Upload
cita-nuraini-ibrahiem
View
225
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hiv
Citation preview
BAB I
LANDASAN TEORITIS
A. Kosep Dasar
1. Defenisi
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit
yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan
dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu.
Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau
hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
(Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003, hal 1)
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel
darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang
disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”.
(100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Perlu Anda Ketahui, Medan, 2006, hal 1)
2. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
A. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak
ada gejala.
B. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
C. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
D. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
E. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah : Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak
terinfeksi.
Orang yang ketagian obat intravena
Partner seks dari penderita AIDS
Penerima darah atau produk darah (transfusi).
3. ANATOMI FISIOLOGI
HIV berbeda dalam struktur dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya. Besarnya
sekitar 120 nm dalam diameter (seper 120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel
darah merah) dan kasarnya "spherical"
4. Patofisiologi
HIV masuk ke dalam tubuh manusia
↓
Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4
(Limfosit T4, Monosit, Sel dendrit, Sel Langerhans)
↓
Mengikat molekul CO4
↓
Memiliki sel target dan memproduksi virus
↓
Sel limfosit T4 hancur
↓
Imunitas tubuh menurun
↓
Infeksi opurtinistik
↓
↓ ↓
↓ ↓
Sist pernafasan Sist Pencernaan Sist. Integumen Sist Neurologis
↓ ↓ ↓ ↓
Peradangan pd Infeksi jamur Peristaltik Peradangan kulit Infeksi ssp
Jaringan paru ↓ ↓ ↓
↓ Peradangan mulut Diare kronis Timbul lesi/ ↓
Sesak, demam ↓ ↓ bercak
putih Peningkatan
↓ Sulit menelan Cairan output ↓ kesadaran, kejang
Tdk efektif Mual ↓ Gatal, nyeri Nyeri kepala
Ggn pertukaran ↓ Bibir kering Bersisik ↓
gas Intake kurang Turgor kulit ↓ MK: perubahan
↑ suhu ↓ ↓ MK: Ggn rasa proses pikir
MK: Ggn pemenu MK: kekurang nyaman
Han nutrisi an vol cairan
Ggn eliminasi
BAB, diare
5. Manifestasi Klinis
Menurut WHO:
1) Gejala mayor
Penurunan BB ≥ 10%
Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
Diare kronis
Tuberkulosis
2) Gejala minor
Koordinasi orofaringeal
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Kelemahan tubuh
Berkeringat malam
Hilang nafsu makan
Infeksi kulit generalisata
Limfodenopati
Herpes zoster
Infeksi herpes simplek kronis
Pneumonia
Sarkoma kaposi
Manifestasi klinis
Angiomatosis
Kandidiosis orofaringeal
Kandidiasis vulvovaginal
Displasisa leher rahim
Herpes zoster
Purpura idiopatik trombositopenik
Kandidiasis esophagus
Manifestasi Klinis
Stadium Skala Aktivitas Gambaran Klinis
I Asimptomatic, aktivitas normal
a. Asimptomatic
b. Limfodenopati generalisata
II Simptomatic, aktivitas normal
a. BB menurun < 10%
b. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti: dermatitis,
pruigo, ulkus oral, seboroik, onikomikosis yang rekuren dan
kheilitis angularis
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran afas bagian atas seperti: sinusitis bakteriaslis
III Pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%
a. BB > 10%
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Kandidiasi orofaringeal
e. Oral hairy leukoplakia
TB Paru dalam tahun terakhir
g. Infeksi bacterial yang berat seperti: pneumonia dan piomiositish
IV Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih
dari 50%
a. HIV wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh CDC
b. Pneumonia pneumocytis carinii
Toksoplasmosis otak
d. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
e. Retinitis virus sitomegalo
Kriptokokosis extra pulmonal
g. Herpes simplex mukokutan > 1 bulan
h. Leukoensepalopati multifokal progresif
Mikosis disminata seperti histoplasmosis
Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru
Mikobakteriasis atipikal diseminata
Septisemia salmonelosis nontifoid
m. Tuberkulosis di luar paru
n. Limfoma
o. Sarkoma kaposi6. Pemeriksaan Diagnostik
1.Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
-. ELISA
-. Western blot
-. P24 antigen test
-. Kultur HIV
2.Tes untuk deteksi gangguan system imun.
