69
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan dini merupakan perkawinan di bawah umur (19 tahun) yang target persiapannya belum dikatakan maksimal baik dari segi persiapan fisik, persiapan mental juga persiapan materi. Terdapat berbagai fakor yang melatar belakangi terjadinya pernikahan dini yang dilakukan, dan menjadi permasalahan yang besar ketika tidak ada pencarian analisa masalah yang tepat yang didasari oleh data yang akurat dan terpercaya serta solusi yang alternatif untuk memecahkan masalah ini. Penangganan adanya dampak buruk pernikahan dini, yaitu dengan pendewasaan usia kawin, keluarga sejahtera dan pemerintah peduli remaja berupa solusi baru yang lebih objektif yang dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mengatasi maraknya pernikahan dini (Sasmita, 2008). Pernikahan dianggap sebagai sebuah solusi atas apa yang acapkali ditimbulkannya. zina misalkan, sehingga tanpa disadari pernikahan hanya dijadikan sebagai justifikasi aktivitas seksual mereka. Hal ini berkaitan dengan kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin tahu mereka terhadap masalah- masalah seksual lebih tinggi, sebab pada masa ini remaja berada dalam potensi seksual yang aktif karena pengaruh hormon. Pernikahan dini bagi remaja berdampak pada fisik dan mental, dimana secara fisik, berupa remaja yang belum kuat, tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses persalinan (Sasmita, 2008). 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

  • Upload
    donga

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan dini merupakan perkawinan di bawah umur (19 tahun) yang

target persiapannya belum dikatakan maksimal baik dari segi persiapan fisik,

persiapan mental juga persiapan materi. Terdapat berbagai fakor yang melatar

belakangi terjadinya pernikahan dini yang dilakukan, dan menjadi permasalahan

yang besar ketika tidak ada pencarian analisa masalah yang tepat yang didasari

oleh data yang akurat dan terpercaya serta solusi yang alternatif untuk

memecahkan masalah ini. Penangganan adanya dampak buruk pernikahan dini,

yaitu dengan pendewasaan usia kawin, keluarga sejahtera dan pemerintah peduli

remaja berupa solusi baru yang lebih objektif yang dapat dijadikan sebagai

langkah awal untuk mengatasi maraknya pernikahan dini (Sasmita, 2008).

Pernikahan dianggap sebagai sebuah solusi atas apa yang acapkali

ditimbulkannya. zina misalkan, sehingga tanpa disadari pernikahan hanya

dijadikan sebagai justifikasi aktivitas seksual mereka. Hal ini berkaitan dengan

kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin tahu mereka terhadap masalah-

masalah seksual lebih tinggi, sebab pada masa ini remaja berada dalam potensi

seksual yang aktif karena pengaruh hormon. Pernikahan dini bagi remaja

berdampak pada fisik dan mental, dimana secara fisik, berupa remaja yang belum

kuat, tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses

persalinan (Sasmita, 2008).

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

2

Pernikahan dini merupakan perkawinan di bawah umur (19 tahun) yang

target persiapannya belum dikatakan maksimal baik dari segi persiapan fisik,

persiapan mental juga persiapan materi. Terdapat berbagai fakor yang melatar

belakangi terjadinya pernikahan dini yang dilakukan, dan menjadi permasalahan

yang besar ketika tidak ada pencarian analisa masalah yang tepat yang didasari

oleh data yang akurat dan terpercaya serta solusi yang alternatif untuk

memecahkan masalah ini. Penangganan adanya dampak buruk pernikahan dini,

yaitu dengan pendewasaan usia kawin, keluarga sejahtera dan pemerintah peduli

remaja berupa solusi baru yang lebih objektif yang dapat dijadikan sebagai

langkah awal untuk mengatasi maraknya pernikahan dini (Sasmita, 2008)

Hasil penelitian UNICEF di Indonesia (2002), menemukan angka kejadian

pernikahan anak berusia 15 tahun berkisar 11%, sedangkan yang menikah di saat

usia tepat 18 tahun sekitar 35%.8 Praktek pernikahan usia dini paling banyak

terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara didapatkan data bahwa

sekitar 10 juta anak usia di bawah 18 tahun telah menikah, sedangkan di Afrika

diperkirakan 42% dari populasi anak, menikah sebelum mereka berusia 18 tahun.

Di Amerika Latin dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat mereka berusia 18

tahun. Prevalensi tinggi kasus pernikahan usia dini tercatat di Nigeria (79%),

Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%).8 Secara umum,

pernikahan anak lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak

laki-laki, sekitar 5% anak laki-laki menikah sebelum mereka berusia 19 tahun.

Selain itu didapatkan pula bahwa perempuan tiga kali lebih banyak menikah dini

dibandingkan laki-laki.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

3

Menurut survey tahun 2005 terdapat 21,5% wanita di Indonesia yang

perkawinan pertamanya dilakukan ketika berusia 17 tahun. Di daerah pedesaan

dan perkotaan wanita melakukan perkawinan di bawah umur tercatat masing-

masing 24,4% dan 16,1%. Persentase terbesar kawin muda terdapat di Propinsi

Jawa Timur 90,3%, Jawa barat 39,6% dan Kalimantan Selatan 37,5%.

Menurut laporan badan perencanaan pembangunan nasional (Bappenas)

tentang capaian target tujuan pembangunan milenium (MDGS) Indonesia tahun

2008, sebanyak 34,5% dari 2.049.000 pernikahan yang terjadi setiap tahun

merupakan pernikahan usia muda. Di Jawa Timur angkanya bahkan lebih tinggi

dari angka rata-rata nasional, sampai 39%. (Bappenas, 2009).

Angka statistik pernikahan usia muda dengan pengantin dibawah16 tahun,

secara keseluruhan mencapai lebih dari seperempat bahkan sepertiga dari

pernikahan yang terjadi. Tepatnya di Jawa Timur 39,43%, Kalimantan selatan

35,48%, Jambi 30,63%, Jabar 36%, dan Jawa tengah 27,84% (BKKBN, 2005).

Berdasarkan data dari Provinsi Aceh tahun 2009 jumlah perempuan usia

perkawinana pertama diperdesaan dan perkotaan berjumlah 45,59%.

Perilaku hubungan seksual sebelum menikah semakin sering dipraktekkan

oleh para remaja. Perilaku seksual remaja mencakup kegiatan mulai dari

berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, sampai berhubungan seksual.

Berbagai survei mengenai perilaku seks bebas pada remaja kita sudah sering

dilakukan. Hasil survei tahun 2005 berdasarkan hasil survei Synovate Research

tentang perilaku seksual remaja (15 - 24 tahun) di kota Jakarta, Bandung,

Surabaya dan Medan, hasilnya 44 % responden mengaku mereka sudah pernah

punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun. Sementara 16% lainnya mengaku

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

4

pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun. Bahkan menurut

survei tahun 2007 sebanyak 22,6 % remaja Indonesia penganut seks bebas

(Hermanto, 2008). Sedangkan jumlah penduduk di Kecamatan Lembah Seulawah

jumlah penduduk 10.398 jiwa terdiri dari 5.386 laki-laki dan 5.012 perempuan.

Sedangkan jumlah kepala keluarga di Wilayah kerja puskesmas Saree yaitu 3.698

kepala keluarga.

Dalam kehidupan sehari-hari pernikahan di usia dini sudah tidak

dipermasalahkan lagi. Pada era globalisasi saat ini remaja sudah banyak yang

melakukan pernikahan di usia dini. Ini yang menjadi kasus saat ini, semestinya

para remaja-remaja itu harus berpikir dua kali sebelum mengambil keputusan

untuk menikah di usia dini. Pada umumnya remaja yang menikah di usia dini,

pasti tidak dapat menikmati bangku pendidikan dan menikmati masa-masa remaja

mereka. Kebanyakan remaja yang melakukan pernikahan dini adalah remaja-

remaja yang masih duduk di bangku sekolah tetapi sudah mencoba hubungan seks

di luar nikah dan akhirnya hamil. Sehingga mereka memutuskan untuk berhenti

sekolah dan melanjutkan ke pernikahan. Kehidupan mereka yang kawin diusia

muda ini tidak jarang terjadi ketegangan antara suami-istri seperti tidak

terkendalinya emosi yang dilatarbelakangi kekurangsiapan mental dari pasangan

usia muda tersebut yang pada akhirnya dapat menimbulkan tekanan sosial

maupun ekonomi dalam rumah tangga. Sebagai generasi muda dan penerus

bangsa, tidaklah harus selalu mengambil langkah yang dianggap mudah untuk

menjalin kasih dengan pasangan melalui pernikahan dalam usia yang dini, semua

itu harus melewati proses yang panjang dan harus ada kesiapan dari masing –

masing pihak, karena jika tidak pernikahan yang akan dilakukan hanya akan

menjadi pernikahan yang sia – sia.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

5

Terkadang remaja hanya bisa melanjutkan sampai sekolah menengah saja

atau bahkan tidak bisa mengenyam sedikitpun kenikmatan pendidikan, sehingga

menikah menjadi sebuah solusi dari kesulitan yang mereka hadapi. Terutama

remaja putri di tengah kondisi ekonomi mereka yang sulit, para kepala keluarga

lebih memilih mengantarkan putri mereka untuk menikah, karena paling tidak

sedikit banyak beban mereka akan berkurang, tetapi pada remaja putra sedikit

terjadi karena peran laki-laki dalam kehidupan berumah tangga sangatlah besar,

sehingga bagi kaum adam minimal harus mempunyai ketrampilan terlebih dahulu

sebagai modal awal membangun rumah tangga mereka.

