1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kondisi persaingan dunia bisnis khususnya di dalam dunia otomotif telah mengalami banyak perkembangan. Perubahan ini disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi yang terus berkembang pesat di dunia. Teknologi transportasi yang berkembang telah membantu dalam memindahkan orang dan barang dengan waktu yang cepat dan mudah. Keadaan tersebut memaksa para produsen untuk bersaing dalam menciptakan produk yang kompetitif di dalam memuaskan tingkat kepuasan konsumen. Dalam hal ini berkaitan dengan kondisi industri otomotif terutama dalam permintaan sepeda motor. Pada umumnya masyarakat membeli motor untuk menikmati dua fungsi, yaitu: sebagai sarana untuk mengantarkan penumpang dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan mengangkut barang–barang dalam aktivitas kerja sehari–hari, sedangkan fungsi lainnya adalah untuk mendapatkan suatu prestise yang akan memberikan kepuasan tersendiri bagi seseorang. Untuk wilayah perkotaan, transportasi memegang peranan yang cukup menentukan. Suatu kota yang baik dapat ditandai, antara lain dengan melihat kondisi transportasinya. Transportasi yang baik, aman dan lancar selain mencerminkan keteraturan kota, juga memperlihatkan kelancaran kegiatan perekonomian kota. Kendaraan bermotor roda dua merupakan salah satu sarana transportasi yang dapat menunjang kelancaraan bagi masyarakat untuk melaksanakan segala aktivitasnya, baik digunakan untuk mengangkut hasil produksi ke pasar atau hanya sebagai kendaraan ke tempat beraktivitas. sepeda motor menempati peran utama dalam sendi kehidupan masyarakat, untuk menunjang pembangunan dan memenuhi kebutuhan, pasar sepeda motor Indonesia memiliki gambaran yang cerah dan sangat menjanjikan. PT Kawasaki Motor Indonesia berdiri pada 18 februari 1994 dan mulai beroperasi secara komersial di Indonesia pada Maret 1995. Kawasaki Motor Indonesia ini berada di bawah lisensi dari Kawasaki Heavy Industries Ltd. Jepang sebagai pusat perusahaan Kawasaki. Dengan memanfaatkan teknologi mutakhir,
Pengaruh Word Of Mouth, Inovasi, Gaya Hidup, dan Perceived Quality
Terhadap Keputusan Pembeliankhususnya di dalam dunia otomotif telah
mengalami banyak perkembangan.
Perubahan ini disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi yang
terus
berkembang pesat di dunia. Teknologi transportasi yang berkembang
telah
membantu dalam memindahkan orang dan barang dengan waktu yang cepat
dan
mudah. Keadaan tersebut memaksa para produsen untuk bersaing
dalam
menciptakan produk yang kompetitif di dalam memuaskan tingkat
kepuasan
konsumen. Dalam hal ini berkaitan dengan kondisi industri otomotif
terutama
dalam permintaan sepeda motor.
Pada umumnya masyarakat membeli motor untuk menikmati dua
fungsi,
yaitu: sebagai sarana untuk mengantarkan penumpang dari satu tempat
ke tempat
yang lainnya dan mengangkut barang–barang dalam aktivitas kerja
sehari–hari,
sedangkan fungsi lainnya adalah untuk mendapatkan suatu prestise
yang akan
memberikan kepuasan tersendiri bagi seseorang. Untuk wilayah
perkotaan,
transportasi memegang peranan yang cukup menentukan. Suatu kota
yang baik
dapat ditandai, antara lain dengan melihat kondisi transportasinya.
Transportasi
yang baik, aman dan lancar selain mencerminkan keteraturan kota,
juga
memperlihatkan kelancaran kegiatan perekonomian kota. Kendaraan
bermotor
roda dua merupakan salah satu sarana transportasi yang dapat
menunjang
kelancaraan bagi masyarakat untuk melaksanakan segala aktivitasnya,
baik
digunakan untuk mengangkut hasil produksi ke pasar atau hanya
sebagai
kendaraan ke tempat beraktivitas. sepeda motor menempati peran
utama dalam
sendi kehidupan masyarakat, untuk menunjang pembangunan dan
memenuhi
kebutuhan, pasar sepeda motor Indonesia memiliki gambaran yang
cerah dan
sangat menjanjikan.
PT Kawasaki Motor Indonesia berdiri pada 18 februari 1994 dan
mulai
beroperasi secara komersial di Indonesia pada Maret 1995. Kawasaki
Motor
Indonesia ini berada di bawah lisensi dari Kawasaki Heavy
Industries Ltd. Jepang
sebagai pusat perusahaan Kawasaki. Dengan memanfaatkan teknologi
mutakhir,
2
dukungan yang kuat dari Kawasaki Heavy Industries Ltd., serta kerja
sama dengan
berbagai supplier yang mumpuni. PT Kawasaki Motor Indonesia
memproduksi
kendaraan roda dua berkualitas tinggi, spare parts motor, dan
aksesoris motor
Kawasaki dalam mengembangkan usaha.
