5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehubungan dengan tingginya kasus kriminalitas saat ini menimbulkan tingginya permintaan tindakan visum. Dalam setiap tindakan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena sebenarnya, pada setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal atau saksi diam. Bila saksi diam tersebut diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam ilmu forensik (forensic sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan dapat terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus serta pelakunya akan dapat dikenali. Di dalam menghadapi kasus kriminal, pemakaian senjata api dan bahan peledak sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan, khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang didapatnya (Idries, 1997). Kasus bahan peledak yang masuk dalam penanganan POLRI atau Penegak Hukum berjenis bahan peledak rendah (low exsplosive) dan bahan peledak kuat (high exsplosive). Perbedaan jenis bahan peledak tersebut didasarkan pada susunan substituen kimia dari bahan peledak itu sendiri. Pada tahun 2013 hingga 2015 kasus yang paling banyak terjadi yaitu pada jenis low explosive. Contohmya adalah petasan atau mercon. Pembuat dan penjual petasan merupakan kegiatan yang bersifat illegal. Kandungan pada bahan peledak low exsplosive antara lain Kalium klorat (KClO 3)- , Kalium nitrat (KNO 3 ), Sulfur (S), Alumunium (Al), dan Karbon (C). Contoh sederhana pada penggunaan KClO 3 adalah sebagai penyulut korek api gesek. High explosive dapat digunakan untuk bom ikan yang terdapat kandungan Ammonium Nitric Fuel explosive dan Pb Azida. TNT selain untuk kalangan militer dapat juga untuk industry pertambangan dan pengeboran. Bahan yang digunakan pada pertambangan atau pengeboran selain TNT antara lain Pentaelythritol Tetranitrat (PETN), dinamit, 1,3,5-

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan pkl

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSehubungan dengan tingginya kasus kriminalitas saat ini menimbulkan tingginya permintaan tindakan visum. Dalam setiap tindakan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena sebenarnya, pada setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal atau saksi diam. Bila saksi diam tersebut diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam ilmu forensik (forensic sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan dapat terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus serta pelakunya akan dapat dikenali. Di dalam menghadapi kasus kriminal, pemakaian senjata api dan bahan peledak sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan, khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang didapatnya (Idries, 1997).Kasus bahan peledak yang masuk dalam penanganan POLRI atau Penegak Hukum berjenis bahan peledak rendah (low exsplosive) dan bahan peledak kuat (high exsplosive). Perbedaan jenis bahan peledak tersebut didasarkan pada susunan substituen kimia dari bahan peledak itu sendiri. Pada tahun 2013 hingga 2015 kasus yang paling banyak terjadi yaitu pada jenis low explosive. Contohmya adalah petasan atau mercon. Pembuat dan penjual petasan merupakan kegiatan yang bersifat illegal. Kandungan pada bahan peledak low exsplosive antara lain Kalium klorat (KClO3), Kalium nitrat (KNO3), Sulfur (S), Alumunium (Al), dan Karbon (C). Contoh sederhana pada penggunaan KClO3 adalah sebagai penyulut korek api gesek. High explosive dapat digunakan untuk bom ikan yang terdapat kandungan Ammonium Nitric Fuel explosive dan Pb Azida. TNT selain untuk kalangan militer dapat juga untuk industry pertambangan dan pengeboran. Bahan yang digunakan pada pertambangan atau pengeboran selain TNT antara lain Pentaelythritol Tetranitrat (PETN), dinamit, 1,3,5-Trinitro-1,3,5-triazacyclohexane (RDX), 1,3,5,7-tetranitro-1,3,5,7- tetrazacyclooctane (HMX), Nitrocellulosa (NC), ANFO, Ammonium Nitric Aluminium. Bahan peledak tersebut dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu bentuk padat (Kristal), cair (BBM), dan gas (LPG, LNG, asetilen, dan gas hidrogen). Bahan peledak berbentuk padat sangat sensitive terhadap tekanan, gesekan, benturan, dan panas. Adanya ledakan dapat terjadi melalui sumbu bakar (petasan), tumbukan, dan aliran listrik/ elektrik. Di dalam dunia kriminal, senjata api secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu senjata api laras panjang dan senjata api laras pendek. Senjata api digunakan dalam tindak criminal menurut pembuatannya dibedakan menjadi senjata api rakitan dan senjata api standart pabrik. Contoh senjata api laras panjang adalah shotgun, senjata api jenis ini memiliki perbedaan pada pelurunya. Shotgun memiliki peluru jenis pelet, dimana peluru ini berbentuk bulat yang berisi serpihan besi didalamnya. Senjata api laras pendek berisi peluru yang mengandung black powder dengan komponen kalium nitrat (KNO3), anion NO3-, karbon ( C ), dan aluminium (Al). Laboratorium Forensik (Labfor) merupakan lembaga yang berwenang sebagai penyelidik yang berhak mencari keterangan dan barang bukti atas kasus kriminal yang terjadi. Dalam penelitian kerja praktek ini akan dilakukan analisis kandungan pada residu setelah ledakan dari senjata api dan bahan peledak dalam pengungkapan tindak kriminal di Labfor Cabang Surabaya bidang balistik. Penelitian ini selain digunakan untuk menambah ilmu dan wawasan penggunaan alat-alat dan metode deteksi kimia pada sampel anorganik yaitu terutama penerapan bidang ilmu kimia analisis dan kimia anorganik. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk pemenuhan mata kuliah praktek kerja lapang di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang.

