46
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Nyamuk Anopheles sp Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Jumlah spesies Anopheles di permukaan bumi telah ditemukan tidak kurang dari 422 spesies dan sekitar 60 spesies berperan sebagai vektor malaria yang alami, di Indonesia menurut pengamatan terakhir terdapat sekitar 80 spesies Anopheles, sedangkan yang dinyatakan sebagai vektor malaria adalah sebanyak 22 spesies. 18 spesies dikonfirmasi sebagai vektor malaria dan 6 spesies berperan besar dalam penularan malaria di Indonesia. Nyamuk tersebut hidup di daerah tertentu dengan kondisi habitat lingkungan yang spesifik seperti daerah pantai, rawa-rawa, persawahan, hutan dan pegunungan (Asniar, 2013). Nyamuk Anopheles memiliki tubuh yang langsing dan 6 kaki panjang dan memiliki sayap yang bersisik. 8

BAB II. 2003

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nnn

Citation preview

Page 1: BAB II. 2003

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Nyamuk Anopheles sp

Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Jumlah

spesies Anopheles di permukaan bumi telah ditemukan tidak kurang dari 422

spesies dan sekitar 60 spesies berperan sebagai vektor malaria yang alami, di

Indonesia menurut pengamatan terakhir terdapat sekitar 80 spesies Anopheles,

sedangkan yang dinyatakan sebagai vektor malaria adalah sebanyak 22 spesies.

18 spesies dikonfirmasi sebagai vektor malaria dan 6 spesies berperan besar

dalam penularan malaria di Indonesia. Nyamuk tersebut hidup di daerah tertentu

dengan kondisi habitat lingkungan yang spesifik seperti daerah pantai, rawa-

rawa, persawahan, hutan dan pegunungan (Asniar, 2013).

Nyamuk Anopheles memiliki tubuh yang langsing dan 6 kaki panjang dan

memiliki sayap yang bersisik. Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup yang

termasuk dalam metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya

terdapat stage/fase pupa. Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan,

misal : suhu, adanya zat kimia/biologis di tempat hidup dan memiliki klasifikasi,

Kingdom : Animalia, Phylum : Arthropoda , Class : Insecta , Order : Diptera ,

Family : Anophelinae , Genus : Anopheles. Siklus hidup nyamuk Anopheles

secara umum adalah (Muliyanto, 2010)

1. Telur

8

Page 2: BAB II. 2003

9

Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-200

buah telur. Telur langsung diletakkan di air dan bergabung menjadi satu. Telur

ini menetas dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim dingin bisa menetas dalam

2-3 minggu)

2. Larva

Larva terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang membedakan

dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat istirahat adalah sejajar

di dengan permukaan perairan, karena mereka tidak mempunyai siphon (alat

bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup dengan

memakan algae, bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat

dipermukaan air.

3. Pupa (jentik)

Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada bagian

dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa.

4. Dewasa

Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisap

darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagai sumber

gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan

nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah beberapa

hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar rawa

(breeding site). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap

Page 3: BAB II. 2003

10

darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk

anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging.

5. Habitat

Anopheles sp mempunyai habitat pada tempat-tempat air yang tidak mengalir,

air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah, di air payau, di tempat

yang terlindung matahari dan ada juga yang mendapat sinar matahri langsung.

6. Bionomik Nyamuk Anopheles sp

a. Tempat Perkembangbiakan

Keberadaan nyamuk malaria di suatu daerah sangat tergantung pada

lingkungan, keadaan wilayah seperti perkebunan, keberadaan pantai, curah

hujan, kecepatan angin, suhu, sinar matahari, ketinggian tempat dan bentuk

perairan yang ada. Nyamuk Anopheles aconitus dijumpai di daerah-daerah

persawahan, tempat perkembangbiakan nyamuk ini terutama di sawah yang

bertingkat-tingkat dan di saluran irigasi. Kepadatan populasi nyamuk ini

sangat dipengaruhi oleh musim tanam padi. Jentik-jentik nyamuk ini mulai

ditemukan di sawah kira-kira pada padi berumur 2-3 minggu setelah tanam

dan paling banyak ditemukan pada saat tanaman padi mulai berbunga

sampai menjelang panen. Di daerah yang musim tanamnya tidak serentak

dan sepanjang tahun ditemukan tanaman padi pada berbagai umur, maka

Page 4: BAB II. 2003

11

nyamuk ini ditemukan sepanjang tahun dengan dua puncak kepadatan yang

terjadi sekitar bulan Pebruari-April dan sekitar bulan Juli-Agustus

Anopheles balabacencis dan An. maculatus adalah dua spesies

nyamuk yang banyak ditemukan di daerah-daerah pegunungan non

persawahan dekat hutan. Kedua spesies ini banyak dijumpai pada peralihan

musim hujan ke musim kemarau dan sepanjang musim kemarau. Tempat

perkembangbiakannya di genangan-genangan air yang terkena sinar

matahari langsung seperti genganan air di sepanjang sungai, pada kobakan-

kobakan air di tanah, di mata air mata air dan alirannya, dan pada air di

lubang batu-batu. Kepadatan jentik nyamuk An. balabacencis bisa

ditemukan baik pada musim penghujan maupun pada musim kemarau.

