69
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif, dan mampu bersaing di era global yang penuh tantangan. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan juga dapat menjadi identitas diri bagi kemajuan sebuah bangsa. Bangsa dan negara yang maju selain diukur dari sistem ekonominya juga diukur dari kualitas para peserta didiknya, maka sudah menjadi kewajiban suatu negara untuk terus memperbaiki kualitas pendidikannya. Adapun tujuan daripada pendidikan nasional itu adalah mensukseskan proses belajar mengajar disekolah yang tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 3 (Indriyati, 2013:3) yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk perkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan peserta didik setelah menyelesaikan/memperoleh pengalaman belajar. Tujuan pendidikan dicapai dengan maksimal, tidak hanya menjadi tugas seorang guru, melainkan menjadi peran orang tua, masyarakat, dan peserta didik itu sendiri, karena pendidikan erat kaitannya dengan belajar. Belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

  • Upload
    dangbao

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi

pekerti baik, kreatif, dan mampu bersaing di era global yang penuh tantangan.

Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan juga dapat menjadi identitas diri bagi

kemajuan sebuah bangsa. Bangsa dan negara yang maju selain diukur dari sistem

ekonominya juga diukur dari kualitas para peserta didiknya, maka sudah menjadi

kewajiban suatu negara untuk terus memperbaiki kualitas pendidikannya.

Adapun tujuan daripada pendidikan nasional itu adalah mensukseskan proses

belajar mengajar disekolah yang tertuang di dalam Undang-Undang Republik

Indonesia tentang sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 3 (Indriyati, 2013:3) yang

berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk perkembangannya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha

untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan peserta didik setelah

menyelesaikan/memperoleh pengalaman belajar.

Tujuan pendidikan dicapai dengan maksimal, tidak hanya menjadi tugas

seorang guru, melainkan menjadi peran orang tua, masyarakat, dan peserta didik itu

sendiri, karena pendidikan erat kaitannya dengan belajar. Belajar merupakan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

2

tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar

hanya dialami oleh peserta didik sendiri. Peserta didik adalah penentu terjadinya atau

tidak terjadi suatu proses belajar. Peserta didik belajar tidak hanya disekolah,

melainkan di keluarga, dan masyarakat, itu sebabnya orang tua dalam ruang lingkup

keluarga serta masyarakat dapat menjadi penentu berhasilnya proses belajar

mengajar bagi peserta didik.

Untuk melihat keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran, ranah yang dinilai

atau ingin diketahui guru tidak hanya pada ranah kognitifnya saja yang berhubungan

dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta

pengembangan keterampilan intelektual, melainkan ranah afektif yang berhubungan

dengan minat, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi, serta ranah

psikomotorik yang berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda

atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf.

Berdasarkan pengamatan peneliti di MTs An-Nur Palangka Raya kelas VII

ruang B, tingkah laku peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mata pelajaran

Ekonomi di dalam kelas beraneka ragam, ada yang selalu tidak membawa buku

paket, ada yang selalu tertidur ketika guru menjelaskan, ada yang selalu izin keluar

kelas, dll. Tingkah laku peserta didik yang cenderung tidak stabil ini disebabkan

karena berbagai macam faktor. Misalnya; peserta didik belum siap menerima

pelajaran, peserta didik tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, peserta didik terlihat

pasif dengan tidak pernah bertanya dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik

masih ingin bermain, metode pembelajaran yang monoton, serta pengaruh keluarga

di rumah dan sebagainya.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

3

Kurangnya motivasi belajar peserta didik terhadap pelajaran juga terjadi

dikarenakan peserta didik tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan

belum ada kesadaran betapa pentingnya mata pelajaran Ekonomi dipelajari,

akibatnya peserta didik tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Kurangnya motivasi belajar peserta didik tersebut berdampak pada nilai tugas

bahkan nilai UTS (Ujian Tengah Semester). Pada saat itu peneliti melihat hasil

belajar peserta didik rata-rata dibawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70,

dari 35 peserta didik hanya 10 orang yang mencapai KKM, apabila hal ini berlanjut

terus menerus maka akan berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik. Hasil

belajar merupakan tolak ukur keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pelajaran.

Model pembelajaran aktif nampaknya menjadi jawaban atas rendahnya

motivasi pembelajaran peserta didik khususnya di Madrasah, maka dari itu peneliti

berusaha untuk menerapkan motivasi belajar peserta didik, melalui model STAD

(Student Team Achievement Division).

Peneliti ingin mengetahui bagaimana aktivitas model STAD (Student Team

Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII

ruang B Mts An-Nur Palangka Raya pada mata pelajaran Ekonomi.

Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Upaya meningkatkan motivasi belajar IPS Ekonomi melalui model STAD

(Student Team Achievement Division) pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka

Raya tahun pelajaran 2013/2014”.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya motivasi belajar peserta didik saat guru menjelaskan.

2. Kurangnya motivasi bertanya peserta didik ketika guru menjelaskan.

3. Kurangnya motivasi belajar tersebut dikarenakan model pembelajaran yang

monoton.

4. Kurangnya keaktifan peserta didik ketika mengikuti kegiatan pembelajaran.

5. Hasil belajar peserta didik belum mencapai KKM.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi terarah dan untuk menghindari luasnya masalah

yang diteliti, maka penulis memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Yang diteliti hanyalah motivasi belajar khusus mata pelajaran IPS Ekonomi,

materi pola kegiatan Ekonomi Penduduk berdasarkan pemanfaatan lahan dan

yang tidak memanfaatkan lahan, serta kegiatan Ekonomi berdasarkan pola

permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan Bumi.

2. Peserta didik yang diteliti, kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya tahun

pelajaran 2013/2014.

3. Model pembelajaran yang digunakan adalah STAD (Student Team Achievement

Division).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

5

D. Rumusan Masalah

Bertitik tolak belakang dari identifikasi masalah dan batasan masalah

tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah “Apakah

penggunaan model STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan

motivasi belajar peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya?”.

E. Alternatif Pemecahan Masalah

Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka alternatif

pemecahan masalah yang diterapkan adalah “Penggunaan model STAD (Student

Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar IPS Ekonomi

peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya secara individual”.

F. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

penelitian ini adalah, “Untuk dapat mengetahui penggunaan model STAD (Student

Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar IPS Ekonomi

pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya”.

G. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka manfaat yang diharapkan

dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peneliti selanjutnya yang lebih

mendalam.

2. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini dapat memberikan sumbangan

terkait mengatasi masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran

Ekonomi, khususnya pada materi kegiatan Ekonomi masyarakat (penduduk)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

6

berdasarkan penggunaan lahan, dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik

permukaan Bumi pada.

3. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi sebagai bahan

perbandingan dan tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

di MTs An-Nur Palangka Raya.

4. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi dan saran yang

membangun untuk peningkatan motivasi membimbing peserta didik agar dapat

mencapai prestasi belajar yang membanggakan, khususnya pada mata pelajaran

Ekonomi.

5. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik

saat proses pembelajaran Ekonomi, khususnya kelas VII ruang B MTs An-Nur

Palangka Raya.

6. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi, dan memberi refrensi bagi

peneliti lainnya, dalam meneliti hal yang sama/pembelajaran menggunakan

model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Analisis Teoretis

1. Pengertian Motivasi

Menurut Imron (Siregar dan Nara, 2010:49) menjelaskan bahwa

Motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang berarti mendorong,

menyebabkan, dan merangsang”.

Menurut Donald (Hamalik, 2011:158) menyatakan motivasi sebagai

berikut:

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan atau reaksi untuk mencapai tujuan,

(a) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, (b)

motivasi ditandai dengan timbulnya ketegangan psikologis yang artinya

jika seseorang terlibat dalam suatu diskusi,dia tertarik dengan masalah

yang sedang dibicarakan maka dengan cepat ia mengeluarkan kata-kata

yang lancar dan cepat akan keluar, (c) motivasi ditandai dengan adanya

reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Dewey (Hamalik, 2011:157), ”Motivasi adalah dorongan

kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk

mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar tingkat ketekunan peserta didik sangat

ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang

ditimbulkan oleh motif tersebut”.

Menurut Suryabrata (Siregar dan Nara, 2010:49) menyatakan bahwa

“Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang

diinginkan”. Dari pengertian beberapa ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

8

bahwa motivasi merupakan hal yang penting dimiliki oleh peserta didik, karena

jika peserta didik termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maka

peserta didik akan lebih mudah menerima dan menyerap ilmu yang disampaikan

oleh pendidik. Peserta didik akan terdorong untuk lebih bersemangat dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan motif untuk mendapatkan nilai dan

prestasi belajar yang baik.

Pada kenyataannya motif belajar setiap orang berbeda antara satu sama

lain. Ada peserta didik yang rajin belajar karena memang ingin menuntut ilmu,

adapula peserta didik yang belajar karena mempunyai motif sekedar mendapat

nilai bagus atau lulus ujian. Semakin banyak motif yang ada pada diri seseorang,

maka akan semakin kuatlah motivasi belajarnya. Tiga komponen dasar yang

dapat menumbukan motivasi dalam diri individu adalah kebutuhan, dorongan,

dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasakan ketidak seimbangan

antara yang ia miliki dengan yang ia harapkan, sementara dorongan merupakan

kekuatan mental yang berorentasi pada pemecahan harapan atau pencapaian

tujuan, dorongan yang berorentiasi pada tujuan adalah inti dari motivasi, dan

tujuan tersebut lebih mengarahkan kepada perilaku dalam hal ini perilaku

belajar.

2. Jenis dan Sumber Motivasi

Menurut Frandsen (Sardiman, 2011:89) mengemukakan banyak jenis

motivasi, namun jenis motivasi yang sering terdapat dalam diri peserta didik,

yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

9

Akan diuraikan sebagai berikut :

Motivasi Instrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri

individu, tanpa adanya rangsangan dari luar, sementara motivasi

ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena danya rangsangan dari

luar, misalnya dengan adanya pemberian hadiah, pujian, atau nilai yang

tinggi, dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong

motivasional.

Menurut Hamalik (2011:163) “Motivasi instrinsik dalam realitasnya lebih

memiliki daya tahan yang kuat dibandingkan motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi

karena faktor ekstrinsik dapat mengakibatkan motivasi individu dalam hal ini

peserta didik menjadi berkurang ketika faktor ekstrinsik tersebut mengecewakan

individu”.

Sesungguhnya sulit untuk menentukan mana yang lebih baik antara

motivasi instrinsik dan ekstrinsik, karena kebutuhan setiap individu berbeda.

Untuk itu diperlukan pehaman dalam nilai-nilai motivasi pada usaha guru

membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Dengan adanya nilai-nilai

motivasi, guru dapat dengan mudah menumbuhkan motivasi pada diri peserta

didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran ekonomi.

Menurut Hamalik (2011:161) motivasi mengandung nilai-nilai sebagai

berikut:

(1)Motivasi menentukan tingkat berhasil atau tidaknya belajar peserta

didik, (2) pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah

pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat

yang ada peserta didik, (3) pengajaran yang bermotivasi menuntuk

kreativitas dan imajinasi guru untuk membangkitkan dan memelihara

motivasi belajar peserta didik, (4) disiplin kelas dapat pula bertujuan

untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik,

karena motivasi dalam belajar erat kaitannya dengan disiplin kelas, (5)

asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas-asas

mengajar, karena dapat menjadi faktor yang menentukan pengajaran

yang efektif.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

10

3. Cara-cara Menumbuhkan Motivasi

Menurut Sardiman (2007:92), ada beberapa bentuk dan cara untuk

menumbuhkan motivasi belajar pada peserta didik sebagai berikut:

1) Memberi angka; angka dalam hal sebagai simbol dari nilai kegiatan

pembelajaran, peserta didik mendapat angka-angka ( nilai ) yang baik

dapat dengan cepat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.