Di tahun 2008, PT Kawasaki Motor Indonesia secara resmi
meluncurkan
produk terbaru sportbike berkapasitas 250 CC dengan dua silinder
segaris yang
membidik pasar premium class. Kawasaki Ninja 250-R. Adalah Motor
yang
sengaja didesain dengan konsep Real Sport, dengan mengusung engine
250cc,
pararel twin DOHC 8 valve, liquid cooled, alhasil tenaga yang
dihasilkan dapat
mencapai 45bHP pada 11000RPM. Fenomena yang mendorong untuk
melakukan
penelitian ini adalah dilihat dari harga motor Kawasaki Ninja 250R
berkisaran
antara 50an juta rupiah. Namun tingginya harga yang ditawarkan
tidak
mengurangi minat konsumen untuk melakukan pembelian motor tersebut.
Bahkan
diawal tahun 2012, seseorang yang ingin melakukan pembelian sepeda
motor
Kawasaki Ninja 250R harus melakukan pemesanan. Hal ini terjadi
karena
tingginya permintaan konsumen akan produk tersebut.
Penelitian kali ini ingin menguji dampak dari Word of Mouth,
inovasi,
gaya hidup, dan perceived quality terhadap keputusan pembelian
produk
Kawasaki Ninja 250R pada masyarakat. Diduga word of mouth
dapat
menimbulkan dampak yang sangat besar kepada calon konsumen baik
perorangan
ataupun kelompok karena word of mouth merupakan informasi yang
disampaikan
secara langsung oleh seseorang. Word of mouth memiliki pengaruh
yang kuat,
baik positif maupun negatif. Hal tersebut tergantung dari sumber
informasi,
apakah dapat dipercaya atau tidak. Bila dapat dipercaya maka
tingkat kepercayaan
akan tinggi, begitu juga sebaliknya. Inovasi juga menjadi variabel
yang sangat
penting untuk konsumen dalam melakukan pembelian produk baru.
Konsumen
saat ini ingin mendapatkan suatu produk yang berbeda dengan produk
lainnya
sehingga nilai tambah suatu produk sangat penting dalam menciptakan
produk
baru. Peneliti juga ingin meneliti peran gaya hidup masyarakat
terhadap keputusan
pembelian, dengan melihat fenomena saat ini bahwa konsumen lebih
cenderung
mengikuti tren dalam perkembangan transportasi. Hal tersebut juga
didukung hobi
3
hobi sama, hingga membuat suatu komunitas perkumpulan sepeda
motor.
Masyarakat yang memiliki kesan persepsi kualitas yang tinggi akan
suatu produk
tentu akan tertarik untuk menggunakannya.
Persoalan penelitian
5. Apakah Gaya hidup berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian ?
6. Apakah perceived quality berpengaruh positif terhadap
keputusan
pembelian ?
WOM
Menurut Word of Mouth Marketing Association, pengertian dari word
of
mouth adalah usaha meneruskan informasi dari satu konsumen ke
konsumen lain.
Di dalam masyarakat, word of mouth dikenal juga dengan istilah
komunikasi dari
mulut ke mulut. Word of Mouth Marketing adalah seni dan ilmu
membangun
komunikasi yang baik dan saling menguntungkan dari konsumen ke
konsumen
maupun konsumen ke produsen. Komunikasi personal ini dipandang
sebagai
komunikasi yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan dibanding
dengan
informasi dari non personal (Brown, 1994).
WOM digambarkan sebagai aliran informasi dalam jaringan sosial
yang
terdiri dari individu-individu yang menjalin hubungan satu sama
lain. Kekuatan
hubungan adalah konstruk multi dimensional yang menunjukkan
kekuatan
hubungan dalam konteks jaringan sosial (Money, Gilly, & Graham,
1998). Bristor
(1990) mengidentifikasi bahwa kedekatan, keakraban, dukungan, dan
asosiasi
merupakan dimensi-dimensi yang tidak dapat dipisahkan dari konsep
hubungan
antar pribadi. Jaringan WOM adalah jaringan sosial yang terdiri
dari sekumpulan
orang yang terlibat dalam word of mouth, dan termasuk hubungan
antar pribadi
4
komunikasi informal tentang produk atau jasa berbeda dengan
komunikasi formal
karena dalam komunikasi informal pengirim tidak berbicara dalam
kapasitas
seorang profesional atau komunikator komersial, tetapi cenderung
sebagai teman.
Putri (2007), mengartikan Word of Mouth seperti buzz, yaitu obrolan
murni di
tingkat pelanggan yang menular tentang orang, barang atau tempat.
Lovelock
(2001) melakukan penelitian yang menekankan bahwa WOM sebagai
pendapat
dan rekomendasi yang dibuat oleh konsumen tentang pengalaman,
yang
mempunyai pengaruh kuat terhadap keputusan konsumen atau
perilaku
pembelian. Sedangkan Bone (1995) menyatakan bahwa komunikasi word
of
mouth mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembelian,
dan
mempengaruhi penilaian jangka pendek atau jangka panjang.
Inovasi
organisasi yang dapat dicapai melalui introduksi teknologi baru,
aplikasi baru
dalam bentuk produk dan pelayanan, pengembangan pasar baru,
dan
memperkenalkan bentuk baru organisasi. Adair (1996) mengemukakan
inovasi
adalah suatu proses menemukan atau mengimplementasikan sesuatu yang
baru ke
dalam situasi yang baru. Untuk menghasilkan perilaku inovatif,
seseorang harus
melihat inovasi secara mendasar sebagai suatu proses yang dapat
dikelola. Inovasi
dipandang sebagai kreasi dan implementasi kombinasi baru. Istilah
kombinasi
baru ini dapat merujuk pada produk, jasa, proses kerja, pasar,
kebijakan dan
sistem baru. Dalam inovasi dapat diciptakan nilai tambah, baik pada
organisasi,
pemegang saham, maupun masyarakat luas. Oleh karenanya sebagian
besar
definisi dari inovasi meliputi pengembangan dan implementasi
sesuatu yang baru
(de Jong & den Hartog, 2003).
