan spinal yang sering ditemukan adalah myelomeningocele, meningocele, dan teratoma intraspinal.d. Kelainan traktus genitourinarius.Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan pada atresia ani. Beberapa penelitian menunjukkan insiden kelainan urogeital dengan atresia ani letak tinggi antara 50 % sampai 60%, dengan atresia ani letak rendah 15% sampai 20%. Kelainan tersebut dapat berdiri sendiri ataupun muncul bersamaan sebagai VATER (Vertebrae, Anorectal, Tracheoesophageal and Renal abnormality) dan VACTERL (Vertebrae, Anorectal, Cardiovascular, Tracheoesophageal, Renal and Limb abnormality) ( Oldham K, 2005).2.3.5KlasifikasiMenurut klasifikasi Wingspread (1984) yang dikutip Hamami, atresia ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. Pada laki laki golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia rektum, perineum datar, fistel tidak ada dan pada invertogram: udara > 1 cm dari kulit. Golongan II pada laki laki dibagi 5 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada dan pada invertogram: udara < 1 cm dari kulit. Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 6 kelainan yaitu kelainan kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rektum, fistel tidak ada dan pada invertogram: udara > 1 cm dari kulit. Golongan II pada perempuan dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, stenosis anus, fistel tidak ada dan pada invertogram: udara < 1 cm dari kulit (Hamami A.H, 2004).Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :a. Tanpa anus tetapi dengan dekompensasi adekuat traktus gastrointestinalis dicapai melalui saluran fistula eksterna.Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectogina atau rectofourchette yang relative besar, dimana fistula ini dibantu dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adekuat sementara waktu.b. Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adekuat untuk jalan keluar tinja.Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisadiklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi, yaitu :1) Anomali rendah / infralevator Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.2) Anomali intermediet Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.3) Anomali tinggi / supralevator Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada.Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan).Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.

2.3.6Faktor Risiko Atresia AniAtresia ani merupakan suatu kelainan kongenital. Secara umum faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya kelainan kongenital antara lain :a. Pemakaian alkohol oleh ibu hamilPemakaian alkohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma alkohol pada janin dan obat-obat tertentu yang diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebakan kelainan bawaan.b. Penyakit Rh, terjadi jika ibu dan bayi memiliki faktor Rh yang berbeda.c. TeratogenikTeratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan.Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen.Secara umum, seorang wanita hamil sebaiknya: mengkonsultasikan dengan dokternya setiap obat yang dia minum berhenti merokok tidak mengkonsumsi alcohol tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat mendesak.d. Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat menyebabkan sejumlah kelainan bawaan: Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan mental dan cerebral palsy Infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi mata yang bisa berakibat fatal, gangguan pendengaran, ketidakmampuan belajar, pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan mental dan cerebral palsy Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau pendengaran serta kematian bayi Penyakit ke-5 bisa menyebabkan sejenis anemia yang berbahaya, gagal jantung dan kematian janin Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.e. GiziMenjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik.Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat.Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.f. Faktor fisik pada RahimDi dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera.Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan.Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan air kemih.Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus).g. Faktor genetik dan kromosomGenetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua.Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.h. Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya.

2.3.7Pemeriksaan DiagnosisUntuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus.Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan.Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk.Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.Pemeriksaan penunjang :a. Pemeriksaan radiologisPemeriksaan radiologis dapat ditemukan1) Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.2) Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.3) Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.b. Sinar X terhadap abdomenDilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.c. Ultrasound terhadap abdomenDigunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.d. CT ScanDigunakan untuk menentukan lesi.e. Pyelografi intra venaDigunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.f. Pemeriksaan fisik rectumKepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.g. Rontgenogram abdomen dan pelvisJuga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.h. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel meconium.Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukkan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika meconium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm. Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.

2.3.8KomplikasiMenurut Yongky, dkk, 2012 bila atresia ani tidak segera mendapatkan penanganan akan terjadi tersumbatnya saluran pencernaan dan konstipasi

