27
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data statistik, peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia begitu cepat. Apalagi, ternyata dasar penularan awal epidemi ini disebabkan oleh jarum suntik. Diperkirakan saat ini terdapat lebih dari 1,3 juta penderita HIV dan AIDS akibat jarum suntik. Jika terus berlanjut, maka diperkirakan pada tahun 2020 jumlah itu akan meningkat menjadi 2,3 juta orang. 46% di antaranya adalah pengguna narkoba suntik. Oleh karena itu, setiap hari di tataran masyarakat dan pemerintah Indonesia perlu bekerja sama melakukan penanganan secara cepat, membangun dan mengelola sistem jangka panjang, serta memperbaiki sistem pelayanan kesehatan dan distribusi yang lemah. Dan sebagai tenaga kesehatan, perawat sebagai mitra bagi dokter dan tenaga kesehatan lainnya perlu memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penatalaksanaannya sebagai bentuk tuntutan masyarakat agar penderita dan penyebaran HIV/AIDS dapat tertangani secara komprehensif. Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini selain merupakan tugas individu juga merupakan materi bahasan dalam mata kuliah Sistem Imun dan Hematologi . Dalam makalah ini akan dibahas tentang “AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome)” dan “Asuhan Keperawatan Pada AIDS” yang merupakan penyakit yang menyerang system kekebalan tubuh manusia, yang dapat memudahkan atau membuat rentan si pendertia terhadap penyakit dari luar

BAB I mamplam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

free

Citation preview

Page 1: BAB I mamplam

BAB IPENDAHULUAN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data statistik, peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia begitu cepat. Apalagi, ternyata dasar penularan awal epidemi ini disebabkan oleh jarum suntik. Diperkirakan saat ini terdapat lebih dari 1,3 juta penderita HIV dan AIDS akibat jarum suntik. Jika terus berlanjut, maka diperkirakan pada tahun 2020 jumlah itu akan meningkat menjadi 2,3 juta orang. 46% di antaranya adalah pengguna narkoba suntik. Oleh karena itu, setiap hari di tataran masyarakat dan pemerintah Indonesia perlu bekerja sama melakukan penanganan secara cepat, membangun dan mengelola sistem jangka panjang, serta memperbaiki sistem pelayanan kesehatan dan distribusi yang lemah. Dan sebagai tenaga kesehatan, perawat sebagai mitra bagi dokter dan tenaga kesehatan lainnya perlu memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penatalaksanaannya sebagai bentuk tuntutan masyarakat agar penderita dan penyebaran HIV/AIDS dapat tertangani secara komprehensif.

Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini selain merupakan tugas individu juga merupakan materi bahasan dalam mata kuliah Sistem Imun dan Hematologi . Dalam makalah ini akan dibahas tentang “AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome)” dan “Asuhan Keperawatan Pada AIDS” yang merupakan penyakit yang menyerang system kekebalan tubuh manusia, yang dapat memudahkan atau membuat rentan si pendertia terhadap penyakit dari luar maupun dari dalam tubuh. AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Immuno-deficiency Virus (HIV).

B. Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan Makalah ini yaitu :1. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian, analisa data,diagnosa keperawatan yang terjadi pada klien HIV/AIDS.2. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan klien dengan HIV/AIDS.

C. . Manfaat PenulisanManfaat yang di peroleh setelah membaca Makalah ini yaitu :1. Sebagai informasi tentang dampak yang ditimbulkan dari penyakit HIV AIDS.

Page 2: BAB I mamplam

2. Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penyakit HIV/AIDS3. Dapat memberikan asuhan keperawatan dengan klien HIV/AIDS

BAB IIPEMBAHASAN

a. Defenisi

Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”.

b. Anatomi Fisiologi

HIV (Human Immunodeficiency Virus) termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

c. Etiologi

Page 3: BAB I mamplam

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :• Periode jendela., Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi dengan gejala tidak ada.• Fase infeksi HIV primer akut, Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.• Infeksi asimtomatik, Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.• Supresi imun simtomatik, Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati dan lesi mulut.• AIDS, Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh,dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :• Lelaki homoseksual atau biseks. • Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.• Orang yang ketagian obat intravena.• Partner seks dari penderita AIDS.• Penerima darah atau produk darah (transfusi).

d. Patofisiologi

HIV masuk ke dalam tubuh manusia ↓ Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4 (Limfosit T4, Monosit, Sel dendrit, Sel Langerhans) ↓ Mengikat molekul CO4 ↓ Memiliki sel target dan memproduksi virus ↓ Sel limfosit T4 hancur ↓ Imunitas tubuh menurun ↓ Infeksi opurtinistik

