Upload
whella-fadhila
View
216
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ok
Citation preview
PANDANGAN MASYARAKAT PETANI TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN UKUI II
KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN Tahun 2005 -2010
Oleh:
ANDAM DEWI
096812250
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN EKONOMI AKUNTANSI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi
sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia (dalam hal ini
masyarakat petani) dapat hidup berkembang sejalan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan
bahagia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial, sebagai
bimbingan, dan sebagai sarana pertumbuhan yang mempersiapkan diri membentuk disiplin
hidup.
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berbudi luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan dan rasa tanggung
jawab.
Dalam memajukan pendidikan nasional, peranan orang tua sangat menentukan,
khususnya pola pikir orang tua terhadap masa depan anaknya. Dalam hal ini diperlukan
pendidikan formal yng harus dijalani oleh anak-anak usia 7 (tujuh) sampai 18 (delapan belas)
tahun. Orang tua memiliki peranan penting dalam pengembangan kualitas pendidikan dan tenaga
kerja yang sesuai dengan tuntutan kesempatan yang ada.
Sebenarnya usia anak dan remaja mempunyai potensi yang sangat positif jika
dikembangkan dengan benar, karena masih banyak anak-anak dan remaja yang masih
mempertahankan tradisi dan nilai – nilai agama .
Namun demikian, pendidikan masih merupakan konsep yang belum jelas, bahkan masih
terus diperdebatkan di kalangan para orang tua di Kelurahan Ukui II yang sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar dari mereka memiliki pandangan bahwa
pendidikan di sekolah belum atau tidak mampu menjamin kehidupan yang akan datang. Dilain
pihak berpendapat bahwa pendidikan tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk
mempertahankan tradisi bertani yang mereka jalani. Pandangan terakhir selalu beranggapan
bahwa informasi tentang pendidikan sangat mahal harganya, sehingga masyarakat yang
kehidupan sehari – harinya bertani sulit untuk mencapainya .
Dengan demikian, masalah kurangnya peranan orang tua dalam membantu menentukan
masa depan pendidikan anak-anaknya di Kelurahan Ukui II, berkaitan dengan latar belakang
budaya yang mereka miliki, hal ini merupakan masalah yang masih akan terus terjadi sepanjang
pemikiran seperti ini menjadi halangan kesempatan untuk melanjutkan sekolah. Salah satu
contoh empiris dari ketidaksesuaian dalam pendidikan dapat dilihat dari banyaknya anak-anak
usia sekolah yang tidak menempuh pendidikan formal, untuk itu penulis merasa sangat tertarik
untuk menggali masalah ini lebih dalam.
1.2 Indentifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah ini akan diidentifikasi adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pandangan masyarakat petani di Kelurahan Ukui II terhadap pendidikan
b. Pendidikan yang bagaimana yang diperlukan oleh masyarakat petani di Kelurahan
Ukui II
c. Hal-hal apa saja yang melatarbelakangi anak-anak petani di Kelurahan Ukui II
putus/tidak melanjutkan sekolah.
Mengenai pemilihan judul, penulis memilih judul “Pandangan Masyarakat Petani
Terhadap Pendidikan Anak di Kelurahan Ukui II Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Tahun
2005 - 2010”. Penulis secara garis besar ingin melihat sejauh mana tingkat pendidikan yang
dijalani oleh masyarakat petani di daerah pertanian di Kelurahan Ukui II pada tahun 2005 -2010.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah dalam penelitian ini , peneliti hanya
membatasi masalah tentang Pandangan Masyarakat Petani , Pendidikan Anak pada tahun 2005 –
2010.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan diatas , maka dirumuskan
masalah adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pandangan masyarakat petani ?
b. Bagaimana pendidikan anak pada tahun 2005 – 2010?
c. Apakah ada hubungan pandangan masyarakat petani dengan pendidikan anaknya ?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui pandangan masyarakat petani .
b. Mengetahui pendidikan anak pada tahun 2005 – 2010 .
c. Mengetahui hubungan pandangan masyarakat petani dengan pendidikan anaknya .
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :
1. Manfaat teoritis
a. Untuk menambahkan khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan
pemikiran tentang pandangan Masyarakat Petani Terhadap Pendidikan Anak .
b. Dapat mengetahui pandangan masyarakat petani di Ukui II.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah , dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan sekolah dimasa
mendatang .
b. Bagi masyarakat dan orang tua khususnya , sebagai bahan masukan untuk menyusun
perencanaan dan peningkatan di bidang pendidikan .
c. Bagi peneliti , dapat dijadikan informasi bagi para peneliti – peneliti selanjutnya .