-. Hematokrit.
-. LED
-. CD4 limfosit
-. Rasio CD4/CD limfosit
-. Serum mikroglobulin B2
-. Hemoglobulin
7. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV)
pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /
parsial.
-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,
lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan
sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal aku
7. Penatalaksanaan
Respon biologis / aspek fisik
a. Universal precaution
1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien
4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai
5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan
6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman
b. Peran perawat dalam pemberian ARV
Tujuan terapi ARV:
1) Menghentikan replikasi HIV
2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik
3) Memperbaiki kualitas hidup
4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
c. Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan
untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral
d. Aktivitas dan istirahat
Respon adaptif psikologis
1) Pikiran positif tentang dirinya
2) Mengontrol diri sendiri
3) Rasionalisasi
4) Teknik perilaku
Respon sosial
1) Dukungan emosional
2) Dukungan penghargaan
3) Dukungan instrumental
4) Dukungan informatif
Respon spiritual
1) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
2) Padai mengambil hikmah
3) Kestabilan hati
Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik
1) Perilaku beresiko epidemiologis
i. Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa menggunakan kondom
ii. Pecandu narkotik suntikan
iii. Hubungan seksual yang tidak aman
1. Memiliki banyak mitra seksual
2. Mitra seksual yang diketahui pasien HIV / AIDS
3. Mitra seksual di daerah dengan prevalensi HIV / AIDS yang tinggi
4. Homoseksual
ii. Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat
prostitusi terselubung
iii. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS)
iv. Riwayat menerima transfusi darah berulang
v. Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril
BAB II
Asuhan Keperawatan
Dasar Data Pengkajian Pasien
Aktivitas / istirahat
Gejala:
a. Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise
b. Perubahan pola tidur
Tanda:
Kelemahan otot, menurunnya massa otot
Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan
Sirkulasi
Gejala:
Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang
terjadi)
Tanda:
Takikardia, perubahan TD postural
Menurunnya volume nadi perifer
Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler
Integritas ego
Gejala:
Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan
orang lain
Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual
Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah
Kehilangan kontrol diri dan depresi
Tanda:
Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri
Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang
Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
Eliminasi
Gejala:
Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal
Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda:
Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah
Diare pekat yang sering
Nyeri tekan abdominal
Lesi atau abses rectal, personal
Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin
Makanan / cairan
Gejala:
Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah
Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan
Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot
Turgor kulit buruk
Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna
Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal
Edema (umum, dependen)
Higiene
Gejala:
Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
Tanda:
Memperlihatkan penampila yang kurang rapi
Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri
Neurosensori
Gejala:
Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental
Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat
dan konsentrasi menurun
Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran
Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan
Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)
Tanda:
Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi
buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat
Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis
Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia
Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik
Vocalis: hemi paresis; kejang
Hemoragi retina dan eksudat
Nyeri / kenyamanan
Gejala:
Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
Sakit kepala (keterlibatan ssp)
Nyeri dada pleuritis
Tanda:
Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang
Gerak otot melindungi bagian yang sakit
Pernapasan
Gejala:
Isksering, menetap
Napas pendek yang progresif
Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP
mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
Bendungan atau sesak dada
Tanda:
Takipnea, distres pernapasan
Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius
Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
Keamanan
Gejala:
Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya
Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler
mayor, insiden traumatis)
Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam
Tanda:
Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna /
ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Rektum, luka-luka perianal atau abses
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak,
paha)
Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan
Seksualitas
Gejala:
Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang
positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
Penggunaan kondom yang tidak konsisten
Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita
yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)
Tanda:
Kehamilan atau resiko terhadap hamil
Genetalia:
Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas
Interaksi sosial
Gejala:
Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman,
pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan /
kehilangan pendapatan
Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana
Tanda:
Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat
Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala:
Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual
ataupun penggunaan obat-obatan IV)
Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol
Pertimbangan rencana pemulangan:
Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan / bahan;
trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas
perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup.
Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV / AIDS
adalah:
1) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif
2) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat
3) Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular
4) Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K
5) Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna d/d
penurunan berat badan
6) Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri
7) Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit
8) Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis
9) Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d kekurangan energi
10) Perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang perhatian
11) Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan tegangan
12) Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak
13) Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d bergantung pada orang lain untuk
perawatan
14) Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi d/d permintaan
informasi
3. Perencanaan
Dx Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1 Mengidentifikasi /
ikut serta dalam
perilaku yang
megurangi resiko
infeksi mencapai
masa
penyembuhan luka
/ lesi tidak demam
dan bebas dari
pengeluaran /
sekresi purulen
dan tanda-tanda
lain dari kondisi
infeksi
Cuci tangan sebelum dan
sesudah seluruh kontak
perawatan dilakukan
instruksikan pasien /
orang terdekat untuk
mencuci tangan sesuai
indikasi
Berikan lingkungan yang
bersih dan berventilasi
baik periksa
pengunjung / staf
terhadap tanda infeksi
dan mempertahankan
kewaspadaan sesuai
indikasi
Diskusikan tingkat dan
Mengurangi resiko
terkontaminasi silang
Mengurangi patogen
pada sistem imun
dan mengurangi
kemungkinan pasien
mengalami infeksi
nosokomial
Meningkatkan kerja
rasional isolasi
pencegahan dan
mempertahankan
kesehatan pribadi
Pantau tanda-tanda vital
termasuk suhu
Bersihkan kulit /
membran mukosa oral
terdapat bercak putih /
lesi
Periksa adanya luka /
lokasi alat
infasif,perhatikan
tanda-tanda inflamasi /
infeksi lokal
sama dengan cara
hidup dan berusaha
mengurangi rasa
terisolasi
Memberikan informasi
dasar awitan /
peningkatan suhu
secara berulang-
ulang dari demam
yang terjadi untuk
menunjukkan bahwa
tubuh bereaksi pada
proses infeksi yang
baru dimana obat
tidak lagi dapat
secara efektif
mengontrol infeksi
yang tidak dapat
disembuhkan
Kandidiasis oral,
herpes, CMV dan
crytocolus adalah
penyakit yang umum
terjadi dan
memberikan efek
pada membran kulit
Identifikasi / perawatan
awal dari infeksi
sekunder dapat
mencegah terjadinya
sepsis
Mengontrol mikro
organisme pada
permukaan keras
Bersihkan percikan
cairan tubuh / darah
dengan larutan pemutih
1 : 10
2 Mempertahankan
hidrasi dibuktikan
oleh membran
mukosa lembab,
turgor kulit baik,
haluaran urine
adekuat secara
pribadi
Pantau tanda-tanda vital
termasuk CVP, bila
terpasang, catata
hipertensi termasuk
perubahan postural
Kaji turgor kulit,
membran mukosa dan
rasa haus
Pantau pemasukan oral
dan masukan cairan
sedikitnya 2500 ml /
hari
Indikator dari volume
cairan sirkulasi
Indikator tidak
langsung dari status
cairan
Mempertahankan
keseimbangan
cairan, mengurangi
rasa haus, dan
melembabakan
membran mukosa
3 Mempertahankan
pola pernapasan
efektif membran
mukosa tidak
mengalami sesak
nafas / sianosis
dengan bunyi
nafas dan sinar x
bagian dada yang
bersih / meningkat
dan AGD dalam
batas normal
pasien
Tinggikan kepala tempat
tidur usahakan pasien
untuk berbalik, batuk,
menarik nafas sesuai
kebutuhan
Selidiki tentang keluhan
nyeri dada
Berikan periode istirahat
yang cukup diantara
Meningkatkan fungsi
pernafasan yang
optimal dan
mengurangi aspirasi /
infeksi yang
ditimbulkan karena
atelektasis
Nyeri dada pleuritis
dapat
menggambarkan
adanya pnemonia
non spesifik / efusi
pleura berkenaan
dengan keganasan
Menurunkan konsumsi
O2
waktu aktivitas
pertahankan
lingkungan yang tenang
4 Menunjukkan
homosatis yang
ditunjukkan
dengan tidak
adanya
perdarahan
mukosa dan bebas
dari ekimosis
Lakukan pemeriksaan
darah pada cairan
tubuh untuk
mengetahui adanya
darah pada urine, feses
dan cairan muntah
Pantau perubahan tanda-
tanda vital dan warna
kulit
Pantau perubahan
tingkat kesadaran dan
gangguan penglihatan
Mempercepat deteksi
adanya perdarahan /
penentuan awal dari
therapi mungkin
dapat mencegah
perdarahan kritis
Timbulnya
perdarahan /
hemoragi dapat
menunjukkan
kegagalan sirkulasi /
syok
Perubahan dapat
menunjukkan adanya
perdarahan otak
5 Mempertahankan
BB atau
memperlihatkan
peningkatan BB
yang mengacu
pada tujuan yang
diinginkan
Kaji kemampuan untuk
mengunyah,
merasakan dan
menelan
Timbang BB sesuai
kebutuhan, evaluasi BB
dalam hal adanya BB
yang tidak sesuai.