2.3.9PenatalaksanaanPenatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya.Pada atresia ani letak tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu.Pada beberapa waktu lalu penanganan atresia ani menggunakan prosedur abdominoperineal pullthrough, tapi metode ini banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan Defries pada tahun 1982 yang dikutip oleh Faradillah memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagital anorektoplasti, yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan pemotongan fistel (Faradilla, 2009). Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara jangka panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik serta antisipasi trauma psikis. Untuk menangani secara tepat, harus ditentukankan ketinggian akhiran rektum yang dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG. Komplikasi yang terjadi pasca operasi banyak disebabkan oleh karena kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat, keterbatasan pengetahuan anatomi, serta ketrampilan operator yang kurang serta perawatan post operasi yang buruk.Dari berbagai klasifikasi penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rektum dan ada tidaknya fistula (Faradilla, 2009).Menurut Leape (1987) yang dikutip oleh Faradilla menganjurkan pada: a. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD dahulu, setelah 6 12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif (PSARP). b. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus. c. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion. d. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi. (Faradilla, 2009). Pena secara tegas menjelaskan bahwa pada atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan diversi.Operasi definitif setelah 4 8 minggu. Saat ini teknik yang paling banyak dipakai adalah posterosagital anorektoplasti, baikminimal, limited atau full postero sagital anorektoplasti (Faradilla, 2009). Neonatus perempuan perlu pemeriksaan khusus, karena seringnya ditemukan vital ke vetibulum atau vagina (80-90%).Golongan I Pada fistel vagina, mekonium tampak keluar dari vagina.Evakuasi feces menjadi tidak lancar sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi.Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat divulva. Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai etrhambat saat penderita mulai makan makanan padat.Kolostomi dapat direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal.Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus genetalis dan jalan cerna.Evakuasi feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.Pada atresia rektum, anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera dilakukan kolostomi.Bila tidak ada fistel, dibuat invertogram.Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera dilakukan kolostomi. Golongan II. Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu ada di posteriornya.Kelainan ini umumnya menimbulkan obstipasi.Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit.Evakuasi feses tidal lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi definitif.Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara < 1 cm dari kulit.Dapat segera dilakukan pembedahan definitif.Dalam hal ini evakuasi tidak ada, sehingga perlu segera dilakukan kolostomi (Hamami A.H, 2004).Yang harus diperhatikan ialah adanya fitel atau kenormalan bentuk perineum dan tidak adanya butir mekonium di urine.Dari kedua hal tadi pada anak laki dapat dibuat kelompok dengan atau tanpa fistel urin dan fistel perineum.Golongan I. Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria.Cara praktis menentukan letak fistel adalah dengan memasang kateter urin.Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel terletak uretra karena fistel tertutup kateter.Bila dengan kateter urin mengandung mekonuim maka fistel ke vesikaurinaria.Bila evakuasi feses tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rektum tindakannya sama pada perempuan ; harus dibuat kolostomi. Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi. Golongan II. Fistel perineum sama dengan pada wanita ; lubangnya terdapat anterior dari letak anusnormal. Pada membran anal biasanya tampak bayangan mekonium di bawah selaput.Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definit secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan wanita, tindakan definitive harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara < 1cm dari kulit pada invertogram, perlu juga segera dilakukan pertolongan bedah (Hamami A.H, 2004).

