Author
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
25
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian pusataka yang berbentuk penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya yang diambil dari berbagai sumber
ilmiah seperti jurnal, skripsi, tesis atau disertasti. Pada bagian ini, peneliti
mengambil beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan yang bersumber
dari jurnal dan skripsi terkait dengan judul penelitian ditinjau dari latar
belakang, lokasi, dan fokus penelitian yang berbeda-beda, kemudian
membuat ringkasan serta relevansinya dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang terkait
dengan judul penelitian peneliti :
Pertama, skripsi yang berjudul “Double Burden Pada Perempuan
Pekerja Di Matahari Departement Store Mall Tanjung Bunga Makassar”
disusun oleh Dyan Paramitha Tahun 2016. Dalam penelitian tersebut,
peneliti memfokuskan penelitiannya pada pola perilaku dan nilai-nilai yang
berubah pada pekerja perempuan yang sebelumnya memiliki beban tunggal
dan berubah menjadi perempuan yang memiliki beban ganda atau double
burden. Selain itu juga penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada
alokasi waktu perempuan pekerja pada ranah publik dan ranah domestik.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
26
kualitatif deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dengan melibatkan delapan
informan atau narasumber. Penelitian ini dalam penentuan subjek
menggunakan teknik purposive sampling dengan menentukan kriteria
tertentu. Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah perempuan yang bekerja
di Matahari Department Store Mall Tanjung Bunga Makassar (GTC)
minimal 2 tahun belum menikah kemudian menikah dan masih bekerja di
Matahari Department Store Makassar. Hasil dari penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa : 1) perempuan yang sebelumnya belum menikah dan
masih memiliki beban tunggal lalu kemudia berubah menjadi beban ganda
akan mengalami perubahan seperti pola piker yang lebih dewasa dan
realistis , perilaku yang lebih disiplin dan bertanggung jawab serta waktu
untuk berkumpul bersama teman kerja menjadi sedikit. Adanya perubahan
yang dialami oleh perempuan pekerja tersebut dipengaruhi oleh nilai
perempuan dalam budaya bugis bahwa perempuan pada dasarnya
mempunyai kewajiban mengurus anak, menyelesaikan urusan rumah tangga
dan menjaga serta memelihara harkat dan martabat keluarga. 2) alokasi
waktu yang dilakukan oleh perempuan pekerja tersebut adalah dengan
memanfaatkan waktu kerja sebaik-baiknya, contohnya apabila mereka
mendapatkan shift pagi maka pekerjaan rumah diselesaikan setelah pulang
kerja sedangkan apabila mereka mendapatkan shift siang maka segala
keperluan rumah diselesaikan sebelum mereka berangkat bekerja.
27
Kedua, skripsi dengan judul “Beban Ganda Petani Perempuan di
Keluarga (Studi Pada Perempuan Batak Toba di Desa Sitolubahal)”.
Disusun oleh Lili Tupa Enjelina Silaban tahun 2018. Penelitian ini
memfokuskan kajiannya pada masalah beban ganda yang timbul akibat
adanya sistem patriarki di dalam masyarakat Batak Toba di desa
Sitolubahal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penentuan subjek menggunakan teknik purposive sampling
dengan menentukan beberapa kriteria tertentu. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya realitas beban ganda pada petani perempuan
Batak Toba di Desa Sitolubahal dilihat dari aktifitas yang mereka jalani.
Petani perempuan lebih banyak mendominasi dalam hal beban kerja, mereka
selain bekerja di luar rumah sebagai petani, mereka juga harus
meenyelesaikan segala pekerjaan rumah. sedangkan para laki-laki atau
suami, mereka lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk berkumpul
dengan suami-suami lainnya di “lapo tuak” atau warunt yang menyediakan
makanan dan minuman. selain itu, jam kerja yang dimiliki oleh petani
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan suami mereka yaitu sekitar
17-19 jam perhari, sedangkan laki-laki atau suami mereka hanya memiliki
jam kerja sekitar 4-7 jam perhari. Beban ganda yang dialami oleh petani
perempuan tersebut membuat mereka terabaikan dari kegiatan-kegiatan
pelatihan dan pemberdayaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
28
setempat maupun dari pihak luar. Hal ini juga diikuti dengan tradisi
masyarakat Batak yang masih sangat kental dengan system patriarki.
Perempuan Batak dipaksa untuk patuh dan taat pada aturan norma dan nilai
adat yang berlaku.
