Upload
abjah
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sc atas indikasi letak sungsang
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh
melalui operasi abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat
dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian
disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak
dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita
menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak 1
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh
Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin
panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%,
kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian
ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin
14,5%.2
Dimana kelainan letak janin salah satunya kelinan letak sungsang. Letak
sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Tipe letak sungsang
yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech (5-
10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%)
yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki.
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi
bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Hal ini karena kematian
perinatal pada persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas
dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau
perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak
dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-
tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sectio caesarea
2.1.1 definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Sectio cecarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan cara membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding perut atau vagina (Mochtar 1998). Menurut Wiknjosastro (2002)
sectio cecarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Mansjoer (1999) berpendapat bahwa
sectio cecarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan rahim. Ahli lain berpendapat bahwa sectio cecarea adalah
persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen yang masih utuh dengan berat
janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Manuaba
1998).
2.1.2 Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea
Abdomen (sectio caesarea abdominalis):
a. Sectio caesarea transperitonealis:
1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10 cm
· Kelebihan:
Mengeluarkan janin dengan cepat.
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
2
· Kekurangan:
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik.
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
· Kelebihan:
Penjahitan luka lebih mudah.
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
umpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
Perdarahan tidak begitu banyak.
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
· Kekurangan:
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan
banyak.
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
b. SC ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdominal.
Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut:
3
1. Sayatan memanjang (longitudinal).
2. Sayatan melintang (transversal).
3. Sayatan huruf T (T insicion).
2.1.3 Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin
akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-
hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses
persalinan normal (Dystosia):
- Fetal distress.
- His lemah/melemah.
- Janin dalam posisi sungsang atau melintang.
- Bayi besar (BBL > 4,2 kg).
- Plasenta previa.
- Kalainan letak.
- Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan
panggul).
- Rupture uteri mengancam.
- Hydrocephalus.
- Primi muda atau tua.
- Partus dengan komplikasi.
- Panggul sempit.
- Problema plasenta.
4
2.1.4 Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
1. Infeksi puerperal (Nifas):
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan:
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
- Perdarahan pada plasenta bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
2.2 LETAK SUNGSANG
2.2.1 Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni: presentasi bokong (frank breech),
presentasi bokong kaki sempurna (complete breech), presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footling).
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.
Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong. Pada
presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki disamping
5
bokong sedangkan kaki yang lain terangkat keatas. Pada presentasi kaki bagian
paling rendah ialah satu atau dua kaki.
2.2.2 Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar,
dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni
kepala, dan kepala teraba difundus uteri. Kadang- kadang bokong janin teraba
bulat dan dapat memberi kesan seolah- olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh
dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih
tinggi daripada umbilikus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan
luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah
berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu- raguan, harus dipertimbangkan
untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance
Imaging).
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki,
maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada
tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari- jari lain dan
panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan
6
lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang- kadang sulit untuk
membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan
bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan kedalam anus mengalami
rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba
tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping
bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak tidak sempurna, hanya
teraba satu kaki disamping bokong.
2.2.3 Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
kedua tungkai yang terlipat lebih besar di fundus uteri, sedangkan kepala berada
dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup
bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Faktor- faktor lain
yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah
multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, placenta previa dan panggul
sempit. Kadang- kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan
kelainan bentuk uterus. Placenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat
pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di
daerah fundus.
2.2.4 Diagnosis Banding
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan
kehamilan dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold
masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada
letak sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami
7
rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak
muka, jari masuk mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa
hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan
dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan.
2.2.5 Penatalaksanaan
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan
kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan
pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi
luar (jika tidak ada kontraindikasi).Versi luar sebaiknya dilakukan
pada kehamilan 34-38 minggu.
Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu
dilakukan karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar
sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan
karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah
berkurang. Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus
pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar;
1. panggul sempit
2. perdarahan antepartum
3. hipertensi
8
4. hamil kembar
5. plasenta previa.
2. Dalam Persalinan
Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal
(seksio sesaria).
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:
1. Bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri
2. klinis yang adekuat
3. janin tidak terlalu besar
4. tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD
5. kepala fleksi.
