26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan sedini mungkin, sebab merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya. Selain itu gigi- geligi merupakan salah satu organ pencernaan yang berperan penting dalam proses pengunyahan makanan, sehingga pemeliharaan kesehatan gigi penting dilakukan (Depkes RI, 1999). Secara umum penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Survey kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menginformasikan bahwa penduduk Indonesia yang menderita karies gigi aktif dengan kerusakan gigi yang belum ditangani sebanyak 63% dari jumlah penduduk. Survey tersebut juga menunjukkan masyarakat yang menderita penyakit periodontal sebanyak 42,8 dengan mendeteksi adanya kalkulus atau karang gigi (Depkes RI, 2000). Mulut merupakan suatu tempat yang ideal bagi perkembangan bakteri, karena temperatur kelembaban dan ketersediaan nutrisi yang cukup. Bakteri yang ada di dalam mulut berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut seseorang. Kebersihan gigi dan mulut seseorang terutama ditentukan oleh adanya sisa makanan (food debris), plak, 1

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan sedini

mungkin, sebab merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya. Selain

itu gigi-geligi merupakan salah satu organ pencernaan yang berperan penting

dalam proses pengunyahan makanan, sehingga pemeliharaan kesehatan gigi

penting dilakukan (Depkes RI, 1999).

Secara umum penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada

masyarakat adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Survey kesehatan Rumah

Tangga tahun 1995 menginformasikan bahwa penduduk Indonesia yang

menderita karies gigi aktif dengan kerusakan gigi yang belum ditangani sebanyak

63% dari jumlah penduduk. Survey tersebut juga menunjukkan masyarakat yang

menderita penyakit periodontal sebanyak 42,8 dengan mendeteksi adanya

kalkulus atau karang gigi (Depkes RI, 2000).

Mulut merupakan suatu tempat yang ideal bagi perkembangan bakteri,

karena temperatur kelembaban dan ketersediaan nutrisi yang cukup. Bakteri yang

ada di dalam mulut berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut seseorang.

Kebersihan gigi dan mulut seseorang terutama ditentukan oleh adanya sisa

makanan (food debris), plak, kalkulus/karang gigi, material alba dan noda pada

permukaan gigi (stain) (Handnyawati, 2002).

Permukaan gigi yang lama tidak dibersihkan merupakan tempat

menumpuknya kotoran/sisa makanan dan berkumpulnya bakteri dalam mulut

yang berkembang biak dan akan menghasilkan bahan-bahan metabolisme yang

lama-kelamaan akan mengeras menjadi karang gigi. Karang gigi yang melekat

erat pada permukaan gigi da lama tidak dibersihkan sehingga akan

mengiritasi/menimbulkan gangguan pada kesehatan gusi dan permukaan gigi serta

bau mulut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah proses terjadinya karang gigi?

1

Page 2: BAB I

2. Apa saja akibat yang dapat ditimbulkan karena adanya karang gigi?

3. Bagaimana cara mencegah dan mengatasi adanya karang gigi?

1.3  Tujuan Penulisan

1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai proses terjadinya karang

gigi.

2. Mengetahui akibat yang dapat ditimbulkan karena adanya karang gigi.

3. Mengetahui bagaimana cara mencegah dan mengatasi adanya karang gigi.

2

Page 3: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kalkulus atau karang gigi merupakan suatu masa yang mengalami

kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek

solid lainnya di dalam mulut. Kalkulus mempunyai permukaan yang kasar,

sehingga sisa-sisa makanan dan bakteri mudah melekat dan berkembang

biak yang mengakibatkan terjadinya penebalan dari kalkulus tersebut.

Pengendapan kalkulus yang banyak biasanya terjadi pada permukaan gigi

yang berlawanan dengan muara kelenjar ludah, misalnya bagian lingual

gigi anterior sel-sel permukaan mukosa rahang bawah dan bagian bukal gigi

molar satu atas. Tetapi dapat juga dijumpai pada setiap gigi geligi tiruan yang

tidak di bersihkan dengan baik (Carranza et al, 2006).

Berdasarkan lokasi perlekatannya, kalkulus dapat dibedakan atas dua

macam yaitu :

1. Kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah

oklusal dari tepi free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai

kecoklat-coklatan. Konsistensinya keras seperti batu apung, dan

mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi.

2. Kalkulus sub gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah

lingual dari tepi gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda

sampai hitam bercampur dengan darah. Konsistensinya keras

seperti batu api, dan melekat sangat erat kepermukaan gigi.