Ketiga, penelitian oleh Nurfitriani dalam Jurnal Ekonomi Pertanian
dan Agribisnis Tahun 2018 yang berjudul “Peran Ganda Perempuan Yang
Bekerja Di Pembibitan Tanaman Sengon Di Desa Wonocoyo Kecamatan
Pogalan Kabupaten Trenggalek (Women’s Double Burden Who Work In
Seedling of Sengon Plants in Wonocoyo Village Pogalan District
Trenggalek Regency)”. Penelitian ini berfokus pada alasan yang
melatarbelakangi perempuan yang berada di Desa Wonocoyo untuk bekerja
di pembibitan tanaman sengon dan bentuk peran ganda yang dialami oleh
perempuan yang bekerja di pembibitan sengon baik sebagai karyawan
maupun pemiliknya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penentuan subjek menggunakan purposive sampling dengan menentukan
kriteria-kriteria tertentu yaitu perempuan yang sudah menikah dan bekerja
di pembibitan sengon baik sebagai karyawan, maupun pengusaha serta
pendiri UD. Sumber Bibit. Adapun hasil dari penelitian ini adalah : 1)
alasan perempuan bekerja di pembibitan sengon adalah karena factor
ekonomi, budaya dan social psikologi. Alasan ekonomi seperti untuk
menambah penghasilan rumah tangga, membantu suami, serta ingin
29
memiliki penghasilan sendiri. Alasan budaya seperti bekerja atau
memperoleh penghasilan adalah tanggungjawab bersama (suami dan istri)
dan bekerja sudah menjadi kebiasaan wanita yang sudah menikah. Alasan
sosial seperti menambah pengetahuan tentang bertani dan menambah teman.
2) bentuk peran ganda atau beban ganda yang dialami oleh perempuan yang
bekerja di pembibitan sengon meliputi peran di ranah domestic atau rumah
tangga dan peran di ranah public atau di pembibitan sengon.
Keempat, skripsi dengan judul “Peran Ganda Ibu Rumah Tangga
Dalam Memenuhi Kebutuhan Keluarga (Studi Deskriptif Pada Buruh
Perempuan di Deppo Triplek Desa Bangsalsari Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember)”, disusun oleh Susetyo Arie Wibowo tahun 2014.
Penelitian ini menjelaskan perempuan yang mempunyai beban ganda
disebabkan karena harus bekerja sebagai buruh perempuan demi memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarganya. Lokasi penelitian dilakukan di Deppo
Triplek, Desa Bangsalsari, Kabupaten Jember. Adapun jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif dan teknik penentuan subjek
menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peran yang dimiliki oleh perempuan yang bekerja di Deppo Triplek
adalah perannya di ranah domestic sebagai ibu rumah tangga yang
menyiapkan makanan, mengasuh anak, mengurus suami, membersihkan
rumah, mencuci, dll selain itu peran di ranah public sebagai pekerja di
Deppo Triplek. Kondisi ekonomi keluarga menjadikan mereka bekerja di
luar rumah untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. jam
30
kerja yang panjang di pabrik dan juga harus menyelesaikan segala urusan
dalam rumah menjadikan perempuan yang bekerja di Deppo Triplek
mengalami beban ganda.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Yunita Kusumawati dalam
Jurnal Tahun 2012 dengan judul “Peran Ganda Perempuan Pemetik Teh”.
Penelitian ini menjelaskan bagaimana pembagian waktu yang dilakukan
oleh perempuan pemetik teh sebagai efek dari beban ganda yang dialami.
Penelitian dilakukan di dekat perkebunan PT Pagilaran desa Keteleng
dimana banyak permepuan di desa tersebut yang bekerja sebagai pemetik
teh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian fenomenologi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek
penelitian adalah perempuan yang bekerja sebagai pemetik teh dan sudah
menikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang berperan
ganda yang berperan di ranah domestic dan publik berdampak terhadap
kehidupan mereka. Selain itu, alokasi waktu seroang perempuan yang
bekerja dan sebagai ibu rumah tangga turut mempengaruhi upah yang
diterima oleh perempuan pemetik teh. Selanjutnya didalam keluarga,
perempuan pemetik teh ini juga memiliki power atau kemampuan untuk ikut
aktif dalam pengambilan keputusan. Namun dengan bekerjanya seorang
perempuan sebagai pemetik teh tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi
ekonomi mereka karena upah yang didapatkan belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
31
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka relevansi antara
penelitian terdahulu dengan penelitian penulis dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2. Relevansi Penelitian
No Nama dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Relevansi Penelitian
1 Dyan Paramitha “Double
Burden Pada Perempuan
Pekerja Di Matahari
Departement Store Mall
Tanjung Bunga Makassar”
(Skripsi) tahun 2016
Dalam penelitian tersebut,
peneliti memfokuskan
penelitiannya pada pola
perilaku dan nilai-nilai yang
berubah pada pekerja
perempuan yang sebelumnya
memiliki beban tunggal dan
berubah menjadi perempuan
yang memiliki beban ganda
atau double burden. Selain itu
juga penelitian ini
memfokuskan penelitiannya
pada alokasi waktu
perempuan pekerja pada
ranah publik dan ranah
domestik. Jenis penelitian
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis
penelitian kualitatif deskriptif.
Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan melalui
observasi, wawancara dan
dokumentasi dengan
Relevansi penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah sama-sama
membahasa mengenai
“double burden” atau beban
ganda pada perempuan.
Namun perbedaannya terletak
pada fokus masalah. Pada
penelitian terdahulu, peneliti
memfokuskan penelitiannya
pada perubahan nilai-nilai dan
perilaku pada perempuan
beban tunggal (ranah publik)
kemudian menjadi perempuan
beban ganda (ranah publik
dan domestik) dan alokasi
waktu perempuan pekerja di
Matahari Departement Store
Mall Tanjung Bunga
Makassar. Sedangkan, fokus
penelitian yang akan
dilakukan adalah mengenai
konflik “double burden” dan
32
melibatkan delapan informan
atau narasumber. Penelitian
ini dalam penentuan subjek
menggunakan teknik
purposive sampling dengan
menentukan kriteria tertentu.
Kriteria subjek dalam
penelitian ini adalah
perempuan yang bekerja di
Matahari Department Store
Mall Tanjung Bunga
Makassar (GTC) minimal 2
tahun belum menikah
kemudian menikah dan masih
bekerja di Matahari
Department Store Makassar.
Hasil dari penelitian yang
dilakukan menunjukkan
bahwa : 1) perempuan yang
sebelumnya belum menikah
dan masih memiliki beban
tunggal lalu kemudia berubah
menjadi beban ganda akan
mengalami perubahan seperti
pola piker yang lebih dewasa
dan realistis , perilaku yang
lebih disiplin dan bertanggung
jawab serta waktu untuk
berkumpul bersama teman
cara mengatasi konflik
tersebut. Selain itu, perbedaan
selanjutnya adalah pada
subjek penelitian dan lokasi
penelitian. Pada penelitian
terdahulu, subjek peneliti
adalah perempuan yang
bekerja di Matahari
Departemen Store Mall
Tanjung Bunga Kota
Makassar, sedangkan subjek
pada penelitian yang akan
dilakukan adalah buruh
perempuan pabrik rokok
Trubus Alami Malang.
33
kerja menjadi sedikit. Adanya
perubahan yang dialami oleh
perempuan pekerja tersebut
dipengaruhi oleh nilai
perempuan dalam budaya
bugis bahwa perempuan pada
dasarnya mempunyai
kewajiban mengurus anak,
menyelesaikan urusan rumah
tangga dan menjaga serta
memelihara harkat dan
martabat keluarga. 2) alokasi
waktu yang dilakukan oleh
perempuan pekerja tersebut
adalah dengan memanfaatkan
waktu kerja sebaik-baiknya,
contohnya apabila mereka
mendapatkan shift pagi maka
pekerjaan rumah diselesaikan
setelah pulang kerja
sedangkan apabila mereka
mendapatkan shift siang maka
segala keperluan rumah
diselesaikan sebelum mereka
berangkat bekerja.
2 Lili Tupa Enjelina Silaban
“Beban Ganda Petani
Perempuan di Keluarga
(Studi Pada Perempuan
Penelitian ini memfokuskan
kajiannya pada masalah beban
ganda yang timbul akibat
adanya sistem patriarki di
Relevansi penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah sama-sama
membahas tentang beban
34
Batak Toba di Desa
Sitolubahal)”. (Skripsi)
Tahun 2018
dalam masyarakat Batak Toba
di desa Sitolubahal. Metode
penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif.
Adapun teknik pengumpulan
data dilakukan dengan
observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penentuan
subjek menggunakan teknik
purposive sampling dengan
menentukan beberapa kriteria
tertentu. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa
adanya realitas beban ganda
pada petani perempuan Batak
Toba di Desa Sitolubahal
dilihat dari aktifitas yang
mereka jalani. Petani
perempuan lebih banyak
mendominasi dalam hal beban
kerja, mereka selain bekerja
di luar rumah sebagai petani,
mereka juga harus
meenyelesaikan segala
pekerjaan rumah. sedangkan
para laki-laki atau suami,
mereka lebih banyak
ganda atau “double burden”.