Jenis-jenis persalinan sungsang:
1. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.
b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin
dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian
lagi dengan tenaga penolong.
c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga, penolong.
2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).
Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan
yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak
sungsang pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun
hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan
perabdominam.
9
Interpretasi hasil skor bishop:
≤ 3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap
dapat dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam
2.2.6 Komplikasi
1. Dari faktor ibu:
- Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
- Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
- Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:
- Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan
alat-alat vital intra-abdominal.
- Infeksi karena manipulasi
Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,
rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis,
kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata,
telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati (1,3,4).
2.2.7 Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr.
Pringadi Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian
perinatal masing-masing 38,5%, 33,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angka-
10
Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
Panjang serviks (cm) 3 2 1 0
Station -3 -2 -1 +1,+2
Konsistensi Kaku Sedang Lunak
Position posterio
r
Mid anterior
angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang
terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin
yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan
janin. Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat
membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas.
Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering
dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak
sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong (1, 7).
11
BAB III
STATUS PASIEN
3.1 Identitas Pasien
No Reg : ................
Nama penderita : Ny. D
Umur penderita : 19 tahun
Alamat :..................
Pekerjaan penderita : Swasta
Pendidikan penderita : SMA
Nama suami : Tn. M
Umur suami : 28 tahun
Pekerjaan suami : Swasta
Pendidikan suami : SMP
3.2 Anamnesa
1. Masuk rumah sakit tanggal : 10 Oktober 2015
2. Keluhan utama : Kiriman bidan dengan letak sungsang dan preeklamsia ringan
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien rujukan dari bidan dengan diagnosis GI P0000 Ab000 dengan letak
sungsang dan preeklamsia ringan. Pasien mengeluh perut kadang terasa
kenceng-kenceng dan kadang terasa sakit sejak semalam pukul 03.00 WIB.
Kemudiaan pukul 08.00 WIB pasien pergi ke bidan untuk periksa, menurut
bidan pasien mengalami kehamilan sungsang dan tekanan darah yang tinggi
namun pasien tidak mengeluhkan mual maupun muntah serta pusing.
Kemudian pukul 10.00 WIB pasien tiba di RS untuk periksa.
4. Riwayat kehamilan sekarang : hamil anak pertama, pada saat hamil muda mual
dan muntah, ANC 6x ke bidan
5. Riwayat menstruasi : menarche 13 tahun, HPHT : 03 januari 2015, UK 38-39
minggu.
6. Riwayat perkawinan : 1 kali, lama 1 tahun
7. Riwayat persalinan sebelumnya : -
8. Riwayat penggunaan kontrasepsi : belum pernah
9. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami : -
12
10.Riwayat penyakit keluarga : -
11.Riwayat kebiasaan dan sosial : di kusuk (+) sebanyak 3x
12.Riwayat pengobatan yang telah dilakukan : pil vitamin dari bidan
3.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status present
Keadaan umum : cukup, kesadaran compos mentis
Tekanan darah : 140/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu: 36,5 C⁰
RR : 18 x/menit, TB : 163 cm, BB : 59 kg
b. Pemeriksaan umum
Kulit : normal
Kepala :
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : kebersihan gigi geligi cukup, stomatitis (-), hiperemi pharyng
(-), pembesaran tonsil (-)
Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-), pembesaran kelenjar tyroid
(-)
Thorax
Paru :
Inspeksi :Pergerakan pernafasan simetris, tipe pernapasan normal.
Retraksi costa (-/-)
Palpasi :teraba massa abnormal (-/-), pembesaran kelenjar axilla
(-/-)
Perkusi : sonor (+/+), hipersonor (-/-), pekak (-/-)
Auskultasi : vesikuler (+/+), suara nafas menurun (-/-)
wheezing (-/-), ronchi (-/-)
Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : thrill (-)
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : denyut jantung regular, S1/S2
Abdomen
Inspeksi : nampak membujur
13
Palpasi : Tinggi fundus uteri 33 cm, punggung kanan, letak
sungsang
Auskultasi : DJJ 160x/menit
Ekstremitas: odema (-/-)
c. Status obstetri :
Pemeriksaan luar :
Leopold I : Tinggi fundus uteri 33 cm. Bagian teratas teraba bulat, keras,
melenting. Bagian teratas janin kesan : kepala.
