21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Karena itu, orang yang berakal dan sehat tentu mendambakan keluarga bahagia, sejahtera dan damai. Rumah tangga yang bahagia adalah rumah tangga di mana seluruh anggota keluarga tidak selalu mengalami keresahan yang menggoncang sendi-sendi keluarga. Rumah tangga sejahtera adalah rumah tangga yang dapat dipenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahir maupun batin menurut tingkat sosialnya. Rumah tangga yang damai adalah rumah tangga di mana para anggota keluarganya senantiasa damai tenteram dalam suasana kedamaian dan bebas dari percekcokan dan pertengkaran. Sedangkan rumah tangga yang langgeng (kekal) adalah rumah tangga yang terjalin kokoh dan tidak terjadi perceraian selama kehidupannya 1 . Dari gambaran keluarga yang ideal di atas, jelas bahwa keluarga merupakan ikatan batin yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang antara suami dan istri dan berikut kekerabatan keluarga. Dalam Al-Qur’an, keluarga yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang tersebut disebut dengan keluarga “sakinah” yang berarti ketenangan dan kebersamaan serta ketentraman jiwa. Kata ini disebutkan dalam Al-Qur’an pada surah Ar-Rum 2 ayat 21, Allah SWT berfirman : 1 Dedi Junaidi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al- Quran dan As-Sunah, (Jakarta: Akademika Pressindo 2002) hlm 15. 2 QS. Ar-Rum [30]: 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan Allah SWT

kepada manusia. Karena itu, orang yang berakal dan sehat tentu

mendambakan keluarga bahagia, sejahtera dan damai. Rumah tangga

yang bahagia adalah rumah tangga di mana seluruh anggota keluarga

tidak selalu mengalami keresahan yang menggoncang sendi-sendi

keluarga. Rumah tangga sejahtera adalah rumah tangga yang dapat

dipenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahir maupun batin menurut tingkat

sosialnya. Rumah tangga yang damai adalah rumah tangga di mana

para anggota keluarganya senantiasa damai tenteram dalam suasana

kedamaian dan bebas dari percekcokan dan pertengkaran. Sedangkan

rumah tangga yang langgeng (kekal) adalah rumah tangga yang terjalin

kokoh dan tidak terjadi perceraian selama kehidupannya1.

Dari gambaran keluarga yang ideal di atas, jelas bahwa keluarga

merupakan ikatan batin yang dibangun atas dasar cinta dan kasih

sayang antara suami dan istri dan berikut kekerabatan keluarga. Dalam

Al-Qur’an, keluarga yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang

tersebut disebut dengan keluarga “sakinah” yang berarti ketenangan

dan kebersamaan serta ketentraman jiwa.

Kata ini disebutkan dalam Al-Qur’an pada surah Ar-Rum2 ayat

21, Allah SWT berfirman :

1 Dedi Junaidi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-

Quran dan As-Sunah, (Jakarta: Akademika Pressindo 2002) hlm 15. 2 QS. Ar-Rum [30]: 21

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

2

كه وا إلها وجعل بي زوجا متسكفسكه أ

ن خنق مكه وي أ

ووي ءايجۦ أ

رون لم لأيت ملوم يجفك إن ف ذ ة ورحة ود و

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya

diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Dari ayat tersebut jelas menggambarkan tujuan dari yang ingin

dicapai yaitu adanya kebahagiaan, kedamaian dan ketenteraman hidup

dalam keluarga.

Dalam keluarga sakinah, setiap anggotanya merasakan suasana

tenteram, damai, bahagia, aman dan sejahtera lahir dan batin. Sejahtera

lahir adalah bebas dari kemiskinan harta dan tekanan-tekanan penyakit

jasmani. Sedangkan sejahtera batin adalah bebas dari kemiskinan iman

serta mampu mengomunikasikan nilai-nilai keagamaan dalam

kehidupan keluarga dan masyarakat.