Jentik-jentik An. balabacencis ditemukan di genangan air yang berasal dari

mata air, seperti penampungan air yang dibuat untuk mengairi kolam,

untuk merendam bambu/kayu, mata air, bekas telapak kaki kerbau dan

kebun salak. Dari gambaran di atas tempat perindukan An. balabacencis

tidak spesifik seperti An. maculatus dan An. aconitus, karena jentik An.

balabacencis dapat hidup di beberapa jenis genganan air, baik genangan air

hujan maupun mata air, pada umumnya kehidupan jentik An. balabacencis

dapat hidup secara optimal pada genangan air yang terlindung dari sinar

matahari langsung, diantara tanaman/vegetasi yang homogen seperti kebun

salak, kebun kapulaga dan lain-lain (Asniar, 2013).

Page 5: BAB II. 2003

12

Anopheles maculatus yang umum ditemukan di daerah pegunungan,

ditemukan pula di daerah persawahan dan daerah pantai yang ada sungai

kecil-kecil dan berbatu-batu. Puncak kepadatan An. maculatus dipengaruhi

oleh musim, pada musim kemarau kepadatan meningkat, hal ini disebabkan

banyak terbentuk tempat perindukan berupa genangan air di pinggir sungai

dengan aliran lambat atau tergenang. Perkembangbiakan nyamuk An.

maculatus cenderung menurun bila aliran sungai menjadi deras (flushing)

yang tidak memungkinkan adanya genangan di pinggir sungai sebagai

tempat perindukan.

Anopheles sundaicus dijumpai di daerah pantai, tempat

perindukannnya adalah di air payau dengan salinitas antara 0-25 per mil,

seperti rawa-rawa berair payau, tambak-tambak ikan tidak terurus yang

banyak ditumbuhi lumut, lagun, muara-muara sungai yang banyak

ditumbuhi tanaman air dan genangan air di bawah hutan bakau yang kena

sinar matahari dan berlumut. An. sundaicus ditemukan sepanjang tahun dan

paling banyak ditemukan pada pertengahan sampai akhir musim kemarau

(September-Desember).

b. Tempat Istirahat

Tempat istirahat alam nyamuk Anopheles berbeda berdasarkan

spesiesnya. Tempat istirahatnya An. aconitus pada pagi hari umumnya di

lubang seresah yang lembab dan teduh, terletak ditengah kebun salak.

Menurut Barodji tempat istirahat An. aconitus pada umumnya ditempat

Page 6: BAB II. 2003

13

yang mempunyai kelembaban tinggi dan intensitas cahaya rendah, serta di

lubang tanah bersemak. An. aconitus hinggap di tempat-tempat dekat tanah.

Nyamuk ini biasanya hinggap di daerah-daerah yang lembab, seperti di

pinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab

Tempat istirahat An. balabacencis pada pagi hari umumnya di lubang

seresah yang lembab dan teduh, terletak ditengah kebun salak. An.

balabacencis juga ditemukan di tempat yang mempunyai kelembaban

tinggi dan intensitas cahaya yang rendah serta di lubang tanah bersemak

(Putri, 2011).

Di luar rumah tempat istirahat An. maculatus adalah di pinggiran

sungai-sungai kecil dan di tanah yang lembab. Menurut Damar tempat

istirahat An. maculatus adalah di lubang sampah daun salak, semak-semak

dan bebatuan.

Anopheles sundaicus, perilaku istirahat nyamuk ini biasanya hinggap

di dinding-dinding rumah penduduk. Sedangkan menurut Sundararaman

tempat istirahat nyamuk di dalam rumah yaitu: pakaian tergantung,

kelambu, di bawah-bawah almari, langit-langit rumah dan kantong padi.

c. Aktivitas Menghisap Darah

Pola aktivitas nyamuk Anopheles mencari darah berbeda menurut

sepesies nya. An. aconitus sebagian besar menghisap darah sebelum jam

22.00, setelah itu kepadatan nyamuk yang menghisap darah menurun

(20,38). Vektor An. aconitus biasanya aktif menghisap darah antara jam

Page 7: BAB II. 2003

14

18.00-22.00 dengan puncak aktivitasnya terjadi pukul 20.00, sedangkan

menurut Damar. Aktifitas menghisap darah An. aconitus sekitar pukul

19.00-21.00 di dalam dan luar rumah.