Namun letak perbedaannya
terdapat di fokus kajian antara
penelitian terdahulu dengan
penelitian yang akan
dilakukan. Pada penelitian
terdahulu, fokus penelitiannya
pada realitas beban ganda
yang terjadi pada petani
perempuan Batak Toba dan
respon petani perempuan
Batak Toba tentang realitas
beban ganda atau “double
burden” pada petani
perempuan Batak Toba,
sedangkan fokus penelitian
yang akan dilakukan adalah
mengenai konflik beban
ganda atau “double burden”
dan cara mengatasi konflik
tersebut. Selain itu, perbedaan
lainnya adalah subjek dan
lokasi penelitian. Pada
penelitian sebelumnya, subjek
penelitian adalah petani
perempuan Batak Toba dan
lokasi penelitiannya di desa
Sitolubahal Kecamatan
Lintongnihuta Kabupaten
35
menghabiskan waktu mereka
untuk berkumpul dengan
suami-suami lainnya di “lapo
tuak” atau warunt yang
menyediakan makanan dan
minuman. selain itu, jam kerja
yang dimiliki oleh petani
perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan suami
mereka yaitu sekitar 17-19
jam perhari, sedangkan laki-
laki atau suami mereka hanya
memiliki jam kerja sekitar 4-7
jam perhari. Beban ganda
yang dialami oleh petani
perempuan tersebut membuat
mereka terabaikan dari
kegiatan-kegiatan pelatihan
dan pemberdayaan yang
diselenggarakan oleh
pemerintah setempat maupun
dari pihak luar. Hal ini juga
diikuti dengan tradisi
masyarakat Batak yang masih
sangat kental dengan system
patriarki. Perempuan Batak
dipaksa untuk patuh dan taat
pada aturan norma dan nilai
adat yang berlaku.
Humbang Hasundutan.
Sedangkan subjek dan lokasi
penelitian yang akan
dilakukan adalah buruh
perempuan yang bekerja di
pabrik rokok Trubus Alami
Malang.
36
3 Nurfitriani dalam Jurnal
Ekonomi Pertanian dan
Agribisnis Tahun 2018
yang berjudul “Peran
Ganda Perempuan Yang
Bekerja Di Pembibitan
Tanaman Sengon Di Desa
Wonocoyo Kecamatan
Pogalan Kabupaten
Trenggalek (Women’s
Double Burden Who Work
In Seedling of Sengon
Plants in Wonocoyo
Village Pogalan District
Trenggalek Regency)”
Penelitian ini berfokus pada
alasan yang melatarbelakangi
perempuan yang berada di
Desa Wonocoyo untuk
bekerja di pembibitan
tanaman sengon dan bentuk
peran ganda yang dialami
oleh perempuan yang bekerja
di pembibitan sengon baik
sebagai karyawan maupun
pemiliknya. Penelitian ini
menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan
jenis penelitian studi kasus.
Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah
observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penentuan
subjek menggunakan
purposive sampling dengan
menentukan kriteria-kriteria
tertentu yaitu perempuan yang
sudah menikah dan bekerja di
pembibitan sengon baik
sebagai karyawan, maupun
pengusaha serta pendiri UD.
Sumber Bibit. Adapun hasil
dari penelitian ini adalah : 1)
Relevansi penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah sama-sama
membahas tentang beban
ganda atau “double burden”
pada perempuan yang
berperan ganda (domestik dan
publik). Namun, fokus
penelitian antara penelitian
terdahulu dan penelitian yang
akan dilakukan berbeda. Pada
penelitian terdahulu, peneliti
memfokuskan penelitiannya
pada alasan yang
melatarbelakangi perempuan
bekerja dan bentuk peran
ganda seperti apa yang
dialami oleh perempuan yang
bekerja di pembibitan
tanaman sengon. Sedangkan
fokus penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah
mengenai konflik dari beban
ganda atau “double burden”
pada perempuan yang bekerja,
dan bagaimana mengatasi
konflik tersebut. Perbedaan
selanjutnya terletak pada
37
alasan perempuan bekerja di
pembibitan sengon adalah
karena factor ekonomi,
budaya dan social psikologi.
Alasan ekonomi seperti untuk
menambah penghasilan rumah
tangga, membantu suami,
serta ingin memiliki
penghasilan sendiri. Alasan
budaya seperti bekerja atau
memperoleh penghasilan
adalah tanggungjawab
bersama (suami dan istri) dan
bekerja sudah menjadi
kebiasaan wanita yang sudah
menikah. Alasan sosial seperti
menambah pengetahuan
tentang bertani dan
menambah teman. 2) bentuk
peran ganda atau beban ganda
yang dialami oleh perempuan
yang bekerja di pembibitan
sengon meliputi peran di
ranah domestic atau rumah
tangga dan peran di ranah
public atau di pembibitan
sengon.
subjek dan lokasi penelitian.
Penelitian terdahulu
mengambil subjek ibu rumah
tangga yang bekerja di
pembibitan sengon dan
lokasinya di Desa Wonocoyo
Kecamatan Pogalan
Kabupaten Trenggalek.
Sedangkan penelitian yang
akan dilakukan mengambil
subjek buruh perempuan yang
bekerja di pabrik rokok
Trubus Alami Malang.
