BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struma nodusa atau struma adenomatosa terutama ditemukan di daerah pegunungan karena defisiensi iodium. Struma endemis ini dapat dicegah dengan subtitusi iodium. Di luar daerah endemik, struma nodusa ditemukan secara insidental atau pada keluarga tertentu. Etiologinya umumnya multifaktorial. Biasanya tiroid sudah membesar sejak usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Struma multinodosa biasanya ditemukan pada wanita berusia lanjut, dan perubahan yang terdapat kelenjar berupa hiperplasia sampai bentuk involusi. Kebanyakan struma multinodosa dapat dihambat oleh tiroksin. Penderita struma nodusa biasanya tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Nodul mungkin tunggal, tetapi kebanyakan berkembang menjadi multinoduler yang tak berfungsi. Degenarasi jaringan menyebabkan kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya yang sering berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di daerah leher. Sebagian penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa gangguan.1Struma Nodusa Non Toksik merupakan kelainan tiroid yang paling sering diketemukan. Sebagai gambaran, di Boston, pada 8% dari 2585 autopsi rutin, ditemukan nodul tiroid. Penyebab kelainan ini bermacam-macam. Pada setiap orang dapat dijumpai massa dimana kebutuhan terhadap tiroksin bertambah, terutama pada masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi atau stress lain. Pada masa-masa tersebut ditemukan adanya hiperplasia dan involusi kelenjar tiroid. Perubahan ini dapat menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arsitektur yang dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran darah di daerah tersebut sehingga terjadi iskemia. Pada struma nodosa yang berlangsung lama, dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi seperti fribosis, nekrosis,kalsifikasi, pembentukan kista dan perdarahan ke dalam kista tersebut.Pada umumnya kelainan-kelainan yang dapat menampakkan diri sebagai struma nodusa non toksik ialah kista, adenoma, perdarahan, tiroditis dan karsinoma. Struma nodosa non toksik khususnya menjadi lebih penting kaitannya dengan kemungkinan adanya keganasan tersebut. Tindakan dalam pengelolaan nodul tiroid ini tergantung dari diagnosis dan keadaannya, dapat bervariasi antara pembedahan yang radikal sampai blokade TSH saja dengan L-tiroksin atau sama sekali tidak dilakukan apa-apa.

BAB IIPEMBAHASANA. DefinisiStruma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme. Istilah struma nodosa menunjukkan adanya suatu proses, baik fisiologis maupun patologis yang menyebabkan pembesaran asimetris dari kelenjar tiroid. Karena tidak disertai tanda-tanda toksisitas pada tubuh, maka pembesaran asimetris ini disebut sebagai struma nodosa nontoksik. Kelainan ini sangat sering dijumpai sehari-hari, dan harus diwaspadai tanda-tanda keganasan yang mungkin ada.1

B. Anatomi

Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan fascia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakhea, esofagus, pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tyroid. Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram bagi pria dan 17 gram bagi wanita (dapat mencapai 30 gram). Ukuran lobus sekitar 2,5-4cm panjang, 1,5-2 lebar dan 1-1,5 tebal.1

C. Etiologi

Adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas tanpa gejala- gejala hipertiroid. Etiologi : Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah kekurangan iodium. Akan tetapi pasien dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma nodusa non toxic disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :1. Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hypothyroidism dan kretinisme.2. Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada preexisting penyakit tiroid autoimun.3. Goitrogen : Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium. Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara. Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica (misalnya, kubis, lobak cina, brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam rumput liar.4. Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon kelejar tiroid.5. Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat. R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.2.