Menurut Prakosa (2005) inovasi adalah suatu mekanisme
perusahaan
untuk beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis. Oleh sebab itu
perusahaan
dituntut untuk mampu menciptakan pemikiran-pemikiran baru,
gagasan-gagasan
baru dengan menawarkan produk yang inovatif serta peningkatan
pelayanan yang
5
inovatif dan kapasitas berinovasi. Keinovasian adalah pikiran
tentang keterbukaan
untuk gagasan baru sebagai aspek budaya perusahaan, sedangkan
kapasitas untuk
berinovasi adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan atau
menerapkan
gagasan, proses atau produk baru secara berhasil.
Janssen (2003) mengemukan bahwa ruang lingkup inovasi dalam
organisasi bergerak mulai dari pengembangan dan implementasi ide
baru yang
mempunyai dampak pada teori, praktek, produk, atau skala yang lebih
rendah
yaitu perbaikan proses kerja sehari-hari dan desain kerja. Jika
dilihat dari
kecepatan perubahan dalam proses inovasi ada dua macam inovasi
yaitu inovasi
radikal dan inovasi inkremental (Scot & Bruece, 1994). Inovasi
radikal dilakukan
dengan skala besar, dilakukan oleh para ahli dibidangnya dan
biasanya dikelola
oleh departemen penelitian dan pengembangan. Inovasi radikal ini
sering kali
dilakukan di bidang manufaktur dan lembaga jasa keuangan. Sedangkan
inovasi
inkremental merupakan proses penyesuaian dan mengimplementasikan
perbaikan
yang berskala kecil.
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang
dikenali
dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang
penting
orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang
pikirkan
tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup
menggambarkan
keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya.
Menurut Sutisna (2002), gaya hidup secara luas didefinisikan
sebagai cara
hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan
waktu mereka
(aktifitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya
(ketertarikan),
dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga
dunia di
sekitarnya (pendapat). Gaya hidup didefinisikan sebagai pola di
mana orang hidup
dan menghabiskan waktu serta uangnya (Engel, 1994). Gaya hidup
mencerminkan
pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana
ia
menggunakan waktu dan uang (Solomon, 1994).
6
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup
lebih
menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana mereka
hidup,
menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya
(Sumarwan,
2002). Menurut Kasali (1998) gaya hidup akan mempengaruhi
keinginan
seseorang untuk berperilaku dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan
konsumsi
seseorang. Sedangkan Hawkins dan Coney (1995) menyebutkan bahwa
gaya
hidup seseorang berpengaruh pada kebutuhan, perilakunya hidupnya,
dan perilaku
pembeliannya. Hal ini akan menentukan keputusan pembelian konsumen,
yang
akan berputar kembali pada gaya hidup konsumen, dikarenakan
seseorang
memandang gaya hidup sebagai pusat dari proses konsumsi.
Perceived Quality
Perceived quality yaitu citra dan reputasi produk dengan harga
serta
tanggung jawab perusahaan (produk jasa yang dijual pada pelanggan).
Menurut
Aaker (1997), kesan kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi
pelanggan
terhadap seluruh kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa
layanan
sehubungan dengan maksud yang diharapkan. Perceived quality
dapat
didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan
kualitas atas
keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang
diharapkan
pelanggan, Perceived quality bersifat obyektif karena ditentukan
oleh pelanggan.
Perceived quality adalah dimensi lain dari nilai merek yang sangat
penting bagi
konsumen untuk memilih barang dan jasa yang akan dibelinya (Aaker,
1991;
Zeithaml, 1988). Penting untuk dicatat bahwa kualitas produk adalah
sumber daya
perusahaan yang penting untuk mencapai keunggulan bersaing (Aaker,
1989).
Perceived quality didefinisikan oleh Zeithaml (1988) sebagai
penilaian
(persepsi) konsumen terhadap keunggulan suatu produk secara
keseluruhan
dibandingkan dengan penggantinya. Dari definisi ini maka diketahui
bahwa
perceived quality adalah kemampuan produk untuk dapat diterima
dalam
memberikan kepuasan apabila dibandingkan secara relatif dengan
alternatif yang
tersedia. Perceived quality yang tinggi menunjukkan bahwa konsumen
telah
menemukan perbedaan dan kelebihan produk tersebut dengan produk
sejenis
7
setelah melalui jangka waktu yang lama. Zeithaml (1988) menyatakan
bahwa
perceived quality adalah komponen dari nilai merek, oleh karena
itu
perceived quality yang tinggi akan mendorong konsumen untuk lebih
memilih
merk tersebut dibandingkan dengan merk pesaing. Perceived quality
adalah
persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk
atau layanan
di tinjau dari fungsinya secara relatif dengan produk-produk lain
(Simamora,
2001).
Melihat fenomena yang terjadi saat ini, di mana seseorang akan
mendapat
gambaran yang lebih jelas terhadap suatu produk setelah menerima
informasi
secara terus menerus mengenai produk tersebut. Informasi yang
diterima
seseorang dapat secara tidak langsung (media) maupun secara
langsung (WOM).