2) Hadiah; dengan memberikan hadiah juga dapat meningkatkan

motivasi belajar peserta didik, namun kelemahan dalam pemberian

hadiah ini, ialah peserta didik tertarik belajar hanya untuk hadiah, jika

tidak ada hadiahnya, maka peserta didik tidak akan tertarik mengikuti

kegiatan pembelajaran.

3) Saingan /kompetensi; kompetensi dapat digunakan sebagai alat

motivasi untuk mendorong belajar peserta didik. Persaingan, baik

persaingan individual maupun persaingan kelompok yang dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

4) Ego-involvement; menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar

dapat merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai

tantangan sehingga berkerja keras dengan mempertaruhkan harga

diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.

5) Pujian; pada umumnya semua peserta didik sangat senang jika dipuji.

Pujian diberikan jika peserta didik berhasil mengikuti kegiatan

belajar dengan baik, setelah dipuji biasanya peserta didik akan lebih

antsusias untuk mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya.

6) Memberi ulangan; peserta didik akan lebih antusias dalam mengikuti

kegiatan epmbelajaran jika diadakan ulangan.

7) Mengetahui Hasil; jika nilai ulangan atau tugas peserta didik tidak

baik, maka peserta didik akan termotivasi untuk mendapat nilai yang

baik dengan giat belajar, apalagi jika nilai peserta didik baik hal itu

akan menambah motivasi belajar peserta didik.

8) Hukuman; hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi jika

diberikan secara tepat dan bijak, akan dapat menumbuhkan motivasi

belajar pserta didik. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat

memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9) Hasrat untuk belajar; berarti ada unsur kesengajaan, atau ada maksud

untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala

sesuatu kegiatan yang tanpa maksud.

10) Minat; minat tentu sangat berkaitan dengan motivasi, motivasi

muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga

tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses

belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

11) Tujuan yang diakui; menjelaskan tujuan yang jelas dan baik akan

dapat dengan mudah diterima peserta didik, karena tujuan merupakan

alat motivasi yang sangat penting, jika peserta didik mengetahui

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

11

tentang tujuan suatu mata pelajaran dipelajari, maka motivasi belajar

dapat dengan mudah tumbuh dalam diri peserta didik.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar peserta

didik tumbuh jika ada rangsangan dari luar, terutama rangsangan yang diberikan

oleh guru dan orang tua. Dengan adanya motivasi belajar peserta didik, maka

peserta didik akan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,

dan dapat pula memacu motivasi belajar teman sekelasnya yang masih belum

termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Ciri-ciri Motivasi belajar

Menurut Freud (Sardiman, 2011:83), mengemukakan adanya beberapa

ciri-ciri motivasi, sebagai berikut:

1) Tekun dalam mengerjakan tugas dan tepat waktu dalam menyerahkan

tugas tersebut.

2) Ulet menghadapi kesulitan yang dihadapi dalam kegiatan

pembelajaran.

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah yang

dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.

4) Lebih senang bekerja secara mandiri.

5) Selalu mencari hal-hal yang baru.

6) Dapat mempertahankan pendapatnya.

7) Tidak mudah melepaskan diri dari hal yang diyakininya itu.

8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Sedangkan menurut Handoko (2006:59) untuk mengetahui kekuatan motif-

motif yang sedang menguasai seseorang pada umumnya dapat dilihat melalui:

a) Kuatnya kemauan untuk berbuat.

b) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar.

c) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain.

d) Kerelaan mengeluarkan biaya demi perbuatan itu.

e) Ketekunan dalam mengerjakan tugas-tugas.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, motivasi sangat

penting dimiliki peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

12

pembelajaran akan berhasil baik jika peserta didik tekun mengerjakan tugas dan

ulet dalam memecahkan berbagai masalah secara mandiri.

Peserta didik yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu

rutininitas dan mekanis, dapat mengatur jumlah watu yang semaksimal mungkin

untuk belajar. Peserta didik harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau

peserta didik sudah yakin dipandangnya cukup rasional. Tidak hanya itu saja,

dengan memiliki motivasi belajar, peserta didik akan lebih peka dan reponsif

dalam memecahkan masalah umum, dan dapat memikirkan pemecahannya serta

segera bertindak untuk memecahkan masalah tersebut.

5. Peran Motivasi belajar bagi peserta didik

Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar dan hasil belajar akan

optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan berhasil pula pula mata

pelajaran tersebut disampaikan oleh guru. Motivasi juga akan senantiasa

menentukan intensitas usaha belajar bagi peserta didik.

Menurut Sardiman (2011:85) peran dari motivasi belajar adalah sebagai

berikut:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini dapat menjadi

penggerak bagi peserta didik untuk dapat mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan baik,

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan harus dilaksanakanb sesuaidengan rumus tujuan yang ada,

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

13

Sedangkan menurut Hamzah (2009:23) hakikat motivasi belajar adalah

sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil,

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan,

4) Adanya penghargaan dalambelajar,

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Pada diri peserta didik terdapat kekuatan mental yang menjadi

penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut dapat dari berbagai sumber,

peserta didik belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental

itu berupa perhatian, kemauan, dan cita-cita.

Dalam kegiatan belajar motivasi belajar perlu dimiliki oleh setiap peserta

didik, karena jika peserta didik tidak memiliki motivasi yang kuat mengenai hal

yang sedang ia pelajari, maka ia juga tidak dapat menentukan kemana tujuan

yang harus ia capai dalam mengikuti maupun setelah mengikuti kegiatan belajar.

Jika motivasi sudah dimiliki oleh seorang peserta didik, maka dia juga lebih

semangat untuk menggapai cita-citanya dan yang paling penting peserta didik

juga semangat untuk mengikuti pelajaran apa saja yang sedang disampaikan oleh

guru, meskipun diwaktu siang. Hal ini juga akan memudahkan pekerjaan guru

dalam menyampaikan suatu materi, karena peserta didiknya semangat dalam

menerima materi yang akan diajarkan tersebut.

6. Indikator Motivasi Belajar

Sebagaimana motivasi belajar yang telah diurai tersebut di atas, menurut

Asrori (2007:84), bahwa indikator untuk mengetahui peserta didik yang

memiliki motivasi dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

14

1. Memiliki gairah yang tinggi.

2. Penuh semangat.

3. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

4. Mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa( peserta didik)

untuk mengerjakan sesuatu.

5. Memiliki rasa percya diri.

6. Memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tingi.

7. Kesulitan sebagai tantangan yang harus diatasi.

8. Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.

Sementara indikator peserta didik yang memiliki motivasi rendah sebagai

berikut:

1. Perhatian terhadap pelajaran kurang.

2. Semangat juangnya rendah.

3. Mengerjakan sesuatu merasa dimintai membawa beban yang berat.

4. Sulit untuk bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas oleh guru.

5. Memiliki ketergantungan terhadap orang lain.

6. Bisa jalan kalau “sudah dipaksa”.

7. Daya konsentrasi kurang.

8. Mereka cenderung membuat kegaduhan.

9. Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan.

Maka dari itu, diharap guru dapat lebih peka dan cepat tanggap ketika

melihat peserta didik yang tidak termotivasi, dan untuk peserta didik yang sudah

termotivasi, diharap dapat menjadi contoh bagi teman-teman sekelasnya, agar

dapat memacu untuk lebih termotivasi lagi.

7. Pengertian Belajar IPS Ekonomi

Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu,

berlatih, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman

pada peserta didik. Belajar juga dapat menjadikan suatu kebutuhan manusia yang

sangat penting dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan potensi

dirinya.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

15

Menurut Thorndike (Hamzah, 2006:11) bahwa “Belajar adalah proses

interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan)

dan respons (yang juga bisa pikiran,perasaan atau gerakan)”.

Menurut Prawira (2012:228) menyatakan bahwa pengertian belajar

sebagai berikut:

Belajar didefinisikan suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk

meningkatkan kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah

pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, perubahan kualitas

kemampuan tadi bersifat permanen.

IPS merupakan sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan. IPS

berkembang terus sesuai dengan kebutuhan manusia dan pembangunan,

khusunya di Indonesia. Proses selanjutnya berkembang disekolah dan perguruan

Tinggi sesuai dengan perkembangan kurikulum. Secara mendasar, pembelajaran

IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku

dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi

kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan

kejiwaannya, memamfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi,

mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam

rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, menurut

Eryadi (2007:23) “IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan

manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai

anggota masyarakat”. Mata pelajaran IPS yang diajarkan pada Sekolah

Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) disebut dengan

IPS Terpadu yang teridiri dari Mata Pelaran Ekonomi, Sejarah, Geografi, dan,

Sosiologi. Maka dari itu mata pelajaran Ekonomi termasuk kedalam cabang IPS.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

16

Menurut Ruslikan (2011:33) “Ilmu Ekonomi mempelajari tentang

kemampuan masyarakat dalam mengelola SDA (Sumber Daya Alam) untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya”.

Sementara menurut Cohn (Fattah, 2009:17) menyatakan bahwa Ekonomi

adalah sebagai berikut ini:

Ekonomi dalam pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana

manusia, baik secara individu maupun perorangan maupun di dalam

kelompok masyarakatnya membuat keputusan dalam rangka

mendayagunakan sumber daya yang terbatas agar dapat dipergunakan

sebaik mungkin dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut.

Sedangkan menurut Martin dan Miller (Ruslikan, 2011:33) tugas utama

ilmu Ekonomi adalah sebagai berikut:

Untuk menjelaskan persamaan-persamaan esensial dan hakikat

perbedaan-perbedaan dalam kehidupan Ekonomi masyarakat yang

berbeda itu, sehingga seseorang dapat memahami dengan lebih baik

tentang kondisi-kondisi tempat dia hidup dan memahami alternatif-

alternatif yang berguna baginya.

Seorang ahli ekonomi dapat melakukan pengumpulan dan analisis data

tentang sistem Ekonomi. Sistem Ekonomi yang dimaksud dalam Ruslikan (2011

: 34) “Pola tatanan atau mekanisme dalam kehidupan perekonomian”.

Kegiatan Ekonomi penduduk umumnnya mempunyai pola berdasarkan

kondisi fisik permukaan bumi. Pola kegiatan Ekonomi penduduk banyak

ditentukan oleh keberadaan penduduk tersebut bertempat tinggal di permukaan

bumi ini. Pekerjaan yang rutin dilakukan dan mendatangkan nafkah dinamakan

mata pencaharian. Hal ini bisa dilihat dari corak kehidupan masyarakat

setempat. Berdasarkan ciri yang dimilikinya, kehidupan penduduk dapat

dibedakan menjadi dua corak kehidupan penduduk setempat.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

17

Mata pencaharian penduduk yang memiliki corak sederhana biasanya

sangat berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan SDA (Sumber Daya Alam)

yang ada. Contohnya Pertanian, Perkebunan, Perternakan dan lain-lain.

Sementara mata pencaharian penduduk yang memiliki corak modern biasanya

lebih mendekati sektor-sektor yang tidak terlalu memanfaatkan lahan dan SDA

(Sumber Daya Alam) yang ada, seperti jasa, transportasi, perdagangan, dan

pariwisata.