Hasil data dari kantor urusan agama jumlah remaja yang menikah pada

tahun 2012 sebanyak 39 orang, sedangkan hasil wawancara sebanyak 10 orang

kepala keluarga yang dilakukan peneliti di Kecamatan Lembah Seulawah

sebanyak 3 (30%) menyatakan bahwa pernikahan usia muda sebenarnya tidak

baik dilakukan namun biasanya ada faktor lain yang memaksa mereka untuk

menikahkan anaknya pada usia muda, sementara 7 (70%) kepala keluarga lain

mengatakan bahwa pernikahan usia muda itu merupakan hal yang lumrah

dilakukan dan biasanya dilakukan untuk menghindari timbulnya fitnah. Selain itu

masih banyak kepala keluargayang mempunyai persepsi yang baik terhadap

pernikahan usia muda disebabkan karena pengaruh lingkungan dan ingin menjaga

fitnah yang terjadi terhadap anaknya.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepala

keluarga terhadap persepsi pernikahan usia muda di Wilayah Kerja Puskesmas

Saree Aceh Besar.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah dari latar belakang di atas, maka yang menjadi

permasalahan penelitian adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kepala

keluarga terhadap persepsi pernikahan usia muda di Wilayah Kerja Puskesmas

Saree Aceh Besar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepala

keluarga terhadap persepsi pernikahan usia muda di Wilayah Kerja

Puskesmas Saree Aceh Besar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan faktor umur kepala keluarga terhadap

persepsi pernikahan usia muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree

Aceh Besar

b. Untuk mengetahui hubungan faktor pendidikan kepala keluarga

terhadap persepsi pernikahan usia muda di Wilayah Kerja Puskesmas

Saree Aceh Besar.

c. Untuk mengetahui hubungan faktor pendapatan kepala keluarga

terhadap persepsi pernikahan usia muda di Wilayah Kerja Puskesmas

Saree Aceh Besar.

d. Untuk mengetahui hubungan faktor budaya terhadap persepsi

pernikahan usia muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kepala Keluarga

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

7

Untuk memberikan informasi tentang resiko pernikahan dini pada

kehamilan dan proses persalinan.

2. Bagi Masyarakat

Manfaat penelitian bagi masyarakat, yaitu untuk memberikan informasi

tentang resiko pernikahan dini terhadap kehamilan dan proses persalinan,

untuk memberikan informasi tentang usia pernikahan yang sesuai dengan

Undang-undang yang telah ditetapkan pemerintah, serta untuk memberi

pengetahuan tentang usia hamil dan melahirkan yang baik/tidak beresiko.

3. Bagi Pihak Institusi Pendidikan

Sebagai bahan penelitian acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai

pernikahan dini yang dapat beresiko terhadap kehamilan dan proses

persalinan.

4. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah

pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan

terhadap pernikahan dini.

5. Bagi Peneliti Lainnya

Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian

di tempat lain.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Menurut Undang-Undang Perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir

batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan

tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan merupakan salah suatu

aktivitas individu. Aktivitas individu umumnya akan terkait pada suatu tujuan

yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan, demikian pula dalam hal

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

8

perkawinan. Karena perkawinan merupakan suatu aktivitas dari satu pasangan,

maka sudah selayaknya merekapun juga mempunyai tujuan tertentu. Tetapi

karena perkawinan itu terdiri dari dua individu, maka adanya kemungkinan bahwa

tujuan mereka itu tidak sama. Bila hal tersebut terjadi, maka tujuan itu harus

dibulatkan agar terdapat suatu kesatuan dalam tujuan tersebut (Walgito, 2004).

Menurut Thaha ( Migdad, 2001) mengemukakan bahwa nikah adalah

peijanjian dan ikatan lahir batin antara laki-laki dengan seorang perempuan yang

dimaksudkan, untuk bersama seruinah tangga dan untuk berketurunan, serta harus

dilangsungkan memenuhi rukun dan syarat-syaratnya menurut Islam dan Negara.

Sedangkan menurut Latif (Migdad, 2001) mendefinisikan tentang perkawinan

(nikah) adalah suatu gerbang kehidupan yang biasa dilalui oleh umumnya umat

manusia sejak masa-masa dahulu sampai sekarang dan masa-masa mendatang.

Shiddieqy (Migdad,2001) mendefinisikan tentang perkawinan atau nikah

ialah : melaksanakan 'aqad (perikatan yang dijalin dengan pengakuan kedua belah

pihak) antara seorang lelaki dan seorang perempuan atas dasar keridlaan dan

kesukaan kedua belah pihak oleh wali dari pihak perempuan menurut sifat yang

telah ditetapkan syara' untuk menghalalkan hidup serumah tangga dan untuk

menjadikan yang seorang condong kepada yang seorang lagi dan menjadikan

masing-masing daripadanya sekutu (teman hidup) bagi yang lain.

Pernikahan merupakan suatu bentuk komunitas sosial yang melibatkan

suami isteri sebagai pelaku utamanya, sebagaimana komunitas sosial lainnya.

Dengan demikian dalam pernikahan pun terjadi interaksi sosial pada pelaku yang

terlihat didalamnya. Interaksi sosial sebenarnya sudah terjadi sejak awal

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

9

pertemuan hingga dikukuhkan dalam ikatan pernikahan, interaksi sosial akan

berhasil dengan baik bila masing-masing individu yang terlibat dapat saling

menyesuaikan.

Secara seksual, Sprinthall & Collins (1995) mencatat bahwa pada

pernikahan muda, kehidupan seksual akan lebih teratur dan memperoleh

legitimasi yang kuat. Keteraturan dan legitimasi terhadap kehidupan seksual

mereka menjadikan dorongan seks lebih stabil. Selanjutnya, teijadi rutinisasi

perilaku seksual dan pada sisi lain, individu dapat menikmati kehidupan seksual

yang bervariasi. Individu menjadi lebih bahagia secara seksual. Stabilnya

dorongan seksual dalam pernikahan menurunkan erotisisme. Individu menjadi

lebih bahagia secara seksual dan individu lebih mampu menundukkan pandangan.

Seseorang tidak mudah gelisah tatkala melihat lawan jenis karena individu

tersebut telah memperoleh yang lebih dari pasangannya. Selanjutnya ketika

dorongan seksual seseorang mencapai kondisi yang stabil, perilaku seksualnya

lebih teratur dan erotisismenya menurun maka individu tersebut akan mencapai

ketenangan emosi.

Sprinthall & Collins (Adhim, 2002) berpendapat bahwa pernikahan muda

kehidupan seksual lebih membahagiakan dan bervariasi, tidak sama dengan

pernikahan pertengahan (middle marriage), yakni usia 28 - 45 tahun.

Ketidakpuasan seksual lebih mudah terjadi pada pernikahan pertengahan.

Kehidupan seksual terasa lebih gersang sehingga mudah mencapai kebosanan dan

aktivitas seksual terasa monoton karena kurang bervariasi.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

10

Hal ini di dukung oleh penelitian Ross, dkk (Adhim, 2002) bahwa orang-

orang yang menikah ternyata cenderung lebih sehat dibandingkan individu yang

tidak menikah, bercerai, menjanda atau menduda, serta yang tidak menikah.

Dengan menikah terjadi peningkatan pada kesehatannya, antara lain

meningkatnya stamina karena meningkatnya kebahagiaan yang membuat individu

memiliki daya tahan yang lebih baik ; bertambahnya imunitas karena individu

yang mneikah lebih jarang mengalami gangguan penyakit kronis; pemulihan

kesehatan lebih mudah karena proses penyembuhan dan pemulihan kesehatan

orang yang sudah menikah cenderung lebih cepat dibandingkan dengan individu

yang tidak menikah. Senada dengan Ross dkk, Hunt & Goldman (Adhim,2002)

menemukan bahwa orang-orang yang menikah cenderung lebih panjang usianya.

Mereka juga lebih jarang mengaJami kondisi kesehatan yang kronis

dibandingkan orang-orang yang tidak menikah. Berdasarkan uraian yang telah

dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan arti dari pennkahan tersebut.

Pernikahan adalah suatu ikatan yang sah antara hubungan laki-laki dan perempuan

untuk membina suatu rumah tangga yang bahagia, sejahtera dan harmonis yang

didasarkan kepada keridhaan kepada Tuhan. Pernikahan merupakan suatu yang

sakral (suci) bagi manusia untuk mendapatkan kebahagiaan, kenyamanan dan

mendapatkan keturunan. Sedangkan yang dimaksud dengan pernikahan di usia

muda adalah individu yang melakukan pernikahan pada usia yang muda yaitu

berkisar antara 20 tahun sampai dengan usia 27 tahun seperti yang dikemukan

oleh Sprinthall & Collins (Adhim,2002)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

11

B. Perkawinan Bagi Anak di Bawah Umur.

Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan: “Perkawinan hanya diizinkan” jika pihak

pria sudah mencapai umur 19 tahun (sembilan belas) tahun dan pihak wanita

sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun”. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang

Perlindungan Anak (UUPA): “Yang dimaksud dengan anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan” (UUPA, 2008).

Dari bunyi pasal-pasal tersebut di atas, ada “ketidaksepahaman” antara UU

Perkawinan dan UU Perindungan Anak, tentang yang dinamakan anak. UU

Perkawinan walau tidak secara tegas-tegas mendefinisikan batas usia anak, tetapi

UU Perkawinan menyiratkan bahwa usia anak- anak adalah untuk perempuan

adalah di bawah 16 tahun, sedangkan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Sedangkan

UUPA tanpa membedakan jenis kelamin, menyebut dengan tegas-tegas bahwa

anak adalah di bawah usia 18 tahun. Masalah kemudian muncul jika seorang anak

laki-laki berusia 18 tahun hendak menikah.Menurut UUPA anak tersebut

dikatagorikan dewasa, tetapi UU Perkawinan anak laki-laki yang berusia 18 tahun

masih harus mengajukan permohonan dispensasi kawin. (UUPA, 2008). Sampai

saat ini, jika ini terjadi, maka khusus di Bantul, pihak KUA tetap memberlakukan

UU Perkawinan, dimana anak laki-laki tersebut tetap harus mengajukan

permohonan dispensasi kawin. (UUPA, 2008).

