6
Lutf i Anshor i Syah, Mul yadi, Fakult as Psi kologi Uni versit as I sl am Neger i Maulana Mali k I brahi m Mal ang Jl. Gajayana, No 50 Malang emai l: lut fi svahrust an@8mail .com Abstract - Remarriage is st art i ng a new mar riage relationshi p between widow or widower wi t h someone. Remar r i age of the elder l y is commonl y happeni ng nowadays. Remarri age i s one of t he ways done by the elderl y t o solve pr obl em of loneli ness and sexual i nt ercourse loss due to the unavailabi lit y of t he coupl es. The f ocus of this study ar e, how t he mot ivation of wi dow and widower couples getti ng r emarried i n the elderl y age, how the pat t ern of adapt at ion of the coupl es af ter marr iage, and the i mplicat ion of remarrying i n the ol d age to the f amily. This research is designed as qual i t at ive research by doi ng i nt erview, observat ion, and document at i on. The subject t aken for t his research is a couple of a widow and widower who remar ry. The resul t s of dat a anal ysi s show that motivat ion possessed by a wi dow and a widower who remarry i n t heir ol d age is t hat they want t o eli de l onel i ness and l eisure, need of a couple, need composure i n wor shi p and need of happi ness. The l evel of happi ness wi thi n elder ly coupl e who r emarries is depend on adapt at ion pr ocess befor e and after marri age, adapt i ng to each other and t o t he coupl e's chil dr en, and support f r om each of both f amilies. Keywor ds: mot ivat ion f or mar ryi ng, el derl y, f amil y har mony PSI KOI SLAMI KA. Jur nal Psikologi I sl am (JPI ) copyr ight © 2016 Pusat Penel i t an dan Layanan Psi kol ogi . Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016 PENDAHULUANdi sertai dengan berbagai penyaki t , t i dak jatuh Pr obabil itas kematian al ami pada orang berusiacinta' dan ti dak memili ki gairah kepada lawan lanj ut l ebi h besar j i ka di bandingkan dengan yangJeni s> namun kenyamanan dan kebahagi aan tetap ber usia l ebi h muda. Hal i ni menj adi kan masa l ansi amenJadi kebutuhan para lansia. Ter l ebi h pada masa cenderung menj adi masa 'kesepian' . Meni nggalnyal ansia- manusi a mengal ami penur unan kondisi fisik, teman, saudara, bahkan pasangan menjadikankesendiri an dan mer asakan kesepi an, sehingga r el asi sosi al par a lansi a menjadi t erbatas. BagiPerhati an secara f i si k maupun dukungan psiki s yang dit i nggal kan ol eh pasangannya, mer eka akandi butuhkan. At as dasar hal ini, maka para l ansi a ber st atus janda atau duda. Janda at au duda akanyan8 berst atus janda dan duda memut uskan untuk menghadapi berbagai masalah pasca kemati anmen^^b lagi walaupun dengan usi anya yang sudah pasangan. Salah satunya adalah masalah kesepi an.tua- Meski pun dal am pandangan masyar akat umum,Saat i ni meni kah lagi pada usi a lanj ut l ebi h usi a lanjut di anggap sebagai usia degenerasi yangdimaklumi daripada masa l al u. Mel len ( dalam Jur nal Psi koi sl ami ka I Vol ume 13 Nomor 2 Tahun 201647 MOTI VASI MENI KAH LAGI: STUDI KASUS PASANGAN SUAMI I STRI DARI SEORANG JANDA DAN DUDA YANG MENI KAH LAGI Dl USI A LANJUT

MOTIVASI MENIKAH LAGI: STUDI KASUS PASANGAN SUAMI …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MOTIVASI MENIKAH LAGI: STUDI KASUS PASANGAN SUAMI …

Lutfi Anshori Syah,Mulyadi,

Fakultas PsikologiUniversitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Jl. Gajayana, No 50 Malangemail: [email protected]

Abstract- Remarriage is starting a new marriage relationship between widow or widower withsomeone. Remarriage of the elderly is commonly happening nowadays. Remarriage is one ofthe ways done by the elderly to solve problem of loneliness and sexual intercourse loss dueto the unavailability of the couples. The focus of this study are, how the motivation of widowand widower couples getting remarried in the elderly age, how the pattern of adaptation ofthe couples after marriage, and the implication of remarrying in the old age to the family. Thisresearch is designed as qualitative research by doing interview, observation, and documentation.The subject taken for this research is a couple of a widow and widower who remarry. The resultsof data analysis show that motivation possessed by a widow and a widower who remarry in theirold age is that they want to elide loneliness and leisure, need of a couple, need composure inworship and need of happiness. The level of happiness within elderly couple who remarries isdepend on adaptation process before and after marriage, adapting to each other and to thecouple's children, and support from each of both families.

