13
BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN A. PEMBAHASAN SKENARIO LBM I MALPRAKTEK MEDIS Pasien anak laki-laki berumur 12 tahun datang dalam keadaan sadar ke IGD rumah sakit diantar oleh ibunya denga keluhan pharyngitis dan nyeri pada leher sejak 3 jam yang lalu setelah makan coklat. Pada pasien terdapat riwayat alergi debu dan beberapa jenis makanan dan sudah seringkali datang ke rumah sakit tersebut dengan keluhan yang sama. Pasien ini sebelumnya membaik dengan injeksi cortisone 2 ml dan dipenhydramine 2 ml . Tanpa melakukan pemeriksaan terhadap pasien tersebut, dokter jaga IGD langsung menulis di rekam medis “ ditemukan hiperemis pada mukosa faring, tonsil T1/T1 dan didiagnosis pharyngitis dengan differensial diagnosis reaksi alergi”. Pasien tersebut segera diberi injecti cortisone : dela = 2:2.

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medikolegal

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN SKENARIO

LBM I

MALPRAKTEK MEDIS

Pasien anak laki-laki berumur 12 tahun datang dalam keadaan sadar ke IGD rumah sakit

diantar oleh ibunya denga keluhan pharyngitis dan nyeri pada leher sejak 3 jam yang lalu

setelah makan coklat. Pada pasien terdapat riwayat alergi debu dan beberapa jenis makanan

dan sudah seringkali datang ke rumah sakit tersebut dengan keluhan yang sama. Pasien ini

sebelumnya membaik dengan injeksi cortisone 2 ml dan dipenhydramine 2 ml . Tanpa

melakukan pemeriksaan terhadap pasien tersebut, dokter jaga IGD langsung menulis di

rekam medis “ ditemukan hiperemis pada mukosa faring, tonsil T1/T1 dan didiagnosis

pharyngitis dengan differensial diagnosis reaksi alergi”. Pasien tersebut segera diberi injecti

cortisone : dela = 2:2. Setelah diobservasi selama 45 menit, nyeri tidak menghilang, pasien

kemudian dikonsulkan ke Bagian penyakit dalam.

Dari hasil pemeriksaan Bagian penyakit dalam, ditemukan kesadaran E3V5M6, tampak

gelisah, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 kali/ menit, pernafasan 24 kali/ menit, leher

tampak membengkak, wheezing +/+. Oleh dokter penyakit dalam, didiagnosis dengan reaksi

anafilaktik berat. Dokter penyakit dalam menjelaskan kondisi pasien kepada ibunya dan

tindakan yang akan dilakukan. Pasien kemudian dalam keadaan kritis, oleh dokter penyakit

Page 2: BAB I

dalam, diberikan injeksi adrenalin pada lengan kiri. Setelah diinjeksi, kesadaran pasien

menurun, tampak kongesti dan ujung jari sianosis. Dilakukan resusitasi, akan tetapi

mengalami kesulitan saat dilakukan intubasi karena spasme dan oedem laring. Lima menit

kemudian pasien meninggal. Ayah pasien menuntut dokter penyakit dalam karena

menganggap dokter tersebut yang melakukan kesalahan dan menyebabkan anaknya

meninggal setelah diinjeksi tanpa memberitahu terlebih dahulu.

TERMINOLOGI:

1. Cortisone adalah obat anti inflamasi dan penekanan imun, bisa diberikan peroral atau

intramuscular

2. Dypenhidramine adalah suatu anti histamine poten dengan sifat anti kolinergik, anti tusif,

anti emetic, dan sedative.

3. Adrenaline adalah vasokontriktor, stimulant jantung, bronkodilator, bisa diberikan

intranasal, oral, parenteral.

4. Malpraktik adalah berasal dari kata mal berarti buruk, dan practice, jadi disini

malpractice adalah practice yang buruk atau tidak benar dan tidak sesuai standar.

5. Anafilaktik adalah suatu reaksi hypersensitivitas tipe I yang bila terjadi pajanan individu

yang tersensitasi pada Antigen atau hapten spesifik menyebabkan urtikaria, pruritus,

angioedema, yang diikuti dengan kolaps vascular dan syok dan sering disertai distress

pernapasan yang mengancam jiwa.