C. Konsep Orang Tua

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

12

Kepala keluargaadalah panutan dan tauladan yang selalu dijumpai anak

pada setiap waktu dan kesempatan dalam keluarga. Dan kepala keluargamerupaka

kunci strategi dalam mengatasi segala masalah yang dihadapi oleh sang anak. Di

dalam keluarga,tugas pokok kepala keluargaadalah mendidik dan mendewasakan

anak-anaknya agar menjadi orang-orang yang berguna dan berakhlak mulai.

Keluarga merupakan pilihan yang tepat untuk membicarakan masalah yang

dihadapi anak sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Kepala

keluargamempunyai andil dan peran yang sangat penting dalam meningkatkan

kualitas hidup remaja putri dengan cara mengarahkan dan membimbing sikap dan

perilaku, mengenal kepribadian dan watak. Peran kepala keluargadalam hal ini

adalah : sebagai panutan, sebagai perawat dan pelindung, sebagai pendidik dan

sumber informasi fungsi, sebagai pengarah dan pembatas, sebagai teman dan

penghibur, dan sebagai pendorong (Hamzah, 2008).

D. Konsep Persepsi (Perception)

Persepsi dalam Psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat psikologis

yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan memaknakan sesuatu

objek yang ada di lingkungannya. Menurut Scheerer persepsi adalah representasi

phenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari pengorganisasian dari objek

distal itu sendiri, medium dan rangsangan proksinal (Salam, 1994). Dalam

persepsi dibutuhkan adanya objek atau stimulus yang mengenai alat indera dengan

perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat kesadaran

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

13

(proses psikologis). Selanjutnya, dalam otak terjadilah sesuatu proses hingga

individu itu dapat mengalami persepsi (proses psikologis).

Psikologi kontemporer menyebutkan persepsi secara umum diperlukan

sebagai satu variabel campur tangan (intervening variabel), bergantung pada

faktor-faktor motivasional. Artinya suatu objek atau satu kejadian objektif

ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun oleh faktor-faktor organisme.

Dengan alasan sedemikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang

berbeda juga akan berbeda, karena setiap individu menanggapinya berkenaan

dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya.

Proses pemaknaan yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh

pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial secara umum. Sarwono

mengemukakan bahwa persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman

dan cara berpikir serta keadaan perasaan atau minat tiap-tiap orang sehingga

persepsi seringkali dipandang bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan

jika seringkali terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan persepsi

antara 2 orang terhadap 1 objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau

pemahaman tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional

(menarik kesimpulan) (Sarwono,2003).

Persepsi seseorang bisa keliru atau berbeda dari persepsi orang lain.

Kekeliruan atau perbedaan persepsi ini dapat membawa macam-macam akibat

dalam hubungan antar manusia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses

persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman belajar dari masa lalu, harapan dan

preferensi.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

14

Persepsi, menurut Rakhmat (2008), adalah pengalaman tentang objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafslrkan pesan. Menurut Ruch, persepsi adalah suatu proses

tentang petunjuk petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang

relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur

dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson

dan Hilgard (1991) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita

menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti

terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan

dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu,

maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini

persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian

obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989).

Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap

stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke

dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses

yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi. Dalam hal ini, persepsi mencakup

penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau

penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat

mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung

menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri.

E. Pengertian Persepsi Terhadap Pernikahan di Usia Muda

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

15

Persepsi merupakan proses yang dimulai dengan adanya rangsangan yang

datang dari sesuatu objek atau peristiwa tertentu, yang diterima oleh alat penerima

rangsangan sebagai penerima informasi, sampai kepada informasi tersebut dikirim

ke pusat susunan syaraf melalui saraf sensoris untuk diinterpretasi sehingga

akhirnya orang dapat menyadari adanya sesuatu (Sartain dalam Muhani, 1983).

Menurut Walgito (1997) persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh

penginderaan, yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat reseptornya. Stimulus diteruskan ke pusat susunan syaraf

yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang

ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya. Seseorang akan mempersepsi suatu

objek apabila syarat-syarat untuk terjadinya persepsi telali tersedia, yaitu objek

yang dipersepsi, alat indera dan perhatian (Walgito, 1997). Menurut Mar'at

(Fauzia, 2001) syarat terjadinya persepsi adalah pengalaman, proses belajar,

cakrawala dan pengetahuan. Dalam penelitian ini objek dari persepsi adalah

pernikahan di usia muda. Pada saat ini pelaksanaan pernikahan di usia muda

sedang gencar-gencarnya. Setiap individu akan berbeda dalam memandang,

memberikan arti dan merespon pernikahan di usia muda.

Menurut Bogue (Hanum,1997) menikah muda adalah individu yang

menikah di pada usia 18 tahun sampai 19 tahun . Bogue (Hanum, 1997) membagi

empat klasifikasi pola umur perkawinan, yaitu : perkawinan anak-anak (child

marriage) bagi perkawinan di bawah 18 tahun, perkawinan umur muda (early

marriage) bagi perkawinan umur 18-19 tahun, perkawinan umur dewasa

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

16

(,marriage at maturity) bagi perkawinan umur 2 0 - 2 1 tahun dan perkawinan

yang terlambat (late marriage) bagi perkawinan umur 22 tahun dan selebihnya.

Selanjutnya menurut Sprinthall & Collins (1995) mengemukakan bahwa

cakupan usia pada pernikahan dini atau muda adalah 20 - 27 tahun. Berdasarkan

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap pernikahan di usia muda

adalah pandangan atau tanggapan yang diberikan individu terhadap penikahan

yang dilakukan pada usia muda (usia 20 - 27 tahun).

Kriteria persepsi pernikahan menurut Sprinthall & Collins (1995) yaitu

persepsi pernihakan positif dan persepsi pernikahan yang negatif ditentukan

berdasarkan hasil perolehan mean dari mean yang diperoleh dari total skor subjek

pada keenam domain yang mencerminkan persepsi pernikahan.

F. Persepsi Terhadap Perkawinan

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi dalam psikologi adalah proses pencarian informasi untuk

dipahami. Alat untuk memperoleh informasi adalah penginderaan, yakni

seperti : penglihatan, pendengaran, peraba. Persepsi adalah proses

menyeleksi, menerima, menafsirkan, mengorganisasikan, menginterpretasik

dan kesan sensoris sehingga dapat memberikan makna pada lingkungannya

(Robbins,2004). Menurut Wertheimer (1993) persepsi adalah suatu aktivitas

yang konstruktif, dimana terjadi suatu pengolahan informasi yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

17

menghasilkan kesan terpadu tentang hal-hal yang masuk dalam pengalaman

kita.

b. Komponen-komponen Persepsi

Ada 3 komponen utama dalam proses persepsi (Subur, 1975),

yaitu:

1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan

dari luar.

2) Interpretasi adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga

mempunyai arti.

3) Interpretasi dan persepsi tersebut diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah seleksi,

interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

c. Sifat-sifat dari Persepsi

Menurut Aronson (1988), persepsi memiliki dua sifat yaitu :

1) Lebih mencakup aspek kognitif, jawaban yang diberikan

merupakan fakta dan tidak berkaitan dengan aspek evaluative dan

emosional.

2) Tidak menetap, persepsi seseorang dapat berubah bila ada

pembuktian lain yang lebih baik.

d. Dimensi-dimensi dari Persepsi

Persepsi memiliki dua dimensi (Lane & Sears, 1985) yaitu :

1) Arah, berkisar dari tidak setuju sampai setuju, sebenarnya dalam

dimensi ini tercakup juga kualitas emosional dari individu.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

18

2) Intensitas, dalam suatu persepsi/terdapat derajat keyakinan individu

akan jawabannya.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang :

1) Karakteristik individu yang mempersepsi Karakter individu sangat

mempengaruhi interpretasinya, diantaranya: kepribadian, sikap,

motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan dari individu.

2) Karakteristik individu yang dipersepsi Karakteristik dari individu

yang dipersepsi, baik berupa karakteristik personal, sikap dan

tingkah lakunya.

3) Faktor situasional, waktu dipersepsinya suatu objek atau peristiwa

dapat mempengaruhi persepsi, seperti lokasi, cahaya, situasi tempat

terjadinya proses persepsi seperti tata nilai, pandangan masyarakat.

f. Jenis-jenis Persepsi

Menurut Sarlito (1996), persepsi terbagi atas dua macam, yaitu :

1) Persepsi objek, yaitu persepsi terhadap suatu objek atau benda.

2) Persepsi sosial, yaitu persepsi mengenai seseorang untuk

memahami orang lain.

g. Persepsi Terhadap Perkawinan

Persepsi terhadap perkawinan di definisikan sebagai kesan yang

terpadu yang masuk dalam pengalaman individu untuk member makna

terhadap suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

yang diterima masyarakat,sah secara hukum negara dan agama,

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

19

mempunyai peran sebagai suami istri, dan kepala keluargabagi anak-

anaknya dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda

1. Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia madya, individu akan lebih banyak melakukan persiapan demi

suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia

madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal

dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional

mengenai jalannya perkembangan selama hidup semakin tua semakin

bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal

yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003).

