7
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernapasan yang di hubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversible dan gejala pernafasan. (Sudoyo W. Aru. 2006). Menurut (Mansjoer, Arif. 2001) Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat refersibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antaralain : bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop, batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada seperti tertekan, gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memberat pada malam hari. Pada orang yang peka, setiap faktor pemicu dapat mencetuskan serangan asma. Setiap orang dapat mengenali dengan segera faktor yang berpengaruh 1

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB VPEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV, maka pada bab ini penulis akan membahas tentang gambaran faktor-faktor pencetus asma bronkhiale di Poli Paru RSU Provinsi NTB tahun 2013.

Citation preview

5

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAsma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernapasan yang di hubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversible dan gejala pernafasan. (Sudoyo W. Aru. 2006). Menurut (Mansjoer, Arif. 2001) Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat refersibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antaralain : bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop, batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada seperti tertekan, gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memberat pada malam hari.Pada orang yang peka, setiap faktor pemicu dapat mencetuskan serangan asma. Setiap orang dapat mengenali dengan segera faktor yang berpengaruh terhadap hubungan asma dengan : allergen, pilekdan virus, emosi dan stress, polusi udara, cuaca/suhu. (Jon Ayres. 2003)Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, saat ini ada 300 juta penderita asma di seluruh dunia. Indonesia sendiri memiliki 12,5 juta penderita asma. Sebanyak 95 persen diantaranya adalah penderita asma takterkontrol. Data ini disampaikan oleh Prof dr Faisal Yunus, PhD, SpP(K), FCCP, Ketua Umum Dewan Asma Indonesia (DAI). (Kompas.2012). Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing infeksi paru 7,2%, PPOK 4,8%, tuberkulosis 3,0%, kanker, paru/trakea/bronkus, 2,1%, dan asma0,3% Peningkatan penderita asma bronchial juga terjadi di Indonesia. Penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. (Suara Pembaruan. 2008)Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunology tahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan (Arief. B. 2010).Data Departemen Kesehatan menunjukkan, pada 2005 prevalensi asma 2,1%. Pada 2007, prevalensinya meningkat menjadi 5,2%. Sedangkan pada 2008, menunjukkan prevalensi asma anak berusia 6-12 sebesar 3,7-16,4%,Saat ini diprediksi 2,5 % penduduk Indonesia menderita asma. (Depkes. 2012).Fenomena yang terjadi saat ini masih banyak penderita asma yang tidak mengetahui penyebab pasti mereka terkena serangan asma Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap 3 orang pasien asma pada tanggal 8 januari 2013, mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui penyebab pasti serangan asma . Akan tetapi 2 dari 3 responden mengatakan bahwa keluarganya banyak yang merokok. Dan pada tanggal 16 desember 2012 peneliti melakukan wawancara mengenai kekambuhan asma terhadap 10 orang responden. 7 dari 10 orang responden tersebut mengatakan mereka pernah mengalami kekambuhan, dan kebanyakan kekambuhan mereka disebabkan karna alergi.Data dari rekam medik RSU Provinsi NTB menunjukkan bahwa jumlah penderita asma rawat inap pada tahun 2011 tercatat 105 orang meninggal 2, dan jumlah penderita asma rawat inap pada tahun 2012 tercatat 128 meninggal 1, Data tersebut menunjukan tingkat penderita asma dari tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan, sedangkan data dari rawat jalan tercatat jumlah Kunjungan penderita asma tahun 2010 tercatat 3886 orang, tahun 2011 tercatat jumlah kunjungan penderita asma sejumlah 4368 orang, dan jumlah kunjungan penderita asma pada tahun 2012 tercatat 1591 orang.Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang Gambaran Faktor-Faktor Pencetus Asma Bronkhiale Pada Penderita Yang Berkunjung Di Poli Paru RSUP NTB.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah Apa Saja Faktor-Faktor Pencetus Asma Bronkhiale Pada Penderita Yang Berkunjung Di Poli Paru RSUP NTB Tahun 2013 ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan UmumAdapun tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pencetus asma bronkhiale Pada Penderita Yang Berkunjung di Poli Paru RSU Provinsi NTB tahun 20132. Tujuan KhususMengidentifikasi gambaran faktor-faktor Pencetus Meliputi : faktor alergen, faktor infeksi, faktor polusi udara, dan faktor perubahan cuaca/suhu udara sebagai faktor pencetus asma bronkhiale.

D. Manfaat Penelitian 1. Untuk institusi pendidikan Dapat dijadikan dasar dalam merencanakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang keperawatan dan profesi khususnya keperawatan di bidang penyakit paru khususnya asma bronkhiale.

2. Untuk institusi pelayanan Kepada institusi RSU Provinsi NTB dan seluruh staf kesehatan, perawat lebih meningkatkan Promosi kesehatan masyarakat rumah sakit dalam bentuk pendidikan kesehatan pada pasien asma bronkhiale yang ada di RSU Provinsi NTB khusunya.3. Bagi Profesi PerawatDi harapkan dapat menjadi acuan dan pegangan untuk meningkatkan program-program kesehatan mengenai asma bronkhiale.4. Bagi Peneliti Lain Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan peneliti selanjutnya, dan menambah pemahaman tentang penyakit asma bronkhiale.

1