8. Jenis Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Hanafiah dan Suhana (2012:41),

menerangkan bahwa “Model pembelajaran merupakan pendekatan dalam rangka

mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaftif maupun generatif”.

Model Pembelajaran yang Dikembangkan oleh Sejumlah Ahli, (Warsono

dan Haryanto, 2012:194) adalah sebagai berikut:

1) Jigsaw. Mendorong peserta didik untuk terbiasa berfikir dari bagian-

bagian menuju ke pemikiran yang bersifat holistik, melihat

keterpaduan antara bagian yang membentuk subjek bahan ajar secara

utuh.

2) Student Teams Achievment Division (STAD. Merupakan model

pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk saling berkerja

sama dan saling membantu dalam menyelesaikan suatu masalah,

tetapi pada akhirnya bertanggung jawab secara mandiri. Model ini

dapat pula meningkatkan motivasi belajar peserta didik secara

individual.

3) Teams Game Tournament (TGT). Mendorong peserta didik untuk

bermain sambil berfikir, berkerja dalam suatu tim dan kompetitif

terhadap tim yang lain.

4) Team Assisted Individualization (TAI). Mendorong peserta didik baik

secara individual maupun dalam suatu tim dan kompetitif terhadap

tim yang lain.

5) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model

pembelajaran yang digunakan untuk mendorong peserta didik

berkerja sama dalam sebuah tim.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

18

6) Think Pair Share. Model pembelajaran yang digunakan untuk

mendorong peserta didik agar dapat terbiasa berfikir mula-mula

secara mandiri, kemudian berkerja secara berpasangan.

7) Timed Pair Share, dikembangkan oleh Kagan. Model pembelajaran

mendorong peserta didik dapat saling berkerja sama dengan

pasangannya serta meningkatkan kegesitan peserta didik secara

mandiri. Peserta didik yang sudah berpasangan diberi nomor dan

waktu dalam menjawab paling lama dua menit.

8) Cooperative Script. Mendorong peserta didik terbiasa membuat

ringkasan atau resume dari suatu konsep (dalam pembelajaran dapat

berupa sinopsis), serta mendorong peserta didik untuk terbiasa

mengungkapkan gagasannya sendiri, maupun mendengarkan orang

lain berbicara dengan penuh perhatian.

9) Cooperative Scripting. Model pembelajaran Cooperative Scripting

adalah pengembangan dari model Cooperative Script, namun pada

model ini peserta didik tidak hanya didorong terbiasa dalam membuat

ringkasan atau resume, namun juga diberi kesempatan untuk

memiliki daya ingatan yang tajam dan terbiasa membaca cepat 500-

600 kata dan membacakannya di depan kelas.

10) Complex Instruction. Model pembelajaran yang digunakan

membangkitkan pemikiran tingkat didik peserta didik, meningkatkan

kompetensi dari peserta didik yang memiliki kecakapanbelajar

rendah, serta ketergantungan peserta didik terhadap guru akan

seminimal mungkin.

11) Intermitttent Focused Discussions.. Model pembelajaran ini untuk

mendorong dan membangkitkan timbulnya kerja sama antara dua

orang yang bersebelahan duduknya, peserta didik diharapkan

senantiasa memerhatikkan penjelasan guru tentang segmen-segmen

bahan ajar yang diajarkan secara berselang-seling.

12) Academic Controvens. Model pembelajaran yang mendorong peserta

didik untuk berfikir secara aktif dan menekankan yang tinggi karena

mendiskusikkan di dalam kelompok adanya suatu dilema atau topik

bahan ajar yang kontroversial.

13) Round Rabin atau Rally Robin. Model pembelajaran yang dapat

mendorong peserta didik untuk terbiasa berfikir secara alternatif

dalam kelompok peserta didik, mengungkapkan gagasannya dalam

kalimatnya sendiri (parafrasa) serta melatih peserta didik agar dapat

berfikir secara hati-hati dan sabar.

14) Round Table. Dalam model pembelajaran Round Table, peserta didik

menuliskan jawaban yang telah diberikan guru dalam sehelai kertas

dan jawaban itu kemudian diserahkan kepada anggota tim yang lain.

Kemudian anggota tim yang lain mengoreksi dan memberi tanggapan

jika jawaban yang di jawab oleh anggota kelompok lain tidak tepat,

model ini dapat membangkitkan kemampuan berfikir dan berfikir

peserta didik secara kritis.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

19

15) Telephone. Model pembelajaran Telephone digunakan untuk

mendorong peserta didik berfikir secara mandiri, menyimak

presentasi guru secara teliti dan hati-hati, terbiasa mengajari

temannya yang lain serta percaya kepada orang lain.

16) Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran Numbered

Heads Together (NHT), untuk mendorong peserta didik berfikir

dalam suatu tim dan berani tampil mandiri.

17) Carousel. Model pembelajaran Carousel adalah dapat mendorong

peserta didik untuk berfikir secara cepat pada tim yang berubah-ubah,

peserta didik saling bertukar fikiran untuk menjawab pertanyaan

guru.

18) Stir the Class. Model pembelajaran Stir the Class juga dapat

mendorong peserta didik saling berkerja samamenjawab pertanyaan

yang diberikan oleh guru secara acak, kegiatan ini dilakukan dengan

memanggil nomor yang lain sampai pertanyaan yang tersedia atau

waktu pembelajaran habis.

19) Pairs Compaire. Pada model pembelajaran Pairs Compaire peserta

didik juga dituntut agar dapat berfikir secara aktif dan lebih cepat

sebelum waktu yang diberikan oleh guru habis.

20) Partners. Pada model pembelajaran parners, peserta didik didorong

untukberfikir spontan dan berani mengajarkan kepada teman-

temannya.

21) Three Minutes Review(TMR). Three Minutes Review(TMR), adalah

model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk

mendengarkan dengan cermat dan menjawab pertanyaan guru

secara spontan.

22) Find Someone Who. Model pembelajaran ini mendorong peserta

didik untuk berfikir secara dinamis dan siap menjawab pertanyaan

yang diajukan dalam suatu LKS.

Sedangkan model pembelajaran yang dikembangkan oleh bberapa ahli

lainnya dalam Hanafiah dan Suhana (2012:42) adalah sebagai berikut:

1) Example Non Examples. Mendorong peserta didik untuk dapat

berfikir kritis menganalisa gambar yang diberikan oleh guru, dan

mendorong peserta didik agar dapat memiliki rasa percaya diri

dengan maju kedepan menjelaskan gambar yang telah dijawab oleh

peserta didik.

2) Ficture And Ficture. Mendorongpeserta didik untuk dapat berfikir

cepat dan aktif mengurutkan gambar dalam waktu yang ditentukan

oleh guru.

3) Artikulasi. Mendorong peserta didik untuk memiliki kemampuan

berbicara menjelaskan materi pelajaran yang diberikan oleh guru

dengan materi pembelajaran yang berbeda dengan teman

sebangkunya.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

20

4) Role Playing. Mendorong peserta didik agar dapat lebih aktif dan

memiliki rasa percaya diri yang tinggi serta mampu berbicara dengan

baik ketika memerankan dialog yang sedang dimainkan. Model ini

lebih tepat diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa

Inggris, dan Kesenian.

5) Student Facilitator and Explaining. Mendorong peserta didik untuk

dapat memiliki kepercayaan diri yang tinggi ketikan menjelaskan

materi pembelajaran berdasarkan arahan dari guru.

6) Demonstration. Dapat mendorong peserta didik untuk berfikir kritis

menganalisa terkait penjelasan dari peserta didik lainnya, pada model

ini pserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok.

Dari pemaparan para ahli di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan

model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division), karena

menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:74) “Model pembelajaran STAD (Student

Teams Achievment Division) sangat tepat memotivasi belajar peserta didik”.

9. Pengertian STAD (Student Teams Achievment Division)

STAD (Student Teams Achievment Division) merupakan salah satu metode

atau pendekatan dalam Cooperative Learning yang sederhana dan baik untuk

guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, karena

model ini sangat afektif diterapkan untuk menumbuhkan minat belajar dan hasil

belajar peserta didik.

Menurut Silberman (2010:164) model STAD (Student Teams Achievment

Division) adalah sebagai berikut:

Model yang memberi tanggung jawab kepada peserta didik untuk

mempelajari materi pembelajaran dan menjelaskan isinya dalam

kelompok tanpa dibantu guru. Tugasnya harus cukup spesifik sehingga

sesi pembelajaran dapat menjadi efektif dan kelompok dapat mengatur

dirinya sendiri.

Menurut Slavin (Rusman, 2011:213) model STAD (Student Teams

Achievment Division) merupakan “Variasi pembelajaran kooperatif yang paling

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

21

banyak diteliti, model ini juga mudah diadaptasi dalam matematika, IPA, IPS,

Bahasa Inggris, teknik dan banyak subyek lainnya, dan pada tingkat sekolah

dasar sampai perguruan tinggi”.

10. Kelebihan STAD (Student Teams Achievment Division)

Menurut Kagan (Warsono dan Hariyanto:243) kelebihan STAD (Student

Teams Achievment Division) adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan saling pengertian antar ras dan antar etnik, Berdasar

kajian meta-analisis ukuran dampaknya ( effect sizes, suatu istilah

statistik meta-analisis) bahkan lebih besar dampaknya terhadap

prestasi akademis. Pada intinya, dalam Cooperative Learning

khususnya model STAD (Student Teams Achievment Division) peserta

didik menumbuhkan rasa pengertian peserta didik untuk saling

menerima dan menghargai perbedaan secara signifikan.

b) Meningkatkan tumbuhnya empati, Dalam model STAD (Student

Teams Achievment Division), para peserta didik dapat saling

memahami perasaan dan berempati terhadap yang dirasakan orang

lain, walaupun berbeda ras, dan berbeda tingkat ekonomi.

c) Mempeerat hubungan sosial, Peserta didik dapat diterima oleh

sesama rekannya dengan baik, mereka juga dapat saling peduli.

Dengan begitu dapat mempeerat hubungan sosial dengan semua

peserta didik.

d) Meningkatkan tanggung jawab peserta didik, Pada model STAD

(Student Teams Achievment Division) setiap peserta didik didalam

kelompok dituntut untuk dapat menjawab soal yang telah diberikan

guru, dan bertanggung jawab penuh untuk mengerjakan soal-soal

tersebut dengan baik dan benar.

e) Meningkatkan kecakapan sebagai pekerja, Peserta didik dapat belajar

banyak bagaimana saling bergantung secara positif dalam sebuah tim.

Dari pendapat para ahli tentang kelebihan STAD (Student Teams

Achievment Division) tersebut di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran tersebut tidak hanya dapat meningkatkan

motivaasi belajar peserta didik, tapi juga dapat mengajarkan peserta didik untuk

bisa lebih bersosialisasi dengan teman satu kelompoknya dan dapat lebih

bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

22

11. Kelemahan STAD (Student Teams Achievment Division)

Menurut Dess (http://hayardin.com/2013/02/kelemahan-model

pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html:20 Maret 2014) mengemukakan empat

kelemahan dalam STAD (Student Teams Achievment Division) yaitu:

a) Membutuhkan kemampuan khusus guru, ialah guru harus lebih

menguasai model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment

Division), apabila guru tidak menguasai model tersebut, maka guru akan

kesusahan untuk menerapkannya kepada peserta didik. b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru, maksudnya ialah

menerapkan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment

Division), karena guru harus terlebih dahulu memepelajari model tersebut,

hal tersebut sangat menyita waktu guru dan membutuhkan waktu

yang lama.

c) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid. Dalam model

pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division),

membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menerapkannya,

sehingga murid sulit mencapai target kurikulum.

d) Menuntut sifat tertentu dari murid (peserta didik). Dalam model

pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division) peserta

didik dituntut harus lebih aktif, maka peserta didik akan merasa

sedikit terbebani dalam kegiatan diskusi.