Menurut Al-Jurjani makna sakinah adalah adanya ketenteraman

dalam hati saat datangnya sesuatu yang tidak diduga, dibarengi fakta

(nur) cahaya dalam hati yang memberi ketenangan dan ketenteraman

pada yang menyaksikannya dan merupakan keyakinan berdasarkan

penglihatan („ain al-yāqīn). Ada pula yang menyamakan sakinah itu

dengan kata rahmah dan tuma’ninah, artinya tenang dan tidak gundah.

Tenteram artinya tidak terjadi perpecahan, pertengkaran atau apalagi

perceraian dan ada kedamaian tersirat di dalamnya. Boleh jadi masalah

datang silih berganti tetapi bisa diatasi dengan hati dan kepala dingin.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

3

Ketenteraman hanya bisa muncul jika anggota keluarga itu

memiliki persepsi yang sama tentang tujuan berkeluarga. Jika tidak

yang terjadi justru sebaliknya yaitu adanya perpecahan, perselisihan

dan pertengkaran yang dapat berujung pada perceraian3.

Apa yang diidam-idamkan, diidealkan dan apa yang seharusnya

terjadi dalam kenyataan, tidak senantiasa berjalan sebagaimana

mestinya. Kebahagian yang diharapkan dapat diraup dari kehidupan be,

kerapkali hilang kandas tak berbekas yang menonjol justru derita dan

nestapa. Problem-problem pernikahan dan keluarga amat banyak sekali

dari yang kecil hingga yang berskala besar, dari yang berawal

pertengkaran biasa, lama-lama meruncing dan berujung ke perceraian

dan keruntuhan kehidupan 4.

Adanya problem dari hal yang bersifat kecil sampai kepada hal

yang bersifat besar (kompleks) yang berkaitan dengan pernikahan dan

kehidupan keluarga yang acapkali tidak bisa diatasi sendiri oleh

individu-individu yang terlibat dengan masalah tersebut. Hal ini

menunjukan bahwa diperlukan adanya bantuan konseling dari orang

lain untuk turut serta menyelesaikan masalahnya.

Konseling pernikahan dan keluarga dalam perspektif Islam

adalah proses pemberian bantuan terhadap individu dengan menyadari

kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam

menjalankan pernikahan dan hidup be selaras dengan ketentuan hukum

Islam sebagai petunjuk-Nya sehingga dapat mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan di akherat.

3 Junaidi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Quran

dan As-Sunah, hlm 23-25. 4 Samsul Munir Amir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) hlm

17.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

4

Konseling Islam tekanannya pada fungsi kuratif, pada

pemecahan masalah, pada pengobatan masalah, dalam hal ini individu

yang menghadapi masalah pernikahan dan keluarga. Jelasnya orang

(individu) yang telah menghadapi masalah dalam keluarga, konselor

melalui proses konseling membantu memecahkan masalah yang

dihadapinya itu. Individu yang dirundung masalah tadi dalam hal ini

diajak kembali menelusuri petunjuk dan ketentuan hukum-hukum

Allah, memahaminya kembali, menghayatinya kembali dan mencoba

berusaha menjalankannya sebagaimana mestinya.

Adapun dalam bimbingan konseling bertujuan mengarahkan

dan memberi pencegahan terhadap seseorang atas kendala-kendala

yang dirasakan dan di alami. Dengan ini penggunaan bimbingan

konseling keluarga melalui konsep ilmu Tasawuf bertujuan untuk

mendekatkan manusia kepada Allah dan memberi pengenalan

seseorang terhadap potensi yang dimiliki dalam diri tiap-tiap individu.

Konseling keluarga sendiri mempunyai fungsi bagaimana melakukan

pencegahan dengan konsep Islam. Yang salah satunya adalah

menggunakan ajaran ilmu Tasawuf yaitu ilmu yang mengkaji

bagaimana mensucikan diri dengan perbuatan yang di ridhoi oleh Allah

SWT.

Penerapan atau pengaplikasian ilmu Tasawuf yang dimaksud

adalah perilaku sabar, ikhlas, ridho dan sebagainya. Oleh karena

dengan cara inilah seorang akan bisa menerima apa yang dimilikinya

meliputi perubahan, kepemilikan, sifat dan perilaku dalam bergaul di

lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Dengan kata lain mengembalikan pemecahan problem yang

berkaitan dengan pernikahan dan hidup berumah tangga pada ketentuan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

5

dan petunjuk Allah (Hukum Allah), baik problem itu muncul karena

adanya perbuatan atau tindakan yang tidak sejalan degan ketentuan

hukum atau petunjuk Allah. Maupun problem dengan sebab-sebab lain

yang bersifat manusiawi dalam hubunganya dengan lingkungan sekitar.

