13
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Komunikasi Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara memuaskan. John Fiske (2014) menyatakan komunikasi sebagai interaksi sosial melalui pesan. Terdapat dua mahzab utama dalam ilmu komunikasi. Mahzab Pertama, kelompok yang melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Kelompok ini fokus dengan bagaimana pengirim dan penerima megirimkan dan menerima pesan. Pandangan ini melihat komunikasi sebagai proses dimana seseorang mempengaruhi perilaku atau cara berpikir orang lain. Jika efek yang muncul tidak sesuai keinginan, mahzab ini menyatakan bahwa itu sebuah kegagalan komunikasi. Fiske menyebut pandangan ini sebagai kelompok proses. Mahzab proses cenderung mengaitkan diri dengan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memfokuskan dirinya terhadap tindak (acts) komunikasi. Mahzab Kedua, melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Kelompok ini fokus dengan bagaimana pesan, atau teks, berinteraksi dengan manusia di dalam rangka untuk memproduksi makna. Metode utama dari pandangan ini adalah semiotik (ilmu tentang tanda dan makna). Kelompok ini menggunakan istilah pemaknaan (signifikasi), dan tidak menganggap kesalahpahaman sebagai bukti penting dari kegagalan komunikasi. Mahzab semiotik cenderung mengaitkan dirinya dengan linguistik dan subjek-subjek seni, dan memiliki kecenderungan untuk memfokuskan dirinya terhadap kerja (works) komunikasi. Masing-masing mahzab menginterpretasikan definisi kita, yaitu komunikasi sebagai interaksi komunikasi melalui pesan, dengan cara mereka sendiri.

BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh

semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara

memuaskan. John Fiske (2014) menyatakan komunikasi sebagai “interaksi sosial

melalui pesan”. Terdapat dua mahzab utama dalam ilmu komunikasi. Mahzab

Pertama, kelompok yang melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Kelompok

ini fokus dengan bagaimana pengirim dan penerima megirimkan dan menerima

pesan. Pandangan ini melihat komunikasi sebagai proses dimana seseorang

mempengaruhi perilaku atau cara berpikir orang lain. Jika efek yang muncul tidak

sesuai keinginan, mahzab ini menyatakan bahwa itu sebuah kegagalan

komunikasi. Fiske menyebut pandangan ini sebagai kelompok “proses”. Mahzab

proses cenderung mengaitkan diri dengan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi

dan sosiologi, dan cenderung memfokuskan dirinya terhadap tindak (acts)

komunikasi.

Mahzab Kedua, melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran

makna. Kelompok ini fokus dengan bagaimana pesan, atau teks, berinteraksi

dengan manusia di dalam rangka untuk memproduksi makna. Metode utama dari

pandangan ini adalah semiotik (ilmu tentang tanda dan makna). Kelompok ini

menggunakan istilah pemaknaan (signifikasi), dan tidak menganggap

kesalahpahaman sebagai bukti penting dari kegagalan komunikasi. Mahzab

semiotik cenderung mengaitkan dirinya dengan linguistik dan subjek-subjek seni,

dan memiliki kecenderungan untuk memfokuskan dirinya terhadap kerja (works)

komunikasi. Masing-masing mahzab menginterpretasikan definisi kita, yaitu

komunikasi sebagai interaksi komunikasi melalui pesan, dengan cara mereka

sendiri.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

10

Kelompok pertama (kelompok proses) mendefinisikan komunikasi

sebagai proses dimana seseorang berhubungan dengan orang lain, atau proses

mempengaruhi perilaku, cara berpikiran ataupun respon emosional, terhadap

orang lain dan tentu saja sebaliknya. Kelompok kedua (kelompok semiotik)

mendefinisikan komunikasi sebagai hal yang membuat individu menjadi anggota

budaya atau masyarakat tertentu.

