8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa gagal berpisah pertama kali dilaporkan oleh T.H Morgan dan Bridges. Mereka menemukan penyimpangan dari hasil persilangan antara individu jantan mata merah dengan individu betina mata putih. Turunan pertama hasil persilangan tersebut sebagaimana yang meraka laporkan pertama kali adalah jantan mata putih dan betina mata merah. Ternyata dari hasil persilangan tersebut 1 diantaranya 2000 turunan F1 mempunyai warna mata yang menyimpang, entah betina mata putih ataukah jantan mata merah (Ayala, 1984) dalam (Novitasari, 1997). Bridges menduga peristiwa itu terjadi karena adanya penyimpangan yang tidak normal dari kromosom- kromosom selama meiosis, yaitu pada kromosom kelamin X. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan gagal berpisah (nondisjucntion) (Ayala, 1984) dalam (Novitasari, 1997). Gagal berpisah terjadi karena kedua kromosom kelamin X gagal memisah selama meiosis, sehingga keduanya menuju ke kutub yang sama

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bab 1

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peristiwa gagal berpisah pertama kali dilaporkan oleh T.H Morgan dan

Bridges. Mereka menemukan penyimpangan dari hasil persilangan antara

individu jantan mata merah dengan individu betina mata putih. Turunan

pertama hasil persilangan tersebut sebagaimana yang meraka laporkan

pertama kali adalah jantan mata putih dan betina mata merah. Ternyata dari

hasil persilangan tersebut 1 diantaranya 2000 turunan F1 mempunyai warna

mata yang menyimpang, entah betina mata putih ataukah jantan mata merah

(Ayala, 1984) dalam (Novitasari, 1997).

Bridges menduga peristiwa itu terjadi karena adanya penyimpangan

yang tidak normal dari kromosom-kromosom selama meiosis, yaitu pada

kromosom kelamin X. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan gagal berpisah

(nondisjucntion) (Ayala, 1984) dalam (Novitasari, 1997). Gagal berpisah

terjadi karena kedua kromosom kelamin X gagal memisah selama meiosis,

sehingga keduanya menuju ke kutub yang sama dan terbentuklah telur yang

memiliki dua kromosom kelamin X maupun yang tidak memiliki kromosom

kelamin X.

Terjadinya peristiwa nondisjunction dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang

mempengaruhi terjadinya nondisjunction diantaranya meliputi energi radiasi

yang tinggi, karbondioksida, zat kimia tertentu dan suhu. Sedangkan faktor

internal yang mempengaruhi terjadinya nondisjunction antara lain adalah

umur, gen mutan dan faktor yang berkaitan dengan kelainan-kelainan pada

tingkah laku genetik (Herkowitz, 1977).

Page 2: BAB I

Pengaruh umur induk D. melanogaster yang dinyatakan oleh menurut

Pai (1985) yang menyatakan bahwa “experiments on lower form of life have

indicated that age tends to increase the incidence of an aberration of meiosis

called “non disjunction”. Berdasarkan pernyataan tersebut umur cenderung

meningkatkan kejadian penyimpangan meiosis yang disebut nondisjunction

pada bentuk kehidupan yang rendah.

Mengenai macam-macam strain, Sved (1979) dalam Balqis (1995)

menyatakan bahwa gen-gen pada strain juga berperan dalam menyebabkan

fenomena gagal berpisah. Selain itu, Sved menyatakan gagal berpisah juga

disebabkan oleh adanya fenomena hybrid dysgenesis yaitu suatu sindrom yang

berkaitan dengan penyimpangan genetik yang terjadi secara spontan pada

hybrid (hasil persilangan antara dua individu yang secara genetik berbeda)

hasil persilangan dua strain yang berlainan. Lebih lanjut sved menyatakan

bahwa mekanisme interaksi antara strain yang disilangkan tersebut belum

jelas. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang

pengaruh umur induk betina dan macam strain terhadap frekuensi gagal

berpisah kromosom kelamin X D. melanogaster.

Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai

“Pengaruh Umur Betina dan Macam-macam Strain terhadap Frekuensi Gagal

Berpisah (nondisjunction) Persilangan Heterogami Drosophila melanogaster

Strain N, wa, dan ym beserta resiproknya. Dari penelitian yang dilakukan oleh

penulis, diharapkan dapat menjadi bahan pengkajian yang terkait dengan

frekuensi gagal berpisah (nondisjunction) kromosom kelamin X pada D.

melanogaster.

Page 3: BAB I

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh umur betina terhadap frekuensi gagal berpisah

(nondisjunction) pada persilangan D. melanogaster strain N, wa, dan ym

beserta resiproknya?

2. Adakah pengaruh macam strain terhadap frekuensi gagal berpisah

(nondisjunction) pada persilangan D. melanogaster strain N, wa, dan ym

beserta resiproknya?

3. Adakah pengaruh interaksi umur betina dan macam strain terhadap

frekuensi gagal berpisah (nondisjunction) pada persilangan D.

melanogaster strain N, wa, dan ym beserta resiproknya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh umur betina terhadap frekuensi gagal berpisah

(nondisjunction) pada persilangan D. melanogaster strain N, wa, dan ym

beserta resiproknya.

2. Mengetahui pengaruh macam strain terhadap frekuensi gagal berpisah

(nondisjunction) pada persilangan D. melanogaster strain N, wa, dan ym

beserta resiproknya.

3. Mengetahui pengaruh interaksi umur betina dan macam strain terhadap

frekuensi gagal berpisah (nondisjunction) pada persilangan Drosophila.

melanogaster strain N, wa, dan ym beserta resiproknya.

Page 4: BAB I

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pembaca, dapat menambahkan informasi dan pemahaman konsep

tentang pengaruh variasi umur betina terhadap frekuensi nondisjunction

pada D. melanogaster persilangan strain N, wa, dan ym beserta

resiproknya.

2. Bagi peneliti, dapat menambahkan pemahaman konsep, pengetahuan yang

mendalam, serta pengalaman tentang pengaruh variasi umur betina

terhadap frekuensi nondisjunction pada D. melanogaster strain N, wa, dan

ym.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seluruh kondisi lingkungan meliputi suhu, intensitas cahaya, tempat

pembiakan dan kelembapan udaran adalah sama.

2. Kondisi medium yang terdapat di dalam botol dianggap sama.

F. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dibatasi pada D. Melanogaster strain N, wa, dan ym.

2.Penelitian hanya mengkaji mengenai pengaruh umur betina dan macam

strain terhadap frekuensi gagal berpisah (nondisjunction) pada persilangan

D. melanogaster strain N, wa, dan ym beserta resiproknya.

3.Pengamatan yang dilakukan dibatasi pada keturunan F1 dari hasil

persilangan N♂ >< ym♀ beserta resiproknya dan N♂ >< wa♀ beserta

resiprokny.

4.Pengamatan fenotip dibatasi pada ciri morfologi yaitu warna mata, faset

mata, warna tubuh, dan bentuk sayap.

Page 5: BAB I

5.Perhitungan jumlah anakan F1 yang muncul adalah selama 7 hari setelah

pupa menetas pada tiap-tiap botol persilangan

G. Definisi Oprasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Nondisjunction adalah kegagalan dua pasang kromatid atau kromosom

homolog untuk memisah selama pembelahan meiosis sehingga keduanya

akan menuju ke kutub yang sama.

2. Frekuensi gagal berpisah adalah banyaknya individu dari D. melanogaster

yang mengalami gagal berpisah.

3. Fenotip adalah karakter yang dapat diamati pada suatu individu, seperti

morfologi, fisiologi, dan tingkah laku yang merupakan hasil interaksi

antara antara genotip dengan lingkungan tempat hidup dan berkembang.

4. Genotip merupakan keseluruhan jumlah informasi genetik yang terkadang

pada suatu makhluk.

5. Persilangan resiprok adalah persilangan yang merupakan kebalikan

fenotip dari persilangan semula yang dilakukan.