Umur adalah lamanya hidup dihitung sejak lahir hingga penelitian ini

dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola

kehidupan baru, pada masa ini merupakan usia produktif, masa bermasalah,

masa ketrampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa

perubahan nilai, masa penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif. Pada

dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental,

semakin bertambah umur seseorang semakin bertambah pengetahuan tentang

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

20

kesehatan. Umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah 18-40 tahun

(Notoatmodjo, 2010)

Tujuan undang-undang perkawinan salah satunya adalah

memungkinkan pasangan untuk siap secara fisik maupun psikososial dalam

membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua usia antara 17 tahun untuk

wanita dan 19 tahun untuk laki-laki mempunyai alasan yang kuat dalam

kaitannya dengan kesiapan menjadi orang tua

Dalam penelitian ini menggunakan teori perkembangan psikososial

Erikson untuk mengklasifikasikan umur dimana dalam teori ini umur dibagi

dalam delapan tahap perkembangan. Dan yang sesuai dengan penelitian ini

ada tiga tahap perkembangan psikososial, yaitu: dewasa muda Adolesence (<

21 tahun), dewasa awal (Early adult-hood 21-35 tahun), dan dewasa

pertengahan Young and the midlle adult-hood (> 35 tahun) (Niven, 2000).

Sprinthall & Collins (Adhim, 2002) berpendapat bahwa pernikahan

muda kehidupan seksual lebih membahagiakan dan bervariasi, tidak sama

dengan pernikahan pertengahan (middle marriage), yakni usia 28 - 45 tahun.

Ketidakpuasan seksual lebih mudah terjadi pada pernikahan pertengahan.

Kehidupan seksual terasa lebih gersang sehingga mudah mencapai kebosanan

dan aktivitas seksual terasa monoton karena kurang bervariasi.

Pernikahan merupakan suatu yang sakral (suci) bagi manusia untuk

mendapatkan kebahagiaan, kenyamanan dan mendapatkan keturunan.

Sedangkan yang dimaksud dengan pernikahan di usia muda adalah individu

yang melakukan pernikahan pada usia yang muda yaitu berkisar antara 20

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

21

tahun sampai dengan usia 27 tahun seperti yang dikemukan oleh Sprinthall &

Collins (Adhim, 2002).

2. Faktor Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan

tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik

dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang

masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses

penyampaian bahan-bahan/materi pendidikan kepada sasaran pendidikan

(anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku/tujuan. Pendidikan

bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan

aspek-aspek kelakuan lainnya. Setiap individu pada umumnya menginginkan

pendidikan, makin banyak dan makin tinggi pendidikan seseorang maka

makin baik tingkat pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan kesehatan adalah penerapan konsep pendidikan didalam

bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program-

program kesehatan. Apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka bisa

memperbaiki pengetahuan, sikap dan perilaku orang tersebut (Azwar, 2005).

Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan

atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik)

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

22

guna mencapai perubahan tingkah laku. Pendidikan merupakan salah satu

sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga

kualitas sumber daya manusia tergantung dari kualitas pendidikan. Pendidikan

berhubungan dengan kemampuan baca tulis dan kesempatan seseorang

menerima serta menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Informasi yang

diterima akan meningkatkan pengetahuan.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang, dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih mudah menerima

atau memilih suatu perubahan yang lebih baik (Suprapto dkk., 2004) Tingkat

pendidikan menggambarkan tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam

merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi wawasan berpikir atau

merespon pengetahuan yang ada di sekitarnya. Pendidikan yang rendah akan

berakibat terputusnya informasi yang diperoleh pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi. Menurut Grogger dan Bronars (1993), tingkat pendidikan

berkaitan dengan usia kawin yang pertama. Semakin dini seseorang

melakukan perkawinan semakin rendah tingkat pendidikannya.

Hal senada juga dikemukakan Rahman and Kabir (2005) faktor yang

menyebabkan perkawinan usia dini di Bangladesh adalah pendidikan. Menurut

Hanum (1997), yang melakukan penelitian di Bengkulu Utara salah satu faktor

yang berkaitan tinggi rendahnya usia kawin pertama adalah rendahnya akses

kepada pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan oleh ekonomi

keluarga yang kurang. Kekurangan biaya menjadi kendala bagi kelanjutan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

23

pendidikan. Choe et al. (2004) mengemukakan tingkat pendidikan seseorang

berhubungan dengan pernikahan usia dini.

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan menurunnya

kemungkinan menikah di usia dini. Laki-laki dan perempuan di Nepal tidak

menikah selama masa pendidikan. Demikian juga penelitian yang dilakukan

Chariroh (2004) di Kabupaten Pasuruan didapatkankan bahwa salah satu

faktor yang menyebabkan perkawinan di usia muda adalah pendidikan.

Kriteria pendidikan yaitu sebagai berikut (Sisdiknas, 2000):

a. Tinggi, jika tamat DII/DIII/ PT/ sederajat

b. Menengah, jika SMA/ sederajat

c. Dasar jika SD/SMP/ sederajat

3. Faktor Pendapatan

Pendapatan merupakan penghasilan seseorang atau keluarga yang

diperoleh dari sebuah kegiatan baik dilakukan di rumah atau di luar rumah

(Setiawan, 2003). Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan

yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil

pekerjaan yang dinyatakan dalam pendapatan per kapita. Pendapatan

menentukan besarnya pengeluaran sebuah keluarga baik untuk pangan

maupun untuk non pangan. Semua aktivitas yang berhubungan dengan

pengeluaran dalam sebuah keluarga akan berimbas pada pendapatan. Semakin

tinggi pendapatan maka diyakini akan semakin baik pula tingkat kesejahteraan

keluarga tersebut demikian sebaliknya (Hardinsyah, 2007).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

24

Berdasarkan peraturan Gubernur Aceh Darussalam nomor 132 tahun

2009 tentang penetapan upah minimum provinsi NAD memutuskan bahwa

besarnya upah minimum dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

ditetapkan Rp. 1.300.000,- (satu juta tiga ratus ribu rupiah).

Tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi usia nikah muda, hal

tersebut di karenakan pada keluarga yang berpendapatan rendah maka

pernikahan anaknya berarti lepasnya beban dan taggung jawab untuk

membiayai anaknya. (Mulyarto, 1982)

4. Faktor Budaya

Dari pengertian budaya dalam segi demikian berkembanglah arti

Culture sebagai ”Segala daya dan Aktivet manusia untuk mengolah dan

mengubah alam”. Untuk membedakan pengertian istilah budaya dan

kebudayaan, Djoko Widaghdo (1994), memberikan perbedaan pengertian

budaya dan kebudayaan. Budaya diartikan hasil dari cipta, rasa dan karsa,

sedangkan kebudayaan diartikan sebagai hasil dari cipta, rasa dan karsa

tersebut.

Sementara pernikahan dini di desa banyak disebabkan oleh faktor sosial

budaya dan kurangnya kesempatan pendidikan yang dikarenakan faktor

ekonomi relatif rendah, sehingga menganggap dunia yang paling ideal adalah

pernikahan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada anggapan sebagian

masyarakat tertentu di tanah air mempunyai kebiasaan menikahkan putera-

puterinya diusia remaja atau usia dini. Sehingga mendorong para orang tua

yang memiliki anak gadis segera menikahkan anak gadisnya diusia dini.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

25

Disamping itu ada yang beranggapan anak setelah dinikahkan akan memiliki

akibat ekonomi yang menguntungkan, biasanya hal ini terjadi pada

masyarakat yang berpendidikan rendah dan keadaan ekonomi yang kurang.

Faktor ekonomi menjadi pendorong dilaksanakannnya pernikahan dini,

dengan melakukan pernikahan diharapkan status ekonominya atau taraf

hidupnya dapat terangkat menjadi lebih baik serta kedudukan yang tinggi

dalam masyarakat (Dahlan, 1991:46).

Hasil studi kasus yang dilakukan oleh mahasisa Universitas Brawijaya

tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini di Desa

Gejuhjati Kecamatan Lekik Kabupaten pasuruan menunjukkan bahwa ada

beberapa faktor yang melatarbelakangi pernikahan dini di Desa Gejugjati

Kecamtan Lekok Kabupaten Pasuruan. Dari berbagai faktor tersebut bersifat

kompleks dan saling berkitan satu dengan yang lain. Aspek-aspek yang ada

paling tidak telah merepresentasikan apa yang ada dalam masyrakat beserta

unsur-unsurnya. Dalam perkembanganya kemudian berbagai macam aspek

atau pengaruh tersebut menjadikan muncul dan maraknya pernikahan dini di

Desa Gejugjati ini.

Faktor yang sangat dominan yang melatarbelakangi fenomena tersebut.

Faktor itu adalah faktor budaya atau tradisi yang ada dalam masyarakat. Dan

faktor ini sangat kental mempengaruhi kehidupan masyarakat di daerah ini.

Dengan latar belakang kebudayaan perpaduan antara Etnis Madura dan

Agama Islam yang menyatu kental menimbulkan budaya seperti yang ada di

Desa Gejugjati seperti itu. Dari faktor budaya atau tradisi tersebut sebenarnya

ada beberapa komponen yang membangun di bawahnya. Dan komponen

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

26

komponen tersebut pada intinya juga bermuara kepada budaya atau tradisi

yang ada. Dalam tradisi masyarakat Gejugjati bahwa seorang anak yang belum

menikah di umur 18 ataupun 20 tahun akan dianggap sebagai perawan tua.

Dan bila mungkin diumur sekitar 14-16 tahun ia menolak lamaran seorang

pria ada kemungkinan ia akan menjadi perawan tua atau tidak laku kawin,

karena pernah menolak tawaran kawin.

Selain itu dalam prinsip masyarakat Gejugjati bahwa yang penting

kawin dulu, masalah rezki nanti belakangan. Karena sudah ada yang mengatur

(Yang Maha Kuasa). Terkait hal ini ada pedoman yang dipakai dari tokoh

keagamaan (Kyai) bahwa nikah dulu baru rizki. Sehingga pedoman ini benar-

benar dilakukan oleh masyarakat, dimana mereka tidak memikirkan masalah

perekonomian untuk menikah, karena nantinya bisa dicari bersamaan setelah

menikah. Dan faktor ekonomi tidaklah dominan mempengaruhi pernikahan.

Agakya di kalangan para ahli, liku-liku sosial melihat religi atau agama dalam

kaitanya dengan sistem interaksi sosial yang memiliki pengaruh penting

terhadap kegiatan umat manusia.