Model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division) tidak

selalu efektif dan memudahkan guru untuk meningkatkan motivasi belajar

peserta didik, akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam

pelaksanaan model pembelajaran ini, baik itu yang berasal dari persiapan

maupun pelaksanaan model tersebut.

12. Tahap pembelajaran model STAD (Student Teams Achievment Division)

Menurut Slavin (Isjoni 2009:74) model pembelajaran STAD (Student

Teams Achievment Division) yang dilakukan sebagai berikut:

1) Penyajian Materi. Penyajian materi hal utama yang dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran, guru menjelaskan isi materi dan tujuan materi

yang sedang disampaikan, agar peserta didik dapat mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan baik.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

23

2) Kegiatan kelompok. Setelah guru menyampaikan materi

pembelajaran, maka yang selanjutnya dilakukan adalah membentuk

kelompok, yang terdiri dari 4-6 orang, anggota kelompok diharapkan

heterogen, supaya peserta didik dapat lebih berbaur dengan baik di

dalam kelompok.

3) Tes Individual. Selanjutnya yang dilakukan guru setelah

menyampaikan materi dan membentuk kelompok adalah dengan

memberikan soal(tes) kepada peserta didik, secara individual.

4) Menghitung Skor Individu. Setelah diberi tes, maka guru

memberikan skor (nilai), kemudian nilai tersebut dicantumkan

didalam tabel perkembangan individu.

5) Penghargaan Kelompok. Nilai yang dihasilkan oleh peserta didik

dalam tes individu kemudian di jumlahkan dengan anggota kelompok

lain dan dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian

penghargaan kelompok berdasarkan pada perolehan skor rata-rata

yang dikategorikan menjadi, kelompok baik, kelompok hebat, dan

kelompok super.

Dalam melaksanakan tahap-tahap model pembelajaran STAD (Student

Teams Achievment Division), diharap dapat terlaksana secara sistematis dengan

waktu yang efektif.

13. Upaya meningkatkan motivasi belajar menggunakan model STAD (Student

Teams Achievment Division)

Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan belajar dapat diartikan sebagai

suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan oleh peserta

didik sebagai objek dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan utama peserta didik

dalam belajar adalah untuk mendapatkan hasil(nilai) dan prestasi yang baik.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peserta didik diharuskan memiliki

motivasi belajar, agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan baik.

Maka dari itu dengan melalui model STAD (Student Teams Achievment

Division) diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan hasil belajar pada

22

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

24

peserta didik. Agar peserta didik terus bersemangat dalam mendapatkan nilai

dan prestasi yang baik di kelas.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eka Fitriani (http://digilib.uin-

suka.ac.id/3221/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf:07 Januari

2014) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Cooperatif Learning tekhnik

STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai Upaya Meningkatkan

Keaktifan dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Qur’an Hadis dikelas VIII D

MTsN Wates Kulon Progo Yogyakarta”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eka

Fitriani dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar peserta didik pada mata

pelajaran Qur’an Hadis, hal tersebut dapat terlihat pada observasi pada observer awal

35,5%, kemudian siklus I 68,3% menjadi 80,7% pada siklus II, ada peningkatan

kekatifan sebesar 45,2%, untuk motivasi belajar peserta didik, dari observasi awal

29,6%, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 65,8% dan menjadi 87,8% pada

siklus II, sehingga peningkatan yang terjadi sebesar 58,2%.

Sedangkan berdasar penelitian dari Siti Faiqatul Himmah

(http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42268:07 Januari 2014) dalam

skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif tekhnik STAD untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas VIII di SMP Sriwedari

Malang”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Faiqatul Himmah tekhnik STAD

dapat pula meningkatkan motivasi dan hasil belajar, yakni sebelum diberi tindakan

motivasi dan haisl belajar peserta didik rata-rata 52,76% , setelah diberi tindakan

pada siklus I, rata-rata meningkat menjadi 73,43%. Demikian juga pada siklus II,

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

25

terdapat peningkatan motivasi belajar peserta didik rata-rata 77,81%, setelah diberi

tindakan pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 92,22 %.

C. Kerangka Berfikir

Dari pengertian dan penelitian yang relevan tersebut di atas, maka motivasi

belajar perlu dimiliki oleh peserta didik. Karena motivasi adalah perubahan energi

untuk mencapai suatu tujuan, apabila peserta didik tidak melakukan apa yang

seharusnya dilakukan, maka tidak kan terjadi perubahan di dalam diri peserta didik

dan hasil belajar peserta didik akan selalu rendah. Itu sebabnya perlu variasi model

pembelajaran, agar dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian menurut Arikunto (Rujiadi, 2009:28) berpendapat bahwa

“Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

Dalam penelitian ini dapat dihipotesiskan bahwa “Penggunaan model STAD

(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar kelas VII

ruang B MTs An-Nur Palangka Raya”.

23

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan sejak

bulan Desember sampai bulan Juni pada tahun pelajaran 2013/2014. Adapun

jadwal penelitian sebagaimana terlampir.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di MTs An-Nur Palangka Raya yang

berlokasi dijalan S. Parman no 31 Palangka Raya. Peneliti memilih sekolah

tersebut, karena lokasi MTs An-Nur Palangka Raya sangat strategis, sehingga

mudah dijangkau dan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement

Division) juga cocok untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik kelas VII

di MTs An-Nur Palangka Raya.

B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

Denzim dan Lincoln (Indriyati, 2013:32) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan

fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan metode yang ada”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2010:15) menyebutkan metode penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

27

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

purposive dan snowbal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi

Pada penelitian ini penulis menyelidiki fenomena yang sudah terjadi

berdasarkan latar alamiah. Metode yang jelas secara alamiah sangat penting

dilaksanakan oleh seorang peneliti, karena peneliti dapat mempertanggung jawabkan

kebenaran tulisan secara alamiah.

Dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan model Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Menurut Tahir (2011:86), “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) proses

pencarian atau pengkajian untuk menemukan suatu masalah yang terdapat pada suatu

kelas dengan menggunakan tekhnik atau sistem daur ulang dari berbagai proses

kegiatan yang ada”.

Daur ulang dalam Penelitian Tindakan Kelas diawali dengan kegiatan

planning (perencanaan), acting (pelaksanaan tindakan), observing (mengobservasi

dan mengamati tindakan), dan reflecting (melakukan refleksi).

C. Kehadiran dan Peran Peneliti

Kehadiran peneliti secara langsung menjalankan satu sampai dua siklus

bahkan lebih mengikuti jadwal mata pelajaran pada hari senin dan selasa di MTs An-

Nur Palangka Raya agar data yang dipaparkan menjadi akurat, dan peran peneliti

untuk meningkat motivasi belajar IPS Ekonomi peserta didik kelas VII ruang B.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

28

D. Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MTs An-Nur pada peserta didik kelas VII, dimana

subyek penelitiannya adalah peserta didik kelas VII pada MTs An-Nur Palangka

Raya tahun pelajaran 2013/2014.

Tabel 1

Subyek Penelitian

Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki Perempuan

VII ruang B 14 21 35

Sumber Data: TU MTs An-Nur Palangka Raya

E. Rancangan Penelitian

Menurut Suyanto (Mahmud, 2011:199) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-

tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik

pembelajaran di kelas secara lebih professional“.

Sedangkan menurut Kemmis dan Tanggart (Abdulhak dan Suprayogi,

2011:92) menyatakan bahwa:

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah proses investigasi terkendali

yang bersiklus dan bersifat reflektif dan mandiri yang dilakukan oleh guru

atau tenaga kependidikan lainnya yang bertujuan untuk melakukan perbaikan-

perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi

pembelajaran.

Jadi dari pendapat dua ahli tersebut di atas bahwa, Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dilakukan untuk memperbaiki proses atau kegiatan yang sudah terjadi

sebelumnya, agar dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar peserta didik.

Adapun rancangan dalam penelitian ini terdiri dari empat komponen yaitu

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

29

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Ke empat komponen

tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Agar lebih jelas dapat dijelaskan dalam

gambar berikut ini:

Gambar 1

Prosedur Berdaur Pelaksanaan PTK

Siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, apabila sudah diketahui letak

keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama,

peneliti menentukan rancangan untuk siklus kedua.

Perencanaan

SIKLUS I

Observasi

Perencanaan

Pelaksanaan Tindakan Refleksi

Refleksi SIKLUS II

Observasi

Pelaksanaan Tindakan

berhasil

berhenti

Belum Berhasil

Siklus n

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

30

Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan

sebelumnya, apabila digunakan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk

menguatkan hasil.

Jika pada tahap siklus kedua peneliti masih belum merasa puas, maka peneliti

bisa melanjutkan kepada siklus n (selanjutnya), cara dan tahap sama halnya dengan

siklus satu dan dua. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus

dilaksanakan, hal tersebut bergantung kepada kepuasan dari peneliti, jika peneliti

merasa puas di siklus ke satu maka penelitian dapat diberhentikan dan PTK tidak

bisa dilakukan kurang dari satu siklus.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan observer (penilai) megindentifikasi masalah

dan memecahkan masalah tentang bagaimana model STAD (Student Team

Achievement Division).

Tahap kegiatan yang akan dilaksanakan dalam perencanaan ini adalah

sebagai berikut:

1. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang

akan disampaikan kepada peserta didik.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar, soal diskusi, papan

skor perkembangan individu yang terbuat dari kertas karton, skor bintang

yang akan di tempel di papan skor, hadiah yang disesuaikan dengan model

pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

31

4. Mengembangkan format observasi yang telah dipersiapkan.

5. Merancang/menyusun alat evaluasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti menjalankan/menerapkan strategi pembelajaran

yang sebelumnya telah disepakati.

c. Pengamatan atau observasi

Pada tahap ini peneliti dan observer (penilai) mengobservasi tindakan

yang dilaksanakan dengan menggunakan format yang telah direncanakan

dalam langkah perencanaan serta memberikan hasil pada pelaksanaan tersebut.

d. Refleksi

Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengadakan evaluasi

pelaksanaan pembelajaran membuat perbaikan pada tindakan berikut.

Perbaikan yang dilaksanakan berkaitan tindakan siklus selanjutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap ini tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan

hasil refleksi pada siklus pertama. Tentu masih menggunakan model

pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).

Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah

sebagai berikut:

1. Melakukan analisis kurikulum untuk mengtahui kompetensi dasar yang

akan disampaikan kepada peserta didik.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

32

3. Mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar, soal diskusi, papan

skor karton perkembangan individu, skor bintang yang akan di tempel di

papan skor, hadiah yang disesuaikan dengan model pembelajaran STAD

(Student Team Achievement Division).

4. Mengembangkan format observasi yang telah dibuat sebelumnya.

5. Merancang alat evaluasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan serta menerapkan strategi dan

skenario pembelajaran yang telah disepakati.

c. Pengamatan atau observasi

Pada tahap ini penneliti dan observer (penilai) mengobservasi tindakan

yang dilakukan menggunakan format yang telah dirancang dan dikembangkan

pada perencanaan dan memberi hasil pelaksanaan.

d. Refleksi

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis terhadap hasil

pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan

perbaikan yang dilaksanakan,serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus

selanjutnnya.