Aktifitas menghisap darah An. balabacencis cenderung sepanjang

malam, tetapi puncaknya sekitar pukul 01.00-03.00, baik di dalam rumah,

di luar rumah maupun di kandang hewan. Puncak aktivitas menghisap

darah An. balabacencis yaitu setelah tengah malam pukul 01.00.

Aktivitas menghisap darah An. maculatus cenderung meningkat pada

malam hari sekitar pukul 22.00-24.00. Sedangkan Barodji An. maculatus

sebagian besar mencari pakan darah pada tengah malam sekitar pukul

23.00-02.00.

Pada vektor An. sundaicus lebih sering menghisap darah manusia

dari pada darah binatang. Biasanya Nyamuk hinggap di dinding baik

sebelum maupun sesudah menghisap darah, aktif menghisap darah

sepanjang malam, tetapi puncaknya antara pukul 22.00-01.00 dini hari

(Husin, 2007).

7. Gejala Klinis

Gejala klinis malaria yang meliputi keluhan dan tanda klinis

merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini

dipengaruhi oleh jenis/strain plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah

parasite yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya

gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara

Page 8: BAB II. 2003

15

terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode

prepatent. Baik waktu inkubasi dan periode prepatent dipengaruhi oleh jenis

plasmodium. Infeksi yang terjadi melalui transfusi darah biasanya lebih

pendek, akan tetapi tetap dipengaruhi oleh jumlah parasit dan imunitas

tubuh. Pada beberapa daerah mempunyai gejala spesifik, seperti di Irian

banyak terjadi diare sebagai

gejala malaria. Pada anak-anak lebih banyak dijumpai batuk

dibandingkan pada orang dewasa. Gejala dari P. falciparum umumnya lebih

berat dan lebih akut dibandingkan jenis iainnya, sedangkan gejala P.

malariae, P. ovale merupakan yang paling ringan (Husin, 2007).

B. Tinjauan Umum Tentang Karakteristik Lingkungan Breeding Site Nyamuk

Anopheles

Secara Epidemiologi, penyakit timbul akibat adanya tiga faktor penting,

yaitu faktor Host (penjamu), faktor Agent (penyebab), dan faktor Environment

(lingkungan). Ketiga faktor tersebut berinteraksi secara dinamis dan saling

mempengaruhi satu sama lainnya. Sedangkan menurut teori Hendrik L. Blum

(1974), ada empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia, yaitu

faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor

genetik atau keturunan (Hermendo, 2008).

1. Faktor lingkungan

a. Lingkungan fisik

Page 9: BAB II. 2003

16

Lingkungan fisik yang berhubungan dengan perkembangbiakan

nyamuk, yaitu:

1) Suhu udara. Suhu udara sangat dipengaruhi panjang pendeknya siklus

sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Suhu yang hangat membuat

nyamuk mudah untuk berkembang biak dan agresif mengisap darah.

Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang

optimum berkisar anatara 20-300 0C. Makin tinggi suhu (sampai batas

tertentu) makin pendek pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan

sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.

Pengaruh suhu ini berbeda bagi setiap spesies, pada suhu 26,70C masa

inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk P.falcifarum dan 8-11 hari

untuk P. vivax, 14-15 hari untuk P. malariae dan P. ovale.

2) Kelembaban udara (relative humidity). Kelembaban udara yang rendah

akan memperpendek usia nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada

parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk

memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi

nyamuk menjadi lebih aktif atau lebih sering menggigit, juga

mempengaruhi perilaku nyamuk, misalnya kecepatan berkembang biak,

kebiasaan menggigit, istirahat, dan lain-lain dari nyamuk, sehingga

meningkatkan penularan malaria.

3) Hujan, berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk menjadi

bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan,

Page 10: BAB II. 2003

17

deras hujan, jumlah hari hujan, jenis vector dan jenis tempat perindukan

(breeding site).

4) Ketinggian Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang

semakin bertambah, hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu ratarata.

Pada ketinggian diatas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa

berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh dari El-nino. Di

pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih

sering ditemukan malaria. Ketinggian paling tinggi masih

memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m di atas permukaan laut.

5) Angin, kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam

merupakan saat terbang nyamuk ke dalam atau keluar rumah dan salah

satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dan

nyamuk adalah jarak terbang nyamuk (flight range) tidak lebih dari 0,5-

3 km dari tempat perindukannya, jika ada tiupan angin yang kencang,

bisa terbawa sejauh 20-30 km.

6) Sinar matahari, pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva

nyamuk berbeda-beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang

terkena sinar matahari langsung, Anopheles hyrcanus spp dan Anopheles

pinctutatus spp lebih menyukai tempat terbuka, sedangkan Anopheles

barbirostris dapat hidup baik di tempat teduh maupun kena sinar

matahari.