Ketiga faktor yang mendasari dinamika kehidupan manusia dalam

masyarakat inilah yang membentuk perbedaan sikap antar komunitas dalam

menyikapi persoalan yang dihadapi. Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media

massa serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan. Pengalaman

dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga

menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah

perwujudan niat yang berupa perilaku (Notoatmodjo, 2005).

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

27

G. Kerangka Teoritis

Menurut Adhim (2002)

Umur

Menurut Niven (2000)

Umur

Menurut Suprapto (2004)

Pendidikan

Menurut Fauzia (2001)

Pesepsi pernikahan usia

muda

Menurut Widaghdo (1994)

Budaya

Menurut Azwar (2005)

Pendidikan

Menurut Setiawan (2003)

Pendapatan

Menurut Hardinsyah (2007)

Pendapatan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

28

H. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teori diatas, maka peneliti tertarik membahas faktor-

faktor yang mempengaruhi kepala keluarga terhadap pernikahan usia muda di

Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

I. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka penulis dapat merumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ada hubungan faktor umur kepala keluarga terhadap pernikahan usia muda

di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

2. Ada hubungan faktor pendidikan tentang pernikahan usia muda di Wilayah

Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

3. Ada hubungan faktor pendapatan kepala keluarga terhadap pernikahan usia

muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

4. Ada hubungan faktor budaya terhadap pernikahan usia muda di Wilayah

Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

Pesepsi pernikahan usia

muda

Pendidikan

Pendapatan

Umur

Budaya

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan cross sectional dimana

peneliti ingin melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kepala keluarga terhadap

persepsi pernikahan usia muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 29 April 2013 di

Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang

mempunyai remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar yaitu

sebanyak 3.698 orang.

2. Sampel

Adapun teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah metode purposive sampling dengan kriteria :

a. Kepala keluarga yang mempunyai remaja berumur > 10 tahun

b. Merupakan kepala keluarga

c. Bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

29

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

30

Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan persamaan slovin

yang dikutip dalam Notoatdmodjo (2002) sebagai berikut:

)(1 2dN

Nn

Dimana :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (10%)

(Notoatmodjo, 2002)

Maka perhitungannya sebagai berikut :

98

3,97

98,37

3698

98,361

3698

)01,0(36981

3698

)1,0(36981

36982

n

n

n

n

n

n

Jadi jumlah sampel dibulatkan menjadi 98 orang

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh hasil dari angket terstruktur

yang berpedoman pada kuesioner penelitian.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

31

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Saree dan Kepala Desa

2. Instrumen Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2005), alat pengumpulan data pada

penelitian ini adalah berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tentang :

a. Bagian A terdiri dari :

Variabel persepsi kepala keluargaterhadap pernikahan usia muda yang

terdiri dari 10 item pertanyaan dengan penilaian untuk pertanyaan

positif jika jawabannya sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor

3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

untuk pertanyaan negatif jika jawabannya sangat setuju diberi skor 1,

setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 3, sangat tidak setuju

diberi skor 4.

b. Bagian B merupakan sub variabel terdiri dari umur, pendidkan,dan

pendapatan.

c. Sub variabel budaya terdiri dari 10 pertanyaan berbentuk pertanyaan

dengan alternatif jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi

skor 0.

E. Definisi Operasional

Agar lebih mempermudah dalam memahami dan mengerti proses

penelitian ini, maka penjelasan lebih rinci dibuat dalam bentuk definisi

operasional adalah sebagai berikut:

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

32

Tabel 3.1

Definisi Operasional Dan Metode Pengukuran Terhadap

Beberapa Variabel Penelitian

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Skala

Ukur

Hasil Ukur

Variabel Dependen

Persepsi Cara pandang

/pendapat

orang tua

tentang

penikahan

usia muda

Membagikan

kuesioner dengan

menggunakan

rating scale dengan

Positif (≥ 50%)

Negatif (< 50 %)

Kuesioner Ordinal - Positif

- Negatif

Variabel Independen

Umur

Kepala

Keluarga

Lamanya

kepala

keluarga

hidup yang

dihitung dari

sejak lahir

sampai

dengan saat

pengambilan

data

Membagikan

kuesioner dengan

kategori :

- Umur Dewasa

Awal, bila

responden

berumur 17-19

tahun

- Umur Dewasa

Muda, bila

responden

berumur antara 20

sampai dengan 34

tahun

- Umur Dewasa

Pertengahan, bila

responden

berumur lebih

dari 35

Kuesioner Ordinal - Dewasa Awal

- Dewasa Muda

- Dewasa

Pertengahan

Pendidikan Jenjang

pendidikan

formal yang

pernah diikuti

oleh kepala

keluarga

dengan

memiliki

ijazah

Membagikan

kuesioner dengan

kriteria

Dasar jika

berpendidikan

SD/sederajat

Menengah, jika

berpendidikan

SMA/sederajat,

Tinggi jika

berpendidikan

perguruan

tinggi/sederajat

Kuesioner

Ordinal - Dasar

- Menengah

- Tinggi

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

33

Pendapatan Penghasilan

yang

diperoleh dari

sebuah

aktivitas per

bulan atau

perhari

Membagikan

kuesioner dengan

kriteria

Diatas UMP, jika

>Rp.1.300.000

Dibawah UMP, jika

< Rp. 1.300.000

Kuesioner Ordinal - Diatas UMP

- Dibawah UMP

Budaya Budaya

setempat yang

dapat

mendukung

pernikahan

usia muda

Membagikan

kuesioner dengan

kriteria

mendukung bila

9,5x

Kurang mendukung

bila 9,5x

Kuesioner Ordinal - Mendukung

- Kurang

mendukung

F. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan,

adapun tahapan tersebut adalah :

1. Editing data (memeriksa) yaitu dilakukan setelah semua data terkumpul

melalui check list dan daftar isian pengamatan. Tahap ini bertujuan untuk

memeriksa kelengkapan isian check list dan urutan pengecekan.

2. Coding data (memberikan kode) yaitu memberi tanda kode terhadap check

list yang telah diisi dengan tujuan untuk mempermudah proses pengolahan

data selanjutnya.

3. Transfering yaitu tahap untuk memindahkan data ke dalam tabel pengolahan

data.

4. Tabulating data adalah melakukan klarifikasi data yaitu mengelompokkan

data variabel masing-masing berdasarkan kuisioner untuk dimasukkan ke

dalam tabel (Budiarto, 2002)

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

34

G. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan secara bertahap dari analisa univariat dan

bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadp tiap variable dari hasil penelitian

pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dari tiap variable kemudian ditentukan persentase (P) untuk tiap-tiap kategori

dengan menggunakan rumus yang dikemukan oleh Budiarto (2002) sebagai

berikut :

P = %100xn

fi

Keterangan :

P : Persentasi

fi : Frekuensi yang teramati

n : Jumlah sampel

2. Analisa Bivariat

Yaitu untuk mengetahui data dalam bentuk tabel silang dengan melihat

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, menggunakan

uji statistik chi-square (x2). Dengan batas kemaknaan (= 0,05) atau

Confident Interval (CI) = 95% diolah dengan komputer menggunakan

program Statistical Program for Social Science versi 16.0 For window. Data

masing-masing sub variabel di masukkan kedalam tabel contigency kemudian

tabel contigency tersebut dianalisa untuk membandikan antara nilai p value

nilai alpha (0,05), dengan ketentuan:

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

35

a. Jika p value > 0,05, artinya tidak ada hubungan variabel independen

dengan variabel dependen.

b. Jika p Value < 0,05 artinya ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Saree terletak di Kecamatan Lembah Seulawah dan berbatasan

dengan 1 kecamatan diantaranya adalah:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Seulimum

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Laweung

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Laut

4. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Jhanto

Berdasarkan Data yang ada di Kecamatan Lembah Seulawah terdapat 12

desa.

B. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 29 April 2013.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, maka

hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi di bawah ini:

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

37

2. Analisa Univariat

a. Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Saree Aceh Besar

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1

2

Dewasa Muda

Dewasa Pertengahan

17

81

17,3

82,7

Total 98 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas umur

responden terhadap persepsi pernikahan usia muda berada pada kelompok

dewasa pertengahan yaitu sebanyak 81 orang (82,7%).

b. Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Wilayah

Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

Dasar

Menengah

Tinggi

33

54

11

33,7

55,1

11,2

Total 98 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan

resnponden terhadap persepsi pernikahan usia muda berada pada kategori

menengah yaitu sebanyak 54 orang (55,1%)

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

38

c. Pendapatan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendapatan Responden di Wilayah

Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

No Pendapatan Frekuensi Persentase (%)

1

2

Di atas UMP

Di bawah UMP

46

52

46,9

53,1

Total 98 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas pendapatan

responden berada pada katagori di bawah UMP yaitu sebanyak 52 orang

(53,1%)

d. Budaya

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Budaya Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Saree Aceh Besar

No Budaya Frekuensi Persentase (%)

1

2

Mendukung

Kurang mendukung

48

50

49

51

Total 98 100

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas kebudayaan

terhadap persepsi pernikahan usia muda berada pada katagori kurang

bendukung yaitu sebanyak 50 orang (51%)

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

39

e. Persepsi

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Pernikahan Usia Muda di

Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

No Persepsi Frekuensi Persentase (%)

1

2

Positif

Negatif

48

50

49,0

51,0

Total 98 100

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa mayoritas persepsi

pernikahan usia muda berada pada katagori negatif yaitu sebanyak 50

orang (51,0%)

