Upload
dangbao
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah wadah agar dapat membentuk individu yang berbudi
pekerti baik, kreatif, dan mampu bersaing di era global yang penuh tantangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan juga dapat menjadi identitas diri bagi
kemajuan sebuah bangsa. Bangsa dan negara yang maju selain diukur dari sistem
ekonominya juga diukur dari kualitas para peserta didiknya, maka sudah menjadi
kewajiban suatu negara untuk terus memperbaiki kualitas pendidikannya.
Adapun tujuan daripada pendidikan nasional itu adalah mensukseskan proses
belajar mengajar disekolah yang tertuang di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia tentang sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 3 (Indriyati, 2013:3) yang
berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk perkembangannya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha
untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan peserta didik setelah
menyelesaikan/memperoleh pengalaman belajar.
Tujuan pendidikan dicapai dengan maksimal, tidak hanya menjadi tugas
seorang guru, melainkan menjadi peran orang tua, masyarakat, dan peserta didik itu
sendiri, karena pendidikan erat kaitannya dengan belajar. Belajar merupakan
2
tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dialami oleh peserta didik sendiri. Peserta didik adalah penentu terjadinya atau
tidak terjadi suatu proses belajar. Peserta didik belajar tidak hanya disekolah,
melainkan di keluarga, dan masyarakat, itu sebabnya orang tua dalam ruang lingkup
keluarga serta masyarakat dapat menjadi penentu berhasilnya proses belajar
mengajar bagi peserta didik.
Untuk melihat keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran, ranah yang dinilai
atau ingin diketahui guru tidak hanya pada ranah kognitifnya saja yang berhubungan
dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta
pengembangan keterampilan intelektual, melainkan ranah afektif yang berhubungan
dengan minat, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi, serta ranah
psikomotorik yang berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda
atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf.
Berdasarkan pengamatan peneliti di MTs An-Nur Palangka Raya kelas VII
ruang B, tingkah laku peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mata pelajaran
Ekonomi di dalam kelas beraneka ragam, ada yang selalu tidak membawa buku
paket, ada yang selalu tertidur ketika guru menjelaskan, ada yang selalu izin keluar
kelas, dll. Tingkah laku peserta didik yang cenderung tidak stabil ini disebabkan
karena berbagai macam faktor. Misalnya; peserta didik belum siap menerima
pelajaran, peserta didik tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, peserta didik terlihat
pasif dengan tidak pernah bertanya dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik
masih ingin bermain, metode pembelajaran yang monoton, serta pengaruh keluarga
di rumah dan sebagainya.
3
Kurangnya motivasi belajar peserta didik terhadap pelajaran juga terjadi
dikarenakan peserta didik tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan
belum ada kesadaran betapa pentingnya mata pelajaran Ekonomi dipelajari,
akibatnya peserta didik tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Kurangnya motivasi belajar peserta didik tersebut berdampak pada nilai tugas
bahkan nilai UTS (Ujian Tengah Semester). Pada saat itu peneliti melihat hasil
belajar peserta didik rata-rata dibawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70,
dari 35 peserta didik hanya 10 orang yang mencapai KKM, apabila hal ini berlanjut
terus menerus maka akan berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik. Hasil
belajar merupakan tolak ukur keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
Model pembelajaran aktif nampaknya menjadi jawaban atas rendahnya
motivasi pembelajaran peserta didik khususnya di Madrasah, maka dari itu peneliti
berusaha untuk menerapkan motivasi belajar peserta didik, melalui model STAD
(Student Team Achievement Division).
Peneliti ingin mengetahui bagaimana aktivitas model STAD (Student Team
Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII
ruang B Mts An-Nur Palangka Raya pada mata pelajaran Ekonomi.
Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Upaya meningkatkan motivasi belajar IPS Ekonomi melalui model STAD
(Student Team Achievement Division) pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka
Raya tahun pelajaran 2013/2014”.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya motivasi belajar peserta didik saat guru menjelaskan.
2. Kurangnya motivasi bertanya peserta didik ketika guru menjelaskan.
3. Kurangnya motivasi belajar tersebut dikarenakan model pembelajaran yang
monoton.
4. Kurangnya keaktifan peserta didik ketika mengikuti kegiatan pembelajaran.
5. Hasil belajar peserta didik belum mencapai KKM.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi terarah dan untuk menghindari luasnya masalah
yang diteliti, maka penulis memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:
1. Yang diteliti hanyalah motivasi belajar khusus mata pelajaran IPS Ekonomi,
materi pola kegiatan Ekonomi Penduduk berdasarkan pemanfaatan lahan dan
yang tidak memanfaatkan lahan, serta kegiatan Ekonomi berdasarkan pola
permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan Bumi.
2. Peserta didik yang diteliti, kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya tahun
pelajaran 2013/2014.
3. Model pembelajaran yang digunakan adalah STAD (Student Team Achievement
Division).
5
D. Rumusan Masalah
Bertitik tolak belakang dari identifikasi masalah dan batasan masalah
tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah “Apakah
penggunaan model STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya?”.
E. Alternatif Pemecahan Masalah
Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka alternatif
pemecahan masalah yang diterapkan adalah “Penggunaan model STAD (Student
Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar IPS Ekonomi
peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya secara individual”.
F. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah, “Untuk dapat mengetahui penggunaan model STAD (Student
Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar IPS Ekonomi
pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya”.
G. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka manfaat yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peneliti selanjutnya yang lebih
mendalam.
2. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini dapat memberikan sumbangan
terkait mengatasi masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran
Ekonomi, khususnya pada materi kegiatan Ekonomi masyarakat (penduduk)
6
berdasarkan penggunaan lahan, dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik
permukaan Bumi pada.
3. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi sebagai bahan
perbandingan dan tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
di MTs An-Nur Palangka Raya.
4. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi dan saran yang
membangun untuk peningkatan motivasi membimbing peserta didik agar dapat
mencapai prestasi belajar yang membanggakan, khususnya pada mata pelajaran
Ekonomi.
5. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik
saat proses pembelajaran Ekonomi, khususnya kelas VII ruang B MTs An-Nur
Palangka Raya.
6. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi, dan memberi refrensi bagi
peneliti lainnya, dalam meneliti hal yang sama/pembelajaran menggunakan
model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Analisis Teoretis
1. Pengertian Motivasi
Menurut Imron (Siregar dan Nara, 2010:49) menjelaskan bahwa
Motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang berarti mendorong,
menyebabkan, dan merangsang”.
Menurut Donald (Hamalik, 2011:158) menyatakan motivasi sebagai
berikut:
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan atau reaksi untuk mencapai tujuan,
(a) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, (b)
motivasi ditandai dengan timbulnya ketegangan psikologis yang artinya
jika seseorang terlibat dalam suatu diskusi,dia tertarik dengan masalah
yang sedang dibicarakan maka dengan cepat ia mengeluarkan kata-kata
yang lancar dan cepat akan keluar, (c) motivasi ditandai dengan adanya
reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Menurut Dewey (Hamalik, 2011:157), ”Motivasi adalah dorongan
kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar tingkat ketekunan peserta didik sangat
ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang
ditimbulkan oleh motif tersebut”.
Menurut Suryabrata (Siregar dan Nara, 2010:49) menyatakan bahwa
“Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang
diinginkan”. Dari pengertian beberapa ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan
8
bahwa motivasi merupakan hal yang penting dimiliki oleh peserta didik, karena
jika peserta didik termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maka
peserta didik akan lebih mudah menerima dan menyerap ilmu yang disampaikan
oleh pendidik. Peserta didik akan terdorong untuk lebih bersemangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan motif untuk mendapatkan nilai dan
prestasi belajar yang baik.
Pada kenyataannya motif belajar setiap orang berbeda antara satu sama
lain. Ada peserta didik yang rajin belajar karena memang ingin menuntut ilmu,
adapula peserta didik yang belajar karena mempunyai motif sekedar mendapat
nilai bagus atau lulus ujian. Semakin banyak motif yang ada pada diri seseorang,
maka akan semakin kuatlah motivasi belajarnya. Tiga komponen dasar yang
dapat menumbukan motivasi dalam diri individu adalah kebutuhan, dorongan,
dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasakan ketidak seimbangan
antara yang ia miliki dengan yang ia harapkan, sementara dorongan merupakan
kekuatan mental yang berorentasi pada pemecahan harapan atau pencapaian
tujuan, dorongan yang berorentiasi pada tujuan adalah inti dari motivasi, dan
tujuan tersebut lebih mengarahkan kepada perilaku dalam hal ini perilaku
belajar.
2. Jenis dan Sumber Motivasi
Menurut Frandsen (Sardiman, 2011:89) mengemukakan banyak jenis
motivasi, namun jenis motivasi yang sering terdapat dalam diri peserta didik,
yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
9
Akan diuraikan sebagai berikut :
Motivasi Instrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
individu, tanpa adanya rangsangan dari luar, sementara motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena danya rangsangan dari
luar, misalnya dengan adanya pemberian hadiah, pujian, atau nilai yang
tinggi, dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong
motivasional.
Menurut Hamalik (2011:163) “Motivasi instrinsik dalam realitasnya lebih
memiliki daya tahan yang kuat dibandingkan motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi
karena faktor ekstrinsik dapat mengakibatkan motivasi individu dalam hal ini
peserta didik menjadi berkurang ketika faktor ekstrinsik tersebut mengecewakan
individu”.
Sesungguhnya sulit untuk menentukan mana yang lebih baik antara
motivasi instrinsik dan ekstrinsik, karena kebutuhan setiap individu berbeda.
Untuk itu diperlukan pehaman dalam nilai-nilai motivasi pada usaha guru
membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Dengan adanya nilai-nilai
motivasi, guru dapat dengan mudah menumbuhkan motivasi pada diri peserta
didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran ekonomi.
Menurut Hamalik (2011:161) motivasi mengandung nilai-nilai sebagai
berikut:
(1)Motivasi menentukan tingkat berhasil atau tidaknya belajar peserta
didik, (2) pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah
pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat
yang ada peserta didik, (3) pengajaran yang bermotivasi menuntuk
kreativitas dan imajinasi guru untuk membangkitkan dan memelihara
motivasi belajar peserta didik, (4) disiplin kelas dapat pula bertujuan
untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik,
karena motivasi dalam belajar erat kaitannya dengan disiplin kelas, (5)
asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas-asas
mengajar, karena dapat menjadi faktor yang menentukan pengajaran
yang efektif.
10
3. Cara-cara Menumbuhkan Motivasi
Menurut Sardiman (2007:92), ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi belajar pada peserta didik sebagai berikut:
1) Memberi angka; angka dalam hal sebagai simbol dari nilai kegiatan
pembelajaran, peserta didik mendapat angka-angka ( nilai ) yang baik
dapat dengan cepat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
2) Hadiah; dengan memberikan hadiah juga dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, namun kelemahan dalam pemberian
hadiah ini, ialah peserta didik tertarik belajar hanya untuk hadiah, jika
tidak ada hadiahnya, maka peserta didik tidak akan tertarik mengikuti
kegiatan pembelajaran.