Harrison dan Walker (2001) melakukan penelitian yang menyatakan
bahwa word
of mouth mempunyai peran penting dalam pembentukan sikap dan
persepsi
konsumen. Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu memunculkan
dugaan:
H1 = WOM berpengaruh positif terhadap perceived quality
Menurut Aaker (2004) inovasi mampu meningkatkan persepsi
konsumen
terhadap produk-produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan. Hal
ini didukung
oleh fenomena yang terjadi saat ini yaitu, semakin tinggi inovasi
yang dilakukan
terhadap sebuah produk akan membuat persepsi konsumen terhadap
produk
tersebut menjadi semakin baik. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Aaker
(2004) dan fenomena yang ada, maka timbul dugaan :
H2 = Inovasi berpengaruh positif terhadap Perceived Quality
Keputusan Pembelian
evaluasi, konsumen menentukan peringakat merek dan membentuk
niat
pembelian. Sedangkan menurut Sutisna (2002) keputusan pembelian
adalah
pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu
produk
diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginan.
Keputusan pembelian menurut Schiffman and Leslie (2004) adalah
pemilihan dari
dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya
bahwa seseorang
dapat membuat keputusan akan tetapi haruslah tersedia beberapa
alternatif pilihan.
8
pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, keputusan
pembelian
adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan
untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah
satu
diantaranya (Setiadi, 2003). Hasil dari proses pengintegrasian ini
adalah suatu
pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan
berperilaku. Keinginan
untuk membeli timbul setelah konsumen merasa tertarik dan ingin
memakai
produk yang dilihatnya.
of mouth adalah kekuatan yang sangat kuat untuk mempengaruhi
keputusan
pembelian di masa depan, khususnya ketika akan memilih yang
beresiko tinggi.
Pernyataan ini juga didukung oleh fenomena yang terjadi bahwa
seseorang akan
melakukan pembelian apabila mendapat referensi dari orang lain yang
mereka
percaya. Penelitian ini membuat peneliti ingin meneliti lebih
lanjut mengenai
peran WOM dalam mempengaruhi keputusan pembelian, sehingga timbul
dugaan:
H3 = WOM berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
Melihat fenomena saat ini bahwa masyarakat modern merasa jenuh
dengan
produk-produk yang ada. Berkembangnya jaman membuat masyarakat
lebih
tertarik terhadap suatu produk yang memiliki keunggulan dibanding
dengan
produk lainnya. Seseorang biasanya akan lebih memilih suatu produk
yang
menurutnya masih baru dan inovatif di pasaran, sehingga dengan
persaingan pasar
yang ketat saat ini membuat perusahaan dituntut untuk terus
melakukan inovasi,
sehingga diduga semakin tinggi inovasi yang dilakukan terhadap
suatu produk
akan meningkatkan keputusan pembelian, dan memunculkan
hipotesis:
H4 = Inovasi berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian.
Menurut Assael (1992), Gaya hidup berpengaruh pada pembelian,
perubahan kebiasaan, citarasa, perilaku pembelian konsumen.
Analisis gaya hidup
dapat berguna bagi pemasar untuk mengetahui area spesifik dari
kehidupan
konsumen, seperti perilaku di luar rumah. Konsumen jarang secara
jelas
mengetahui peranan gaya hidup dalam keputusan pembeliannya. Namun
gaya
9
hidup secara berkala menyediakan motivasi dasar dan panduan untuk
pembelian
tapi tidak secara langsung melainkan secara halus. Maka menimbulkan
dugaan :
H5 : Gaya hidup berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian.
Menurut Durianto, Sugiarto, Sitinjak (2000), perceived quality
terkait erat
dengan keputusan pembelian, maka perceived quality dapat
mengefektifkan
semua elemen program pemasaran khususnya program promosi.
Sedangkan
penelitian yang dilakukan Hellier (2003) menyimpulkan bahwa
perceived quality
mempunyai pengaruh terhadap minat beli walaupun tidak secara
langsung.
Penelitian ini ingin melihat bagaimana perceived quality
berpengaruh terhadap
keputusan pembelian, dan memunculkan hipotesis:
H6 : perceived quality berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian.
Model Penelitian
penelitian sebagai berikut :
Penelitian kali ini menggunakan metode kuantitatif, metode
kuantitatif
akan meneliti secara umum tentang pengaruh word of mouth, inovasi,
terhadap
perceived quality, dan gaya hidup terhadap keputusan pembelian
dengan
menyebarkan kuisioner.
tertentu (Jogiyanto, 2008). Kriteria sampel yang ditetapkan untuk
penelitian ini
adalah seseorang yang telah membeli sepeda motor Kawasaki Ninja
250R. Jumlah
sampel sebanyak 200 responden mengacu pada ketentuan yang
ditetapkan oleh
Hair (Supramono & Haryanto, 2005), yang menyatakan jumlah
sampel minimum
yaitu 100 orang. Responden yang dipilih adalah orang yang sudah
membeli
sepeda motor Kawasaki Ninja 250R.
Pengukuran Variabel
Pada penelitian ini menggunakan konsep word of mouth, Inovasi,
Gaya
hidup, perceived quality, dan minat beli. Untuk mengidentifikasi
pengaruh pada
konsep-konsep tersebut maka digunakan aras pengukuran interval,
metode
perskalaan yang digunakan adalah skala Likert 1 – 5.