Sesungguhnya inilah hakekat dalam konseling keluarga Islam yang

dimaksud dalam judul ini yaitu “Konsep Konseling Keluarga Menurut

Akta 521 Tentang Keganasan Rumah Tangga 1994 Di Malaysia Melalui

Perspektif Imam Al-Ghazali” merupakan undang-undang di Malaysia.

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

a. Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan berasal dari kata guidance dan to guid yang berarti

mengarahkan, memberi petunjuk sedangkan konseling berasal dari kata

conseling yang mempunyai artinya upaya memberi saran, nasehat dan

tuntunan kepada orang lain maupun kelompok. Jadi konseling adalah

pemberian nasehat atau penasehatan kepada orang lain secara

individual yang dilakukan dengan tatap muka (face to face). Pengertian

konseling dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah

penyuluhan5.

Dalam istilah ini, konseling di-Indonesiakan menjadi

penyuluhan (nasihat). Akan tetapi, karena istilah penyuluhan banyak

digunakan di bidang lain, semisal dalam penyuluhan pertanian dan

penyuluhan keluarga berencana yang kadang berbeda isinya dengan

yang dimaksud konseling (counseling), maka agar tidak menimbulkan

5 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) hlm

10-11.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

6

salah faham, istilah counseling tersebut langsung diserap saja menjadi

konseling6.

Biasanya istilah konseling selalu dirangkaikan dengan istilah

bimbingan sehingga menjadi bimbingan dan konseling. Hal ini

disebabkan bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang

integratif. Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan

bimbingan di antara beberapa teknik lainya. Namun konseling juga

bermakna “the heart of guidance program (hati atau inti dari program

bimbingan). Ruth Starang, sebagaimana dikutip Hallen mengatakan

bahwa guidance is gradeer, counseling is most imfortance tool of

guidance (bimbingan itu lebih luas, sedangkan konseling merupakan

alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan7.

Adapun pengertian konseling atau penyuluhan yang berlaku di

lingkungan sekolah dan masyarakat memiliki pengertian yang lebih

luas dan beragam. Menurut A. Edward Hoffman konseling adalah:

”face to face the couselor and counselee, within the guidance

service counseling maybe thought of is the cole of helping process

essential for the people administration or assistence to students as they

attempt to solve thein problems. How ever counseling counsel be

adequate unless it is built upon a superstucture of preparation8.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

bimbingan konseling adalah bimbingan yang diberikan kepada orang

lain atau kelompok yang berupa pencegahan, pemahaman dan

6 Anur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press,

2004) hlm 1-2. 7 Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) hlm 8-9. 8 A. Edward Hoffman, “Analisis Of Conselor Subrales”, Journal Of Counsling

Psychology, no 1, (1995) hlm 61-67.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

7

pengembangan agar seseorang maupun kelompok dapat mengarah

sesuai tujuan dengan melalui jalan yang benar yaitu sesuai dengan

tuntunan agama Islam.

b. Hubungan Antara Bimbingan Konseling Dengan Ilmu

Tasawuf

Dari dua kajian ilmu di atas dapat dikolaborasikan antara ilmu

Tasawuf dan bimbingan konseling, misalnya dalam melakukan suatu

pencegahan seorang konselor kepada seorang klien, pencegahan

tersebut menggunakan ilmu Tasawuf seperti tawakal, sabar dan

mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga dapat menjauhi

perbuatan perbuatan syirik, iri dengki, sombong dan lain-lain. Dengan

harapan seorang klien dapat menentukan langkah dengan melihat

apakah berbuatan yang dilakukan termasuk perbuatan baik atau

perbuatan syaiton.