3. Siklus n

Siklus n adalah siklus yang dilaksanakan apabila pada siklus satu dan dua

peneliti tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Maka pada siklus selanjutnya

diharap akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

33

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

1. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan

kuantitatif. Data tersebut dapat menggambarkan peningkatan yang terjadi dalam

penelitian.

Menurut Sugiyono (2008:14) menyatakan; “1) Data kualitatif berupa data

yang berbentuk kata-kata, gambar, dan skema, 2) Data kuantitatif berupa data

yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan”.

Dengan kata lain, data kualititatif memaparkan data dalam bentuk kata-

kata, sementara data kuantitatif memaparkan data dalam bentuk angka.

Data-data tersebut dapat bersumber dari sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan

langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi

penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain

penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung

berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Observasi merupakan cara

yang efektif dimana dilakukan pengamatan secara langsung terhadap objek

yang diteliti. Observasi dan pengamatan digunakan peneliti sebagai cara untuk

mengumpulkan data melalui pengamatan langsung di lapangan yang hasilnya

dicatat sebagai hasil pengamatan lapangan, data yang diambil berupa beberapa

data aktivitas belajar peserta didik kelas VII ruang B dalam proses

pembelajaran di dalam kelas di MTs An-Nur Palangka Raya.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

34

Data aktivitas per individu, di akumulasikan dengan perhitungan angket

yang dijawab oleh peserta didik, dari akumulasi penilaian tersebutlah dapat

diketahui ada peningkatan motivasi belajar IPS Ekonomi pada siklus 1 dan 2,

sementara data perhitungan aktivitas peserta didik secara keseluruhan sebagai

tolak ukur keberhasilan motivasi belajar IPS Ekonomi peserta didik secara

menyeluruh.

b. Angket

Menurut Ali (Mahmud, 2011:177) angket (questionnnaire) adalah

sebagai berikut:

Angket (questionnnaire) dapat dipandang sebagai suatu teknik

penelitian yang banyak mempunyai kesamaan dengan wawancara,

kecuali dalam pelaksanaannya, yaitu angket dilaksanakan secara

tertulis, sedangkan wawancara secara lisan.

Sementara menurut Hasan (Mahmud, 2011:177) mengungkapkan

bahwa,

Angket dikatakan baik, efektif,efesien apabila memenuhi komponen

sebagai berikut:

1. Subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.

2. Ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden untuk

ikut mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun peryataan

yang tersedia.

3. Petunjuk pengisian angket yang mudah dimengerti dan tidak bias.

4. Pertanyaan maupun pernyataan besertatempat mengisi jawaban,

baik secara tertutup, semi tertutup, ataupun terbuka.

Angket digunakan untuk mengukur peningkatan motivasi belajar

peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya, adalah angket

terbuka (opened questions) dengan item pertanyaan yang digunakan adalah

pilihan ganda, menurut Rusidi (Mahmud, 2011:178) menerangan bahwa “Item

pertanyaan pilihan ganda adalah bentuk pertanyaan yang diikuti dengan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

35

beberapa jawaban (lebih dari dua)” . Dalam angket yang akan disebarkan

peneliti berjumlah 30, Setiap pertanyaan berisikan pilihan ya, kadang-kadang,

dan tidak, dan menggunakan skala likert. Menurut Ali (Mahmud, 2011:181)

mengatakan bahwa “Penggunaan instrumen skala dimaksudkan untuk

menjaring data yang berskla interval”. Dari jawaban peserta didik nantinya

akan diakumulasikan bersama skor aktivitas peserta didik, dari akumulasi nilai

tersebutlah untuk dapat mengetahui peningkatan motivasi belajar

menggunakan model STAD (Student Team Achievement Division).

G. Instrumen Pengumpulan Data

a. Observasi

Tabel 2

Lembar Pengamatan Belajar IPS Ekonomi

Peserta Didik

No

Jenis termotivasi dalam pelajaran

Penskoran

1 2 3 4

1 Peserta didik bergairah dalam menyimak penjelasan

guru tentang tujuan pembelajaran.

2 Peserta didik bersemangat dalam melihat gambar

yang dijelaskan oleh guru. Peserta didik tidak malu

dan ragu dalam menjawab pertanyaan guru.

3 Peserta didik berpindah menuju kelompoknya

masing-masing. Peserta didik dalam kelompok sama-

sama antusias dalam memahami tugas yang diberikan

oleh guru.

4 Peserta didik mulai berdiskusi dan saling berkerja

sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

guru. Serta saling megeksplorasi kemampuan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

36

b. Angket

Kisi-kisi penskoran motivasi belajar peserta didik akan dijabarkan dalam

tabel berikut ini:

Tabel 3

Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Ekonomi

No

Indikator

Jumlah

Item

Nomor Item

1 Bergairah dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran.

5 1, 2, 3, 4, 5

2 Bersemangat dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran.

5 6, 7, 8, 9, 10

berfikirnya secara individual di dalam kelompok

tanpa harus bergantung dengan guru.

5 Peserta didik mengumpulkan tugas kelompoknya dan

salah satu perwakilan kelompok menempelkan atau

menuliskan jawaban di papan tulis.

6 Peserta didik menanggapi dan bertanya apabila ada

yang kurang dimengerti.

7 Peserta didik mendengarkan penjelasan guru dengan

penuh antusias. Peserta didik penuh rasa ingin tahu,

dan tidak malu bertanya dengan guru.

8 Peserta didik dengan sabar menanti hasil dari nilai

yang diperolehnya maupun yang diperoleh oleh

kelompoknya.

9 Peserta didik bersabar jika hasil yang diperoleh

secara individu maupun kelompok tidak sesuai

harapan.

10 Peserta didik menerima hadiah dengan antusias.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

37

No

Indikator

Jumlah

Item

Nomor Item

3 Selalu bertanya ketika mengikuti

kegiatan pembelajaran.

3 11, 12, 13

4 Mampu mengeksplorasi kemampuan

berfikirnya tanpa menunggu

dibimbing oleh guru

3 14, 15, 16

5 Memiliki rasa percaya diri yang

tinggi.

5 17, 18, 19, 20, 21

6 Mampu berkonsentrasi dengan baik. 3 22, 23, 24

7 Mampu menyelesaikan kesulitan

dalam mengerjakan tugas secara

mandiri.

3 25, 26, 27

8 Memiliki kesabaran dan daya juang

yang tinggi.

3 28, 29, 30

Data yang sudah ditetapkan untuk diolah akan diberi skor untuk setiap

jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Adapun pemberian skor

sebagai berikut:

Tabel 4

Pedoman Pemberian Skor

Angket Motivasi Belajar

Pertanyaan Ya Kadang-kadang Tidak

Positif 3 2 1

Lanjutan tabel 3 sebagai berikut:

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

38

H. Validasi Instrumen

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid apabila instrumen dapat

mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Menurut Sugiyono (dalam

Fitri, 2012:33) “Uji validitas terbagi menjadi dua macam yaitu uji validitas isi dan uji

validitas konstruksi”.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan validitas isi. Validitas isi

merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur

dengan analisis rasional. Dalam validitas isi dapat menggunakan dua validator untuk

menguji validitas instrumen penelitian. Sehingga dalam penelitian ini menggunakkan

dua validator yang sesuai atau ahli dalam bidangnya masing-masing.

I. Teknik Analisis Data

1. Data Observasi

Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat ada atau tidaknya

peningkatan motivasi belajar peserta didik menggunakan model STAD (Student

Team Achievement Division). Adapun rumus yang digunakan dalam tekhnik

analisis data observasi ini adalah sebagai berikut:

P =

%

Keterangan:

P : persentase yang dicari

F : frekuensi jawaban

N : jumlah peserta didik

100% : Bilangan Penggali (Arikunto dalam Indriyati,

2013:46)

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

39

Adapun skala tingkat motivasi belajar pada peserta didik dapat

dikategorikan, sebagai berikut:

Sangat Tinggi : 81 -100 %

Tinggi : 61 – 80 %

Sedang : 41 – 60 %

Rendah : 21 – 40 %

Sangat Rendah : 0 – 20 %

(Arikunto, 2010:).

2. Data Angket

Sementara menghitung hasil angket akhir berdasarkan jawaban peserta

didik menggunakan rumus sebagai berikut:

Normalisasi Gain =

Kategori Gain Ternormalisasi disajikan sebagai berikut:

Skor N-Gain Kriteria normalized Gain

0,70 < N-Gain Tinggi

0,30 < N-Gain < 0,70 Sedang

N-Gain < 0,30 Rendah

Hake (Setiawan, 2013:55)

J. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk melihat tingkat keberhasilan dari penelitian ini dengan indikator

keberhasilan penelitian meliputi indikator proses yang ditandai oleh adanya

peningkatan peserta didik dalam proses pembelajaran dan terlaksananya

pembelajaran sesuai dengan rencana pada tahap-tahap pembelajaran tercapai dengan

menerapkan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).

Peningkatan motivasi belajar peserta didik pada penelitian ini dapat

ditentukan dari hasil angket. Berdasarkan perhitungan angket yang dijawab skor

peserta didik memiliki skor 60 ditambah hasil observasi (pengamatan) aktivitas

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

40

peserta didik 30 menjadi 90 maka sudah dapat dikatakan motivasi peserta didik

mengalami peningkatan. Secara klasikal jumlah skor peserta didik yang memiliki

skor ≥ 90 mencapai 85% dari jumlah peserta didik.

Peningkatan motivasi belajar peserta didik sangat perlu dimiliki oleh peserta

didik, karena agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik,

dan lebih dapat memahami bahwa mata pelajaran Ekonomi sangat penting untuk

dipelajari, karena bersangkutan dengan cara manusia memenuhi kebutuhan hidup.

K. Jadwal Penelitian

Jadwal Penelitian selama 7 bulan (Desember-Juni) akan dipaparkan melalui

tabel sebagai berikut:

Tabel 5

Jadwal Penelitian

Bulan

Keterangan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

A. Perencanaan

penelitian

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1 Melakukan

observasi

x x

2 Pengajuan Judul

x

3 Penyusunan

proposal skripsi

x X x x x

4 Pendaftaran

seminar

proposal

x

5 Seminar

proposal dan

Revisi proposal

x

B. Pelaksanaan

penelitian

1 Pengumpulan

dan analisis data

penelitian

x

2 Penyusunan

skripsi

x x x x x x x x

3 Ujian dan

Revisi Skripsi

x x

4 Penyerahan

skripsi

x

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian

1. Data Penelitian

Data Penelitian diperoleh dari hasil pengamatan dua orang pengamat,

pengamat 1(guru mata pelajaran), dan pengamat 2 (mahasiswa) terhadap

aktivitas belajar peserta didik di siklus 1 dan siklus 2. Sementara peningkatan

motivasi belajar peserta didik diperoleh dari perhitungan angket yang dijawab

peserta didik.

Indikator aktivitas belajar peserta didik berjumlah 10, nilai tertinggi 4 dan

nilai terendah adalah 1, dan angket motivasi belajar peserta didik berjumlah 30

dengan alternatif jawaban ya bernilai 3, kadang-kadang bernilai 2, dan tidak

bernilai 1.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian dengan menggunakn penelitian tindakan kelas

(PTK) dengan menggunakan model pembelajaran (Student Team Achievement

Division).