6. Rekam medis adalah berkasberisi catatan dan dokumen antaralain identitas pasien, hasil

pemeriksaan pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang

telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan yang dibuat oleh dokter atau

Page 3: BAB I

dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka

pelayanan kesehatan.

7. Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga atas dasar

penjelasan mengenai tindakan medic yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

B. PEMBAHASAN

PERMASLAHAN

1. Apa yang seharusnya dilakukan sebagai dokter, jika anda menemukan kasus seperti

diskenario?

Untuk membuktikan apakah terjadi malpraktik:

a. Secara langsung

Taylor menggunakan criteria 4D

- Duty: kewajiban memberikan pelayanan kesehatan

- Direction (Breach) of duty: tidak melaksanakan kewajiban

- Damage: adanya kerugian

- Direct causation (Proximale Cause): adanya hubungan sebab akibat anatara

tidak melaksanakan kewajiban dengan dengan kerugian

b. Secara tidak langsung

Menggunakan doktrin ipsa loquitor (the things speaks for it self)

- Tak mungkin terjadi jika tidak lalai

- Kesalahan dalam bidang tanggung jawab

- Pasien tak ikut menyebabkan kerugian (tidak ada contributory negligence)

2. Dokter Indonesia sebagai penegak hukum

Page 4: BAB I

Dokter sebagai penegak hukum adalah dokter terlibat dalam proses penegakan hukum

terutama sebagai saksi ahli.

Keterangan ahli diatur dalam pasal 133 KUHAP. Keterangan ahli ini akan

dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan (Pasal 184 KUHAP).

Jadi dokter disini dapat menjernihkan suatu persoalan.

3. Aspek medikolegal kasus diatas

Prosedur medikolegal adalah adalah tatacara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai

aspek yang berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara

garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada undang-undang yang berlaku

diindonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika

kedokteran.

Karena pada kasus diatas penatalaksananaan dan pelayanan tidak sesuai prosedur

sehingga masuk kedlam kasus malpraktik.

4. Apakah kasus diatas sudah terjadi mal praktik

Jenis-jenis mal praktik yaitu:

a. Pelanggaran etika

Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik yang diatur oleh organisasi

profesi (Pasal 24 Undang-Undang NO.36 tahun 2009)

Penyelesaian pelanggaran etika kedokteran:

Penanganan oleh organisasi prefesi IDI

Kewenagan oleh MKEK

Page 5: BAB I

Dibeberapa Negara oleh konsil kedokteran

Sanksi: sanksi moral, berupa peringatan, skorsing, dikeluarkan dari IDI.

b. Pelanggaran disiplin

Praktik Tanpa SIP

Praktik tidak sesuai SIP

Praktik Tidak Sesuai kompetensi

Praktik praktik dengan SIP yang sudah mati

Praktik tidak sesuai SOP

Penyelesaian pelanggaran disiplin/administrasi diindonesia kewenangan oleh majelis

kehormatan disiplin kedokteran Indonesia (MKDKI) (Pasal 55 (1) UU NO.25 tahun

2004 Tentang Praktik Kedokteran)

Sanksi: pidana/denda

Sanksi administrasi: surat peringatan

Pencabutan: STR, SIP, Reschooling (Pasal 67 UU NO.29 tahun 2004 Tentang Praktik

kedokteran.

c. Pelanggaran perdata

Penerapan hukum perdata

- Syarat utama : Terdapat kerugian pada pasien.

- Kerugian akibat :

Wanprentasi ( Pasal 1239 KUH Perdata )

Perbuatan melanggar hukum ( Pasal 1365 KUH Perdata )

- Kelalaian tersebut mengakibatkan kerugian ( Pasal 1366 KUH Perdata )

- Melalaikan kewajiban ( Pasal 1367 KUH Perdata )

Page 6: BAB I

Dasar tuntutan perdata

- Pasal 1365 KUH Perdata

Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,

mewajibkanorang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu

menggantinya.