Page 11: BAB II. 2003

18

7) Arus air, Anopheles barbirostris menyukai perindukan yang airnya

statis/mengalir lambat, sedangkan Anopheles minimus menyukai aliran

air yang deras dan Anopheles latifer menyukai air tergenang.

b. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan tempat tinggal manusia

Tempat tinggal manusia yang tidak memenuhi syarat, dapat menyebabkan

seseorang kontak dengan nyamuk, diantaranya:

1) Konstruksi dinding rumah. Dinding rumah yang terbuat dari kayu atau

papan, anyaman bambu sangat memungkinkan lebih banyak lubang

untuk masuknya nyamuk kedalam rumah, dinding dari kayu tersebut

juga tempat yang paling disenangi oleh nyamuk Anopheles. Dinding

rumah berkaitan juga dengan kegiatan penyemprotan (Indoor Residual

Spryng) atau obat anti nyamuk cair, dimana insektisida yang

disemprotkan ke dinding rumah akan menyerap sehingga saat nyamuk

hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut dan di

dinding yang tidak permanent atau ada celah untuk nyamuk masuk akan

menyebabkan nyamuk tersebut kontak dengan manusia. Suwadera

(2003) menyebutkan bahwa ada hubungan antara kontruksi di dinding

rumah dengan kejadian malaria.

2) Ventilasi rumah. Keadaan ventilasi rumah yang tidak ditutupi kawat

kasa akan menyebabkan nyamuk masuk ke dalam rumah.

3) Kondisi/ bahan atap rumah, tempat tinggal manusia atau kandang ternak

terlebih yang beratap dan yang terbuat dari kayu merupakan tempat

Page 12: BAB II. 2003

19

yang paling disenangi oleh nyamuk. Dalam penelitiannya menyatakan,

kondisi fisik rumah yang kurang baik yang diukur berdasarkan nilai skor

dari keadaan dinding, ventilasi, jendela, atap rumah, dan lain-lain,

mempunyai risiko sebesar 4,44 kali dibanding kondisi fisik rumah yang

dianggap baik. Namun Masra (2002) dalam penelitiannya mengatakan,

tipe rumah yang tidak baik mempunyai risiko hanya 1,57 kali dibanding

tipe rumah yang dianggap baik.

c. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan tempat perindukan nyamuk.

Tempat perindukan nyamuk penular penyakit malaria (Anopheles)

adalah di genangan-genangan air, baik air tawar atau air payau tergantung

dari jenis nyamuk, seperti Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus

hidup di air payau, Anopheles aconitus hidup di air sawah, Anopheles

maculatus hidup di air bersih pegunungan. Pada daerah pantai kebanyakan

tempat perindukan nyamuk terjadi pada tambak yang tidak dikelola dengan

baik, adanya penebangan hutan bakau secara liar merupakan habitat yang

potensial bagi perkembangbiakan nyamuk An. sundaicus dan banyak aliran

sungai yang tertutup pasir (laguna) yang merupakan tempat perindukan

nyamuk An.sundaicus.

2. Lingkungan kimia

Lingkungan kimia, seperti kadar garam pada suatu tempat perindukan

nyamuk, seperti diketahui nyamuk An. sundaicus tumbuh optimal pada air

payau yang kadar garamnya berkisar antara 12-18‰ dan tidak dapat

Page 13: BAB II. 2003

20

berkembangbiak pada kadar garam 40‰ ke atas, meskipun di beberapa

tempat di Sumatera Utara An.sundaicus sudah ditemukan pula dalam air

tawar. An. latifer dapat hidup ditempat yang asam/ pH rendah. Ketika

kemarau datang luas laguna menjadi mengecil dan sebagian menjadi rawa-

rawa yang ditumbuhi ilalang, lumut-lumut seperti kapas berwarna hijau

bermunculan. Pada saat seperti inilah kadar garam air payau meninggi dan

menjadi habitat yang subur bagi jentik-jentik nyamuk

3. Lingkungan biologi

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain

dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar

matahari yang masuk atau melindungi serangan dari makhluk hidup lain.

Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah,

gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di

suatu wilayah. Selain itu juga adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau

dapat mengurangi

jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang hewan tersebut

diletakkan di luar rumah. Beberapa jenis spesies ikan lokal, seperti wader pari,

dan berbagai spesies ikan nila, cukup prospektif untuk digunakan dalam

program penegendalian vector malaria. Bisa juga dengan menempatkan

hewan-hewan ternak, seperti sapi dan kerbau dalam kandang di luar rumah

dekat dengan tempat perindukan nyamuk dan pada mempengaruhi garis arah

terbang nyamuk ke pemukiman penduduk (Arsin, 2012).