Komunikasi berlangsung bukan hanya melalui kata-kata, tetapi juga

dengan bantuan tindakan, gerak isyarat, ekspresi wajah, dan gambar yang

merupakan lambang makna. Komunikasi visual (visual communication) adalah

salah satu cara berkomunikasi yang tertua dan paling efektif dalam

menyampaikan makna. Gambar menyampaikan makna lebih cepat dari kata-kata,

yang memungkinkan berkomunikasi secara cepat, yang memerlukan waktu lama

jika dilakukan secara verbal. (Moore, 2005 : 99)

Berdasarkan konteks tatanan komunikasi, komunikasi dapat di

klarifikasikan ke dalam beberapa jenis diantaranya komunikasi intrapersonal,

komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi,

koumikasi publik dan komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan salah

satu bentuk komunikasi yang memainkan peranan penting dalam kehidupan

manusia saat ini. Dari sinilah informasi dibawa dan disampaikan keseluruh

pelosok daerah melalui berbagai media massa, baik media cetak maupun media

elektronik.1

Komunikasi massa merupakan sebuah proses komunikasi yang

berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber melembaga kepada khalayak

yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti surat kabar,

majalah, buku, poster, pampflet, internet, radio, televisi dan film.

1 Sumber jurnal: Mellisa, 2013. “Pembentukan Opini Publik Tentang Citra Polisi Terkait Berita

Tindak Kekerasan Polisi di Harian Samarinda Pos”, eJournal Ilmu Komunikasi Unmul, vol. 1 no.

2, pp.236-248.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

11

2.2. Film

Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang

melakukan penyebaran informasi secara masal dan dapat diakses secara masal

pula (Bungin, 2007 : 71). Dalam media massa, film merupakan salah satu

golongan komunikasi massa yang bersifat media elektronik. Menurut Susanto

(1982 : 58) film adalah gerakan atau lebih tepat lagi gambar yang bergerak.

Dahulu film dikenal dengan istilah gambar hidup, dan memang gerakan itulah

yang merupakan unsur pemberi “hidup” kepada suatu gambar, yang betapapun

sempurnanya teknik yang dipergunakan, belum mendekati kenyataan hidup

sehari-hari, sebagai halnya dengan film. Untuk meningkatkan kesan dan dampak

dari film, suatu film diiringi dengan suatu yang dapat berupa dialog atau musik.

Dalam film yang baik, dialog dan musik hanya dipergunakan apabila film tidak

atau kurang mampu memberi kesan yang jelas kepada komunikan melalui gerakan

saja, sehingga dialog maupun musik merupakan alat bantu penguat ekspresi. Di

samping suara dan musik, warna juga mempertingkat nilai “kenyataan” pada film,

sehingga “sungguh-sungguh terjadi” dan “sedang dialami oleh khalayak” pada

saat film diputari makin terpenuhi. Dengan demikian, film merupakan suatu

sarana komunikasi yang mengaktualisasikan suatu kejadian untuk dinikmati pada

saat tertentu oleh khalayak.

Komunikasi visual merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk

menyampaikan pesan. Film amat efektif untuk mengkomunikasikan informasi

kepada berbagai kelompok dengan menyajikan informasi kepada semua anggota

kelompok secara serentak. Informasi yang didapat dari film bisa diingat secara

lebih lama ketimbang informasi dari sumber-sumber lain (Moore, 2005 : 306). Isi

media, termasuk film maupun iklan, pada hakikatnya adalah hasil konstruksi

realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja

sebagai alat merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti

apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media

massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

12

gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya (Sobur, 2001:87-

88).

Dalam perkembangannya, film tidak hanya dijadikan sebagai media

hiburan semata tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda, terutama

menyangkut tujuan sosial atau nasional. Berdasarkan pada pencapaiannya yang

menggambarkan realitas, film dapat memberikan imbas secara emosional dan

popularitas. 2 Film sebagai suatu media komunikasi, merupakan suatu kombinasi

antara usaha penyampaian pesan melalui gambar yang bergerak, pemanfaatan

teknologi kamera, warna dan suara. Unsur-unsur tersebut dilatarbelakangi oleh

suatu cerita yang mengandung suatu pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara

kepada khalayak film (Susanto, 1982 : 60). Menurut Moore (2005), sebuah

gambar menyampaikan makna lebih cepat daripada kata-kata. Berdasarkan

pernyataan Moore dan Susanto, peneliti menyimpulkan bahwa setiap film

memiliki sebuah makna dan pesan dibaliknya. Secara umum film dibangun

dengan banyak tanda, didalam tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda

yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. 3

2.3. Semiotika

Semiotika merupakan suatu studi ilmu atau metode analisis untuk

mengkaji tanda dalam suatu konteks skenario, gambar, teks, dan adegan di film

menjadi sesuatu yang dapat dimaknai. Sedangkan, kata “semiotika” itu sendiri

berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” atau seme ,yang berarti