4 Susetyo Arie Wibowo
“Peran Ganda Ibu Rumah
Penelitian ini menjelaskan
perempuan yang mempunyai
Relevansi antara penelitian
terdahulu dengan penelitian
38
Tangga Dalam Memenuhi
Kebutuhan Keluarga
(Studi Deskriptif Pada
Buruh Perempuan di
Deppo Triplek Desa
Bangsalsari Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten
Jember)”. (skripsi) tahun
2014.
beban ganda disebabkan
karena harus bekerja sebagai
buruh perempuan demi
memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarganya. Lokasi
penelitian dilakukan di Deppo
Triplek, Desa Bangsalsari,
Kabupaten Jember. Adapun
jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian
kualitatif dan teknik
penentuan subjek
menggunakan teknik
purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa peran yang dimiliki
oleh perempuan yang bekerja
di Deppo Triplek adalah
perannya di ranah domestic
sebagai ibu rumah tangga
yang menyiapkan makanan,
mengasuh anak, mengurus
suami, membersihkan rumah,
mencuci, dll selain itu peran
di ranah public sebagai
pekerja di Deppo Triplek.
Kondisi ekonomi keluarga
menjadikan mereka bekerja di
luar rumah untuk membantu
yang akan dilakukan adalah
sama-sama membahas
mengenai beban ganda atau
“double burden” pada
perempuan. Selain itu, subjek
penelitian terdahulu dan juga
subjek penelitian yang akan
dilakukan memiliki relevansi
yaitu buruh perempuan.
Namun, perbedaannya
terletak pada fokus penelitian
dan lokasi penelitian. Pada
penelitian terdahulu, fokus
penelitiannya adalah
menjelaskan peran perempuan
yang menjadi peran ganda
yaitu sebagai ibu rumah
tangga dan pekerja. Adapun
lokasi penelitian terdahulu
adalah di Deppo Triplek
Bangsalsari, Kecamatan
Bangsalsari, Kabupaten
Jember. Sedangkan fokus
penelitian yang akan
dilakukan adalah menjelaskan
mengenai konflik beban
ganda yang dihasilkan oleh
buruh perempuan yang
mempunyai peran ganda dan
39
memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga. jam kerja
yang panjang di pabrik dan
juga harus menyelesaikan
segala urusan dalam rumah
menjadikan perempuan yang
bekerja di Deppo Triplek
mengalami beban ganda.
bagaimana mengatasi konflik
tersebut. Dan lokasi penelitian
yang akan di lakukan adalah
di pabrik rokok Trubus Alami
Malang
5 Yunita Kusumawati
“Peran Ganda Perempuan
Pemetik Teh” dalam
Jurnal Tahun 2012.
Penelitian ini menjelaskan
bagaimana pembagian waktu
yang dilakukan oleh
perempuan pemetik teh
sebagai efek dari beban ganda
yang dialami. Penelitian
dilakukan di dekat
perkebunan PT Pagilaran desa
Keteleng dimana banyak
permepuan di desa tersebut
yang bekerja sebagai pemetik
teh. Penelitian ini
menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis
penelitian fenomenologi.
Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan
dokumentasi. Subjek
penelitian adalah perempuan
Relevansi penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah sama-sama
membahas mengenai beban
ganda atau “double burden”
yang dimiliki oleh perempuan
karena adanya peran ganda
(domestik dan publik).
Namun perbedaannya diantara
keduanya adalah pada fokus
penelitian, subjek, dan lokasi
penelitian. Fokus penelitian
terdahulu adalah pembagian
waktu perempuan pemetik teh
sebagai efek dari beban ganda
dan kondisi sosial ekonomi
perempuan pemetik teh.
Subjek penelitiannya adalah
perempuan yang bekerja di
perkebunan teh. Dan lokasi
penelitian di di desa Keteleng,
40
yang bekerja sebagai pemetik
teh dan sudah menikah. Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa perempuan yang
berperan ganda yang berperan
di ranah domestic dan publik
berdampak terhadap
kehidupan mereka. Selain itu,
alokasi waktu seroang
perempuan yang bekerja dan
sebagai ibu rumah tangga
turut mempengaruhi upah
yang diterima oleh perempuan
pemetik teh. Selanjutnya
didalam keluarga, perempuan
pemetik teh ini juga memiliki
power atau kemampuan untuk
ikut aktif dalam pengambilan
keputusan. Namun dengan
bekerjanya seorang
perempuan sebagai pemetik
teh tidak terlalu berpengaruh
terhadap kondisi ekonomi
mereka karena upah yang
didapatkan belum cukup
untuk memenuhi kebutuhan
hidup lainnya.
Batang yang berlokasi di
dekat perkebunan teh PT.
Pagilaran. Sedangkan fokus
penelitian yang akan
dilakukan adalah membahas
mengenai konflik beban
ganda pada perempuan akibat
adanya peran ganda (domestik
dan publik) dan cara
mengatasi konflik tersebut.