Selain itu, pengaplikasian Tasawuf dalam bimbingan konseling

diharapkan seorang klien dapat menerima keadaan kesehatan mental

maupun fisik dalam dirinya sehingga terwujudnya perilaku syukur dan

membuat klien percaya diri dalam bersosialisasi di masyarakat.

2. Konseling Menurut Perspektif Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali menggunakan pendekatan konseling

berdasarkan sifat-sifat manusia. Firman ALLAH Taala di dalam surah

Al Ashr9, ayat 3:

ب نحت وثواصوا بٱلق وثواصوا بٱلص وا وعىنوا ٱمص يي ءاو إل ٱل

9 QS. al-Ashr [103]: 3

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

8

“Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan

berwasiat (nasihat-menasihati) dengan kebenaran dan berwasiat

dengan kesabaran”

Konsep konseling dalam Tasawuf adanya atas dasar sifat–sifat

manusia. Kedatangan pandangan Imam Al-Ghazali sekali lagi memberi

pandangan yang positif kepada konseling menurut perspektif Islam.

Konseling menurut Imam Al-Ghazali tidak banyak menggunakan kata-

kata yang sia-sia dan perbuatan yang tidak bermanfaat. Bagi teknik

konseling Islam yang betul yaitu dengan menggunakan kata-kata

hikmah, nasihat yang baik, perbincangan yang baik, taqwa, taubat,

tafakur, mengerjakan shalat dan berdoa. Panduan ataupun hujah-hujah

yang dikeluarkan oleh Imam Al-Ghazali banyak terdapat dalam kitab

ihya’ Ulumuddin. Dalam masa yang sama pendekatan Imam Al-

Ghazali banyak digunakan dalam bidang ilmu Tasawuf.

Sebagai satu contoh pendekatan yang digunakan oleh Imam Al-

Ghazali dapat dilihat melalui surah al-Naml10

, ayat 93 :

ا تعىنون ووا ربم بغفل عى سييكه ءايجۦ فجعرفونها وكل ٱلىد لل

„‟Dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah, Dia akan

memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, Maka kamu

akan mengetahuinya. dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu

kerjakan".

Ayat ini juga menjelaskan bahwa salah satu pendekatan

penggunaan konsep yang digunakan oleh Imam Al-Ghazali. Ayat ini

jelas menunjukkan bahwa konsep Imam Al-Ghazali dapat menerapkan

nilai-nilai kesabaran yang tinggi.

10 QS. al-Naml [27]: 93

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

9

Konsep manusia menurut Imam Al-Ghazali dapat dikaji dari

segi unsur kerohanian yang terdiri daripada qalbu, ruh, nafs dan aqli.

Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya’ telah mengutarakan konsep

manusia berdasarkan ayat Al-Quran dalam surah Shaad11

, ayat 72 :

“Kemudian apabila Aku sempurnakan

kejadiannya(manusia),serta Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan-

Ku)…”

Manusia yang diciptakan Allah SWT memiliki unsur-unsur

rohaniah iaitu qalbu, ruh, nafs dan aqli. Imam Al-Ghazali menegaskan

bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks, kebendaan, sayangkan

kehidupan dan kepandaian manusia suka memuaskan estetika dan

benda-benda yang cantik. Di samping itu, manusia mempunyai ruh

Ilahi yang bertentangan dengan nafsu itu.

Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa manusia memang mampu

untuk mencapai taraf malaikat dengan suluhan ilmu dan boleh juga

jatuh tersungkur lebih rendah dari taraf hewan jika terpengaruh dengan

kemewahan dan kemarahan. Malah Imam Al-Ghazali menekankan

kepentingan ilmu dalam membantu memberi kesedaran tentang hakikat

dirinya yang tinggi, suci dan murni. Oleh kerna itu, menurut pandangan

Imam Al-Ghazali cukup jelas manusia memang ada kecenderungan

untuk meningkatkan hakikat dirinya yang suci bersih. Namun manusia

juga akan terjerumus ke lembah yang lebih rendah dari hewan. Ilmu

11 QS. Shaad [38]: 72

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

10

dan tindakan yang mulia adalah penting untuk mensucikan diri

manusia.