Page 14: BAB II. 2003

21

4. Lingkungan sosial budaya

Sosial budaya (culture) juga berpengaruh terhadap kejadian malaria

seperti: kebiasaan keluar rumah sampai larut malam, dimana vektornya

bersifat eksofilik dan eksofagik akan mempermudah kontak dengan nyamuk.

Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi

kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria, seperti penyehatan

lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada ventilasi

rumah dan menggunakan obat nyamuk.

5. Faktor host (manusia dan nyamuk)

a. Manusia (host intermediate)

Pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi penyakit malaria. Bagi pejamu

ada beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanannya

terhadap agent penyakit malaria (Plasmodium) yaitu (Arsin, 2012):

1) Umur

Secara umum penyakit malaria tidak mengenal tingkatan umur. Hanya

saja anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria. Menurut Gunawan

(2000), perbedaan prevalensi malaria menurut umur dan jenis kelamin

berkaitan dengan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada

gigitan nyamuk. Orang dewasa dengan berbagai aktivitasnya di luar

rumah terutama di tempat-tempat perindukan nyamuk pada waktu gelap

atau malam hari, akan sangat memungkinkan untuk kontak dengan

nyamuk.

Page 15: BAB II. 2003

22

2) Jenis kelamin

Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi apabila

menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang

lebih berat.

3) Ras

Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan

alamiah terhadap malaria, kelompok penduduk yang mempunyai

Haemoglobin S (Hb S) ternyata lebih tahan terhadap akibat infeksi

Plasmodium falsiparum. Hb S terdapat pada penderita dengan kelainan

darah yang merupakan penyakit keturunan/ herediter yang disebut sickle

cell anemia,yaitu suatu kelainan dimana sel darah merah penderita

berubah bentuknya mirib sabit apabila terjadi penurunan tekanan

oksigen udara.

4) Riwayat malaria sebelumnya

Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan

terbentuk immunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria.

Contohnya penduduk asli daerah endemik akan lebih tahan terhadap

malaria dibandingkan dengan pendatang dari daerah non endemis.

5) Pola hidup

Pola hidup seseorang atau sekelompok masyarakat berpengaruh

terhadap terjadinya penularan malaria seperti kebiasaan tidur tidak pakai

Page 16: BAB II. 2003

23

kelambu, dan sering berada di luar rumah pada malam hari tanpa

menutup badan dapat menjadi faktor risiko terjadinya penularan malaria.

6) Status gizi

Status gizi erat kaitannya dengan sistim kekebalan tubuh. Apabila status

gizi seseorang baik akan mempunyai peranan dalam upaya melawan

semua agent yang masuk ke dalam tubuh. Defisiensi zat besi dan

riboflavin mempunyai efek protektif terhadap malaria berat (Hermendo,

2008).

C. Tinjauan Umum Tentang Distribusi Spesies Nyamuk Anopheles Sp

Penularan malaria secara ilmiah berlangsung melalui gigitan nyamuk

Anopheles sp betina. Hanya spesies nyamuk Anopheles tertentu yang mampu

menularkan penyakit malaria dan spesies tersebut disebut sebagai vektor. Lebih

dari 400 spesies Anopheles didunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung

sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies

Anopheles sp yang menjadi vektor malaria. Penyebaran geografik vektor malaria

di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. An. Aitkenii : ditemukan di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

2. An. Umbrosus : terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

3. An. Beazai : pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

4. An. Letifer : terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan.

5. An.roperi : Sumatera dan Kalimantan.

Page 17: BAB II. 2003

24

6. An. Barbirostris : terdapat di Irian Jaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan dan

Sulawesi.

7. An.vanus : di temukan di pulau Kalimantan dan Sulawesi.

8. An.bancrofti : terdapat di pulau Irian Jaya.

9. An.sinensis : di pulau Sumatera.

10. An.nigerrimus : di temukan di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan

Sulawesi.

11. An.kochi : Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

12. An.tesselatus : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

13. An.leucosphyrus : terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan.

14. An.balabacensis : terdapat di Jawa, dan Kalimantan.

15. An.punctulatus : saat ini hanya terdapat di Irian Jaya.

16. An.farauti : di temukan di Irian Jaya.

17. An.koliensis : Irian Jaya.

18. An.aconitus : terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

19. An.minimus : di temukan Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

20. An.flavirostris : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

21. An.sundaicus : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

22. An.subpictus : Irian Jaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

23. An.annularis : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

24. An.maculatus : Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. (Arsin, 2012).

Page 18: BAB II. 2003

25

D. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Malaria

Penyakit malaria berkaitan erat dengan keadaan wilayah, di kawasan

tropika seperti Indonesia penularan penyakit ini sangat rentan, karena keadaan

cuaca yang mempunyai kelembaban tinggi akan memberikan habitat yang sesuai

untuk pembiakan nyamuk yang menjadi vektor penularan kepada penyakit ini.