Subjek dalam penelitian ini
adalah buruh perempuan. Dan
lokasi penelitian di pabrik
rokok Trubus Alami Malang
41
2.1.2 Tinjauan Pustaka
a. Double Burden atau beban ganda pada perempuan
Konstruksi sosial dan budaya yang telah lama tertanam dibenak
masyarakat Indonesia, dimana hal yang seharusnya merupakan gender
justru dianggap sebagai “kodrat perempuan”. Hal-hal seperti
membersihkan rumah, memasak, menjaga dan mendidik anak, dan
segala urusan domestik lainnya adalah kodrat yang telah dimiliki oleh
setiap perempuan. Padahal kenyataannya, semua itu hanyalah
konstruksi sosial dan budaya yang telah tertanam lama sejak
munculnya peradaban serta kelas didalam masyarakat karena adanya
kepemilikan pribadi sehingga menjadikan status perempuan yang
sebelumnya tinggi menjadi tertindas secara seksual di dalam
masyarakat.
Adanya anggapan bahwa semua pekerjaan yang mencakup ranah
domestik dalam rumah tangga adalah tanggung jawab seorang
perempuan. Konsekuensinya, banyak perempuan yang harus bekerja
lebih lama dibandingkan dengan laki-laki. Di kalangan keluarga
miskin, beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan
itu sendiri. Terlebih jika si perempuan tersebut harus bekerja di luar
rumah (ranah publik), maka ia akan memikul beban kerja ganda
(Fakih, 1996: 21). Hal ini menjadi beban bagi perempuan yang bekerja
di luar rumah (ranah publik) disebabkan mereka selain dituntut untuk
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab mereka di rumah, mereka
42
juga dituntut untuk menghasilkan prestasi yang baik di lingkungan
kerja. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan istilah “double burden”
atau beban ganda pada perempuan. Hal ini tidak berlaku bagi laki-laki,
sebab sedari awal konstruk yang telah tertanam di masyarakat kita
bahwa semua pekerjaan domestik adalah urusan dan tanggung jawab
seorang perempuan, sedangkan laki-laki hanya dituntut untuk
memenuhi kebutuhan produksi tanpa memikirkan tugas dan tanggung
jawab di rumah (ranah domestik).
Beban ganda pada perempuan dapat dilihat pada peran yang
dimainkannya. (1) Peran perempuan sebagai istri yang melayani suami
dan mengurus semua urusan rumah tangga, sebagai ibu yang menjaga
dan mendidik anak (diluar sebagai peran reproduksi). (2) Peran
perempuan sebagai pekerja yang bekerja di luar rumah untuk
mendapatkan penghasilan (baik pendapatan tambahan maupun
pendapatan pokok). Peran ganda yang dialami oleh perempuan adalah
apabila dia menjalankan kedua peran tersebut dalam satu waktu. Dari
peran ganda tersebut akhirnya menghasilkan beban ganda atau double
burden pada perempuan. Beban ganda atau double burden biasanya
terjadi pada perempuan yang bekerja. Pada dasarnya, permasalahan
yang dimiliki oleh perempuan yang berperan ganda bukan pada
perannya, tetapi pada dampak dan akibat yang dihasilkan oleh beban
ganda tersebut dalam keluarganya.
43
Jadi dapat disimpulkan bahwa beban ganda adalah beban kerja
yang dimiliki oleh salah satu jenis kelamin (dalam konteks ini adalah
perempuan atau istri) lebih banyak dan lebih berat dibandingkan
dengan yang lainnya. Beban ganda pada perempuan terjadi apabila
perempuan tersebut melakukan dua peran sekaligus dalam satu waktu
yaitu peran sebagai istri dan ibu yang mengurus segala tetek bengek
yang berhubungan dengan rumah tangga (domestik) dan sebagai
pekerja yang bekerja diluar rumah untuk memperoleh pendapatan.
Selain itu, adanya beban ganda atau double burden yang dialami oleh
perempuan merupakan salah satu bentuk ketidakadilan gender.
b. Konflik Double Burden atau Beban Ganda
Secara umum konflik diartikan sebagai kondisi dimana adanya
pertentangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Munculnya
pertentangan tersebut dapat disebabkan karena dalam menjalankan
peran secara bersamaan, terjadi kontradiksi antara dua pilihan yang
sama-sama bersifat penting. Sebagai seorang individu, manusia
mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi, namun dalam
upaya memenuhi kebutuhan tersebut, adakalanya individu tersebut
mendapati dua atau lebih kebutuhan yang sama-sama memiliki tingkat
prioritas yang sama dalam satu waktu.