3) Saingan /kompetensi; kompetensi dapat digunakan sebagai alat
motivasi untuk mendorong belajar peserta didik. Persaingan, baik
persaingan individual maupun persaingan kelompok yang dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
4) Ego-involvement; menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar
dapat merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga berkerja keras dengan mempertaruhkan harga
diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
5) Pujian; pada umumnya semua peserta didik sangat senang jika dipuji.
Pujian diberikan jika peserta didik berhasil mengikuti kegiatan
belajar dengan baik, setelah dipuji biasanya peserta didik akan lebih
antsusias untuk mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya.
6) Memberi ulangan; peserta didik akan lebih antusias dalam mengikuti
kegiatan epmbelajaran jika diadakan ulangan.
7) Mengetahui Hasil; jika nilai ulangan atau tugas peserta didik tidak
baik, maka peserta didik akan termotivasi untuk mendapat nilai yang
baik dengan giat belajar, apalagi jika nilai peserta didik baik hal itu
akan menambah motivasi belajar peserta didik.
8) Hukuman; hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi jika
diberikan secara tepat dan bijak, akan dapat menumbuhkan motivasi
belajar pserta didik. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat
memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9) Hasrat untuk belajar; berarti ada unsur kesengajaan, atau ada maksud
untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala
sesuatu kegiatan yang tanpa maksud.
10) Minat; minat tentu sangat berkaitan dengan motivasi, motivasi
muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga
tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses
belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
11) Tujuan yang diakui; menjelaskan tujuan yang jelas dan baik akan
dapat dengan mudah diterima peserta didik, karena tujuan merupakan
alat motivasi yang sangat penting, jika peserta didik mengetahui
11
tentang tujuan suatu mata pelajaran dipelajari, maka motivasi belajar
dapat dengan mudah tumbuh dalam diri peserta didik.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar peserta
didik tumbuh jika ada rangsangan dari luar, terutama rangsangan yang diberikan
oleh guru dan orang tua. Dengan adanya motivasi belajar peserta didik, maka
peserta didik akan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
dan dapat pula memacu motivasi belajar teman sekelasnya yang masih belum
termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Ciri-ciri Motivasi belajar
Menurut Freud (Sardiman, 2011:83), mengemukakan adanya beberapa
ciri-ciri motivasi, sebagai berikut:
1) Tekun dalam mengerjakan tugas dan tepat waktu dalam menyerahkan
tugas tersebut.
2) Ulet menghadapi kesulitan yang dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran.
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah yang
dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.
4) Lebih senang bekerja secara mandiri.
5) Selalu mencari hal-hal yang baru.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya.
7) Tidak mudah melepaskan diri dari hal yang diyakininya itu.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Sedangkan menurut Handoko (2006:59) untuk mengetahui kekuatan motif-
motif yang sedang menguasai seseorang pada umumnya dapat dilihat melalui:
a) Kuatnya kemauan untuk berbuat.
b) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar.
c) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain.
d) Kerelaan mengeluarkan biaya demi perbuatan itu.
e) Ketekunan dalam mengerjakan tugas-tugas.
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, motivasi sangat
penting dimiliki peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan
12
pembelajaran akan berhasil baik jika peserta didik tekun mengerjakan tugas dan
ulet dalam memecahkan berbagai masalah secara mandiri.
Peserta didik yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu
rutininitas dan mekanis, dapat mengatur jumlah watu yang semaksimal mungkin
untuk belajar. Peserta didik harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau
peserta didik sudah yakin dipandangnya cukup rasional. Tidak hanya itu saja,
dengan memiliki motivasi belajar, peserta didik akan lebih peka dan reponsif
dalam memecahkan masalah umum, dan dapat memikirkan pemecahannya serta
segera bertindak untuk memecahkan masalah tersebut.
5. Peran Motivasi belajar bagi peserta didik
Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar dan hasil belajar akan
optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan berhasil pula pula mata
pelajaran tersebut disampaikan oleh guru. Motivasi juga akan senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi peserta didik.
Menurut Sardiman (2011:85) peran dari motivasi belajar adalah sebagai
berikut:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini dapat menjadi
penggerak bagi peserta didik untuk dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik,
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan harus dilaksanakanb sesuaidengan rumus tujuan yang ada,
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
13
Sedangkan menurut Hamzah (2009:23) hakikat motivasi belajar adalah
sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil,
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan,
4) Adanya penghargaan dalambelajar,
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Pada diri peserta didik terdapat kekuatan mental yang menjadi
penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut dapat dari berbagai sumber,
peserta didik belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental
itu berupa perhatian, kemauan, dan cita-cita.
Dalam kegiatan belajar motivasi belajar perlu dimiliki oleh setiap peserta
didik, karena jika peserta didik tidak memiliki motivasi yang kuat mengenai hal
yang sedang ia pelajari, maka ia juga tidak dapat menentukan kemana tujuan
yang harus ia capai dalam mengikuti maupun setelah mengikuti kegiatan belajar.
Jika motivasi sudah dimiliki oleh seorang peserta didik, maka dia juga lebih
semangat untuk menggapai cita-citanya dan yang paling penting peserta didik
juga semangat untuk mengikuti pelajaran apa saja yang sedang disampaikan oleh
guru, meskipun diwaktu siang. Hal ini juga akan memudahkan pekerjaan guru
dalam menyampaikan suatu materi, karena peserta didiknya semangat dalam
menerima materi yang akan diajarkan tersebut.
6. Indikator Motivasi Belajar
Sebagaimana motivasi belajar yang telah diurai tersebut di atas, menurut
Asrori (2007:84), bahwa indikator untuk mengetahui peserta didik yang
memiliki motivasi dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
14
1. Memiliki gairah yang tinggi.
2. Penuh semangat.
3. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
4. Mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa( peserta didik)
untuk mengerjakan sesuatu.
5. Memiliki rasa percya diri.
6. Memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tingi.
7. Kesulitan sebagai tantangan yang harus diatasi.
8. Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.
Sementara indikator peserta didik yang memiliki motivasi rendah sebagai
berikut:
1. Perhatian terhadap pelajaran kurang.
2. Semangat juangnya rendah.
3. Mengerjakan sesuatu merasa dimintai membawa beban yang berat.
4. Sulit untuk bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas oleh guru.
5. Memiliki ketergantungan terhadap orang lain.
6. Bisa jalan kalau “sudah dipaksa”.
7. Daya konsentrasi kurang.
8. Mereka cenderung membuat kegaduhan.
9. Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan.
Maka dari itu, diharap guru dapat lebih peka dan cepat tanggap ketika
melihat peserta didik yang tidak termotivasi, dan untuk peserta didik yang sudah
termotivasi, diharap dapat menjadi contoh bagi teman-teman sekelasnya, agar
dapat memacu untuk lebih termotivasi lagi.
7. Pengertian Belajar IPS Ekonomi
Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman
pada peserta didik. Belajar juga dapat menjadikan suatu kebutuhan manusia yang
sangat penting dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan potensi
dirinya.
15
Menurut Thorndike (Hamzah, 2006:11) bahwa “Belajar adalah proses
interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan)
dan respons (yang juga bisa pikiran,perasaan atau gerakan)”.
Menurut Prawira (2012:228) menyatakan bahwa pengertian belajar
sebagai berikut:
Belajar didefinisikan suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk
meningkatkan kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, perubahan kualitas
kemampuan tadi bersifat permanen.
IPS merupakan sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan. IPS
berkembang terus sesuai dengan kebutuhan manusia dan pembangunan,
khusunya di Indonesia. Proses selanjutnya berkembang disekolah dan perguruan
Tinggi sesuai dengan perkembangan kurikulum. Secara mendasar, pembelajaran
IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku
dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan
kejiwaannya, memamfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi,
mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam
rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, menurut
Eryadi (2007:23) “IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan
manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai
anggota masyarakat”. Mata pelajaran IPS yang diajarkan pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) disebut dengan
IPS Terpadu yang teridiri dari Mata Pelaran Ekonomi, Sejarah, Geografi, dan,
Sosiologi. Maka dari itu mata pelajaran Ekonomi termasuk kedalam cabang IPS.
16
Menurut Ruslikan (2011:33) “Ilmu Ekonomi mempelajari tentang
kemampuan masyarakat dalam mengelola SDA (Sumber Daya Alam) untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya”.
Sementara menurut Cohn (Fattah, 2009:17) menyatakan bahwa Ekonomi
adalah sebagai berikut ini:
Ekonomi dalam pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana
manusia, baik secara individu maupun perorangan maupun di dalam
kelompok masyarakatnya membuat keputusan dalam rangka
mendayagunakan sumber daya yang terbatas agar dapat dipergunakan
sebaik mungkin dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut.
Sedangkan menurut Martin dan Miller (Ruslikan, 2011:33) tugas utama
ilmu Ekonomi adalah sebagai berikut:
Untuk menjelaskan persamaan-persamaan esensial dan hakikat
perbedaan-perbedaan dalam kehidupan Ekonomi masyarakat yang
berbeda itu, sehingga seseorang dapat memahami dengan lebih baik
tentang kondisi-kondisi tempat dia hidup dan memahami alternatif-
alternatif yang berguna baginya.
Seorang ahli ekonomi dapat melakukan pengumpulan dan analisis data
tentang sistem Ekonomi. Sistem Ekonomi yang dimaksud dalam Ruslikan (2011
: 34) “Pola tatanan atau mekanisme dalam kehidupan perekonomian”.
Kegiatan Ekonomi penduduk umumnnya mempunyai pola berdasarkan
kondisi fisik permukaan bumi. Pola kegiatan Ekonomi penduduk banyak
ditentukan oleh keberadaan penduduk tersebut bertempat tinggal di permukaan
bumi ini. Pekerjaan yang rutin dilakukan dan mendatangkan nafkah dinamakan
mata pencaharian. Hal ini bisa dilihat dari corak kehidupan masyarakat
setempat. Berdasarkan ciri yang dimilikinya, kehidupan penduduk dapat
dibedakan menjadi dua corak kehidupan penduduk setempat.
17
Mata pencaharian penduduk yang memiliki corak sederhana biasanya
sangat berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan SDA (Sumber Daya Alam)
yang ada. Contohnya Pertanian, Perkebunan, Perternakan dan lain-lain.
Sementara mata pencaharian penduduk yang memiliki corak modern biasanya
lebih mendekati sektor-sektor yang tidak terlalu memanfaatkan lahan dan SDA
(Sumber Daya Alam) yang ada, seperti jasa, transportasi, perdagangan, dan
pariwisata.
8. Jenis Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Hanafiah dan Suhana (2012:41),
menerangkan bahwa “Model pembelajaran merupakan pendekatan dalam rangka
mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaftif maupun generatif”.
Model Pembelajaran yang Dikembangkan oleh Sejumlah Ahli, (Warsono
dan Haryanto, 2012:194) adalah sebagai berikut:
1) Jigsaw. Mendorong peserta didik untuk terbiasa berfikir dari bagian-
bagian menuju ke pemikiran yang bersifat holistik, melihat
keterpaduan antara bagian yang membentuk subjek bahan ajar secara
utuh.