Imam Al-Ghazali menggariskan tingkahlaku manusia

berasaskan kepada surah Al-Hujurat12

, ayat 15 :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-

orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka

tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka

pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar”.

Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali memainkan peranan

penting dalam sejarah perkembangan cabang-cabang ilmu pengetahuan

dan hubungannya dengan bidang Psikologi. Menurut Dr. Abdul

Hameed Al-Hashimi professor dalam bidang Psikologi di King Abdul

Aziz University, Imam Al-Ghazali merupakan tokoh yang

memperkenalkan kajian tentang pemikiran manusia atau kajian tentang

tingkah laku. Imam Al-Ghazali mempunyai sumbangan yang besar

dalam pembangunan modal insan dalam kalangan jiwa umat manusia

baik pada zamannya maupun pada zaman modern ini. Pelbagai kaedah

telah diperkenalkan serta dijelaskan dengan begitu mendalam tentang

ilmu-ilmu agama yang bersangkutan dengan bidang Psikologi dan

konseling.

12 QS. al-Hujurat [49]: 15

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

11

Antara sumbangan-sumbangan beliau dalam perkembangan

konseling Islam termasuklah penerangan mengenai jiwa manusia,

nafsu, akal dan ruh. Bagaimana manusia menjadikan hidupnya

tenteram dan sebagainya. Jika dilihat kepada perbedaan pendekatan

teori yang dilaksanakan dalam konseling antara Imam Al-Ghazali

dengan tokoh-tokoh Barat, secara jelas dapat ditentukan bahwa konsep

yang dibawa oleh Imam Al-Ghazali merupakan konsep yang terbaik

kerna merujuk kepada dua sumber utama dalam Islam yaitu Al-Quran

dan Al-Hadis.

Hal ini amat diyakini kerna di dalam surah An-Nisa13

, ayat 59

telah Allah SWT telah berfirman :

„‟Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah

Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu

berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada

Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar

beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih

utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya‟‟.

3. Akta 521 (Akta Keganasan Rumah Tangga 1994)

Keganasan rumah tangga merupakan permasalahan yang sering

diperkatakan dan menjadi semakin serius buat masa kini. Ia

13 QS. An-Nisaa‟ [4]: 59

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

12

merupakan permasalahan yang telah melanda hampir di semua

negara di seluruh dunia tanpa mengira bangsa, agama, kaum,

jantina, keturunan dan kedudukan14

.

Keganasan rumah tangga merupakan satu kekejaman dalam

rumah tangga. Kebiasaannya kekerasan ini terjadi satu hala dan

dikutii dengan tindak balas yang lain. Kejadian ini terjadi

dikarenakan seseorang individu telah menyalahgunakan atau

menggunakan kuasa secara sewenang-wenangnya.

Tindak balas yang timbul hasil daripada penderaan ke atas

istri dan anak-anak adalah tindakan secara fizikal seperti memukul,

menampar, membaling dengan menggunakan sesuatu, menendang,

menolak atau menggunakan senjata seperti pisau, kayu, senapang,

botol atau menggunakan sesuatu dengan tujuan untuk

mencederakan. Selain daripada itu, terdapat juga penderaan dalam

bentuk lisan dan meninggalkan kesan yang mendalam seperti

mencaci, mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengari,

mengejek dan mencerca.

Definisi keganasan ini adalah suatu perlakuan untuk

menyakiti individu lain secara fisik yang dilakukan ke atas wanita

atau kanak-kanak. Bentuk penderaan itu termasuk tampar, pukul,

tumbuk, tolak, pukul dengan menggunakan objek lain yang

bertujuan untuk mencederakan isteri atau kanak-kanak.

