16
16 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran Problem-based Learning Menurut Arends, Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang kontekstual. 20 Menurut Eggen, Pembelajaran berbasis-masalah adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi dan pengaturan diri. 21 Menurut Lawlor & Meehan Problem-based learning promotes a better understanding of course concepts and improves the problemsolving skills of the students as well as their communication, presentation and teamwork skills. Research has shown that students find PBL to be a very “motivating and effective means for learning” 22 Dalam terjemahnya menurut Lawlor & Meehan “Problem-based 20 Meita Fitrianawati, “Perbandingan Keefektifan PBL Berseting TGT Dan GI Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Toleransi,” Jurnal Riset Pendidikan Matematika 3 (2016): 5565. 21 Meiria Ulfah Mentari, “Studi Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa Menggunakan Model Pembelajaran PBL ( Problem Based Learning ) Dan Model Pembelajaran TPS ( Think Pair Share)” (University Bengkulu, 2014). 22 Reyson University, “Best Practices In Problem-Based Learning,” Best Practice, 2015.

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem-based Learning

Menurut Arends, Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran

Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang berlandaskan

konstruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam

belajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang kontekstual.20

Menurut Eggen, Pembelajaran berbasis-masalah adalah seperangkat

model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk

mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi dan

pengaturan diri.21

Menurut Lawlor & Meehan “Problem-based learning promotes a

better understanding of course concepts and improves the

problemsolving skills of the students as well as their communication,

presentation and teamwork skills. Research has shown that students

find PBL to be a very “motivating and effective means for learning”22

Dalam terjemahnya menurut Lawlor & Meehan “Problem-based

20

Meita Fitrianawati, “Perbandingan Keefektifan PBL Berseting TGT Dan GI Ditinjau Dari

Prestasi Belajar, Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Toleransi,” Jurnal Riset Pendidikan

Matematika 3 (2016): 55–65.

21 Meiria Ulfah Mentari, “Studi Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa Menggunakan Model

Pembelajaran PBL ( Problem Based Learning ) Dan Model Pembelajaran TPS ( Think Pair

Share)” (University Bengkulu, 2014).

22 Reyson University, “Best Practices In Problem-Based Learning,” Best Practice, 2015.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

17

Learning dapat membantu siswa dalam memahami konsep dari setiap

pembelajaran dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,

presentasi, dan kerja tim. Sehingga dapat dikatakan PBL sangatlah

penting untuk memotivasi siswa dalam proses pembelajaran.”

2. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Ibrahim dan Nur, pembelajaran berdasarkan masalah

memiliki beberapa ciri dan karakteristik sebagai berikut:23

a. Pembelajaran berpusat pada siswa. Mereka harus bertanggung

jawab atas pembelajaran mereka sendiri, mengidentifikasi apa yang

mereka perlu ketahui untuk mengelola masalah dan dimana

mencari informasi.

b. Belajar terjadi dalam kelompok kecil siswa. Pada akhir setiap unit

kurikuler, siswa secara acak dikondisikan dalam kelompok baru

c. Guru adalah fasilitator (pemandu). Peran fasilitator adalah tidak

memberikan pembelajaran atau informasi faktual, tetapi hanya

mengarahkan para siswa agar berupaya mencari langsung ke

sumber.

d. Masalah membentuk fokus pengaturan dan stimulus pada

pembelajaran. Suatu masalah dapat disajikan dalam format yang

berbeda dan itu merupakan tantangan bagi para siswa dalam

menghadapi praktik

e. Informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri. Para siswa

diharapkan belajar mengumpulkan keahlian berdasarkan

23

Mentari, “Studi Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa Menggunakan Model Pembelajaran

PBL ( Problem Based Learning ) Dan Model Pembelajaran TPS ( Think Pair Share).”, 11.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

18

penyelidikan dan penelitian mereka sendiri. Selama ini

pembelajaran mandiri, siswa bekerja bersama-sama, membahas,

membandingkan, meninjau, dan berdebat apa yang mereka pelajari

3. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan

sebagai “rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan

kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah”.

Tujuan yang ingin dicapai oleh strategi pembelajaran berbasis

masalah adalah kemampuan siswa untuk berfikir kritis, analitis,

sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan

masalah tujuan pembelajaran berdasarkan masalah atau problem

based learning (PBL) adalah:

a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan

keterampilan pemecahan masalah

b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik

c. Menjadi pembelajar yang mandiri

4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai

berikut:24

a. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

b. Merumuskan masalah

c. Menganalisis masalah

d. Menata gagasan Anda dan secara sistematis menganalisisnya

24

Apriyani, “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan Team Game

Tournament Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Siswa Kelas X SMAN Sleman.”,7.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

19

e. Memformulasikan tujuan pembelajaran

f. Mencari informasi tambahan dari sumber lain

g. Menggabungkan dan menguji informasi baru dan membuat

laporan.

5. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning

a. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang

untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya, tidak hanya

terkait dalam kelas, namun juga menghadapi masalah yang ada

dalam kehidupan sehari-hari (real world).

b. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan

teman-teman sekolah.

c. meningkatkan keakraban antara guru dengan siswa.

d. Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatan kemampuan

berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja,

memotivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan

hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.25

6. Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning

a. Belum banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada

pemecahan masalah.

b. Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang cukup

lama.

25

Devi Aryani, “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan Problem Solving

Untuk Meningkatkan Berfikir Kritis Dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi Siswa”

(Universitas Lampung, 2016)., 37.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

20

Guru kesulitan saat memantau aktifitas siswa diluar lingkungan

sekolah.26

B. Tinjauan Teori Teams Games Tournament

1. Pengertian Model Pembelajaran Teams Games Tournament

Menurut Arends, mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif

dapat menguntungkan bagi siswa yang berprestasi rendah maupun

tinggi yang mengajarkan tugas akademik bersama-sama. Mereka yang

berprestasi tinggi mengajari teman-temannya yang berprestasi lebih

rendah, sehingga memberikan bantuan khusus dari sesama temannya.

Melalui pembelajaran kooperatif diharapkan kepada siswa lebih aktif

menyalurkan pengetahuan dan menerima gagasan dari temannya.

Adanya interaksi yang baik dalam kelompok dapat menumbuh

kembangkan toleransi siswa dan prestasi belajar. Adapun salah satu

model kooperatif yang dapat diterapkan untuk SMP/MTs adalah model

kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) dan Group

Investigation (GI).27

Menurut Slavin, model pembelajaran Teams Game Tournament

(TGT) yakni: salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang

mudah diterapkan, melibatkan peran serta siswa sebagai tutor sebaya

tanpa membedakan status sosial, dan mengandung unsur permainan.

TGT menggunakan turnamen akademik, dan kuis-kuis serta sistem

skor, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan

26

Warsono & Haryanto, Pembelajaran Aktif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012). 152.

27 Fitrianawati, “Perbandingan Keefektifan PBL Berseting TGT Dan GI Ditinjau Dari Prestasi

Belajar, Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Toleransi.”

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

21

anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti

mereka.28

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Teams Games Tournament

Langkah-langkah mengimplementasikan model pembelajaran TGT

(Teams Games Tournament) Menurut Slavin:

a. Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari

3-4 siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

Dengan demikian, masing-masing kelompok mempunyai

komposisi anggota yang comparable. Komposisi ini tercatat

dalam tabel khusus (tabel turnamen), yang setiap minggunya

harus dirubah.

b. Dan setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih

dahulu bersama dengan anggota-anggota yang lain,

c. Lalu mereka diuji secara individual melalui game akademik.

d. Dan nilai yang mereka peroleh dari game ini akan menentukan

skor kelompok mereka masing-masing29

.

Sedangkan menurut David Devrise dan Keitn Edwards dalam

buku Huda Miftahul, yang berjudul Cooperative Learning terdapat 5

langkah tahapan yaitu :

28

Dwi Anggraeni, Chumdari, “Studi Komparasi Pengaruh Model Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament Dengan Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika.”

29 Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur Dan Model Penerapan

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013).

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

22

a. Presentasi dikelas

Presentasi merupakan pengajaran langsung seperti yang

dilakukan atau didiskusiksn pelajaran yang dipimpin oleh

guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi auditorial.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang memiliki seluruh

bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin,

ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan

bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih

khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya

untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru

menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari

lembaran kegiatan atau materi lainya yang paling sering

terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan

permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan

mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim

ada yang membuat kesalahan. 30

c. Game

Game atau permainannya terdiri dari pertanyaan-pertanyaan

yang relevan dan dirancang untuk menguji pengetahuan siswa

yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan

kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan 3

orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

30

Khasanah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar SKI Menggunakan Strategi Cooperative

Learning Tipe Taem Game Tournament Pada Siswa.”, 11.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

23

Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan

yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa

mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab

pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut.

Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para

pemain saling menantang jawaban masing-masing.31

d. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.

Biasanya berlangsung pada akhir minggu, setelah guru

memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan

kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen

pertama, guru menunjukkan siswa untuk berada pada meja

turnamen tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja

1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi

yang seimbang ini, memungkinkan para siswa dari semua

tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal

terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.

Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja

tergantung pada kinerja pada kinerja mereka pada turnamen

terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja

berikutnya yang lebih tinggi (misalnya) dari meja 6 ke meja 5):

skor tertinggi kedua tetep tinggal pada meja yang sama; dan

skor yang paling rendah “diturunkan.” Dengan cara ini, jika

31

Khasanah., 12.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

24

pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya

mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka

mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikasi atau bentuk penghargaan

yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria

tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk

menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.32

3. Kelebihan Model Pembelajaran Teams Games Tournament

a. Merasa lebih rileks dalam proses belajar mengajar,

b. Menumbuhkan jiwa tanggung jawab dalam diri siswa

c. Kerja sama dengan tim,

d. Persaingan sehat antara team, dan keterlibatan belajar.

e. Hasil belajar lebih baik,

f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

4. Kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournamnt

a. Bagi pengajar pemula model ini membutuhkan waktu yang

banyak

b. Dapat menimbulkan suasana gaduh dalam kelas

c. Siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah. 33

32

Khasanah., 13.

33 Apriyani, “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan Team Game

Tournament Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Siswa Kelas X SMAN Sleman.”,

12.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

25

C. Tinjauan Teori Hasil Belajar Siswa

Menurut Gagne & Briggs dalam buku Suprihatiningrum, hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik

sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan

peserta didik. Hasil belajar yang sering disebut juga prestasi belajar, tidak

dapat dipisahkan dari aktivitas belajar, karena belajar merupakan suatu

proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran

tersebut.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui

kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol

yang disebut kegiatan pembelajaran, tujuan belajar telah ditetapkan

terlebih dahulu oleh guru, anak yang berhasil dalam belajar adalah anak

yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Hasil belajar

merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan

sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah

menyelesaikan kegiatan pembelajaran.34

Hasil belajar sangat berkaitan dengan belajar dan proses

pembelajaran. Hasil belajar akan maksimal ketika belajar dan proses

pembelajaran berjalan dengan baik. Peserta didik dapat dikatakan sudah

mencapai hasil belajar ketika peserta didik tersebut telah terjadi perubahan

perilaku melalui proses pembelajaran. Perubahan perilaku diperoleh

34

Pratiwi, “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orangtua, Dan Minat Belajar Siswa Terhadap

Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa.”, 80.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

26

peserta didik ketika sudah menyelesaikan program pembelajarannya

melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.35

Untuk mencapai prestasi yang baik tidak terlepas dari berbagai

faktor yang mempengaruhinya. Menurut Suryabrata faktor-faktor yang

dapat memengaruhi keberhasilan belajar dan prestasi belajar dapat

digolongkan menjadi dua bagian, yaitu internal dan eksternal.

1. Faktor Internal Faktor yang berasal dari dalam diri siswa :

a. Aspek fisiologis (jasmaniah) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh, kesehatan jasmani sangatlah besar pengaruhnya

terhadap kemampuan belajar.

b. Aspek psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh seperti minta, bakat, intelegensi, motivasi, dan

kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan

berpikir, dan kemampuan dasar bahan pengetahuan yang

dimilikinya.

2. Faktor Eksternal Faktor-faktor yang berasal dari luar diri :

a. Faktor Sosial

Kehidupan manusia dengan lainnya saling membutuhkan

dan diantara mereka tidak bisa hidup tanpa ada manusia lain yang

membantu. Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap pendidikan anak. Pengaruh itu dapat berupa cara orang

tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, dan suasana

rumah tangga. Faktor sosial lain yang memengaruhi prestasi

35

Triyadi, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan

Keaktifan Dan Hasil Belajar” (Universitas Negeri Yogyakarta, 2018)., 44.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

27

belajar adalah seperti guru, staf administrasi, dan teman-teman

sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa.

b. Faktor Non sosial

Yang termasuk ke dalam faktor non sosial adalah sarana

dan prasarana belajar, seperti keadaan suhu udara, waktu belajar,

alat-alat yang digunakan untuk belajar dapat pula mempengaruhi

prestasi belajar.36

Hasil belajar di lingkungan sekolah bisa dilihat dari kemampuan

peserta didik mengerjakan tugas-tugas sekolah sesuai dengan mata

pelajaran masing-masing. Jika peserta didik mendapat nilai diatas Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM), maka peserta didik tersebut dikatakan sudah

mampu menguasai mata pelajaran tersebut, namun sebaliknya jika peserta

didik mendapat nilai dibawah KKM maka peserta didik belum menguasai

mata pelajaran. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam

rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain: hasil belajar

pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).37

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar

siswa haruslah mengetahui garis – garis besar indikator (penunjuk adanya

prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak

diungkapkan atau diukur. Jenis prestasi dan indikatornya menurut Syah

yaitu :

36

Pratiwi, “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orangtua, Dan Minat Belajar Siswa Terhadap

Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa.”, 83.

