23
BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi Siswa 1. Pengertian Partisipasi Menurut Tannenbaun dan Hahn (dalam Sukidin, et al 2002:159) dalam konteks pembelajaran di kelas menyatakan bahwa Partisipasi adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tingkatan sejauh mana peran siswa melibatkan diri dalam kegiatan dan menyumbangkan tenaga dan pikiranya dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sementara itu, menurut Keit Davis (dalam Sastroputro (1989: 35) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tenggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. George Terry (dalam Winardi (2002:149) menyatakan bahwa partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan - sumbangan pada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan melaksanakan tanggungjawabnya untuk melakukan hal tersebut. Selain itu partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004: 156). 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi Siswadigilib.ump.ac.id/files/disk1/20/jhptump-ump-gdl-toto...6 BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi Siswa 1. Pengertian Partisipasi Menurut Tannenbaun

  • Upload
    vuanh

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Partisipasi Siswa

1. Pengertian Partisipasi

Menurut Tannenbaun dan Hahn (dalam Sukidin, et al 2002:159)

dalam konteks pembelajaran di kelas menyatakan bahwa Partisipasi

adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada

tingkatan sejauh mana peran siswa melibatkan diri dalam kegiatan dan

menyumbangkan tenaga dan pikiranya dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran. Sementara itu, menurut Keit Davis (dalam Sastroputro

(1989: 35) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan

emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk

memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan

serta tenggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. George Terry

(dalam Winardi (2002:149) menyatakan bahwa partisipasi adalah turut

sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk

memberikan sumbangan - sumbangan pada proses pembuatan keputusan,

terutama mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang

bersangkutan melaksanakan tanggungjawabnya untuk melakukan hal

tersebut. Selain itu partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga

diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004: 156).

6

7

Jadi partisipasi yang peneliti maksud adalah partisipasi siswa

yang merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan

pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan

emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan

kontribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu

tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.

2. Jenis - jenis partisipasi

Menurut Sukidin (2002:158) mengemukakan bahwa patisipasi

siswa dalam pembelajaran itu bisa berbentuk partisipasi kontributif dan

partisipasi inisiatif.

1) Partisipasi kontributif itu meliputi keberanian menyampaikan

refleksi kepada guru, baik dalam mengajukan pertanyaan, merespon

(termasuk menyampaikan usul/pendapat), memberikan sanggahan,

termasuk mengikuti pelajaran dengan baik, mengerjakan tugas

terstruktur di kelas dan dirumah dengan baik.

2) Partisipasi inisiatif merupakan partisipasi siswa secara spontan

dalam mengerjakan tugas mandiri tanpa terstruktur, inisiatif untuk

minta ulangan formatif dan sumatif secara lisan, inisiatif

mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum dan akan

diajarkan serta inisiatif membuat catatan ringkas.

8

Dari bentuk - bentuk partisipasi tersebut, maka yang menjadi

indikator dari penelitian ini adalah:

a. Mengajukan pertanyaan

b. Merespon (termasuk menyampaikan usul/pendapat)

c. Memberikan sanggahan

d. Mengikuti pelajaran dengan baik

e. Mengerjakan tugas terstruktur di kelas dan dirumah dengan

baik.

3. Faktor - faktor yang menyebabkan partisipasi

Menurut Sudjana (dalam Hayati (2001:16) partisipasi siswa di

dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental

dan emosional. Disamping itu, partisipasi merupakan salah satu bentuk

tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara lain:

a. Pengetahuan/kognitif, berupa pengetahuan tentang tema, fakta,

aturan, dan keterampilan membuat translation.

b. Kondisi situasi seperti:

- Lingkungan fisik

- Lingkungan sosial

- Psikososial

- Danfaktor - faktor sosial.

c. Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.

d. Kebutuhan, meliputi:

- Kebutuhan Approach (mendekatkan diri)

9

- Avoid (menghindari), kebutuhan individual.

e. Sikap, meliputi:

- Pandangan/perasaan

- Kesedian bereaksi

- Interaksi sosial

- Minat dan perhatian.

4. Prasyarat terjadinya partisipasi

Berdasarkan pendapat Keit Davis dan Newstrom (dalam Hayati

(2001:18) bahwa ada beberapa prasyarat terjadinya partisipasi, yaitu

antara lain:

a. Waktu yang cukup untuk berpartisipasi maksudnya adalah harus ada

waktu yang cukup untuk berpartisipasi sebelum diperlukan tindakan,

sehingga partisipasi hampir tidak tepat apabila dalam situasi darurat.

b. Keuntungannya lebih besar dari kerugian. Artinya kemungkinan

mendapat keuntungan seyogyanya lebih besar daripada kerugian

yang diperoleh.

c. Relevan dengan kepentingan siswa. Artinya bidang garapan

partisipasi haruslah relevan dan menarik bagi siswa.

d. Kemampuan siswa. Artinya siswa hendaknya mempunyai

pengetahuan seperti kecerdasan dan pengetahuan untuk

berpartisipasi.