↓ ↓ ↓ ↓

Page 4: BAB I mamplam

Sist Pernafasan Sist Pencernaan sistem integumen sistem neuro ↓ ↓ ↓ ↓ Peradangan pd infeksi jamur peradangan kulit infeksi SSP Jringan paru ↓ ↓ ↓ ↓ peradangan mulut timbul lesi/bercak kejang,nyeri Peningkatan ↓ ↓ kepala ↓ sesak,demam ↓ gatal,nyeri,bersisik perubahan Tdk efektif ↓ ↓ proses Gngguan pertukrn sulit menelan ,mual gangguan rsa nyaman pikir Gas ↓ ↓ ↓ Gngguan rsa nyaman suhu↑ intake kurang ↓ Gngguan pemenuhan Nutrisi

e. Manifestasi Klinis

Menurut WHO:

1. Gejala Mayor• Penurunan BB ≥ 10%• Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan• Diare kronis• Tuberkulosis

2. Gejala Minor• Koordinasi orofaringeal• Batuk menetap lebih dari 1 bulan• Kelemahan tubuh• Berkeringat malam• Hilang nafsu makan• Infeksi kulit generalisata• Limfodenopati• Herpes zoster• Infeksi herpes simplek kronis• Pneumonia

Page 5: BAB I mamplam

• Sarkoma kaposi

Manifestasi Klinis• Angiomatosis• Kandidiosis orofaringeal• Kandidiasis vulvovaginal• Displasisa leher rahim• Herpes zoster• Purpura idiopatik trombositopenik• Kandidiasis esophagus

f. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan darah awal untuk menentukan adanya infeksi HIV adalah enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) yang memeriksa menguji adanya anti boi. Ini adalah tes skrinning yang paling umum dilakukan. Jika pemeriksaan ini positif hal ini umumnya diulang lalu dikomfirmasi Western blot. Lamanya waktu antara infeksi dengan virus AIDS dan perkembangan antibodi tetap belum diketahui. Unutk alasan ini seseorang yang telah terpajan pada virus harus dilakukan pemeriksaan secara periodik unutk mengkonfirmasikan SK atau limfoma. Bronskopi, endoskopi, atau kolonoskopi mungkin amat penting juga untuk mendapatkan biopsijaringan pulmonal atau lesi-lesi saluran pencernaan.Skanning CT mungkin bermanfaat dalam menentukan luasnya Sk atau limfoma. Pencitraan neurologis radiografik umumnya dilakukan bagi pasien dengan gejala SSP. Akan tetappi, biopsi otak tetap hanya merupakan metode penentuan apakah lesi SSp di hubungkan dengan toksoplasmosis atau limfoma.

g. Komplikasi

a. Oral LesiKarena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

b. Neurologik• kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.

Page 6: BAB I mamplam

• Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.• Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.• Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV).

c. Gastrointestinal• Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.• Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.• Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.

d. Respirasiinfeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia,keletihan, dan gagal nafas.

e. DermatologikLesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik• Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan• Pendengaran : otitis eksternal aku

h. Penatalaksanaan

Respon biologis / aspek fisik

a. Universal precaution• Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh• Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan• Dekontaminasi cairan tubuh pasien• Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai.• Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan• Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman

Page 7: BAB I mamplam

b. Peran perawat dalam pemberian ARVTujuan terapi ARV:• Menghentikan replikasi HIV.• Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik.• Memperbaiki kualitas hidup.• Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV.

c. Pemberian nutrisiPasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral

d. Aktivitas dan istirahat

Respon adaptif psikologis• Pikiran positif tentang dirinya• Mengontrol diri sendiri• Rasionalisasi• Teknik perilaku

Respon sosial• Dukungan emosional• Dukungan penghargaan• Dukungan instrumental• Dukungan informatif

Respon spiritual• Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan• Pada mengambil hikmah• Kestabilan hati

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDSa. Kasus

Page 8: BAB I mamplam

Tn R dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn R adalah supir truk dan dia baru saja menikah dua tahun yang lalu. Tn R mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x hari dan BB menurun 7 kg dalam satu bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan. Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan,hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 11 gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl 11o mmol/L, protein 3,5 mmol/L. Hasil pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, HR 120x/mnt, RR 30 x/menit, T 39ᵒ C, konjungtiva anemis, sklera tak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing +/+.

b. Pengkajian

a. Riwayat PenyakitJenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang sanngat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes melitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai faktor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien.

b. Pemerikassaan Fisik

• Aktifitas/IstirahatGejala : Mudah lelah, intoleran activity, progresi malaise dan perubahan pola tidur.Tanda : kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas (perubahan TD dan RR )

• SirkulasiGejala : Penyembuhan yang lambat (anemia) dan perdarahan lama pada cedera.Tanda : perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat/sianosis dan perpanjangan pengisisan kapiler.