Keganasan rumah tangga mengikut tafsiran Seksyen 2 Akta

Keganasan Rumah Tangga 1994 (Akta 521) adalah pelakuan mana-

mana perbuatan berikut15

:

14 Dr Jal Zabdi Mohd Yusoff, Jenayah Keganasan Rumah Tangga (Edisi

Kedua),(Kuala Lumpur, University of Malaya Press, 2015) hlm 1

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

13

a. Secara bersenjata atau dengan disedarinya meletakkan,

atau cuba meletakkan mangsa itu dalam keadaan

ketakutan kecederaan fizikal

b. Menyebabkan kecederaan fizikal kepada mangsa itu

dengan suatu perbuatan yang diketahui atau yang

sepatutnya diketahui akan mengakibatkan kecederaan

fizikal

c. Memaksa mangsa itu dengan paksaan atau ancaman

melakukan apa-apa kelakuan atau perbuatan berbentuk

seksual ataupun selainnya, yang mangsa itu berhak tidak

melakukan

d. Mengurung atau menahan mangsa tanpa kerelaan

mangsa itu, atau

e. Melakukan pengkhianatan atau kemusnahan atau

kerosakan kepada harta dengan niat untuk menyebabkan

kesedihan atau kegusaran kepada korban itu oleh

seseorang terhadap istri atau suaminya, bekas istri atau

suaminya, kanak-kanak, orang dewasa yang tidak

berkeupayaan atau mana-mana anggota lain keluarga.

Kewujudan Akta Keganasan Rumah Tangga 1994 (Akta 521)

merupakan antara satu usaha bagi menangani masalah keganasan

rumah tangga di Malaysia. Akta Keganasan Rumah Tangga diluluskan

pada tahun 1994. Akta Keganasan Rumah Tangga mengenal-pasti

keganasan yang terjadi dalam satu rumah tangga sebagai masalah sosial

yang serius dan mesti ditangani. Keganasan rumah tangga bukan satu

masalah pribadi keluarga.

15

Zabdi Mohd Yusoff, Jenayah Keganasan Rumah Tangga, hlm 8

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

14

Akta Keganasan Rumah Tangga melindungi ahli keluarga,

termasuklah istri atau suami, bekas istri atau suami, kanak-kanak

(termasuk anak adopsi), orang-orang dewasa yang tak berkeupayaan

(samada mental ataupun fisik) dan mana-mana ahli keluarga yang lain.

Akta Keganasan Rumah tangga melindungi semua orang. Walaupun

keganasan rumah tangga berlaku dalam berbagai bentuk, akta ini hanya

mengiktirafkan keganasan seperti yang berikut iaitu keganasan yang

menyebabkan kecederaan fisik, meletakkan seseorang dalam keadaan

ketakutan, mengurung , merosakkan harta benda dengan niat

menggusarkan atau memaksa melakukan sesuatu yang seseorang itu

berhak untuk tidak melakukannya.

Bagi menangani keganasan rumah tangga, antara jenis

korban yang dilindungi oleh akta ini adalah16

:

a. Istri atau suami atau bekas istri atau suami.

b. Kanak-kanak yaitu mereka berumur di bawah 18 tahun

yang tinggal sebagai seorang ahli keluarga.

c. Orang dewasa yang tidak berkeupayaan

Korban yang mengalami permasalahan di atas akan menjalani

terapi konseling yang akan dilaksanakan oleh badan-badan konselor

dan perundangan. Bagi pasangan yang terkait dengan permasalahan

keganasan rumah tangga, mahkamah mempunyai kuasa untuk

mengarahkan mereka menghadiri konseling yang dikendalikan oleh

badan-badan tertentu. Konseling adalah sebagai salah satu cara untuk

menangani isu keganasan rumaa tangga. Terdapat peruntukkan khusus

dalam Akta 521 mengenai konseling. Seksyen 11, akta 521

16

Zabdi Mohd Yusoff, Jenayah Keganasan Rumah Tangga, hlm 10

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

15

memperuntukkan bahwa mahkamah boleh, dalam mana-mana

prosiding di mana perintah perlindungan diminta, sebagai ganti atau

sebagai tambahan kepada mengeluarkan perintah perlindungan,

membuat satu atau kedua-dua perintah berikut serta pihak-pihak

berkenaan dirujukkan kepada badan pendamai dan bahwa satu atau

lebih pihak kepada pertikaian itu dirujukkan kepada terapi pemulihan,

psikoterapi atau lain-lain konseling pendamaian yang sesuai.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis fokus pada beberapa pokok

bahasan. Diantaranya :

1. Bagaimanakah konsep konseling keluarga menurut Akta 521

tentang keganasan rumah tangga dengan konsep konseling

keluarga menurut perspektif Imam Al-Ghazali?

