BAB I imel.docx

Embed Size (px)

Citation preview

55

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahKelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini secara tidak langsung membuat manajemen bertanggung jawab terhadap kelangsungan entitas. Namun tanggungjawab tersebut juga berpotensi melebar ke auditor. Auditor memiliki suatu tanggungjawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya (Fanny dan Saputra, 2005). Auditor dapat memberikan opini going concern (opini modifikasi) jika ada keraguan perusahaan dalam menjalankan kelangsungan usahanya. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Konsep ini menganggap bahwa suatu perusahaan itu akan hidup terus. Dalam arti diharapkan agar tidak akan terjadi likuidasi dimasa yang akan datang. Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi perusahaan untuk rnelanjutkan usaha, kontrak-kontrak dan perjanjian-perjanjian (Zaki, 2004, dalam Dedi Kristianto 2008).

1Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Yang menjadi tanggung jawab auditor adalah opini yang diberikan, sementara isi dari laporan keuangan yang diaudit adalah merupakan tanggung jawab dari pihak manajemen. Terdapat lima opini yang diberikan oleh auditor dalam berdasarkan hasil pengauditan atas laporan keuangan kliennya yaitu unqualified opinion, unqualified opinion with explanation language, qualified opinion, adverse opinion, disclaimer opinion. Memburuknya citra perusahaan serta hilangnya kepercayaan dari kreditur akan menyulitkan perusahaan dalam hal tambahan dana guna membiayai operasional usahanya. Begitu juga dengan pelanggan, hilangnya pelanggan akan mengakibatkan terhentinya bisnis perusahaan. Apabila perusahaan tidak segera mengambil tindakan penanganan maka kebangkrutan usaha akan benar-benar terjadi.Opini going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan sehingga jika suatu perusahaan mengalami kondisi yang berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha, maka perusahaan tersebut dimungkinkan mengalami masalah untuk survive.Mutchler (1985) kriteria perusahaan akan menerima opini going concern apabila mempunyai masalah pada pendapatan yang menurun, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima opini going concern pada tahun sebelumnya, dalam proses likuiditas, pertumbuhan perusahaan, arus kas menurun, tingkat profitabilitas menurun, modal kerja yang menurun, 2 sampai 3 tahun berturut-turut rugi, laba ditahan negatif. Pertumbuhan perusahaan suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh pertumbuhan penjualan yaitu membandingkan penjualan periode ini dengan periode sebelumnya. Makin rendah nilai pertumbuhan penjualan menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat laba dari pertumbuhan penjualan. Semakin rendah pertumbuhan penjualan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Perusahaan yang memiliki laba yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan yang mengakibat diberikan opini audit going concern (Chen dan Church, 1992). Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan besar yang diukur dengan total aktiva memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang. Hasil penelitian McKeown membuktikan bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh negative signifikan pada opini audit going concern.Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Profitabilitas dapat diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak dibagi total aset (ROA). Semakin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya dan dapat memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern.Perkembangan perusahaan manufaktur dari tahuntahun dapat dilihat dari pertumbuhan internal perusahaannya salah satunya melalui kinerja keuangan dan prospek perusahaan di masa mendatang. Kondisi perusahaan yang terus berkembang dan semakin maju tentunya dapat tercermin dari semakin baiknya kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dan akan berdampak pada tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Perusahaan manufaktur dalam menjalankan operasionalnya mempunyai tujuan untuk untuk dapat menghasilkan laba perusahaan.Pada kenyataannya, tidak semua teori yang telah dipaparkan diatas sejalan dengan bukti empiris yang ada. Seperti yang terjadi dalam perkembangan industri manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 hingga 2011. Adapun besarnya nilai pertumbuhan penjualan, total asset dan ROA, dan opini audit going concern industri manufaktur listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 hingga 2011 adalah sebagai berikut :Tabel I.1Pertumbuhan Penjualan, Total Asset, ROAEMITENTahunPPTAROAGCAO

CPRO2009-16.378,702,005-2.340

2010-8.628,433,444-8.671

2011-0.115938,220,896-5.271

IIKP2009-62.03413,130-2.870

201034.71405,624-1.260

2011-0.7214388,600-5.110

WAPO2009-19.61207,4450,110

2010-65.48204,817-9,231

2011-0.3810191,031-4,071

DSFI2009-35.17138,808-71,001

2010-27.78146,168-2,221

2011-0.0405152,4343,181

Sumber : www.idx.co.id Dari tabel I.1 dapat dilihat bahwa beberapa perusahaan penurunan nilai pertumbuhan penjualan dari tahun 2009-2011, sementara teori yang dikemukakan oleh Chen dan Church, (1992:50) Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan.. Pada nilai ukuran perusahaan dari beberapa perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2009-2011, sedangkan teori yang diungkapkan oleh Chen dan Church (1992:55) menyatakan bahwa ukuran perusahaan besar yang diukur dengan total aktiva memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang.Sedangkan nilai ROA pada beberapa perusahaan mengalami kondisi yang buruk dari tahun 2009-2011 hal ini menggambarkan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk untuk menghasilkan laba sehingga menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya dan dapat memperbesar kemungkinan penerimaan opini going concern.Beberapa perusahaan diberi opini audit going concern dari tahun 209-2011, tidak diberi opini audit going concern yang diberi nilai 0 dan yang diberikan opini audit going concern diberikan nilai 1, dimana teori IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6 oleh beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern antara lain terjadinya kesulitan keuangan perusahaan, sebagai contoh kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktivaDari tabel I.1 dapat dilihat bahwa pada emiten DSFI nilai perptumbuhan penjualan, total asset dan ROA mengalami kenaikan dari tahun 2009-2011 hal ini menggambarkan bahwa kondisi keuangan perusahaan tersebut tidak mengalami kesulitan tetapi masih diberikan opini audit going concern, sementara teori IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6 oleh beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern antara lain terjadinya kesulitan keuangan perusahaan.Penelitian yang dilakukan oleh Arga (2007) dengan menggunakan lima variabel independen yaitu: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, dan modal kerja menyatakan bahwa hanya opini audit tahun sebelumnya yang positif berpengaruh terhadap opini audit going concern.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Adapun alasan pemilihan perusahaan manufakur karena transaksi perusahaan manufaktur lebih besar, lebih kompleks dan lebih bervariasi dibanding sektor lainnya. Judul penelitian ini adalah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