Selain itu, peningkatan suhu dunia juga menjadi salah satu faktor penyebab

meningkatnya penyakit malaria. Tingginya penularan malaria tergantung dari

densitas vektor, frekuensi gigitan, lamanya hidup vektor, lamanya siklus

sporogoni, angka sporozoit (parasit yang terdapat pada kelenjar liur nyamuk) dan

adanya reservoir parasit (manusia yang mempunyai parasit dalam darah) (Husin,

2007).

Nyamuk Anopheles sp adalah adalah nyamuk vektor penyakit malaria.

Penularan malaria secara ilmiah berlangsung melalui gigitan nyamuk Anopheles

betina. Hanya spesies nyamuk Anopheles tertentu yang mampu menularkan

penyakit malaria dan spesies tersebut disebut sebagai vektor. Lebih dari 400

spesies Anopheles didunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit

dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies

Anopheles yang menjadi vektor malaria (Muliyanto, 2010).

Malaria disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus Plasmodium, yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. pada manusia terdapat 4 spesies

Page 19: BAB II. 2003

26

Plasmodium, yaitu P. falcifarum, P. vivax, P. malariae, P. ovale dan P.

falcifarum menyebabkan infeksi paling berat dan angka kematian tertinggi.

Parasit malaria merupakan Genus Plasmodium dari anggota Phyllum

Protozoa Apicomplexa, kelas: Sporozoa, subkelas: Coccidiida, ordo:

Eucoccidides, sub-ordo: Haemosporina. Lebih dari 100 spesies genus

Plasmodium ditemukan pada darah reptil, burung, dan manusia. Pada hampir

semu kasus, malaria ditransmisi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang

terinfeksi. Tetapi parasit dapat juga ditransmisi secara kongenital, melalui

transfusi darah atau melalui jarum terkontaminasi (Islamuddin, 2010).

Daur hidup semua spesies parasit malaria pada manusia adalah sama, yaitu

mengalami stadium-stadium yang berpindah dari vektor nyamuk ke manusia dan

kembali ke nyamuk lagi. Terdiri dari siklus seksual (sporogoni) yang

berlangsung pada nyamuk Anopheles, dan siklus aseksual yang berlangsung pada

manusia yang terdiri dari fase eritrosit (erythrosytic schizogony) dan fase yang

berlangsung di dalam parenkim sel hepar (exo - erythrosytic schizogony).

Plasmodium falciparum, parasit ini merupakan spesies yang paling berbahaya

karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat.

Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase praeritrosit

saja, tidak ada fase eksoeritrosit yang dapat menimbulkan relaps jangka panjang

(rekurens). Jumlah merozoit pada skizon matang kira-kira 40.000 buah. Bentuk

awal yang terlihat dalam hati adalah skizon yang berukuran kira-kira 30 mikron

Page 20: BAB II. 2003

27

pada hari keempat setelah infeksi. Dalam darah, bentuk cincin stadium trofozoit

muda P. falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran kira-kira 1/6 diameter

eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin (bentuk pinggir dan

bentuk accole). Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit

(infeksi multipel), walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin

ganda dan infeksi multipel dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang diinfeksi

oleh spesies Plasmodium lain pada manusia. Bentuk cincin P. falciparum

kemudian menjadi lebih besar, berukuran ¼ dan kadangkadang hampir ½

diameter eritrosit. Sitoplasma dapat mengandung satau atau dua butir pigmen.

Stadium perkembangan daur aseksual berikutnya pada umumnya tidak

berlangsung dalam darah tepi, kecuali pada kasus berat (pernisiosa). Adanya

skizon muda dan skizon matang P. falciparum dalam sedian darah tepi berarti

keadaan infeksi yang berat, bentuk skizon muda P. falciparum dapat dikenal

dengan mudah oleh adanya satu atau dua butir pigmen yang menggumpal (Arif,

2008).

Bentuk cincin dan trofozoit tua menghilang dari darah tepi setelah 24 jam

dan tertahan di kapiler alat-alat dalam, sperti otak, jantung, plasenta, usus atau

sumsum tulang, di tempat-tempat ini parasite berkembang lebih lanjut. Dalam

waktu 24 jam parasit di dalam kapiler berkembang biak secara skizogoni, bila

skizon sudah matang akan mengisi kira-kira du per tiga eritrosit dan membentuk

8 sampai 24 buah merozoit, dengan jumlah rata-rata 16 buah merozoit. Derajat

Page 21: BAB II. 2003

28

infeksi pada jenis malaria ini lebih tinggi dari spesies lainnya, kadang-kadang

melebihi 500.000/mm3 darah. Sebagian besar kasus berat dan fatal disebabkan

oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit ini menggumpal dan menyumbat

kapiler.

