30
BAB I LANDASAN TEORITIS A. Kosep Dasar 1. Defenisi Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. (Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003, hal 1) Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”. (100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Perlu Anda Ketahui, Medan, 2006, hal 1) 2. Etiologi Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hiv

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

LANDASAN TEORITIS

A.   Kosep Dasar

1.    Defenisi

            Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit

yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan

dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu.

Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau

hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.

(Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003, hal 1)

            Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan

tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel

darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang

disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”.

(100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Perlu Anda Ketahui, Medan, 2006, hal 1)

2.      Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human

immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983

sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi

retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang

pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya

disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

Page 2: BAB I

A.     Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak

ada gejala.

B.  Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes

illness.

C.  Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak

ada.

D.   Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat

malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi

mulut.

E.   AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali

ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai

system tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun

wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :  Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak

terinfeksi.

  Orang yang ketagian obat intravena

  Partner seks dari penderita AIDS

  Penerima darah atau produk darah (transfusi).

3.     ANATOMI FISIOLOGI

HIV berbeda dalam struktur dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya. Besarnya

sekitar 120 nm dalam diameter (seper 120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel

darah merah) dan kasarnya "spherical"

Page 3: BAB I

4.    Patofisiologi

HIV masuk ke dalam tubuh manusia

Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4

(Limfosit T4, Monosit, Sel dendrit, Sel Langerhans)

Mengikat molekul CO4

Memiliki sel target dan memproduksi virus

Sel limfosit T4 hancur

Imunitas tubuh menurun

Infeksi opurtinistik

                                                                    ↓

Page 4: BAB I

                 ↓                      ↓         

                                           ↓                      ↓

       Sist pernafasan   Sist Pencernaan                            Sist. Integumen Sist Neurologis

                 ↓                         ↓                                                 ↓                      ↓

       Peradangan pd      Infeksi jamur       Peristaltik        Peradangan kulit    Infeksi ssp

        Jaringan paru                ↓                      ↓                         ↓                      

                 ↓             Peradangan mulut  Diare kronis          Timbul lesi/               ↓

       Sesak, demam               ↓                      ↓                 bercak

putih      Peningkatan

                 ↓                Sulit menelan    Cairan output                ↓          kesadaran, kejang

          Tdk efektif                Mual                    ↓                  Gatal, nyeri       Nyeri kepala

       Ggn pertukaran               ↓               Bibir kering             Bersisik                 ↓

               gas               Intake kurang      Turgor kulit                  ↓            MK: perubahan

             ↑ suhu                     ↓                      ↓                MK: Ggn rasa     proses pikir

                                MK: Ggn pemenu MK: kekurang           nyaman

                                     Han nutrisi       an vol cairan

                                                           Ggn eliminasi

                                                             BAB, diare                  

5.    Manifestasi Klinis

Menurut WHO:

1)    Gejala mayor

  Penurunan BB ≥ 10%

  Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan

  Diare kronis

  Tuberkulosis

2)    Gejala minor

  Koordinasi orofaringeal

  Batuk menetap lebih dari 1 bulan

  Kelemahan tubuh

  Berkeringat malam

  Hilang nafsu makan

  Infeksi kulit generalisata

Page 5: BAB I

  Limfodenopati

  Herpes zoster

  Infeksi herpes simplek kronis

  Pneumonia

  Sarkoma kaposi

Manifestasi klinis

  Angiomatosis

  Kandidiosis orofaringeal

  Kandidiasis vulvovaginal

  Displasisa leher rahim

  Herpes zoster

  Purpura idiopatik trombositopenik

  Kandidiasis esophagus

Manifestasi Klinis

Stadium Skala Aktivitas Gambaran Klinis

I Asimptomatic, aktivitas normal

a.     Asimptomatic

b.     Limfodenopati generalisata

II Simptomatic, aktivitas normal

a.     BB menurun < 10%

b.     Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti: dermatitis,

pruigo, ulkus oral, seboroik, onikomikosis yang rekuren dan

kheilitis angularis

     Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir

d.     Infeksi saluran afas bagian atas seperti: sinusitis bakteriaslis

III Pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%

a.     BB > 10%

b.     Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

     Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d.     Kandidiasi orofaringeal