• Integritas dan EgoGejala : stress berhubungan dengan kehilangan, mengkuatirkan penampilan, mengingkari diagnosa, putus asa,dan sebagainya.Tanda : mengingkari, cemas, depresi,takut,menarik diri dan marah.

• EliminasiGejala : diare intermitten, terus –menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,nyeri panggul dan rasa terbakar saat miksi.

Page 9: BAB I mamplam

Tanda : feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal, perubahan jumlah, warna,dan karakteristik urin.

• Makanan/CairanGejala : anoreksia, mual muntah dan disfagia.Tanda : turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehaan gigi,gusi yang burukdan edema.

• HygieneGejala : tidak dapat menyelesaiakan AKSTanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

• NeurosensoriGejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan otot,tremor dan perubahan penglihatan.Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,tremor,kejang,hemiparesis dan kejang.

• Nyeri / KenyamananGejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala dan nyeri dada pleuritis.Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak dan pincang.

• PernafasanGejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk dan sesak pada dada.Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas dan adanya sputum.

• KeamananGejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam berulang dan berkeringat malam.Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum dan tekanan umum.

• SeksualitasGejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido dan penggunaan pil pencegah kehamilan.Tanda : Kehamilan dan herpes genetalia

• Interaksi SosialGejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian dan adanya trauma AIDSTanda : Perubahan interaksi

• Penyuluhan / Pembelajaran

Page 10: BAB I mamplam

Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan obat-obatan IV,merokok dan alkoholik.

c. Pemeriksaan DiagnostikTes Laboratorium Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).Tes antibody serumSkrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosaTes blot westernMengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Sel T limfositPenurunan jumlah total.

Sel T4 helperIndikator system imun (jumlah=200)

T8 ( sel supresor sitopatik )Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.

P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )Meningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi

Kadar IgMeningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal.

Reaksi rantai polimeraseMendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler

Tes PHSPembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif.

BudayaHistologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.Neurologis

Page 11: BAB I mamplam

EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru.Tes AntibodiJika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :1. Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif. 2. Western Blot AssayMengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)

3. Indirect ImmunoflouresencePengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.

4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )Mendeteksi protein dari pada antibody.

Data Dasar Nama : Tn. WUmur : 40 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAlamat : Jakarta

C . Analisa Data

DS : • Diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.• Tn. R mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari• Tn R mengatakan BB menurun 7 kg dalam satu bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan.

Page 12: BAB I mamplam

DO : • Hasil foto thorax, pleural effusion kanan• TD 120/80 mmHg, RR 30 x/mnt, HR 120x/mnt, T 39ᵒ C• Adanya suara tambahan yaitu : ronchi dan wheezing• Konjungtiva anemis.• Sklera tak ikterik.

Hasil LAB :• Hb 11 gr/dl• Leukosit 20.000/uL• Trombosit 160.000/uL• LED 30 mm• Na 98 mmoL/L• K 2,8 mmol/L• Cl 110 mmol/L

d. DiagnosaDiagnosa 1

DO : Adanya suara tambahan yaitu : ronchi dan wheezingDiagnosa : Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru d/d RR 30 x/menit,adanya suara tambahan wheezing,ronchi,anoreksia.Tujuan : pola pernafasan efektifKriteria Hasil : • nafas normal 20 x/menit• tidak ada suara nafas tambahan

Intervensi

Mandiri

1. Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru uang mengalami penurunan/kehilangan ventilasi dan munculnya bunyi adventisius mis : wheezing,ronchi2. Catat kecepatan/kedalaman pernafasan sianosis, pengguanaan otot aksesori dan munculnya dispnea.3. Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan pasien unutk berbalik, batuk, menarik nafas sesuai kebutuhan.