“penafsir tanda”. (Kurniawan, 2001 : 49)

Tanda yang terdiri dari bunyi dan gambar disebut signifier atau penanda,

dan konsep dari bunyi dan gambar tersebut disebut signified. Dalam komunikasi,

seseorang memakai tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain

2 Sumber Jurnal: Faddli, Ilham M & Rochim M, 2015. “Kajian Representasi Pencitraan Polisi di

Film Comic 8”, Prosiding Penelitian SPeSIA 2015

3 Sumber Jurnal: Mudjiono, Yoyon. 2011. “Kajian Semiotika Dalam Film”, Jurnal Ilmu

Komunikasi, vol. 1 no. 1.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

13

akan menginterpretasikan tanda tersebut. Misalnya ketika orang menyebut kata

“dasar” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda

kemarahan (signified). Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat

dipisahkan seperti dua sisi dari sehelai kertas (Sobur, 2003:46).

Bidang kajian semiotik atau semiologi adalah mempelajari fungsi tanda

dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang

berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung

di dalamnya. Dengan ungkapan lain, semiologi berperan untuk melakukan

interogasi terhadap tanda-tanda yang dipasang oleh penulis agar pembaca bisa

memasuki bilik-bilik makna yang tersimpan dalam sebuah teks. (Hidayat, 1996 :

163).

Istilah teks biasanya mengacu pada pesan yang telah dibuat dalam

beberapa cara (tulisan, rekaman audio dan video) sehingga secara fisik, antara

pengirim dan penerima tidak terikat satu sama lain. Teks adalah kumpulan tanda-

tanda (seperti kata-kata, gambar, suara dan atau gerakan) yang dikonstruksikan

(dan diinterpretasikan) dengan mengacu pada konvensi yang terkait dengan genre

dan media komunikasi.4

Tradisi semiotika tidak pernah menganggap terdapatnya kegagalan

pemaknaan, karena setiap „pembaca‟ mempunyai pengalaman budaya yang relatif

berbeda, sehingga pemaknaan diserahkan kepada pembaca. Roland Barthes

mengatakan bahwa dalam memahami teks, pengarang dianggap mati. Dengan kata

lain, setelah teks diciptakan oleh pengarang maka pemaknaan diserahkan pada

pembaca teks tersebut. Dalam bahasanya, Barthes menyatakan bahwa “kelahiran

pembaca pastilah dibayar dengan kematian pengarang”. Teks di tangan pembaca

seolah-olah bebas, agrefis, terkelupas, tanpa campur tangan penciptanya.

Pemikir strukturalis yang mempraktikkan model linguistik dan semiologi

adalah Roland Barthes (1915-1950). Dalam karyanya yang berjudul Elements of

Semiology (1964) terdapat beberapa elemen yang dikemukakan Barthes tentang

4 Chandler, Daniel. 12 Mei 2016. Diakses dari

http://www.aber.ac.uk/media/Documents/SB4/semiotic.html

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

14

tanda dan pemaknaannya dalam semiotik, diantaranya adalah signifier dan

signified serta denotasi dan konotasi. Barthes melengkapi penanda dan petanda

dengan dua strata dimana penanda ataupun petanda juga memuat bentuk dan

substansi (Kurniawan, 2001:56).

Barthes membedakan dua level pengertian (signification) dari semiotika

yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah level deskriptif dan harafiah makna

yang disepakati seluruh anggota budaya. Pada level konotasi, makna dihasilkan

oleh hubungan antara signifier dan budaya secara luas yang mencakup

kepercayaan, tingkah laku, kerangka kerja dan ideologi dari sebuah formasi sosial.