B. Identifikasi MasalahDari latar belakang masalah diatas maka identifikasi penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pada beberapa perusahaan terjadi penurunan dan kenaikan nilai pertumbuhan penjualan dari tahun 2009-2011 tetapi tidak diikuti oleh pemberian opini audit going concern.2. Pada beberapa perusahaan terjadi penurunan dan kenaikan nilai total asset dari tahun 2009-2011 tetapi tidak diikuti oleh pemberian opini audit going concern.3. Pada beberapa perusahaan terjadi penurunan dan kenaikan nilai ROA dari tahun 2009-2011 tetapi tidak diikuti oleh pemberian opini audit going concern.

C. Batasan dan Rumusan Masalah Batasan MasalahPada penelitian ini peneliti membatasi penelitian mengenai faktor pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan diukur dengan total asset, profitabilitas diukur dengan ROA yang mempengaruhi opini auditor atas kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Rumusan MasalahRumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Apakah ada pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?2. Apakah ada pengaruh total asset terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?3. Apakah ada pengaruh ROA terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?4. Apakah ada pengaruh pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, ROA terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan PenelitanAdapun tujuan dari penelitian ini adalah :1. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial pertumbuhan penjualan terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial total asset terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial ROA terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 4. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, ROA terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penelitiPenelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dan dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. 1. Bagi peneliti selanjutnyaHasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan para pembaca maupun sebagai salah satu bahan referensi atau bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya,1. Bagi investorHasil penelitian ini dapat digunakan bagi investor yang ingin berinvestasi agar mempunyai bahan pertimbangan.

BAB IILANDASAN TEORI

A. Uraian Teoritis1. Pengertian Opini AuditMenurut Mulyadi : Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian haisl-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit adalah proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam melaksanakan audit faktor-faktor berikut harus diperhatikan:1) Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi tersebut, 2) Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor, 3) 10Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit.4) Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.

2. Opini Audit Going Concerna. Pengertian Opini Audit Going Concern

Opini audit dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan yang dimaksud dalam standar pelaporan tersebut adalah meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan semua catatan kaki serta penjelasan dan tambahan informasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu dalam standar laporan auditor harus menyampaikan kepada pemakai laporan mengenai informasi yang menurut auditor perlu diungkapkan. Menurut Belkaoui (2006:271), going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas-aktivitasnya yang tiada henti. Dalil ini memberi gambaran bahwa entitas diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju arah likuidasi. Suatu operasi yang berlanjut dan berkesinambungan diperlukan untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit pada suatu perioda mempunyai sifat sementara, sebab masih merupakan suatu rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan. Rahayu (2007) menyatakan bahwa istilah going concern dapat diinterpretasikan dalam dua hal, yang pertama adalah going concern sebagai konsep dan yang kedua adalah going concern sebagai opini audit. Sebagai konsep, istilah going concern dapat diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka panjang. Sebagai opini audit, istilah opini going concern menunjukkan auditor memiliki kesangsian mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya di masa mendatang.Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan. Adalah tanggung jawab utama direktur untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan Gray & Manson (2000) dalam Setiawan (2006). Opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh auditor dalam memberikan opini going concern adalah meramalkan apakah auditee akan mengalami kebangkrutan atau tidak. Ross et al. (2002) menyatakan indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami financial distress, yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Financial distress akan menyebabkan perusahaan mengalami arus kas yang negatif, rasio keuangan yang buruk, dan kegagalan untuk membayar kewajiban. Pada akhirnya, financial distress ini akan mengarah pada kebangkrutan perusahaan sehingga kelangsungan usaha perusahaan diragukan. Selain itu, beberapa peneliti di antaranya Mutchler et al. (1997), Louwers (1998), Geiger dan Raghunandan (2002), Geiger dan Rama (2006), Januarti (2009) menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure juga memengaruhi penerimaan opini audit going concern. Oleh karena itu, kajian atas opini audit going concern dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor seperti likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure.Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (IAI, 2001: SA Seksi 341.1 paragraf 1). Menurut dalam Asmara (2011) masalah going concern terbagi dua, yaitu: masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi. Audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang (Lenard dkk, 1998 dikutip oleh Praptitorini dan Januarti, 2007).

b. Faktor mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concernArens dan Lobbecke (1996:52) menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan adalah (1) kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, (2) ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo dalam jangka pendek, (3) kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi dan banjir atau masalah perburuhan yang tidak biasa, serta (4) perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sering terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.Secara umum, contoh kondisi dan peristiwa jika di pertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu yang pantas adalah sebagai berikut (IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6):1) Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting yang jelek.2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.4) Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan perrusahaan untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.