Keywords: motivation for marrying, elderly, family harmony

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2016 Pusat Penelitan dan LayananPsikologi. Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

PENDAHULUANdisertai dengan berbagai penyakit, tidak jatuhProbabilitas kematian alami pada orang berusiacinta' dan tidak memiliki gairah kepada lawan

lanjut lebih besar jika dibandingkan dengan yangJenis> namun kenyamanan dan kebahagiaan tetapberusia lebih muda. Hal ini menjadikan masa lansiamenJadi kebutuhan para lansia. Terlebih pada masacenderung menjadi masa 'kesepian'. Meninggalnyalansia- manusia mengalami penurunan kondisi fisik,teman, saudara, bahkan pasangan menjadikankesendirian dan merasakan kesepian, sehinggarelasi sosial para lansia menjadi terbatas. BagiPerhatian secara fisik maupun dukungan psikisyang ditinggalkan oleh pasangannya, mereka akandibutuhkan. Atas dasar hal ini, maka para lansiaberstatus janda atau duda. Janda atau duda akanyan8 berstatus janda dan duda memutuskan untukmenghadapi berbagai masalah pasca kematianmen^^b lagi walaupun dengan usianya yang sudahpasangan. Salah satunya adalah masalah kesepian.tua-Meskipun dalam pandangan masyarakat umum,Saat ini menikah lagi pada usia lanjut lebihusia lanjut dianggap sebagai usia degenerasi yangdimaklumi daripada masa lalu. Mellen (dalam

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 201647

MOTIVASI MENIKAH LAGI: STUDI KASUSPASANGAN SUAMI ISTRI DARI SEORANG

JANDA DAN DUDA YANG MENIKAH LAGI DlUSIA LANJUT

Page 2: MOTIVASI MENIKAH LAGI: STUDI KASUS PASANGAN SUAMI …

Jurnal Psikoislamfka I Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

motivasi melakukan pernikahan, proses memilihpasangan, dan karakteristik demografi yang dimilikisuami atau istri.

Usia LanjutKetika seorang individu memasuki masa lanjut

usia, terdapat 4 stereotype yang terjadi. Pertama,usia lanjut merupakan usia yang tidak menyenangkan.Kedua, usia lanjut cenderung menimbulkan sikapnegatif yang memperkuat pendapat klise yang adatentang orang usia lanjut tidak menyenangkan.Ketiga, usia lanjut merupakan orang yang memilikifisik dan mental yang loyo, usang, sering pikun,jalannya membungkuk, dan sulit hidup bersamadengan siapapun. Keempat, orang usia lanjutmempunyai status kelompok minoritas, menuamembutuhkan perubahan peran, penyesuaianyang buruk, dan keinginan menjadi muda kembali(Partini, 2010).