- Pasal 1366 KUH Perdata

Juga disebabkan karena kelalaian

- Pasal 1367 KUH Perdata

Juga disebabkan respondeat superior

- Pasal 1338 KUH Perdata

Penyelesaian malpraktik medis

a. Non litigasi

- Penyelesaian sengketa alternative

- Dapat dilakukan apabila terdapat komunikasi yang baik antara dokter dengan

pasien atau keluarga pasien.

- Berdamai dengan kompensasi financial

- Dengan negosiasi, mediasi, arbitrsai atau konsiliasi, dll.

b. Litigasi

Prosedur dalam KUHAPerd

- Gugatan kepengadilan negeri

- Pembuktian oleh penggugat

- Bukti: saksi, dokumen, ahli,dll

- Hakim mengupayakan damai dulu, kemudian “right-based”

Page 7: BAB I

- Sanksi: denda materiil atau materiil.

Barang siapa karena kealpaannya atau kelalaiannya menyebabkan orang lain mati,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan

paling lama satu tahun.

d. Pelanggaran pidana

- Tidak ada satu undang-undang atau ketentuan pidana yang menyebut kata

melpraktek

- Malpraktik adalah genus dari banyak spesies tindak pidana

- Spesies tersebutlah yang diatur dalam undang-undang pidana:

o Menipu pasien (pasal 378 KUHP)

o Melanggar Kesopanan (PASAL 290, 294, 285, 286)

o Aborsi illegal (pasal 194 UU NO.36 Tahun 2009)

o Melalaikan pasien (pasal 531 KUHP)

o Euthanasia (Pasal 344 KUHP)

Penyelesaian tindak pidana:

- Hanya dengan Litigasi

- Sesuai prosedur KUHAP

- Melalui proses peradilan pidana:

o Penyelidikan/ Penyidikan

o Penuntutan

o Persidangan

o Eksekusi

- Sanksi: hukuman pidana atau denda

Page 8: BAB I

- Tanggung jawab: bersifat individu, tidak diwakilkan

Jadi pada scenario terjadi pelanggaran malpraktik yang termasuk: malpraktik disiplin,

malpraktik perdana, dan malpraktik perdata.

5. Dapatkah doctrin ress ipsa loquiter kalau bisa mengapa

Doctrin ress ipsa loquitor (the thing speaks for it self)

Tak mungkin terjadi jika tidak lalai

Kesalahan dalam bidang tanggung jawab

Pasien tidak ikut menyebabkan kerugian

Dapat terjadi karena terjadi kelalaian, dan pasien tidak bertanggung jawab terhadap

kerugian yang terjadi.

6. Unsur-unsur kelalaian

a. Malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggar hukum, tidak tepat atau

tidak layak (Unlawful atau Improper) misalnya melakukan tindakan medis tanpa

indikasi yang memadai.

b. Misfeasance berarti melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi

melaksanakannya dengan tidak tepat.

c. Nonfesance berarti tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban.

Dalam scenario terdapat unsure kelalaian yang dilakukan oleh dokter yang bertugas di IGD,

yaitu Malfeasance dibuktikan dengan pemberian terapi injeksi dalam dosis besar untuk anak

usia 12 tahun tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Page 9: BAB I

7. Apakah sudah terjadi unforeseeable atau untoward result

8. Apakah sudah terjadi medical error

a. Medical malpraktik : Kelainan dari seorang dokter untuk menerapkan tingkat

keterampilan dan pengetahuan didalam memberikan pelayanan pengobatan dan

perawatan terhadap seorang pasien yang lazimnya diterapkan dalam mengobati dan

merawat orang sakit atau terluka dilingkungan wilayah yang sama.

Malpraktik medik : Sikap tindakan yang salah,pemberian pelayanan yang tidak

benar,Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga

kesehatan

b. Medical error : Suatu proses yang gagal dan berhubungan dengan hasil yang negatif ,

Medical error terjadi akibat kegagalan terapi yang berupa: Tindakan operasi:

Komplikasi, Kecelakaan anestesi,tindakan operasi beresiko.

Medical error melibatkan unsure manusia dan system.

Dalam scenario terjadi medical error yakni terjadi reaksi hipersensitivitas diluar dugaan.

9. Jika saudara adalah spesialis penyakit dalam yang digugat apa yang akan dilakukan.