e.     Oral hairy leukoplakia

     TB Paru dalam tahun terakhir

g.     Infeksi bacterial yang berat seperti: pneumonia dan piomiositish

IV Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih

dari 50%

a.     HIV wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh CDC

Page 6: BAB I

b.     Pneumonia pneumocytis carinii

     Toksoplasmosis otak

d.     Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan

e.     Retinitis virus sitomegalo

     Kriptokokosis extra pulmonal

g.     Herpes simplex mukokutan > 1 bulan

h.     Leukoensepalopati multifokal progresif

    Mikosis disminata seperti histoplasmosis

    Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru

     Mikobakteriasis atipikal diseminata

    Septisemia salmonelosis nontifoid

m.    Tuberkulosis di luar paru

n.     Limfoma

o.     Sarkoma kaposi6.    Pemeriksaan Diagnostik

1.Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

-. ELISA

-. Western blot

-. P24 antigen test

-. Kultur HIV

2.Tes untuk deteksi gangguan system imun.

-. Hematokrit.

-. LED

-. CD4 limfosit

-. Rasio CD4/CD limfosit

Page 7: BAB I

-. Serum mikroglobulin B2

-. Hemoglobulin 

7.    Komplikasi

a. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human

Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,

keletihan dan cacat.

b. Neurologik

- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV)

pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,

disfasia, dan isolasi social.

- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan

elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /

parsial.

-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.

- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)

c. Gastrointestinal

- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma

Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.

- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan

anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat

infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

d. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan

strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

e. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,

lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan

sepsis.

f. Sensorik

- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

Page 8: BAB I

- Pendengaran : otitis eksternal aku

7.      Penatalaksanaan

  Respon biologis / aspek fisik

a.    Universal precaution

1)   Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh

2)   Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

3)   Dekontaminasi cairan tubuh pasien

4)   Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai

5)   Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan

6)   Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman

b.    Peran perawat dalam pemberian ARV

Tujuan terapi ARV:

1)   Menghentikan replikasi HIV

2)   Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik

3)   Memperbaiki kualitas hidup

4)   Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV

c.    Pemberian nutrisi

Pasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan

untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral

d.    Aktivitas dan istirahat

  Respon adaptif psikologis

1)    Pikiran positif tentang dirinya

2)    Mengontrol diri sendiri

3)    Rasionalisasi

4)    Teknik perilaku

  Respon sosial

1)    Dukungan emosional

2)    Dukungan penghargaan

3)    Dukungan instrumental

4)    Dukungan informatif

Page 9: BAB I

  Respon spiritual

1)    Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan

2)    Padai mengambil hikmah

3)    Kestabilan hati

  Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik

1)   Perilaku beresiko epidemiologis

                           i.    Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa menggunakan kondom

                         ii.    Pecandu narkotik suntikan

                        iii.    Hubungan seksual yang tidak aman

1.    Memiliki banyak mitra seksual

2.    Mitra seksual yang diketahui pasien HIV / AIDS

3.    Mitra seksual di daerah dengan prevalensi HIV / AIDS yang tinggi

4.    Homoseksual

                        ii.    Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat

prostitusi terselubung

                       iii.    Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS)

                       iv.    Riwayat menerima transfusi darah berulang

                        v.    Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril

BAB II

Asuhan Keperawatan

Dasar Data Pengkajian Pasien

Aktivitas / istirahat

Gejala:

a.    Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise

b.    Perubahan pola tidur

Tanda:

  Kelemahan otot, menurunnya massa otot

  Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan

Sirkulasi

Gejala:

  Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang

terjadi)

Page 10: BAB I

Tanda:

  Takikardia, perubahan TD postural

  Menurunnya volume nadi perifer

  Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler

Integritas ego

Gejala:

  Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan

orang lain

  Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual

  Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB

  Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah

  Kehilangan kontrol diri dan depresi

Tanda:

  Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri

  Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang

  Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama

Eliminasi

Gejala:

  Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal

  Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi

Tanda:

  Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah

  Diare pekat yang sering

  Nyeri tekan abdominal

  Lesi atau abses rectal, personal

  Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin

Makanan / cairan

Gejala:

  Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah

  Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan

  Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot

  Turgor kulit buruk

Page 11: BAB I

  Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna

  Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal

  Edema (umum, dependen)

Higiene

Gejala:

  Tidak dapat menyelesaikan aktivitas

Tanda:

  Memperlihatkan penampila yang kurang rapi

  Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri

Neurosensori

Gejala:

  Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental

  Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat

dan konsentrasi menurun

  Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran

  Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan

  Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)

Tanda:

  Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi

buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat

  Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis

  Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia

  Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik

  Vocalis: hemi paresis; kejang

  Hemoragi retina dan eksudat

Nyeri / kenyamanan

Gejala:

  Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki

  Sakit kepala (keterlibatan ssp)

  Nyeri dada pleuritis

Page 12: BAB I

Tanda:

  Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan

  Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang

  Gerak otot melindungi bagian yang sakit

Pernapasan

Gejala:

  Isksering, menetap

  Napas pendek yang progresif

  Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP

mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)

  Bendungan atau sesak dada

Tanda:

  Takipnea, distres pernapasan

  Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius

  Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)

Keamanan

Gejala:

  Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya

  Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler

mayor, insiden traumatis)

  Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut

  Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS

  Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam

Tanda:

  Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna /

ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

  Rektum, luka-luka perianal atau abses

  Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak,

paha)

  Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan

Seksualitas

Page 13: BAB I

Gejala:

  Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang

positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal

  Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks

  Penggunaan kondom yang tidak konsisten

  Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita

yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)

Tanda:

  Kehamilan atau resiko terhadap hamil

Genetalia:

  Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas

Interaksi sosial

Gejala:

  Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman,

pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan /

kehilangan pendapatan

  Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS

  Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana

Tanda:

  Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat

  Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan

Penyuluhan / pembelajaran

Gejala:

  Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual

ataupun penggunaan obat-obatan IV)

  Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol

Pertimbangan rencana pemulangan:

  Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan / bahan;

trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas

perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup.

Diagnosa Keperawatan

Page 14: BAB I

Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV / AIDS

adalah:

1)   Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif

2)    Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat

3)    Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular

4)    Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K

5)    Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna d/d

penurunan berat badan

6)    Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri

7)    Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit

8)    Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis

9)    Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d kekurangan energi

10) Perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang perhatian

11) Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan tegangan

12) Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak

13) Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d bergantung pada orang lain untuk

