11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perlakuan salah dan tidak wajar merupakan suatu permasalahan yang dihadapi anak- anak, yang dapat terjadi di lingkungan keluarga, komunitas, sekolah maupun tempat bermain. Khusus untuk kejadian di lingkungan keluarga kasus ini tidak banyak terungkap ke permukaan karena masih ada anggapan bahwa perlakuan salah pada anak menjadi urusan domestik yang tidak layak atau tabu untuk dibuka. Kejadian ini telah menyangkut penegakan hak asasi manusia dan hak anak, sehingga permasalahan perlakuan salah dan tidak wajar pada anak menjadi urusan publik, terutama terkait undang-undang No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Kekerasan anak di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun 2007 dilaporkan 1.510 anak mengalami kekerasan, tahun 2008 ada 1.826 kasus, 1

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gh

Citation preview

3

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangFenomena perlakuan salah dan tidak wajar merupakan suatu permasalahan yang dihadapi anak-anak, yang dapat terjadi di lingkungan keluarga, komunitas, sekolah maupun tempat bermain. Khusus untuk kejadian di lingkungan keluarga kasus ini tidak banyak terungkap ke permukaan karena masih ada anggapan bahwa perlakuan salah pada anak menjadi urusan domestik yang tidak layak atau tabu untuk dibuka. Kejadian ini telah menyangkut penegakan hak asasi manusia dan hak anak, sehingga permasalahan perlakuan salah dan tidak wajar pada anak menjadi urusan publik, terutama terkait undang-undang No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.Kekerasan anak di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun 2007 dilaporkan 1.510 anak mengalami kekerasan, tahun 2008 ada 1.826 kasus, tahun 2009 sebanyak 1.998 kasus, tahun 2010 ada sebanyak 2.044 kasus, dan di yahun 2011 ada sebanyak 2.340 kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia (http://nasional.compas.com).WHO (2003) mendefinisikan Child abuse sebagai semua bentuk perlakuan masyarakat secara fisik atau emosional, penyalahgunaan seksual, pelalaian, eksploitasi lain, yang mengakibatkan cidera atau kerugian nyata maupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak, atau martabat anak yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggungjawab, kepercayaan atau kekuasaan. Istilah child abuse sering kali diterjemahkan sebagai perlakuan salah pada anak, kekerasan terhadap anak (KTA) atau penganiayaan pada anak. Ada 4 macam kekerasan (abuse), yaitu emotional abuse, verbal abuse, physical abuse, dan sexual abuse. Kekerasan tersebut diatas yang paling sering dialami oleh anak-anak adalah verbal abuse.Verbal abuse atau biasa disebut emotional child abuse adalah tindakan lisan atau perilaku yang menimbulkan konsekuensi emosional yang merugikan (Wong, 1996). Verbal abuse terjadi ketika orang tua menyuruh anak untuk diam atau jangan menangis. Jika anak mulai bicara, ibu terus menerus menggunakan kekerasan verbal seperti kamu bodoh. kamu cerewet, kamu kurang ajar. Anak akan mengingat itu semua kekerasan verbal jika semua kekerasan verbal itu berlangsung dalam satu periode (Jallaludin, 2006).Verbal abuse dapat terjadi setiap harinya di rumah, rumah yang seharusnya tempat teraman dan tempat berlindung bagi anak-anak tidak lagi menjadi nyaman. Orang tua terlalu berharap pada anak dan cenderung memaksa anak agar mau menuruti sepenuhnya keinginan mereka, jika tidak maka anak akan mendapat hukuman. Hal inilah yang menjadi alasan bagi orang tua sering melakukan kekerasan pada anak, juga dikarenakan riwayat orang tua sering melakukan kekerasan pada anak sehingga cendrung meniru pola asuh yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Stress, kemiskinan, isolasi sosial, lingkungan yang mengalami krisis ekonomi, tidak bekerja, kurangnya pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak serta minimnya pengetahuan agama orang tua yang turut berperan menjadi penyebab orang tua melakukan kekerasan pada anaknya (Soetjiningsih, 2002).

Penelitian tentang verbal abuse pada anak jarang ditemukan, karena masih banyak orang tua di masyarakat saat ini menganggap hal bicara kasar, mencaci, membentak, memarahi, mengancam pada anak merupakan hal yang wajar. Sering kita temui orang tua dengan mudah berbicara kasar pada anak. Padahal begitu pentingnya peran orang tua pada perkembangan masa anak-anak (Soetiningsih, 2002).Tumbuh kembang anak usia prasekolah mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas di masa depan karena periode prasekolah turut menetukan keberhasilan tumbuh kembang anak. Anak usia prasekolah harus melewati tugas tumbuh kembang inisiatif vs rasa bersalah yang harus berhasil dilewati agar tidak menghambat pencapaian tugas perkembangan selanjutnya (Erikson dalam Potter & Perry, 2005). Menurut Piaget anak usia pra sekolah berada pada fase peralihan antara preccoceptual dan intuitive thought. Pada fase preccoceptual anak sering menggunakan satu istilah untuk beberapa orang yang mempunyai ciri yang sama. Sedangkan pada fase intuitive thought anak sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang dilakukannya.