Tabel 1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Konsep Definisi Indikator Empirik Sumber
Word of
bicarakan di masyarakat.
pola di mana orang
kuat.
Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan pada penelitian
ini
adalah structural equation modeling (SEM) dengan softwere Lisrel
8.7 metode
Maximum Likelihood. Salah satu teknik Maximum Likelihood yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis Full Model SEM yang menurut
Ferdinand
(2006) merupakan analisis untuk menguji model struktural.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan selama ± 3 (tiga)
bulan.
Penyebaran kuisioner dilakukan dengan cara langsung mendatangi
responden
yang layak untuk diteliti, dengan daerah penyebaran Semarang dan
Solo. Di kota
12
Semarang peneliti menyebarkan kuisioner kepada sebanyak 100
responden.
Semua responden di kota Semarang ini berada pada rentang usia
SMA,
mahasiswa, dan karyawan. Kemudian di kota Solo peneliti menyebarkan
kuisioner
kepada sebanyak 100 responden. Karakteristik responden kota Solo
juga sama
seperti responden kota Semarang. Peneliti memilih kota-kota
tersebut sebagai
tempat penyebaran kuisioner, karena di kedua kota tersebut sudah
banyak yang
menggunakan sepeda motor Kawasaki Ninja 250R.
Karakteristik Responden
mendukung serta melengkapi hasil analisis data berdasarkan usia,
jenis kelamin,
pendidikan terakhir, pengeluaran perbulan, dan sudah menggunakan
sepeda motor
Kawasaki Ninja 250R.
1. Usia < 20 tahun 28 14%
20 – 35 tahun 142 71%
36 – 50 tahun 30 15%
> 50 tahun 0 0%
Wanita 4 2%
Rp 1.000.000; - Rp 2.999.999 134 67%
Rp 3.000.000; - Rp 5.000.000 48 24%
> Rp 5.000.000 18 9%
S1 86 43%
> S1 13 6.5%
< 1 tahun 74 37%
Sumber : Data primer (2012)
kuisioner untuk melihat validitas dan reliabilitas dari
masing-masing indikator
yang digunakan sebagai pernyataan dalam kuisioner. Untuk
menghitung
reliabilitas suatu data dapat melihat nilai dari Cronbach’s Alpha
apabila α lebih
kecil dari 0.5 maka tidak reliabel, sedangkan jika nilai α lebih
besar dari 0.5 maka
13
dinyatakan reliabel (Hair, Black, & Babin, 2010). Di bawah ini
merupakan hasil
pengujian reliabilitas pada 30 kuisioner yang dijadikan
pre-test:
Tabel 3. Uji Reliabilitas
Inovasi 0.717 Reliabel
Uji Validitas
Pada pengujian validitas pada pre-test dapat dinyatakan tidak
valid
apabila nilai total correlation dibawah 0.361 (Hair et al., 2010).
Hasil uji validitas
seluruh indikator memiliki nilai total correlation diatas 0.361,
maka seluruh
indikator dinyatakan valid. Setelah hasil pre-test dinyatakan valid
maka kuisioner
baru dapat disebarkan kepada 200 responden.
Pengolahan Data dan Uji Hipotesis
Untuk menilai model struktural ini, terdapat beberapa fit indexes
yang
dilaporkan. Paling sering digunakan yaitu : Goodness-of-Fit Index
(GFI), root
mean square error of approximation (RMSEA), Normed Fit Index (NFI),
dan
Comparative Fit Index (CFI).
Goodness of Fit
Tingkat Kecocokan
RMSEA 0.051 RMSEA < 0.08 Baik(good fit)
NFI 0.87 0.80 < NFI < 0.90 Cukup baik (marginal fit)
CFI 0.96 CFI > 0.90 Baik (good fit)
P value 0.00 P < 0.05 Baik (good fit)
Standardized RMR 0.036 Standardized RMR < 0.05 Baik (good
fit)
Sumber: Output Lisrel 8.7 (2012).
14
Keseluruhan fit indexes yang dilaporkan menunjukkan bahwa model
struktural
penelitian ini memiliki nilai kecocokan yang baik. Berikut adalah
gambar hasil
analisis full model SEM menggunakan software LISREL 8.7 :
Sumber : Data Primer (2012).
HIPOTESIS Nilai t HASIL UJI
H1: WOM berpengaruh positif terhadap Perceived
quality 3.99
quality -0.40
pembelian 1.48
pembelian 2.70
keputusan pembelian 7.03
keputusan pembelian 0.87
Berdasarkan hasil analisis di atas ditemukan bahwa word of
mouth
berpengaruh signifikan terhadap perceived quality, hal ini terlihat
dari nilai t pada
tabel 5 yang sesuai dengan persayaratan statistik yang ditemukan
oleh Hair et al.,
(2010) yaitu nilai t harus berada di atas nilai kritis yaitu 1,96
(H1 didukung data).
