5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indeks massa tubuh sebagai salah satu cara untuk mengukur status gizi adalah indikator keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil. Sementara status gizi didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi. 1 Antropometri ibu memiliki nilai yang berbeda-beda, di beberapa negara di dunia terjadi masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih secara epidemis. Negara-negara berkembang seperti sebagian besar Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan pada umumnya mempunyai masalah gizi kurang. 1 Wanita dengan indeks massa tubuh yang rendah memiliki risiko negatif pada hasil kehamilan, diantaranya yang paling sering adalah berat bayi lahir rendah dan prematuritas. Sedangkan wanita dengan status gizi berlebihan atau IMT obesitas dikatakan memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan seperti keguguran, persalinan operatif, preeklamsia, thromboemboli, kematian perinatal dan makrosomia. 2,3 Berat bayi baru lahir berdasarkan berat bayi diklasifikasikan menjadi tiga yaitu berat badan lahir 1

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indeks massa tubuh sebagai salah satu cara untuk mengukur status gizi

adalah indikator keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil.

Sementara status gizi didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi.1

Antropometri ibu memiliki nilai yang berbeda-beda, di beberapa negara di

dunia terjadi masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih secara epidemis.

Negara-negara berkembang seperti sebagian besar Asia, Afrika, Amerika Tengah

dan Amerika Selatan pada umumnya mempunyai masalah gizi kurang.1

Wanita dengan indeks massa tubuh yang rendah memiliki risiko negatif

pada hasil kehamilan, diantaranya yang paling sering adalah berat bayi lahir

rendah dan prematuritas. Sedangkan wanita dengan status gizi berlebihan atau

IMT obesitas dikatakan memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan seperti

keguguran, persalinan operatif, preeklamsia, thromboemboli, kematian perinatal

dan makrosomia.2,3

Berat bayi baru lahir berdasarkan berat bayi diklasifikasikan menjadi tiga

yaitu berat badan lahir rendah (BBLR), berat badan lahir normal (BBLN), berat

badan lahir lebih (BBLL). Berat badan lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan

dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (umur

kehamilan). Sedangkan menurut hubungan berat lahir dan usia kehamilan, berat

badan lahir dikelompokan menjadi appropriate gestational age (AGA), small

gestational age (SGA), large gestational age (LGA).4

Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator dari

mortalitas dan morbiditas bayi pada masa neonatal (usia 0 - 27 hari) dan masa

post natal (usia 28 hari hingga 11 bulan). Ini disebabkan karena bayi berat badan

lahir rendah memiliki risiko tinggi timbulnya berbagai masalah yang berkaitan

dengan imaturitas organ. WHO memperkirakan 90% angka kejadian berat badan

lahir rendah diseluruh dunia berasal dari negara berkembang.4,5,6

1

Page 2: BAB I

2

Untuk negara di kawasan Asia tenggara berkisar 20 - 30 % dari jumlah

kelahiran. Angka kejadian berat badan lahir rendah di Indonesia secara nasional

belum tersedia walaupun demikian presentase berat badan lahir rendah dapat

diketahui berdasarkan hasil estimasi dari Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI). Menurut hasil pendataan riset kesehatan dasar (Riskesdas)

2007, 11,5% bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram atau berat

badan lahir rendah.5,7

Untuk angka kejadian berat badan lahir rendah di Sumatera Selatan

menurut data terakhir yang didapatkan dari profil kesehatan Sumatera Selatan

tahun 2010 presentase berat badan lahir rendah pada tahun 2009 yakni sebesar

0,41%, sedangkan di kota Palembang pada tahun 2009 sebanyak 154 bayi dari

12.248 kelahiran hidup atau sekitar 1,26%.5

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul: “Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu dengan Berat Badan Lahir Rendah di

Puskesmas Talang Ratu”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan indeks massa tubuh ibu dengan berat badan lahir

rendah di Puskesmas Talang Ratu periode 1 Agustus 2012 - 31 Juli 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh ibu dengan berat badan

lahir rendah di Puskesmas Talang Ratu periode 1 Agustus 2012 - 31 Juli 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi indeks massa tubuh ibu dengan berat badan

lahir rendah di Puskesmas Talang Ratu periode 1 Agustus 2012 - 31 Juli

2013.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berat badan ibu pada kelahiran bayi

BBLR di Puskesmas Talang Ratu periode 1 Agustus 2012 - 31 Juli 2013.

Page 3: BAB I

3

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tinggi badan ibu yang melahirkan

bayi BBLR di Puskesmas Talang Ratu periode 1 Agustus 2012 - 31 Juli

2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis,

masyarakat, akademik, instansi kesehatan dan pemerintah.

1.4.1 Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan

dapat memberikan informasi bagi warga Palembang khusunya dan

masyarakat Indonesia umumnya serta untuk menurunkan angka mortalitas

dan morbiditas bayi akibat BBLR.

1.4.2 Manfaat bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan pembanding

untuk penelitian selanjutnya.

1.4.1 Manfaat bagi instansi kesehatan dan pemerintah

Hasil penelitian ini dapat memberikan angka kejadian BBLR di

Puskesmas Talang Ratu dan hubungannya dengan indeks massa tubuh ibu

serta untuk menjadi bahan evaluasi menurukan angka kematian bayi akibat

BBLR.