1.2 Tujuan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk :a. Mempelajari cara deteksi kandungan logam yang terkandung dalam berbagai sampel. b. Mengetahui dan mepelajari adanya perbedaan penanganan sampel yang berbeda pada deteksi tersebut. c. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penangan sampel dan deteksi logam pada berbagai sampel. d. Mengetahui hasil uji kandungan logam pada selongsong peluru dalam menggunakan senjata api dan bahan peledak di Laboratorium Forensik Cabang Surabaya.

1.3 Kegunaan 1.3.1 Bagi Mahasiswaa. Mengaplikasikan ilmu kimia yang diperoleh diperkuliahan untuk melakukan analisis kandungan dan distribusi logam pada senjata api dan bahan peledak dalam pengungkapan tindak kriminal di Laboratorium Forensik Cabang Surabaya diharapkan dapat memperoleh pengetahuan mengenai deteksi logam berdasarkan sampel selongsong peluru.b. Memperluas pengetahuan, pengalaman dan wawasan sebelum terjun ke dunia kerja yang sangat kompetitif.c. Memperdalam dan meningkatkkan kualitas, keterampilan dan kreativitas.d. Melatih diri agar tanggap dan peka dalam menghadapi situasi dan kondisi lingkungan kerja.e. Mengukur kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi dan bekerja pada lembaga (institusi pemerintah atau swasta) diluar kampus.f. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman sebagai generasi terdidik untuk terjun dalam masyarakat .1.3.2 Bagi Perguruan Tinggi khususnya Jurusan Kimiaa. Mencetak tenaga kerja yang terampil dan jujur dalam menjalankan tugas.b. Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum yang telah diterapkan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja yang terampil di bidangnya.c. Sebagai sarana pengenalan instansi pendidikan perguruan tinggi khususnya Jurusan Kimia, pada institusi/lembaga pemerintah atau swasta, perusahaan yang membutuhkan lulusan, atau tenaga kerja yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.1.3.3 Bagi institusi/lembaga tujuan PKLa. Memanfaatkan sumber daya manusia yang potensial.b. Sebagai sarana untuk menjembatani hubungan kerjasama antara institusi/lembaga tujuan PKL dengan perguruan tinggi di masa yang akan datang, khususnya mengenai rekruitmen tenaga kerja.c. Sebagai sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan yang ada di perguruan tinggi.d. Membantu menyelesaikan pekerjaan yang terdapat pada institusi tempat mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.