Tabel 6

Data Peningkatan Nilai Angket Motivasi Belajar Peserta Didik

Kriteria Penilaian Siklus 1 Siklus 2

Nilai Rata-rata 75 99,6

Nilai Tertinggi 86 115

Nilai Terendah 52 89

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

42

Dari siklus 1 terdiri 4 tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, tindakan,

pengamatan (observasi), dan refleksi. Adapun uraian dalam tahapan siklus 1 dan 2

menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)

sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan observer (penilai) megindentifikasi

masalah dan memecahkan masalah tentang bagaimana model STAD

(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi

belajar Ekonomi pesert didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka

Raya. Adapun peneliti berperan sebagai guru yang mengajar peserta

didik/menyampaikan pelajaran sedangkan guru menjadi pengamat 1.

Perencanaan pada siklus 1 sesuai dengan langkah-lang dalam

model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) sebagai

berikut:

1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi

dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan dibantu

guru mata pelajaran Ekonomi yang juga bertindak sebagai pengamat

1.

2. Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan

pembelajaran, karakter peserta didik yang diharapkan, materi ajar

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

43

tentang kegiatan Ekonomi penduduk, media pembelajaran berupa

gambar, dan langkah-langkah model pembelajaran STAD (Student

Team Achievement Division).

3. Mempersiapkan soal diskusi berupa gambar, kartu jawaban yang

akan ditempel di papan tulis, papan skor karton perkembangan

individu, skor bintang yang akan di tempel di papan skor, hadiah

yang disesuaikan dengan model pembelajaran STAD (Student Team

Achievement Division).

4. Menyiapkan lembar pengamatan belajar IPS Ekonomi peserta didik

yang akan diamati oleh 2 orang pengamat. Pengamat 1 (guru)

pengamat 2 (mahasiswa).

5. Menyiapkan evaluasi pembelajaran berupa angket motivasi, yang

digunakan untuk mengukur motivasi belajar peserta didik dalam

menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team

Achievement Division).

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan tindakan

sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).

Selama proses pembelajaran guru (peneliti) mengajar materi

kegitan Ekonomi penduduk disesuaikan dengan langkah-langkah model

pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

44

Akan di uraikan sebagai berikut:

1. Guru mengucapkan salam, mengajak peserta didik untuk berdo’a,

mengabsen peserta didik, memeriksa kesiapan belajar peserta didik dan

sarana prasarana penunjang kegiatan pembelajaran, menyebutkan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menginformasikan model

pembelajaran STAD (Student Team Achievment Division),

memberikan motivasi pada peserta didik agar dapat mengikuti kegiatan

belajar dengan baik, dan menuliskan judul di papan tulis.

2. Guru menjelaskan materi melalui gambar, dan memberikan tanya

jawab kepada peserta didik seputar materi kegiatan Ekonomi

penduduk.

3. Guru menempatkan peserta didik dalam tujuh kelompok. Masing-

masing kelompok berjumlah lima orang.

4. Guru membagikan lembaran tugas kepada setiap kelompok.

5. Guru meminta peserta didik untuk mulai berdiskusi dengan teman

kelompoknya. Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator

kegiatan tiap kelompok.

6. Guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil dari tugas

kelompok kelompok.

7. Guru memberikan pertanyaan secara lisan dan meminta peserta didik

menempelkan jawabannya di papan tulis.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

45

8. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang lain untuk

memberikan tanggapan dan bertanya apabila ada yang kurang

dimengerti.

9. Guru memberikan peserta didik kesempatan bertanya dan guru

mengulang materi secara singkat untuk menguatkan pemahaman

peserta didik.

10. Guru mulai memberikan skor pada tabel skor perkembangan indivividu

di dalam kelompok. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara

menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan

hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.

Tabel 7

Data Perolehan skor Kuis 1 Perkembangan Individu dan

Kriteria Masing-masing Kelompok

No Nama Kelompok Peningkatan skor Peserta

Didik

Rata-

rata

Kriteria

5 10 20 30 30

1 Kelompok 1 2 1 2 12 Sangat

Baik

2 Kelompok 2 3 1 1 9 Cukup

3 Kelompok 3 2 3 8 Cukup

4 Kelompok 4 2 3 8 Cukup

5 Kelompok 5 3 2 7 Cukup

6 Kelompok 6 2 2 1 10 Baik

7 Kelompok 7 1 3 1 11 Baik

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

46

11. Guru memberikan penghargaan berdasarkan perolehan rata-rata yang

dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok

super.

12. Guru memberikan hadiah kepada kelompok baik, hebat, dan super.

Dan untuk kelompok lain juga mendapat hadiah hiburan, agar peserta

didik tetap merasa termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

dan semangatnya tidak menjadi kendur, karena tidak mendapatkan

hadiah.

c. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan atau observasi adalah mengamati aktivitas guru dan

peserta didik pada saat melaksanakan penelitian tindakan kelas.

Pengamatan tersebut dilakukan oleh guru dan mahasiswa dengan mengisi

lembar pengamatan yang telah disediakan.

Hasil pengamatan yang dilakukan pengamat guru dan peserta

didik akan di uraikan dalam tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8

Hasil Pengamatan Peserta Didik

Pada Saat Pembelajaran IPS Ekonomi

Siklus 1

No Jenis termotivasi dalam pelajaran

Hasil

Pengamatan

Kriteria

P1 P2 Rata

-rata

1 Peserta didik bergairah dalam menyimak

penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.

3 3 3 B

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

47

No Jenis Termotivasi dalam Pelajaran

Hasil

Pengamatan

Kriteria

P1 P2 Rata

-rata

2 Peserta didik bersemangat dalam melihat

gambar yang dijelaskan oleh guru. Peserta

didik tidak malu dan ragu dalam menjawab

pertanyaan guru.

2 3 2,5 CB

3 Peserta didik berpindah menuju

kelompoknya masing-masing. Peserta didik

dalam kelompok sama-sama antusias dalam

memahami tugas yang diberikan oleh guru.

3

4

3,5

B

4 Peserta didik mulai berdiskusi dan saling

berkerja sama dalam menyelesaikan

tugas yang diberikan oleh guru. Serta

saling megeksplorasi kemampuan

berfikirnya secara individual di dalam

kelompok tanpa harus bergantung dengan

guru.

3 3 3 B

5 Peserta didik mengumpulkan tugas

kelompoknya dan salah satu perwakilan

kelompokmenempelkan atau menuliskan

jawaban di papan tulis.

3 4 3,5 B

6 Peserta didik menanggapi dan bertanya

apabila ada yang kurang dimengerti.

2 3 2,5 CB

7 Peserta didik mendengarkan penjelasan

guru dengan penuh antusias. Peserta

didik penuh rasa ingin tahu, dan tidak

malu bertanya dengan guru

2 3 2,5 B

8 Peserta didik dengan sabar menanti hasil

dari nilai yang diperolehnya maupun

yang diperoleh oleh kelompoknya.

3 3 3 B

9 Peserta didik bersabar jika hasil yang

diperoleh secara individu maupun

kelompok tidak sesuai harapan.

3 4 3,5 B

10 Peserta didik menerima hadiah dengan

antusias.

3 4 3,5 B

Jumlah 27 34 30,5

Rata-rata 2,7 3,4 3,05 B

Sedangkan tabel 12 di atas adalah hasil pengamatan pengamat 1

(guru) dan pengamat 2 (mahasiswa) terhadap aktivitas peserta didik. Dari

Lanjutan Tabel 8 sebagai berikut:

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

48

hasil pengamatan pengamat 1 secara keseluruhan terhadap 35 peserta

didik berjumlah 27 dengan rata-rata 2,7, sementara berdasarkan hasil

pengamatan pengamat 2 berjumlah 34 dengan rata-rata 3,4, dari

penjumlahan pengamat 1 dan 2 adalah 30, 5 dengan rata-rata 3,05 dan

memiliki kriteria B (Baik).

Keterangan:

A = 4,0 = Baik sekali P1 = Pengamat Pertama

B= 3,0-3,9 = Baik P2 = Pengamat Kedua

C=2,0-2,9 = Cukup Baik P1 = Dra. Daliyah Wawarsi

D=1,0-1,9 = Kurang baik P2 = Anna Sugiyarti

Untuk mengetahui hasil aktivitas peserta didik secara keseluruhan

pada saat pembelajaran IPS Ekonomi dapat di presentasikan sebagai

berikut:

Pengamatan Peserta Didik

Setelah peneliti menerapkan model pembelajaran STAD (Student

Team Achievement Division) yang diamati oleh pengamat 1 dan

pengamat 2, secara menyeluruh motivasi pada kelas VII ruang B MTs

An-Nur Palangka Raya yang berjumlah 35 peserta didik mendapatkan

nilai rata-rata 30,5 secara klasikal 76,25%., kemudian peneliti

menyebarkan angket motivasi belajar peserta didik. Angket tersebut

nantinya diakumulasikan dengan hasil pengamatan aktivitas peserta didik

secara individual.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

49

Agar dapat mengetahui peningkatan motivasi peserta didik, yang

akan di uraikan pada tabel 9 berikut ini:

Tabel 9

Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik

Kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya

Siklus 1

No Kode Peserta

Didik

Motivasi Belajar

Total Aktivitas

Peserta

Didik

Angket Awal

1 ASW 24 55 79

2 AFD 22 46 68

3 AKH 30 56 86

4 ALF 22 56 78

5 ASM 20 57 77

6 AAP 24 54 78

7 ARU 30 46 76

8 DS 22 58 80

9 EMA 26 59 85

10 FS 20 56 76

11 H 20 52 72

12 IN 26 50 76

13 MA 20 56 76

14 MDA 30 50 80

15 MRH 24 50 74

16 MSN 20 59 79

17 MDH 22 30 52

18 MHS 26 46 72

19 MS 23 52 75

20 NRD 20 43 63

21 NY 28 42 70

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

50

No Kode Peserta

Didik

Motivasi Belajar

Total Aktivitas

Peserta

Didik

Angket Awal

22 NH 20 47 67

23 NKN 20 54 74

24 NHD 24 60 84

25 RMD 22 56 78

26 RHW 20 58 78

27 SM 30 50 80

28 SST 30 50 80

29 SN 24 52 76

30 SS 20 47 67

31 SRA 24 48 72

32 YP 22 47 69

33 YS 20 52 72

34 MQ 30 51 81

35 EA 20 55 75

Total Skor 2625

Total Skor(%) 75%

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar dari 35

peserta didik di kelas VII ruang B Mts An-Nur Palangka Raya berjumlah

2625 dan di presentasikan sebesar 75%.

d. Indikator Keberhasilan Penelitian

Berdasarkan perhitungan angket awal di siklus 1 dan ditambah

dengan nilai aktivitas peserta didik, skor yang diperoleh peserta didik ≥90

hanya mencapai 75%, sementara Secara klasikal jumlah skor peserta didik

yang termotivasi harus memiliki skor ≥ 90 yang mencapai 85% dari

jumlah peserta didik, dengan peningkatan motivasi belajar yang tidak

mencapai target, maka pelu dilakukan siklus 2.

Lanjutan Tabel 9 sebagai berikut:

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

51

e. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui atau memperbaiki kelemahan

dan kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran serta melihat kesesuaian

antara pelaksanaan pembelajaran juga digunakan untuk menentukan

perbaikan pada materi atau siklus selanjutnya.

Adapun waktu yang digunakan pada pelaksanaan pembelajaran

sangat terbatas, guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi

kelompok pembelajaran Ekonomi sesuai dengan model pembelajaran

STAD (Student Team Achievement Division), setelah itu guru (peneliti)

memberikan soal angket motivasi untuk di isi peserta didik, agar guru

(peneliti) dapat mengetahui peningkatan motivasi belajar peserta didik di

siklus 1.

Untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran di siklus 1, maka

pada pelaksanaan siklus 2 dapat dibuat perencanaan sebagai berikut:

1) Memberikan materi pembelajaran Ekonomi tentang kegiatan Ekonomi

penduduk kepada peserta didik dengan penyampaian yang

menyenangkan, agar peserta didik dapat mudah memahami apa yang

disampaikan oleh guru (peneliti).

2) Lebih banyak menyisipkan pertanyaan yang di kemas dalam bentuk

permainan di tengah guru menjelaskan materi pembelajaran Ekonomi.

3) Jika di siklus 1 soal diskusi adalah mendeskripsikan gambar dan soal

kuis diberikan secara berebut, maka di siklus 2 guru (peneliti)

membuat soal tts (teka-teki silang) agar peserta didik dapat lebih

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

52

bersemangat ketika berdiskusi di dalam kelompok sementara soal

diberikan guru sesuai dengan urutan kelompok, agar peserta didik tidak

berebut dalam menjawab.

4) Guru (peneliti) lebih banyak memotivasi peserta didik dalam kegiatan

kelompok.

5) Guru (peneliti) menyiapkan hadiah yang lebih menarik dibandingkan

siklus 1.

2. Penelitian siklus 2

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus 2 ini peneliti menyusun rencana

pembelajaran yang sudah diperbaiki pada refleksi yang berdasarkan siklus

1. Karena hasil aktivitas belajar peserta didik dan peningkatan motivasi

belajar peserta didik belum maksimal. Maka pada siklus 2 ini peneliti

mempelajari dan memperbaiki hasil refleksi sebagai masukan agar pada

siklus ini mendapatkan hasil yang memuaskan.

Perencanaan siklus 2 sama halnya dengan siklus 1, yaitu masih

menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement

Division). Adapun perencanaannya sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi

dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan dibantu guru

mata pelajaran Ekonomi yang juga bertindak sebagai pengamat 1.

2. Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

53

pembelajaran, karakter peserta didik yang diharapkan, materi ajar

tentang kegiatan Ekonomi penduduk, media pembelajaran berupa

gambar, dan langkah-langkah model pembelajaran STAD (Student Team

Achievement Division).

3. Mempersiapkan soal diskusi kuis TTS (Teka Teki Silang), kolom TTS

yang terbuat dari karton akan ditempel di papan tulis agar peserta didik

dapat menulis jawabannya di karton tersebut, papan skor karton

perkembangan individu, spidol untuk menulis bintang, hadiah yang

disesuaikan dengan model pembelajaran STAD (Student Team

Achievement Division).

4. Menyiapkan lembar pengamatan belajar IPS Ekonomi peserta didik

yang akan diamati oleh 2 orang pengamat. Pengamat 1 (guru) pengamat

2 (mahasiswa).

5. Menyiapkan evaluasi pembelajaran berupa angket motivasi, yang

digunakan untuk mengukur motivasi belajar peserta didik dalam

menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement

Division).

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 juga tidak terlalu berbeda

dengan siklus 1, yang dirubah hanya soal diskusi dan format penilaian di

papan skor, jika sebelumnya skor di tempel menggunakan gambar bintang,

di siklus 2 hanya di gambar menggunakan spidol.

Berikut langkah-langkah pembelajaran di siklus 2:

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

54

1. Guru mengucapkan salam, mengajak peserta didik untuk berdo’a,

mengabsen peserta didik, memeriksa kesiapan belajar peserta didik dan

sarana prasarana penunjang kegiatan pembelajaran, menyebutkan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menginformasikan model

pembelajaran STAD (Student Team Achievment Division),

memberikan motivasi pada peserta didik agar dapat mengikuti kegiatan

belajar dengan baik, dan menuliskan judul di papan tulis.

2. Guru menjelaskan materi melalui gambar, dan memberikan tanya

jawab kepada peserta didik seputar materi kegiatan Ekonomi

penduduk.

3. Guru menempatkan peserta didik dalam tujuh kelompok. Masing-

masing kelompok berjumlah lima orang, dengan anggota kelompok

yang berbeda dari siklus 1.

4. Guru membagikan lembaran tugas kepada setiap kelompok.

5. Guru meminta peserta didik untuk mulai berdiskusi dengan teman

kelompoknya. Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator

kegiatan tiap kelompok.

6. Guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil dari tugas

kelompok.

7. Guru memberikan pertanyaan secara lisan dan meminta peserta didik

menuliskan jawabannya di papan tulis.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

55

8. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang lain untuk

memberikan tanggapan dan bertanya apabila ada yang kurang

dimengerti.

9. Guru memberikan peserta didik kesempatan bertanya dan guru

mengulang materi secara singkat untuk menguatkan pemahaman

peserta didik.

10. Guru mulai memberikan skor pada tabel skor perkembangan indivividu

di dalam kelompok. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara

menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan

hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.

Tabel 10

Data Perolehan skor Kuis 2 Perkembangan Individu dan

Kriteria Masing-masing Kelompok

No Nama

Kelompok

Peningkatan skor Peserta Didik Rata-

rata

Kriteria

5 10 20 30 30

1 Kelompok 1 3 1 1 16 Cukup

2 Kelompok 2 2 3 24 Super

3 Kelompok 3 2 2 1 18 Cukup

4 Kelompok 4 1 4 18 Cukup

5 Kelompok 5 1 3 1 20 Baik

6 Kelompok 6 1 2 2 22 Hebat

7 Kelompok 7 2 2 1 18 Cukup

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

56

11. Guru memberikan penghargaan berdasarkan perolehan rata-rata yang

dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok

super.

12. Guru memberikan hadiah kepada kelompok baik, hebat, dan super.

Dan untuk kelompok lain juga mendapat hadiah hiburan, agar peserta

didik tetap merasa termotivasi dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran dan semangatnya tidak menjadi kendur, karena tidak

mendapatkan hadiah.

c. Pengamatan atau Observasi

Tabel 11

Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik

Pada Saat Pembelajaran IPS Ekonomi

Siklus 2

No Jenis Termotivasi dalam Pelajaran

Hasil

Pengamatan

Krit

eria

P1 P2 Rata

-rata

1 Peserta didik bergairah dalam menyimak

penjelasan guru tentang tujuan

pembelajaran.

4 4 4 A

2 Peserta didik bersemangat dalam melihat

gambar yang dijelaskan oleh guru.

Peserta didik tidak malu dan ragu dalam

menjawab pertanyaan guru.

4 4 4 B

3 Peserta didik berpindah menuju

kelompoknya masing-masing. Peserta

didik dalam kelompok sama-sama

antusias dalam memahami tugas yang

diberikan oleh guru.

4 4 4 A

4 Peserta didik mulai berdiskusi dan saling

berkerja sama dalam menyelesaikan

tugas yang diberikan oleh guru. Serta

saling megeksplorasi kemampuan

berfikirnya secara individual di dalam

kelompok tanpa harus bergantung dengan

guru.

4 4 4 B

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

57

Lanjutan Tabel 11 sebagai berikut:

No Jenis Termotivasi dalam Pelajaran

Hasil

Pengamatan

Krit

eria

P1 P2 Rata

-rata

5 Peserta didik mengumpulkan tugas

kelompoknya dan salah satu perwakilan

kelompok menempelkan atau menuliskan

jawaban di papan tulis.

4 4 4 A

6 Peserta didik menanggapi dan bertanya

apabila ada yang kurang dimengerti.

4 4 4 A

7 Peserta didik mendengarkan penjelasan

guru dengan penuh antusias. Peserta

didik penuh rasa ingin tahu, dan tidak

malu bertanya dengan guru.

3 3 3 B

8 Peserta didik dengan sabar menanti hasil

dari nilai yang diperolehnya maupun

yang diperoleh oleh kelompoknya.

4 4 4 A

9 Peserta didik bersabar jika hasil yang

diperoleh secara individu maupun

kelompok tidak sesuai harapan.

3 4 3,5 B

10 Peserta didik menerima hadiah dengan

antusias.

4 4 4 A

Jumlah 37 39 38,5

Rata-rata 3,7 3,9 3,85 B

Sedangkan berdasar tabel di atas adalah hasil pengamatan pengamat 1

(guru) dan pengamat 2 (mahasiswa) terhadap aktivitas peserta didik. Dari

hasil pengamatan pengamat 1 secara keseluruhan terhadap 35 peserta didik

berjumlah 37 dengan rata-rata 3,7, sementara berdasarkan hasil pengamatan

pengamat 2 berjumlah 39 dengan rata-rata 3,9, dari penjumlahan pengamat 1

dan 2 adalah 38 dengan rata-rata dan memiliki kriteria B (Baik).

Keterangan:

A = 4,0 = Baik sekali P1 = Pengamat Pertama

B= 3,0-3,9 = Baik P2 = Pengamat Kedua

C=2,0-2,9 = Cukup Baik P1 = Dra. Daliyah Wawarsi

D=1,0-1,9 = Kurang baik P2 = Anna Sugiyarti

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

58

Aktivitas Peserta Didik

Setelah guru (peneliti) menerapkan model pembelajaran STAD (Student

Team Achievement Division) yang diamati oleh pengamat 1 dan pengamat 2,

maka guru menyebarkan angket motivasi belajar peserta didik, sama halnya

dengan di siklus 1. Soal angket pun masih sama tidak berbeda. Setelah angket

awal dan angket akhir di siklus 1 dan 2 sudah di ketahui, maka dihitung

menggunakan rumus N-Gain, yang akan di uraikan pada poin selanjutnya.

Agar dapat mengetahui peningkatan motivasi peserta didik, yang akan

di uraikan pada tabel 12 berikut ini:

Tabel 12

Peningkatan Motivasi belajar Peserta Didik

Kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya

No Kode Peserta

Didik

Motivasi Belajar

Aktivitas Peserta

Didik

Angket

Akhir

Total

1 ASW 35 61 96

2 AFD 28 70 98

3 AKH 32 72 104

4 ALF 30 59 89

5 ASM 34 64 98

6 AAP 35 62 97

7 ARU 35 72 107

8 DS 30 66 96

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

59

9 EMA 35 65 100

10 FS 32 65 97

No Kode Peserta

Didik

Motivasi Belajar

Aktivitas

Peserta Didik Angket Akhir

Total

11 H 33 64 97

12 IN 30 66 96

13 MA 31 60 91

14 MDA 36 74 110

15 MRH 32 57 89

16 MSN 35 67 102

17 MDH 22 68 90

18 MHS 37 71 108

19 MS 32 67 99

20 NRD 35 73 108

21 NY 34 67 101

22 NH 31 62 93

23 NKN 33 66 99

24 NHD 37 61 98

25 RMD 34 70 104

26 RHW 33 61 94

27 SM 37 78 115

28 SST 38 59 97

29 SN 32 62 94

30 SS 37 69 106

31 SRA 39 74 113

32 YP 38 66 104

33 YS 33 68 101

34 MQ 34 67 101

35 EA 31 63 94

Total Skor 3486

Total Skor(%) 99,60%

Lanjutan Tabel 12 sebagai berikut:

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

60

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar dari 35 peserta

didik di kelas VII ruang B Mts An-Nur Palangka Raya berjumlah di 3486 dan

di presentasikan sebesar 99,60%.

d. Indikator Keberhasilan Peneliti

Berdasarkan perhitungan angket akhir di siklus 2 dan ditambah dengan

nilai aktivitas peserta didik, skor yang diperoleh peserta didik ≥ 90 mencapai

99,60 % dari 35 peserta didik yang hadir, dengan skor rata-rata 99,6 sementara

Peneliti tidak mencapaikan target 100% karena secara klasikal target

pencapaian jumlah skor peserta didik yang termotivasi jika memiliki skor ≥ 90

mencapai 85% dari jumlah peserta didik, dengan peningkatan motivasi belajar

di siklus 2, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak perlu lagi dilanjutkan ke

siklus 3.

