9
BAB II MELEWATI MASA DEPRESI EKONOMI

Bab Ii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Bab Ii

BAB II

MELEWATI MASA DEPRESI EKONOMI

Page 2: Bab Ii

MELEWATI MASA DEPRESI EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi dunia sepanjang tiga dasawarsa pertama abad ke-20 tiba-tiba runtuh ketika depresi ekonomi datang menjelang akir 1929. Perkebunan Indonesia sebagai penghasil barang export terkena dampak krisis. Beberapa jenis industri di negara Belanda yang ikut terpukul kemudian mencari celah baru dengan merelokasi industrinya ke Hindia-Belanda maupun daerah jajahan lainnya. Kondisi tersebut tentu saja mendukung perkembangan industri yang ada di di Hindia-Belanda. Contohnya saja pabrik tekstil milik Belanda, Twente, yang mengalami kejenuhan pemasaran di Eropa,merelokasikan pemasarannya ke Indonesia. Indonesia yang pada tahun 1930 hanya memiliki 90 pabrik tekstil, pada tahun 1937 berkembang menjadi 123 pabrik. Dalam laporan seorang sarjana Belanda, dijelaskan bahwa pada tahun 1935 dan tahun-tahun berikutnya, banyak pedangang Indonesia dan para pemilik tanah menginvestasikan uang mereka kedalam indistri tekstil. Hal ini mempengaruhi status indonesia menjadi negara industri menengah yang cukup berkembang dan dapat banyak menarik investor dari luar ke dalamnya.

Hal ini berbeda dengan kondisi perusahaan kleemakerij (penjahit pakaian) produksi Kiem Bie. Mereka lebih menggunakan media iklan daripada merelokasi perusahaannya, bahkan perusahaan ini menggunakan biro reklame terbesar pada massa itu, yaitu Succes. Untuk lebih menarik calon konsumen, Kiem Bie menampilkan ilustrasi dua pria eropa. Satu orang memakai jas, topi, dan bertongkat, sedangkan yang lain memakai jas dan dasi kupu-kupu.

Demikian pula dengan ilustrasi rokok di Jawa Barat yang berpuasat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Awalnya industri rumahan, kemudian polanya bergerak menjadi produksi pabrik. Kebanyakan industri rokok ini dimiliki oleh orang-orang Tionghoa. Selain rokok, pada tahun 1935 para pengusaha Tionghoa juga memasuki industri-industri lain yang berskala menengah, diantaranya garmen, obat-obatan, percetakan, dan sabun. Sebaliknya, pengusaha-pengusaha Belanda tetap mempertahankan industri skala atas dan menengah, antara lain mobil, bank, radio, bir, biskuit, perhotelan, dan jam. Usaha-usaha manufaktur kaum pribumi sendiri tetap terbatas pada produk berskala kecil, seperti batik, penjahit, dan rokok klobot.

Page 3: Bab Ii

UPAYA MEMPROMOSIKAN PRODUK

Periode 1930-1942 merupakan awal perekonomian Hindia-Belanda pulih dari pengaruh depresi ekonomi dunia. Biro-biro reklame pun kembali bergairah, bahkan mulai menggunakan teknologi periklanan canggih. Meskipun istilah “mempromosikan produk atau merek” mungkin belum dikenal, namun dalam praktek sudah ada yang melakukannya. Beberapa biro reklame telah menerapkan produk/brand positioning (memosisikan produk/merek agar dipresepsikan secara unik dan khas di benak khalayak sasaran) pada iklan-iklan yang mereka ciptakan. Biro reklame succes misalnya, memosisikan kliennya, philip, sebagai merek untuk produk-produk yang sangat ekonomis. Begitu pula dengan iklan Listerine yang diposisikan sebagai pasta gigi paling cepat mengatasi masalah-masalah gigi dengan menggunakan model pria Eropa yang tersenyum lebar, mempertontonkan giginya yang sehat, putih, dan bersih.

Dari berbagai jenis produk yang dipasarkan oleh pengusaha eropa, Tionghoa, dan pribumi, sudah terlihat upaya menyegmentasikan khalayak sasaran untuk masing-masing jenis produk. Ini terlihat dari beberapa iklan perusahaan besar yang dimiliki oleh pengusaha Eropa. Salah satu contohnya adalah perusahaan mobil Chrysler yang diimport oleh Fuchs & rens Ltd. Perusahaan ini menggunakan iklan yang sangat efektif dengan hanya menulis kata-kata “Chrysler, auto paling baek boeat perdjalanan djaoe”. Iklan ini dibuat sangat efektif karena mereka(biro reklame yang digunakan Chrysler) sudah tahu betul bahwa orang eropa yang tinggal di Indonesia dan menjadi sasaran iklan ini sudah cukup mengenal reputasi Chrysler.

Page 4: Bab Ii

Ringkasan dan kesederhanaan dari iklan Chrysler berbeda dari produk eropa lain, seperti Bier Itam Serimpi produksi perusahaan air minum Archipel Brouwerij, Batavia. Iklan-iklan bir ini bukan saja dibuat sangat jelas dan panjang, tetapi perlu juga melakukan consumer promotion. Seperti promosi di zaman modern, iklan promosi serimpi juga mengaitkan hadiah dengan pembelian barang. Hal itu dilakukan perusahaan tersebut karena ketatnya persaingan dari sesama perusahaan bir. Sedangkan mekanisme penyelenggaraannya kemungkinan besar mengikuti pola penarikan undian(loterij) yang mulai berkembang tahun 1920-an. Alhasil, iklan serimpi tersebut ternyata sangatlah sukses sebagaimana yang ditulis dalam Economic weekblad, 25 Agustus 1933.