perawatan

14) Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi d/d permintaan

informasi

3.      Perencanaan

Dx Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

1 Mengidentifikasi /

ikut serta dalam

perilaku yang

megurangi resiko

infeksi mencapai

masa

penyembuhan luka

/ lesi tidak demam

dan bebas dari

pengeluaran /

sekresi purulen

dan tanda-tanda

lain dari kondisi

infeksi

  Cuci tangan sebelum dan

sesudah seluruh kontak

perawatan dilakukan

instruksikan pasien /

orang terdekat untuk

mencuci tangan sesuai

indikasi

  Berikan lingkungan yang

bersih dan berventilasi

baik periksa

pengunjung / staf

terhadap tanda infeksi

dan mempertahankan

kewaspadaan sesuai

indikasi

  Diskusikan tingkat dan

 Mengurangi resiko

terkontaminasi silang

 Mengurangi patogen

pada sistem imun

dan mengurangi

kemungkinan pasien

mengalami infeksi

nosokomial

 Meningkatkan kerja

Page 15: BAB I

rasional isolasi

pencegahan dan

mempertahankan

kesehatan pribadi

  Pantau tanda-tanda vital

termasuk suhu

  Bersihkan kulit /

membran mukosa oral

terdapat bercak putih /

lesi

  Periksa adanya luka /

lokasi alat

infasif,perhatikan

tanda-tanda inflamasi /

infeksi lokal

sama dengan cara

hidup dan berusaha

mengurangi rasa

terisolasi

 Memberikan informasi

dasar awitan /

peningkatan suhu

secara berulang-

ulang dari demam

yang terjadi untuk

menunjukkan bahwa

tubuh bereaksi pada

proses infeksi yang

baru dimana obat

tidak lagi dapat

secara efektif

mengontrol infeksi

yang tidak dapat

disembuhkan

 Kandidiasis oral,

herpes, CMV dan

crytocolus adalah

penyakit yang umum

terjadi dan

memberikan efek

pada membran kulit

 Identifikasi / perawatan

awal dari infeksi

sekunder dapat

mencegah terjadinya

sepsis

 Mengontrol mikro

organisme pada

permukaan keras

Page 16: BAB I

  Bersihkan percikan

cairan tubuh / darah

dengan larutan pemutih

1 : 10

2 Mempertahankan

hidrasi dibuktikan

oleh membran

mukosa lembab,

turgor kulit baik,

haluaran urine

adekuat secara

pribadi

  Pantau tanda-tanda vital

termasuk CVP, bila

terpasang, catata

hipertensi termasuk

perubahan postural

  Kaji turgor kulit,

membran mukosa dan

rasa haus

  Pantau pemasukan oral

dan masukan cairan

sedikitnya 2500 ml /

hari

 Indikator dari volume

cairan sirkulasi

 Indikator tidak

langsung dari status

cairan

 Mempertahankan

keseimbangan

cairan, mengurangi

rasa haus, dan

melembabakan

membran mukosa

3 Mempertahankan

pola pernapasan

efektif membran

mukosa tidak

mengalami sesak

nafas / sianosis

dengan bunyi

nafas dan sinar x

bagian dada yang

bersih / meningkat

dan AGD dalam

batas normal

pasien

  Tinggikan kepala tempat

tidur usahakan pasien

untuk berbalik, batuk,

menarik nafas sesuai

kebutuhan

  Selidiki tentang keluhan

nyeri dada

  Berikan periode istirahat

yang cukup diantara

 Meningkatkan fungsi

pernafasan yang

optimal dan

mengurangi aspirasi /

infeksi yang

ditimbulkan karena

atelektasis

 Nyeri dada pleuritis

dapat

menggambarkan

adanya pnemonia

non spesifik / efusi

pleura berkenaan

dengan keganasan

 Menurunkan konsumsi

O2

Page 17: BAB I

waktu aktivitas

pertahankan

lingkungan yang tenang

4 Menunjukkan

homosatis yang

ditunjukkan

dengan tidak

adanya

perdarahan

mukosa dan bebas

dari ekimosis

  Lakukan pemeriksaan

darah pada cairan

tubuh untuk

mengetahui adanya

darah pada urine, feses

dan cairan muntah

  Pantau perubahan tanda-

tanda vital dan warna

kulit

  Pantau perubahan

tingkat kesadaran dan

gangguan penglihatan

 Mempercepat deteksi

adanya perdarahan /

penentuan awal dari

therapi mungkin

dapat mencegah

perdarahan kritis

 Timbulnya

perdarahan /

hemoragi dapat

menunjukkan

kegagalan sirkulasi /

syok

 Perubahan dapat

menunjukkan adanya

perdarahan otak

5 Mempertahankan

BB atau

memperlihatkan

peningkatan BB

yang mengacu

pada tujuan yang

diinginkan

  Kaji kemampuan untuk

mengunyah,

merasakan dan

menelan

  Timbang BB sesuai

kebutuhan, evaluasi BB

dalam hal adanya BB

yang tidak sesuai.