Gunakan serangkaian
pengukuran BB dan
antropometrik
Lesi mulut,
tenggorokan, dan
esofagus dapat
menyebabkan
dispagia, penurunan
kemampuan pasien
untuk mengolah
makanan dan
mengurangi
keinginan untuk
makan
Indikator kebutuhan
nutrisi / pemasukan
yang adekuat
Lambung yang penuh
Jadwalkan obat-obatan
diantara makan dan
batasi pemasukan
cairan dengan
makanan, kecuali jika
cairan memiliki nilai gizi
Dorong pasien untuk
duduk pada waktu
makan
Catat pemasukan kalori
akan mengurangi
nafsu makan dan
pemasukan makanan
Mempermudah proses
menelan dan
mengurangi resiko
aspirasi
Mengidentifikasi
kebutuhan terhadap
suplemen atau
alternatif metode
pemberian makanan
6 Keluhan
hilangnya /
terkontrolnya rasa
sakit
Kaji keluhan yeri,
perhatikan lokasi,
intensitas (skala 1 –
10), frekuensi dan
waktu menandai gejala
non verbal
Dorong pengungkapan
perasaan
Lakukan tindakan pariatif
mis: pengubahan
posisi, masase, rentang
gerak pada sendi yang
sakit
Berikan kompres
hangat / lembab pada
sisi infeksi pentamidin /
IV selama 20 menit
setelah pemberian
Mengindikasikan
kebutuhan untuk
intervensi dan juga
tanda-tanda
perkembangan /
resolusi komplikasi
Dapat mengurangi
ansietas dan rasa
takut, sehingga
mengurangi persepsi
akan intensitas rasa
sakit
Meningkatkan
relaksasi /
menurunka tegangan
otot
Infeksi diketahui
sebagai penyebab
rasa sakit dan abses
steril
7 Menunjukkan Kaji kulit setiap hari, catat Menentukan garis
tingkah laku /
teknik untuk
mencegah
kerusakan kulit /
meningkatkan
kesembuhan
warna, turgor, sirkulasi
dan sensasi.
Gambarkan lesi dan
amati perubahan
Pertahankan sprei
bersih, kering dan tidak
berkerut
Tutupi luka tekan yang
terbuka dengan
pembalut yang steril
atau barrier produktif
dasar dimana
perubahan pada
status dapat
dibandingkan dan
melakukan intervensi
yang tepat
Friksi kulit disebabkan
oleh kain yang
berkerut dan basah
yang menyebabkan
iritasi dan potensial
terhadap infeksi
Dapat mengurangi
kontaminasi bakteri,
meningkatkan proses
penyembuhan
8 Menunjukkan
membran mukosa
utuh, berwarna
merah jambu,
basah dan bebas
dari inflamasi /
ulserasi
Kaji membran mukosa /
catat seluruh lesi oral.
