30
PANDANGAN MASYARAKAT PETANI TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN UKUI II KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN Tahun 2005 -2010 Oleh: ANDAM DEWI 096812250 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM RIAU

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

Page 1: BAB I

PANDANGAN MASYARAKAT PETANI TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN UKUI II

KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN Tahun 2005 -2010

Oleh:

ANDAM DEWI

096812250

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN EKONOMI AKUNTANSI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2011

Page 2: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia (dalam hal ini

masyarakat petani) dapat hidup berkembang sejalan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan

bahagia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial, sebagai

bimbingan, dan sebagai sarana pertumbuhan yang mempersiapkan diri membentuk disiplin

hidup.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa serta berbudi luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan dan rasa tanggung

jawab.

Dalam memajukan pendidikan nasional, peranan orang tua sangat menentukan,

khususnya pola pikir orang tua terhadap masa depan anaknya. Dalam hal ini diperlukan

pendidikan formal yng harus dijalani oleh anak-anak usia 7 (tujuh) sampai 18 (delapan belas)

tahun. Orang tua memiliki peranan penting dalam pengembangan kualitas pendidikan dan tenaga

kerja yang sesuai dengan tuntutan kesempatan yang ada.

Sebenarnya usia anak dan remaja mempunyai potensi yang sangat positif jika

dikembangkan dengan benar, karena masih banyak anak-anak dan remaja yang masih

mempertahankan tradisi dan nilai – nilai agama .

Page 3: BAB I

Namun demikian, pendidikan masih merupakan konsep yang belum jelas, bahkan masih

terus diperdebatkan di kalangan para orang tua di Kelurahan Ukui II yang sebagian besar

bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar dari mereka memiliki pandangan bahwa

pendidikan di sekolah belum atau tidak mampu menjamin kehidupan yang akan datang. Dilain

pihak berpendapat bahwa pendidikan tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk

mempertahankan tradisi bertani yang mereka jalani. Pandangan terakhir selalu beranggapan

bahwa informasi tentang pendidikan sangat mahal harganya, sehingga masyarakat yang

kehidupan sehari – harinya bertani sulit untuk mencapainya .

Dengan demikian, masalah kurangnya peranan orang tua dalam membantu menentukan

masa depan pendidikan anak-anaknya di Kelurahan Ukui II, berkaitan dengan latar belakang

budaya yang mereka miliki, hal ini merupakan masalah yang masih akan terus terjadi sepanjang

pemikiran seperti ini menjadi halangan kesempatan untuk melanjutkan sekolah. Salah satu

contoh empiris dari ketidaksesuaian dalam pendidikan dapat dilihat dari banyaknya anak-anak

usia sekolah yang tidak menempuh pendidikan formal, untuk itu penulis merasa sangat tertarik

untuk menggali masalah ini lebih dalam.

1.2 Indentifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah ini akan diidentifikasi adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pandangan masyarakat petani di Kelurahan Ukui II terhadap pendidikan

b. Pendidikan yang bagaimana yang diperlukan oleh masyarakat petani di Kelurahan

Ukui II

Page 4: BAB I

c. Hal-hal apa saja yang melatarbelakangi anak-anak petani di Kelurahan Ukui II

putus/tidak melanjutkan sekolah.

Mengenai pemilihan judul, penulis memilih judul “Pandangan Masyarakat Petani

Terhadap Pendidikan Anak di Kelurahan Ukui II Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Tahun

2005 - 2010”. Penulis secara garis besar ingin melihat sejauh mana tingkat pendidikan yang

dijalani oleh masyarakat petani di daerah pertanian di Kelurahan Ukui II pada tahun 2005 -2010.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah dalam penelitian ini , peneliti hanya

membatasi masalah tentang Pandangan Masyarakat Petani , Pendidikan Anak pada tahun 2005 –

2010.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan diatas , maka dirumuskan

masalah adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pandangan masyarakat petani ?

b. Bagaimana pendidikan anak pada tahun 2005 – 2010?

c. Apakah ada hubungan pandangan masyarakat petani dengan pendidikan anaknya ?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui pandangan masyarakat petani .

b. Mengetahui pendidikan anak pada tahun 2005 – 2010 .

Page 5: BAB I

c. Mengetahui hubungan pandangan masyarakat petani dengan pendidikan anaknya .