(Carranza et al, 2006)

Menurut Tureskey dkk, karang gigi dapat terjadi karena adanya

aktivitas enzim-enzim phospat yang berasal dari sel-sel permukaan mukosa

yang sedang berdegenerasi. Umumnya enzim phospat terbentuk bila ada suatu

peradangan. Terjadinya pertumbuhan enzim phosphatase, apabila didalam

jaringan pengikat gusi terjadi peradangan pengendapan phospat dari air ludah

disebabkan adanya enzim phospat ini. sedangkan menurut Wallace mengatakan

bahwa orang yang banyak makan makanan yang berserat mempunyai karang

3

Page 4: BAB I

gigi yang sedikit, makanan yang sebagian besar terdiri dari tepung kanji

memudahkan terjadinya karang gigi. Makanan yang keras dan kasar dapat

menghambat pembentukan karang gigi (Sindoro, 1995).

Proses pembentukan karang gigi dimulai dengan adanya plak gigi.

Setelah kita menyikat gigi, pada permukaan gigi akan terbentuk lapisan bening

dan tipis yang disebut pelikel. Pelikel ini belum ditumbuhi kuman. Apabila

pelikel sudah ditumbuhi kuman disebutlah dengan plak. Plak berupa lapisan

tipis bening yang menempel pada permukaan gigi,terkadang juga ditemukan

pada gusi dan lidah. Lapisan itu tidak lain adalah kumpulan sisa makanan,

segelintir bakteri, sejumlah protein dan air ludah. Plak selalu berada dalam

mulut karena pembentukannya selalu terjadi setiap saat, dan akan hilang bila

menggosok gigi atau menggunakan benang khusus. Plak yang dibiarkan, lama

kelamaan akan terkalsifikasi (berikatan dengan kalsium) dan mengeras

sehingga menjadi karang gigi. Mineralisasi plak mulai di dalam24-72 jam dan

rata-rata butuh 12 hari untuk matang.

Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi

tempat menempelnya plak kembali sehingga kelamaan karang gigi akan

semakin mengendap, tebal dan menjadi sarang kuman. Jika dibiarkan

menumpuk, karang gigi dapat meresorbsi tulang alveolar penyangga gigi dan

akibatnya gigi mudah goyang dan tanggal. Selain itu, karang gigi juga dapat

memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi, infeksi tersebut dapat

menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah ke organ lain seperti jantung

(Bakterimia). Karena itu ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu

oleh infeksi dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung

(miokarditis) termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.

Untuk mengatasi masalah karang gigi ini diperlukan adanya

pembersihan karang gigi yang disebut scalling. Scalling ini menggunakan

dapat dilakukan dengan cara manual ataupun dengan elektrik dengan

menggunakan alat yang disebut scaller.

4

Page 5: BAB I

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi karang gigi

diantaranya adalah :

1. Menyikat gigi secara sempurna (min.3x/hari)

2. Menggunakan Dental floss, untuk menghilangkan sisa makanan ato

deposit yang terselip (terjebak) diantara 2 permukaan gigi yang

tidak terjangkau oleh sikat gigi.

3. Menggunakan obat kumur, mengandung clorhexidine yang

membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri (organisme)

penyebab plak dan karang gigi

4. Kontrol Ke dokter gigi, Sebaiknya dilakukan secara rutin tiap 2

sampai 4 kali dalam setahun. Atau atas pertimbangandokter atas

kondisi yang ditemukan. Laju pembentukan karang gigi setiap

individu berbeda bedadipicu oleh bebagi faktor dalam tubuh

misalnya pada penderita deabetes bniasanya karang gigicepat

terbentuk karena kondisi tingkat kekentalan air liur sangat tinggi

dan jumlahnya sedikit, karena itu semakin cepat karang gigi

terbentuk sering pula kita melakukan perawatan pembersihan

(Sriono, 2005: 52 ).

5

Page 6: BAB I

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian karang gigi atau kalkulus

Karang gigi atau kalkulus (disebut juga tartar), yaitu suatu lapisan

deposit plak yang termineralisasi, yang keras yang menempel di gigi.

Warnanya bervariasi dari kuning hingga cokelat. Lapisan ini terlihat

keputihan dan seiring waktu berubah kekuningan setelah bercampur dengan

air liur. Karang gigi terutama timbul pada daerah-daerah yang sulit

dibersihkan.

Kalkulus terjadi karena pengendapan garam kalsium fosfat, kalsium

karbonat, dan magnesium fosfat. Komposisi kalkulus dipengaruhi oleh lokasi

kalkulus dalam mulut serta waktu pembentukan kalkulus.

Kalkulus atau karang gigi merupakan jaringan keras yang melekat erat

pada gigi yang terdiri dari bahan-bahan mineral seperti Calsium, Ferum, Zink,

Cu dan Ni. Karang gigi dapat melekat pada permukaan gigi yang terletak

diatas gusi, sehingga disebut supra gingiva, atau pada permukaan yang

terletak dibawah gusi dan disebut sub gingiva (Taringan, 1989).