Para ahli memiliki pandangan berbeda mengenaimasa lanjut usia. Cummingdan Henry mengemukakansebuah teori tentang hubungan antara umur manusiadengan kegiatannya, yakni teori pengunduran diridan teori aktivitas, yaitu teori pengunduran diri(disengagement). Teori ini berpendapat bahwasemakin tinggi usia manusia akan diikuti oleh secaraberangsur-angsur semakin mundurnya interaksisosial, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia.Teori ini bertolak belakang dengan teori aktivitas(activity theory) Neugarten dkk, yang menyatakanbahwa agar usia lanjut berhasil maka individu padausia lanjut harus tetap beraktivitas seaktif mungkin.Semakin tua seseorang akan semakin memeliharahubungan sosial, baik fisik maupun emosionalnya.Sedangkan Atchely menekankan bahwa manusiatetap perlu memelihara satu hubungan antara masalalu dan masa kini sepanjang hidupnya (Partini,2010). Pengunduran diri merupakan keadaan alamiyang terjadi pada individu lansia seiring degenarasiyang terjadi pada kemampuan fisik maupun psikis.Individu akan semakin pasif karena berkurangnyakapabilitas sebagaimana empat stereotype masalansia. Namun pandangan teori aktivitas menganjurkanperlawanan terhadap keadaan alami tersebut agarindividu lansia tetap dapat menjalani masa tuanyadengan positif. Keaktifan pada lansia juga berefekpositif secara psikis paska kematian pasangan.Umumnya wanita lebih mempersiapkan diri secarapsikis dalam menghadapi kematian pasangan.Seorang janda berusia lanjut secara psikis tampaktelah siap ketika ditinggalkan pasangannya. Merekaberusaha menyesuaikan dirinya untuk menghilangkan

Hurlock, 2002) menyimpulkan, bahwa menikah lagidikalangan orang usia Ian jut dewasa ini menjadilebih sering dan bisa diterima masyarakat daripadapada masa dulu. Hal tersebut disebabkan sikap sosialmasyarakat terhadap perkawinan pada usia lanjutsekarang menjadi lebih toleran, terutama ketikahilangnya pasangan hidup karena perceraian.

Studi kasus menikah lagi pada janda dan dudadi usia lanjut ini terjadi pada pasangan suami istriyang sebelumnya merupakan janda dan duda diDesa X, Kecamatan X, Kabupaten Malang. Faktorpendukung kedua pihak memutuskan menikahkembali di usia lanjut antara lain: adanya dukungandari keluarga dan anak-anak, pernikahan pertamayang bahagia, mengetahui sifat-sifat dan pola-polaperilaku apa yang diinginkan dari pasangan yangpotensial, keinginan untuk menikah karena alasanmencintai dan membutuhkan teman.

Motivasi Menikah Kembali (Remarried) diUsia Lanjut.

Menikah kembali merupakan proses menjalinhubungan suami istri dengan pasangan baru yangsebelumnya sudah pemah menikah, sehingga keduanyamembutuhkan adaptasi terhadap pasangannyadalam menjalani kehidupan (Hurlock, 1999). Faktoryang mendorong individu untuk menikah kembali(Remarried) di Usia Lanjut adalah : a) Faktor Biologi,b) Faktor Etika, Moralitas, dan Norma Sosial, c)Faktor Kebutuhan Ekonomi (keuangan), d) FaktorStatus Sosial, e) Faktor Pemeliharaan dan PendidikanAnak-anak,, f) Faktor Pemeliharaan dan PendidikanAnak-anak. Kepuasan dalam pernikahan kembali,lebih besar dirasakan pada wanita dibandingkanlaki-laki, kemungkinannya karena wanita lebihmenekankan pada pencapaian kepuasan pernikahandibandingkan laki-laki (Santrock, 2002).

Ketika para lansia memutuskan untuk menikahkembali, mereka akan menghadapi beberapa masalahkhas, yaitu masalah penyesuaian dengan dirinya,pasangan baru, dan keluarga baru, rumah baru dalamlingkungan masyarakat yang sama, dan terkadangdengan lingkungan yang baru (Hurlock, 2002).Oleh karena itu, dalam proses menikah kembalidibutuhkan penyesuaian. Menurut Wahyuningsih(2002) terdapat tiga pola penyesuaian yang harusdilakukan oleh pasangan yang telah melakukanpernikahan, yaitu a)Compromise (kompromi), b)Accommodate, c) Hostility (Permusuhan). Pola-polapenyesuaian tersebut dipengaruhi oleh beberapafaktor yakni tingkat penyesuaian suami atau istrisebelum menikah, sikap terhadap pernikahan,

Page 3: MOTIVASI MENIKAH LAGI: STUDI KASUS PASANGAN SUAMI …

49Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

METODEPendekatan penelitian ini adalah penelitian

kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakanmanusia sebagai instrumennya, menghasilkandata deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisandari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati(Moleong, 2004). Sesuai dengan permasalahan yangmenjadi fokus dalam penelitian ini yaitu motivasimenikah kembali pada pasangan suami isteri dariseorang janda dan duda yang menikah lagi diusia lanjut, (Studi Kasus di Desa X, Kecamatan X,Kabupaten Malang), maka peneliti menggunakanpendekatan kualitatif dengan memakai bentuk studikasus (case study) dengan paradigma fenomenologisyang mencoba memahami arti dan peristiwa dankaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.