3. Analisa Bivariat

a. Umur dengan Persepsi

Tabel 4.6 Hubungan Umur dengan Persepsi tentang Penikahan Usia

Muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

No Umur

Persepsi Total

p

Positif Negatif

F % f % f %

1

2

Dewasa muda

Dewasa pertengahan

10

38

58,8

46,9

7

42

41,2

53,1

17

81

100

100

0,531

Jumlah 48 50 98 100

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 17 orang responden

berumur dewasa muda terdapat 10 orang (58,8%) yang mempunyai persepsi

positif terhadap pernikahan usia muda. Dari 80 orang responden yang berumur

dewasa pertengahan terdapat 42 orang (53,1%) yang mempunyai persepsi

negatif pernikahan usia muda. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi

square diketahui p value adalah = 0,531. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

40

tidak ada hubungan antara umur dengan persepsi penikahan usia muda di

Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

b. Pendidikan dengan Persepsi

Tabel 4.7 Hubungan Pendidikan dengan Persepsi tentang Penikahan

Usia Muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

No Pendidikan

Persepsi Total

p

Positif Negatif

F % f % f %

1

2

3

Dasar

Menegah

Tinggi

13

25

10

39,4

46,3

90,9

20

29

1

60,6

53,7

9,1

33

54

11

100

100

100

0,011

Jumlah 48 50 98 100

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 33 orang responden

yang berpendidikan dasar terdapat 20 orang (60,6%) yang mempunyai

persepsi negatif terhadap pernikahan usia muda. Dari 54 orang responden

yang berpendidikan menengah terdapat 29 orang (53,7%) yang mempunyai

persepsi negatif terhadap usia muda, dan dari 11 orang responden yang

berpendidikan tinggi terdapat 10 orang (90,9%) yang mempunyai persepsi

positif terhadap usia muda. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi

square didapatkan nilai p value =0,011. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara pendidikan dengan persepsi penikahan usia muda di

Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

41

c. Pendapatan dengan Persepsi

Tabel 4.8 Hubungan Pendapatan dengan Persepsi Penikahan Usia

Muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

No Pendapatan

Persepsi Total

P Positif Negatif

F % f % f %

1

2

Di atas UMP

Di bawah UMP

26

22

56,5

42,3

20

30

43,5

57,7

46

52

100

100

0,229

Jumlah 48 50 98 100

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 46 orang responden

yang pendapatan di atas UMP terdapat 26 orang (56,5%) yang mempunyai

persepsi positif terhadap usia muda. Dan dari 52 orang responden yang

pendapatan di bawah UMP terdapat 30 orang (57,7%) yang mempunyai

persepsi negatif terhadap usia muda. Hasil uji statistik dengan menggunakan

uji chi square didapatkan nilai p value =0,229. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan persepsi penikahan usia

muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

42

d. Budaya dengan Persepsi

Tabel 4.9 Hubungan Budaya dengan Persepsi Penikahan Usia Muda

di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

No Budaya

Persepsi Total

p

Positif Negatif

f % f % f %

1

2

Mendukung

Tidak mendukung

31

17

64,6

34,0

17

33

35,4

66,0

48

50

100

100

0,005

Jumlah 48 50 98 100

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 48 orang yang

mendukung pernikahan usia muda terdapat 31 orang (64,6%) yang

mempunyai persepsi positif terhadap pernikahan usia muda. dan dari 49 orang

yang tidak mendukung terdapat 33 orang (66,0%) mempunyai persepsi negatif

terhadap pernikahan usia muda. Hasil statistik menggunkan uji chi square

didapatkan nilai p value = 0,005. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara budaya dengan persepsi pernikahan.

C. Pembahasan

1. Umur dengan Persepsi Pernikahan Usia Muda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 orang responden berumur

dewasa muda terdapat 10 orang (58,8%) yang mempunyai persepsi positif

terhadap pernikahan usia muda. Dari 80 orang responden yang berumur

dewasa pertengahan terdapat 42 orang (53,1%) yang mempunyai persepsi

negatif pernikahan usia muda. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi

square diketahui p value adalah = 0,531. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

43

tidak ada hubungan antara umur dengan persepsi penikahan usia muda di

Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia madya, individu akan lebih banyak melakukan persiapan demi

suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia

madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal

dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional

mengenai jalannya perkembangan selama hidup semakin tua semakin

bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal

yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian ini sudah pernah dilakukan Oleh Ningsih (2009) tentang

Pengaruh Umur Remaja Terhadap Pernikahan Dini di Kecamatan Tanjong

Morawa Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara umur remaja terhadap pernikahan dini (p=0,071)

Menurut asumsi peneliti mayoritas responden mempunyai yang

mempunyai umur dewasa muda ternyata mempunyai persepsi positif dalam

melakukan pernikahan usia muda. Hal ini dikarenakan orang tua yang

mempunyai umur muda lebih mengarahkan anak untuk melakukan penikahan

usia muda supaya anaknya dengan mempunyai suami tidak lebih lebih dewasa

dalam berpikir dan bertindak, sehingga keluarga mempunyai persepsi positif

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

44

tentang pernikahan dini. Sedangkan ibu yang mempunyai umur pertengahan

mempunyai persepsi negatif tentang pernikahan dini, hal ini disebabkan

karena pada umur pertengahan orang tua mempunyai persepsi negatif seperti

takut anaknya dianggap perawan tua kalau tidak segera dinikahkan.

2. Pendidikan dengan Persepsi Pernikahan Usia Muda

Hasil penelitian menunjukkan dari 33 orang responden yang

berpendidikan dasar terdapat 20 orang (60,6%) yang mempunyai persepsi

negatif terhadap pernikahan usia muda. Dari 54 orang responden yang

berpendidikan menengah terdapat 29 orang (53,7%) yang mempunyai persepsi

negatif terhadap usia muda, dan dari 11 orang responden yang berpendidikan

tinggi terdapat 10 orang (90,9%) yang mempunyai persepsi positif terhadap

usia muda. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan

nilai p value =0,011. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

pendidikan dengan persepsi penikahan usia muda di Wilayah Kerja Puskesmas

Saree Aceh Besar.

Pendidikan orangtua juga berkaitan dengan pernikahan usia dini, yakni

pendidikan orangtua yang rendah berisiko Iebih besar menikah pada usia < 20

tahun dibanding responden yang memillki orangtua berpendidikan tinggi.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang, dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih mudah menerima

atau memilih suatu perubahan yang lebih baik (Suprapto dkk., 2004) Tingkat

pendidikan menggambarkan tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam

merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi wawasan berpikir atau

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

45

merespon pengetahuan yang ada di sekitarnya. Pendidikan yang rendah akan

berakibat terputusnya informasi yang diperoleh pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi. Menurut Grogger dan Bronars (1993), tingkat pendidikan

berkaitan dengan usia kawin yang pertama. Semakin dini seseorang

melakukan perkawinan semakin rendah tingkat pendidikannya.

Hal senada juga dikemukakan Rahman and Kabir (2005) faktor yang

menyebabkan perkawinan usia dini di Bangladesh adalah pendidikan. Menurut

Hanum (1997), yang melakukan penelitian di Bengkulu Utara salah satu faktor

yang berkaitan tinggi rendahnya usia kawin pertama adalah rendahnya akses

kepada pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan oleh ekonomi

keluarga yang kurang. Kekurangan biaya menjadi kendala bagi kelanjutan

pendidikan. Choe et al. (2004) mengemukakan tingkat pendidikan seseorang

berhubungan dengan pernikahan usia dini.

Menurut asumsi peneliti mayoritas responden yang mempunyai

pendidikan dasar mempunyai persepsi negatif dalam pernikahan dini, hal ini

disebabkan karena orang tua yang mempunyai pendidikan dasar ingin anaknya

segera menikah biar keluarga tidak direpotkan lagi. Sedangkan keluarga yang

mempunyai pendidikan tinggi mempunyai persepsi positif tentang pernikahan

dini, hal ini disebabkan karena orang tua menganggap bahwa menikah itu

adalah sunah rasul, kapan dilakukan tidak masalah selama tidak bertentangan

dengan ajaran agama yang berlaku.

.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

46

3. Pendapatan dengan Persepsi Pernikahan Usia Muda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46 orang responden yang

pendapatan di atas UMP terdapat 26 orang (56,5%) yang mempunyai persepsi

positif terhadap usia muda. Dan dari 52 orang responden yang pendapatan di

bawah UMP terdapat 30 orang (57,7%) yang mempunyai persepsi negatif

terhadap usia muda. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square

didapatkan nilai p value =0,229. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara pendapatan dengan persepsi penikahan usia muda di Wilayah

Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar.

Pendapatan merupakan penghasilan seseorang atau keluarga yang

diperoleh dari sebuah kegiatan baik dilakukan di rumah atau di luar rumah

(Setiawan, 2003). Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan

yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil

pekerjaan yang dinyatakan dalam pendapatan per kapita. Pendapatan

menentukan besarnya pengeluaran sebuah keluarga baik untuk pangan

maupun untuk non pangan. Semua aktivitas yang berhubungan dengan

pengeluaran dalam sebuah keluarga akan berimbas pada pendapatan. Semakin

tinggi pendapatan maka diyakini akan semakin baik pula tingkat

kesejahteraan keluarga tersebut demikian sebaliknya (Hardinsyah, 2007).

Tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi usia nikah muda,

hal tersebut di karenakan pada keluarga yang berpendapatan rendah maka

pernikahan anaknya berarti lepasnya beban dan taggung jawab untuk

membiayai anaknya. (Mulyarto, 1982)

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

47

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Firda Lena (2005) di tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi keluarga terhadap pernikahan usia

muda di Desa Ngemplak Boyolali Jawa Tengah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pendapatan terhadap pernikahan

usia muda dengan nilai p value > 0,05. Ada hubungan umur, pendidikan

terhadap pernikahan usia muda dengan nilai p value < 0,05.