Perkembangan adalah perubahan psikologi sebagai hasil dari proses pemotongan fungsi psikis dan fisik pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam waktu tertentu menuju kedewasaan. (Suherman, 2002). Menurut Harlimsyah (2007) perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosional, kognitif, dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan). Perkembangan psikososial pada anak dimulai dari bayi. Tersenyum dapat dianggap sebagai respon sosial. Pertama kali senyum timbul sebagai respon terhadap orang asing juga terhadap wajah yang dikenal. Peningkatan pertukaran sosial terjadi secara cepat ketika anak mulai bicara. Umur 6 bulan senyuman menjadi lebih selektif, terutama senyum terhadap ibu, ayah dan saudara kandung. Anak juga akan malu terhadap orang asing. Antara usia 2-3 tahun anak menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial (Hurlock, 1998). Peran orang tua terhadap anak adalah mengajarkan cara beradaptasi dengan lingkungan. Hambatan perkembangan sosial membuat anak mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang yang baru dikenal, bisa juga jadi pemalu (Harlimsyah, 2007). Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orangtua ini lazim disebut sosialisasi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosiopsikologis keluarganya. Apabila dilingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling membantu (bekerja sama) dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga atau anggota keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan aturan, maka anak akan memiliki kemampuan, atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain (Syamsu Yusuf, 2007). Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh agen sosialnya. Hal yang paling utama dalam proses perkembangan sosial adalah keluarga yaitu orang tua dan saudara kandung (sibling). Anak sebagai bagian dari anggota keluarga, dalam petumbuhan dan perkembangannya tidak akan terlepas dari lingkungan yang merawat dan mengasuhnya (Wahini, 2002).Fajrina, Y, (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh tindak kekerasan verbal orang tua terhadap sosialisasi anak usia sekolah dengan sampel sebanyak 40 orang. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh tindak kekerasan verbal, kekerasan emosional dan fisik dengan perkembangan sosialisasi anak usia sekolah. Dari hasil studi pendahuluan dengan wawancara terhadap 10 orang tua di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur di dapatkan data 5 orang mengatakan dalam mengasuh anaknya sehari-hari sering menggunakan kata-kata yang kasar atau sifatnya mengancam seperti kamu bandel, tidak bisa diatur, tetapi perkembangan sosial anak tersebut biasa-biasa saja tidak mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan teman-temannya, anak tersebut juga tidak menjadi pemalu, namun 2 orang ibu mengatakan tidak pernah mendidik anaknya dengan menggunakan kata-kata kasar dan perkembangan anak tersebut baik, seperti anaknya sangat mudah bergaul dengan teman-teman sebayanya, mudah berinteraksi dengan teman yang baru dikenalnya, dan 3 orang ibu dalam mengasuh anaknya sehari-hari tidak pernah memarahi anaknya apalagi sampai menggunakan kata-kata kasar yang sifatnya mengancam anak, tetapi perkembangan sosial anaknya kurang baik seperti anaknya pemalu dan sulit untuk dapat berintaraksi dengan teman-teman sebayanya dan kadang anak tersebut mengucapkan kata-kata kasar pada teman-temannya. Dari hasil studi pendahuluan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui adakah hubunngan verbal abuse dengan perkembangan sosial anak prasekolah (umur 3 5 tahun) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur.B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah yaitu Adakah hubungan verbal Abuse dengan perkembangan sosial anak prasekolah (3-5 tahun) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumTujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan verbal abuse dengan perkembangan sosial anak prasekolah (3-5 tahun) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur.2. Tujuan Khususa. Mengetahui gambaran verbal abuse di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timurb. Mengetahui perkembangan sosial anak prasekolah (3-5 tahun) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur c. Menganalisa hubungan verbal abuse dengan perkembangan sosial anak prasekolah (3-5 tahun) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur.D. Manfaat Penelitian

1. Bagi PenelitiDengan melakukan penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah .

2. Bagi Institusi PendidikanPenulis mengharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan dan referensi institusi pendidikan dalam memberikan bimbingan kepada mahasiswa tentang materi dampak verbal abuse pada anak khususnya perkembangan sosial anak pra sekolah. 3. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media informasi tentang dampak verbal abuse dengan perkembangan sosial anak prasekolah, sehingga diharapkan tindakan kekerasan secara verbal pada anak dapat dicegah.

4. Bagi Para Orang TuaPenulis mengharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan tersendiri bagi para orang tua agar dalam membimbing dan mengasuh anak mampu mendukung perkembangan sosial anak yang baik demi masa depan anak tersebut kelak. 1