2. Bagaimanakah pendekatan konseling keluarga yang perlu

dilakukan untuk menangani permasalahan menurut perspektif

Imam Al-Ghazali dan proses penyelesaian menurut Akta 521

(Akta Keganasan Rumah tangga 1994)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, penulis dalam

penulisan penelitian ini punya beberapa tujuan. Diantaranya :

1. Untuk mengetahui konsep konseling keluarga menurut Akta

521 tentang keganasan rumah tangga dengan konsep konseling

keluarga menurut perspektif Imam Al-Ghazali.

2. Untuk mengetahui pendekatan konseling keluarga yang perlu

dilakukan untuk menangani permasalahan menurut perspektif

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

16

Imam Al-Ghazali dan proses penyelesaian menurut Akta 521

(Akta Keganasan Rumah tangga 1994).

D. Manfaat Penelitian

Signifikansi hasil penelitian ini yang penulis harapkan adalah:

1. Teoritis: Penelitian ini merupakan pengkajian keilmuan

berkaitan tentang konsep konseling keluarga Islam dan

keterkaitan dengan perspektif Imam Al-Ghazali dalam ilmu

tasawuf secara umum dan Islam.

2. Praktis: Memberikan Informasi kepada praktisi bimbingan

konseling keluarga berkaitan konsep konseling keluarga

menurut perspektif Imam Al-Ghazali untuk dijadikan rujukan

dalam pelaksanaan bimbingan konseling pada umumnya dan

konseling keluarga Islam pada khususnya.

E. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk mengaitkan

beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian skripsi yang berjudul “Bimbingan Islami

Terhadap Istri Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(KDRT) Di Jabatan Kebajikan Masyarakat (JKM) Daerah

Temerloh, Pahang, Malaysia” yang ditulis oleh Haziq

Syafiq Bin Jasmi (12144051) mahasiswa jurusan Bimbingan

Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN

Sumatera Utara Medan Tahun 201817

. Skripsi menjelaskan

17 Haziq Syafiq Bin Jasmi (12144051), “Bimbingan Islami Terhadap Istri Korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Di Jabatan Kebajikan Masyarakat (JKM) Daerah

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

17

faktor-faktor terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,

bentuk bimbingan Islami terhadap istri korban kekerasan

dalam rumah tangga serta upaya yang dilakukan (JKM)

dalam menanggulangi KDRT, serta untuk mengetahui

hambatan (JKM) dalam mengatasi kasus istri korban

kekerasan dalam rumah tangga di kalangan masyarakat.

2. Penelitian skripsi yang pernah dilakukan oleh Selly Maria

Sari18

(1341040047), berjudul “Metode Konseling Dalam

Menangani Perselisihan Pasangan Suami Isteri (PASUTRI)

Di KUA Sukabumi, BANDAR LAMPUNG”. Beliau

menjelaskan bagaimana cara KUA Sukabumi Bandar

Lampung dalam mencegah permasalahan yang berlaku

antara suami isteri ini dari berlaku putusnya hubungan

pernikahan yang sah berdasarkan syarat-syarat yang

ditentukan undang-undang dan syariat Islam.

F. Metode Penelitian

Pokok pembahasan dalam metode penelitian ini antara lain:

Jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data dan analisis

data.

1. Jenis Penelitian

Temerloh, Pahang, Malaysia”, Skrispi, (Medan : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera

Utara, 2018).

18 Selly Maria Sari (1341040047), “Metode Konseling Dalam Menangani

Perselisihan Pasangan Suami Isteri (PASUTRI) Di KUA Sukabumi, Bandar Lampung”.

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan Lampung.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

18

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif

(penelitian kepustakaan) atau (library research)19

dengan pendekatan

normatif. Penelitian kepustakaan merupakan suatu cara menghimpun

data-data dan fakta melalui referansi-referansi atau buku-buku bacaan

yang berhubung dengan permasalahan yang akan diteliti dan dibahas

dalam skripsi. Pendekatan normatif berusaha untuk mengkaji fenomena

yang muncul dari segi normatif hukum dan undang-undang di

Malaysia.