3. Pertumbuhan PenjualanPertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga manajemen perlu untuk mengambil tindakan perbaikan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Penjualan perusahaan yang meningkat dari tahun ke tahun memberi peluang perusahaan untuk memperoleh peningkatan laba. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan perusahaan akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Setyarno dkk., 2006).Didalam melakukan penjualan perusahaan mempunyai tujuan dalam penjualannya yaitu dengan adanya peningkatan atau pertumbuhan penjulan perusahaan. Pertumbuhan Penjualan sangatlah diinginkan oleh perusahaan karena Pertumbuhan Penjualan mencerminkan suatu pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan Penjualan dapat diartikan sebagai perubahan penjualan per tahun. Menurut Indrawati dan Suhendro (2006), pertumbuhan penjualan adalah perubahan total penjualan perusahaan. Menurut Devie (2003), pertumbuhan penjualan dalam manajemen keuangan diukur berdasar perubahan penjualan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa pertumbuhan yang seharusnya (Sustainable Growth Rate) dengan melihat keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan.Menurut Ratnawati (2007), pertumbuhan penjualan yang berkelanjutan adalah tingkat dimana penjualan perusahaan dapat tumbuh tergantung pada bagaimana dukungan asset terhadap peningkatan penjualan. Selain melalui tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan dapat juga diukur dari pertumbuhan aset atau dengan kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan investasi (Investment Opportunity Set). Murni dan Andriana (2007) menyatakan, pendekatan pertumbuhan penjualan merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang dan dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan perubahan total pertumbuhan penjualan.Pertumbuhan Penjualan adalah perubahan penjualan pada laporan keuangan per tahun. Pertumbuhan berkaitan dengan bagaimana terjadinya stabilitas peningkatan penjualan kedepan. Pertumbuhan Penjualan yang di atas rata-rata bagi suatu perusahaan pada umumnya didasarkan pada pertumbuhan cepat yang diharapkan dan industri dimana perusahaan beroperasi. Pertumbuhan Penjualan suatu produk sangat tergantung dari daur hidup produk (Fabozzi 2000, Hal. 881). Menurut Amstrong (2002: 327) ada empat tahap daur hidup produk yang mempengaruhi Pertumbuhan Penjualan, yaitu:a. Tahap IntroduksiTahap ini mulai ketika produk baru pertama kali diluncurkan. Hal ini membutuhkan waktu, dan Pertumbuhan Penjualan cenderung lambat. Dalam tahap ini kalau dibandingkan dengan tahap-tahap yang lain, perusahaan masih merugi atau berlaba kecil karena penjualan yang lambat dan biaya distribusi serta promosi yang tinggi.b. Tahap PertumbuhanPada tahap ini Pertumbuhan Penjualan meningkat dengan cepat, laba meningkat, karena biaya promosi dibagi volume penjualan yang tinggi, dan juga karena biaya produksi per unit turun.c. Tahap Menjadi DewasaTahap dewasa ini berlangsung lebih lama daripada tahap sebelumnya dan memberikan tantangan kuat bagi manajemen pemasaran. Penurunan Pertumbuhan Penjualan menyebabkan banyak produsen mempunyai banyak produk untuk dijual.d. Tahap PenurunanPenjualan menurun karena berbagai alasan, termasuk kemajuan teknologi, selera konsumen berubah, dan meningkatnya persaingan ketika penjualan dan laba menurun, beberapa perusahaan mundur dari pasar. Perusahaan yang masih bertahan dapat mengurangi macam produk yang ditawarkannya. Pertumbuhan Penjualan suatu produk dari emiten tergantung dari daur hidup produk. Jika Pertumbuhan Penjualan per tahun meningkat, investor akan percaya terhadap emiten, bahwa emiten akan memberikan keuntungan di masa depan. Kondisi tersebut terjadi jika informasi yang diperoleh investor sempurna. Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan Pertumbuhan Penjualan merupakan perubahan penjualan per tahun yang stabil. Jika Pertumbuhan Penjualan per tahun meningkat, investor akan percaya terhadap emiten bahwa emiten akan memberikan keuntungan dimasa depan.Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan perusahaan membagikan dividen lebih konsisten dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah4 (Hatta, 2002). Secara matematis pertumbuhan penjualan dapat dirumuskan sebagai berikut: Pertumbuhan penjualan = penjualan periode ini-penjualan periode sebelumnya Penjualan periode sebelumnya 4. Ukuran PerusahaanUkuran perusahaan merupakan besar atau luasnya suatu perusahaan dan merupakan suatu indikator yang dapat menunjukkan kondisi atau karakteristik suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu besar atau kecil perusahaan tersebut. Keown dkk (2002) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar. Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil.Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mangenai pentingnya informasi, baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan (Almilia dan Setiady, 2006: 4). Perusahaan yang lebih besar memiliki pengendalian internal yang lebih kuat dan akan mengurangi kecenderungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan memampukan auditor untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas serta melakukan pekerjaan intern. Selain itu, manajemen dari perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Sehingga perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal. Bahwa manajemen perusahaan besar mungkin memiliki insentif untuk mengurangi baik audit delay dan dilaporkan penundaan karena perusahaan yang lebih besar dapat dipantau lebih dekat oleh investor, serikat buruh dan badan pengatur, dan dengan demikian menghadapi tekanan eksternal yang lebih besar untuk melaporkan sebelumnya (Hossain dan Taylor: 1998, 10). Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan total asset sebagai proksi ukuran perusahaan5. Rasio ProfitabilitasRasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir 2008:196). Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas (Profitability Ratio). Berikut ini adalah beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut : a) Gross Profit MarginRasio Gross Profit Margin atau margin keuntungan kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross Profit Margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka Gross Profit Margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Formulasi dari Gross Profit Margin (GPM) adalah sebagai berikut:

(Wild, 2005, Hal. 42) b) Net Profit MarginNet Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain ratio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Formulasi dari Net Profit Margin adalah sebagai berikut:

(Wild, 2005, hal. 42) c) Return on AssetReturn on Investment atau Return on Assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Analisa Return on Asset (ROA) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return on Asset (ROA) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on Asset (ROA) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian Return on Asset (ROA) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). Sebutan lain untuk rasio ini adalah Net Operating Profit Rate of Return atau Operating Earning Power (Munawir 1995 : 89). Formulasi dari Return on Asset atau ROA adalah sebagai berikut:

(Wild, 2005, Hal. 41) d) Return on EquityReturn on Equity atau Return on Net Worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Formulasi dari Return on Equity atau ROE adalah sebagai berikut:

(Wild, 2005, Hal. 41)Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas : 1. Profit Margin, yaitu perbandingan antara Net Operating Income dengan Net Sales. 2. Turnover of Operating Assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu.

B. Kerangka KonseptualOpini going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan sehingga jika suatu perusahaan mengalami kondisi yang berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha, maka perusahaan tersebut dimungkinkan mengalami masalah untuk survive.Mutchler (1985) kriteria perusahaan akan menerima opini going concern apabila mempunyai masalah pada pendapatan yang menurun, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima opini going concern pada tahun sebelumnya, dalam proses likuiditas, modal yang negatif, pertumbuhan perusahaan arus kas menurun, tingkat profitabilitas menurun, modal kerja yang menurun, 2 sampai 3 tahun berturut-turut rugi, laba ditahan negatif. Pertumbuhan perusahaan suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh pertumbuhan penjualan yaitu membandingkan penjualan periode ini dengan periode sebelumnya. Makin rendah nilai pertumbuhan penjualan menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat laba dari pertumbuhan penjualan. Semakin rendah pertumbuhan penjualan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Perusahaan yang memiliki laba yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan yang mengakibat diberikan opini audit going concern (Chen dan Church, 1992). Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan besar yang diukur dengan total aktiva memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang. Hasil penelitian McKeown membuktikan bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh negative signifikan pada opini audit going concern. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Profitabilitas dapat diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak dibagi total aset (ROA). Semakin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya dan dapat memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern.Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pertumbuhan penjualan

Ukuran PerusahaannOpini Audit Going Concern

ROA

Gambar II.1Kerangka Konseptual

C. HipotesisAdapun Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Ada pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?2. Ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?3. Ada pengaruh ROA terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? 4. Ada pengaruh pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, ROA terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?

BAB IIIMETODE PENELITIIAN

A. Pendekatan PenelitianPendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar (2003:30), penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan anatara satu variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengeruhi variabel lain.

B. Defenisi OperasionalPenelitian ini menggunakan dua variabel dependen dan satu variabel independen. Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan dalam manajemen keuangan diukur berdasar perubahan penjualan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa pertumbuhan yang seharusnya (sustainable growth rate) dengan melihat keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan.Pertumbuhan penjualan = penjualan periode ini-penjualan periode sebelumnya Penjualan periode sebelumnya2. Ukuran Perusahaan

27Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mangenai pentingnya informasi, baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan.3. ROAReturn on Asset (ROA) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

4. Opini Audit Going ConcernOpini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam penelitian ini Opini Audit Going Concern diukur dengan menggunakan skala dummy, dimana apabila perusahaan yang mendapatkan opini audit going concerrn akan diberikan nilai 1 dan tidak yang diberikan opini audit going concern diberikan 0.

C. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat dan waktu penelitian sebagai berikut : Tempat : Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Waktu : Penelitian ini dimulai dari bulan Mei 2012 hingga selesai

Tabel 3.1Waktu PenelitianJadwal kegiatanBulan Pelaksanaan 2012

MeiJuniJuliAgustusSeptemberOktober

123412341234123412341234

1.Pengajuan judul

2.Pembuatan Proposal

3. Bimbingan Proposal

4. Seminar Proposal

5.Pengumpulan Data

6. Bimbingan Skripsi

7. Sidang Meja Hijau

D. Populasi dan Sampel1. Populasi PenelitianPopulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek / subjek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiono, 2004 : 72). Populasi dalam penelitian ini adalah 151 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. (lampiran 1)2. Sampel penelitianMenurut Sugiono (2008 : 116) : sampel adalah sebagian dari jumlah dan karekteristik yang dimilkki oleh populasi tersebut. Jadi sampel merupakan sebagian dari populasi untuk mewakili karakteristik populasi yang diambeiluntuk keperluan penelitian. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dari Bursa Efek Indonesia yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEIMenurut yamane dalam rahmat (2000:82) rumus yang digunakan untuk penarikan sampel penelitian

n = SampelN = Populasid = Nilai presisi 95% atau Sig 0,05. PerusahaanTotal

Industri Kimia60

Aneka Industri38

Food And Beverages14

Rokok3

Farmasi9

Kosmetik 4

Rumah Tangga3

Total Perusahaan Manufaktur131

www.idx.co.idJumlah populasi adalah 131 dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5% maka jumlah sampel yang digunakan adalah N= 131/131 (0.05) + 1 = 109Pertimbangan yang dimaksud adalah criteria dari sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yang akan dilakukan sesuai dengan beberapa pertimbangan. Kiteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Perusahaan tersebut memiliki data yang akurat lengkap, dan telah menerbitkan laporan keuangan selama 3 tahun berturut-turut (2009-2011).2. Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba dan rugi secara konsisten dari tahun 2009-20113. Perusahaan yang diberikan dan tidak diberi opini audit going concernBerdasarkan kriteria penarikan sampel tersebut maka yang dijadikan Sampel penelitian adalah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang sesuai dengan kriteria penarikan sampel diatas sebagai berikut : Tabel III.2Data Sampel PenelitianNoEmitenNama Perusahaan