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Manfaat teoritis

a. Untuk menambahkan khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan

pemikiran tentang pandangan Masyarakat Petani Terhadap Pendidikan Anak .

b. Dapat mengetahui pandangan masyarakat petani di Ukui II.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah , dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan sekolah dimasa

mendatang .

b. Bagi masyarakat dan orang tua khususnya , sebagai bahan masukan untuk menyusun

perencanaan dan peningkatan di bidang pendidikan .

c. Bagi peneliti , dapat dijadikan informasi bagi para peneliti – peneliti selanjutnya .

1.7 Defenisi Operasional

a. Pandangan Orang tua

Dalam penelitian ini pandangan orang tua adalah pendapat – pendapat oaring tua dalam

pendidikan anaknya .

b. Pendidikan

Menurut Prof dr john dewey , pendidikan dalah suatu proses pengalaman karena kehidupan

adalah pertumbuhan. Pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia.

Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan

kecakapan di dalam perkembangan seseorang.

Page 6: BAB I

Dalam penelitian ini adalah Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk

mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan jasmani dan akhlak .

Page 7: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang menepati satu wilayah yang secara langsung

ataupun tidak langsung saling berhubungan dalam usaha-usaha pemenuhan kebutuhannya, terikat

sebagai suatu kesatuan sosial melalui perasaan solidaritas oleh karena latar belakang sejarah,

politik dan kebudayaan. Seperti halnya dengan definisi sosiologi yang banyak jumlahnya,

terdapat pula definisi-definisi tentang masyarakat yang juga tidak sedikit. Definisi adalah sekedar

alat yang ringkas untuk memberikan batasan-batasan mengenai suatu persoalan atau pengertian

ditinjau dari analisis. Analisis inilah yang memberikan arti yang memberikan arti yang jernih dan

kokoh dari suatu pengertian (Suparto, 1987 : 193).

Mengenai arti masyarakat, terdapat beberapa definisi mengenai masyarakat itu, sepertri

misalnya :

a. R. LINTON : seorang ahli antropologi mengemukakan bahwa masyarakat adalah

setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga

mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan

batas-batas teretentu .

b.  M. J. HERSKOVITZ : Menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu

yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.

c.  J. L. GILLIN dan J. P. GILLIN : Mengatakan bahwa masyarakat adalah

kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan

Page 8: BAB I

perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-

pengelompokan yang lebih kecil.

d. S. R. STEINMENTZ : Seorang sosiolog bangsa Belanda, mengatakan bahwa

masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi

pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil yang mempunyai perhubungan

yang erat dan teratur.

e. HASSAN SHADILY : Mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau

kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara

golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain (Suparto, 1987 :

193-194).

Mengikuti definisi Linton, masyarakat itu timbul dari setiap kumpulan individu, yang

telah cukup lama. Kelompok manusia yang dimaksud tersebut yang belum terorganisasikan

mengalami proses yang fendamental, yaitu :

a. Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggota.

b. Timbul perasaan kelompok secara lambat laun atau I’esprit de corps.

Proses ini biasanya bekerja tanpa disadari dan diikuti oleh semua anggota kelompok

dalam suatu coba-coba salah (percobaan). Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat

dapat mempunyai arti yang luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti luas masyarakat

dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama tidak dibatasi oleh lingkungan,

bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain : kebutuhan dari semua perhubungan dalam hidup

masyarakat. Dalam arti sempit, masyarakat dimaksud adalah sekelompok manusia yang dibatasi

oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Contohnya :

Page 9: BAB I

masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, masyarakat Minang, masyarakat mahasiswa, masyarakat

petani dan sebagainya (Suparto, 1987 : 194).

2.2 Mayarakat petani

Masyarakat petani umumnya berlokasi di daerah pertanian, mempunyai keterkaitan yang

relatif kuat terhadap kehidupan tradisional. Pada masyarakat ini berlaku keteraturan-keteraturan

kehidupan sosial yang mencakup kegiatan-kegiatan ekonomi, keagamaan dan politik serta

hukum yang coraknya sesuai dengan lingkungan hidup setempat (Suparto, 1987 : 197).

Dasar utama dari masyarakat petani ialah lokasi dan perasaan kelompok atau masyarakat tempat

itu. Mereka mempunyai ikatan solidaritas yang kuat antara sesamanya sebagai pengaruh

kesatuan tempat tinggalnya. Orang-orang dari masyarakat itu ditandai dengan hubungan yang

sangat erat dan lebih dalam jika dibandingkan hubungan mereka dengan orang-orang yang

berada di luar desanya (Suparto, 1987 : 198).

