8
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat menurun dan jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat. Krisis ekonomi juga menyebabkan menurunnya produktivitas perusahaan sehingga banyak terjadi pemutusan hubungan kerja yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran, khususnya di Sulawesi Tenggara. Guna menanggulangi semakin banyaknya pengangguran, pemberdayaan sektor informal khususnya pedagang sangat diperlukan. Pedagang merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak di sektor informal. Jenis pekerjaan tersebut penting dan relatif luas dalam sektor informal melalui kegiatan wirausaha (Bromley, 1991:230). Menurut pandangan Bromley, pekerjaan pedagang merupakan jawaban terakhir yang berhadapan dengan proses urbanisasi yang berangkai dengan migrasi dari desa ke kota yang besar, 1

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

latar belakangmssssssssssssssssssssssssssssssssssssskhhhhhhhhhhhhhhsdkhshdlskhhhhnnnnnnnvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvslolhsnvikhsiohsihikhsiknikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkjisiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiksnknsknksnknknvkskvnskvkknknskvnksnvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvkkkkuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhsovbhosvuuuuuuuuuuj15 nopemberkn

Citation preview

Page 1: BAB  I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan tingkat pendapatan

masyarakat menurun dan jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

meningkat. Krisis ekonomi juga menyebabkan menurunnya produktivitas

perusahaan sehingga banyak terjadi pemutusan hubungan kerja yang

mengakibatkan meningkatnya pengangguran, khususnya di Sulawesi Tenggara.

Guna menanggulangi semakin banyaknya pengangguran, pemberdayaan sektor

informal khususnya pedagang sangat diperlukan.

Pedagang merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak di sektor

informal. Jenis pekerjaan tersebut penting dan relatif luas dalam sektor informal

melalui kegiatan wirausaha (Bromley, 1991:230). Menurut pandangan Bromley,

pekerjaan pedagang merupakan jawaban terakhir yang berhadapan dengan proses

urbanisasi yang berangkai dengan migrasi dari desa ke kota yang besar,

pertumbuhan penduduk yang pesat, pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat

di sektor industri dan penyerapan teknologi yang padat moral, serta keberadaan

tenaga kerja yang berlebihan.

Kegiatan usaha para pedagangdalam konteks ini adalah termasuk usaha

kecil yang berorientasi pada laba (profit) layaknya sebuah wirausaha

(entrepreneur). Pedagang mempunyai cara tersendiri dalam mengelola usahanya

agar mendapatkan keuntungan. Pedagang menjadi manajer tunggal yang

menangani usahanya mulai dari perencanaan usaha, menggerakkan usaha

1

Page 2: BAB  I

sekaligus mengontrol atau mengendalikan usahanya, padahal fungsi-fungsi

manajemen tersebut jarang atau tidak pernah mereka dapati dari pendidikan

formal. Manajemen usahanya berdasarkan pada pengalaman dan pola pikir

mereka yang dibentuk atau oleh apa yang telah mereka pelajari dari

pengalamannya (learning by experience).

Terlepas dan berbagai kekurangan pengetahuan (ilmiah) di bidang

manajemen usaha, salah satu aspek penting yang disinyalir sebagai determinan

mereka tetap dapat bertahan bahkan tidak jarang yang dapat mengembangkan

usahanya adalah faktor semangat (motivasi) yang tinggi dalam menata usahanya.

Semangat atau motivasi yang tinggi dimaksud antara lain dapat dilatari oleh:

(1)adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, (2) adanya naluri

bisnis (sebagai potensi) yang terbentuk baik dari latar belakang kehidupan

sebelumnya ataupun terbentuk dari adanya peluang atau kesempatan yang

tersedia; (3) adanya motif untuk memperoleh pendapatan (insentif) yang menurut

mereka lebih prospektif dibanding alternatif usaha lainnya; dan (4) adanya

tuntutan tanggung jawab dari dalam diri untuk menjadi manusia yang mampu

melakukan sesuatu yang bermakna baik untuk dirinya sendiri maupun untuk

keluarganya.