1.7 Defenisi Operasional
a. Pandangan Orang tua
Dalam penelitian ini pandangan orang tua adalah pendapat – pendapat oaring tua dalam
pendidikan anaknya .
b. Pendidikan
Menurut Prof dr john dewey , pendidikan dalah suatu proses pengalaman karena kehidupan
adalah pertumbuhan. Pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia.
Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan
kecakapan di dalam perkembangan seseorang.
Dalam penelitian ini adalah Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk
mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan jasmani dan akhlak .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang menepati satu wilayah yang secara langsung
ataupun tidak langsung saling berhubungan dalam usaha-usaha pemenuhan kebutuhannya, terikat
sebagai suatu kesatuan sosial melalui perasaan solidaritas oleh karena latar belakang sejarah,
politik dan kebudayaan. Seperti halnya dengan definisi sosiologi yang banyak jumlahnya,
terdapat pula definisi-definisi tentang masyarakat yang juga tidak sedikit. Definisi adalah sekedar
alat yang ringkas untuk memberikan batasan-batasan mengenai suatu persoalan atau pengertian
ditinjau dari analisis. Analisis inilah yang memberikan arti yang memberikan arti yang jernih dan
kokoh dari suatu pengertian (Suparto, 1987 : 193).
Mengenai arti masyarakat, terdapat beberapa definisi mengenai masyarakat itu, sepertri
misalnya :
a. R. LINTON : seorang ahli antropologi mengemukakan bahwa masyarakat adalah
setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga
mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan
batas-batas teretentu .
b. M. J. HERSKOVITZ : Menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu
yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
c. J. L. GILLIN dan J. P. GILLIN : Mengatakan bahwa masyarakat adalah
kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan
perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-
pengelompokan yang lebih kecil.
d. S. R. STEINMENTZ : Seorang sosiolog bangsa Belanda, mengatakan bahwa
masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi
pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil yang mempunyai perhubungan
yang erat dan teratur.
e. HASSAN SHADILY : Mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau
kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara
golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain (Suparto, 1987 :
193-194).
Mengikuti definisi Linton, masyarakat itu timbul dari setiap kumpulan individu, yang
telah cukup lama. Kelompok manusia yang dimaksud tersebut yang belum terorganisasikan
mengalami proses yang fendamental, yaitu :
a. Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggota.
b. Timbul perasaan kelompok secara lambat laun atau I’esprit de corps.
Proses ini biasanya bekerja tanpa disadari dan diikuti oleh semua anggota kelompok
dalam suatu coba-coba salah (percobaan). Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat
dapat mempunyai arti yang luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti luas masyarakat
dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama tidak dibatasi oleh lingkungan,
bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain : kebutuhan dari semua perhubungan dalam hidup
masyarakat. Dalam arti sempit, masyarakat dimaksud adalah sekelompok manusia yang dibatasi
oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Contohnya :
masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, masyarakat Minang, masyarakat mahasiswa, masyarakat
petani dan sebagainya (Suparto, 1987 : 194).
2.2 Mayarakat petani
Masyarakat petani umumnya berlokasi di daerah pertanian, mempunyai keterkaitan yang
relatif kuat terhadap kehidupan tradisional. Pada masyarakat ini berlaku keteraturan-keteraturan
kehidupan sosial yang mencakup kegiatan-kegiatan ekonomi, keagamaan dan politik serta
hukum yang coraknya sesuai dengan lingkungan hidup setempat (Suparto, 1987 : 197).
Dasar utama dari masyarakat petani ialah lokasi dan perasaan kelompok atau masyarakat tempat
itu. Mereka mempunyai ikatan solidaritas yang kuat antara sesamanya sebagai pengaruh
kesatuan tempat tinggalnya. Orang-orang dari masyarakat itu ditandai dengan hubungan yang
sangat erat dan lebih dalam jika dibandingkan hubungan mereka dengan orang-orang yang
berada di luar desanya (Suparto, 1987 : 198).