Dari pengujian hipotesis 1 ini dapat dikatakan bahwa semakin sering
seseorang
mendengar tentang produk tersebut maka semakin tinggi pula persepsi
kualitas
akan produk tersebut. Penelitian ini juga didukung oleh Harrison
dan Walker
(2001) melakukan penelitian yang menyatakan bahwa word of mouth
mempunyai
peran penting dalam pembentukan sikap dan persepsi konsumen.
persepsi
seseorang mengenai produk akan timbul seiring dengan banyaknya
informasi
yang diterimanya. Hal ini dapat dilihat dari para responden masih
berusia dibawah
30 tahun (71%) dan cenderung tertarik berkumpul dalam suatu
komunitas,
sehingga sering berkomunikasi dan bertukar informasi. Dengan
demikian
membuat suatu penilaian terhadap sesuatu. Hal ini juga didukung
dengan
informasi yang disampaikan oleh kerabat atau orang terdekat. Di
mana orang
terdekat atau kerabat akan lebih dipercaya dalam penyampaian
informasi.
Inovasi tidak berpengaruh signifikan terhadap perceived quality,
hal ini
terlihat pada nilai t pada tabel 5 yang sesuai dengan persyaratan
statistik yang
ditentukan oleh Hair et al., (2010) yaitu untuk nilai t harus
berada di atas nilai
kritis yaitu 1.96 (H2 tidak didukung data). Penelitian ini
membuktikan bahwa
inovasi suatu produk tidak akan meningkatkan nilai persepsi
kualitas akan produk
tersebut. Sebagai produk pertama sepeda motor untuk premium class,
Kawasaki
Ninja 250R masih sangat baru dengan promosi yang kurang saat
kemunculannya,
Hal ini juga dilihat dari demografi responden yang sudah
menggunakan Kawasaki
Ninja 250R lebih dari 1 tahun sebesar 63%, di mana saat produk baru
diluncurkan
informasi mengenai Kawasaki Ninja 250R masih sedikit, dengan
demikian
banyak informasi mengenai produk yang belum diketahui, karena
produk yang
masih baru dan informasi mengenai produk tersebut belum tersebar.
Sehingga
16
kebaruan produk.
Word of mouth tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian, hal ini terlihat pada nilai t pada tabel 5 yang sesuai
dengan persyaratan
statistik yang ditentukan oleh Hair et al., (2010) yaitu untuk
nilai t harus berada di
atas nilai kritis yaitu 1.96 (H3 tidak didukung data). Pada
pengujian hipotesis 3
bahwa word of mouth yang tinggi tidak akan mempengaruhi keputusan
pembelian,
hal ini disebabkan karena sebagian besar demografi responden
berusia dibawah 30
tahun (71%) dan banyak dari para responden yang penghasilannya di
bawah Rp.
5.000.000 (67%). Pada umumnya masyarakat berusia di bawah 30 tahun
dan
penghasilan masih tidak terlalu tinggi keputusan pembeliannya akan
produk
mahal masih dikuasai pihak ke-3 (keluarga). Walaupun responden
sering
mendengar informasi mengenai Kawasaki Ninja 250R, akan tetapi
keputusan
membeli dipegang oleh orang tua.
Inovasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, hal
ini
terlihat pada nilai t pada tabel 5 yang sesuai dengan persyaratan
statistik yang
ditentukan oleh Hair et al., (2010) yaitu untuk nilai t harus
berada di atas nilai
kritis yaitu 1.96 (H4 didukung data). Hasil penelitian ini
menyebutkan bahwa
inovasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, hal
ini juga dilihat
berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa masyarakat sekarang
tertarik untuk
menggunakan suatu produk yang baru. Hal ini membuktikan bahwa
semakin
tinggi inovasi akan suatu produk akan meningkatkan keputusan
pembeliannya
masyarakat. Dengan usia responden yang relatif masih muda, mereka
cenderung
ingin mencoba sesuatu yang baru di lingkungannya. Kawasaki Ninja
250R
merupakan sepeda motor pertama yang dibuat sesuai dengan desain dan
fitur dari
motor balap, dengan inovasi tersebut maka akan memicu keinginan
dari para
konsumen dengan suka mengikuti perkembangan otomotif.
17
Gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, hal
ini
terlihat pada nilai t pada tabel 5 yang sesuai dengan persyaratan
statistik yang
ditentukan oleh Hair et al., (2010) yaitu untuk nilai t harus
berada di atas nilai
kritis yaitu 1.96 (H5 didukung data). Penelitian ini membuktikan
bahwa gaya
hidup berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini
juga
didukung oleh pernyataan Assael (1992), yang menyatakan gaya
hidup
berpengaruh pada pembelian, perubahan kebiasaan, citarasa, perilaku
pembelian
konsumen. Gaya hidup memiliki kekuatan memaksa seseorang dalam
melakukan
pembelian atau penggunaan produk, melihat fenomena saat ini di mana
seseorang
yang ingin bergabung bersama suatu komunitas Kawasaki Ninja 250R
yang
diinginkan nya orang tersebut untuk menyesuaikan diri pada
lingkungan tersebut,
dengan cara harus memiliki sepeda motor Kawasaki Ninja 250R. Hobi
dalam
dunia otomotif biasa selalu dikaitkan dengan dunia pria, akan
tetapi seiring
dengan perkembangan jaman, banyak wanita yang sangat menyukai hobi
tersebut.
Hal ini bisa terlihat jelas dari 200 respoden ada 2% respoden
adalah wanita. Di
mana para responden wanita juga memiliki gaya hidup yang tinggi
dan
ketertarikan dalam dunia otomotif.
