23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui operasi abdomen. Di negara- negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak 1 Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5%. 2 Dimana kelainan letak janin salah satunya kelinan letak sungsang. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%) 1

BAB I

  • Upload
    abjah

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sc atas indikasi letak sungsang

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh

melalui operasi abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat

dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian

disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak

dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita

menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak 1

Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh

Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin

panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%,

kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian

ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin

14,5%.2

Dimana kelainan letak janin salah satunya kelinan letak sungsang. Letak

sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di

fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Tipe letak sungsang

yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech (5-

10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%)

yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki.

Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi

bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Hal ini karena kematian

perinatal pada persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas

dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau

perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak

dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-

tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan.

1

Page 2: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sectio caesarea

2.1.1 definisi

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi

untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Sectio cecarea adalah suatu cara

melahirkan janin dengan cara membuat sayatan pada dinding uterus melalui

dinding perut atau vagina (Mochtar 1998). Menurut Wiknjosastro (2002)

sectio cecarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus. Mansjoer (1999) berpendapat bahwa

sectio cecarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan rahim. Ahli lain berpendapat bahwa sectio cecarea adalah

persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen yang masih utuh dengan berat

janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Manuaba

1998).

2.1.2 Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea

Abdomen (sectio caesarea abdominalis):

a. Sectio caesarea transperitonealis:

1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-

kira 10 cm

· Kelebihan:

Mengeluarkan janin dengan cepat.

Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.

2

Page 3: BAB I

· Kekurangan:

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

reperitonealis yang baik.

Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan.

2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah

rahim).

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen

bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.

· Kelebihan:

Penjahitan luka lebih mudah.

Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

umpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.

Perdarahan tidak begitu banyak.

Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

· Kekurangan:

Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat

menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan

banyak.

Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

b. SC ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan

demikian tidak membuka cavum abdominal.

Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai

berikut:

3

Page 4: BAB I

1. Sayatan memanjang (longitudinal).

2. Sayatan melintang (transversal).

3. Sayatan huruf T (T insicion).

2.1.3 Indikasi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin

akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-

hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses

persalinan normal (Dystosia):

- Fetal distress.

- His lemah/melemah.

- Janin dalam posisi sungsang atau melintang.

- Bayi besar (BBL > 4,2 kg).

- Plasenta previa.

- Kalainan letak.

- Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan

panggul).

- Rupture uteri mengancam.

- Hydrocephalus.

- Primi muda atau tua.

- Partus dengan komplikasi.

- Panggul sempit.

- Problema plasenta.

4

Page 5: BAB I

2.1.4 Komplikasi

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:

1. Infeksi puerperal (Nifas):

- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit

kembung.

- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.

2. Perdarahan:

- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

- Perdarahan pada plasenta bed.

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

peritonealisasi terlalu tinggi.

4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

2.2 LETAK SUNGSANG

2.2.1 Definisi

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni: presentasi bokong (frank breech),

presentasi bokong kaki sempurna (complete breech), presentasi bokong kaki tidak

sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footling).

Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki

terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.

Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong. Pada

presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kedua kaki.

Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki disamping

5

Page 6: BAB I

bokong sedangkan kaki yang lain terangkat keatas. Pada presentasi kaki bagian

paling rendah ialah satu atau dua kaki.

2.2.2 Diagnosis

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar,

dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni

kepala, dan kepala teraba difundus uteri. Kadang- kadang bokong janin teraba

bulat dan dapat memberi kesan seolah- olah kepala, tetapi bokong tidak dapat

digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa

kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh

dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.

Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih

tinggi daripada umbilikus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan

luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah

berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu- raguan, harus dipertimbangkan

untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance

Imaging).

Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai

dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki,

maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada

tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari- jari lain dan

panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan

6

Page 7: BAB I

lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang- kadang sulit untuk

membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan

bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan kedalam anus mengalami

rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba

tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan.

Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping

bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak tidak sempurna, hanya

teraba satu kaki disamping bokong.

2.2.3 Etiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap

ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah

air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan

leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,

letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh

dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan

kedua tungkai yang terlipat lebih besar di fundus uteri, sedangkan kepala berada

dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.

Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup

bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup

bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Faktor- faktor lain

yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah

multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, placenta previa dan panggul

sempit. Kadang- kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan

kelainan bentuk uterus. Placenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat

pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di

daerah fundus.

2.2.4 Diagnosis Banding

Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan

kehamilan dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold

masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada

letak sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami

7

Page 8: BAB I

rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak

muka, jari masuk mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa

hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan

dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan.

2.2.5 Penatalaksanaan

1. Dalam Kehamilan

Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak

sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan

kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan

pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi

luar (jika tidak ada kontraindikasi).Versi luar sebaiknya dilakukan

pada kehamilan 34-38 minggu.

Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu

dilakukan karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar

sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan

karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah

berkurang. Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus

pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.

Kontraindikasi untuk melakukan versi luar;

1. panggul sempit

2. perdarahan antepartum

3. hipertensi

8

Page 9: BAB I

4. hamil kembar

5. plasenta previa.

2. Dalam Persalinan

Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal

(seksio sesaria).

Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:

1. Bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri

2. klinis yang adekuat

3. janin tidak terlalu besar

4. tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD

5. kepala fleksi.

Jenis-jenis persalinan sungsang:

1. Persalinan Pervaginam

Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam,

persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan

dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.

b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin

dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian

lagi dengan tenaga penolong.

c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya

dengan memakai tenaga, penolong.

2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).

Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan

yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak

sungsang pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun

hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan

perabdominam.

9

Page 10: BAB I

Interpretasi hasil skor bishop:

≤ 3 : persalinan perabdominam

4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap

dapat dilahirkan pervaginam.

>5 : dilahirkan pervaginam

2.2.6 Komplikasi

1. Dari faktor ibu:

- Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.

- Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)

- Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.

2. Dari faktor bayi:

- Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan

alat-alat vital intra-abdominal.

- Infeksi karena manipulasi

Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,

rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis,

kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata,

telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati (1,3,4).

2.2.7 Prognosis

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr.

Pringadi Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian

perinatal masing-masing 38,5%, 33,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angka-

10

Skor 0 1 2 3

Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+

Panjang serviks (cm) 3 2 1 0

Station -3 -2 -1 +1,+2

Konsistensi Kaku Sedang Lunak

Position posterio

r

Mid anterior

Page 11: BAB I

angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang

terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu

kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat

menyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin

yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan

janin. Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat

membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas.

Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering

dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak

sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong (1, 7).

11

Page 12: BAB I

BAB III

STATUS PASIEN

3.1 Identitas Pasien

No Reg : ................

Nama penderita : Ny. D

Umur penderita : 19 tahun

Alamat :..................

Pekerjaan penderita : Swasta

Pendidikan penderita : SMA

Nama suami : Tn. M

Umur suami : 28 tahun

Pekerjaan suami : Swasta

Pendidikan suami : SMP

3.2 Anamnesa

1. Masuk rumah sakit tanggal : 10 Oktober 2015

2. Keluhan utama : Kiriman bidan dengan letak sungsang dan preeklamsia ringan

3. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien rujukan dari bidan dengan diagnosis GI P0000 Ab000 dengan letak

sungsang dan preeklamsia ringan. Pasien mengeluh perut kadang terasa

kenceng-kenceng dan kadang terasa sakit sejak semalam pukul 03.00 WIB.

Kemudiaan pukul 08.00 WIB pasien pergi ke bidan untuk periksa, menurut

bidan pasien mengalami kehamilan sungsang dan tekanan darah yang tinggi

namun pasien tidak mengeluhkan mual maupun muntah serta pusing.

Kemudian pukul 10.00 WIB pasien tiba di RS untuk periksa.

4. Riwayat kehamilan sekarang : hamil anak pertama, pada saat hamil muda mual

dan muntah, ANC 6x ke bidan

5. Riwayat menstruasi : menarche 13 tahun, HPHT : 03 januari 2015, UK 38-39

minggu.

6. Riwayat perkawinan : 1 kali, lama 1 tahun

7. Riwayat persalinan sebelumnya : -

8. Riwayat penggunaan kontrasepsi : belum pernah

9. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami : -

12

Page 13: BAB I

10.Riwayat penyakit keluarga : -

11.Riwayat kebiasaan dan sosial : di kusuk (+) sebanyak 3x

12.Riwayat pengobatan yang telah dilakukan : pil vitamin dari bidan

3.3 Pemeriksaan Fisik

a. Status present

Keadaan umum : cukup, kesadaran compos mentis

Tekanan darah : 140/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu: 36,5 C⁰

RR : 18 x/menit, TB : 163 cm, BB : 59 kg

b. Pemeriksaan umum

Kulit : normal

Kepala :

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Mulut : kebersihan gigi geligi cukup, stomatitis (-), hiperemi pharyng

(-), pembesaran tonsil (-)

Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-), pembesaran kelenjar tyroid

(-)

Thorax

Paru :

Inspeksi :Pergerakan pernafasan simetris, tipe pernapasan normal.