Teknik pengumpulan data adalah hal yangpenting dalam penelitian, karena tujuan daripenelitian adalah mendapatkan serta mengumpulkandata. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakanmetode wawancara, observasi, dan dokumentasiyang umum dipakai dalam penelitian kualitatif.Narasumber dalam penelitian ini adalah seorangjanda dan seorang duda lanjut usia yang melakukanpernikahan kembali di Desa X, Kecamatan X,Kabupaten Malang. Pada penelitian kualitatif tidakmenggunakan populasi karena penelitian kualitatifberangkat dari kasus tertentu, situasi sosial tertentu,dan hasil penelitiannya tidak berlaku pada populasi,tetapi di transferkan ke tempat lain pada situasisosial pada kasus yang diteliti (Sugiyono, 2005).

HASILBanyak orang pada usia lanjut yang menyadari

bahwa suatu saat pasangan hidup mereka akanmeninggal, oleh karena itu mereka telah mempersiapkandiri untuk menghadapinya, atau siap menyesuaikandiri dengan situasi kesepian yang akan terjadi(Heyman & Gianturco, 1973).

Salah satu cara yang dilakukan oleh orang yangsudah berusia lanjut dalam mengatasi masalahkesepian dan hilangnya aktivitas seksual, karenahilangnya pasangan hidup adalah dengan menikahlagi. Dewi (2005) menyebutkan motivasi yang dimilikilansia menikah lagi ialah untuk mengurangi rasakesepiannya setelah ditinggalkan oleh pasangannya,memenuhi kebutuhan psikologis, masalah sosial,masalah tempat tinggal, masalah ekonomi, dan untukmemenuhi kebutuhan fisiologi. Untuk menunjangpernikahan kembali di usia lanjut adalah persetujuandari anak dan saudara ketika akan menikah lagi,

kekosongan dengan aktif melakukan kegiatan sosial(Heyman & Gianturco, 1973). Demikian pula denganpendapat Atchely, ia berpendapat masa lansiatidak seharusnya dijalani secara pasif melainkandimanfaatkan untuk memelihara satu hubunganantara masa lalu dan masa kini.

Kebahagiaan KeluargaKebahagiaan meaipakan sejumlah perasaan yang

ada dalam jiwa seseorang yang dapat dirasakan dandiaktualisasikan berupa perasaan senang, tentram,dan memiliki kedamaian atau ketenangan bathin(Rusydi, 2007). Sedangkan keluarga merupakansuatu kelompok yang mempunyai nenek moyangyang sama, memiliki kekerabatan yang disatukanoleh darah atau perkawinan, berupa pasanganpernikahan dengan adanya anak atau tanpa anak,yang hidup dalam suatu masyarakat.

Kebahagiaan dan kepuasan hidup merupakankondisi positif yang dituju oleh semua orang.Tercapainya kebahagiaan maupun kepuasan dalamhidup memerlukan pemenuhan kebutuhan, baikfisik maupun psikis. Pemenuhan kebutuhan fisikberupa sandang, pangan, papan, serta kesehatansebagai upaya untuk mempertahankan hidup danreproduksi, adalah kebutuhan yang dapat diamatipemenuhannya. Namun kebutuhan psikis lebihrumit pemenuhannya. Misalnya kebutuhan akankasih sayang, cintadan perhatian. Kebutuhan untukberkomunikasi dengan orang lain, kebutuhan untukdisayangi, dicintai, diperhatikan dan kebutuhanuntuk berhubungan dengan Tuhan adalah contohkebutuhan usia Ian jut yang tidak boleh diabaikan(Partini, 2010).