2) Student Teams Achievment Division (STAD. Merupakan model
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk saling berkerja
sama dan saling membantu dalam menyelesaikan suatu masalah,
tetapi pada akhirnya bertanggung jawab secara mandiri. Model ini
dapat pula meningkatkan motivasi belajar peserta didik secara
individual.
3) Teams Game Tournament (TGT). Mendorong peserta didik untuk
bermain sambil berfikir, berkerja dalam suatu tim dan kompetitif
terhadap tim yang lain.
4) Team Assisted Individualization (TAI). Mendorong peserta didik baik
secara individual maupun dalam suatu tim dan kompetitif terhadap
tim yang lain.
5) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model
pembelajaran yang digunakan untuk mendorong peserta didik
berkerja sama dalam sebuah tim.
18
6) Think Pair Share. Model pembelajaran yang digunakan untuk
mendorong peserta didik agar dapat terbiasa berfikir mula-mula
secara mandiri, kemudian berkerja secara berpasangan.
7) Timed Pair Share, dikembangkan oleh Kagan. Model pembelajaran
mendorong peserta didik dapat saling berkerja sama dengan
pasangannya serta meningkatkan kegesitan peserta didik secara
mandiri. Peserta didik yang sudah berpasangan diberi nomor dan
waktu dalam menjawab paling lama dua menit.
8) Cooperative Script. Mendorong peserta didik terbiasa membuat
ringkasan atau resume dari suatu konsep (dalam pembelajaran dapat
berupa sinopsis), serta mendorong peserta didik untuk terbiasa
mengungkapkan gagasannya sendiri, maupun mendengarkan orang
lain berbicara dengan penuh perhatian.
9) Cooperative Scripting. Model pembelajaran Cooperative Scripting
adalah pengembangan dari model Cooperative Script, namun pada
model ini peserta didik tidak hanya didorong terbiasa dalam membuat
ringkasan atau resume, namun juga diberi kesempatan untuk
memiliki daya ingatan yang tajam dan terbiasa membaca cepat 500-
600 kata dan membacakannya di depan kelas.
10) Complex Instruction. Model pembelajaran yang digunakan
membangkitkan pemikiran tingkat didik peserta didik, meningkatkan
kompetensi dari peserta didik yang memiliki kecakapanbelajar
rendah, serta ketergantungan peserta didik terhadap guru akan
seminimal mungkin.
11) Intermitttent Focused Discussions.. Model pembelajaran ini untuk
mendorong dan membangkitkan timbulnya kerja sama antara dua
orang yang bersebelahan duduknya, peserta didik diharapkan
senantiasa memerhatikkan penjelasan guru tentang segmen-segmen
bahan ajar yang diajarkan secara berselang-seling.
12) Academic Controvens. Model pembelajaran yang mendorong peserta
didik untuk berfikir secara aktif dan menekankan yang tinggi karena
mendiskusikkan di dalam kelompok adanya suatu dilema atau topik
bahan ajar yang kontroversial.
13) Round Rabin atau Rally Robin. Model pembelajaran yang dapat
mendorong peserta didik untuk terbiasa berfikir secara alternatif
dalam kelompok peserta didik, mengungkapkan gagasannya dalam
kalimatnya sendiri (parafrasa) serta melatih peserta didik agar dapat
berfikir secara hati-hati dan sabar.
14) Round Table. Dalam model pembelajaran Round Table, peserta didik
menuliskan jawaban yang telah diberikan guru dalam sehelai kertas
dan jawaban itu kemudian diserahkan kepada anggota tim yang lain.
Kemudian anggota tim yang lain mengoreksi dan memberi tanggapan
jika jawaban yang di jawab oleh anggota kelompok lain tidak tepat,
model ini dapat membangkitkan kemampuan berfikir dan berfikir
peserta didik secara kritis.
19
15) Telephone. Model pembelajaran Telephone digunakan untuk
mendorong peserta didik berfikir secara mandiri, menyimak
presentasi guru secara teliti dan hati-hati, terbiasa mengajari
temannya yang lain serta percaya kepada orang lain.
16) Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT), untuk mendorong peserta didik berfikir
dalam suatu tim dan berani tampil mandiri.
17) Carousel. Model pembelajaran Carousel adalah dapat mendorong
peserta didik untuk berfikir secara cepat pada tim yang berubah-ubah,
peserta didik saling bertukar fikiran untuk menjawab pertanyaan
guru.
18) Stir the Class. Model pembelajaran Stir the Class juga dapat
mendorong peserta didik saling berkerja samamenjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru secara acak, kegiatan ini dilakukan dengan
memanggil nomor yang lain sampai pertanyaan yang tersedia atau
waktu pembelajaran habis.
19) Pairs Compaire. Pada model pembelajaran Pairs Compaire peserta
didik juga dituntut agar dapat berfikir secara aktif dan lebih cepat
sebelum waktu yang diberikan oleh guru habis.
20) Partners. Pada model pembelajaran parners, peserta didik didorong
untukberfikir spontan dan berani mengajarkan kepada teman-
temannya.
21) Three Minutes Review(TMR). Three Minutes Review(TMR), adalah
model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
mendengarkan dengan cermat dan menjawab pertanyaan guru
secara spontan.
22) Find Someone Who. Model pembelajaran ini mendorong peserta
didik untuk berfikir secara dinamis dan siap menjawab pertanyaan
yang diajukan dalam suatu LKS.
Sedangkan model pembelajaran yang dikembangkan oleh bberapa ahli
lainnya dalam Hanafiah dan Suhana (2012:42) adalah sebagai berikut:
1) Example Non Examples. Mendorong peserta didik untuk dapat
berfikir kritis menganalisa gambar yang diberikan oleh guru, dan
mendorong peserta didik agar dapat memiliki rasa percaya diri
dengan maju kedepan menjelaskan gambar yang telah dijawab oleh
peserta didik.
2) Ficture And Ficture. Mendorongpeserta didik untuk dapat berfikir
cepat dan aktif mengurutkan gambar dalam waktu yang ditentukan
oleh guru.
3) Artikulasi. Mendorong peserta didik untuk memiliki kemampuan
berbicara menjelaskan materi pelajaran yang diberikan oleh guru
dengan materi pembelajaran yang berbeda dengan teman
sebangkunya.
20
4) Role Playing. Mendorong peserta didik agar dapat lebih aktif dan
memiliki rasa percaya diri yang tinggi serta mampu berbicara dengan
baik ketika memerankan dialog yang sedang dimainkan. Model ini
lebih tepat diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan Kesenian.
5) Student Facilitator and Explaining. Mendorong peserta didik untuk
dapat memiliki kepercayaan diri yang tinggi ketikan menjelaskan
materi pembelajaran berdasarkan arahan dari guru.
6) Demonstration. Dapat mendorong peserta didik untuk berfikir kritis
menganalisa terkait penjelasan dari peserta didik lainnya, pada model
ini pserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok.
Dari pemaparan para ahli di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan
model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division), karena
menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:74) “Model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievment Division) sangat tepat memotivasi belajar peserta didik”.
9. Pengertian STAD (Student Teams Achievment Division)
STAD (Student Teams Achievment Division) merupakan salah satu metode
atau pendekatan dalam Cooperative Learning yang sederhana dan baik untuk
guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, karena
model ini sangat afektif diterapkan untuk menumbuhkan minat belajar dan hasil
belajar peserta didik.
Menurut Silberman (2010:164) model STAD (Student Teams Achievment
Division) adalah sebagai berikut:
Model yang memberi tanggung jawab kepada peserta didik untuk
mempelajari materi pembelajaran dan menjelaskan isinya dalam
kelompok tanpa dibantu guru. Tugasnya harus cukup spesifik sehingga
sesi pembelajaran dapat menjadi efektif dan kelompok dapat mengatur
dirinya sendiri.
Menurut Slavin (Rusman, 2011:213) model STAD (Student Teams
Achievment Division) merupakan “Variasi pembelajaran kooperatif yang paling
21
banyak diteliti, model ini juga mudah diadaptasi dalam matematika, IPA, IPS,
Bahasa Inggris, teknik dan banyak subyek lainnya, dan pada tingkat sekolah
dasar sampai perguruan tinggi”.
10. Kelebihan STAD (Student Teams Achievment Division)
Menurut Kagan (Warsono dan Hariyanto:243) kelebihan STAD (Student
Teams Achievment Division) adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan saling pengertian antar ras dan antar etnik, Berdasar
kajian meta-analisis ukuran dampaknya ( effect sizes, suatu istilah
statistik meta-analisis) bahkan lebih besar dampaknya terhadap
prestasi akademis. Pada intinya, dalam Cooperative Learning
khususnya model STAD (Student Teams Achievment Division) peserta
didik menumbuhkan rasa pengertian peserta didik untuk saling
menerima dan menghargai perbedaan secara signifikan.
b) Meningkatkan tumbuhnya empati, Dalam model STAD (Student
Teams Achievment Division), para peserta didik dapat saling
memahami perasaan dan berempati terhadap yang dirasakan orang
lain, walaupun berbeda ras, dan berbeda tingkat ekonomi.
c) Mempeerat hubungan sosial, Peserta didik dapat diterima oleh
sesama rekannya dengan baik, mereka juga dapat saling peduli.
Dengan begitu dapat mempeerat hubungan sosial dengan semua
peserta didik.
d) Meningkatkan tanggung jawab peserta didik, Pada model STAD
(Student Teams Achievment Division) setiap peserta didik didalam
kelompok dituntut untuk dapat menjawab soal yang telah diberikan
guru, dan bertanggung jawab penuh untuk mengerjakan soal-soal
tersebut dengan baik dan benar.
e) Meningkatkan kecakapan sebagai pekerja, Peserta didik dapat belajar
banyak bagaimana saling bergantung secara positif dalam sebuah tim.
Dari pendapat para ahli tentang kelebihan STAD (Student Teams
Achievment Division) tersebut di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran tersebut tidak hanya dapat meningkatkan
motivaasi belajar peserta didik, tapi juga dapat mengajarkan peserta didik untuk
bisa lebih bersosialisasi dengan teman satu kelompoknya dan dapat lebih
bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya.
22
11. Kelemahan STAD (Student Teams Achievment Division)
Menurut Dess (http://hayardin.com/2013/02/kelemahan-model
pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html:20 Maret 2014) mengemukakan empat
kelemahan dalam STAD (Student Teams Achievment Division) yaitu:
a) Membutuhkan kemampuan khusus guru, ialah guru harus lebih
menguasai model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment
Division), apabila guru tidak menguasai model tersebut, maka guru akan
kesusahan untuk menerapkannya kepada peserta didik. b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru, maksudnya ialah
menerapkan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment
Division), karena guru harus terlebih dahulu memepelajari model tersebut,
hal tersebut sangat menyita waktu guru dan membutuhkan waktu
yang lama.
c) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid. Dalam model
pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division),
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menerapkannya,
sehingga murid sulit mencapai target kurikulum.
d) Menuntut sifat tertentu dari murid (peserta didik). Dalam model
pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division) peserta
didik dituntut harus lebih aktif, maka peserta didik akan merasa
sedikit terbebani dalam kegiatan diskusi.
Model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division) tidak
selalu efektif dan memudahkan guru untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik, akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan model pembelajaran ini, baik itu yang berasal dari persiapan
maupun pelaksanaan model tersebut.