Retraksi costa (-/-)

Palpasi :teraba massa abnormal (-/-), pembesaran kelenjar axilla

(-/-)

Perkusi : sonor (+/+), hipersonor (-/-), pekak (-/-)

Auskultasi : vesikuler (+/+), suara nafas menurun (-/-)

wheezing (-/-), ronchi (-/-)

Jantung :

Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

Palpasi : thrill (-)

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : denyut jantung regular, S1/S2

Abdomen

Inspeksi : nampak membujur

13

Page 14: BAB I

Palpasi : Tinggi fundus uteri 33 cm, punggung kanan, letak

sungsang

Auskultasi : DJJ 160x/menit

Ekstremitas: odema (-/-)

c. Status obstetri :

Pemeriksaan luar :

Leopold I : Tinggi fundus uteri 33 cm. Bagian teratas teraba bulat, keras,

melenting. Bagian teratas janin kesan : kepala.

Leopold II : Tahanan memanjang sebelah kanan. Bagian kanan janin punggung.

Leopold III : Bagian terbawah dari janin teraba agak bulat, besar, lunak, tidak

melenting. Bagian terbawah kesan: bokong. Bagian terendah janin

belum masuk ke PAP

Leopold IV : Tidak bisa dinilai.

Bunyi jantung janin : 160 x/menit, regular

Pemeriksaan Dalam :

Vulva / vagina : Flour albus (+)

Pembukaan : 0 cm

Penipisan portio : -

Selaput Ketuban : +

Bagian terbawah : bokong

Penurunan kepala: Hodge I

3.4 Ringkasan :

Pasien rujukan dari bidan dengan diagnosis GI P0000 Ab000 dengan letak

sungsang dan preeklamsia ringan. Pasien mengeluh perut kadang terasa kenceng-

kenceng dan kadang terasa sakit sejak semalam pukul 03.00 WIB. Kemudiaan pukul

08.00 WIB pasien pergi ke bidan untuk periksa, menurut bidan pasien mengalami

kehamilan sungsang dan tekanan darah yang tinggi namun pasien tidak

mengeluhkan mual maupun muntah. Kemudian pukul 10.00 WIB pasien tiba di RS

untuk periksa.

14

Page 15: BAB I

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran compos

mentis, tekanan darah : 140/80 mmHg, nadi : 80x/menit, suhu: 36,5 C, ⁰ pernapasan :

18x/menit.

Dari pemeriksaan obstetrik luar didapatkan TFU 33 cm. Bagian teratas janin :

kepala. Punggung janin : kanan, Bunyi jantung janin: 160x/menit, regular Tunggal,

Bagian terbawah dari janin Bokong belum masuk ke PAP.

Dari pemeriksaan pervaginam didapatkan V/V: flour albus (+), Æ 0 cm,

Penipisan portio: -, selaput Ketuban (-), Bagian terbawah Bokong, penurunan :

Hodge I.

2.5. Diagnosa

Diagnosa: GIP0000Ab000 usia kehamilan 38-39 minggu,

Anak aterm, tunggal, hidup, intrauterin

Letak Sungsang dan Preeklamsi ringan

2.6 Rencana Tindakan :

1. Pengawasan TTV dan DJJ (selama pre operasi)

2. IVFD RL 20 tpm

3. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr

4. Pasang DC

5. Pemeriksaan Lab lengkap, DL ( Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit ),

GDS

6. Pemeriksaan Urine lengkap

7. Pro Sectio Caesarea

15

Page 16: BAB I

Daftar pustaka

1. Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.

2. Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal

dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

3. Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

4. Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

5. Cunningham FG et al. Premature Rupture of the Membrane. Williams Obstetric,

22st ed. Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.

6. Wiknjosastro H. Distosia Pada Kelainan Letak Serta Bentuk Janin. Ilmu

Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.

7. Wiknjosastro H. Persalinan Sungsang. Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ke-4.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002.

8. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan,

edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.

9. Fischer Richard et al, Breech Presentation, e medicine, January 2002.

10. Schiara J, et al. Breech Presentation. Gynecology and Obstetric 6th edition,

Lippincot-Raven Publisher, Chicago 1997.

11. Setjalilakusuma L. Induksi Persalinan, dalam Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2000.

12. Saifuddin A. B. Persalinan Sungsang. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, edisi ke-1. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 2002.

13. Mochtar R. Persalinan Sungsang. Sinopsis Obstetri, edisi ke-2. EGC, Jakarta

1998.

14. Anonim. Presentasi Bokong. Diakses dari http://medlinux.blogspot.com/.

November, 2007.

15. Jenis A. Pregnancy, Breech delivery. Diakses dari http://www.emedicine.com/.

December, 2006.

16. Ballas S, et al. Deflexion of the fetal head in breech presentation. Incidence,

Management, and Outcome. Obstetrics and Gynecology. Diakses dari

http://www.greenjournal.org/. Januari, 2007.

17. Caterini, et al. Fetal risk in hyperextension of the fetal head in breech

presentation. Diakses dari http://www.greenjournal.org/. Januari, 2007

16