Pembentukan gametosis berlangsung di kapiler alat-alat dalam, tetapi

kadang-kadang stadium muda dapat ditemukan di daerah tepi. Gametosis muda

mempunyai bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau

berbentuk elips, akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagai

gametosis matang. Gametosis untuk pertama kali tampak di darah tepi setelah

beberapa generasi mengalami skizogoni, biasanya kira-kira 10 hari setelah

parasit pertama kali tampak dalam darah. Gametosis betina atau makrogametosit

biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosis jantan atau

mikrogametosit dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan

Romanowsky/Giems. Intinya lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan butir-

butir pigmen tersebar di sekitar inti. Mikrogametosit berbentuk lebih lebar dan

seperti sosis. Sitoplasmanya biru pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya

berwarna merah muda, besar dan tidak padat; butir-butir pigmen tersebar di

Endemis malaria adalah terjadinya penyebaran secara alami di daerah tersebut

selama bertahun-tahun dan diperkirakan angka kejadian penyakit malaria tetap.

sitoplasma sekitar inti (Husin, 2007)

Page 22: BAB II. 2003

29

E. Tinjaun Umum Tentang Langkah-Langkah Identifikasi Spesies Nyamuk

Anopheles sp

1. Pencirian Identifikasi Nyamuk Anopheles sp

a. Ciri-Ciri Umum Nyamuk Anophelesn sp Dewasa

1.) Proboscis dan palpi sama panjang

2.) Scutellum berbentuk satu lengkungan (1/2 lingkaran)

3.) Urat sayap bernoda pucat dan gelap

4.) Jumbai biasanya terdapat noda pucat

5.) Pada palpi bergelang pucat atau sama sekali tidak bergelang

6.) Kaki panjang dan langsing

b. Cara Menggunakan Peralatan Identifikasi Nyamuk Dewasa

1.) Peralatan untuk identifikasi nyamuk dewasa terdiri dari:

a) Stereo Mikroskoa

b) Loupe ukuran 10x dan 20x

2.) Cara menggunakan alat stereo mikroskop:

a) Sediakan stereoskop (stereo mikroskop) di atas meja yang datar

dihadapan anda

b) Arahkan stereoskop dari arah sinar yang dating

Page 23: BAB II. 2003

30

c) Letakan materi (sediaan) nymuk dewasa yang telah disiapkan di

atas lempengan bundar mikroskop dibawah lensa obyektif

d) Arahkan jarak lensa obyektif dengan materi nyamuk sambil dilihat

pada lensa okuler sehingga materi jelas terlihat

e) Pindahkan ukuran pembesaran lensa obyektif sesuai kebutuhan dan

atur fokus hingga materi jelas terlihat

3.) Loupe

a) Pada bagian dada nyamuk ditusuk dengan jarum pin

b) Pengang loupe ditangan kanan dengan pembesaran 10x

c) Arahkan loupe sesuai sinar yang datang dari belakang dengan sudut

450

d) Jarum pin dengan materi nyamuk dipengang di tangan kiri

e) Buatlah jarak antara loupe dan mata kira-kira 1 jengkal dan jarak

materi dengan loupe kurang dari 1 cm

f) Cari sasaran materi di bawah loupe hingga jelas

g) Untuk mencari bagian-bagian yang lebih kecil dari materi,

pindahkan ukuran loupe menjadi 20x cari sampai materi terlihat

jelas

Page 24: BAB II. 2003

31

4.) Cara menggunakan atau membaca kunci anopheles sp

a) Gunakan gambar atau kunci bergambar dari nyamuk anopheles sp

b) Cocokkan materi nyamuk anda denga kunci yang ada pada gambar

c) Bandingkan ciri-ciri yang anda temukan pada nyamuk dengan ciri-

ciri yang terdapat pada kunci

d) Cari ciri-ciri berdasarkan langkah-langkah nomor yang tercantum

dalam gambar atau kunci

5.) Praktek pencirian (identifikasi) nyamuk anopheles sp

Identifikasi tanpa menggunakan kunci atau gambar

a) Gunakan stereoskopllope perbesaran 10x dan 20x

b) Catat ciri-ciri yang ditemukan dari nyamuk tersebut

c) Praktek ini dilakukan berulang-ulang dengan nyamuk yang lain

sehingga peserta terampil mengidentifikasi nyamuk

6.) Identifikasi dengan menggunakan kunci atau gambar

a) Gunakan stereoskop atau loupe perbesaran 10x dan 20x

b) Peserta diberikan nyamuk dan kunci bergambar

c) Peserta diminta mencocokkan ciri-ciri yang ada pada nyamuk

dengan ciri-ciri yang ada pada kunci atau gambar (Depkes RI,

2006).