Antara sesama warga sedesa, masyarakat petani masih saling kenal dan bergaul sangat

dekat dan rapat. Sistem kehidupan biasanya berkelompok dan kekeluargaan, dengan mata

pencaharian utama bertani disamping pekerjaan sambilan, seperti : bertukang, kerajinan tangan

dan lain-lain. Pekerjaan sambilan dimaksudkan untuk mengisi waktu kosong sambil menunggu

datangnya musim panen (Suparto, 1987 : 194).

2.3 Peranan orang tua dalam mendidik anak

Pentingnya peranan orang tua dalam menentukan masa depan anaknya, khususnya

sebagai motivator dalam kehidupan diperoleh dari pengalaman pribadi dengan melihat langsung

ke tempat dilakukan penelitian dan wawancaran langsung kepada orang tua dan anak-anak yang

Page 10: BAB I

berpendidikan dan tidak berpendidikan di kecamatan Ukui, selain itu, peranan orang tua dalam

kehidupan anak di analisa dari buku Prof. Dr. H. Sunanto dan Dra. B. Agung Hantono yang

berjudul Perkembangan Peserta Didik Penerbit Debdikbud dan Rineka Cipta Jakarta 1995.

Anggapan sistem pendidikan yang sangat penting dampaknya terhadap masa depan masyarakat

di analisa dari buku ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Perkembangan Ekonomi yang

disunting Aris Ananta. Penerbit Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

1993.

Kehidupan masyarakat petani yang pola pikirnya didasarkan pada tradisi yang kuat,

dianalisa dari buku Soejono Soekanto yang berjudul Sosiologi suatu pengatar. Penerbit PT.

Rajagrafindo Persada Jakarta (2005 : 154). Dijelaskan golongan orang-orang tua pada

masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Penyebab kurangnya minat

mengenyam pendidikan pada masyarakat petani, diantaranya biaya pendidikan, lamanya waktu

belajar, dan pendidikan tidak mampu menjamin kesejahteraan diambil dari artikel PPI Jepang

dalam situs www. ppi. Jepang org. Kondisi kehidupan anak-anak yang sampai saat ini belum

terwujud sepenuhnya sesuai cita-cita bangsa Karel Tuhehay didalam majalah Pendidikan

Gerbang penerbit (P3 UMY Yogyakarta (2003 : 25) dijelaskan karena dihampir semua daerah di

Indonesia masih banyak yang mengalami proses marjinalisasi di semua aspek kehidupan. Dan

hal ini tentu tidak mendukung proses memasyarakatkan anak sebagai modal pembangunan

bangsa yang punya kekuatan untuk melanjutkan tongkat estafet guna menyongsong masyarakat

adil dan makmur seutuhnya.

2.4 Pengertian Pendidikan

Page 11: BAB I

Pendidikan pada hakektnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan

kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya

agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka

pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Tanggung jawab tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan

masyarakat berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan

tidak hanya bepangkal dari naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam

arti yang sangat luas. Bertolak dari hal tersebut terasa betapa pentingnya pendidikan. Wajar

kalau pembangunan pendididkan merupakan bagian organik dari pembangunan nasional secara

keseluruhan yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya ( Suryadi, 1982 :

4 ).

2.5 Pendidikan masyarakat petani

Proses pendidikan yang ada pada saat ini, sebenarnya telah lama di laksanakan dan

merupakan proses yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan tujuan yang

jelas pula. Dan proses pendidikan yang dialami selalu dihubungkan dengan proses belajarnya,

terutama oleh sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan (Soelaiman Joesoef,

1979:15).

Sekolah mendidik anak-anak untuk hidup di luar masyarakatmya tidaklah berarti sama

sekali tidak ada pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan anak-anak hidup di

tengah-tengah masyarakatnya. Maksudnya sekolah tidak menyelenggarakan hal tersebut. Pada

kenyataannya, setiap masyarakat desa selalu mempunyai cara-caranya sendiri untuk mendidik

Page 12: BAB I

anak-anak agar bisa hidup di masyarakatnya. Secara tradisionil ada pengajran informal yang

diselenggarakan oleh keluarga dan masyarakat. Pengajaran demikian itu ditunjang oleh orang tua

atau pemuka agama yang dianut masyarakat setempat ( A. Suryadi, 1982 : 6-7 ).

