Upload
acrom10n
View
5
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BAB I
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Era globalisasi mempunyai dampak dalam dunia usaha. Globalisasi
menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk
mendapatkan pangsa pasar yang dibidiknya. Dengan adanya globalisasi maka
dunia usaha mau tidak mau didorong untuk mencapai suatu organisasi perusahaan
yang efektif dan efisien. Keefektifan dan keefesienan dalam suatu perusahaan
sangat diperlukan agar perusahaan dapat memiliki daya saing maupun keunggulan
lebih dari para pesaing, sehingga perusahaan dapat bertahan dalam dunia
persaingan yang ketat (Mahesa, 2010). Dalam penelitian Atmaji 2011 Kemajuan
sebuah organisasi tidak akan lepas dari keberadaan serta pengaruh sumber daya
manusia yang ada di dalamnya. Sumber daya manusia menjadi motor utama
organisasi dalam menjalankan segala kegiatannya dalam upaya mencapai tujuan.
Rachmawati (2008) menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah faktor
sentral dalam satu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat
berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia, dan dalam pelaksanaannya
misi tersebut dikelola oleh manusia. Jadi manusia merupakan faktor strategis
dalam semua kegiatan organisasi. Mengingat begitu vitalnya peranan sumber daya
manusia dalam suatu organisasi, sudah sepatutnya jika suatu perusahaan
memperhatikan aspek-aspek kerja yang berkaitan dengan sumber daya manusia
(karyawan perusahaan). Karena karyawan yang memiliki motivasi kerja yang kuat
merupakan keunggulan kompetitif suatu perusahaan (Surodilogo, 2010).
Menurut Rivai (2004) motivasi merupakan serangkaian sikap dan nilai-nilai
yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan
tujuannya. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible (tak kelihatan)
yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam
mencapai tujuannya. Menurut Wursanto (2003) sikap dan nilai yang
mempengaruhi individu untuk bertindak dalam perusahaan tersebut adalah
kebutuhan (needs). Dalam penelitian (Surodilogo, 2010) menyatakan bahwa Pada
dasarnya, perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap,
dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan
untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan, dan
keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak mau
bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan
yang dimilikinya. Motivasi penting karena dengan motivasi diharapkan setiap
karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja
yang tinggi. Selain motivasi kerja suatu organisasi juga harus memerhatikan
kepuasan kerja karyawannya karena karyawan yang dalam bekerja mereka tidak
merasakan kenyamanan, kurang dihargai, tidak bisa mengembangkan segala
potensi yang mereka miliki, maka secara otomatis karyawan tidak dapat fokus dan
berkonsentrasi secara penuh terhadap pekerjaannya (Wahab, 2012).
Menurut penelitian Wahab, 2012 menjelaskan Kepuasan kerja pada dasarnya
merupakan hal yang bersifat individual, setiap individual memiliki tingkat
kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang
dianutnya. Handoko, 2000 semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang sesuai
dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut individu, semakin tinggi tingkat
kepuasan yang didapat. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak aspek dalam
pekerjaannya yang tidak sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut
individu, semakin rendah tingkat kepuasan yang didapat. Kepuasan kerja adalah
keadaan emosional yang menyenangkan dengan bagaimana para pekerja
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya yang dapat terlihat dari sikap karyawan terhadap pekerjaan
dan segala sesuatu di lingkungan pekerjaannya. Kepuasan kerja pada dasarnya
sangat individualis dan merupakan hal yang sangat tergantung pada pribadi
masing-masing karyawan. Mahesa 2010 Namun demikian terdapat beberapa
faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan dalam rangka
peningkatan kerja adalah faktor pekerjaan itu sendiri, merupakan faktor yang
berhubungan dengan tingkat dimana pekerjaan menyediakan tugas yang
menyenangkan, kesempatan belajar dan kesempatan mendapatkan tanggung
jawab. Faktor gaji merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat dimana
sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji
diberikan. Faktor kesempatan dan promosi, merupakan faktor yang berhubungan
dengan kesempatan karyawan untuk mengembangkan diri dan memperluas
pengalaman kerja, dengan terbukanya kesempatan untuk kenaikan jabatan. Faktor
supervisor, merupakan faktor yang berhubungan dengan kemampuan supervisor
untuk menyediakan bantuan teknis dan prilaku dukungan. Faktor rekan kerja,
merupakan faktor yang berhubungan derngan kebutuhan dasar manusia untuk
melakukan hubungan sosial akan terpenuhi dengan adanya rerkan kerja yang
mendukung karyawan.