Menurut asumsi peneliti mayoritas responden mempunyai pendapatan

di atas UMP mempunyai persepsi positif dalam pernikahan dini, hal ini

disebabkan karena orang tua yang ekonominya muda tidak terburu-buru

untuk menikahkan anaknya, karena pernikahan itu pasti akan terjadi baik

pernikahan usia muda atau tidak. Sedangkan responden yang mempunyai

pendapatan di bawah UMP mempunyai persepsi negatif dalam pernikahan

dini hal ini disebabkan karena orang tua ingin menikahkan anaknya di usia

muda supaya keperluan anak sudah ditanggung suami sehingga orang tua

terlepas dari beban dan tanggung jawab untuk membiayai anaknya.

4. Budaya dengan Persepsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 orang yang mendukung

pernikahan usia muda terdapat 31 orang (64,6%) yang mempunyai persepsi

positif terhadap pernikahan usia muda. dan dari 49 orang yang tidak

mendukung terdapat 33 orang (66,0%) mempunyai persepsi negatif terhadap

pernikahan usia muda. Hasil statistik menggunkan uji chi square didapatkan

nilai p value = 0,005. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara budaya

dengan persepsi pernikahan.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

48

Persepsi responden yang baik tentang pernikahan akan mengurangi

risiko menikah usia dini. Perbedaan persepsi seseorang terhadap suatu

rangsangan disebabkan oleh perbedaan sosio kultural dan pengalaman belajar

individu yang bersangkutan. Persepsi merupakan mata rantai perubahan sikap.

Persepsi diartikan sebagai pandangan individu terhadap lingkungannya. Pada

orangtua. persepsi negatif berisiko lebih besar menikahkan anaknya pada usia

< 20 tahun dibanding orangtua yang memiliki persepsi positif, dan secara

statistik bermakna. Risiko pada responden lebih tinggi dibanding risiko pada

orangtua, yang berarti bahwa pemahaman pada remaja sebenarnya lebih

penting daripada-faktor orangtua. Hal ini berkaitan dengan sasaran strategi

pemberian informasi selanjutnya. Orangtua masih lebih terpengaruh pada nilai

budaya lama yang menganggap bahwa menstruasl merupakan tanda telah

dewasanya seorang anak gadis. Hal ini akan membentuk sikap mendukung

orangtua terhadap perkawinan usia dini yaitu segera menikahkan anak

perempuan bila sudah mendapatkan haid.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Laila Fuqara (2010) di

Kemukiman Jruek Kecamatan Indrapuri Aceh Besar dengan judul faktor-

faktor yang mempengaruhi persepsi orangtua terhadap pernikahan usia muda

di Kemukiman Jruek Kecamatan Indrapuri Aceh Besar tahun 2010, di

dapatkan hasil penelitian Ada pengaruh faktor budaya terhadap persepsi

pernikahan usia muda di Kemukiman Jruek Kecamatan Indrapuri Aceh Besar

(p≤0,05).

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

49

Menurut asumsi peneliti mayoritas responden yang mempunyai

budaya mendukung mempunyai persepsi positif dalam pernikahan usia muda,

hal ini disebabkan menikahkan anaknya di usia muda untuk menghindari

anaknya dari perbuatan zina. Sedangkan responden yang mempunyai budaya

tidak mendukung mempunyai persepsi negatif dalam pernikahan dini, hal ini

disebabkan karena anak yang menikah di usia muda tidak menjadi bahan

pembicaraan di masyarakat.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan faktor umur kepala keluarga dengan persepsi

pernikahan usia muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar (P

=0,531)

2. Ada hubungan faktor pendidikan tentang persepsi pernikahan usia muda

di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar. (P=0,011)

3. Tidak ada hubungan faktor pendapatan kepala keluarga terhadap persepsi

pernikahan usia muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar

(P=0,229)

4. Ada hubungan faktor budaya terhadap persepsi pernikahan usia muda di

Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar (P =0,005)

B. Saran

1. Diharapkan kepada orangtua khususnya yang mempunyai remaja agar

dapat meningkatkan pemahaman tentang dampak dari pernikahan pada

usia muda di kalangan remaja.

2. Diharapkan Kepada Puskesmas Saree agar dapat memberikan sosialisasi

tentang bahaya pernikahan usia muda untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pernikahan pada usia muda, sehingga kasus

pernikahan pada usia muda dapat ditekan seminimal mungkin.

50

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

51

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Calon Responden Pendidikan

Di-

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Diploma IV Kebidanan

U’Budiyah Banda Aceh.

Nama : Bustanun Salatin

Nim : 021010210002

Adalah Mahasisiwi Diploma IV Kebidanan U’BUDIYAH Banda Aceh,

yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan Skripsi sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program D-IV Kebidanan U’Budiyah

Banda Aceh. Adapun penelitian yang dimaksud berjudul “ Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kepala keluarga Terhadap Persepsi Pernikahan Usia Muda di

Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar”.

Untuk maksud tersebut saya memerlukan data dan informasi yang nyata

dan akurat dari ibu. Ibu berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini,

namun demikian penelitian ini sangat berdampak terhadap kemajuan dalam

bidang kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Bila ibu setuju terlibat

dalam penelitian ini, mohon menandatangani menjadi responden pada lebar yang

telah disediakan. Mohon menjawab pertanyaan dengan sejujurnya.

Kesediaan dan partisipasi ibu sangat saya harapkan, atas perhatian dan

bantuannya saya ucapkan terimakasih.

Peneliti,

Bustanun Salatin

NIM :021010210002

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

52

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk

berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswi D-IV

Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh, yang bernama Bustanun Salatin, yang

berjudul ” Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepala keluarga Terhadap

Persepsi Pernikahan Usia Muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh

Besar”.

Saya mengetahui informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya

bagi peningkatan dan pengembangan bidang kebidanan di Indonesia.

Demikianlah pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya semoga

dapat dipergunakan seperlunya.

Banda Aceh, Mei 2013

Responden

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

53

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPALA KELUARGA

TERHADAP PERSEPSI PERNIKAHAN USIA MUDA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SAREE ACEH BESAR

Tanggal Pengisian :

No responden :

Umur :

Pendidikan :

Pendapatan :

PERSEPSI

Petunjuk :

Jawablah dimensi persepsi berikut ini dengan memberikan tanda (X) pada salah

satu kolom di bawah ini,

Keteranga :

SS : Sangat Sependapat, S : Sependapat, TS : Tidak Sependapat, STS : Sangat

Tidak Sependapat.

No DIMENSI Persepsi

SS S TS STS

1

Pernikahan yang dilakukan oleh remaja putri

dibawah umur 20 tahun merupakan hal yang

wajar dilakukan

2

Pada masyarakat tertentu penyebab terjadinya

pernikahan usia muda karena mencegah terjadi

hamil di luar nikah

3 Menikah usia muda tidak akan menimbulkan

masalah apapun

4 Menikah usia muda biasanya akan memberikan

keturunan yang lebih cerdas

5

Pernikahan yang dilakukan pada usia muda akan

menyebabkan ibu sulit ketika menghadapi

persalinan

6 pernikahan usia muda tidak dibenarkan dalam

UU perkawinan

7 Menikah usia muda lebih banyak mendatangkan

masalah dibandingkan manfaat

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

54

8

Perilaku seksual yang terlalu bebas akan

merupakan faktor utama penyebab menikah usia

muda dikalangan remaja

9 Pernikahan muda lebih baik untuk mencegah

terjadinya kehamilan diluar nikah

10

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mencegah tejadinya pernikahan usia muda adalah

dengan menanamkan nilai-nilai akhlak pada

remaja sehingga terhindar dari perilaku seks

pranikah

Budaya

1. Di lingkungan tempat tinggal ibu/bapak apakah ada larangan untuk menikah

pada usia dini?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah ibu/bapak malu jika menikahkan anak pada usia > 20 tahun?

a. Ya

b. Tidak

3. Menurut ibu/bapak berapa usia ideal untuk menikahkan anak?

a. 20 tahun

b. > 20 tahun

4.Apakah lingkungan tempat tinggal ibu menganjurkan agar remaja putri menikah

lebih cepat?

a. Ya

b. Tidak

5. Menurut budaya yang berlaku di masyarakat apabila putri bapak/ibu sudah

dipinang orang maka tidak boleh ditolak?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah ada larangan adat setempat tentang pernikahan usia dini?

a. ya

b. tidak

7. Apakah menurut pandangan adat setempat tentang pernikahan usia dini?

a. Adalah hal biasa dan lumrah untuk menghidarkan fitnah

b. Tidak baik melakukan pernikahan di usia muda

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

55

8. Menurut anda apakah pernikahan pada usia muda dapat menimbulkan

Permasalah baru jika dilihat dari segi budaya?

a. Ya

b. Tidak

9. Bagaimana pendapat anda dalam melihat pernikahan usia dini

a. Kami menudukung karena tidak ada larangan di lingkungan usia dini

b. Tidak boleh

10. Apakah pernikahan pada usia dini dapat menghancurkan masa depan anak

anda?

a. Ya

b. Tidak

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

56

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KEPALA KELUARGA

TERHADAP PERSEPSI PERNIKAHAN USIA MUDA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAREE

ACEH BESAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi

Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Disusun Oleh:

BUSTANUS SALATIN

121010210002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’ BUDIYAH (STIKes)

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN

BANDA ACEH

2013

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

57

DAFTAR PUSTAKA

Adhim, M.F. 2002, Mencapai Pernikahan Barokah, Cetak XIII. Yogyakarta :

Penerbit Mitra Pustaka

Azwar, 2005. Prinsip Administrasi Pelayanan Kesehatan. Binarupa Aksara,

Jakarta

Arosson, 1988. Theory of marriage timing. American Journal of Sociology, 49:

563-591

Badudu, 2003. Tingkatan Pengetahuan Menurut Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional, Jakarta

Budiarto, 2009. Statistik dalam Penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta

Depkes, 2002. Statistik dalam Penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta

Depdikbud, 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbut PT. Rineka

Cipta

Hurlock, B. 2008 Psikologi Remaja, Jakarta : Binarupa Aksara

KUA, 2009. Data Jumlah Remaja Putri yang Menikah, Kantor Urusan Agama.