Antara sesama warga sedesa, masyarakat petani masih saling kenal dan bergaul sangat
dekat dan rapat. Sistem kehidupan biasanya berkelompok dan kekeluargaan, dengan mata
pencaharian utama bertani disamping pekerjaan sambilan, seperti : bertukang, kerajinan tangan
dan lain-lain. Pekerjaan sambilan dimaksudkan untuk mengisi waktu kosong sambil menunggu
datangnya musim panen (Suparto, 1987 : 194).
2.3 Peranan orang tua dalam mendidik anak
Pentingnya peranan orang tua dalam menentukan masa depan anaknya, khususnya
sebagai motivator dalam kehidupan diperoleh dari pengalaman pribadi dengan melihat langsung
ke tempat dilakukan penelitian dan wawancaran langsung kepada orang tua dan anak-anak yang
berpendidikan dan tidak berpendidikan di kecamatan Ukui, selain itu, peranan orang tua dalam
kehidupan anak di analisa dari buku Prof. Dr. H. Sunanto dan Dra. B. Agung Hantono yang
berjudul Perkembangan Peserta Didik Penerbit Debdikbud dan Rineka Cipta Jakarta 1995.
Anggapan sistem pendidikan yang sangat penting dampaknya terhadap masa depan masyarakat
di analisa dari buku ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Perkembangan Ekonomi yang
disunting Aris Ananta. Penerbit Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
1993.
Kehidupan masyarakat petani yang pola pikirnya didasarkan pada tradisi yang kuat,
dianalisa dari buku Soejono Soekanto yang berjudul Sosiologi suatu pengatar. Penerbit PT.
Rajagrafindo Persada Jakarta (2005 : 154). Dijelaskan golongan orang-orang tua pada
masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Penyebab kurangnya minat
mengenyam pendidikan pada masyarakat petani, diantaranya biaya pendidikan, lamanya waktu
belajar, dan pendidikan tidak mampu menjamin kesejahteraan diambil dari artikel PPI Jepang
dalam situs www. ppi. Jepang org. Kondisi kehidupan anak-anak yang sampai saat ini belum
terwujud sepenuhnya sesuai cita-cita bangsa Karel Tuhehay didalam majalah Pendidikan
Gerbang penerbit (P3 UMY Yogyakarta (2003 : 25) dijelaskan karena dihampir semua daerah di
Indonesia masih banyak yang mengalami proses marjinalisasi di semua aspek kehidupan. Dan
hal ini tentu tidak mendukung proses memasyarakatkan anak sebagai modal pembangunan
bangsa yang punya kekuatan untuk melanjutkan tongkat estafet guna menyongsong masyarakat
adil dan makmur seutuhnya.
2.4 Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada hakektnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan
kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya
agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka
pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Tanggung jawab tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan
tidak hanya bepangkal dari naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam
arti yang sangat luas. Bertolak dari hal tersebut terasa betapa pentingnya pendidikan. Wajar
kalau pembangunan pendididkan merupakan bagian organik dari pembangunan nasional secara
keseluruhan yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya ( Suryadi, 1982 :
4 ).
2.5 Pendidikan masyarakat petani
Proses pendidikan yang ada pada saat ini, sebenarnya telah lama di laksanakan dan
merupakan proses yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan tujuan yang
jelas pula. Dan proses pendidikan yang dialami selalu dihubungkan dengan proses belajarnya,
terutama oleh sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan (Soelaiman Joesoef,
1979:15).
Sekolah mendidik anak-anak untuk hidup di luar masyarakatmya tidaklah berarti sama
sekali tidak ada pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan anak-anak hidup di
tengah-tengah masyarakatnya. Maksudnya sekolah tidak menyelenggarakan hal tersebut. Pada
kenyataannya, setiap masyarakat desa selalu mempunyai cara-caranya sendiri untuk mendidik
anak-anak agar bisa hidup di masyarakatnya. Secara tradisionil ada pengajran informal yang
diselenggarakan oleh keluarga dan masyarakat. Pengajaran demikian itu ditunjang oleh orang tua
atau pemuka agama yang dianut masyarakat setempat ( A. Suryadi, 1982 : 6-7 ).