Meyrs (1993) dalam Ella mengatakan bahwa apabila seseorang
dihadapkan pada dua tuntutan harapan sesuai dengan perannya yang
berbeda dan harus ditampilkan dalam waktu yang bersamaan maka
44
orang tersebut mengalami konflik (Ella, 2003: 286). Selanjutnya,
Greenhaus & Beutell menjelaskan bahwa konflik peran ganda
merupakan bentuk konflik antar peran yang mana peran pekerjaan dan
keluarga membutuhkan perhatian yang sama. (Greenhaus & Beutell,
1985: 77). Konflik biasanya terjadi pada saat seseorang mempunyai
tekanan untuk menjalankan dua atau lebih dorongan yang bertentangan
dalam waktu yang bersamaan. Hal ini biasanya dialami oleh pekerja
perempuan dimana mereka dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai
ibu rumah tangga dan sebagai pekerja. Bagi perempuan pekerja,
keluarga dan pekerjaan merupakan dua hal yang sangat penting dan
saling berkaitan. Dalam upaya menjalankan dua hal tersebut secara
bersamaan merupakan sesuatu yang sangat sulit dilakukan oleh
perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak. Oleh karena itu,
konflik biasanya akan muncul pada perempuan yang memiliki peran
ganda dikarenakan mereka harus membuat pilihan diantara kedua
peran yang dimilikinya tersebut.
Seseorang dikatakan mengalami konflik peran ganda apabila ia
merasakan suatu ketegangan dalam menjalankan perannya sebagai ibu
rumah tangga dan sebagai pekerja. Greenhaus & Beutell menjelaskan
bahwa penyebab dari konflik peran ganda yang terjadi secara umum
disebabkan oleh :
1) Konflik disebabkan oleh waktu (time-based conflict), yaitu
konflik yang dialami pada saat tekanan waktu menuntut salah
45
satu peran sehingga menghambat pemenuhan peran yang lain.
Waktunya habis untuk melakukan aktifitas pada salah satu
peran sehingga tidak dapat memenuhi peran yang lain. Ada dua
macam konflik yang disebabkan oleh waktu, yaitu (1) tuntutan
waktu pada salah satu peran yang membuat seseorang secara
fisik tidak dapat memenuhi peran lainnya; (2) tuntutan waktu
yang dialami oleh seseorang sehingga mengalami kebingungan
dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi pada satu peran,
meskipun telah berusaha untuk memenuhi tugas dari peran
lainnya (Greenhaus & Beutell, 1985: 77). Konflik peran ganda
yang disebabkan oleh waktu terjadi karena waktu yang
digunakan untuk menjalankan satu peran dapat mengurangi
waktu untuk menjalankan peran lainnya. Artinya, pada saat
yang sama, perempuan yang berperan ganda tidak dapat
menjalankan kedua perannya secara bersamaan. Misalnya
ketika perempuan pekerja yang terlambat pulang ke rumah
karena ada urusan pekerjaan yang tidak dapat ditinggal
menyebabkan waktu yang digunakan untuk berkumpul
bersama keluarga menjadi berkurang, dan sebaliknya apabila
ada urusan mendadak di keluarga yang benar-benar tidak bisa
ditinggalkan akan menyebabkan perempuan tersebut terlambat
untuk bekerja, dsb.
46
2) Konflik disebabkan oleh tekanan (stain-based conflict) yaitu
konflik yang terjadi ketika tekanan dari satu peran
mempengaruhi kinerja peran yang lain. Hal tersebut terjadi
ketika teksanan dari satu peran bersamaan dengan pemenuhan
tanggungjawab dari peran lain. Sumber konflik yang
disebabkan oleh tekanan antara lain tuntutan emosional dan
stress di tempat kerja yang menimbulkan depresi, kelelahan,
dan kecemasan (Greenhaus & Beutell, 1985: 80). Konflik yang
disebabkan oleh tekanan ini dihasilkan dari adanya tekanan
dari salah satu peran sehingga mempengaruhi peran yang
lainnya. Misalnya, tekanan yang dialami oleh perempuan
pekerja di tempat kerja menjadikan perempuan tersebut
kelelahan baik secara fisik maupun pikiran sehingga
perhatiannya kepada suami maupun anak-anaknya berkurang
dan urusan rumah tangga menjadi terbengkalai. Sebaliknya,
tekanan akibat adanya konflik dalam rumah tangga menjadikan
perempuan yang memiliki peran ganda mengalami depresi
yang berpengaruh pada semangat kerja perempuan tersebut.
3) Konflik disebabkan perilaku (behavior-based conflict), yaitu
konflik yang terjadi karena pola-pola perilaku dalam satu peran
tidak sesuai dengan pola-pola perilaku peran lainnya, perilaku
pada satu peran mungkin tidak dapat dibandingkan dengan
harapan bagi peran lainnya (Greenhaus & Beutell, 1985: 81).
47
Konflik yang terjadi karena perilaku muncul apabila adanya
ketidaksesuaian antara pola perilaku yang dimainkan dalam
satu peran dengan peran lainnya. Misalnya, perempuan sebagai
ibu dan istri di rumah dituntut untuk berperilaku lembut dan
hangat, sedangkan di lingkungan kerja perempuan dituntut
untuk berperilaku agresif dan keras untuk melindungi dirinya
sendiri.