Peningkatan aktivitas dan motivasi belajar peserta didik di siklus 1 dan

2 akan di gambarkan dalam diagram berikut ini:

3. Angket Motivasi

0

20

40

60

80

100

120

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 2

Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik

Siklus 1

Siklus 2

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

61

Untuk menghitung angket motivasi yang dipadukan dengan aktivitas

belajar peserta didik di siklus 1 dan 2 dengan menggunakan rumus N-Gain

sebagai berikut:

Normalisasi Gain =

=0,436

Kategori Gain Ternormalisasi disajikan sebagai berikut:

Skor N-Gain Kriteria normalized Gain

0,70 < N-Gain Tinggi

0,30 < N-Gain < 0,70 Sedang

N-Gain < 0,30 Rendah

Hake (Setiawan, 2013:55)

Dari perhitungan data angket di awal(akhir pertemuan siklus 1) dan

di akhir (akhir pertemuan siklus 2) adalah 0,436 dan berkategori sedang

(tuntas).

e. Refleksi

Pada pelaksanaan siklus 2 diketahui bahwa pengamatan peserta didik

secara menyeluruh adalah 96,25% meningkat dari siklus 1 yang hanya 76,25%.

Sementara peningkatan motivasi belajar peserta didik adalah 99,60%

meningkat dari siklus 1 yang hanya 75%. Berdasarkan peningkatan yang di

dapat dari siklus 2 maka peneliti dan guru mata pelajaran sepakat untuk tidak

melanjutkan ke siklus 3, dan tidak mencapaikan 100% karena telah mencapai

target ketuntasan ≥90 secara klasikal 85%.

B. Pengujian Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pelaksanaan siklus 1 dan 2, pengamatan belajar IPS Ekonomi

secara menyeluruh pada peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya

dengan penggunaan model STAD (Student Team Achievement Division), akan di

uraikan melalui tabel berikut ini:

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

62

Tabel 13

Peningkatan Belajar IPS Ekonomi Peserta Didik

Siklus Skor Total Skor Total (%)

Siklus 1 30,5 76,25%

Siklus 2 38,5 96,25%

Tabel di atas menunjukkan peningkatan aktivitas belajar IPS Ekonomi yang

signifikan dari siklus 1 ke siklus 2, terdapat kenaikan 8,5 secara persentase 20%,

Sementara peningkatan motivasi belajar IPS Ekonomi secara individu pada

kelas VII ruang B akan di uraikan sebagai berikut:

Tabel 14

Peningkatan Motivasi Belajar IPS Ekonomi

Siklus Skor Rata-rata Presentase(%)

Siklus 1 75 75%

Siklus 2 99,6 99,60%

C. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Pada saat observasi sebelum menerapkan siklus 1 dan 2 dengan menggunakan

model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) tingkat motivasi

belajar peserta didik masih rendah. Namun ketika diterapkan siklus 1 pengamatan

belajar IPS Ekonomi peserta didik di siklus 1 dari 35 peserta didik yang hadir dari

rata-rata hasil pengamatan aktivitas yaitu 76,25 % dan siklus II dari 35 peserta didik

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

63

yang hadir rata-rata hasil pengamatan aktivitas meningkat menjadi 96,25 %, terdapat

kenaikan 20 %, motivasi belajar peserta yang perhitungannya di dapat dari penilaian

pengamatan belajar IPS Ekonomi perindividu dan hasil jawaban angket peserta didik

pada siklus I dari 35 peserta didik yang hadir, rata-rata motivasi belajarnya adalah 75

% dengan nilai rata-rata 75 dan pada siklus II dari 35 peserta didik yang hadir

motivasi belajarnya meningkat menjadi 99,60 %, terdapat kenaikan 24,6 % dari

kedua siklus tersebut.

Sementara perhitungan angket motivasi menggunakan rumus N-Gain adalah

0,436, dan berkategori sedang (tuntas), maka siklus 1 dan 2 dengan menerapkan

model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dapat

meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pelajaran Ekonomi materi

Kegiatan Ekonomi Penduduk.

Dari uraian tersebut di atas dan dengan penerapan model pembelajaran STAD

(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi beljajar peserta

didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya, materi kegiatan Ekonomi

penduduk, hal ini juga mendukung penelitian-penelitian terdahulu yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Eka Fitriani (http://digilib.uin-

suka.ac.id/3221/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf:07 Januari

2014) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Cooperatif Learning tekhnik

STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai Upaya Meningkatkan

Keaktifan dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Qur’an Hadis dikelas VIII D

MTsN Wates Kulon Progo Yogyakarta”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eka

Fitriani dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar peserta didik pada mata

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

64

pelajaran Qur’an Hadis, hal tersebut dapat terlihat pada observasi pada observer awal

35,5%, kemudian siklus I 68,3% menjadi 80,7% pada siklus II, ada peningkatan

kekatifan sebesar 45,2%, untuk motivasi belajar peserta didik, dari observasi awal

29,6%, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 65,8% dan menjadi 87,8% pada

siklus II, sehingga peningkatan yang terjadi sebesar 58,2%.

Sementara berdasarkan penelitian dari Siti Faiqatul Himmah

(http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42268:07 Januari 2014) dalam

skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif tekhnik STAD untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas VIII di SMP Sriwedari

Malang”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Faiqatul Himmah tekhnik STAD

dapat pula meningkatkan motivasi dan hasil belajar, yakni sebelum diberi tindakan

motivasi dan haisl belajar peserta didik rata-rata 52,76% , setelah diberi tindakan

pada siklus I, rata-rata meningkat menjadi 73,43%. Demikian juga pada siklus II,

terdapat peningkatan motivasi belajar peserta didik rata-rata 77,81%, setelah diberi

tindakan pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 92,22 %.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

65

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari pelaksanaan siklus 1 dan 2 dengan penggunaan model STAD (Student

Team Achievement Division) dapat di simpulkan peningkatan belajar IPS Ekonomi

pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya, penggunaan model

pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan

motivasi belajar Ekonomi pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya,

dimana pada siklus I dari 35 peserta didik yang hadir, rata-rata motivasi belajarnya

adalah 75% dan pada siklus II dari 35 peserta didik yang hadir motivasi belajarnya

meningkat menjadi 99,60%, terdapat kenaikkan 24,6% dari siklus I dan II, dengan

perhitungan angket awal dan akhir 0,436 kategori sedang (tuntas).

B. Rekomendasi

1. Bagi kepala sekolah

Agar lebih memantau / meningkatkan kegiatan pembelajaran, untuk

memotivasi peserta didik meraih hasil dan prestasi belajar yang baik khususnya

pada mata pelajaran Ekonomi, dan seluruh mata pelajaran yang terdapat di MTs

An-Nur Palangka Raya, selain itu diharapkan kepala sekolah dapat lebih

memperhatikkan fasilitas penunjang pembelajaran Ekonomi, agar dapat

memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan tidak terlalu

mononton jika belajar hanya melalu buku paket mata pelajaran.

2. Bagi guru

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

66

Hendaknya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan

metode yang bervariasi dan lebih kreatif meningkatkan motivasi belajar peserta

didik, model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) salah

satu model yang juga dapat diterapkan oleh guru mata pelajaran.

3. Bagi peserta didik

Diharapkan peserta didik dapat lebih aktif, bersemangat, dan bergairah

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, selain dapat meningkatkan motivasi,

hal tersebut juga dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

67

DAFTAR PUSTAKA

Abdullhak, I, & Suprayogi, U. (2011), Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non

Formal. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, S, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik Jakarta: Rneka

Cipta

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima

Eryadi, (2007). Intisari Pengetahuan sosial lengkap SMP, Ciganjur: PT.Kawan

Pustaka.

Fajar. (09 Januari 2014). Pengertian Tes. Http://bangfajars.wordpres.com.

Fattah, N. (2009). Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Fitriani, E. (2009). Penerapan Strategi Cooperatif Learning tekhnik STAD (Student

Teams Achievment Division) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan

dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Qur’an Hadis dikelas VIII D

MTsN Wates Kulon Progo yogyakarta (skripsi). http://digilib.uin-

suka.ac.id/3221/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.

Hamalik, O.(2011). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamzah, (2011). Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan,

Gorontalo: Bumi Aksara

Handoko, M (2006), Motivasi Penggerak Tingkah laku, Yogyakarta: Kanisius.

Haryadin. (20 Maret 2014). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Http:// www.

hayardin.com/2013/02/kelemahan-model-pembelajaran-kooperatif-

tipestad. html.

Hendrawati, S. (09 April 2014). Artikel Tematik. Http://srihendrawati.blogspot.com.

Himmah, S.F. (07 Januari 2014). Penerapan Pembelajaran Kooperatif tekhnik STAD

untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas VIII

di SMP Sriwedari Malang (skripsi),

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42268.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

68

Indriyati, I . ( 2013). Upaya Meningkatkan Perhatian dan Hasil Belajar melalui

Model Quantum Teaching di SMA Negeri 4 Palangka Raya:

Skripsi.

Isjoni, (2009). Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan komunikasi antar Peserta didik,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar

Berkelompok. Bandung: Alfabeta.

Jeanne, E. (2008). Psikologi pendidikan membantu siswa tumbuh dan berkembang.

Jakarta: Erlangga.

Mahmud, (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.

Prawira, P. A. (2012). Psikologi Pendidikan, Bandung: Ar Ruzz Media.

Rujiadi , (2013). Upaya meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode

tanya jawab dan metode diskusi pada kelas V SDN 1 Lahei II Barito

Utara tahun pelajaran 2013/2014: Skripsi.

Ruslikan, (2011). Pengembangan dan Pembelajaran Ips, Palangkaraya: Midada

rahmah Press.

Rusman, (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Propersionalisme

guru. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sandro, (2014). Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan

Kombinasi Media Konkret dan Media Gambar pada SDN Garubg 1,

Kec. Jabiren Raya, Kab Pulang Pisau tahun pelaran

2013/2014: Skripsi

Sardiman, (2011). Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Setiawan, M. (2013).Upaya Meningkatkan hasil Belajar Matematika dengan

Menggunakan Strategi Belajar Sambil Bermain pada SDN- 1 Bukit

Tunggal Palangka Raya. Palangkaraya: Skripsi

Silberman, M (2010), 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif, Jakarta: PT

Indeks.

Siregar, E. & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia

Indonesia.

Siregar, E. & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia

Indonesia.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · PDF file1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi pekerti baik, kreatif,

69

Sugianto, (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik dengan

menggunakan metode tanya jawab pada kelas IV di

SDN-11 Palangka Raya: Skripsi.

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supiya, (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Peserta Didik kelas V dengan

menggunakan Model Cooperative Script pada SDN-1 Bukit Tunggal

Palangka Raya: Skripsi.

Tahir, M. (2011). Pengantar Metedologi Penelitian Pendidikan, Makassar:

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Universitas Muhammadiyah Palangka Raya. (2013). Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Palangka Raya, Tim Penulis.

Warsono, & Hariyanto, (2012). Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Sandar Proses Pendidikan Jakarta:

Kencana Prenada Media.