Gunakan serangkaian

pengukuran BB dan

antropometrik

 Lesi mulut,

tenggorokan, dan

esofagus dapat

menyebabkan

dispagia, penurunan

kemampuan pasien

untuk mengolah

makanan dan

mengurangi

keinginan untuk

makan

 Indikator kebutuhan

nutrisi / pemasukan

yang adekuat

 Lambung yang penuh

Page 18: BAB I

  Jadwalkan obat-obatan

diantara makan dan

batasi pemasukan

cairan dengan

makanan, kecuali jika

cairan memiliki nilai gizi

  Dorong pasien untuk

duduk pada waktu

makan

  Catat pemasukan kalori

akan mengurangi

nafsu makan dan

pemasukan makanan

 Mempermudah proses

menelan dan

mengurangi resiko

aspirasi

 Mengidentifikasi

kebutuhan terhadap

suplemen atau

alternatif metode

pemberian makanan

6 Keluhan

hilangnya /

terkontrolnya rasa

sakit

  Kaji keluhan yeri,

perhatikan lokasi,

intensitas (skala 1 –

10), frekuensi dan

waktu menandai gejala

non verbal

  Dorong pengungkapan

perasaan

  Lakukan tindakan pariatif

mis: pengubahan

posisi, masase, rentang

gerak pada sendi yang

sakit

  Berikan kompres

hangat / lembab pada

sisi infeksi pentamidin /

IV selama 20 menit

setelah pemberian

 Mengindikasikan

kebutuhan untuk

intervensi dan juga

tanda-tanda

perkembangan /

resolusi komplikasi

 Dapat mengurangi

ansietas dan rasa

takut, sehingga

mengurangi persepsi

akan intensitas rasa

sakit

 Meningkatkan

relaksasi /

menurunka tegangan

otot

 Infeksi diketahui

sebagai penyebab

rasa sakit dan abses

steril

7 Menunjukkan   Kaji kulit setiap hari, catat  Menentukan garis

Page 19: BAB I

tingkah laku /

teknik untuk

mencegah

kerusakan kulit /

meningkatkan

kesembuhan

warna, turgor, sirkulasi

dan sensasi.

Gambarkan lesi dan

amati perubahan

  Pertahankan sprei

bersih, kering dan tidak

berkerut

  Tutupi luka tekan yang

terbuka dengan

pembalut yang steril

atau barrier produktif

dasar dimana

perubahan pada

status dapat

dibandingkan dan

melakukan intervensi

yang tepat

 Friksi kulit disebabkan

oleh kain yang

berkerut dan basah

yang menyebabkan

iritasi dan potensial

terhadap infeksi

 Dapat mengurangi

kontaminasi bakteri,

meningkatkan proses

penyembuhan

8 Menunjukkan

membran mukosa

utuh, berwarna

merah jambu,

basah dan bebas

dari inflamasi /

ulserasi

  Kaji membran mukosa /

catat seluruh lesi oral.

Perhatikan keluhan

nyeri, bengkak, sulit

mengunyah / menelan

  Berikan perawatan oral

setiap hari dan setelah

makan, gunakan sikat

gigi halus, pasta sisi

non abrasif, obat

pencuci mulut non

alkohol dan pelembab

bibir

  Cuci lesi mukosa oral

dengan menggunakan

hidrogen peroksida /

salin atau larutan soda

kue

 Edema, lesi, membran

mukosa oral dan

tenggorok kering

menyebabkan rasa

sakit dan sulit

mengunyah /

menelan

 Mengurangi rasa tidak

nyaman,

meningkatkan rasa

sehat dan mencegah

pembentukan asam

yang dikaitkan

dengan partikel

makanan yang

tertinggal

 Mengurangi

penyebaran lesi dan

krustasi dari

Page 20: BAB I

  Anjurkan permen karet /

permen tidak

mengandung gula

  Dorong pasien untuk

tidak merokok

kandidiasis dan

meningkatkan

kenyamanan

 Merangsang saliva

untuk menetralkan

asam dan melindungi

membran mukosa

 Rokok akan

mengeringkan dan

mengiritasi membran

mukosa

9 Melaporkan

peningkatan energi

  Kaji pola tidur dan catat

perubahan dalam

proses berpikir /

perilaku

  Rencanakan perawatan

untuk menyediakan

fase istirahat. Atur

aktivitas pada waktu

pasien sagat berenergi.