Mulyarto, 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan perilaku Kesehatan, Jakarta: Penerbit

Rhineka Cipta

Niven, 2000. Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawat dan Profesional.

Kesehatan Lain. Edisi 2, Jakarta : Erlangga

Purwanto, 2006 Studi Kasus Pengaruh Budaya Terhadap Maraknya

Pernikahan Dini di Desa Gejugjati Pasuruan. Jakarta: Dikti

Rakhmat., 2008, Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Tarsito, Bandung

Sarlito, 2003. Perilaku Kenakalan Remaja, Jakarta : Penerbit UI Press

Sasmita, 2008 Kepercayaan, dan Sikap terhadap Usia Perkawinan. Jakarta,

Penerbit Rhineka Cipta

Steinberg, 2002. Persepsi Kesehatan, Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama,

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

58

UUPA, 2008. Undang-undang Perlindungan Anak, Jakarta

Yusuf., 1991. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pembentukan

Persepsi. Tarsito. Bandung

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

59

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji

Diploma IV Kebidanan Stikes U’Budiyah Banda Aceh

Banda Aceh, September 2013

Pembimbing

(RAHMAYANI, SKM, M.Kes)

MENGETAHUI :

KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN

STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH

(CUT ROSMAWAR, SST)

iv

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

60

PERNYATAAN PERSETUJUAN

JUDUL : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPALA KELUARGA TERHADAP PERSEPSI

PERNIKAHAN USIA MUDA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SAREE ACEH BESAR

NAMA MAHASISWA : BUSTANUS SALATIN

NIM : 021010210002

Menyetujui:

Pembimbing

RAHMAYANI, SKM, M.Kes

PENGUJI I PENGUJI II

FITHRIANY S.SiT, M.Kes SUSANTI, SKM, M.Kes

MEYETUJUI MENGETAHUI

KETUA STIKES KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN

MARNIATI, SE, M.Kes CUT ROSMAWAR, SST

Tanggal lulus: 2013

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

61

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta

selawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW karena

dengan berkat dan karunaia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Kepala keluarga Terhadap

Persepsi Pernikahan Usia Muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh

Besar”

Penulisan Skripsi ini merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan

sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan di STIKes

U’Budiyah Banda Aceh

Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti telah banyak menerima bimbingan

dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata

pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Marniati, SE,M.Kes selaku ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

2. Bapak Agussalim,SMK,M.Kes, selaku Ketua Program Studi S-1 Kebidanan

3. Ibu Rahmayani, SKM, M.KES sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk, arahan, bimbingan dan dukungan mulai dari awal

sampai dengan selesainya penulisan.

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf Akademik pada Akademi Kebidanan STIKes

U’Budiyah Banda Aceh.

5. Kepala dan Staf Puskesmas Saree Aceh Besar.

v

i

i

i

v

vi

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

62

6. Keluarga tercinta serta saudara-saudara peneliti yang telah memberi dorongan

dan doa demi kesuksesan.

7. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu sehingga terselesainya

penulisan ini.

Peneliti menyadari penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu peneliti

sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Harapan peneliti semoga

Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan ke arah yang lebih baik.

Amin ya rabbal a’lamin.............

Banda Aceh, September 2013

Peneliti

vii

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

63

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

ABSTRACT ................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ iv

PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perkawinan ..................................................................... 8

B. Perkawinan Bagi Anak di Bawah Umur....................................... 11

C. Konsep Orang Tua ....................................................................... 12

D. Konsep Persepsi (Percaption) ...................................................... 13

E. Pengertian Persepsi Terhadap Pernikahan di Usia Muda .............. 15

F. Persepsi Terhadap Perkawinan ..................................................... 14

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepala keluargaTerhadap

Pernikahan Usia Muda................................................................. 19

H. Kerangka Konsep ........................................................................ 27

I. Hipotesa Penelitian ...................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 29

C. Populasi dan Sampel.................................................................... 29

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 30

E. Definisi Operasional .................................................................... 31

F. Pengolahan Data .......................................................................... 33

G. Analisa Data ................................................................................ 34

viii

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 36

B. Hasil Penelitian .......................................................................... 36

C. Pembahasan ................................................................................. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 50

B. Saran ........................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

65

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 32

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Saree Aceh Besar ......................................................... 37

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Saree Aceh Besar ......................................................... 37

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendapatan Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Saree Aceh Besar ......................................................... 38

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Budaya Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Saree Aceh Besar ......................................................... 38

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Pernikahan Usia Muda di Wilayah

Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar ............................................... 39

Tabel 4.6 Hubungan Umur dengan Persepsi tentang Penikahan Usia Muda

di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar ............................. 39

Tabel 4.7 Hubungan Pendidikan dengan Persepsi tentang Penikahan

Usia Muda di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar ........... 40

Tabel 4.8 Hubungan Pendapatan dengan Persepsi Penikahan Usia Muda

di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar ............................. 41

Tabel 4.9 Hubungan Budaya dengan Persepsi Penikahan Usia Muda

di Wilayah Kerja Puskesmas Saree Aceh Besar ............................. 42

x

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

66

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konsep Penelitian .......................................................... 28

xi

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

67

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembaran Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Dari Akademi

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Dari Puskesmas

Lampiran 6 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 7 : Master Tabel

Lampiran 8 : SPSS

Lampiran 9 : Biodata

xii

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

68

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KEPALA KELUARGA

TERHADAP PERSEPSI PERNIKAHAN USIA MUDA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAREE

ACEH BESAR

Bustanus Salatin1, Rahmayani

2

xi + 49 halaman + 10 Tabel + 1 Gambar + 9 Lampiran

Latar Belakang: Pernikahan dini merupakan perkawinan di bawah umur (19 tahun) yang

target persiapannya belum dikatakan maksimal baik dari segi persiapan fisik, persiapan

mental juga persiapan materi. Sedangkan jumlah penduduk di Kecamatan Lembah

Seulawah jumlah penduduk 10.398 jiwa terdiri dari 5.386 laki-laki dan 5.012 perempuan.

Sedangkan jumlah kepala keluarga di Wilayah kerja puskesmas Saree yaitu 3.698 kepala

keluarga.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan kepala keluarga terhadap persepsi pernikahan usia muda di Wilayah Kerja

Puskesmas Saree Aceh Besar.

Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan cross sectional study

dengan populasi adalah seluruh kepala keluarga yang mempunyai remaja yaitu 3.698

orang. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 24 sampai dengan 29 April 2013

terhadap 98 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner selanjutnya

dianalisa secara univariat dan bivariat.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur berada pada

kelompok dewasa pertengahan yaitu sebanyak 81 orang (82,7%), pendidikan

berada pada kategori menengah yaitu sebanyak 54 orang (55,1%), pendapatan

berada pada katagori di bawah UMP yaitu sebanyak 52 orang (53,1%), budaya

berada pada katagori kurang mendukung yaitu sebanyak 50 orang (51%).

mayoritas persepsi pernikahan usia muda berada pada katagori negatif yaitu

sebanyak 50 orang (51,0%). Saran: Diharapkan kepada orangtua khususnya yang mempunyai remaja agar dapat

meningkatkan pemahaman tentang dampak dari pernikahan pada usia muda di kalangan

remaja dan diharapkan kepada Puskesmas Saree agar dapat memberikan sosialisasi

tentang bahaya pernikahan usia muda untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang pernikahan pada usia muda, sehingga kasus pernikahan pada usia muda dapat

ditekan seminimal mungkin.

Kata Kunci : umur, pendidikan, pendapatan, budaya, persepsi kepala keluarga perkawinan dini

Daftar Bacaan : 27 buah (2000-2009)

1. Mahasiswi Prodi D IV Kebidanan U’budiyah Banda Aceh

2. Dosen Prodi D IV Kebidanan U’budiyah Banda Aceh

ii

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahsimtakp.uui.ac.id/dockti/BUSTANUSSALATIN-skripsi.pdf · PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... kondisi seksualitas pada remaja yaitu rasa ingin

69

ABSTRACT

FACTORS RELATING TO THE PERCEPTION OF HEADS FAMILY

WEDDING YOUNG WORK IN REGION CLINIC SAREE

ACEH BESAR

Bustanus Salatin1, Rahmayani

2

xi + 49 pages + 10 + Table 1 + 9 Appendix Figure

Background : Early marriage is a marriage of a minor ( 19 years old ) who have not been

told the maximum target of preparation both in terms of physical preparation , mental preparation is also preparation material . While the number of residents in the District of

Okanagan Seulawah population of 10,398 souls comprised of 5,386 men and 5,012

women. While the number of households in the district health center work Saree is 3,698 households.

Objective: This study aims to determine the factors related to the perception of family

head young age marriage in the Province of Aceh Besar Saree Work Centers.

Methods : This research is a descriptive analytic cross -sectional study with a whole head of population is families with teenagers is 3,698 people . The research was conducted on

24 to 29 April 2013 to 97 respondents . Data was collected using questionnaires were

analyzed using univariate and bivariate . Results: The results showed that the majority were in the age group of mid adults as

many as 81 people (82.7%), education is in the middle category as many as 54 people

(55.1%), are in the category of income under the UMP as many as 52 people (53.1%), culture is in the category of less support as many as 50 people (51%). majority perception

of young marriage is on negative category as many as 50 people (51.0%).

Suggestion : It is expected that parents who have teenagers in particular in order to

improve understanding of the impact of marriage at a young age among adolescents and is expected to Saree Health Center in order to provide socialization a young age about the

dangers of marriage to increase public knowledge about marriage at a young age , so the

marriage case at a young age can be minimized.

Keywords : age, education, income, culture, perceptions of family head early

marriage

Reading List : 27 pieces ( 2000-2009 )

1. D IV student study Midwifery U’Budiyah Banda Aceh 2. D IV Lecture study Midwifery U’Budiyah Banda Aceh

iii