Perhatikan keluhan
nyeri, bengkak, sulit
mengunyah / menelan
Berikan perawatan oral
setiap hari dan setelah
makan, gunakan sikat
gigi halus, pasta sisi
non abrasif, obat
pencuci mulut non
alkohol dan pelembab
bibir
Cuci lesi mukosa oral
dengan menggunakan
hidrogen peroksida /
salin atau larutan soda
kue
Edema, lesi, membran
mukosa oral dan
tenggorok kering
menyebabkan rasa
sakit dan sulit
mengunyah /
menelan
Mengurangi rasa tidak
nyaman,
meningkatkan rasa
sehat dan mencegah
pembentukan asam
yang dikaitkan
dengan partikel
makanan yang
tertinggal
Mengurangi
penyebaran lesi dan
krustasi dari
Anjurkan permen karet /
permen tidak
mengandung gula
Dorong pasien untuk
tidak merokok
kandidiasis dan
meningkatkan
kenyamanan
Merangsang saliva
untuk menetralkan
asam dan melindungi
membran mukosa
Rokok akan
mengeringkan dan
mengiritasi membran
mukosa
9 Melaporkan
peningkatan energi
Kaji pola tidur dan catat
perubahan dalam
proses berpikir /
perilaku
Rencanakan perawatan
untuk menyediakan
fase istirahat. Atur
aktivitas pada waktu
pasien sagat berenergi.
Ikut sertakan pasien /
orang terdekat pada
penyusunan rencana
Berbagai faktor dapat
meningkatkan
kelelahan, termasuk
kurang tidur, penyakit
ssp, tekanan emosi
dan efek samping
obat-obatan /
kemoterapi
Periode istirahat yang
sering sangat
dibutuhkan dalam
memperbaiki /
menghemat energi.
Perencanaan akan
membuat pasien
menjadi aktif pada
waktu dimana tingkat
energi lebih tinggi,
sehingga dapat
memperbaiki
perasaan sehat dan
kontrol diri
Mengusahakan kontrol
diri dan perasaan
berhasil, mencegah
timbulnya perasaan
Tetapkan keberhasilan
aktivitas yang realitas
dengan pasien
frustasi akibat
kelelahan karena
aktivitas berlebihan
10 Mempertahankan
orientasi realita
umum dan fungsi
kognitif optimal
Kaji status mental dan
neurologis dengan
menggunakan alat
yang sesuai. Catat
perubahan orientasi,
respon terhadap
rangsang, kemampuan
untuk mencegah
masalah, ansietas,
perubahan pola tidur,
halusinasi dan ide
paranoid
Pantau adanya tanda-
tanda infeksi ssp, mis:
sakit kepala, kekakuan
nukal, muntah, demam
Susun batasan pada
perilaku mal adaptif /
menyiksa, hindari
Menetapkan tingkat
fungsional pada
waktu penerimaan
dan mewaspadakan
perawat pada
perubahan status
yang dapat
dihubungkan dengan
infeksi / kemungkinan
penyakit ssp yang
makin buruk, stressor
lingkungan, tekanan
fisiologis, efek
samping terapi obat-
obatan
Gejala ssp
dihubungkan dengan
meningitis /
ensefalitis diseminata
mungkin memiliki
jangkauan dari
perubahan
kepribadian yang
tidak kelihatan
sampai kekacauan
mental, peka
rangsangan,
mengantuk, pingsan,
kejang dan demensia
Memberikan waktu
tidur, emngurangi
gejala kognitif dan
kurang tidur
Mendapatkan
pilihan pertanyaan
terbuka
Diskusikan penyebab /
harapan di masa depan
dan perawatan jika
demensia telah
terdiagnosa. Gunakan
istilah yang kongkret
informasi bahwa A2T
telah muncul untuk
memperbaiki kognisi
dapat memberikan
harapan dan kontrol
terhadap kehilangan
11 Menyatakan
kesadaran tentang
perasaan dan cara
sehat untuk
menghadapinya
Jamin pasien tentang
kerahasiaan dalam
batasan situasi tertentu
Berikan informasi akurat
dan konsiste mengenai
prognosis, hindari
argumentasi mengenai
persepsi pasien
terhadap situasi
tersebut
Berikan lingkungan
terbuka dimana pasien
akan merasa aman
untuk mendiskusikan
perasaan atau
menahan diri untuk
berbicara
Berikan informasi yang
dapat dipercaya dan
konsisten, juga