12. Tahap pembelajaran model STAD (Student Teams Achievment Division)
Menurut Slavin (Isjoni 2009:74) model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievment Division) yang dilakukan sebagai berikut:
1) Penyajian Materi. Penyajian materi hal utama yang dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran, guru menjelaskan isi materi dan tujuan materi
yang sedang disampaikan, agar peserta didik dapat mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan baik.
23
2) Kegiatan kelompok. Setelah guru menyampaikan materi
pembelajaran, maka yang selanjutnya dilakukan adalah membentuk
kelompok, yang terdiri dari 4-6 orang, anggota kelompok diharapkan
heterogen, supaya peserta didik dapat lebih berbaur dengan baik di
dalam kelompok.
3) Tes Individual. Selanjutnya yang dilakukan guru setelah
menyampaikan materi dan membentuk kelompok adalah dengan
memberikan soal(tes) kepada peserta didik, secara individual.
4) Menghitung Skor Individu. Setelah diberi tes, maka guru
memberikan skor (nilai), kemudian nilai tersebut dicantumkan
didalam tabel perkembangan individu.
5) Penghargaan Kelompok. Nilai yang dihasilkan oleh peserta didik
dalam tes individu kemudian di jumlahkan dengan anggota kelompok
lain dan dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian
penghargaan kelompok berdasarkan pada perolehan skor rata-rata
yang dikategorikan menjadi, kelompok baik, kelompok hebat, dan
kelompok super.
Dalam melaksanakan tahap-tahap model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievment Division), diharap dapat terlaksana secara sistematis dengan
waktu yang efektif.
13. Upaya meningkatkan motivasi belajar menggunakan model STAD (Student
Teams Achievment Division)
Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan belajar dapat diartikan sebagai
suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan oleh peserta
didik sebagai objek dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan utama peserta didik
dalam belajar adalah untuk mendapatkan hasil(nilai) dan prestasi yang baik.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peserta didik diharuskan memiliki
motivasi belajar, agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan baik.
Maka dari itu dengan melalui model STAD (Student Teams Achievment
Division) diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan hasil belajar pada
22
24
peserta didik. Agar peserta didik terus bersemangat dalam mendapatkan nilai
dan prestasi yang baik di kelas.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eka Fitriani (http://digilib.uin-
suka.ac.id/3221/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf:07 Januari
2014) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Cooperatif Learning tekhnik
STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai Upaya Meningkatkan
Keaktifan dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Qur’an Hadis dikelas VIII D
MTsN Wates Kulon Progo Yogyakarta”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eka
Fitriani dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran Qur’an Hadis, hal tersebut dapat terlihat pada observasi pada observer awal
35,5%, kemudian siklus I 68,3% menjadi 80,7% pada siklus II, ada peningkatan
kekatifan sebesar 45,2%, untuk motivasi belajar peserta didik, dari observasi awal
29,6%, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 65,8% dan menjadi 87,8% pada
siklus II, sehingga peningkatan yang terjadi sebesar 58,2%.
Sedangkan berdasar penelitian dari Siti Faiqatul Himmah
(http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42268:07 Januari 2014) dalam
skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif tekhnik STAD untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas VIII di SMP Sriwedari
Malang”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Faiqatul Himmah tekhnik STAD
dapat pula meningkatkan motivasi dan hasil belajar, yakni sebelum diberi tindakan
motivasi dan haisl belajar peserta didik rata-rata 52,76% , setelah diberi tindakan
pada siklus I, rata-rata meningkat menjadi 73,43%. Demikian juga pada siklus II,
25
terdapat peningkatan motivasi belajar peserta didik rata-rata 77,81%, setelah diberi
tindakan pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 92,22 %.
C. Kerangka Berfikir
Dari pengertian dan penelitian yang relevan tersebut di atas, maka motivasi
belajar perlu dimiliki oleh peserta didik. Karena motivasi adalah perubahan energi
untuk mencapai suatu tujuan, apabila peserta didik tidak melakukan apa yang
seharusnya dilakukan, maka tidak kan terjadi perubahan di dalam diri peserta didik
dan hasil belajar peserta didik akan selalu rendah. Itu sebabnya perlu variasi model
pembelajaran, agar dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian menurut Arikunto (Rujiadi, 2009:28) berpendapat bahwa
“Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Dalam penelitian ini dapat dihipotesiskan bahwa “Penggunaan model STAD
(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi belajar kelas VII
ruang B MTs An-Nur Palangka Raya”.
23
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan sejak
bulan Desember sampai bulan Juni pada tahun pelajaran 2013/2014. Adapun
jadwal penelitian sebagaimana terlampir.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di MTs An-Nur Palangka Raya yang
berlokasi dijalan S. Parman no 31 Palangka Raya. Peneliti memilih sekolah
tersebut, karena lokasi MTs An-Nur Palangka Raya sangat strategis, sehingga
mudah dijangkau dan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement
Division) juga cocok untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik kelas VII
di MTs An-Nur Palangka Raya.
B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Denzim dan Lincoln (Indriyati, 2013:32) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan metode yang ada”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2010:15) menyebutkan metode penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
27
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowbal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi
Pada penelitian ini penulis menyelidiki fenomena yang sudah terjadi
berdasarkan latar alamiah. Metode yang jelas secara alamiah sangat penting
dilaksanakan oleh seorang peneliti, karena peneliti dapat mempertanggung jawabkan
kebenaran tulisan secara alamiah.
Dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan model Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Menurut Tahir (2011:86), “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) proses
pencarian atau pengkajian untuk menemukan suatu masalah yang terdapat pada suatu
kelas dengan menggunakan tekhnik atau sistem daur ulang dari berbagai proses
kegiatan yang ada”.
Daur ulang dalam Penelitian Tindakan Kelas diawali dengan kegiatan
planning (perencanaan), acting (pelaksanaan tindakan), observing (mengobservasi
dan mengamati tindakan), dan reflecting (melakukan refleksi).
C. Kehadiran dan Peran Peneliti
Kehadiran peneliti secara langsung menjalankan satu sampai dua siklus
bahkan lebih mengikuti jadwal mata pelajaran pada hari senin dan selasa di MTs An-
Nur Palangka Raya agar data yang dipaparkan menjadi akurat, dan peran peneliti
untuk meningkat motivasi belajar IPS Ekonomi peserta didik kelas VII ruang B.
28
D. Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTs An-Nur pada peserta didik kelas VII, dimana
subyek penelitiannya adalah peserta didik kelas VII pada MTs An-Nur Palangka
Raya tahun pelajaran 2013/2014.
Tabel 1
Subyek Penelitian
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
VII ruang B 14 21 35
Sumber Data: TU MTs An-Nur Palangka Raya
E. Rancangan Penelitian
Menurut Suyanto (Mahmud, 2011:199) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-
tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara lebih professional“.
Sedangkan menurut Kemmis dan Tanggart (Abdulhak dan Suprayogi,
2011:92) menyatakan bahwa:
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah proses investigasi terkendali
yang bersiklus dan bersifat reflektif dan mandiri yang dilakukan oleh guru
atau tenaga kependidikan lainnya yang bertujuan untuk melakukan perbaikan-
perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi
pembelajaran.
Jadi dari pendapat dua ahli tersebut di atas bahwa, Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dilakukan untuk memperbaiki proses atau kegiatan yang sudah terjadi
sebelumnya, agar dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar peserta didik.
Adapun rancangan dalam penelitian ini terdiri dari empat komponen yaitu
29
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Ke empat komponen
tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Agar lebih jelas dapat dijelaskan dalam
gambar berikut ini:
Gambar 1
Prosedur Berdaur Pelaksanaan PTK
Siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, apabila sudah diketahui letak
keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama,
peneliti menentukan rancangan untuk siklus kedua.
Perencanaan
SIKLUS I
Observasi
Perencanaan
Pelaksanaan Tindakan Refleksi
Refleksi SIKLUS II
Observasi
Pelaksanaan Tindakan
berhasil
berhenti
Belum Berhasil
Siklus n
30
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan
sebelumnya, apabila digunakan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk
menguatkan hasil.
Jika pada tahap siklus kedua peneliti masih belum merasa puas, maka peneliti
bisa melanjutkan kepada siklus n (selanjutnya), cara dan tahap sama halnya dengan
siklus satu dan dua. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus
dilaksanakan, hal tersebut bergantung kepada kepuasan dari peneliti, jika peneliti
merasa puas di siklus ke satu maka penelitian dapat diberhentikan dan PTK tidak
bisa dilakukan kurang dari satu siklus.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan observer (penilai) megindentifikasi masalah
dan memecahkan masalah tentang bagaimana model STAD (Student Team
Achievement Division).
Tahap kegiatan yang akan dilaksanakan dalam perencanaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada peserta didik.
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar, soal diskusi, papan
skor perkembangan individu yang terbuat dari kertas karton, skor bintang
yang akan di tempel di papan skor, hadiah yang disesuaikan dengan model
pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).
31
4. Mengembangkan format observasi yang telah dipersiapkan.
5. Merancang/menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menjalankan/menerapkan strategi pembelajaran
yang sebelumnya telah disepakati.
c. Pengamatan atau observasi
Pada tahap ini peneliti dan observer (penilai) mengobservasi tindakan
yang dilaksanakan dengan menggunakan format yang telah direncanakan
dalam langkah perencanaan serta memberikan hasil pada pelaksanaan tersebut.
d. Refleksi
Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengadakan evaluasi
pelaksanaan pembelajaran membuat perbaikan pada tindakan berikut.
Perbaikan yang dilaksanakan berkaitan tindakan siklus selanjutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan
hasil refleksi pada siklus pertama. Tentu masih menggunakan model
pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan analisis kurikulum untuk mengtahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada peserta didik.
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
32
3. Mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar, soal diskusi, papan
skor karton perkembangan individu, skor bintang yang akan di tempel di
papan skor, hadiah yang disesuaikan dengan model pembelajaran STAD
(Student Team Achievement Division).
4. Mengembangkan format observasi yang telah dibuat sebelumnya.
5. Merancang alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan serta menerapkan strategi dan
skenario pembelajaran yang telah disepakati.
c. Pengamatan atau observasi
Pada tahap ini penneliti dan observer (penilai) mengobservasi tindakan
yang dilakukan menggunakan format yang telah dirancang dan dikembangkan
pada perencanaan dan memberi hasil pelaksanaan.
d. Refleksi
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan,serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus
selanjutnnya.
3. Siklus n
Siklus n adalah siklus yang dilaksanakan apabila pada siklus satu dan dua
peneliti tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Maka pada siklus selanjutnya
diharap akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
33
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
1. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan
kuantitatif. Data tersebut dapat menggambarkan peningkatan yang terjadi dalam
penelitian.
Menurut Sugiyono (2008:14) menyatakan; “1) Data kualitatif berupa data
yang berbentuk kata-kata, gambar, dan skema, 2) Data kuantitatif berupa data
yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan”.
Dengan kata lain, data kualititatif memaparkan data dalam bentuk kata-
kata, sementara data kuantitatif memaparkan data dalam bentuk angka.