Kolaborasi

Page 13: BAB I mamplam

1. Pantau/buat kurva hasil pemeriksaan GDA/nadi oksimetri.2. Instruksi untuk menggunakan spirometer insentif.Lakukan fisioterapi dada, mis perkusi,vibrasi, dan drainase postural.3. Berikan tambahan Oksigen yang dilembabkan melalui cara yang sesuai mis: melalui klanula, masker, inkubasi.4. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi:• Antimikroba,mis trimetoprim (bactrim,septra)• Bronkodilator,ekspektoran,depresan batuk.

Rasional

Mandiri 1. Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi/infeksi pernafasan. Mis, atelektasis/pneumonia.2. Takipnea, sianosis,tak dapat beristirahat dan peningkatan nafas menunjukkan kesulitan pernafasan dan adanya kebutuhan unutk meningkatkan pengawasan/intervensi medis.3. Meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi atau infeksi yang di timbulkan karena atelektasis.

Kolaborasi1. Menunjukkan status pernafasan, kebutuhan perawat/ keefektifan pengobatan.2. Mendoong teknik pernfasan yang tepat dan meningkatkan pengembangan paru. Melepaskan sekresi, mengeluarkan mukus yang menyumbat unutk meningkatkan bersihan jalan nafas.3. Mempertahankan ventilasi/oksigenisasi efektif untuk mencegah/memperbaiki krisis pernapasan4. Rasional • Pilihan terapi tergantung pada situasi individu/infeksi organisme.• Mungkin diperlukan unutk meningkatkan/mempertahankan jalan nafas atau untuk membantu membersihkan sekresi.

Diagnosa 2DS :• Diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.• Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari

DO :• Na 98 mmoL/L• K 2,8 mmol/L• Cl 110 mmol/L

Page 14: BAB I mamplam

Diagnosa : Kekurangan volume cairan b/d output yang berlebih d/d diare berat,demam.Tujuan : Mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar elektrolit Kriteria Hasil : • Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa lembab• Turgor kulit baik• Tanda-tanda vital baik• Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari.

Intervensi

Mandiri

• Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan rasa haus.• Pantau masukan oral dan memasukkan cairan sedikitnya 2500 ml/hari• Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.• Berikan makanan yang membuat pasien berselera.

Kolaborasi • Berikan obat-obatan sesuai indikasi : antiemetikum, antidiare atau antispasmodik.• Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.• Berikan cairan/elektrolit melalui selang makanan atau IV.

Rasional

Mandiri• Indikator tidak langsung dari status cairan.• Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, melembabkan mukosa.• Mungkin dapat mengurangi diare.• Meningkatkan asupan nutrisi secara adekuat.

Kolaborasi • Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah keenceran feses mengurangi kejang usus dan peristaltik.• Mewaspadai adanya gangguan elektrolit dan menentukan kebutuhan elektrolit.• Diperlukan untuk mendukung volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tidak adekuat.

Diagnosa 3

DS : Tn.W mengatakan BB menurun 7 kg dalam 1 bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh.

Page 15: BAB I mamplam

DO :• Leukosit 20.000/uL• Trombosit 160.000/uL• LED 30 mm

Diagnosa : Resiko terhadap infeksi b/d imunodefisiensi d/d anoreksia,sariawan,demam

Tujuan : • Mengurangi resiko terjadinya infeksi• Mempertahankan daya tahan tubuhKriteria Hasil :• Mengidentifikasikan/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko infeksi.• Daya tahan tubuh meningkat

Intervensi

Mandiri • Pantau adanya infeksi : demam, mengigil, diaforesis, batuk, nafas pendek, nyeri oral atau nyeri menelan. • Ajarkan pasien atau pemberi perawatan tentang perlunya melaporkan kemungkinan infeksi. • Pantau jumlah sel darah putih dan diferensial • Pantau tanda-tanda vital termasuk suhu. • Awasi pembuangan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri.

Kolaborasi • Berikan antibiotik atau agen antimikroba, misal : trimetroprim (bactrim atau septra), nistasin, pentamidin atau retrovir.

Rasional

Mandiri • Deteksi dini terhadap infeksi penting untuk melakukan tindakan segera. Infeksi lama dan berulang memperberat kelemahan pasien.• Berikan deteksi dini terhadap infeksi.• Peningkatan SDP dikaitkan dengan infeksi• Memberikan informasi data dasar, peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi ang baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang tidak dapat disembuhkan.• Mencegah inokulasi yang tak disengaja dari pemberi perawatan.