10

e. Kemampuan berkomunikasi timbal balik. Maksudnya para siswa

haruslah mampu berkomunikasi timbal balik untuk berbicara dengan

bahasa yang benar dengan orang lain.

f. Tidak timbul perasaan terancam bagi kedua belah pihak artinya

masing-masing paihak seharusnya tidak merasa bahwa posisinya

terancam oleh partisipasi.

g. Masih dalam bidang keleluasaan. Maksudnya partisipasi untuk

meneruskan arah tindakan dalam pembelajaran yang hanya boleh

berlangsung dalam bidang keleluasaan belajar dengan batasan -

batasan tertentu untuk menjaga kesatuan dari keseluruhan. Pada

hakekatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan

lingkunganya. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang

optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa

dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat

penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran. Dalam kegiatan

belajar, siswa dituntut secara aktif untuk ikut berpartisipasi dalam

pembelajaran. Karena dengan demikian siswalah yang akan

membuat suatu pembelajaran dikatakan sukses, efektif dan efisien.

Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan terlihat pada baik dan

buruknya prestasi yang diperoleh. Sudjana (dalam Mulyasa

(2004:156) mengemukakan syarat kelas yang efektif adalah adanya

keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari siswa.

Keterlibatan siswa merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar

11

dikelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu siswa harus memahami dan

memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar atau

pembelajaran. Keterlibatan itupun harus memiliki arti penting

sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh

sumber belajar. Untuk mendorong partisipasi siswa dapat dilakukan

dengan berbagai cara antara lain memberikan pertanyaan dengan

menanggapi respon siswa secara positif, menggunakan pengalaman

berstruktur dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih

melibatkan siswa. Siswa sebagai subjek sekaligus objek dalam

pembelajaran. Sebagai subjek siswa adalah individu yang melakukan

proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan

pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada

diri subjek belajar. Untuk itu, dari pihak siswa diperlukan partisipasi

dalam kegiatan pembelajaran.

5. Ciri - ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipasi adalah:

a. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui

terhadap semua bahan ajar.

b. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam

melakukan kegiatan pembelajaran.

c. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk

berpartisipasi dalam pembelajaran.

d. Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.

e. Pendidik bersama peserta didik saling belajar.

12

f. Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar

yang kondusif.

g. Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran berkelompok.

h. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat

berprestasi.

i. Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan

permasalahan yang dihadapi dalam kehidupanya.

B. Prestasi belajar matematika

1. Pengertian belajar

Menurut James O (dalam Ahmadi dkk, (1991:119) belajar dapat

didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau

diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Kingsley (dalam

Ahmadi dkk, (1991:120) belajar adalah proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Menurut Slameto (2003:2) untuk memperoleh pengertian yang

obyektif tentang belajar, terutama belajar disekolah, perlu dirumuskan

secara jelas pengertian belajar. Pengertian belajar sudah banyak

dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi

pendidikan.

Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkunganya dengan memenuhi kebutuhan hidupnya.

13

Perubahan - perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah

laku.

Dari penjelasan diatas dapat kita definisikan bahwa belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.

2. Pengertian Matematika

Menurut Johnson dkk (dalam Abdurrahman (2009:252)

matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi fraktisnya untuk

mengekspresikan hubungan - hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner

(dalam Abdurrahman (2009:252) mengemukakan bahwa matematika

disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal

yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan

mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline (dalam

Abdurrahman (2009:172) juga mengemukakan bahwa matematika

merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara

bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan menunujukan

bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih

ditekankan pada metodenya daripada pokok persoalan matematika itu

sendiri.

14

3. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan

siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya

seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuanya

untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar

mengajar berlangsung.

Adapaun prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena

adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang

beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu

dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa

belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri

dalam interaksi dengan lingkunganya. Proses tersebut tidak akan terjadi

apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi

merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi

belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar

itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang

berbeda - beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari

pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan

15

pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Selanjutnya

Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti

keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan

kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan

menurut Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang

dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar

dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif

dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika

seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa

prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa

dalam menerima, menolak dan menilai informasi - informasi yang

diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang

sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi

pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang

studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa

dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat

memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

4. Faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Slameto (2003:54-71) faktor - faktor yang

mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan

menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern

16

adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.

a. Faktor - faktor intern

Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas

menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan

faktor kelelahan

1) Faktor jasmaniah

a. Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian - bagianya bebas dari penyakit.Kesehatan adalah

keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh

terhadap belajarnya.

b. Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik

atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

2) Faktor psikologi

Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor - faktor itu

adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,

dan kelelahan.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk

dipisahkan tetapi dapat dibedakan jadi dua macam, yaitu

17

kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan

timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan

kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

sesuatu menjadi hilang.

Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat

dihilangkan dengan tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam

belajar juga dalam bekerja, menggunakan obat - obat yang

bersifat melancarkan peredaran darah, rekreasi dan ibadah yang

cukup, olahraga secara teratur, mengimbangi makan dengan

makanan yang memenuhi syarat - syarat kesehatan, jika

kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli.

b. Faktor - faktor ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat

dikelompokan menjadi tiga faktor.

1) Faktor keluarga

Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan keluarga: cara

orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar

belakang kebudayaan.

18

2) Faktor sekolah

Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan sekolah: metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode

belajar, tugas rumah.

3) Faktor msyarakat

Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan sekolah: kegiatan

siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk

kehidupan masyaakat.

C. Pembelajaran CTL ( Contextual, Teaching And Learning )

1. Pengertian

Menurut Trianto (2010:107) menyatakan bahwa CTL

(Contextual, Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam

kehidupan mereka sehari - hari, dengan melibatkan tujuh komponen

utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme ( contruktivism),

inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), dan penilaian autentik (authentic assemessment).

19

2. Langkah Pembelajaran CTL (Contextual, Teaching and Learning)

Menurut Trianto (2010: 111), untuk mencapai kompetensi yang

sama dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah - langkah

pembelajaran seperti dibawah ini.

a. Pendahuluan

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Guru menyampaikan motivasi siswa.

3) Guru menyampaikan apersesi

b. Kegiatan inti

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih

bermakna dengan cara mengonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua tofik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok -

kelompok).

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan reflaksi di akhir pembelajaran.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

c. Penutup

Guru memberikan pekerjaan rumah pada siswa.

20

3. Komponen pembelajaran CTL (Contextual, Teaching and Learning)

Dalam Trianto (2010:111) bahwa CTL sebagai suatu pendekatan

pembelajaran yang memiliki tujuh asas. Asas - asas ini melandasi

pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.

Adapun ketujuh asas tersebut antara lain yaitu :

a. Konstruktivisme (Contructivism)

Konstruktivisme(Contructivism) merupakan landasan berpikir

pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks

yang terbatas dan tidak dengan tiba - tiba. Pengetahuan bukanlah

seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan

diingat.

Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan

pandangan kaum objektivitis, yang lebih menekankan pada hasil

pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivitis, strategi memperoleh

lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh

dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah

memfasilitasi proses tersebut dengan:

1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

sendiri.

3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri

dalam belajar.

21

b. Menemukan (Inquiry)

Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis kontektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta - fakta,

tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan

yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang

diajarkannya. Siklus inquiry terdiri dari: Observasi, bertanya,

mengajukan dugaan, pengumpulan data, penyimpulan.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari

bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang

berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai

kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai

kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan

bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis

inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah

diketahuidan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum

diketahuinya.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya

berguna untuk :

1) Menggali informasi, baik administrative maupun akademik.

2) Mengetahui tingkat pemahaman siswa.

3) Membangkitkan respon siswa.

22

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.

5) Mengetahui hal - hal yang sudah diketahui siswa.

6) Memfokuskan perhatian siswa pada suatu yang dikehendaki

pengajar.

7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

d. Masyarakat belajar (Learning community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar

diperoleh dari sharring antar teman, antar kelompok, dan antar yang

tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL disarankan selalu

melaksanakan pembelajaran dalam kelompok - kelompok belajar.

Siswa dibagi dalam kelompok - kelompok yang heterogen, yang

pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum

tahu, yang cepat mendorong yang lambat, dan setrusnya. Kelompok

siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah,

bahkan bisa melibatkan kelas diatasnya, atau guru melakukan

kolaborasi dengan mendatangkan ahli. Masyarkat belajar bisa terjadi

apabila ada proses komunkasi dua arah.

e. Pemodelan (Modeling)

Yang dimaksud dengan pemodelan adalah bahwa dalam sebuah

pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang

bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara

23

melakukan sesuatu. Pengajar memberi contoh cara mengerjakan

sesuatu. Dengan begitu pengajar memberi model tentang bagaimana

cara belajar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari

atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa

lalu. Siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai

struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi

dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap

kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

g. Penilaian autentik (authentic assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang

bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran

perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh pengajar agar bisa

memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan

benar. Apabila data yang dikumpulkan guru ternyata mengidentifikasi

bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru bisa

segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari

kemacetan belajar. Gambaran tentang kemajuan belajar diperlukan

sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan

diakhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil

belajar, tetapi dilakukan besama - sama secara terintegrasi (tidak

terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

24

Karakteristik penilaian autentik: a). dilaksanakan selama dan

sesudah proses pembelajaran berlangsung. b). bisa digunakan untuk

formatif maupun sumatif. c). yang diukur keterampilan dan

performansi, bukan mengingat fakta. d). berkesinambungan. e).

terintegrasi. f). dapat digunakan sebagai feedback.