1IIKPPT. Inti Agro Resource Tbk

2CPROPT. Central Proteinaprima Tbk

3WAPOPT Wahana Phonix Mandiri Tbk

4DSFIPT Dharma Samudra Fishing Industries Tbk

5SSTMPT Sunson Textile Manufacturer Tbk

6UNTRPT United Tractor Tbk

7ARGOPT Argo Pantes Tbk

8RICYPT Ricky Putra Globalindo Tbk

9INRUPT Toba Pulp Lestari Tbk

10BISIPT Bisi International Tbk

11HITSPT Humpuss Intermoda Tbk

12ZBRAPT Zebra Nusantara Tbk

13WICOPT Wicaksana Overseas International Tbk

14UNICPT Unggul Indah Cahaya Tbk

15JKSWPT Jakarta Kyoei Steel Works

16BIMAPT Primarindo Asia Infrastructure Tbk

17PBRXPT Pan Brothers Tex Tbk

18MYOHPT Myoh Technology Tbk

19AKKUPT Alam Karya Unggul Tbk

20INAIPT Indal Aluminium Industry Tbk

21INTDPT Inter Delta Tbk

22PTSNPT Sat Nusapersada Tbk

23PSABPT J Resources Asia Pasifik Tbk

24TIRAPT Tira Austenite Tbk

25TRIMPT Yulie Sekurindo Tbk

26ATPKPT ATPK Resources Tbk

27KICIPT Kedaung Indah Can Tbk

28KBLMPT Kabelindo Murni Tbk

29AMFGPT Asahimas Flat Glass Tbk

30KARWPT Karwell Indonesia Tbk

. Sumber : www.idx.co.id E. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi dokumentasi yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder berupa catatancatatan, laporan keuangan, maupun informasi lainnya yang terkait dengan lingkup penelitian ini. Data penelitian mengenai komisaris independen dan kepemilikan institusional, manajemen laba diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

F. Teknik Analisis DataDalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 15. Sebelum data dianalisis, maka untuk keperluan analisis data tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji statistik deskriptif dan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis

1. Statistik DeskriptifAnalisis deskripsi merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan keadaan data secara umum. Analisis deskripsi ini meliputi beberapa hal sub menu deskriptif statistik seperti frekuensi, deskriptif, eksplorasi data, tabulasi silang dan analisis rasio yang menggunakan Minimum, Maksimum, Mean, Median, Mode, Standard Deviasi. 2. Pengujian Asumsi KlasikModel regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Asumsi klasik regresi meliputi (Imam Ghozali dalam Sugiyono, 2002). 1) Uji Normalitas DataUji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain: analisis grafik dan analisis statistik. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya: Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal (menyerupai lonceng), regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas 2. Analisis regresi logistik Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal). Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Singgih, 2010, hal.206). Pengujian dilakukan pada tingkat signifikasi () 5 persen. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Singgih, 2010, hal.206). Singgih (2010, hal.206) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedasitiy, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennnya. Pengujian regresi logistik dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menilai Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit Test. Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah : H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha : Ada perbedaan antara model dengan data Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Singgih, 2010).

b. Menilai keseluruhan model (overall model fit) Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah : H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan degree of freedom n q, dimana q adalah parameter dalam model, output SPSS akan memberikan dua nilai -2LogL, yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan yang kedua untuk model dengan konstanta dan variabel bebas. Dengan alpha 5%, cara menilai modelfit ini adalah sebagai berikut : 1. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data. 2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data. Adanya pengurangan nilai antara - 2LogL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian "Sum of Square Error" pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.

c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabelvariabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Singgih, 2010, hal.206). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya.

d. Matrik Klasifikasi Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification Table.

e. Pengujian Regresi Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (5%). Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi 5%) maka Ha dapat diterima, yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, bila asymtotik signifikan > dari 0,05 (tingkat signifikansi 0,05) maka Ha tidak dapat diterima, yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Adapun rumus dari regresi linier berganda (multiple liner regresion) adalah sebagai berikut : Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + eDimana : Y = Opini Audit Going Concern (Skala Dummy)1= Diberi opini audit going concern0= tidak diberi opini audit going concernX1 = Pertumbuhan PenjualanX2 = Total AssetX3 = ROAa = Konstanta b1,b2,b3 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen e = Faktor error4. Pengujian Hipotesisa. Uji F Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Tahapan uji F sebagai berikut:1). Merumuskan hipotesisH0 : tidak ada pengaruh pertumbuhan penjualan, total aset, ROA terhadap opini audit going concern.H1 : ada pengaruh pertumbuhan penjualan, total aset, ROA, terhadap opini audit going concern2). Membandingkan hasil Fsig dengan sig 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:Jika F sig > 0,05 Ho diterima H1 ditolakJika F sig < 0,05 H1 diterima H0 ditolakb. Uji tUji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yang terdiri komisaris independen dan kepemilikan institusional, terhadap manajemen laba. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji ini adalah sebagai berikut :1). Merumuskan hipotesisH0 : tidak ada pengaruh pertumbuhan penjualan, total aset, ROA, terhadap opini audit going concern.H1 :ada pengaruh pertumbuhan penjualan, total aset, ROA, terhadap opini audit going concern.Jika t sig > 0,05 Ho diterima H1 ditolakJika t sig < 0,05 H1 diterima H0 ditolak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian1. Deskripsi Data1.1. Deskripsi ObjekPerusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang menjual produknya yang dimulai dengan proses produksi yang tidak terputus mulai dari pembelian bahan baku, proses pengolahan bahan hingga menjadi produk yang siap dijual. Dimana hal ini dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut sehingga membutuhkan sumber dana yang akan digunakan pada aktiva tetap perusahaan. Perusahaan manufaktur lebih membutuhkan sumber dana jangka panjang untuk membiayai operasi perusahaan mereka salah satunya dengan investasi saham oleh para investor.