Leopold II : Tahanan memanjang sebelah kanan. Bagian kanan janin punggung.
Leopold III : Bagian terbawah dari janin teraba agak bulat, besar, lunak, tidak
melenting. Bagian terbawah kesan: bokong. Bagian terendah janin
belum masuk ke PAP
Leopold IV : Tidak bisa dinilai.
Bunyi jantung janin : 160 x/menit, regular
Pemeriksaan Dalam :
Vulva / vagina : Flour albus (+)
Pembukaan : 0 cm
Penipisan portio : -
Selaput Ketuban : +
Bagian terbawah : bokong
Penurunan kepala: Hodge I
3.4 Ringkasan :
Pasien rujukan dari bidan dengan diagnosis GI P0000 Ab000 dengan letak
sungsang dan preeklamsia ringan. Pasien mengeluh perut kadang terasa kenceng-
kenceng dan kadang terasa sakit sejak semalam pukul 03.00 WIB. Kemudiaan pukul
08.00 WIB pasien pergi ke bidan untuk periksa, menurut bidan pasien mengalami
kehamilan sungsang dan tekanan darah yang tinggi namun pasien tidak
mengeluhkan mual maupun muntah. Kemudian pukul 10.00 WIB pasien tiba di RS
untuk periksa.
14
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran compos
mentis, tekanan darah : 140/80 mmHg, nadi : 80x/menit, suhu: 36,5 C, ⁰ pernapasan :
18x/menit.
Dari pemeriksaan obstetrik luar didapatkan TFU 33 cm. Bagian teratas janin :
kepala. Punggung janin : kanan, Bunyi jantung janin: 160x/menit, regular Tunggal,
Bagian terbawah dari janin Bokong belum masuk ke PAP.
Dari pemeriksaan pervaginam didapatkan V/V: flour albus (+), Æ 0 cm,
Penipisan portio: -, selaput Ketuban (-), Bagian terbawah Bokong, penurunan :
Hodge I.
2.5. Diagnosa
Diagnosa: GIP0000Ab000 usia kehamilan 38-39 minggu,
Anak aterm, tunggal, hidup, intrauterin
Letak Sungsang dan Preeklamsi ringan
2.6 Rencana Tindakan :
1. Pengawasan TTV dan DJJ (selama pre operasi)
2. IVFD RL 20 tpm
3. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
4. Pasang DC
5. Pemeriksaan Lab lengkap, DL ( Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit ),
GDS
6. Pemeriksaan Urine lengkap
7. Pro Sectio Caesarea
15
Daftar pustaka
1. Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.
2. Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
3. Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
4. Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
5. Cunningham FG et al. Premature Rupture of the Membrane. Williams Obstetric,
22st ed. Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.
6. Wiknjosastro H. Distosia Pada Kelainan Letak Serta Bentuk Janin. Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.
7. Wiknjosastro H. Persalinan Sungsang. Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ke-4.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002.
8. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan,
edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.
9. Fischer Richard et al, Breech Presentation, e medicine, January 2002.
10. Schiara J, et al. Breech Presentation. Gynecology and Obstetric 6th edition,
Lippincot-Raven Publisher, Chicago 1997.
11. Setjalilakusuma L. Induksi Persalinan, dalam Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2000.
12. Saifuddin A. B. Persalinan Sungsang. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, edisi ke-1. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 2002.
13. Mochtar R. Persalinan Sungsang. Sinopsis Obstetri, edisi ke-2. EGC, Jakarta
1998.
14. Anonim. Presentasi Bokong. Diakses dari http://medlinux.blogspot.com/.
November, 2007.
15. Jenis A. Pregnancy, Breech delivery. Diakses dari http://www.emedicine.com/.
December, 2006.
16. Ballas S, et al. Deflexion of the fetal head in breech presentation. Incidence,
Management, and Outcome. Obstetrics and Gynecology. Diakses dari
http://www.greenjournal.org/. Januari, 2007.
17. Caterini, et al. Fetal risk in hyperextension of the fetal head in breech
presentation. Diakses dari http://www.greenjournal.org/. Januari, 2007
16