D. Pokok Bahasan

Materi pelajaran matematika pokok bahasan kubus dan baloksesuai

dengan kurikulum 2004 di SMP Negeri 5 Purwokerto adalah sebagai berikut:

a. Kubus dan balok

• Mengenal unsur - unsur kubus dan balok

• Menggambar kubus dan balok

• Menghitung luas permukaan (sisi) kubus dan balok

• Menemukan volume kubus dan balok

25

E. Kerangka Pikir

Indikator Partisipasi Mengajukan pertanyaan Merespon (mengajukan pendapat) Memberikan sanggahan Mengikuti pelajaran dengan baik Mengerjakan tugas

Indikator Prestasi Belajar Siswa Masih rendahnya persentase ketuntasan belajar siswa kelas VIII E SMP Negeri 5 Purwokerto

Berdasarkan observasi dikatakan indikator - indikator di atas dinyatakan rendah

1) Kontruktivisme Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Inquiry Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua tofik.

3) Bertanya Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Diskusi (masyarakat belajar) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok - kelompok).

5) Pemodelan Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Refleksi Lakukan reflaksi di akhir pembelajaran.

7) Penilaian sebenarnya

Dengan adanya perlakuan pembelajaran CTL diharapkan partisipasi aktif dan prestasi belajar siswa tersebut di atas dapat meningkat.

26

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah diuraikan didepan,

yang menyatakan bahwa indikator partisipasi siswa yang terdiri dari

mengajukan pertanyaan, merespon, memberikan sanggahan, megikuti

palajaran dengan baik, mengerjakan tugas dikatakatan masih rendah.

Dalam hal ini, rendahnya partisipasi siswa dapat diperbaiki dalam

beberapa tahap: Pertama, rendahnya kegiatan siswa dalam mengajukan

pertanyaan ini dapat perbaiki juga melalui pembelajaran CTL yaitu pada

langkah bertanya (questioning). Dalam langkah bertanya ini, siswa

diberikan waktu seluas - luasnya untuk mengajukan pertanyaan, dan waktu

untuk berpikir disaat siswa diberi pertanyaan oleh teman atau oleh

gurunya. Langkah bertanya, ini bisa terjadi juga saat terjadinya proses

diskusi. Kedua, rendahnya kegiatan siswa dalam merespon (temasuk

mengajukan pendapat), ini dapat diperbaiki melalui pembelajaran CTL

yaitu pada langkah masyarakat belajar (learning community), dan juga bisa

terjadi pada langkah/kegiatan bertanya. Pada langkah iniakan terjadi

sharring antara teman belajar, antara kelompok, antara yang tahu dengan

yang belum tahu, dan setiap individu diberikan keleluasaan untuk

menyampaikan pendapat/ide serta gagasan - gagasannya. Ketiga,

rendahnya kegiatan siswa dalam memberikan sanggahan dapat diperbaiki

melalui pembelajaran CTL yaitu pada langkah masyarakat belajar

(learning community), juga bisa terjadi saat langkah/kegiatan bertanya,

juga disaat kegiatan inquiry (menemukan), karena pada proses ini akan

terjadi proses diskusi, sharring, dan setiap individu diberi keleluasaan

27

untuk mengemukakan pendapatnya yang berbeda dengan temanya.

Keempat, rendahnya kegiatan mengikuti pelajaran dengan baik dapat

diperbaiki melalui pembelajaran CTL dalam ke tujuh karakteristik

pembelajaran. Dalam ketujuh karakteristik ini, siswa dituntut untuk

mengikuti setiap langkah dengan baik, karena dalam ketujuh karakteristik

pembelajaran ini setiap siswa mengerahkan aktivitas dirinya baik secara

mental maupun emosionalnya untuk belajar, sehingga siswa dapat

merasakan kebermaknaan dari belajar tersebut. Kelima, rendahnya

kegiatan mengerjakan tugas dapat diperbaiki melalui pembelajaran CTL

yaitu pada langkah penilaian autentik (authentic assessment), karena

dalam kegiatan ini siswa diberikan tanggung jawab dalam mengerjakan

tugas, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana perkembangan belajar

siswa, sejauh mana siswa memiliki pemahaman terhadap materi yang

dipelajari. Dalam hal ini hampir semua kegiatan terjadi pada ketujuh

langkah kegiatan CTL.Sehingga dengan adanya perlakuan dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran CTL ini, diharapkan dapat

meningkatkan partisipasi serta prestasi siswa dalam belajar.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “partisipasi dan

prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran CTL

28

(Contextual, Teaching and Learning) pada siswa SMP Negeri 5

Purwokerto”.