Proses belajar yang dimaksud adalah belajar dalam rangka pendidikan formal di sekolah, sejak
sekolah rendah sampai ke tingkat yang tertinggi. Sejalan dengan hal tersebut, maka banyak orang
beranggapan bahwa bila seseorang telah keluar dari sekolah berarti ia telah selesai proses
belajarnya. Bagaimana hidupnya, mereka serahkan pada hasil belajar yang dicapainya sehingga
belajar menentukan corak kehidupan seseorang di dalam masyarakat. Bahkan mereka menerima
kenyataan ini dengan sepenuhnya, seperti terjadi pada masyarakat pedesaan yang terdiri dari
keluarga tani dan buruh yang mempunyai taraf hidup yang masih rendah (Soelaiman Joesoef,
1979:16)
Jadi sekolah merupakan tumpuan hidup seseorang. Dengan kata lain sekolah sebagai
″station in life″ nya seseorang, sehingga dimana ia berhenti sekolah, disitu sudah menunggu
nasibnya. Keadaan tersebut telah banyak ditinggalkan orang dan mereka menganggap bahwa
belajar di sekolah bukan satu-satunya faktor yang menentukan corak kehidupan orang
(Soelaiman Joesoef, 1979:16).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode , Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey di Kelurahan Ukui II Kecamatan Ukui
Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau . Lokasi ini dipilih atas dasar pertimbangan bahwa daerah
tersebut daerah pertanian dan perkebunan .
Waktu penelitian dilaksanakan lebih kurang 2 bulan yaitu dari bulan februari 2012
sampai dengan bulan maret 2012 dengan rangkaian kegiatan antara lain : persiapan ,
pengumpulan data , pengolahan dan analisis data .
3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Sesuai dengan Penelitian dan pengkajian dalam penulisan proposal menggambarkan
pandangan masyarakat petani dalam bidang pendidikan. Pengambilan sampel penelitian
dilakukan secara Simple random Sampling . sampel penelitian terdiri dari petani dan anak –
anaknya .
3.3 Sumber Data
Pengertian sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.
Menurut Suharsimi Arikunto (1993:114) dalam bukunya Prosedur Penelitian, sumber data yang
dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari berbagai nara sumber. Sumber data yang
dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi informan, dokumen dan tempat dilakukannya
penelitian.
3.3.1 Informan
Yaitu orang yang diwawancarai intuk diminta informasinya tentang pandangan
masyarakat petani terhadap pendidikan. Hal ini dapat dilakukan wawancara, yaitu melakukan
serangkaian Tanya jawab secara langsung kepada masyarakat petani di Kelurahan Ukui II, baik
petani pemilik, petani penggarap, dan petani buruh serta tokoh masyarakat setempat agar didapat
kesimpulan mengenai persepsi mereka tentang pendidikan . Wawancara merupakan usaha
sekaligus alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula oleh sumber informasi (informan) secara
sederhana, wawancara ini diartikan sebagai alat pengumpul data dengan Tanya jawab antara
pencari data dengan sumber informasi (Basri MS, 2006:60).
Wawancara digunakan untuk menghimpun data sosial dan sejenisnya, sekurang-
kurangnya mempunyai tiga fungsi :
a. Sebagai alat primer, jika data-data atau bukti-bukti tidak lebih dihimpin dengan
alat lain.
b. Sebagai pelengkap, jika sebagian data-data atau bukti-bukti telah diperoleh
dengan cara lain, tetapi masih diperlukan wawancara untuk melengkapi informasi.
c. Sebagai pembanding, yakni untuk menguji atau membandingkan dengan
informasi, data, bukti-bukti melalui wawancara dngan bukti yang diperoleh
melalui cara lain sebelumnya (Basri MS, 2006 : 61 ).
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain :
a. Menyediakan daftar pertanyaan sesuai dengan kebutuhan topik permasalahan.
b. Menyediakan alat perekam dan tustel.
c. Menyediakan alat tulis untuk pencatatan ( Basri MS, 2006 : 61 ).
3.3.2 Dokumentasi
Teknik pengumpulan data melalui telaah dokumentasi ini merupakan jenis/teknik yang
paling banyak dan paling menonjol digunakan dalam penelitian. Istilah lain yang sering
digunakan ialah studi kepustakaan atau library research. Dalam kaitan ini, pengertian
dokumentasi mencakup pengertian yang luas. Ia meliputi berbagai sumber seperti karya ilmiah,
arsip, majalah, dan Koran ( Barsi MS, 2006 : 63 ).
Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh data sekunder dari studi kepustakaan,
yaitu dari buku-buku, majalah, koran, dan arsip yang relevan engan objek penelitian untuk
melengkapi data-data yang belum didapat dari para narasumber.