Semiologi, dalam istilah Barthes, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana

kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things), memaknai (to signify) dalam

hal ini tidak dapat dicampur-adukkan dengan mengkomunikasikan (to

communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek itu hendak berkomunikasi,

tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Sobur, 2001:15).

Gambar 1

Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes

(Sumber: Sobur, 2001:12)

Dalam semiologi Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat

pertama, sedangkan konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi

justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi melawan

keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan

dan menolaknya. Baginya, yang ada hanyalah konotasi (Budiman, 1999 : 22).

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

15

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang

disebutnya sebagai “mitos”dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan

pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.

Sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan

yang telah ada sebelumnya, atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem

pemaknaan tataran kedua.5

Ketika menganalisis sebuah film, akan menjadi jelas bahwa tanda

linguistik, visual, dan jenis tanda lain mengenai bagaimana film itu di

representasikan (seperti scene, actor, caption, jingle, dan sebagainya) tidaklah

sesederhana mendenotasikan suatu hal , tetapi juga menciptakan tingkat konotasi

yang dilampirkan pada tanda. Barthes menyebut fenomena ini, membawa tanda

dan konotasinya untuk menimbulkan kesan atau pesan tertentu, sebagai

penciptaan mitos (Bignell, 1997:16). Pengertian mitos disini bukanlah menunjuk

pada mitologi dalam pengertian sehari-hari seperti halnya dongeng atau cerita-

cerita tradisional, melainkan sebuah cara pemaknaan. (Barthes, 2004:152)

Pada film “ENIGMA” ada sesuatu hal yang bias mengenai citra polisi

yang dibentuk oleh sang sutradara, dimana pada film tersebut citra positif polisi

lebih ditonjolkan. Untuk melakukan analisis film “ENIGMA”, peneliti

menemukan scene atau adegan dalam film tersebut yang menunjukkan adanya

representasi citra Institusi Kepolisian Republik Indonesia. Dari setiap scene

tersebut akan dilakukan analisis terhadap setiap penanda yang muncul untuk

mengetahui makna denotatif pada signifikasi tahap pertama. Kemudian makna

denotatif tersebut menjadi penanda pada signifikasi tahap kedua untuk

mengetahui makna konotatif. Setelah itu, dilakukan analisis untuk mencari mitos

yang terkandung pada makna konotatif tersebut. Melalui pendekatan Semiotika

analisis Roland Barthes, peneliti akan menelaah representasi citra Institusi

Kepolisian Republik Indonesia pada film “ENIGMA” serial “Kematian Alana”

5 Sumber Jurnal : Asrofah. 2014. “Semiotik Mitos Roland Barthes dalam Analisis Iklan di Media

Massa”, Universitas PGRI Semarang, Vol.2 no. 1

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

16

2.4. Representasi

Representasi berasal dari bahasa Inggris, representation, yang berarti

perwakilan, gambaran atau penggambaran. Secara sederhana, representasi dapat

diartikan sebagai gambaran mengenai suatu hal yang terdapat dalam kehidupan

yang digambarkan melalui suatu media (Vera, 2014:96)

Menurut David Croteau dan William Hoynes (2000:194), representasi

merupakan hasil proses pemilihan yang terjadi secara bervariasi yang berarti

adalah terdapat aspek-aspek tertentu dari realitas yang secara sengaja ditonjolkan

dan ada pula aspek – aspek realitas yang lain diabaikan. Semua jenis representasi

adalah “menghadirkan-lagi” dunia sosial baik dengan sifat yang tidak lengkap

maupun sedemikian sempit.

Representasi menurut Chris Barker adalah konstruksi sosial yang

mengharuskan kita mengeksplorasi pembentukan makna tekstual dan

menghendaki penyelidikan tentang cara dihasilkannya makna pada beragam

konteks. Representasi dan makna budaya memiliki materialitas tertentu. Mereka

melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah, dan program televisi.

Mereka diproduksi, ditampilkan, digunakan, dan dipahami dalam konteks sosial

tertentu (Barker, 2004:9).

Sementara itu, dalam sebuah praktek representasi, asumsi yang berlaku

adalah bahwa isi media tidak merupakan murni realitas karena itu representasi

lebih tepat dipandang sebagai cara bagaimana mereka membentuk versi realitas

dengan cara-cara tertentu bergantung pada posisi sosial dan kepentingannya.