Perceived quality tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan
pembelian, hal ini terlihat pada nilai t pada tabel 5 yang sesuai
dengan persyaratan
statistik yang ditentukan oleh Hair et al., (2010) yaitu untuk
nilai t harus berada di
atas nilai kritis yaitu 1.96 (H6 tidak didukung data). Pada
pengujian hipotesis 6
ditemukan bahwa tingkat perceived quality yang tinggi tidak serta
meningkatkan
keputusan pembelian. Walaupun persepsi seseorang terhadap Kawasaki
Ninja
250R kurang baik, akan tetapi dapat tetap memicu keputusan
pembelian, hal ini
dikarenakan adanya faktor-faktor lain seperti gaya hidup dan
inovasi. Dilihat dari
usia para responden yang sebagian besar masih muda, yaitu dibawah
30 tahun,
para responden tidak melakukan pembelian dikarenakan penilaian
kualitas akan
tetapi lebih mengarah kepada faktor gaya hidup, dimana dengan
menggunakan
Ninja 250R akan meningkatkan status sosial dan kepercayaan
diri.
18
Para responden cenderung membeli sepede motor Kawasaki Ninja
250R
karena sepeda motor ini merupakan produk pertama yang muncul di
Indonesia
dengan desain dan fitur seperti motor balap. di mana sebagian besar
responden
sangat menyukai kecepatan dan kemampuan yang dimiliki produk
otomotif.
Dengan inovasi tersebut sesuai dengan gaya hidup para resepoden
yang sangat
tertarik pada dunia otomotif dan perkumpulan eksekutif sepeda motor
tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis di atas, maka dapat
ditarik
kesimpulan sebagai jawaban penelitian ini. Untuk produk premium
seperti
Kawasaki Ninja 250R, WOM dapat meningkatkan persepsi kualitas,
karena
semakin banyak seseorang mendengar informasi mengenai suatu produk
maka
akan membentuk persepsi akan produk tersebut. Tetapi WOM telah di
uji
terhadap keputusan pembelian, di mana WOM tidak mempengaruhi
keputusan
pembelian. Hal ini disebabkan untuk produk Kawasaki Ninja 250R yang
memiliki
harga cukup tinggi, meskipun seseorang telah mendengar banyak
informasi
mengenai produk tersebut, keputusan pembelian dimiliki oleh pihak
ke-3
(keluarga). Inovasi telah diuji tidak meningkatkan persepsi
kualitas. Hal ini
dikarenakan suatu produk baru belum diketahui oleh seseorang, maka
tidak dapat
melakukan penilaian akan produk tersebut. Tetapi inovasi
mempengaruhi
keputusan pembelian, karena seseorang akan tertarik untuk mencoba
sesuatu yang
baru. Gaya hidup memiliki kekuatan memaksa terhadap keputusan
pembelian
seseorang, apabila seseorang ingin berkumpul dalam suatu komunitas,
maka harus
memiliki apa yang ada dalam komunitas tersebut. Sedangkan perceived
quality
tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian dikarenakan pola
pikir
masyarakat yang realistis terhadap cuaca. Maka dari itu Kawasaki
Ninja 250R
harus terus melakukan inovasi terus-menerus dan menjaga target
pasar agar
meningkatkan keputusan pembelian konsumen.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi wacana baru untuk penelitian
yang
berhubungan dengan : (1) WOM dan inovasi dalam kaitannya dengan
perceived
quality, (2) WOM, inovasi, gaya hidup, dan perceived quality dalam
kaitannya
dengan keputusan pembelian. Karena belum banyak penelitian yang
meneliti
tentang hal ini sebelumnya. Diharapkan kedepan penelitian ini bisa
menjadi acuan
dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan
penelitian yang
berhubungan dengan WOM dan inovasi dalam kaitannya dengan
perceived
quality, WOM, inovasi, gaya hidup, dan perceived quality dalam
kaitannya
dengan keputusan pembelian. Bahkan diharapkan hasil penelitian ini
bisa
dijadikan dasar pembentukan teori baru dalam kaitannya dengan WOM,
inovasi,
gaya hidup, perceived quality, dan keputusan pembelian.
Implikasi manajerial
1. Dapat dijadikan masukan untuk PT. Kawasaki Motor Indonesia,
bahwa
untuk meningkatkan keputusan pembelian konsumen dengan
meningkatkan inovasi produknya. Informasi yang disalurkan harus
jelas
terperinci agar meningkatkan persepsi konsumen akan Kawasaki
Ninja
250R. hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti acara pameran
dan
menginformasikan inovasi yang ada pada Kawasaki Ninja 250R.
2. Dapat dijadikan masukan bagi PT. Kawasaki Motor Indonesia,
bahwa
untuk meningkatkan keputusan pembelian konsumen dengan
mengikuti
perkembangan gaya hidup masyarakat. Hal ini dapat dilakukan
dengan
penyesuaian Kawasaki Ninja 250R dengan tren dan keinginan
konsumen
akan motor besar. PT. Kawasaki Motor Indonesia juga perlu
mengadakan
event-event berkaitan dengan keberadaan komunitas sepeda
motor.
20
Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah di mana dari segi usia yang
kebanyakan
responden masih sangat muda, Kemudian pada penelitian ini sebagian
besar
responden tidak memiliki kekuatan keputusan pembelian, dimana
keputusan
pembelian masih dipegang pihak keluarga. Hasil akan lebih baik
apabila
peneliti bisa mendapat data dari pihak pemegang keputusan
pembelian.
Penyebaran kuisioner yang terfokus hanya pada komunitas-komunitas
tertentu
dan bukan kepada setiap individu, sehingga sebagian besar memiliki
argument
yang sama.