3.3.3 Tempat Dilakukannya Penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis terjun langsung ke tempat dilakukannya penelitian dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan para petani di Kelurahan Gambut sehari-
hari.
3.4 Analisis Data
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori,
dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data
sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema
pada hipotesis.
Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data
sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian
definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah
seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang
sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan
sebagainya.
Catatan dibedakan menjadi dua, yaitu yang deskriptif dan yang reflektif (Noeng
Muhadjir.2000: 139). Catatan deskriptif lebih menyajikan kejadian daripada ringkasan. Catatan
reflektif lebih mengetengahkan kerangka pikiran, ide dan perhatian dari peneliti. Lebih
menampilkan komentar peneliti terhadap fenomena yang dihadapi.
Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi
data dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang
inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.
Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi dan langkah
terakhir adalah menafsirkan dan atau memberikan makna terhadap data.
Analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai
dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakjan secara intensif, yaitu sudah
meninggalkan lapangan.
Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan
tenaga, pikiran peneliti. Selain menganalisis data. Peneliti juga perlu dan masih perlu mendalami
kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori atau untuk menjastifikasikan adanya teori baru yang
barangkali ditemukan.
3.5 Keabsahan Data
Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul,perlu dilakukan
pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteria deraja
kepercayaan (crebility) dengan teknik trianggulasi,ketekunan pengamatan, pengecekan teman
sejawat (Moleong, 2004). Triangulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang
didasarkan pada sesuatu di luar data untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding
terhadap data yang telah ada (Moleong,200). Trigulasi yang digunakan adalah trigulasi dengan
sumber, yaitu membandingkan data hasil observasi, dan hasil wawancara terhadap subjek yang
ditekankan pada penerapan metode bantuan alat pada efektif membaca .
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan teknik melakukan pengamatan yang diteliti,
rinci dan terus menerus selama proses penelitian berlangsung yang diikuti dengan kegiatan
wawancara secara intensif terhadap subjek agar data yang dihasilkan terhindar dari hal-hal yang
tidak diinginkan. Pengecekan teman sejawat/kolega dilakukan dalam bentuk diskusi mengenai
proses dan hasil penelitian dengan harapan untuk memperoleh masukan baik dari segi
metodelogi maupun pelaksanaan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku :
Aris Ananta. Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Lembaga
Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1993.
A. Suryadi. Sekolah dan Pembangunan. Bandung : Alumni. 1982
BPS. Putus Sekolah. Jakarta. 1982
Basri MS. Metode Penelitian Sejarah. . Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. 2006
David O., Sears, et. al.,. Psikologi Sosial, Jilid 1, Alih bahasa oleh Micahael Adriayanto dan
Savitri Soekrisno. Jakarta: Erlangga. 1994
Scoot, James. Moral Ekonomi Petani. Jakarta : LP3ES. 1994
Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah. Jakarta : Debdikbud 1994
Istiqomah, dkk,. Modul 1-9: Materi Pokok Psikologi Sosial. Jakarta: Karunika Universitas
Terbuka.1988
Kaloh. Kepala Daerah Jakarta : PT. Sun 2003
Kessing, Roger M. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer Jilid 2. Jakarta:
Erlangga. 1992
Koentjaranigrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Penerbit rineka Cipta. 1990
Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. 1989
Moleong, L. J. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosydakarya. 2001
Munandir. Ensiklopedi Pendidikan. Malang : UM Press. 2001
Redja Mudyahardjo. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo Persada. 1995
Sarwono. Psikologi dan Pengalaman. Jakarta : Erlangga. 1983
Soelaiman Joesoef. Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya : CV Uasaha Nasional. 1979
Soeparman. Pendidikan Nasional. Surabaya : PT Bina Ilmu. 1995
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. 1990
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. 1993
Sunanto. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. 1995
Suparto. Sosiologi dan Antropologi. Bandung : Armico. 1987
Teer Har, B.Mr. Asas-asas Susunan Hukum Adat. Jakarta : Pradna Pramunta. 1960
Torsten Husen. Masyarakat Belajar. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. 1995
B. Situs Internet
www. ppi. Jepang. Org / http : // ppi – jepang. orgartide. php ? id : 23
www.wikipwdia.com. jenjang sekolah di Indonesia