Data-data tersebut dapat bersumber dari sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan
langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi
penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain
penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung
berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Observasi merupakan cara
yang efektif dimana dilakukan pengamatan secara langsung terhadap objek
yang diteliti. Observasi dan pengamatan digunakan peneliti sebagai cara untuk
mengumpulkan data melalui pengamatan langsung di lapangan yang hasilnya
dicatat sebagai hasil pengamatan lapangan, data yang diambil berupa beberapa
data aktivitas belajar peserta didik kelas VII ruang B dalam proses
pembelajaran di dalam kelas di MTs An-Nur Palangka Raya.
34
Data aktivitas per individu, di akumulasikan dengan perhitungan angket
yang dijawab oleh peserta didik, dari akumulasi penilaian tersebutlah dapat
diketahui ada peningkatan motivasi belajar IPS Ekonomi pada siklus 1 dan 2,
sementara data perhitungan aktivitas peserta didik secara keseluruhan sebagai
tolak ukur keberhasilan motivasi belajar IPS Ekonomi peserta didik secara
menyeluruh.
b. Angket
Menurut Ali (Mahmud, 2011:177) angket (questionnnaire) adalah
sebagai berikut:
Angket (questionnnaire) dapat dipandang sebagai suatu teknik
penelitian yang banyak mempunyai kesamaan dengan wawancara,
kecuali dalam pelaksanaannya, yaitu angket dilaksanakan secara
tertulis, sedangkan wawancara secara lisan.
Sementara menurut Hasan (Mahmud, 2011:177) mengungkapkan
bahwa,
Angket dikatakan baik, efektif,efesien apabila memenuhi komponen
sebagai berikut:
1. Subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.
2. Ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden untuk
ikut mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun peryataan
yang tersedia.
3. Petunjuk pengisian angket yang mudah dimengerti dan tidak bias.
4. Pertanyaan maupun pernyataan besertatempat mengisi jawaban,
baik secara tertutup, semi tertutup, ataupun terbuka.
Angket digunakan untuk mengukur peningkatan motivasi belajar
peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya, adalah angket
terbuka (opened questions) dengan item pertanyaan yang digunakan adalah
pilihan ganda, menurut Rusidi (Mahmud, 2011:178) menerangan bahwa “Item
pertanyaan pilihan ganda adalah bentuk pertanyaan yang diikuti dengan
35
beberapa jawaban (lebih dari dua)” . Dalam angket yang akan disebarkan
peneliti berjumlah 30, Setiap pertanyaan berisikan pilihan ya, kadang-kadang,
dan tidak, dan menggunakan skala likert. Menurut Ali (Mahmud, 2011:181)
mengatakan bahwa “Penggunaan instrumen skala dimaksudkan untuk
menjaring data yang berskla interval”. Dari jawaban peserta didik nantinya
akan diakumulasikan bersama skor aktivitas peserta didik, dari akumulasi nilai
tersebutlah untuk dapat mengetahui peningkatan motivasi belajar
menggunakan model STAD (Student Team Achievement Division).
G. Instrumen Pengumpulan Data
a. Observasi
Tabel 2
Lembar Pengamatan Belajar IPS Ekonomi
Peserta Didik
No
Jenis termotivasi dalam pelajaran
Penskoran
1 2 3 4
1 Peserta didik bergairah dalam menyimak penjelasan
guru tentang tujuan pembelajaran.
2 Peserta didik bersemangat dalam melihat gambar
yang dijelaskan oleh guru. Peserta didik tidak malu
dan ragu dalam menjawab pertanyaan guru.
3 Peserta didik berpindah menuju kelompoknya
masing-masing. Peserta didik dalam kelompok sama-
sama antusias dalam memahami tugas yang diberikan
oleh guru.
4 Peserta didik mulai berdiskusi dan saling berkerja
sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru. Serta saling megeksplorasi kemampuan
36
b. Angket
Kisi-kisi penskoran motivasi belajar peserta didik akan dijabarkan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3
Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Ekonomi
No
Indikator
Jumlah
Item
Nomor Item
1 Bergairah dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
5 1, 2, 3, 4, 5
2 Bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
5 6, 7, 8, 9, 10
berfikirnya secara individual di dalam kelompok
tanpa harus bergantung dengan guru.
5 Peserta didik mengumpulkan tugas kelompoknya dan
salah satu perwakilan kelompok menempelkan atau
menuliskan jawaban di papan tulis.
6 Peserta didik menanggapi dan bertanya apabila ada
yang kurang dimengerti.
7 Peserta didik mendengarkan penjelasan guru dengan
penuh antusias. Peserta didik penuh rasa ingin tahu,
dan tidak malu bertanya dengan guru.
8 Peserta didik dengan sabar menanti hasil dari nilai
yang diperolehnya maupun yang diperoleh oleh
kelompoknya.
9 Peserta didik bersabar jika hasil yang diperoleh
secara individu maupun kelompok tidak sesuai
harapan.
10 Peserta didik menerima hadiah dengan antusias.
37
No
Indikator
Jumlah
Item
Nomor Item
3 Selalu bertanya ketika mengikuti
kegiatan pembelajaran.
3 11, 12, 13
4 Mampu mengeksplorasi kemampuan
berfikirnya tanpa menunggu
dibimbing oleh guru
3 14, 15, 16
5 Memiliki rasa percaya diri yang
tinggi.
5 17, 18, 19, 20, 21
6 Mampu berkonsentrasi dengan baik. 3 22, 23, 24
7 Mampu menyelesaikan kesulitan
dalam mengerjakan tugas secara
mandiri.
3 25, 26, 27
8 Memiliki kesabaran dan daya juang
yang tinggi.
3 28, 29, 30
Data yang sudah ditetapkan untuk diolah akan diberi skor untuk setiap
jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Adapun pemberian skor
sebagai berikut:
Tabel 4
Pedoman Pemberian Skor
Angket Motivasi Belajar
Pertanyaan Ya Kadang-kadang Tidak
Positif 3 2 1
Lanjutan tabel 3 sebagai berikut:
38
H. Validasi Instrumen
Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid apabila instrumen dapat
mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Menurut Sugiyono (dalam
Fitri, 2012:33) “Uji validitas terbagi menjadi dua macam yaitu uji validitas isi dan uji
validitas konstruksi”.
Dalam penelitian ini hanya menggunakan validitas isi. Validitas isi
merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur
dengan analisis rasional. Dalam validitas isi dapat menggunakan dua validator untuk
menguji validitas instrumen penelitian. Sehingga dalam penelitian ini menggunakkan
dua validator yang sesuai atau ahli dalam bidangnya masing-masing.
I. Teknik Analisis Data
1. Data Observasi
Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat ada atau tidaknya
peningkatan motivasi belajar peserta didik menggunakan model STAD (Student
Team Achievement Division). Adapun rumus yang digunakan dalam tekhnik
analisis data observasi ini adalah sebagai berikut:
P =
%
Keterangan:
P : persentase yang dicari
F : frekuensi jawaban
N : jumlah peserta didik
100% : Bilangan Penggali (Arikunto dalam Indriyati,
2013:46)
39
Adapun skala tingkat motivasi belajar pada peserta didik dapat
dikategorikan, sebagai berikut:
Sangat Tinggi : 81 -100 %
Tinggi : 61 – 80 %
Sedang : 41 – 60 %
Rendah : 21 – 40 %
Sangat Rendah : 0 – 20 %
(Arikunto, 2010:).
2. Data Angket
Sementara menghitung hasil angket akhir berdasarkan jawaban peserta
didik menggunakan rumus sebagai berikut:
Normalisasi Gain =
Kategori Gain Ternormalisasi disajikan sebagai berikut:
Skor N-Gain Kriteria normalized Gain
0,70 < N-Gain Tinggi
0,30 < N-Gain < 0,70 Sedang
N-Gain < 0,30 Rendah
Hake (Setiawan, 2013:55)
J. Indikator Keberhasilan Penelitian
Untuk melihat tingkat keberhasilan dari penelitian ini dengan indikator
keberhasilan penelitian meliputi indikator proses yang ditandai oleh adanya
peningkatan peserta didik dalam proses pembelajaran dan terlaksananya
pembelajaran sesuai dengan rencana pada tahap-tahap pembelajaran tercapai dengan
menerapkan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).
Peningkatan motivasi belajar peserta didik pada penelitian ini dapat
ditentukan dari hasil angket. Berdasarkan perhitungan angket yang dijawab skor
peserta didik memiliki skor 60 ditambah hasil observasi (pengamatan) aktivitas
40
peserta didik 30 menjadi 90 maka sudah dapat dikatakan motivasi peserta didik
mengalami peningkatan. Secara klasikal jumlah skor peserta didik yang memiliki
skor ≥ 90 mencapai 85% dari jumlah peserta didik.
Peningkatan motivasi belajar peserta didik sangat perlu dimiliki oleh peserta
didik, karena agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik,
dan lebih dapat memahami bahwa mata pelajaran Ekonomi sangat penting untuk
dipelajari, karena bersangkutan dengan cara manusia memenuhi kebutuhan hidup.
K. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian selama 7 bulan (Desember-Juni) akan dipaparkan melalui
tabel sebagai berikut:
Tabel 5
Jadwal Penelitian
Bulan
Keterangan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
A. Perencanaan
penelitian
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1 Melakukan
observasi
x x
2 Pengajuan Judul
x
3 Penyusunan
proposal skripsi
x X x x x
4 Pendaftaran
seminar
proposal
x
5 Seminar
proposal dan
Revisi proposal
x
B. Pelaksanaan
penelitian
1 Pengumpulan
dan analisis data
penelitian
x
2 Penyusunan
skripsi
x x x x x x x x
3 Ujian dan
Revisi Skripsi
x x
4 Penyerahan
skripsi
x
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian
1. Data Penelitian
Data Penelitian diperoleh dari hasil pengamatan dua orang pengamat,
pengamat 1(guru mata pelajaran), dan pengamat 2 (mahasiswa) terhadap
aktivitas belajar peserta didik di siklus 1 dan siklus 2. Sementara peningkatan
motivasi belajar peserta didik diperoleh dari perhitungan angket yang dijawab
peserta didik.
Indikator aktivitas belajar peserta didik berjumlah 10, nilai tertinggi 4 dan
nilai terendah adalah 1, dan angket motivasi belajar peserta didik berjumlah 30
dengan alternatif jawaban ya bernilai 3, kadang-kadang bernilai 2, dan tidak
bernilai 1.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakn penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan menggunakan model pembelajaran (Student Team Achievement
Division).
Tabel 6
Data Peningkatan Nilai Angket Motivasi Belajar Peserta Didik
Kriteria Penilaian Siklus 1 Siklus 2
Nilai Rata-rata 75 99,6
Nilai Tertinggi 86 115
Nilai Terendah 52 89
42
Dari siklus 1 terdiri 4 tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, tindakan,
pengamatan (observasi), dan refleksi. Adapun uraian dalam tahapan siklus 1 dan 2
menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)
sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan observer (penilai) megindentifikasi
masalah dan memecahkan masalah tentang bagaimana model STAD
(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi
belajar Ekonomi pesert didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka
Raya. Adapun peneliti berperan sebagai guru yang mengajar peserta
didik/menyampaikan pelajaran sedangkan guru menjadi pengamat 1.