Penelitian mendatang
kuisioner lebih diperhatikan dari segi usia dan pemegang
keputusan
pembelian, penyebaran kuisioner tidak hanya terfokus pada
komunitas-
komunitas tertentu sehingga data yang didapatkan semakin
bervariasi. Sesuai
dengan apa yang ditulis peneliti dibagian keterbatasan penelitian.
Kemudian
lebih mendalami hubungan-hubungan dan pengaruh antar variabel
perbagian,
karena penelitian kali ini hanya meneliti keseluruhan hubungan dan
pengaruh
keenam variable yang diteliti secara langsung.
21
Aaker, David. (1991). Managing Brand Equity, New York : Free
Press.
Adair, John. (1996). Effective Innovation: How to Stay Ahead of the
Competition,
London: Pan Books Ltd.
Assael, Henry. (1992). Marketing Principle and Strategy, Second
Edition, New
york : The Drydeen Press.
Bone, Paula Fitzerald. (1995). Word of Mouth Effects on Short Term
and Long
Term Product Judgements, Journal Business Reseach, 32, pp.
213-23.
Bristor, Julia. M. (1990). Enhanced Explanations of Word of
Mouth
Communications: The Power of Relationship, Research in
Consumer
Behavior, pp. 51-83.
Behaviors in a Retailing Context, Journal the Academy of
Marketing
Science; 33(2), pp. 123-138.
melalui Riset Ekuitas dan Prilaku Merek, Jakarta: Gramedia.
De Jong, J & Hartog, D D. (2003). Leadership as a determinant
of innovative
behaviour.
Engel, James F, dkk. (1992). Perilaku Konsumen, Edisi Keenam, Jilid
1, Jakarta :
Binarupa Aksara.
Magister & Disertasi Doktor, Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas
Diponegoro.
Hair, J. F., Black, W. C. & Babin, B. J.(2010). Multivariate
Data Analysis: A
Global Perspective, 7 th
Saddle River.
Harrison, L.Jean and Walker. (2001). E-complaining: A Content
Analysis of an
Internet Complaint Forum, Journal of Services Marketing, 15 (5),
pp. 397–
412.
Hawkins, Kenneth A. Coney, Roger J.Best. (1995). Implication for
Marketing
Strategy. 6 th
Marketing, 37(11), pp. 1762-1800.
Janssen, O. (2003). Innovative Behaviour and Job Involvement at the
Price
Conflict and Less Satisfactory Relations with Co-workers. Journal
of
Occupational and Organizational Psychology. 76. 347 - 364.
Jogiyanto, (2008). Metodologi Penelitian Sistem Informasi.
Yogyakarta: Andi.
Kasali, Rhenald. (1998). Membidik Pasar Indonesia : Segmentasi,
Targeting, dan
Positioning. Jakarta : Indeks.
Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas, Jilid
1, Jakarta :
Indeks.
Kedua Belas, Jilid 1, Jakarta : Erlangga.
22
Lovelock, C. H. (2001). Service Marketing, People, Technology,
Strategy, 4 th,
Prentice Hall Upper Sadle River, New Jersey.
Money, R. B., Gilly, M. C., and Graham, J. L. (1998). Explorations
of National
Culture and Word of Mouth Referral Behavior in The Purchase of
Industrial
Services in the United States and Japan. Journal of Marketing, 62,
pp. 76-
87.
Mowen, John. C. and Michael, Minor. (2001). Perilaku Konsumen,
Edisi Kelima,
Jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Pembelajaran Terhadap Kinerja Perusahaan Untuk Mencapai
Keunggulan
Bersaing (Studi Empiris Pada Industri Manufaktur Di Semarang),
Journal
Studi Manajemen & Organisasi, 2(1).
Prasetyo, Ristiyanti, dan Ihalauw, John. (2004). Perilaku Konsumen,
Yogyakarta.
Putri, Rinela. (2007). Buzz Marketing, paling Efektif di
Indonesia”. Schiffman, L. G. and Leslie L. K. (2004). Consumer
Behavior, 8
th , Prentice Hall, New
Jersey.
Scott, S. G. and Bruce, R. A. (1994). Determinants of Innovative
Behavior: A
Path Model of Individual Innovation in the Workplace.
Setiadi, Nugroho. (2003). Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi
Untuk
Strategi Penelitian Pemasaran.
Sheth, Jagdish N, Mittal, Banwari, and Newman, Bruce I. (1998).
Consumer
behavior; Consumers’ preferences; Consumer satisfaction;
Marketing,
Dryden Press.
Pendekatan Riset. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Simamora, Bilson. (2003). Teknik Penelitian Perilaku Konsumen,
Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Solomon, Michael. (1994). Consumer Behavior, 2th, USA : Allyn and
Baccon.
Sumarwan, Ujang. (2002). Perilaku Konsumen. Bogor : PT. Ghalia
Indonesia.
Supramono dan Haryanto. (2005). Disain Proposal Penelitian Studi
Pemasaran.
Yogyakarta.
Rosda.
Yoo, Boonghee., Naveen, Donthu., and Lee, Sungho. (2000). An
examination of
selected marketing mix elements and brand equity, Academy of
Marketing
Science Journal, 28(2), pp. 195-211.
Zeithaml, V.A. (1988). Consumer perceptions of price, quality, and
value : a
means-end model and synthesis of evidence, Journal of Marketing,
52, pp.
2-22.