Ikut sertakan pasien /

orang terdekat pada

penyusunan rencana

 Berbagai faktor dapat

meningkatkan

kelelahan, termasuk

kurang tidur, penyakit

ssp, tekanan emosi

dan efek samping

obat-obatan /

kemoterapi

 Periode istirahat yang

sering sangat

dibutuhkan dalam

memperbaiki /

menghemat energi.

Perencanaan akan

membuat pasien

menjadi aktif pada

waktu dimana tingkat

energi lebih tinggi,

sehingga dapat

memperbaiki

perasaan sehat dan

kontrol diri

 Mengusahakan kontrol

diri dan perasaan

berhasil, mencegah

timbulnya perasaan

Page 21: BAB I

  Tetapkan keberhasilan

aktivitas yang realitas

dengan pasien

frustasi akibat

kelelahan karena

aktivitas berlebihan

10 Mempertahankan

orientasi realita

umum dan fungsi

kognitif optimal

  Kaji status mental dan

neurologis dengan

menggunakan alat

yang sesuai. Catat

perubahan orientasi,

respon terhadap

rangsang, kemampuan

untuk mencegah

masalah, ansietas,

perubahan pola tidur,

halusinasi dan ide

paranoid

  Pantau adanya tanda-

tanda infeksi ssp, mis:

sakit kepala, kekakuan

nukal, muntah, demam

  Susun batasan pada

perilaku mal adaptif /

menyiksa, hindari

 Menetapkan tingkat

fungsional pada

waktu penerimaan

dan mewaspadakan

perawat pada

perubahan status

yang dapat

dihubungkan dengan

infeksi / kemungkinan

penyakit ssp yang

makin buruk, stressor

lingkungan, tekanan

fisiologis, efek

samping terapi obat-

obatan

 Gejala ssp

dihubungkan dengan

meningitis /

ensefalitis diseminata

mungkin memiliki

jangkauan dari

perubahan

kepribadian yang

tidak kelihatan

sampai kekacauan

mental, peka

rangsangan,

mengantuk, pingsan,

kejang dan demensia

 Memberikan waktu

tidur, emngurangi

gejala kognitif dan

kurang tidur

 Mendapatkan

Page 22: BAB I

pilihan pertanyaan

terbuka

  Diskusikan penyebab /

harapan di masa depan

dan perawatan jika

demensia telah

terdiagnosa. Gunakan

istilah yang kongkret

informasi bahwa A2T

telah muncul untuk

memperbaiki kognisi

dapat memberikan

harapan dan kontrol

terhadap kehilangan

11 Menyatakan

kesadaran tentang

perasaan dan cara

sehat untuk

menghadapinya

  Jamin pasien tentang

kerahasiaan dalam

batasan situasi tertentu

  Berikan informasi akurat

dan konsiste mengenai

prognosis, hindari

argumentasi mengenai

persepsi pasien

terhadap situasi

tersebut

  Berikan lingkungan

terbuka dimana pasien

akan merasa aman

untuk mendiskusikan

perasaan atau

menahan diri untuk

berbicara

  Berikan informasi yang

dapat dipercaya dan

konsisten, juga

dukungan untuk orang

terdekat

 Memberikan

penentraman hati

lebih lanjut dan

kesempatan bagi

pasien untuk

memecahkan

masalah pada situasi

yang diantisipasi

 Dapat mengurangi

ansietas dan

ketidakmampuan

pasien untuk

membuat keputusan /

pilihan berdasarkan

realita

 Membantu pasien

untuk merasa

diterima pada kondisi

sekarang tanpa

perasaan dihakimi

dan meningkatkan

perasaan harga diri

dan kontrol

 Menciptakan interaksi

personal yang lebih

baik dan menurunkan

ansietas dan rasa

takut

12 Menunjukkan   Tentukan persepsi  Isolasi sebagian dapat

Page 23: BAB I

peningkatan

perasaan harga diri

pasien tentang situasi

  Batasi / hindari

penggunaan masker,

baju dan sarung tangan

jika memungkinkan

mis: jika berbicara

dengan pasien

  Dorong kunjungan

terbuka, hubungan

telepon dan aktivitas

sosial dalam tingkat

yang memungkinkan

  Dorong adanya

hubungan yang aktif

dengan orang terdekat

mempengaruhi diri

saat pasien takut

penolakan / reaksi

orang lain

 Mengurangi perasaan

pasien akan isolasi

fisik dan menciptakan

hubungan sosial

yang positif yang

dapat meningkatkan

rasa percaya diri

 Partisipasi orang lain

dapat meningkatkan

rasa kebersamaan

 Membantu

menetapkan

partisipasi pada

hubungan sosial

dapat mengurangi

kemungkinan upaya

bunuh diri

13 Menyatakan

perasaan dan cara

yang sehat untuk

berhubungan

dengan mereka

  Kaji tingkat perasaan

tidak berdaya, mis:

ekspresi verbal / non

verbal yang

mengindikasikan

kurang kontrol, efek

daftar kurangnya

komunikasi

  Dorong peran aktif pada

perencanaan aktivitas,

menetapkan

keberhasilan harian,

yang realitas / dapat

dicapai dorong kontrol

pasien dan tanggung

jawab sebanyak

 Menentukan status

individual pasien dan

mengusahakan

intervensi yang

sesuai pada waktu

pasien imobilisasi

karena perasaan

depresi

 Memungkinkan

peningkatan

perasaan kontrol dan

menghargai diri

sendiri dan tanggung

jawab

Page 24: BAB I

mungkin, identifikasi

hal-hal yang dapat dan

tidak dapat dikontrol

pasien

14 Mengungkapkan

pemahamannya

tentang kondisi /

proses dan

perawatan dari

penyakit tertentu

  Tinjau ulang proses

penyakit dan apa yang

menjadi harapan di

masa depan

  Tinjau ulang cara

penularan penyakit

  Berikan informasi

mengenai

penatalaksanaan gejala

yang melengkapi

aturan medis, mis:

pada diare intermiten,

gunakan lomotil

sebelum pergi kegitan

sosial

  Tekankan perlunya

melajutkan perawatan

kesehatan dan evaluasi

  Identifikasi sumber-

sumber komunitas, mis:

rumah sakit / pusat

perawatan tempat

tinggal (bila ada)

 Memberikan

pengetahuan dasar

dimana pasien dapat

membuat pilihan

berdasarkan

informasi

 Mengoreksi mitos dan

kesalahan konsepsi,

meningkatkan

keamanan bagi

pasien / orang lain

 Memberikan pasien

kontrol mengurangi

resiko rasa malu dan

meningkatkan

kenyamanan

 Memberi kesempatan

untuk mengubah

aturan untuk

memenuhi kebutuhan

perubahan /

individual

 Memudahkan

pemindahan dari

lingkungan

perawatan akut,

mendukung

pemulihan dengan

kemandirian

Page 25: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Meular Dan

Penyehatan Lingkungan, Pedoman Nasional Terapi, 2004.

Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan Departemen

RI, Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan Petugas Lainnya, Jakarta, 2003.

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

Jakarta, 2000.

Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001.

Umar Zein, 100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Anda Ketahui, USU Press, Medan, 2006.http://kartikareinkarnasi.blogspot.com/2011/12/askep-hivaids-terbaru.html