Kebahagiaan dalam keluarga tidak akandirasakan oleh janda dan duda lansia yang tidakterpenuhi kebutuhan fisik maupun psikis. Anggotakeluarga lain seperti anak-anak dapat menjaminterpenuhinya kebutuhan fisik, namun tidak dengankebutuhan psikis. Sebagaimana telah disebutkansebelumnya, kebutuhan psikis memiliki tingkatkerumitan tersendiri dalam pemenuhannya. Salahsatu problem khas dari kebutuhan psikis lansiaadalah kebutuhan untuk berkomunikasi, disayangi,dicintai, diperhatikan. Kebutuhan-kebutuhantersebut sering sulit dipenuhi oleh anak-anak karenaterdapat kesenjangan pendapat antara anak danorangtua lansia. Gaya hidup keluarga moderenyang cenderung sibuk juga menjadi penyebabterhambatnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhantersebut.

Page 4: MOTIVASI MENIKAH LAGI: STUDI KASUS PASANGAN SUAMI …

Jurnal Psikoislamika | Volume 13 Nomor 2 Tahun 201650

lebih didambakan bagi pasangan usia lanjut yangmenikah lagi, sekalipun pasangan usia lanjut harusberkorban untuk mendapatkannya. Sedangkandalam pemenuhan kebutuhan seksual, kedua subjekmengatakan pemenuhan kebutuhan seksual bukanlagi sebagai tujuan utama dari pernikahannya diusia lanjut, hal ini karena adanya pertimbanganpada kondisi kesehatan dan kekuatan dari pasangan.Subjek tidak menganggap hal tersebut sebagaisuatu hal yang penting dalam pernikahan kali ini.Hurlock (1999) memaparkan, bagi pria, semakinbertambahnya usia, minat seksualnya lebih besardibandingkan dengan aktivitas seksualnya, sedangkanbagi wanita justru sebaliknya, karena wanitadalam hal aktivitas dan seksualnya tidak berubah.Ketidakseimbangan antara kekuatan fisik dan minatseksual membuat individu lansia akan mencaribentuk-bentuk aktivitas lain bersama pasanganyang dapat memenuhi minat seksualnya ketimbangmemaksakan aktivitas seksual. Pemaksaan dalamaktivitas seksual dapat menimbulkan efek psikologisyang parah dibanding manfaatnya. Penyaluranperilaku seksual yang tidak menyenangkan akanmengakibatkan perasaan bersalah, stres, emosionaldan perasaan tidak enak terhadap pasangan.

Kedua subjek tidak pernah memaksa pasanganuntuk malakukan aktivitas seksual. Kepuasan aktifitasseksual menurut kedua subjek bukan hanya sekedarmenyangkut masalah sering atau tidaknya dalammelakukan hubungan seksual, tetapi yang pentingadalah apakah aktivitas seksual tersebut sudahmemenuhi kebutuhan kedua belah pihak pasangan.Setelah menikah kedua subjek dalam mengekspresikanperilaku seksualnya dengan bersama-sama mengisiwaktu luang, bercanda, saling memandang, dansaling memberikan perhatian.

Perasaan-perasaan dan kebutuhan seksual subjekterpenuhi dengan saling memandang, berkumpulbersama, menonton televisi bersama, bercerita,bercanda dan berbagi pengalaman. Kedua pasanganlebih memfokuskan diri pada bentuk hubungansebagai persaudaraan yang memiliki ikatan batinyang dekat. Hal tersebut ditunjukkan denganmemperlihatkan kasih sayang kepada pasangan,seperti meluangkan waktu, merawat dan membantukebutuhan sehari-hari pasangan, saling memberikankepercayaan, dan membantu dalam keseharian jauhlebih dianggap oleh subjek sebagai kebutuhan yangpaling penting dalam pernikahannya di usia lanjut(wawancara, 2016).

Stenberg, (1993), mengatakan cinta terdiridari tiga unsur utama. Pertama, cinta berdasarkan

kondisi kesehatan yang baik dan memungkinkanuntuk menikah lagi, serta mengetahui sifat-sifatdan perilaku dan pasangan yang sesuai dengankeinginanannya.