39Perkembangan perusahaan manufaktur dari tahuntahun dapat dilihat dari pertumbuhan internal perusahaannya salah satunya melalui kinerja keuangan dan prospek perusahaan di masa mendatang. Kondisi perusahaan yang terus berkembang dan semakin maju tentunya dapat tercermin dari semakin baiknya kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dan akan berdampak pada tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Perusahaan manufaktur dalam menjalankan operasionalnya mempunyai tujuan untuk untuk dapat menghasilkan laba perusahaan. Perusahaan manufaktur yang mampu menghasilkan laba setiap tahunnya diharapkan mampu membagikan dividen kepada para investor sebagai pemegang saham. Bagi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia kebijakan pembayaran dividen merupakan salah satu keputusan penting yang dipertimbangkan karena berkaitan dengan kepentingan investor sebagai pemegang saham dan perusahaanSemua perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi selayaknya berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka meningkatkan daya saing baik dipasar domestik maupun pasar global. Jika perkembangan perusahaan manufaktur tersebut tidak didukung oleh pengawasan yang ketat, maka hal ini dapat menimbulkan banyak permasalahan dalam dunia manufaktur seperti penyalahgunaan penyaluran kredit yang akhirnya menjadi kredit macet, sehingga perusahaan manufaktur tersebut mengalami masalah likuiditas yang parah, akhirnya mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut (going concern) akibatnya menjadikan perusahaan tersebut mengalami pailit (dilikuidasi)Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri yang menghasilkan produk untuk di konsumsi masyarakat setiap harinya sesuai kebutuhan masing-masing rumah tangga, meskipun sebagian produknya bukan merupakan kebutuhan dasar. Industri manufaktur terdiri dari : Makanan dan Minuman, Rokok, Farmasi, Kosmetik dan Barang Rumah Tangga, dan Peralatan Rumah Tangga, otomotif. agrikultur. Di Bursa Efek Indonesia terdapat 150 perusahaan industri manufaktur, tetapi hanya 30 perusahaan industri manufaktur yang menjadi sampel pada penelitian ini.

Tabel IV.1Data Pertumbuhan Penjualan, Total Aset, ROA, GCAOEmitentotal asetGrowthROAGCAO

200920102011200920102011200920102011200920102011

IIKP413130405624388600-62,0334,71-0,72144-2,87-1,26-5,11011

CPRO870200584334448220896-16,37-8,62-0,11593-2,34-8,67-5,27000

WAPO207445204817191031-19,61-65,48-0,381030,11-9,23-4,07011

DSFI138808146168152434-35,17-27,78-0,0405-71-2,223,18111

SSTM877231872459806131-20,914,55-0,506624,851,611,3111

UNTR2440482829700914407777864,827,64-0,3136122,3117,048,52111

ARGO146105614282341601785-30,85-12,01-0,30096-6,74,08-0,68111

RICY5997196133236420953,514,256,220,812,322,44111

INRU279633726144742906348-41,2518,66-6,19-4,07-1,470,95111

BISI14120751363277137209451,9514,41-0,262869,0512,949,55111

HITS2164501175922915314025,9560,44-0,034661,26-37,03-6,98011

ZBRA70587621995672813,422,74-0,35019-17,16-20,01-16,15111

WICO2184372132891897861,1516,05-0,293223,53-0,142,16111

UNIC225135422769302544905-29,3521,3929,741,961,7712,54111

JKSW2709672899882871328,21-11,91-21,560,560,720,92111

BIMA948818727591528-14,7232,73-42,6433,0314,335,15111

PBRX8195658872841515038-9,36-10,39524,34,985,96111

MYOH754769313062-24,0817,07-4,88-14,5-8,284,97111

AKKU324962838011767-58,2515,1-12,92-24,63-9,33-54,88111

INAI470416389007544282-26,69-1,9620,47-2,276,295,63111

INTD350694258757331-4,813,0135,15-1,685,6115,2111

PTSN899685825567756920-7,1410,02-6,82-5,3-1,68-1,23111

PSAB14860144811173719,791,36-0,13341-0,450,90,66111

TIRA201789217837223874-6,5212,9710,352,954,225,92111

TRIM938382858288693004-34,74-8,04-0,293032,82,41,93111

ATPK172325147158114143-91,96215,14130,502583-17,57-12,4-9,51111

KICI842778594287419-10,93-2,688,33-4,675,030,66111

KBLM354781403195642955-44,1780,0759,37-0,381,453,96111

AMFG197239723726572463527-14,4126,83-0,519254,6418,58,21111

KARW1019337364813173-74,6-44,41-35,99-6,97-13,8341,56111

2. Analisis Data 2.1. Statistik DeskriptifMenurut Imam Ghozali (2006), statistic deskriptif dapat mendeskriptifkan suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness. Pengujian statistic deskriptif merupakan proses analisis yang merupakan proses menyeleksi data sehingga data yang akan dianalisis memiliki distribusi normal. Deskripsi masing-masing variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel IV. 2 dibawah. Tabel IV.2Hasil Uji Statistik Deskriptif NMinimumMaximumMeanStd. Deviation