 Proses belajar yang dimaksud adalah belajar dalam rangka pendidikan formal di sekolah, sejak

sekolah rendah sampai ke tingkat yang tertinggi. Sejalan dengan hal tersebut, maka banyak orang

beranggapan bahwa bila seseorang telah keluar dari sekolah berarti ia telah selesai proses

belajarnya. Bagaimana hidupnya, mereka serahkan pada hasil belajar yang dicapainya sehingga

belajar menentukan corak kehidupan seseorang di dalam masyarakat. Bahkan mereka menerima

kenyataan ini dengan sepenuhnya, seperti terjadi pada masyarakat pedesaan yang terdiri dari

keluarga tani dan  buruh yang mempunyai taraf hidup yang masih rendah (Soelaiman Joesoef,

1979:16)

Jadi sekolah merupakan tumpuan hidup seseorang. Dengan kata lain sekolah sebagai

″station in life″ nya seseorang, sehingga dimana ia berhenti sekolah, disitu sudah menunggu

nasibnya. Keadaan tersebut telah banyak ditinggalkan orang dan mereka menganggap bahwa

belajar di sekolah bukan satu-satunya faktor yang menentukan corak kehidupan orang

(Soelaiman Joesoef, 1979:16).

Page 13: BAB I

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode , Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey di Kelurahan Ukui II Kecamatan Ukui

Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau . Lokasi ini dipilih atas dasar pertimbangan bahwa daerah

tersebut daerah pertanian dan perkebunan .

Waktu penelitian dilaksanakan lebih kurang 2 bulan yaitu dari bulan februari 2012

sampai dengan bulan maret 2012 dengan rangkaian kegiatan antara lain : persiapan ,

pengumpulan data , pengolahan dan analisis data .

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Sesuai dengan Penelitian dan pengkajian dalam penulisan proposal menggambarkan

pandangan masyarakat petani dalam bidang pendidikan. Pengambilan sampel penelitian

dilakukan secara Simple random Sampling . sampel penelitian terdiri dari petani dan anak –

anaknya .

3.3 Sumber Data

Pengertian sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.

Menurut Suharsimi Arikunto (1993:114) dalam bukunya Prosedur Penelitian, sumber data yang

dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari berbagai nara sumber. Sumber data yang

dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi informan, dokumen dan tempat dilakukannya

penelitian.

Page 14: BAB I

3.3.1 Informan

Yaitu orang yang diwawancarai intuk diminta informasinya tentang pandangan

masyarakat petani terhadap pendidikan. Hal ini dapat dilakukan wawancara, yaitu melakukan

serangkaian Tanya jawab secara langsung kepada masyarakat petani di Kelurahan Ukui II, baik

petani pemilik, petani penggarap, dan petani buruh serta tokoh masyarakat setempat agar didapat

kesimpulan mengenai persepsi mereka tentang pendidikan .  Wawancara merupakan usaha

sekaligus alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah

pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula oleh sumber informasi (informan) secara

sederhana, wawancara ini diartikan sebagai alat pengumpul data dengan Tanya jawab antara

pencari data dengan sumber informasi (Basri MS, 2006:60).

Wawancara digunakan untuk menghimpun data sosial dan sejenisnya, sekurang-

kurangnya mempunyai tiga fungsi :

a. Sebagai alat primer, jika data-data atau bukti-bukti tidak lebih dihimpin dengan

alat lain.

b. Sebagai pelengkap, jika sebagian data-data atau bukti-bukti telah diperoleh

dengan cara lain, tetapi masih diperlukan wawancara untuk melengkapi informasi.

c. Sebagai pembanding, yakni untuk menguji atau membandingkan dengan

informasi, data, bukti-bukti melalui wawancara dngan bukti yang diperoleh

melalui cara lain sebelumnya (Basri MS, 2006 : 61 ).

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain :

a. Menyediakan daftar pertanyaan sesuai dengan kebutuhan topik permasalahan.

Page 15: BAB I

b. Menyediakan alat perekam dan tustel.

c. Menyediakan alat tulis untuk pencatatan ( Basri MS, 2006 : 61 ).

3.3.2 Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui telaah dokumentasi ini merupakan jenis/teknik yang

paling banyak dan paling menonjol digunakan dalam penelitian. Istilah lain yang sering

digunakan ialah studi kepustakaan atau library research. Dalam kaitan ini, pengertian

dokumentasi mencakup pengertian yang luas. Ia meliputi berbagai sumber seperti karya ilmiah,

arsip, majalah, dan Koran ( Barsi MS, 2006 : 63 ).

Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh data sekunder dari studi kepustakaan,

yaitu dari buku-buku, majalah, koran, dan arsip yang relevan engan objek penelitian untuk

melengkapi data-data yang belum didapat dari para narasumber.