Keputusan menikah (agi yang dilakukan olehpasangan suami isteri dari seorang janda dan dudadi Desa X, Kecamatan X, Kabupaten Malang jugadilatarbelakangi alasan yang serupa. Kedua subjekmenikah lagi karena adanya beberapa faktor yangmenjadi motivasi untuk menikah kembali. Faktor-faktor tersebut adalah adanya dukungan dari keluargaterutama anak-anak subjek, pernikahan pertamayang bahagia, mengetahui sifat-sifat dan polaperilaku yang diinginkan pasangan, saling mencintaidan membutuhkan teman, untuk melepaskan rasakesepian dan kosong dalam menjalani hidup diusia senja, untuk meningkatkan kualitas hidup diusia lanjut, dan keinginan adanya seseorang yangbisa memimpin dan membimbing bagi dirinya dankeluarga.

Dukungan keluarga terutama anak-anak daripasangan sebelumnya merupakan salah satu faktoryang menjadikan pernikahan akan bahagia. Subjekmengatakan bahwa orang tua yang akan menikah lagiterlebih dahulu harus meminta izin atau pesetujuandulu dari anak-anak dan keluarga. Adanya dukungandari anak-anak subjek akan membantu mendekatkanikatan emosi kedua subjek dengan keluarga terutamaanak-anak. Anak-anak menjadi mampu menyambutbaik dengan kehadiran orang baru dalam lingkungankeluarga. Hal ini terbukti setelah kedua subjekmenikah, subjek tetap berkunjung ke rumah anak-anaknya walaupun hanya sekedar keinginan untukmenengok kondisi cucu-cucunya.

Pernikahan kedua bagi subjek merupakanpernikahan yang harus lebih memberikan manfaat,ketenangan bathin, bisa saling mengasihi, dengansyarat dari keduanya harus benar-benar siap untukmenikah. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkanHurlock (1999), usia lanjut yang menikah lagicenderung untuk mengenang sesuatu yang indah padamasa lalu (pernikahan pertama), dan seberapa besarorang lanjut usia dalam mengingat kembali masalalunya tergantung pada kondisi hidup seseorangdi usia lanjutnya. Makin senang kehidupan di usialanjut, maka makin besar kenangan-kenangan indahuntuk mengulangnya.

Menurut Erikson (dalam Desmita, 2012)mengatakan, keintiman pada perkawinan di usia lanjutsebagai suatu kemampuan memperhatikan oranglain dan membagi pengalaman dengan pasangan.Pembentukan hubungan intim dan persaudaraan

Page 5: MOTIVASI MENIKAH LAGI: STUDI KASUS PASANGAN SUAMI …

51Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 2 Tahun 2016

pasangan dari pernikahan sebelumnya. Beberapapola penyesuaian perlu dilakukan oleh keduasubjek sebelum menikah dan setelah menikah, agarpasangan bisa saling mengetahui tentang kondisidan perilaku yang dimiliki, tidak ada perasaan malu,saling menghargai, terjalin komunikasi yang baik.Pada pernikahan kembali yang dilakukan pasanganlansia, penyesuaian diri yang perlu dilakukansebelum dan setelah menikah, berkaitan denganrelasi terhadap dengan pasangan dan keluarga,terutama anak-anak dari keduanya.

Menurut Wahyuningsih (2002) keberhasilan polapenyesuaian pada orang lanjut usia yang menikahlagi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:a.Tingkat penyesuaian suami atau isteri sebelum

menikah.b.Sikap terhadap pernikahanc.Motivasi melakukan pernikahand.Proses dalam memilih pasangane.Karakteristik demografi yang dimiliki

pasangan.

f.Penyesuaian Keuangan, kemudianAlasan kedua sejak pertama kali menerima

lamaran dari subjek 1, subjek 2 memiliki keinginanagar mendapatkan seorang suami yang benar-benarmemiliki niat dan komitmen serta bisa dijadikanpemimpin dan pembimbing di hari tua.

Penyesuaian dalam hal keuangan kedua subjekdapat dilalui dengan baik. Kedua subjek sejak awalpernikahan kembali tidak mengalami kesulitan dalammasalah keuangan. Subjek 2 dalam tidak pernahmempermasalahkan atau menuntut kepada subjek1. Subjek 2 merasa sudah tercukupi dari hasil kerjasubjek 1 dan tunjangan dari anak-anak subjek 2.Selain itu subjek 2 memiliki perasaan kasihan dansimpati terhadap pasangan (wawancara, 2016).Kedua subjek memiliki pandangan bahwa pernikahanpada orang yang sudah lanjut usia bukan merupakansuatu kesalahan karena keduanya memiliki tujuandan niat yang baik. Sehingga ketika akan menikahlagi, tidak ada hal-hal yang dianggap menjadi faktorpenghambat (seperti masalah keuangan dan usia)karena yang terpenting dari pemikahannya keduanyamemiliki tujuan yang sama dan tidak merepotkanorang lain terutama anak-anak dan keluarga.