PP90-91,96215,14-,515836,49128

TotalAsset903062,0040777786,001976804,46675897308,58115

ROA90-71,00341,562,508438,57515

GCAO90,001,00,9333,25084

Valid N (listwise)90

Sumber : Data diolah SPSS 2013

Dari hasil pengujian statistic deskriptif pada tabel IV.1 diatas dapat diketahui : Pertumbuhan penjualan memiliki nilai minimum sebesar -91,96. Dengan demikian batas nilai bawah adalah sebesar -91,96 Opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar 0.00 Dengan demikian batas nilai bawah. total asset memiliki minimum 3062,00 Dengan demikian batas nilai bawah. ROA memiliki niliai minimum -71,00 Dengan demikian batas nilai bawah. Pertumbuhan penjualan memiliki nilai maximum sebesar 215,14. Dengan demikian batas nilai atas 215,14. Opini audit going concern memiliki nilai maksimum sebesar 1.00. total asset memiliki maksimum 40777786,00 Dengan demikian batas nilai atas 40777786,00. ROA memiliki niliai maksimum 341,56 Dengan demikian batas nilai atas 341,56.Pertumbuhan penjualan memiliki nilai rata-rata sebesar -0,5158. Opini audit going concern memiliki nilai mean sebesar 0.9333. total asset memiliki rata-rata 1976804,4667 dengan demikian batas nilai rata-rata 1976804,4667. ROA memiliki niliai rata-rata 2,5084 Dengan demikian batas nilai rata-rata 2,5084 Pertumbuhan penjualan memiliki nilai standar deviasi 36,49128 dengan demikian batas penyimpangan nilai pertumbuhan penjualan 36,49128, opini audit going concern memiliki nilai standar deviasi sebesar 0,25084 demikian batas penyimpangan nilai opini audit going concern 0,25084. Total asset memiliki standar deviasi 5897308,58115 dengan demikian batas nilai standar deviasi 5897308,58115. ROA memiliki niliai standar deviasi 38,57515 Dengan demikian batas nilai standar deviasi 38,57515.

3. Pengujian Regresi Logistik 3.1. Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model. Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit-test statistics sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan dengan nilai observasinya, sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya (Singgih, 2010).Tabel IV.3Hosmer and Lemeshow TestStepChi-squareDfSig.

17,4528,489

Pengujian menunjukkan nilai Chi-square sebesar 7.452 dengan signifikansi (p) sebesar 0.489. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya.3.2. Menilai Kesuluruhan ModelLangkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model (overall model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara - 2LL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Singgih, 2010).Tabel IV. 4Iteration History(a,b,c)Iteration-2 Log likelihoodCoefficients

ConstantConstant

Step 0150,0881,733

244,4682,388

344,0912,614

444,0872,639

544,0872,639

a Constant is included in the model.b Initial -2 Log Likelihood: 44,087c Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Tabel IV. 5Iteration History(a,b,c,d)Iteration-2 Log likelihoodCoefficients

ConstantPPAssetROAConstant

Step 1148,9741,777,004,000,001

242,0912,511,010,000,003

341,0492,880,017,000,006

440,9922,988,020,000,007

540,9922,996,020,000,008

640,9922,996,020,000,008

a Method: Enterb Constant is included in the model.c Initial -2 Log Likelihood: 44,087d Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

3.3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,087 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 8,7%, sedangkan sisanya sebesar 91,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.Tabel IV.6Nagelkerke R SquareStep-2 Log likelihoodCox & Snell R SquareNagelkerke R Square

140,992(a),034,087

a Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

3.4. Uji MultikolinearitasRegresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen di dalam penelitian ini likuiditas. Tabel 4.7 menunjukkan korelasi variabel independen di dalam penelitian ini. Matrik korelasi ditabel ini menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas yang serius variabel bebas, sebagaimana terlihat dari nilai korelasi variabel bebas masih jauh di bawah 0,8.Tabel IV.7Correlation Matrix ConstantPPAssetROA

Step 1Constant1,000,470-,446,085

PP,4701,000-,192-,222

Asset-,446-,1921,000-,189

ROA,085-,222-,1891,000

3.5. Matriks KlasifikasiMatriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini going concern oleh perusahaan.Tabel IV.8Classification Table(a) ObservedPredicted

GCAOPercentage Correct

,001,00,00

Step 0GCAO,0006,0

1,00084100,0

Overall Percentage 93,3

a Constant is included in the model.b The cut value is ,500

a The cut value is .500

Tabel 4.8 di atas menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit concern pada 100% dapat dilihat dari total 30 sampel yang menerima opini audit going concern 30 di antaranya layak untuk mendapatkan opini audit going concern berdasarkan prediksi model regresi. Kekuatan model prediksi untuk penerima opini audit non going concern adalah sebesar 93.3% yang berarti bahwa dengan model regresi yang diajukan sebanyak 30 sampel yang diprediksi akan menerima opini audit non going concern dari total 1 sampel yang menerima opini audit non going concern. Secara keseluruhan model regresi ini dapat mempredikasi penerimaan opini audit going concern dan opini audit non going concern dengan kekuatan prediksi sebesar 93.3%.