3.3.3 Tempat Dilakukannya Penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis terjun langsung ke tempat dilakukannya penelitian dengan

melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan para petani di Kelurahan Gambut sehari-

hari.

3.4 Analisis Data

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis

data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori,

dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data

sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan

Page 16: BAB I

hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema

pada hipotesis.

Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data

sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian

definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai

temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah

seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang

sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan

sebagainya.

Catatan dibedakan menjadi dua, yaitu yang deskriptif dan yang reflektif (Noeng

Muhadjir.2000: 139). Catatan deskriptif lebih menyajikan kejadian daripada ringkasan. Catatan

reflektif lebih mengetengahkan kerangka pikiran, ide dan perhatian dari peneliti. Lebih

menampilkan komentar peneliti terhadap fenomena yang dihadapi.

 Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi

data dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang

inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.

Page 17: BAB I

Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi dan langkah

terakhir adalah menafsirkan dan atau memberikan makna terhadap data.

Analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai

dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakjan secara intensif, yaitu sudah

meninggalkan lapangan.

Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan

tenaga, pikiran peneliti. Selain menganalisis data. Peneliti juga perlu dan masih perlu mendalami

kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori atau untuk menjastifikasikan adanya teori baru yang

barangkali ditemukan.

3.5  Keabsahan Data

Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul,perlu dilakukan

pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteria deraja

kepercayaan (crebility) dengan teknik trianggulasi,ketekunan pengamatan, pengecekan teman

sejawat (Moleong, 2004). Triangulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang

didasarkan pada sesuatu di luar data untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding

terhadap data yang telah ada (Moleong,200). Trigulasi yang digunakan adalah trigulasi dengan

sumber, yaitu membandingkan data hasil observasi, dan hasil wawancara terhadap subjek yang

ditekankan pada penerapan metode bantuan alat pada efektif membaca .

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan teknik melakukan pengamatan yang diteliti,

rinci dan terus menerus selama proses penelitian berlangsung yang diikuti dengan kegiatan

wawancara secara intensif terhadap subjek agar data yang dihasilkan terhindar dari hal-hal yang

tidak diinginkan. Pengecekan teman sejawat/kolega dilakukan dalam bentuk diskusi mengenai

Page 18: BAB I

proses dan hasil penelitian dengan harapan untuk memperoleh masukan baik dari segi

metodelogi maupun pelaksanaan tindakan.

Page 19: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :

Aris Ananta. Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Lembaga

Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1993.

A. Suryadi. Sekolah dan Pembangunan. Bandung : Alumni. 1982

BPS. Putus Sekolah. Jakarta. 1982

Basri MS. Metode Penelitian Sejarah. . Jakarta :  PT. Rajagrafindo Persada. 2006

David O., Sears, et. al.,. Psikologi Sosial, Jilid 1, Alih bahasa oleh Micahael Adriayanto dan

Savitri Soekrisno. Jakarta: Erlangga. 1994

Scoot, James. Moral Ekonomi Petani. Jakarta :  LP3ES. 1994

Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah. Jakarta : Debdikbud 1994

Istiqomah, dkk,. Modul 1-9: Materi Pokok Psikologi Sosial. Jakarta: Karunika Universitas

Terbuka.1988

Kaloh. Kepala Daerah Jakarta : PT. Sun 2003

 Kessing, Roger M. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer Jilid 2. Jakarta:

Erlangga. 1992

Koentjaranigrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Penerbit rineka Cipta. 1990

Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. 1989

Page 20: BAB I

Moleong, L. J. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosydakarya. 2001

Munandir. Ensiklopedi Pendidikan. Malang : UM Press. 2001

Redja Mudyahardjo. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo Persada. 1995

Sarwono. Psikologi dan Pengalaman. Jakarta : Erlangga. 1983

Soelaiman Joesoef. Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya : CV Uasaha Nasional. 1979

Soeparman. Pendidikan Nasional. Surabaya : PT Bina Ilmu. 1995

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. 1990

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. 1993

Sunanto. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. 1995

Suparto. Sosiologi dan Antropologi. Bandung : Armico. 1987

Teer Har, B.Mr. Asas-asas Susunan Hukum Adat. Jakarta : Pradna Pramunta. 1960

Torsten Husen. Masyarakat Belajar. Jakarta :  PT. Rajagrafindo Persada. 1995

B. Situs Internet

www. ppi. Jepang. Org / http : // ppi – jepang. orgartide. php ? id : 23

www.wikipwdia.com. jenjang sekolah di Indonesia