Perencanaan pada siklus 1 sesuai dengan langkah-lang dalam
model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) sebagai
berikut:
1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi
dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan dibantu
guru mata pelajaran Ekonomi yang juga bertindak sebagai pengamat
1.
2. Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, karakter peserta didik yang diharapkan, materi ajar
43
tentang kegiatan Ekonomi penduduk, media pembelajaran berupa
gambar, dan langkah-langkah model pembelajaran STAD (Student
Team Achievement Division).
3. Mempersiapkan soal diskusi berupa gambar, kartu jawaban yang
akan ditempel di papan tulis, papan skor karton perkembangan
individu, skor bintang yang akan di tempel di papan skor, hadiah
yang disesuaikan dengan model pembelajaran STAD (Student Team
Achievement Division).
4. Menyiapkan lembar pengamatan belajar IPS Ekonomi peserta didik
yang akan diamati oleh 2 orang pengamat. Pengamat 1 (guru)
pengamat 2 (mahasiswa).
5. Menyiapkan evaluasi pembelajaran berupa angket motivasi, yang
digunakan untuk mengukur motivasi belajar peserta didik dalam
menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team
Achievement Division).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan tindakan
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).
Selama proses pembelajaran guru (peneliti) mengajar materi
kegitan Ekonomi penduduk disesuaikan dengan langkah-langkah model
pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division).
44
Akan di uraikan sebagai berikut:
1. Guru mengucapkan salam, mengajak peserta didik untuk berdo’a,
mengabsen peserta didik, memeriksa kesiapan belajar peserta didik dan
sarana prasarana penunjang kegiatan pembelajaran, menyebutkan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menginformasikan model
pembelajaran STAD (Student Team Achievment Division),
memberikan motivasi pada peserta didik agar dapat mengikuti kegiatan
belajar dengan baik, dan menuliskan judul di papan tulis.
2. Guru menjelaskan materi melalui gambar, dan memberikan tanya
jawab kepada peserta didik seputar materi kegiatan Ekonomi
penduduk.
3. Guru menempatkan peserta didik dalam tujuh kelompok. Masing-
masing kelompok berjumlah lima orang.
4. Guru membagikan lembaran tugas kepada setiap kelompok.
5. Guru meminta peserta didik untuk mulai berdiskusi dengan teman
kelompoknya. Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator
kegiatan tiap kelompok.
6. Guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil dari tugas
kelompok kelompok.
7. Guru memberikan pertanyaan secara lisan dan meminta peserta didik
menempelkan jawabannya di papan tulis.
45
8. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang lain untuk
memberikan tanggapan dan bertanya apabila ada yang kurang
dimengerti.
9. Guru memberikan peserta didik kesempatan bertanya dan guru
mengulang materi secara singkat untuk menguatkan pemahaman
peserta didik.
10. Guru mulai memberikan skor pada tabel skor perkembangan indivividu
di dalam kelompok. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan
hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.
Tabel 7
Data Perolehan skor Kuis 1 Perkembangan Individu dan
Kriteria Masing-masing Kelompok
No Nama Kelompok Peningkatan skor Peserta
Didik
Rata-
rata
Kriteria
5 10 20 30 30
1 Kelompok 1 2 1 2 12 Sangat
Baik
2 Kelompok 2 3 1 1 9 Cukup
3 Kelompok 3 2 3 8 Cukup
4 Kelompok 4 2 3 8 Cukup
5 Kelompok 5 3 2 7 Cukup
6 Kelompok 6 2 2 1 10 Baik
7 Kelompok 7 1 3 1 11 Baik
46
11. Guru memberikan penghargaan berdasarkan perolehan rata-rata yang
dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok
super.
12. Guru memberikan hadiah kepada kelompok baik, hebat, dan super.
Dan untuk kelompok lain juga mendapat hadiah hiburan, agar peserta
didik tetap merasa termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
dan semangatnya tidak menjadi kendur, karena tidak mendapatkan
hadiah.
c. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi adalah mengamati aktivitas guru dan
peserta didik pada saat melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Pengamatan tersebut dilakukan oleh guru dan mahasiswa dengan mengisi
lembar pengamatan yang telah disediakan.
Hasil pengamatan yang dilakukan pengamat guru dan peserta
didik akan di uraikan dalam tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8
Hasil Pengamatan Peserta Didik
Pada Saat Pembelajaran IPS Ekonomi
Siklus 1
No Jenis termotivasi dalam pelajaran
Hasil
Pengamatan
Kriteria
P1 P2 Rata
-rata
1 Peserta didik bergairah dalam menyimak
penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.
3 3 3 B
47
No Jenis Termotivasi dalam Pelajaran
Hasil
Pengamatan
Kriteria
P1 P2 Rata
-rata
2 Peserta didik bersemangat dalam melihat
gambar yang dijelaskan oleh guru. Peserta
didik tidak malu dan ragu dalam menjawab
pertanyaan guru.
2 3 2,5 CB
3 Peserta didik berpindah menuju
kelompoknya masing-masing. Peserta didik
dalam kelompok sama-sama antusias dalam
memahami tugas yang diberikan oleh guru.
3
4
3,5
B
4 Peserta didik mulai berdiskusi dan saling
berkerja sama dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru. Serta
saling megeksplorasi kemampuan
berfikirnya secara individual di dalam
kelompok tanpa harus bergantung dengan
guru.
3 3 3 B
5 Peserta didik mengumpulkan tugas
kelompoknya dan salah satu perwakilan
kelompokmenempelkan atau menuliskan
jawaban di papan tulis.
3 4 3,5 B
6 Peserta didik menanggapi dan bertanya
apabila ada yang kurang dimengerti.
2 3 2,5 CB
7 Peserta didik mendengarkan penjelasan
guru dengan penuh antusias. Peserta
didik penuh rasa ingin tahu, dan tidak
malu bertanya dengan guru
2 3 2,5 B
8 Peserta didik dengan sabar menanti hasil
dari nilai yang diperolehnya maupun
yang diperoleh oleh kelompoknya.
3 3 3 B
9 Peserta didik bersabar jika hasil yang
diperoleh secara individu maupun
kelompok tidak sesuai harapan.
3 4 3,5 B
10 Peserta didik menerima hadiah dengan
antusias.
3 4 3,5 B
Jumlah 27 34 30,5
Rata-rata 2,7 3,4 3,05 B
Sedangkan tabel 12 di atas adalah hasil pengamatan pengamat 1
(guru) dan pengamat 2 (mahasiswa) terhadap aktivitas peserta didik. Dari
Lanjutan Tabel 8 sebagai berikut:
48
hasil pengamatan pengamat 1 secara keseluruhan terhadap 35 peserta
didik berjumlah 27 dengan rata-rata 2,7, sementara berdasarkan hasil
pengamatan pengamat 2 berjumlah 34 dengan rata-rata 3,4, dari
penjumlahan pengamat 1 dan 2 adalah 30, 5 dengan rata-rata 3,05 dan
memiliki kriteria B (Baik).
Keterangan:
A = 4,0 = Baik sekali P1 = Pengamat Pertama
B= 3,0-3,9 = Baik P2 = Pengamat Kedua
C=2,0-2,9 = Cukup Baik P1 = Dra. Daliyah Wawarsi
D=1,0-1,9 = Kurang baik P2 = Anna Sugiyarti
Untuk mengetahui hasil aktivitas peserta didik secara keseluruhan
pada saat pembelajaran IPS Ekonomi dapat di presentasikan sebagai
berikut:
Pengamatan Peserta Didik
Setelah peneliti menerapkan model pembelajaran STAD (Student
Team Achievement Division) yang diamati oleh pengamat 1 dan
pengamat 2, secara menyeluruh motivasi pada kelas VII ruang B MTs
An-Nur Palangka Raya yang berjumlah 35 peserta didik mendapatkan
nilai rata-rata 30,5 secara klasikal 76,25%., kemudian peneliti
menyebarkan angket motivasi belajar peserta didik. Angket tersebut
nantinya diakumulasikan dengan hasil pengamatan aktivitas peserta didik
secara individual.
49
Agar dapat mengetahui peningkatan motivasi peserta didik, yang
akan di uraikan pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9
Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik
Kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya
Siklus 1
No Kode Peserta
Didik
Motivasi Belajar
Total Aktivitas
Peserta
Didik
Angket Awal
1 ASW 24 55 79
2 AFD 22 46 68
3 AKH 30 56 86
4 ALF 22 56 78
5 ASM 20 57 77
6 AAP 24 54 78
7 ARU 30 46 76
8 DS 22 58 80
9 EMA 26 59 85
10 FS 20 56 76
11 H 20 52 72
12 IN 26 50 76
13 MA 20 56 76
14 MDA 30 50 80
15 MRH 24 50 74
16 MSN 20 59 79
17 MDH 22 30 52
18 MHS 26 46 72
19 MS 23 52 75
20 NRD 20 43 63
21 NY 28 42 70
50
No Kode Peserta
Didik
Motivasi Belajar
Total Aktivitas
Peserta
Didik
Angket Awal
22 NH 20 47 67
23 NKN 20 54 74
24 NHD 24 60 84
25 RMD 22 56 78
26 RHW 20 58 78
27 SM 30 50 80
28 SST 30 50 80
29 SN 24 52 76
30 SS 20 47 67
31 SRA 24 48 72
32 YP 22 47 69
33 YS 20 52 72
34 MQ 30 51 81
35 EA 20 55 75
Total Skor 2625
Total Skor(%) 75%
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar dari 35
peserta didik di kelas VII ruang B Mts An-Nur Palangka Raya berjumlah
2625 dan di presentasikan sebesar 75%.
d. Indikator Keberhasilan Penelitian
Berdasarkan perhitungan angket awal di siklus 1 dan ditambah
dengan nilai aktivitas peserta didik, skor yang diperoleh peserta didik ≥90
hanya mencapai 75%, sementara Secara klasikal jumlah skor peserta didik
yang termotivasi harus memiliki skor ≥ 90 yang mencapai 85% dari
jumlah peserta didik, dengan peningkatan motivasi belajar yang tidak
mencapai target, maka pelu dilakukan siklus 2.
Lanjutan Tabel 9 sebagai berikut:
51
e. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui atau memperbaiki kelemahan
dan kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran serta melihat kesesuaian
antara pelaksanaan pembelajaran juga digunakan untuk menentukan
perbaikan pada materi atau siklus selanjutnya.
Adapun waktu yang digunakan pada pelaksanaan pembelajaran
sangat terbatas, guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi
kelompok pembelajaran Ekonomi sesuai dengan model pembelajaran
STAD (Student Team Achievement Division), setelah itu guru (peneliti)
memberikan soal angket motivasi untuk di isi peserta didik, agar guru
(peneliti) dapat mengetahui peningkatan motivasi belajar peserta didik di
siklus 1.
Untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran di siklus 1, maka
pada pelaksanaan siklus 2 dapat dibuat perencanaan sebagai berikut:
1) Memberikan materi pembelajaran Ekonomi tentang kegiatan Ekonomi
penduduk kepada peserta didik dengan penyampaian yang
menyenangkan, agar peserta didik dapat mudah memahami apa yang
disampaikan oleh guru (peneliti).