4. Pengujian Hipotesis Regresi LogistikPengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel bebas yaitu pertumbuhan penjualaan, total asset, dan ROA terhadap opini audit going Concern dengan menggunakan hasil uji regresi yang ditunjukkan dalam variabel in the equation. Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat variables in the equation, pada kolom significant dibandingkan dengan tingkat kealphaan 0.05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0.05, maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan sebaliknya apabila tingkat signifikansi > 0.05, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.Tabel IV. 9Uji t BS.E.WaldDfSig.Exp(B)95,0% C.I.for EXP(B)

LowerUpper

Step 1(a)PP,020,0151,7181,0051,020,9901,050

Asset,000,0001,7231,0011,0001,0001,000

ROA,008,022,1171,0031,008,9641,053

Constant2,996,54230,5351,00020,003

a Variable(s) entered on step 1: PP, Asset, ROA.

.

Tabel IV.10Uji F

Model Sum of SquaresDfMean SquareFSig.

1Regression,1893,0631,002,001(a)

Residual5,41186,063

Total5,60089

a Predictors: (Constant), ROA, Asset, PPb Dependent Variable: GCAO

Tabel 4.9 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat signifikasi 5 persen. Berdasarkan tabel 4.9, diperoleh hasil pertumbuhan penjualan memiliki koefisien dengan tingkat signifikansi 0.005 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang buruk berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.Hasil total asset memiliki koefisien dengan tingkat signifikansi 0.001 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa total asset berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan dengan total aset yang buruk berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.Hasil ROA memiliki koefisien dengan tingkat signifikansi 0.003 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan dengan ROA yang buruk berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F atau secara simultan dengan tingkat signifikansi 0,001 < 0,05, hal ini berarti bahwa pertumbuhan penjualan, total aset, dan ROA diuji secara simultan bahwa terdapat pengaruh terhadadap opini audit going concern.

B. PembahasanNilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,087 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 8,7%, sedangkan sisanya sebesar 91,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.1. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap GCAOBerdasarkan tabel 4.9, diperoleh hasil pertumbuhan penjualan memiliki koefisien dengan tingkat signifikansi 0.005 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang buruk berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.Pertumbuhan perusahaan suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh pertumbuhan penjualan yaitu membandingkan penjualan periode ini dengan periode sebelumnya. Makin rendah nilai pertumbuhan penjualan menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat laba dari pertumbuhan penjualan. Semakin rendah pertumbuhan penjualan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Perusahaan yang memiliki laba yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan yang mengakibat diberikan opini audit going concern (Chen dan Church, 1992).

2. Pengaruh Total Asset Terhadap GCAOHasil total asset memiliki koefisien dengan tingkat signifikansi 0.001 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa total asset berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan dengan total aset yang buruk berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan besar yang diukur dengan total aktiva memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang. Hasil penelitian McKeown membuktikan bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh negative signifikan pada opini audit going concern.3. Pengaruh ROA Terhadap GCAOHasil ROA memiliki koefisien dengan tingkat signifikansi 0.003 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan dengan ROA yang buruk berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Profitabilitas dapat diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak dibagi total aset (ROA). Semakin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya dan dapat memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern. 4. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Total Aset, Dan ROA Terhadap GCAOHasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F atau secara simultan dengan tingkat signifikansi 0,001 < 0,05, hal ini berarti bahwa pertumbuhan penjualan, total aset, dan ROA diuji secara simultan bahwa terdapat pengaruh terhadadap opini audit going concern. Mutchler (2002) kriteria perusahaan akan menerima opini going concern apabila mempunyai masalah pada pendapatan yang menurun, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima opini going concern pada tahun sebelumnya, dalam proses likuiditas, pertumbuhan perusahaan, arus kas menurun, tingkat profitabilitas menurun, modal kerja yang menurun, 2 sampai 3 tahun berturut-turut rugi, laba ditahan negatif.Beberapa perusahaan penurunan nilai pertumbuhan penjualan dari tahun 2009-2011, sementara teori yang dikemukakan oleh Chen dan Church, (1992:50) Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan.Pada nilai ukuran perusahaan dari beberapa perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2009-2011, sedangkan teori yang diungkapkan oleh Chen dan Church (1992:55) menyatakan bahwa ukuran perusahaan besar yang diukur dengan total aktiva memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang.Pada nilai ROA pada beberapa perusahaan mengalami kondisi yang buruk dari tahun 2009-2011 hal ini menggambarkan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk untuk menghasilkan laba sehingga menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya dan dapat memperbesar kemungkinan penerimaan opini going concern. Beberapa perusahaan diberi opini audit going concern dari tahun 209-2011, tidak diberi opini audit going concern yang diberi nilai 0 dan yang diberikan opini audit going concern diberikan nilai 1, dimana teori IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6 oleh beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern (IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6) antara lain terjadinya kesulitan keuangan perusahaan.Pada beberapa perusahaan mengalami peningkatan nilai pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan profitabilitas tetapi tetap di beri opini audit going concern karena Arens dan Lobbecke (1996:52) menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan adalah (1) kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, (2) ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo dalam jangka pendek, (3) kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi dan banjir atau masalah perburuhan yang tidak biasa, serta (4) perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sering terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanDari pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian ini secara parsial terdapat pengaruh signifikan pertumbuhan penjualan terhadap opini audit going concern.2. Dari hasil penelitian ini secara parsial terdapat pengaruh total aset terhadap opini audit going concern3. Dari hasil penelitian ini secara parsial terdapat pengaruh ROA terhadap opini audit going concern. 4. Bahwa pertumbuhan penjualan, total aset, dan ROA diuji secara simultan bahwa terdapat pengaruh terhadadap opini audit going concern

B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat diberikan pada penelitian selanjutnya antara lain:1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan periode penelitian yang lebih panjang sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat dan dapat digeneralisasi2. 54Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel independen yang turut mempengaruhi audit going concern. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sector sehingga hasilnya lebih baik lagi.