Dalam penelitian (Mahesa, 2010) menyatakan bahwa Ketidakpuasan
karyawan dapat terjadi apabila pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan apa
yang di peroleh dari perusahaan. Ketidakpuasan para karyawan ini menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat merugikan perusahaan yang
bersangkutan. Misalnya; adanya aksi mogok kerja, kemangkiran karyawan
meningkat, turunnya kinerja karyawan, dan lain-lain. Yang pada akhirnya akan
menurunkan kinerja perusahaan itu sendiri. Maka, para pimpinan sebaiknya
mengerti apa yang dibutuhkan para karyawan dan mengetahui keinginan-
keinginan apa yang membuat karyawan puas dan meningkatkan kinerjanya,
berikut semua konsekuensinya, termasuk apa dan berapa bonus yang akan mereka
terima jika target atau tujuan kerjanya tercapai. Sehingga para karyawan tidak
melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dikerjakan.
Menurut (Mangkunegara, 2001) Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Apabila kinerja
karyawan tidak sesuai yang diharapkan, tingkat absensi serta ketidakhadiran
karyawan tinggi, dapat dipastikan terdapat suatu masalah yang bersangkutan
dengan karyawan dan akan berdampak pada penurunan kinerja perusahaan
(Atmaji, 2011).
Masa kerja juga merupakan komponen yang paling penting dalam
menjelaskan tingkat pengunduran diri karyawan (Robbins, 2006). Semakin lama
karyawan bekerja dalam suatu perusahaan semakin kecil kemungkinan karyawan
tersebut akan mengundurkan diri. Bukti juga menunjukkan bahwa masa kerja
pekerjaan terdahulu dari seorang karyawan merupakan indikator perkiraan yang
ampuh atas pengunduran diri karyawan dimasa mendatang (Robbins, 2006). Masa
kerja seseorang dalam organisasi perlu diketahui karena masa kerja merupakan
salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam melaksanakan
aktivitas kerjanya. Misalnya agar produktivitas kerja, semakin lama seseorang
bekerja maka semakin tinggi pula produktivitasnya karena semakin
berpengalaman dan mempunyai keterampilan yang baik dalam menyelesaikan
tugas yang dipercayakan kepadanya (Siagian, 1989).
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di
indonesia. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten
atau kota Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia
(Sulastomo, 2007)
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air.
Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan
puskesmas pembantu serta puskesmas keliling. Jumlah puskesmas di Indonesia
sampai dengan akhir tahun 2009 sebanyak 8.737 unit dengan rincian jumlah
puskesmas perawatan 2.704 unit dan puskesmas non perawatan sebanyak 6.033
unit. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan
penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000 penduduk.
Dalam kurun waktu 2005 hingga 2009, rasio ini menunjukkan adanya
peningkatan. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2005 sebesar
3,50 pada tahun 2009 meningkat menjadi 3,78 (Profil kesehatan indonesia, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahesa (2010) pengaruh kepuasan kerja dan
motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dan variabel lama bekerja
memoderasi kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, sedangkan variabel lama
bekerja tidak berhasil memoderasi motivasi kerja terhadap kinerja.
Didalam penelitian ini saya mengambil organisasi pemerintahan Puskesmas
yang ada di kota tarakan sebagai objek penelitian, Puskesmas merupakan unit
pelayanan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, serta
kebijakan pemerintah daerah setempat.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ‘’ Pengaruh Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Dengan Lama Kerja Sebagai Variabel Moderating ‘’