(John Fiske, 1997). Pendapat Fiske mengenai representasi ini berlaku dalam

sebuah proses kerja media secara umum dan sudah mulai menyinggung mengenai

kaitan antara representasi dengan realitas bentukan yang diciptakan oleh suatu

media.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

17

2.5. Teori Hiperealitas

Hiperealitas digunakan di dalam semiotika dan filsafat pascamodern untuk

menjelaskan ketidakmampuan kesadaran hipotesis untuk membedakan kenyataan

dan fantasi, khususnya di dalam budaya pascamodern berteknologi tinggi. (Tiffin,

2001:1). Umberto Eco, di dalam Travels in Hyper-reality, menggunakan istilah-

istilah copy, replica, replication, imitation, likeness, dan reproduction untuk

menjelaskan apa yang disebutnya hiperealitas. Umberto Eco merupakan profesor

semiotika pertama di universitas tertua di Eropa, yakni Universitas Bologna.

Menurut Eco, hiperealitas adalah segala sesuatu yang merupakan replikasi,

salinan, atau imitasi dari unsur-unsur masa lalu, yang dihadirkan di dalam konteks

masa kini sebagai sebuah nostalgia. Akan tetapi, ketika masa lalu tersebut

dihadirkan didalam konteks waktu masa kini, maka ia kehilangan kontak dengan

realitas, dengan pengertian ia bisa tampak seakan-akan lebih dari kenyataan yang

disalinnya, lebih sejati dari model yang ditirunya, sehingga menciptakan sebuah

kondisi meleburnya salinan (copy) dan aslinya (original), (Piliang, 2004 : 59).

Hiperealitas juga dikenal sebagai gaya melebihkan sesuatu (Audifax, 2006 : 19).

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang “Representasi Citra Institusi Kepolisian Republik

Indonesia pada film “Enigma” serial Kematian Alana ” ini terinspirasi dari

beberapa penelitian terdahulu. Akan tetapi dari berbagai penelitian tersebut, belum

ada yang meneliti mengenai film bergenre serial crime yakni “Enigma”. Berikut

beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan di

lakukan oleh peneliti.

No. Penelitian Hasil Penelitian

1 Natasya Rambu Kadunga.

2015. Pemaknaan Roland

Barthes dalam Ritual

Perkawinan Sumba Tengah

Hasil dari penelitian ini adalah:

1.Pemaknaan bahasa adat berupa teks syair

adat dadang nulang lunung tapu tidak

berhenti pada konsep Roland Barthes

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

18

Tahap Keempat (Dadang

Nulang Lunung Tapu).

Universitas Kristen Satya

Wacana.

mengenai makna denotasi dan konotasi,

namun fungsi teks terjawab melalui

hubungan antara Semiotika Barthes,

Hermeneutika, dan Kebudayaan.

2.Seluruh simbol yang digunakan dalam adat

perkawinan yaitu benda alat maupun syair

adat merupakan hasil interpretasi yang

dibangun dari budaya masyarakat.

2 Priscillia Marietta. 2012.

Analisis Semiotika Fashion

pada Rubrik What‟s Hot Now

Majalah Go‟Girl Periode

Tahun 2011 (Studi Semiotika

Fashion dengan Pendekatan

Roland Barthes dan Umberto

Eco). Universitas Kristen

Satya Wacana.

Hasil dari penelitian ini adalah:

1.Elemen semiotik (tanda yang berupa

pakaian, aksesoris, gaya dandan) berpadu

sebagai sebuah komposisi semiotik yang

bermakna. Makna yang ditafsirkan dilihat

secara denotatif dan konotatif juga berkaitan

dengan mitos sesuai dengan kebudayaan

masyarakat. Sehingga budaya menjadi kunci

penting dalam memahami fenomena busana.

2.Budaya, dalam hal ini dilihat dari cara

berpakaian dan berdandan yang ada dalam

rubrik fashion “What‟s Hot Now” adalah

budaya barat, khususnya budaya negara

Amerika Serikat (Hollywood), London, dan

Paris. Sehingga, tidak semua yang

ditampilkan dalam rubrik tersebut relevan

dengan kehidupan di Indonesia dan harus

melalui proses penyesuaian baik dalam acara

maupun pemakainya.