dukungan untuk orang
terdekat
Memberikan
penentraman hati
lebih lanjut dan
kesempatan bagi
pasien untuk
memecahkan
masalah pada situasi
yang diantisipasi
Dapat mengurangi
ansietas dan
ketidakmampuan
pasien untuk
membuat keputusan /
pilihan berdasarkan
realita
Membantu pasien
untuk merasa
diterima pada kondisi
sekarang tanpa
perasaan dihakimi
dan meningkatkan
perasaan harga diri
dan kontrol
Menciptakan interaksi
personal yang lebih
baik dan menurunkan
ansietas dan rasa
takut
12 Menunjukkan Tentukan persepsi Isolasi sebagian dapat
peningkatan
perasaan harga diri
pasien tentang situasi
Batasi / hindari
penggunaan masker,
baju dan sarung tangan
jika memungkinkan
mis: jika berbicara
dengan pasien
Dorong kunjungan
terbuka, hubungan
telepon dan aktivitas
sosial dalam tingkat
yang memungkinkan
Dorong adanya
hubungan yang aktif
dengan orang terdekat
mempengaruhi diri
saat pasien takut
penolakan / reaksi
orang lain
Mengurangi perasaan
pasien akan isolasi
fisik dan menciptakan
hubungan sosial
yang positif yang
dapat meningkatkan
rasa percaya diri
Partisipasi orang lain
dapat meningkatkan
rasa kebersamaan
Membantu
menetapkan
partisipasi pada
hubungan sosial
dapat mengurangi
kemungkinan upaya
bunuh diri
13 Menyatakan
perasaan dan cara
yang sehat untuk
berhubungan
dengan mereka
Kaji tingkat perasaan
tidak berdaya, mis:
ekspresi verbal / non
verbal yang
mengindikasikan
kurang kontrol, efek
daftar kurangnya
komunikasi
Dorong peran aktif pada
perencanaan aktivitas,
menetapkan
keberhasilan harian,
yang realitas / dapat
dicapai dorong kontrol
pasien dan tanggung
jawab sebanyak
Menentukan status
individual pasien dan
mengusahakan
intervensi yang
sesuai pada waktu
pasien imobilisasi
karena perasaan
depresi
Memungkinkan
peningkatan
perasaan kontrol dan
menghargai diri
sendiri dan tanggung
jawab
mungkin, identifikasi
hal-hal yang dapat dan
tidak dapat dikontrol
pasien
14 Mengungkapkan
pemahamannya
tentang kondisi /
proses dan
perawatan dari
penyakit tertentu
Tinjau ulang proses
penyakit dan apa yang
menjadi harapan di
masa depan
Tinjau ulang cara
penularan penyakit
Berikan informasi
mengenai
penatalaksanaan gejala
yang melengkapi
aturan medis, mis:
pada diare intermiten,
gunakan lomotil
sebelum pergi kegitan
sosial
Tekankan perlunya
melajutkan perawatan
kesehatan dan evaluasi
Identifikasi sumber-
sumber komunitas, mis:
rumah sakit / pusat
perawatan tempat
tinggal (bila ada)
Memberikan
pengetahuan dasar
dimana pasien dapat
membuat pilihan
berdasarkan
informasi
Mengoreksi mitos dan
kesalahan konsepsi,
meningkatkan
keamanan bagi
pasien / orang lain
Memberikan pasien
kontrol mengurangi
resiko rasa malu dan
meningkatkan
kenyamanan
Memberi kesempatan
untuk mengubah
aturan untuk
memenuhi kebutuhan
perubahan /
individual
Memudahkan
pemindahan dari
lingkungan
perawatan akut,
mendukung
pemulihan dengan
kemandirian
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Meular Dan
Penyehatan Lingkungan, Pedoman Nasional Terapi, 2004.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan Departemen
RI, Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan Petugas Lainnya, Jakarta, 2003.
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta, 2000.
Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001.
Umar Zein, 100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Anda Ketahui, USU Press, Medan, 2006.http://kartikareinkarnasi.blogspot.com/2011/12/askep-hivaids-terbaru.html