Dalam konteks teori bisnis modern yang dikenal selama ini, keberhasilan

suatu usaha yang bagaimanapun bentuk dan ukurannya sangat ditentukan pula

oleh kemampuan manajerial yang dimiliki oleh para pengelolanya. Dalam konteks

usaha para pedagangkaki limadi Pasar modern wawotobi, kemampuan manajerial

yang lebih kompehensif justru sangat dibutuhkan oleh karena tidak adanya

2

Page 3: BAB  I

‘pembagian kerja’ (division of work)seperti pada usaha bisnis modern. Dalam hal

ini, kemampuan dan keberhasilan dalam merencanakan, mengorganisir, dan

mengendalikan usaha sangat tergantung pada satu orang, yakni dirinya sendiri.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka salah satu pertanyaan krusial dan

menarik untuk dikaji lebih lanjut, apakah motivasi dan kemampuan manajerial

seperti yang dikonsepsikan dalam teori dapat berlaku pula di kalangan pedagang

yang menetapdi Pasar modern wawotobi? Dengan kata lain, apakah motivasi dan

kemampuan manajerial yang dimiliki para pedagang memiliki pengaruh yang

bermakna terhadap kinerja usahanya selama ini? Pertanyaan inilah yang akan

dijawab dalam penelitian ini.

1.2. RumusanMasalah

Berdasarkan uraian latar belakang,maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah Motivasi berpengaruh singnifikan terhadap kinerja usaha

pedagang yang menetapdi Pasar modern wawotobi.

2. Apakah kemampuan manajerial berpengaruh singnifikan terhadap kinerja

usaha pedagang yang menetap di Pasar modern wawotobi.

3. Apakah Motivasi dan kemampuan manajerial berpengaruh singnifikan

terhadap kinerja usaha pedagang yang menetapdi Pasar modern wawotobi.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

3

Page 4: BAB  I

1. Untuk mengetahui hubungan motivasi dan kemampuan manajerial

dengan kinerja usaha pedagang yang menetap di Pasar modern

wawotobi.

2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kemampuan manajerial

dengan kinerja usaha pedagang yang menetap di Pasar modern

wawotobi.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Bahan masukan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan

peningkatan kinerja usaha pedagang melalui pendekatan motivasi dan

kemampuan manajerial.

2. Bahan pembanding bagi peneliti lain tentang pengaruh motivasi dan

kemampuan manajerial terhadap kinerja usaha para pedagang yang

sejenis.

1.5. Ruang Lingkup

Lingkup kajian penelitian ini adalah pengujian ada-tidaknya pengaruh yang

signifikan motivasi dan kemampuan manajerial terhadap kinerja usaha para

pedagang yang menetapdi Pasar modern wawotobi dengan menggunakan data

cross-section.

Untuk mengukur variable motivasi dilakukan dengan cara menjustifikasi

teori dasar motivasi seperti yang di kemukakan oleh Luthans (2002:249-250).

Ukuran atau indicator motivasi dimaksud meliputi 5 (lima) item, yakni: (1)

adanya kebutuhan (needs) yang dijustifikasi menjadi motif untuk memenuhi

4

Page 5: BAB  I

kebutuhan keluarga; (2) adanya keinginan (wants) yang dijustifikasi sebagai

adanya keinginan atau hasrat untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki; (3)

adanya harapan(drive); yang dijustifikasi sebagai pendorong untuk memanfaatkan

peluang atau kesempatan usaha yang tersedia; (4) adanya incentives yang

dijustifikasi sebagai motif untuk memperoleh pendapatan yang besar dari

usahanya; dan (5) tanggung jawab; yakni adanya rasa tanggung jawab yang tinggi

pada diri seseorang pedagang untuk melakukan sesuatu yang berguna baik untuk

dirinya maupun untuk keluarganya.

Untuk mengukur kemampuan manajerial dilakukan dengan cara

menjustifikasi ukuran kemampuan manajerial yang umum dikenal dalam

teoribisnis. Ukuran dimaksud dimodifikasi dalam5 (Lima) item, yakni: (1)

kemampuan merencanakan modal usaha; (2) kemampuan merencanakan jumlah

barang yang akan dijual; (3) kemampuan merencanakan jumlah persediaan barang

dagangan; (4) kemampuan membedakan penghasilan usaha dengan penghasilan

keluarga; (5) kemampuan memisahkan antara pendapatan usaha dengan

pendapatan keluarga.

Sedangkan kinerja usaha diukur dengan 5 (lima) item ukuran normatif,

yakni: (1) keberhasilan memenuhi kebutuhan hidup keluarga; (2) keberhasilan

mengembangkan modal usaha; (3) keberhasilan memperoleh pasokan barang

dagangan dalam jumlah yang dibutuhkan; (4) keberhasilan memperoleh pasokan

barang dagangan dalam waktu yang dibutuhkan; (5) keberhasilan memperoleh

kepercayaan dan pemasok barang dagangan;

5