3 Ilham Maizha Faddli dan M.

Rochim. 2015. Kajian

Representasi Pencitraan

Hasil dari penelitian ini adalah:

1.Dalam level Realitas, peneliti menemukan

4 kode sosial yang muncul dalam film

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

19

Polisi di Film Comic 8.

Universitas Islam Bandung

“Comic 8” , yaitu kode penampilan, kode

lingkungan, gesture (gerakan) dan kode

expression (ekspresi), dimana kode tersebut

dapat merepresentasikan citra polis pada film

tersebut.

2.Dalam level Representasi, peneliti

menemukan 3 kode sosial yang muncul

dalam film “Comic 8”, yaitu kode camera

(kamera), kode setting (latar) dan kode

conflict (konflik). Citra polisi pada film di

sini terbentuk dengan sistemik.

3. Dalam level Ideologi, peneliti menemukan

bahwa sutradara “Comic 8” memproduksi

citra polisi dalam praktek-praktek nyata dari

kebiasaan sehari-hari. Ideologi yang

ditonjolkan sutradara yaitu membentuk citra

yang baik tentang kinerja kepolisian.

Sutradara dalam filmnya tidak

merepresentasikan tentang keburukan atau

sisi negatif dari polisi itu sendiri, melainkan

membangun citra yang baik dari kerja polisi

dalam menangani sebuah kasus

perampokkan.

4 Muhamad Fajar Rifai . 2011.

Stereotipe Terhadap Institusi

Kepolisian dalam Media.

Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Hasil dari penelitian ini adalah:

1.Untuk tema kasus Markus di dalam Institusi

Kepolisian karakteristik negatif yang muncul

adalah karakteristik rakus, bengis, tamak, sok

jago, dan congkak. Sedangkan untuk peran

negatif yang muncul adalah koruptor,

Markus, dan pelaku kriminal. Untuk tema

kepemimpinan Kapolri karakteristik negatif

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

20

yang muncul hanya congkak dan pestimistis.

Sedangkan untuk peran negatif yang muncul

adalah calon Kapolri yang glamour dan

Kapolri yang akan segera pensiun.

2.Sampul majalah Tempo syarat akan muatan

simbol-simbol dan pemaknaan stereotipe

terhadap Institusi Kepolisian dilihat dari

karakteristik negatif yang muncul dalam

sampul majalah Tempo seperti rakus, bengis,

tamak, sok jago, congkak, dan pesimistis.

Sedangkan peran negatif dalam sampul

majalah Tempo seperti koruptor, Markus,

pelaku kriminal, calon Kapolri yang glamour

dan Kapolri yang akan segera pensiun.

5 Nidya Syifa dan M. Husen

Fahmi. 2015. Hubungan

Antara Tayangan 86 di Net

TV dengan Citra Polisi di

Kalangan Masyarakat.

Universitas Islam Bandung.

Hasil dari penelitian ini adalah:

1.Terdapat hubungan yang sedang antara

Intensitas tayangang 86 di Net TV dengan

citra polisi di mata masyarakat.

2. Terdapat hubungan yang kuat antara isi

pesan tayangan 86 di Net TV dengan citra

polisi di mata masyarakat.

3.Terdapat hubungan yang kuat antara daya

tarik tayangan 86 di Net TV dengan citra

polisi di mata masyarakat.

Tabel 2.1

Kajian Penelitian Terdahulu

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI · 2017. 7. 27. · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Komunikasi . ... Media massa mengacu pada media komunikasi dan informasi yang ... warna juga mempertingkat

21

Content Form

2.7. Kerangka Pikir

Citra Polisi di mata masyarakat

Film “Enigma” serial

“Kematian Alana”

Semiotika menurut Roland Barthes

Denotasi

First order

Signifier

Signified

Second order

Konotasi Mitos

Representasi Citra Institusi Kepolisian

Republik Indonesia pada film “Enigma”

serial “Kematian Alana”

Gambar 2

Kerangka Pikir Penelitian