Hubungan kedua subjek dengan keluarga pasangansudah terjalin sejak pasangan memutuskan untukmenikah. Adanya dukungan keluarga dari subjekdengan keluarga pasangan terutama anak-anakmemotivasi subjek sering mengunjungi keluargapasangan. Anak-anak dari pasangan menerima dan

menyambutnya dengan senang. Karena kedekatan

gairah, artinya cinta (ebih didasarkan pada dayatank fisik dan seksual pada pasangan. Kedua, cintalebih didasarkan pada keintiman, artinya cintalebih didasarkan pada perasaan emosional tentangkehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam hubungan.Ketiga, adalah cinta yang memiliki pengertian sebagaikomitmen, artinya cinta yang lebih didasarkanpada penilaian kognitif atas hubungan dan niatuntuk mempertahankan hubungan, bahkan ketikamenghadapi masalah sekalipun (Santrock, 1995).

Pada pernikahan kembali yang dilakukanpasangan lansia, cinta di antara keduanya didominasioleh dasar keintiman dan komitmen. Yudrik (2011)menyebutkan, kondisi yang menunjang (motivasi)penyesuaian pernikahan kembali di masa usialanjut adalah pernikahan pertama yang bahagia,mengetahui sifat-sifat dan perilaku dari apayang dicari pasangan potensial, keinginan untukmenikah lebih pada keinginannya untuk mencintadan membutuhkan teman, daripada alasan untukmelanjutkan perilaku seksual. Di sisi lain, urgensikomitmen dalam pernikahan disadari kedua subjeksebagai faktor pernikahan dapat bertahan danharmonis. Subjek pertama menuturkan, bahwaketika sebuah pernikahan didasari rasa cinta dankomitmen, maka pasangan akan lebih bahagia.Rasa cinta dan komitmen dibutuhkan karena ketikasetelah menikah, istri atau suami merupakanorang yang paling dipercaya secara penuh, tidakada lagi hal masalah rumah tangga yang ditutupi.Subjek pertama memaknai seorang istri bukanhanya sebagai figur kepercayaan dan pendampinghidup, melainkan seorang istri merupakan orangyang bisa mengerti segala perasaan suami, mampumendorong dan menjadi pelipur dalam suka danduka, serta medidik keluarga.

Kedua subjek mengatakan setiap manusiayang hidup pasti butuh untuk menikah walaupunsudah berusia lanjut, karena banyak sekali manfaatyang didapatkan. Hal ini didukung oleh Bograd danSplika (dalam Santrock, 1999), menikah kembalipada masa lansia akan lebih percaya, menerima,dan tidak perlu lagi untuk berbagi perasaan pribadiyang dalam. Selain itu, pria lansia cenderung lebihpuas terhadap pemikahan kembali pada masa lansiadibandingkan dengan pria setengah baya.

Penyesuaian Setelah Menikah Lagi

Penyesuaian diri setelah pemikahan merupakantantangan khas yang ditemukan pada setiap jenjangusia pernikahan, termasuk pada pasangan usialanjut yang menikah lagi setelah ditinggal oleh

Page 6: MOTIVASI MENIKAH LAGI: STUDI KASUS PASANGAN SUAMI …

Jurnal Psikoislamika | Volume 13 Nomor 2 Tahun 201652

Jahja Yudrika. (2002). Psikologl Perkembangan.Jakarta: Kencana

Hurlock. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta:Erlangga

Partini, S. (2010). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta:Gajah Mada University Press

Rusydi,A.C. l2O0).Analisis Faktor yang MempengaruhiKebahagiaan. Bandung: Rosda Karya

