3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi infeksi jamur mengalami peningkatan selama lebih dari 10 tahun terakhir Mikroorganisme penyebabnya antara lain Aspergillus, Mucormycosis, Rhizopus, Cryptococcus, dan Candida. C. albicans merupakan penyebab utama kandidiasis oral. Kandidiasis oral biasanya merupakan infeksi sekunder yang menyertai kondisi sistemik, misalnya diabetes melitus. Infeksi C. albicans pada rongga mulut tampak sebagai bercak putih pada gingiva, lidah, dan membran mukosa oral. Proses infeksi dimulai dengan perlekatan C. albicans pada sel epitel. C. albicans kemudian mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel pejamu, sehingga memudahkan proses invasi. C. albicans juga mengeluarkan mikotoksin, diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Monosit adalah sel darah putih berbentuk tidak teratur yang beredar dalam aliran darah. Berbeda dengan sel darah putih lainnya, monosit lebih besar dan memiliki inti berbentuk kacang di dalam sel. Ketika monosit memasuki suatu organ atau jaringan dari aliran darah, mereka akan dibedakan menjadi sel yang disebut ‘makrofag’, dan dengan demikian monosit adalah sel-sel prekursor makrofag. Tiga fungsi utama dari monosit yang fagositosis, penyaji antigen, dan produksi sitokin. Proses fagositosis adalah sebagian dari respons imun non spesifik dan yang pertama kali

BAB I mimbaproposal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mimba daun

Citation preview

Page 1: BAB I mimbaproposal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insidensi infeksi jamur mengalami peningkatan selama lebih dari 10 tahun terakhir

Mikroorganisme penyebabnya antara lain Aspergillus, Mucormycosis, Rhizopus,

Cryptococcus, dan Candida. C. albicans merupakan penyebab utama kandidiasis oral.

Kandidiasis oral biasanya merupakan infeksi sekunder yang menyertai kondisi sistemik,

misalnya diabetes melitus. Infeksi C. albicans pada rongga mulut tampak sebagai bercak

putih pada gingiva, lidah, dan membran mukosa oral.

Proses infeksi dimulai dengan perlekatan C. albicans pada sel epitel. C. albicans

kemudian mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel

pejamu, sehingga memudahkan proses invasi. C. albicans juga mengeluarkan mikotoksin,

diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem

imun lokal.

Monosit adalah sel darah putih berbentuk tidak teratur yang beredar dalam aliran

darah. Berbeda dengan sel darah putih lainnya, monosit lebih besar dan memiliki inti

berbentuk kacang di dalam sel. Ketika monosit memasuki suatu organ atau jaringan dari

aliran darah, mereka akan dibedakan menjadi sel yang disebut ‘makrofag’, dan dengan

demikian monosit adalah sel-sel prekursor makrofag.

Tiga fungsi utama dari monosit yang fagositosis, penyaji antigen, dan produksi sitokin. Proses

fagositosis adalah sebagian dari respons imun non spesifik dan yang pertama kali

mempertemukan tuan rumah dengan benda asing. Istilah endositosis lebih umum dan

mempunyai dua arti yaitu fagositosis (pencernaan partikel) dan pinositosis (pencernaan

nonpartikel, misalnya cairan). Sel yang berfungsi menelan dan mencerna partikel atau

substansi cairan disebut sel fagositik, terdiri dari sel fagosit mononuklear dan fagosit

polimorfonuklear.

Untuk pengobatan kandidiasis oral sebelumnya cenderung menggunakan obat anti

jamur. Salah satu obat anti jamur yang dipakai adalah nistatin. Penggunaan nistatin secara

sistemik tidak dianjurkan karena sifatnya yang toksik. Beberapa efek samping kadang

didapatkan setelah pemakaian peroral, diantaranya mual, muntah dan diare ringan (Setiabudy

dan Bahry, 2007). Namun demikian, dewasa ini pengobatan berkembang lebih ditujukan pada

Page 2: BAB I mimbaproposal

respon host dengan menggunakan imunomodulator. Hal ini kemungkinan adanya efek

imunomodulator yang dapat diperoleh dari bahan-bahan alam. Masyarakat pun lebih memilih

terapi dengan menggunakan bahan-bahan dari alam daripada bahan kimia sintetik yang

memiliki efek samping. Salah satu bahan alami yang diketahui memiliki kandungan bahan

sebagai anti jamur adalah daun tanaman mimba (Azadirachta Indica Juss).

Tanaman mimba (Azadirachta Indica Juss), secara empiris telah dikenal oleh masyarakat

sebagai salah satu obat tradisional yang dapat mengatasi berbagai macam penyakit, seperti:

cacingan, kudis, malaria, infeksi jamur dan alergi. Ini menunjukkan bahwa mimba

mengandung komponen imunomodulator yang dapat memodulasi respons imun.

Tanaman mimba banyak ditemui di Indonesia, akan tetapi penggunaan daun mimba

sebagai obat masih sangat terbatas, karena masih sedikitnya informasi dan hasil penelitian

yang mendukung. Oleh karena itu, penelitian-penelitian lebih lanjut yang mengungkap

tentang potensi daun mimba sebagai tanaman obat diperlukan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah aktivitas fagositosis monosit oleh daun tanaman mimba (Azadirachta Indica

Juss) terhadap Candida Albicans?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui aktivitas fagositosis monosit oleh daun tanaman mimba (Azadirachta Indica

Juss) terhadap Candida Albicans.

1.4 Manfaat Penelitian

1.3.1 Memberikan informasi mengenai manfaat tanaman obat tradisional khususnya daun

tanaman mimba (Azadirachta Indica Juss) terhadap aktivitas sel-sel monosit.

1.3.2 Memberikan informasi mengenai konsentrasi daun mimba (Azadirachta Indica Juss)

yang paling efektif dalam mempengaruhi fagositosis monosit terhadap C. albicans

secara in vitro.