2.4Pathway

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEBIDANAN

3.1Pengkajian DataDituliskan tempat, no. Register, tanggal pengkajian dan jam1) Data Subjektifa) Biodatai) Identitas pasien(1) Nama bayi: untuk mengetahui bahwa bayi tersebut merupakan anak dari penanggung jawab(2) Tanggal lahir: Dikaji untuk mengetahui apakah pasien dalam usia neonatal yaitu bayi baru lahir berusia 0-7 hari(3) Jenis kelamin: untuk mengetahui jenis kelamin klien, berhubungan dengan gejala, diagnosis dan penatalaksanaan kasusii) Identitas penanggung jawab(1) Nama: Untuk lebih mengenal sebagai penanggung jawab pasien.(2) Umur: Dikaji untuk mengetahui usia dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun maka alat reproduksinya belum matang, mental dan psikisnya belum siap.(3) Agama: Dikaji untuk megetahui keyakinan dan kepercayaan keluarga untuk memepermudah memberikan dukungan psikologi pada keluarga sesuai dengan keyakinan keluarga.(4) Suku/bangsa: Dikaji untuk mengetahui adat-istiadat yang mungkin mempengaruhi status kesehatan bayi dan perawatan pada bayi baru lahir(5) Pendidikan: Dikaji untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu bayi sehingga bidan dapat memberikan konseling bayi baru lahir dengan atresia ani sesuai dengan tingkat pengetahuan ibu pasien(6) Pekerjaan: Dikaji untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi keluarga, karena hal ini berpengaruh dalam status gizi bayi.b) Alamat : Dikaji untuk mengetahui jarak rumah pasien ke tempat pelayanan kesehatan terdekat dan untuk mempermudah kunjungan rumah, bila diperlukan.c) Keluhan utama bayiDikaji untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh pasien pada saat datang ke tempat pelayanan kesehatan. Pada bayi dengan atresia ani biasanya pada 24-48 jam pertama ditandai dengan bayi tidak mengeluarkan mekonium dan perut kembung.d) Riwayat kehamilani) Riwayat Antenatal(1) Riwayat obstetric (ibu): G....P....Ab...(2) Keluhan yang dialami ibu (a) TM I: Dikaji untuk mengetahui pada kehamilan TM 1 ibu ada keluhan apa tidak dan biasanya pada trimester awal ibu merasakan mual.(b) TM II : Dikaji untuk mengetahui pada kehamilan TM II ibu ada keluhan apa tidak(c) TM III : Dikaji untuk mengetahui pada kehamilan TM III ibu ada keluhan apa tidak(3) Kejadian waktu hamil: Dikaji untuk mengetahui apakah pada kehamilannya ibu mengalami kejadian yang mengganggu kehamilannya apa tidak(4) Riwayat Penyakit : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu mempunyai riwayat penyakit menular atau penyakit keturunan apa tidak.(5) Kebiasaan waktu hamil(a) Makan : Dikaji untuk mengetahui pola makan ibu supaya kita mendapatkan gambaran bagaimana pasien dalam mencukupi asupan gizinya secara kualitas dan kuantitas.(b) Obat/ Jamu : Dikaji untuk mengetahui apakah selama kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obatan selain yang dianjurkan atau tidak dan jika ibu mengkonsumsi obat-obatan maka akan berdampak pada bayinya yaitu dapat menyebabkan perkembangan janin dalam rahim terhambat dan terjadi kelainan kongenital.(c) Merokok : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selama kehamilnnya ibu mengkonsumsi rokok atau tidak dan jika ibu mengkonsumsi rokok maka akan berdampak pada bayinya yaitu dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi.e) Riwayat persalinan(1) KetubanDikaji untuk mengetahui apakah selama proses persalinan ketuban sudah pecah sebelum pembukaan lengkap, dikaji ketuban pecah jam berapa, warna jernih atau dengan mekonium, jumlah berapa, bagaiman proses kelahiran normal atau dengan tindakan medis dan ditolong oleh tenaga kesehatan atau ditolong oleh dukunf) Riwayat psotnatal(1) Nilai APGARDikaji untuk mengetahui apakah pada bayi baru lahir,kondisi bayi pada waktu lahir denyut jantungnya normal atau tidak, pernafasannya normal atau tidak, menangis keras, bergerak aktif, dan warna kemerahan.(2) Kelainan bawaanDikaji untuk mengetahui apakah bayi baru lahir mengalami kelainan bawaan atau tidak.(3) Pola pemenuhan sehari-hari (a) Pola Nutrisi : Dikaji untuk mengetahui pola nutrisi bayi apakah bayi minum ASI atau susu formula, dan biasanya bayi dengan atresia ani jika diberikan ASI bayi akan muntah.(b) Pola Eliminasi : Dikaji untuk mengetahui pola elimainasi biasanya melipuri frekuensi, warna, dan jumlah, apakah bayi sudah BAB atau belum karena pada kasus bayi dengan atresia ani bayi tidak mengeluarkan mekonium pada 24 jam pertama.2) Data obyektifa) Pemeriksaan umumi) Keadaan umumDikaji untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah keadaan umum bayi baik atau tidak, dan biasanya pada atresia ani bayi tampak lemas.ii) Vital SignS : Dikaji untuk mengetahui suhu bayi apakah normal atau tidak, biasanya pada kasus atresia ani suhu bayi akan naik karena kekurangan cairan akibat bayi muntah terus.HR : Dikaji untuk mengetahui denyut jantung bayi apakah normal atau tidakR : Dikaji untuk mengetahui pernafasan bayi normal atau tidak.iii) Antropometri Dikaji untuk mengetahui berat badan bayi (2500-4000 gram), panjang badan (48-52 cm), LILA (11 cm), lingkar dada (30-33 cm), lingkar kepala (33-35 cm).b) Pemeriksaan fisiki) KepalaDikaji untuk mengetahui bentuk kepala mesosepal, kulit kepala bersih dan ubun-ubun tidak tampak UUK dan UUB.ii) MukaDikaji untuk mengetahui apakah oedem apa tidak, pucat dan tampak kemerahan.iii) MataDikaji untuk mengetahui apakah konjungtiva anemis atau tidak, dan sklera ikterik atau tidakiv) HidungDikaji untuk menetukan simetris atau tidak, bersih dan tidak ada sekret.v) TelingaDikaji untuk menentukan ada penumpukan serumen atau tidakvi) MulutDikaji untuk mengetahui sianosis atau tidak, terdapat labio palatokizis atau tidakvii) LeherDikaji untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.viii) DadaDikaji utuk mengetahui simetris atau tidak, ada pengeluaran atau tidak, dan bentuk normal atau tidak.ix) KetiakDikaji untuk mengetahui ada pembesaran kelenjaran getah bening atau tidak.x) AbdomenDikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, pemeriksaan palpasi terdengar perut kembung, dan biasanya pada kasus atresia ani perut bayi kembung.xi) GenetaliaDikaji untuk mengetahui labia mayora sudah menutupi labia minora, testis sudah turun atau belum.xii) EkstremitasDikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, akral dingin atau tidak.xiii) AnusDikaji untuk mengetahui terbuka dan melihat pengeluaran feses biasanya pada bayi dengan atresia ani tidak ada lubang pada anus dan tidak mengeluarkan mekonium pada waktu 24-48 jam pertama. Dengan cara memasukkan termometer rektal kedalam anus, biasanya pada kasus atresia ani sewaktu dimasukan termometer rektal ada hambatan seperti ada sekat.c) ReflekRooting : dikaji untuk mengetahui cara mencari puting dan biasanya pada kasus atresia ani reflek rooting baik.Sucking : dikaji untuk mengetahui cara menghisap putting dan biasanya pada atresia ani reflek sucking baik. Morro :dikaji untuk mengetahui reflek memeluk dan biasanyapada atresia ani refleks morro baik. Tonicneck : dikaji untuk mengetahui reflek menoleh kekanan dan kekiri dan biasanya pada atresia ani refleks tonicneck baik. Walking : dikaji untuk mengetahui reflek berjalan atau menggerakan kaki dan biasanya pada atresia ani reflek walking baik. Graping : dikaji untuk mengetahui reflek menggenggam dan bisanya pada atresia ani reflek graping baik.3) Pemeriksaan penunjangPemerikasaan penunjang yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan atresia ani yaitu :a) Pemeriksaan radiologicUntuk mengetahui letak tinggi rendahnya atresia ani, untuk keperluan dilakukan tindakan kolostomib) Pemeriksaan elektrolitUntuk mengetahui cairan yang ada dalam tubuh bayi apakah bayi mengalami dehidrasi atau tidak, dengan melakukan pemeriksaan kalium, kalsium, natrium, dan klorida.