Page 25: BAB II. 2003

32

F. Tinjaun Umum Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Di Indonesia

Ada beberapa macam ukuran yang dapat digunakan untuk menggambarkan

besarnya masalah malaria (endemisitas) pada di suatu daerah, yang sering

digunakan di Indonesia adalah: Annual Malaria Incidence (AMI) dan Annual

Parasite Incidence (API). Sebelum tahun 2007, AMI sebagai ukuran tingkat

kesakitan malaria masih banyak dipakai di luar pulau Jawa dan Bali pada daerah-

daerah yang tidak memiliki fasilitas pemeriksaan laboratorium di tingkat

Puskesmas, sehingga masih mengandalkan gejala klinis dalam mendiagnosis

penyakit malaria. Pada masa kini, yang dipakai adalah ukuran API karena pada

umumnya Puskesmas sudah memiliki fasilitas pemeriksaan laboratorium malaria

(Wijaya, 2012).

Daerah endemis malaria di Indonesia:

a. Daerah endemis tinggi (API >5 per 1000 penduduk) Provinsi: Sumatera

Utara (khusus Kabupaten Nias dan Nias Selatan), Maluku, Maluku Utara,

Papua Barat, Papua dan NTT.

b. Daerah endemis sedang (API = 1 - 5 per 1000 penduduk)

Provinsi: Aceh (kabupaten Simeuleu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau

(kabupaten Lingga), Jambi (Kabupaten Batang Hari, Merangin

dan Sorolangun), Kalimantan Tengah (Kabupaten Sukamara, Kota Waringin

Barat, Mura), Sulawesi Tengah (Kabupaten Toli-toli, Banggai, Banggai 

Kepulauan, Poso), Sulawesi Tenggara (Kabupaten Muna), NTB (Kabupaten

Page 26: BAB II. 2003

33

Sumbawa Barat, Dompu, Bima dan Sumbawa), Jawa Tengah  (Kab/Kota

Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, Pekalongan dan Sragen), Jawa Barat

(Sukabumi, Garut dan Ciamis), Provinsi Sulsel ( Tanah Toraja, Luwu Timur,

Kota Makassar).

c. Daerah endemis rendah (API >0 s/d 1 per 1000 penduduk) Sebagian

Pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

d. Daerah non endemis malaria (API = 0) Provinsi DKI Jakarta, Bali, Kepri

(Barelang Binkar).

Tabel 2.1.Sintesis Tempat Perkembangan Larva Nyamuk Anopheles

Peneliti(Tahun)

Masalah UtamaKarakteristik

TemuanSubjek Instrumen Metode

A. Asniar, dkk.2013

Konfirmasi Entomologi kasus Malaria pada sepuluhWilayah puskesmas di Kabupaten Bulukumba

Nyamuk Anopheles Dewasa

Cheklist Deskriptif

Ditemukan 6 Spesies nyamuk Anopheles spp yaitu An.barbirostris,An.vagus, An.subpictus, An.indefinitus, An.hyrcanus, An.kochi

Hernawan, H.D. 2011

Bionomik Nyamuk Anopheles spp di Desa Sumare dan Desa TapandulluKecamatan Simboro Kabupaten Mamuju

Nyamuk Anopheles Dewasa

Cheklist Deskriptif

Di Desa Tapandullu DitemukanAnopheles subpictus. Di desa Sumare ditemukanspesies nyamuk Anopheles vagus

Page 27: BAB II. 2003

34

Provinsi Sulawesi Barat

sebanyak 4 ekor danAnopheles barbirostris sebanyak 1 ekor

Wijaya, 2012.

Data (Angka) Malaria di Indonesia.

Daerah Endemis Dan Non Endemis Malaria di Indonesia.

Cheklist Deskriptif

Daerah endemis tinggi (API >5 per 1000 penduduk) Provinsi: Sumatera Utara (khusus Kabupaten Nias dan Nias Selatan), Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua dan NTT, dan Daerah non endemis malaria (API = 0) Provinsi DKI Jakarta, Bali, Kepri (Barelang Binkar).

G. Kerangka teori :

Spesies Nyamuk Anopheles sp

Daerah Endemis Daerah Non Endemis

Page 28: BAB II. 2003

35

Gambar 2.1. Skema kerangka teoritis (Modifikasi : Asnia, 2013)

Manusia

Endemisitas Malaria

Karakteristik Lingkungan

1. Fisik

a. Suhu udara

b. Kelembaban udara

2. Keberadaan vegetasi

a. Padat

b. Tidak

Karakteristik Lingkungan

1. Fisik

a. Suhu udara

b. Kelembaban udara

2. Keberadaan vegetasi

a. Padat

b. Tidak

Breeding Site Breeding Site