Santrock, John W. (2002). Perkembangan MasaHidup. Jakarta: Erlangga

Sugiyono. (2003). Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta

Sligment. Jane Moore, AHellen. (1996). SosiologiWanita. Jakarta: Rineka Cipta

Wahyuningsih. (2007). Psikologi Perkembangan UsiaLanjut. Jakarta: Erlangga

DAFTAR PUSTAKACondi, S.J. (1989). Older Married Couples. Dalam

S.J. Bahr & E.T. Peterson

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung.PT. Remaja Rosda Karya

Dewi. (2007). Cermin Dunia Kedokteran. 34 (3):134-9. Faktor Resiko yang Berperan terhadapterjadinya Depresi pada Pasien Geriatri yangdirawatdiRS. Dr. Cipto Mangunkusumo. (versielektronik). Diakses pada tanggal 19 desember2015 dari http://www.kalbe.co.id/cdk

Heyman, D. K., and D.T. Gianturco. Long-term

Adaptation by The Elderly to Bereavement.

Journal of Gerontology, 1978. 28, 359-362.

Moleong, L. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosda Karya

dengan tenang, saling mendampingi, membantu,dan merawat di usia lanjut. Menurut

Kebahagiaan yang didapatkan kedua subjeksetelah menikah lagi berupa ketenangan bathin,tidak lagi merepotkan keluarga terutama anak-anak,lebih fokus mengurus rumah tangga masing-masing,merasa bahagia karena adanya dukungan dari anak-anak, dan lebih tenang dalam menjalankan ibadahbersama pasangan. Penelitian selanjutnya dapatmengeksplorasi pengambilan keputusan dalammemilih pasangan menikah di usia lanjut, karenadinamika pemilihan pasangan dapat mempengaruhikeputusan untuk melakukan pernikahan kembali.

KESIMPULANMotivasi utama yang dimiliki oleh pasangan

untuk menikah lagi di usia lanjut adalah, keinginanuntuk mendapatkan seorang pendamping hidup yangbisa mengurus dan mengatur keperluan sehari-hari,menghilangkan kesepian di usia lanjut, mendapatkanketenangan batin, meningkatkan ibadah sehari-hari. Pasangan suami istri yang menikah lagi diusia lanjut harus mampu menyesuaikan denganpasangan, anak-anak, keluarga dari kedua belahpihak, serta perlu adanya sikap saling menghormatidan menerima kondisi yang dimiliki oleh pasangan.Penyelesaian masalah sebaiknya dilakukan dengancara bermusyawarah, menjaga emosi, dan intropeksidiri. Implikasi dari menikah lagi di usia lanjutterhadap kebahagiaan keluarga akan dirasakan olehpasangan, jika pernikahan tersebut anak-anak darikedua belah pihak mendukungnya.

subjek dengan keluarga pasangan baik, anak-anakdapat menerima kedua subjek sebagaimana orangtua kandung.

Kebahagiaan pernikahan sebagai seorangdewasa lanjut sangat dipengaruhi oleh kemampuanmasing-masing pasangan dalam menghadapidan memecahkan konflik-konflik yang terjadidengan pasangan ataupun dengan anak-anakpasangan sebelumnya, termasuk menghadapi prosespenuaan, sakit, dan kematian (Condi, 1989). Saatterjadi masalah atau konflik setelah pernikahandengan pasangan maupun dengan anak-anakkeluarga pasangan, kedua subjek menyelesaikannyadengan cara bermusyawarah, menahan emosi danmenginteropeksi diri. Kedua subjek melakukannyadengan ketiga cara ini sebagai metode yang palingtepat untuk memecahkan masalah keluarga baikdengan pasangan ataupun dengan anak-anak darikeluarga pasangan. Alasan kedua menerapkanmetode ini, karena banyak dari beberapa kasuspernikahan dan keluarga tidak bisa terpecahkanjika kedua belah pihak hanya mengedepankanemosi, kesabaran dan interospeksi diri.

DISKUSIKebahagiaan yang dirasakan kedua subjek usia

lanjut setelah menikah lagi adalah hadirnya sosokyang membantu menghadapi perasaan kosong dankesepian dalam menjalani kehidupan di usia lanjut,serta meningkatnya aktivitas keseharian yang biasdilakukan bersama pasangan seperti memberikanperhatian, melaksanakan ibadah bersama pasangan