2) Lebih banyak menyisipkan pertanyaan yang di kemas dalam bentuk
permainan di tengah guru menjelaskan materi pembelajaran Ekonomi.
3) Jika di siklus 1 soal diskusi adalah mendeskripsikan gambar dan soal
kuis diberikan secara berebut, maka di siklus 2 guru (peneliti)
membuat soal tts (teka-teki silang) agar peserta didik dapat lebih
52
bersemangat ketika berdiskusi di dalam kelompok sementara soal
diberikan guru sesuai dengan urutan kelompok, agar peserta didik tidak
berebut dalam menjawab.
4) Guru (peneliti) lebih banyak memotivasi peserta didik dalam kegiatan
kelompok.
5) Guru (peneliti) menyiapkan hadiah yang lebih menarik dibandingkan
siklus 1.
2. Penelitian siklus 2
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus 2 ini peneliti menyusun rencana
pembelajaran yang sudah diperbaiki pada refleksi yang berdasarkan siklus
1. Karena hasil aktivitas belajar peserta didik dan peningkatan motivasi
belajar peserta didik belum maksimal. Maka pada siklus 2 ini peneliti
mempelajari dan memperbaiki hasil refleksi sebagai masukan agar pada
siklus ini mendapatkan hasil yang memuaskan.
Perencanaan siklus 2 sama halnya dengan siklus 1, yaitu masih
menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement
Division). Adapun perencanaannya sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi
dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan dibantu guru
mata pelajaran Ekonomi yang juga bertindak sebagai pengamat 1.
2. Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
53
pembelajaran, karakter peserta didik yang diharapkan, materi ajar
tentang kegiatan Ekonomi penduduk, media pembelajaran berupa
gambar, dan langkah-langkah model pembelajaran STAD (Student Team
Achievement Division).
3. Mempersiapkan soal diskusi kuis TTS (Teka Teki Silang), kolom TTS
yang terbuat dari karton akan ditempel di papan tulis agar peserta didik
dapat menulis jawabannya di karton tersebut, papan skor karton
perkembangan individu, spidol untuk menulis bintang, hadiah yang
disesuaikan dengan model pembelajaran STAD (Student Team
Achievement Division).
4. Menyiapkan lembar pengamatan belajar IPS Ekonomi peserta didik
yang akan diamati oleh 2 orang pengamat. Pengamat 1 (guru) pengamat
2 (mahasiswa).
5. Menyiapkan evaluasi pembelajaran berupa angket motivasi, yang
digunakan untuk mengukur motivasi belajar peserta didik dalam
menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement
Division).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 juga tidak terlalu berbeda
dengan siklus 1, yang dirubah hanya soal diskusi dan format penilaian di
papan skor, jika sebelumnya skor di tempel menggunakan gambar bintang,
di siklus 2 hanya di gambar menggunakan spidol.
Berikut langkah-langkah pembelajaran di siklus 2:
54
1. Guru mengucapkan salam, mengajak peserta didik untuk berdo’a,
mengabsen peserta didik, memeriksa kesiapan belajar peserta didik dan
sarana prasarana penunjang kegiatan pembelajaran, menyebutkan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menginformasikan model
pembelajaran STAD (Student Team Achievment Division),
memberikan motivasi pada peserta didik agar dapat mengikuti kegiatan
belajar dengan baik, dan menuliskan judul di papan tulis.
2. Guru menjelaskan materi melalui gambar, dan memberikan tanya
jawab kepada peserta didik seputar materi kegiatan Ekonomi
penduduk.
3. Guru menempatkan peserta didik dalam tujuh kelompok. Masing-
masing kelompok berjumlah lima orang, dengan anggota kelompok
yang berbeda dari siklus 1.
4. Guru membagikan lembaran tugas kepada setiap kelompok.
5. Guru meminta peserta didik untuk mulai berdiskusi dengan teman
kelompoknya. Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator
kegiatan tiap kelompok.
6. Guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil dari tugas
kelompok.
7. Guru memberikan pertanyaan secara lisan dan meminta peserta didik
menuliskan jawabannya di papan tulis.
55
8. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang lain untuk
memberikan tanggapan dan bertanya apabila ada yang kurang
dimengerti.
9. Guru memberikan peserta didik kesempatan bertanya dan guru
mengulang materi secara singkat untuk menguatkan pemahaman
peserta didik.
10. Guru mulai memberikan skor pada tabel skor perkembangan indivividu
di dalam kelompok. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan
hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.
Tabel 10
Data Perolehan skor Kuis 2 Perkembangan Individu dan
Kriteria Masing-masing Kelompok
No Nama
Kelompok
Peningkatan skor Peserta Didik Rata-
rata
Kriteria
5 10 20 30 30
1 Kelompok 1 3 1 1 16 Cukup
2 Kelompok 2 2 3 24 Super
3 Kelompok 3 2 2 1 18 Cukup
4 Kelompok 4 1 4 18 Cukup
5 Kelompok 5 1 3 1 20 Baik
6 Kelompok 6 1 2 2 22 Hebat
7 Kelompok 7 2 2 1 18 Cukup
56
11. Guru memberikan penghargaan berdasarkan perolehan rata-rata yang
dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok
super.
12. Guru memberikan hadiah kepada kelompok baik, hebat, dan super.
Dan untuk kelompok lain juga mendapat hadiah hiburan, agar peserta
didik tetap merasa termotivasi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dan semangatnya tidak menjadi kendur, karena tidak
mendapatkan hadiah.
c. Pengamatan atau Observasi
Tabel 11
Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik
Pada Saat Pembelajaran IPS Ekonomi
Siklus 2
No Jenis Termotivasi dalam Pelajaran
Hasil
Pengamatan
Krit
eria
P1 P2 Rata
-rata
1 Peserta didik bergairah dalam menyimak
penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran.
4 4 4 A
2 Peserta didik bersemangat dalam melihat
gambar yang dijelaskan oleh guru.
Peserta didik tidak malu dan ragu dalam
menjawab pertanyaan guru.
4 4 4 B
3 Peserta didik berpindah menuju
kelompoknya masing-masing. Peserta
didik dalam kelompok sama-sama
antusias dalam memahami tugas yang
diberikan oleh guru.
4 4 4 A
4 Peserta didik mulai berdiskusi dan saling
berkerja sama dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru. Serta
saling megeksplorasi kemampuan
berfikirnya secara individual di dalam
kelompok tanpa harus bergantung dengan
guru.
4 4 4 B
57
Lanjutan Tabel 11 sebagai berikut:
No Jenis Termotivasi dalam Pelajaran
Hasil
Pengamatan
Krit
eria
P1 P2 Rata
-rata
5 Peserta didik mengumpulkan tugas
kelompoknya dan salah satu perwakilan
kelompok menempelkan atau menuliskan
jawaban di papan tulis.
4 4 4 A
6 Peserta didik menanggapi dan bertanya
apabila ada yang kurang dimengerti.
4 4 4 A
7 Peserta didik mendengarkan penjelasan
guru dengan penuh antusias. Peserta
didik penuh rasa ingin tahu, dan tidak
malu bertanya dengan guru.
3 3 3 B
8 Peserta didik dengan sabar menanti hasil
dari nilai yang diperolehnya maupun
yang diperoleh oleh kelompoknya.
4 4 4 A
9 Peserta didik bersabar jika hasil yang
diperoleh secara individu maupun
kelompok tidak sesuai harapan.
3 4 3,5 B
10 Peserta didik menerima hadiah dengan
antusias.
4 4 4 A
Jumlah 37 39 38,5
Rata-rata 3,7 3,9 3,85 B
Sedangkan berdasar tabel di atas adalah hasil pengamatan pengamat 1
(guru) dan pengamat 2 (mahasiswa) terhadap aktivitas peserta didik. Dari
hasil pengamatan pengamat 1 secara keseluruhan terhadap 35 peserta didik
berjumlah 37 dengan rata-rata 3,7, sementara berdasarkan hasil pengamatan
pengamat 2 berjumlah 39 dengan rata-rata 3,9, dari penjumlahan pengamat 1
dan 2 adalah 38 dengan rata-rata dan memiliki kriteria B (Baik).
Keterangan:
A = 4,0 = Baik sekali P1 = Pengamat Pertama
B= 3,0-3,9 = Baik P2 = Pengamat Kedua
C=2,0-2,9 = Cukup Baik P1 = Dra. Daliyah Wawarsi
D=1,0-1,9 = Kurang baik P2 = Anna Sugiyarti
58
Aktivitas Peserta Didik
Setelah guru (peneliti) menerapkan model pembelajaran STAD (Student
Team Achievement Division) yang diamati oleh pengamat 1 dan pengamat 2,
maka guru menyebarkan angket motivasi belajar peserta didik, sama halnya
dengan di siklus 1. Soal angket pun masih sama tidak berbeda. Setelah angket
awal dan angket akhir di siklus 1 dan 2 sudah di ketahui, maka dihitung
menggunakan rumus N-Gain, yang akan di uraikan pada poin selanjutnya.
Agar dapat mengetahui peningkatan motivasi peserta didik, yang akan
di uraikan pada tabel 12 berikut ini:
Tabel 12
Peningkatan Motivasi belajar Peserta Didik
Kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya
No Kode Peserta
Didik
Motivasi Belajar
Aktivitas Peserta
Didik
Angket
Akhir
Total
1 ASW 35 61 96
2 AFD 28 70 98
3 AKH 32 72 104
4 ALF 30 59 89
5 ASM 34 64 98
6 AAP 35 62 97
7 ARU 35 72 107
8 DS 30 66 96
59
9 EMA 35 65 100
10 FS 32 65 97
No Kode Peserta
Didik
Motivasi Belajar
Aktivitas
Peserta Didik Angket Akhir
Total
11 H 33 64 97
12 IN 30 66 96
13 MA 31 60 91
14 MDA 36 74 110
15 MRH 32 57 89
16 MSN 35 67 102
17 MDH 22 68 90
18 MHS 37 71 108
19 MS 32 67 99
20 NRD 35 73 108
21 NY 34 67 101
22 NH 31 62 93
23 NKN 33 66 99
24 NHD 37 61 98
25 RMD 34 70 104
26 RHW 33 61 94
27 SM 37 78 115
28 SST 38 59 97
29 SN 32 62 94
30 SS 37 69 106
31 SRA 39 74 113
32 YP 38 66 104
33 YS 33 68 101
34 MQ 34 67 101
35 EA 31 63 94
Total Skor 3486
Total Skor(%) 99,60%
Lanjutan Tabel 12 sebagai berikut:
60
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar dari 35 peserta
didik di kelas VII ruang B Mts An-Nur Palangka Raya berjumlah di 3486 dan
di presentasikan sebesar 99,60%.
d. Indikator Keberhasilan Peneliti
Berdasarkan perhitungan angket akhir di siklus 2 dan ditambah dengan
nilai aktivitas peserta didik, skor yang diperoleh peserta didik ≥ 90 mencapai
99,60 % dari 35 peserta didik yang hadir, dengan skor rata-rata 99,6 sementara
Peneliti tidak mencapaikan target 100% karena secara klasikal target
pencapaian jumlah skor peserta didik yang termotivasi jika memiliki skor ≥ 90
mencapai 85% dari jumlah peserta didik, dengan peningkatan motivasi belajar
di siklus 2, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak perlu lagi dilanjutkan ke
siklus 3.