2. Sumber data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data sebagai

berikut:

a) Bahan Hukum Primer

Adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas

(autoritatif)20

seperti Akta 521 (Akta Keganasan Rumah tangga

1994) yaitu Undang-undang di Malaysia yang merupakan suatu

akta yang membicarakan berkaitan hukum keganasan dan

sanksi terhadap pelaku. Di dalamnya terkandung bahagian atau

pasal konseling khusus untuk permasalahan yang berlaku di

dalam rumah tangga.

b) Bahan Hukum Sekunder

19 Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987)

hlm. 67 20

Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum. Bab 3 Bahan Hukum Dalam

Penelitian Akademik Dan Praktis, (Jakarta : Sinar Grafika, Cetkan Ke 5, 2014) hlm 47.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

19

Adalah semua publikasi tentang hukuman yang

merupakan dokumen yang tidak resmi. Sumber data sekunder

yaitu didapat dari buku-buku kompilasi undang-undang di

Malaysia, konseling keluarga, Tasawuf dan lain-lain. Kitab-

kitab hadis, seperti Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim dan

berkaitan dengan judul skripsi ini.

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang

mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan

hukum lainnya. Bahan hukum yang digunakan penulis adalah

kamus-kamus, koran, majalah, jurnal dan dan lain-lain lagi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penulisan ini adalah studi pustaka (literatur pustaka), yaitu dengan

dikumpulkan semua buku-buku utama, jurnal, website di internet,

makalah dan literatur lain yang berhubungan dengan permasalahan

diatas terlebih dahulu dan setelah itu dibaca, dianalisis dan seterusnya

dicatatkan dalam penulisan ini.

Data atau variable-variabel tersebut merupakan kajian dari Akta

521 (Akta Keganasan Rumah tangga 1994), konsep konseling keluarga

Islam dan pemikiran Imam Al-Ghazali.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

20

4. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif

dan untuk menjelaskan konsep konseling keluarga Islam dalam

Tasawuf adalah metode deduktif sesuai untuk masa kini. Yang

dimaksud Metode deduktif adalah metode berfikir yang berdasarkan

pada pengetahuan umum dimana kita hendak menilai suatu kejadian

yang khusus.

G. Sistematika Penulisan

Di bagian ini akan menjelaskan susunan secara keseluruhan dari

penulisan penelitian ini yang berkaitan dengan konsep konseling

keluarga Islam dan Akta 521 dalam menangani permasalahan rumah

tangga serta penyelesaiannya menurut perspektif Imam Al-Ghazali.

Sistematika penulisan diantaranya sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan ini merupakan garis besar dari penyusunan

penelitian ini. Dalam hal ini akan dibahas sebagai berikut : Latar

Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Penulis tertarik untuk membahas materi yang berisikan

tentang tinjauan pustaka berkaitan konseling keluarga Islam, maka

harus mengetahui juga dasar konsep konseling keluarga Islam serta

konsep konseling keluarga Islam menurut perspektif Imam Al-Ghazali

termasuk pengenalan Akta 521 dan permasalahan yang terkait di dalam

Akta 521 (Akta Keganasan Rumah Tangga 1994).

BAB III : Untuk memberikan pemaparan tentang objek dan hasil

penelitian kepada pembaca berdasarkan dua rumusan masalah yang

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.radenfatah.ac.id/4413/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 30. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan

21

dibangkitkan pada pendahuluan penulisan ini, maka penulis

menjelaskan proses penyelesaian dan pendekatan konseling keluarga

menurut Akta 521 yang dilakukan untuk menangani permasalahan

rumah tangga di dalam Akta 521 (Akta Keganasan Rumah tangga

1994) serta metode pelaksanaan konsep konseling keluarga menurut

perspektif Imam Al-Ghazali.

BAB V : PENUTUP, Untuk menyimpulkan permasalahan-

permasalahan yang ada pada penulisan ini agar dapat dipahami dan

dimengerti oleh pembaca, maka penulis memberikan kesimpulan dan

disertai dengan saran-saran.