Berbeda dengan iklan-iklan diatas, iklan-iklan produksi industri yang diimpor dari negara-negara Eropa, seperti arloji dan radio, justru hanya menampilkan pesan-pesan sederhana. Meski demikian, mereka umumnya berhasil menyajikan ilustrasi yang menarik untuk calon konsumen, seperti dalam iklan arloji Tawiza. Ilustrasi iklan ini memeragakan dua jenis arloji, bulat dan kotak, dan secara terperinci memeragakan jarum-jarum jam, menit, dan detiknya. Sebenarnya ilustrasi iklan hingga demikian rinci untuk zaman itu masih dianggap sangat rumit. Namun, kreativitas perancangnya telah menyebabkan citra yang sangat positif dan unik, dalam pengertian, iatidak melulu menekankan pada aspek persuasif, namun lebih menekankan pada aspek gengsi karna pada waktu itu citra arloji buatan swiss memang mempunyai mutu dan nilai sangat tinggi.

Page 5: Bab Ii

KEAMPUHAN IKLAN

Pada periode 1930-an industri berskala kecil yang sering yang sering menggunakan jasa reklame adalah perusahaan batik, pemasangan undian, iklan film di bioskop, lowongan pekerjaan dan penjahit pakaian. Menjamurnya industri berskala kecil ditahun 1930-an yang memanfaatkan jasa iklan ditunjang oleh bujukan beberapa artikel yang mempromosikan betapa penting iklan bagi perusahaan yang ingin meraih sukses.

Suratkabar atau jurnal pada tahun 1930-an yang sering memuat artikel tentang periklanan adalah Economic Weekblad dan jurnal mingguan Efficiecy Dagang. Keduanya terbit hingga masa pemerintahan jepang. Artikel yang biasanya diketengahkan dalam artikel tersebut adalah semacam dorongan agar para pengusaha mengiklankan produk-produk mereka.

Contoh iklan yang sukses di Indonesia karena beriklan adalah Aw Boon Haw, perusahaan yang bergerak di bidang kosnetik dan obat-obatan.

Page 6: Bab Ii

JENIS IKLAN BARU

Tahun 1930 beberapa jenis iklan baru mulai dikenal, antara lain : Iklan pencari kerja Pernikahan Kematian Iklan travel ( perjalanan)

Jenis iklan travel lebih menawarkan tur keleiling dunia, dari perusahaan periklanan Java-China-Japan Lijn N.V. sejak tahun itu biro-biro iklan mulai menjamur.

Milik Tionghoa seperti Lam Kong & Co, mempunyai sebagian besar perusahaan periklanan yang berdomisili di Semarang.Milik Eropa yakni Succes.

Unsur news atau berita pada teks iklan baru ditemui pada tahun 1932, yang dilakukan oleh biro reklame Liem Eng Tjiang & Co.

Kekurangan minat baca dan tingkat pendidikan warga Indonesia yang rendah pada tahun 1930-an tercermin dari keterbatasan khasanah kata yang digunakan pada iklan-iklan. Sedangkan iklan cetak dalam format dialog ternyata berkembang di Indonesia pada tahun 1930-an. Padahal iklan jenis ini dieropa sudah digunakan sejak awal abad ke-19, terutama untuk mengiklankan produk obat-obatan oleh biro reklame di Inggris.

Page 7: Bab Ii

KECENDERUNGAN PERIKLANAN 1930-AN SINGLE MINDED

Pada 1930-an juga berkembang tuntutan klien pada biro reklame untuk menciptakan pesan-pesan iklan yang telah terfokus dan

efisien. Dalam pengertian, biro reklame dituntut untuk menyerdehanakan iklan-iklan yang mereka ciptakan, baik dalam

bentuk verbal maupun dengan ilustrasi.

Page 8: Bab Ii

Aspek-Aspek Penting Iklan

Kalau kita simak iklan-iklan masa itu menampilkan 3 aspek penting yang tetap relevan sampai sekarang yaitu :

Periklanan saat ini sudah dituntut untuk memilih kata-kata yang sederhana dan langsung, sehingga maknanya cepat ditangkap oleh calon konsumen.

Kata-kata yang dipilih harus pula punya kaitan dengan produk yang diiklankan. Misalnya, pada teks iklan untuk produk obat “antiloyo”.

Iklan harus mampu secara cepat diidentifikasi oleh khalayak sasarannya sebagai produk khusus untuk mereka.

Page 9: Bab Ii

Metode dan produk baru periklanan yang diperkenalkan di Indonesia menyebabkan banyak perusahaan kecil dan menengah tumbuh menjadi perusahaan besar. Mereka umumnya mempelajari teknik-teknik baru periklanan dari negara-negara maju. Peran periklanan pun menjadi makin penting.

Dapat dikatakan bahwa kurun 1930-1942 periklanan sudah menjadi sebuah pengetahuan modern yang menjadi pendorong utama untuk kesuksesan suatu usaha. Periklanan bahkan menjadi alat distribusi yang mampu menerobos pasar dengan cara yang sangat ekonomis.

Pada tahun 1936 pemerintah mendirikan Dinas Penerangan Pers untuk Pers Indonesia dan Melayu-Tionghoa yang bertujuan mendirikan informasi dan pengumuman mengenai hal-hal penting sekitar pers dan memberikan penerangan mengenai soal-soal pemerintahan.