37 Umi Rosyidah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Pada Mate Pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam Materi Haji Wada’ Dengan Metode Jigsaw” (Universitas Islam Negeri

Walisongo, 2015).

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

28

a. Kognitif (ranah cipta) meliputi :

1) Pengamatan, dengan indikator dapat menunjukkan,

membandingkan, dan menghubungkan.

2) Ingatan, dengan indikator dapat menyebutkan dan menunjukkan

kembali.

3) Pemahaman, dengan indikator dapat menjelaskan dan

mendefinisikan dengan lisan sendiri.

4) Penerapan, dengan indikator dapat memberikan contoh dan

menggunakan secara tepat.

5) Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti), dengan

indikator dapat menguraikan dan mengklasifikasikan.

6) Sintesis (membuat paduan baru dan utuh), dengan indikator dapat

menghubungkan materi – materi sehingga menjadi kesatuan baru,

menyimpulkan dan menggeneralisasikan.38

b. Afektif (ranah rasa) meliputi :

1) Penerimaan, dengan indikator dapat menunjukkan sikap

menerima dan menolak.

2) Sambutan, dengan indikator kesediaan berpartisipasi dan

memanfaatkan.

3) Apresiasi (sikap menghargai), dengan indikator menganggap

penting, bermanfaat, indah, harmonis mengagumi.

4) Internalisasi (pendalaman), dengan indikator mengakui,

meyakini, dan mengingkari.

38

Aan Lasmanah, “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Kooperatif Think

Pair Share,” Jurnal Analisa UIN Sunan Gunung Djati Bandung II, no. 3 (2016)., 19.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

29

5) Karakterisasi (penghayatan), dengan indikator dapat melem-

bagakan atau meniadakan, menjelmakan dalam pribadi dan

perilaku sehari – hari.

c. Psikomotor (ranah karsa) meliputi :

1) Keterampilan, bergerak dan bertindak dengan indikator

kecakapan mengkoordinasikan gerak seluruh anggota tubuh.

2) Kecakapan ekspresi verbal dan non verbal, dengan indikator

kefasihan melafalkan atau mengucapkan, membuat mimik, dan

gerakan jasmani.39

Hasil belajar dapat dikatakan sebagai perubahan yang terjadi dalam

individu akibat dari usaha yang dilakukan atau interaksi individu dengan

lingkungannya. Hasil individu dapat dilihat dari hasil evaluasi yang

dilakukan secara bertahap selama proses belajar mengajar itu berlangsung.

Evaluasi dapat dilakukan pada awal pelajaran, selama pelajaran

berlangsung atau pada akhir pelajaran.

Evaluasi yang digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai

hasil belajar biasanya menggunakan suatu tes. Menurut Ngalim Purwanto

tes hasil belajar adalah “tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil

pelajaran yang telah diberikan guru kepada muridnya atau oleh dosen

kepada mahasiswa dalam jangka waktu tertentu”.40

Dengan demikian,

hasil penilaian dari evaluasi merupakan umpan balik untuk mengukur

39

Lasmanah., 20.

40 Ahmadiyanto, “Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media

Pembelajaran KO-RUF-SI (Kotak Huruf Edukasi) Berbasis Word Square,” Jurnal Pendidikan

Kewarganegaraan 6, no. No. 2 (2016): 980.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

30

sampai dimana keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan nilai-nilai

yang diperoleh siswa akan mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

Selain siswa, guru pun akan mengetahui sejauh mana keberhasilannya

dalam mengajar, hal itu dapat digunakan untuk perbaikan dalam

pengajaran berikutnya.

D. Tinjauan Sejarah Kebudayaan Islam

1. Pengertian Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah (MTs)

merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul,

perkembangan, peranan kebudayaan atau peradaban Islam dan para tokoh

yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari

perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan

Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai per-

kembangan Islam di Indonesia. Secara substansial, mata pelajaran

Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan

motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati

sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang

dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak,

dan kepribadian peserta didik.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah

Tsanawiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-

kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teori Problem-based Learning

31

yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW. dalam rangka

mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan

tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,

dan masa depan.

c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah

secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap

peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di

masa lampau.

e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah

dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh

berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,

politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan

kebudayaan dan peradaban Islam.

2. Adapun ruang lingkup Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas

VIII meliputi materi :

a. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah.

b. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah.

c. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah.41

41

Suryadharma Ali, “Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab

Pada Madrasah” (Jakarta: Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia, 2014)., 49.