Page 16: BAB I mamplam

kolaborasi• Menghambat proses infeksi. Beberapa obat-obatan ditargetkan untuk organisme tertentu, obat-obatan lainya ditargetkan untuk meningkatkan fungsi imun

Diagnosa 4 DS : Tn.W mengatakan BB menurun 7 kg dalam 1 bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh.DO : Protein 3,5 mmol/LDiagnosa : Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake kurang d/d anoreksia,diare,bising usus,penurunan berat badanTujuan : Pemenuhan nutrisi terpenuhiKriteria Hasil :• Mempertahankan berat badan .• Mendemonstrasikan keseimbangan nitrogen positif.• Bebas dari tanda-tanda malnutrisi .• Menunujukkan perbaikan tingkat energi.

Intervensi

Mandiri• Kaji kemampuan unutk mengunyah, merasakan, dan menelan.• Timbang berat badan sesuai kebutuhan . evaluasi berat badan dalam hal adanya berat badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran berat badan dan antrporemik.• Hilangkan rangsangan lingkungan yang berbahaya atau kondisi yang memperburuk reflek gag.• Berikan perawatan mulut yang terus menerus, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alkohol.• Kaji obat-obat terhadapa efek samping nutrisi.

Kolaborasi• Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium mis BUN, glukosa, fungsi Hepar, elektrolit, dll.• Konsultasi dengan tim pendukung ahli diet/gizi.

Rasional

• Lesi mulut, tenggorokan, da esofagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan unutk makan.• Indikator kebutuhan nutrisi/pemasukan yang adekuat. Cat : karena adanya penekanan sistem imun, maka beberapa tes darah yang umumnya di gunakan unutk menguji status nutrisi menjadi tidak berguna.

Page 17: BAB I mamplam

• Mengurangi stimulus pusat muntah di medulla.• Mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/munah, lesi oral, pengeringan mukosa, dan halitosis. Mulut yang bersih akan meningkatkan nafsu makan.• Profilaktik dan obat-obatan terapeutik mungkin memilki efek samping nutrisi, mis : AZT(pengubah rasa mual), bactrim (anoreksia,ketidakseimbangan glukosa), pentamidin (perubahan rasa/aroma).

Kolaborasi• Mengidintifikasikan status nutrisi dan fungsi organ dan mengidentifikasikan kebutuhan pengganti.• Menyediakan diet berdasarkan kebutuhan individu dengan rute yang tepat.

Diagnosa 5

DS : • Tn.W mengatakan BB menurun 7 kg dalam 1 bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh.• Diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.• Tn. R mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hariDiagnosa : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan poksia yang menyertai infeksi paru d/d RR 30 x/menit, anoreksia, lemas, konjugtiva anemis,pucatTujuan : Memperbaiki toleransi terhadap aktifitas.

Kriteria Hasil : • Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.

Intervensi • Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas• Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu• Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

Rasional • Respon bervariasi dari hari ke hari• Mengurangi kebutuhan energi• Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

Page 18: BAB I mamplam

BAB IIIPENUTUP

a. Kesimpulan

HIV adalah kuman yang sangat kecil, yang disebut virus yang tidak bisa terlihat oleh manusia. AIDS adalah penyakit yang berkembang kemudian, setelah seseorang terkena infeksi HIV, virus AIDS. Penularan HIV pada wanita terjadi melalui injeksi ,wanita homoseksual dan transfusi darah.Sedangkan penularan HIV pada bayi dan anak bisa melalui jalur vertical (ibu ke bayi), darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual pada anak), dan pemakaian alat kesehatan yang tidak steril. Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi. HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kondisi diasis oral, diare kronis.

b . Saran

1. Bagi yang belum terinfeksi virus HIV/AIDS sebaiknya : • Belajar agar dapat mengendalikan diri;• Memiliki prinsip hidup yang kuat untuk berkata “TIDAK” terhadap segala jenis yang mengarah kepada narkoba dan psikotropika lainnya.• Membentengi diri dengan agama;• Menjaga keharmonisan keluarga karena pergaulan bebas sering kali menjadi pelarian bagi anak – anak yang depresi.2. Bagi penderita HIV/AIDS sebaiknya : • Memberdayakan diri terhadap HIV/AIDS; • Mencoba untuk hidup lebih lama; • Mau berbaur dengan orang disekitarnya/lingkungan; • Tabah dan terus berdoa untuk memohon kesembuhan

Daftar PustakaDepartemen Kesehatan republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Meular Dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Nasional Terapi, 2004.Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan

Departemen RI, Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan Petugas Lainnya, Jakarta, 2003.

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000.

Page 19: BAB I mamplam

Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001.Umar Zein, 100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Anda Ketahui, USU Press, Medan, 2006.