Peningkatan aktivitas dan motivasi belajar peserta didik di siklus 1 dan
2 akan di gambarkan dalam diagram berikut ini:
3. Angket Motivasi
0
20
40
60
80
100
120
Siklus 1 Siklus 2
Gambar 2
Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik
Siklus 1
Siklus 2
61
Untuk menghitung angket motivasi yang dipadukan dengan aktivitas
belajar peserta didik di siklus 1 dan 2 dengan menggunakan rumus N-Gain
sebagai berikut:
Normalisasi Gain =
=0,436
Kategori Gain Ternormalisasi disajikan sebagai berikut:
Skor N-Gain Kriteria normalized Gain
0,70 < N-Gain Tinggi
0,30 < N-Gain < 0,70 Sedang
N-Gain < 0,30 Rendah
Hake (Setiawan, 2013:55)
Dari perhitungan data angket di awal(akhir pertemuan siklus 1) dan
di akhir (akhir pertemuan siklus 2) adalah 0,436 dan berkategori sedang
(tuntas).
e. Refleksi
Pada pelaksanaan siklus 2 diketahui bahwa pengamatan peserta didik
secara menyeluruh adalah 96,25% meningkat dari siklus 1 yang hanya 76,25%.
Sementara peningkatan motivasi belajar peserta didik adalah 99,60%
meningkat dari siklus 1 yang hanya 75%. Berdasarkan peningkatan yang di
dapat dari siklus 2 maka peneliti dan guru mata pelajaran sepakat untuk tidak
melanjutkan ke siklus 3, dan tidak mencapaikan 100% karena telah mencapai
target ketuntasan ≥90 secara klasikal 85%.
B. Pengujian Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pelaksanaan siklus 1 dan 2, pengamatan belajar IPS Ekonomi
secara menyeluruh pada peserta didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya
dengan penggunaan model STAD (Student Team Achievement Division), akan di
uraikan melalui tabel berikut ini:
62
Tabel 13
Peningkatan Belajar IPS Ekonomi Peserta Didik
Siklus Skor Total Skor Total (%)
Siklus 1 30,5 76,25%
Siklus 2 38,5 96,25%
Tabel di atas menunjukkan peningkatan aktivitas belajar IPS Ekonomi yang
signifikan dari siklus 1 ke siklus 2, terdapat kenaikan 8,5 secara persentase 20%,
Sementara peningkatan motivasi belajar IPS Ekonomi secara individu pada
kelas VII ruang B akan di uraikan sebagai berikut:
Tabel 14
Peningkatan Motivasi Belajar IPS Ekonomi
Siklus Skor Rata-rata Presentase(%)
Siklus 1 75 75%
Siklus 2 99,6 99,60%
C. Pembahasan dan Hasil Penelitian
Pada saat observasi sebelum menerapkan siklus 1 dan 2 dengan menggunakan
model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) tingkat motivasi
belajar peserta didik masih rendah. Namun ketika diterapkan siklus 1 pengamatan
belajar IPS Ekonomi peserta didik di siklus 1 dari 35 peserta didik yang hadir dari
rata-rata hasil pengamatan aktivitas yaitu 76,25 % dan siklus II dari 35 peserta didik
63
yang hadir rata-rata hasil pengamatan aktivitas meningkat menjadi 96,25 %, terdapat
kenaikan 20 %, motivasi belajar peserta yang perhitungannya di dapat dari penilaian
pengamatan belajar IPS Ekonomi perindividu dan hasil jawaban angket peserta didik
pada siklus I dari 35 peserta didik yang hadir, rata-rata motivasi belajarnya adalah 75
% dengan nilai rata-rata 75 dan pada siklus II dari 35 peserta didik yang hadir
motivasi belajarnya meningkat menjadi 99,60 %, terdapat kenaikan 24,6 % dari
kedua siklus tersebut.
Sementara perhitungan angket motivasi menggunakan rumus N-Gain adalah
0,436, dan berkategori sedang (tuntas), maka siklus 1 dan 2 dengan menerapkan
model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pelajaran Ekonomi materi
Kegiatan Ekonomi Penduduk.
Dari uraian tersebut di atas dan dengan penerapan model pembelajaran STAD
(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan motivasi beljajar peserta
didik kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya, materi kegiatan Ekonomi
penduduk, hal ini juga mendukung penelitian-penelitian terdahulu yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Eka Fitriani (http://digilib.uin-
suka.ac.id/3221/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf:07 Januari
2014) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Cooperatif Learning tekhnik
STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai Upaya Meningkatkan
Keaktifan dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Qur’an Hadis dikelas VIII D
MTsN Wates Kulon Progo Yogyakarta”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eka
Fitriani dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar peserta didik pada mata
64
pelajaran Qur’an Hadis, hal tersebut dapat terlihat pada observasi pada observer awal
35,5%, kemudian siklus I 68,3% menjadi 80,7% pada siklus II, ada peningkatan
kekatifan sebesar 45,2%, untuk motivasi belajar peserta didik, dari observasi awal
29,6%, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 65,8% dan menjadi 87,8% pada
siklus II, sehingga peningkatan yang terjadi sebesar 58,2%.
Sementara berdasarkan penelitian dari Siti Faiqatul Himmah
(http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42268:07 Januari 2014) dalam
skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif tekhnik STAD untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas VIII di SMP Sriwedari
Malang”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Faiqatul Himmah tekhnik STAD
dapat pula meningkatkan motivasi dan hasil belajar, yakni sebelum diberi tindakan
motivasi dan haisl belajar peserta didik rata-rata 52,76% , setelah diberi tindakan
pada siklus I, rata-rata meningkat menjadi 73,43%. Demikian juga pada siklus II,
terdapat peningkatan motivasi belajar peserta didik rata-rata 77,81%, setelah diberi
tindakan pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 92,22 %.
65
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pelaksanaan siklus 1 dan 2 dengan penggunaan model STAD (Student
Team Achievement Division) dapat di simpulkan peningkatan belajar IPS Ekonomi
pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya, penggunaan model
pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan
motivasi belajar Ekonomi pada kelas VII ruang B MTs An-Nur Palangka Raya,
dimana pada siklus I dari 35 peserta didik yang hadir, rata-rata motivasi belajarnya
adalah 75% dan pada siklus II dari 35 peserta didik yang hadir motivasi belajarnya
meningkat menjadi 99,60%, terdapat kenaikkan 24,6% dari siklus I dan II, dengan
perhitungan angket awal dan akhir 0,436 kategori sedang (tuntas).
B. Rekomendasi
1. Bagi kepala sekolah
Agar lebih memantau / meningkatkan kegiatan pembelajaran, untuk
memotivasi peserta didik meraih hasil dan prestasi belajar yang baik khususnya
pada mata pelajaran Ekonomi, dan seluruh mata pelajaran yang terdapat di MTs
An-Nur Palangka Raya, selain itu diharapkan kepala sekolah dapat lebih
memperhatikkan fasilitas penunjang pembelajaran Ekonomi, agar dapat
memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan tidak terlalu
mononton jika belajar hanya melalu buku paket mata pelajaran.
2. Bagi guru
66
Hendaknya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan
metode yang bervariasi dan lebih kreatif meningkatkan motivasi belajar peserta
didik, model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) salah
satu model yang juga dapat diterapkan oleh guru mata pelajaran.
3. Bagi peserta didik
Diharapkan peserta didik dapat lebih aktif, bersemangat, dan bergairah
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, selain dapat meningkatkan motivasi,
hal tersebut juga dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abdullhak, I, & Suprayogi, U. (2011), Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non
Formal. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik Jakarta: Rneka
Cipta
Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima
Eryadi, (2007). Intisari Pengetahuan sosial lengkap SMP, Ciganjur: PT.Kawan
Pustaka.
Fajar. (09 Januari 2014). Pengertian Tes. Http://bangfajars.wordpres.com.
Fattah, N. (2009). Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fitriani, E. (2009). Penerapan Strategi Cooperatif Learning tekhnik STAD (Student
Teams Achievment Division) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan
dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Qur’an Hadis dikelas VIII D
MTsN Wates Kulon Progo yogyakarta (skripsi). http://digilib.uin-
suka.ac.id/3221/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.
Hamalik, O.(2011). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamzah, (2011). Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan,
Gorontalo: Bumi Aksara
Handoko, M (2006), Motivasi Penggerak Tingkah laku, Yogyakarta: Kanisius.
Haryadin. (20 Maret 2014). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Http:// www.
hayardin.com/2013/02/kelemahan-model-pembelajaran-kooperatif-
tipestad. html.
Hendrawati, S. (09 April 2014). Artikel Tematik. Http://srihendrawati.blogspot.com.
Himmah, S.F. (07 Januari 2014). Penerapan Pembelajaran Kooperatif tekhnik STAD
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas VIII
di SMP Sriwedari Malang (skripsi),
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42268.
68
Indriyati, I . ( 2013). Upaya Meningkatkan Perhatian dan Hasil Belajar melalui
Model Quantum Teaching di SMA Negeri 4 Palangka Raya:
Skripsi.
Isjoni, (2009). Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan komunikasi antar Peserta didik,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. (2010). Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
Jeanne, E. (2008). Psikologi pendidikan membantu siswa tumbuh dan berkembang.
Jakarta: Erlangga.
Mahmud, (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.
Prawira, P. A. (2012). Psikologi Pendidikan, Bandung: Ar Ruzz Media.
Rujiadi , (2013). Upaya meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode
tanya jawab dan metode diskusi pada kelas V SDN 1 Lahei II Barito
Utara tahun pelajaran 2013/2014: Skripsi.
Ruslikan, (2011). Pengembangan dan Pembelajaran Ips, Palangkaraya: Midada
rahmah Press.
Rusman, (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Propersionalisme
guru. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sandro, (2014). Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan
Kombinasi Media Konkret dan Media Gambar pada SDN Garubg 1,
Kec. Jabiren Raya, Kab Pulang Pisau tahun pelaran
2013/2014: Skripsi
Sardiman, (2011). Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Setiawan, M. (2013).Upaya Meningkatkan hasil Belajar Matematika dengan
Menggunakan Strategi Belajar Sambil Bermain pada SDN- 1 Bukit
Tunggal Palangka Raya. Palangkaraya: Skripsi
Silberman, M (2010), 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif, Jakarta: PT
Indeks.
Siregar, E. & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia
Indonesia.
Siregar, E. & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia
Indonesia.
69
Sugianto, (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik dengan
menggunakan metode tanya jawab pada kelas IV di
SDN-11 Palangka Raya: Skripsi.
Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supiya, (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Peserta Didik kelas V dengan
menggunakan Model Cooperative Script pada SDN-1 Bukit Tunggal
Palangka Raya: Skripsi.
Tahir, M. (2011). Pengantar Metedologi Penelitian Pendidikan, Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Universitas Muhammadiyah Palangka Raya. (2013). Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Palangka Raya, Tim Penulis.
Warsono, & Hariyanto, (2012). Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Sandar Proses Pendidikan Jakarta:
Kencana Prenada Media.