Selanjutnya, Kopelman & Burley dalam Ghufron menyebutkan
terdapat enam aspek konflik peran ganda (Ghufron, 2013:118),
diantaranya :
1. Masalah pengasuhan anak. Pada umumnya perempuan yang
bekerja di luar rumah mereka mencemaskan kesehatan jasmani
dan rohani anak-anaknya sehingga menuntut perhatian, hal ini
menjadikan pikiran mereka menjadi tidak fokus dan tenang
sewaktu mereka di tempat kerja, apalagi mereka yang
mempunyai anak kecil atau anak yang sakit.
2. Bantuan pekerjaan rumah tangga. Perempuan yang berperan
ganda sangat membutuhkan bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak baik suami maupun anak mereka untuk ikut
serta dalam membantu mengurus urusan domestik.
3. Komunikasi dan interaksi dengan keluarga. perempuan yang
bekerja di luar rumah juga membutuhkan interaksi yang baik
48
antar sesame anggota keluarga agar tidak menimbulkan konflik
tersirat dalam keluarga
4. Waktu untuk keluarga. ibu atau istri yang bekerja di luar rumah
sangat merasa kekurangan waktu bersama suami, anak-anak
bahkan untuk dirinya sendiri.
5. Penentuan prioritas. Perempuan yang berperan ganda memiliki
dua prioritas yang mana keduanya sangat membutuhkan
perhatian sehingga mereka harus bisa menempatkan diri
mereka diantara keduanya agar tidak menimbulkan
pertentangan antara prioritas yang satu dan yang lainnya.
6. Tekanan dalam pekerjaan dan keluarga. lingkungan tempat
bekerja terdapat banyak masalah yang menuntut si pekerja
untuk menyelesaikannya. Begitu juga di rumah, terdapat
banyak pekerjaan rumah yang harus di selesaikan oleh
perempuan pekerja. Adanya tuntutan tersebut dapat menjadi
tekanan bagi seorang perempuan yang berperan ganda yang
kemudian akan menjadi konflik dalam dirinya
c. Konflik Double Burden atau Beban Ganda Pada Buruh
Perempuan
Konflik beban ganda yang dimiliki oleh buruh perempuan dalam
kontek ini adalah adanya jumlah jam kerja yang panjang dan tidak
teratur. Hal tersebut menjadikan buruh perempuan lebih banyak
49
menghabiskan waktunya di tempat kerja dibanding di rumah sehingga
suami dan anak-anaknya kurang memperoleh kasih sayang, tidak bisa
memantau secara langsung perkembangan anak-anaknya, kurangnya
keharmonisan bersama suami, dan urusan rumah tangga lainnya tidak
berjalan dengan baik.
Sri Kuntari Ludiro sebagaimana yang dikutip oleh Utami
Munandar mengatakan bahwa selain kurangnya waktu bersama
keluarga yang menjadi kendala perempuan yang berperan ganda dalam
menjalankan perannya, buruh perempuan juga merasa tidak tenang
ketika meninggalkan anak mereka yang masih kecil atau yang sedang
sakit sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi konsentrasi mereka
selama berada di tempat kerja. Kekhawatiran yang timbul karena
kurangnya kepercayaan yang dimiliki terhadap orang lain yang
mengasuh anak-anak mereka ketika ditinggal bekerja. Selain itu
keterbatasan kondisi fisik yang kelelahan akibat terkuras tenaganya
saat bekerja sehingga ketika mereka sampai di rumah, mereka tidak
dapat menjalankan perannya sebagai istri atau ibu dengan baik
(Munandar, 1985: 57).
2.2 Landasan Teori
1. Teori Konflik Randall Collins
Randall Collins adalah salah satu tokoh yang menerapkan teori
konflik Karl Marx yang lebih sistematis dalam membahas mengenai
50
pola relasi antara suami-istri. Collins telah mengkritisi teori struktural-
fungsionalisme yang menurut nya teori tersebut menjadikan institusi
keluarga sebagai ajang untuk memperpanjang sistem patriarki. Menurut
Collins konflik dalam sebuah keluarga adalah sesuatu yang wajar, sebab
keluarga dibentuk bukan berdasarkan asas harmonis akan tetapi melalui
sebuah paksaan. Selanjutnya, menurut Collins kedudukan seorang istri
dalam keluarga tak ubahnya seperti “budak kecil” yang senantiasa
ditindas dan tertindas oleh suaminya.
Menurut teori ini, situasi konflik dalam institusi keluarga tidak
dianggap sebagai sesuatu yang abnormal atau disfungsional, akan tetapi
sebagai sesuatu yang alami dalam proses sosial. Seorang suami yang
mempunyai kedudukan sebagai kepala keluarga akan menimbulkan
konflik terbuka dengan istrinya yang berkedudukan sebagai ibu
rumahtangga. Hal tersebut adalah wajar dan alamiah, karena menurut
pandangan teori ini siapa yang mempunyai kekuasaan akan menindas
pada siapa yang ada di bawahnya.