3.2Interpretasi Data Dasar a. Diagnosa: By Ny. Umur jam, jenis kelamin.. dengan atresia aniDS: Bayi lahir tanggal. Jam. Bayi belum BAB dalam 24 -48 jam, perut kembung dan buncit, selalu muntah saat disusui, tidak terdapat lubang pada anusDO: Pemeriksaan fisik Perut: buncit dan kembung Anus : tidak ada lubang Pemeriksaan penunjang Hasil pemeriksaan radiologic menunjukkan atresia ani letak tinggi atau rendahb. MasalahKekurangan asupan nutrisic. Kebutuhan segeraTetap memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan cairan infus, tidak dianjurkan memberikan cairan apapun lewat mulut, dan mencegah hipotermi3.3Identifikasi Diagnose Dan Masalah PotensialDiagnose potensial: fistula3.4 Identifikasi Kebutuhan SegeraKebutuhan segera: kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk penanganan atresia ani dan petugas radiologic untuk melakukan babygram3.5PerencanaanTanggal: .Pukul:Diagnose: Bayi Ny umur jam dengan atresia aniTujuan: setelah dilakukan asuhan kebidanan selama. Jam setelah lahir, keadaan bayi tetap baikKriteria hasil:RR: 30-60x/menitSuhu: 36,50 37,50CNadi: 120-160x/menitPerut tympaniIntervensi Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klienR/ keluarga klien kooperatif dalam setiap tindakan Jelaskan kepada keluarga tentang kondisi anaknyaR/ memberikan informasi yang tepat dapat menghindari salah persepsi Berikan dukungan emosional dan keyakinan pada keluargaR/ agar keluarga tidak cemas dan bersabar Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga klienR/ keluarga mengetahui tindakan yang dilakukan untuk menangani bayinya Minta persetujuan tindakan medis pada penanggung jawabR/persetujuan tindakan meis selanjutnya Tetap lakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan kaji ulang keadaan bayiR/ menilai kondisi dan perkembangan bayi, mendapat penanganan yang sesuai Tidak memberikan asupan makanan apapun melalui mulutR/ mencegah inkontinensia bowel Jaga bayi tetap hangatR/ mencegah hipotermi Kolaborasi dengan dokter spesialis anakR/ mendapat advise penanganan BBL dengan atresia ani3.6 ImplementasiTanggal:Pukul: Diagnose: Bayi Ny. Umur. Jam dengan atresia ani Menjalin hubungan baik dengan keluarga klien Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi anaknya Memberikan dukungan emosional dan keyakinan pada keluarga Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga klien Meminta persetujuan tindakan medis pada penanggung jawab klien Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan kaji ulang keadaan bayi Tidak memberikan asupan makanan apapun melalui mulut Menjaga bayi tetap hangat Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk penanganan selanjutnya3.7EvaluasiTanggal: .Pukul:S: keluhan atau keterangan yang diberikan oleh petugas atau keluargaO: didapatkan dari hasil pemeriksaanA: Bayi Ny usia .. jam dengan atresia aniP: Keluarga memahami keadaan bayi, menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan pada bayi Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk terapi dan penanganan atresia ani lebih lanjut

BAB IVASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. D USIA 1 HARI DENGAN ATRESIA ANI