3.2

Komposisi karang gigi atau kalkulus

Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya

di dalam mulut dan bahkan lokasi geografi dari individu. Terdiri dari 80%

6

Page 7: BAB I

massa anorganik, airm dan matriks organik (protein dan karbonat), sel-sel

epitel deskuamasi, bakteri filament gram positif, kokus dan leukosit. Masa

anorganik terutama terdiri dari fosfat, kalsium, dalam bentuk hidroksiapatite,

brushite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu, juga terdapat sejumlah kecil

kalsium karbonat, magnesium, fosfat, dan florida (Manson, 1993).

3.3 Mekanisme pembentukan karang gigi atau kalkulus

Pembentukan karang gigi diawali dengan adanya pembentukan plak

gigi. Plak umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi, karena

daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan.

Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit, dan fisur pada permukaan gigi,

dibawah restorasi yang mengemper, dan sekitar gigi yang erupsinya tidak teratur. Lokasi

dan laju pembentukan plak adalah bervariasi diantara individu. Faktor yang mempengaruhi

laju pembentukan plak adalah oral hygiene, serta faktor-faktor penjamu seperti diet, dan

komposisi serta laju aliran saliva.

Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu:

a. Pembentukan pelikel dental

Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase

awal dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau

restorasi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari

saliva dan cairan sulkus, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan

debris. Komponen khas pelikel pada berbagai daerah bervariasi

komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel baru terbentuk (dua jam)

menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi

saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul

sekitar secara selektif. Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri

dan terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih

berkontak dengan ludah dan pada permukaan gigi dan berupa material stein

yang terang apabila diwarnai dengan bahan pewarna plak. Pelikel berfungsi

sebagai penghalang protektif, yang bertindak sebagai pelumas permukaan

dan mencegah desikasi (pengeringan jaringan). Selain itu pelikel merupakan

substrat tempat bakteri dari sekitarnya melekat. Selain itu, pelikel bekerja

7

Page 8: BAB I

seperti perekat bersisi dua, satu sisi melekat ke permukaan gigi, sedangkan

permukaan lainnya merupakan sisi yang melekatkan bakteri pada permukaan

gigi. Bakteri dapat melekat ke permukaan gigi diperantarai oleh reseptor

berupa lapisan tipis protein saliva dan glikoprotein yang menutupi permukaan

gigi yang sering dikenal dengan pelikel. Pelikel dan matriks plak merupakan

hasil dari host dan produk bakteri yang terdiri dari beberapakomponen

meliputi albumin, lisozim, amilase, imunoglobulin A, prolin yang kaya

protein dan mucins. Lapisan pelikel pada permukaan gigi dikolonisasi oleh

bakteri Gram positif seperti S.sanguis, S. mutans dan A.viscosus. Komponen

bakteri seperti glukosyltransferase dan glucans juga dapat ditemukan dalam

pelikel dan memainkan peran yang sangat signifikan dalam hal perlekatan.

Suatu ikatan antara adsorbsi dan desorbsi molekul saliva terjadi 90-120 menit

setelah menyikat gigi. Setelah 2 jam pelikel pada permukaan lingual

terbentuk setebal 20-80 nm sedangkan pelikel didaerah bukal bisa mencapai

200-700 nm. Ketebalan pelikel ini bisa berubah sewaktu - waktu tergantung

pada tempat melekatnya. Pada saat molekul protein saliva berikatan dengan

permukaan gigi protein dapat mengalami perubahan. Hal ini merupakan

petunjuk adanya reseptor baru untuk perlekatan dimana terjadi aktivitas

glukosyltransferase dan menghasilkan glucans dengan struktur yang

dimodifikasi. Komposisi molekul dan kimia fisik pelikel merupakan hal yang

sangat menentukan bentuk kolonisasi mikroba. Setelah pelikel terbentuk

bakteri melekat pada pelikel tersebut dan mengalami proliferasi. Bakteri yang

pertama kali melekat pada permukaan pelikel biasanya golongan coccus.

Seiring berjalannya waktu plak dikolonisasi oleh bermacam-macam bentuk

berupa filamen, flagel dan spiral. Koloni awal yang terdapat pada plak adalah

spesies komensal utama meliputi Streptococcus (S. sanguis, S. Gordonii dan

S.oralis) dan A.viscosus. Pengkoloni awal tersebut melekat ke permukaan

gigi dengan bantuan adhesin yaitu molekul spesifik yang terdapat pada

permukaan bakteri. Contoh adhesin ini adalah S. gordonii

dapat berikatan dengan bantuan α-amylase sedangkan A. naeslundii dan

F. Nucleatum berinteraksi dengan statherin. S. mutans berikatan dengan

glucans protein binding.

8

Page 9: BAB I

b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi

Dalam beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental.

Bakteriyang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel

adalahdidominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti

Actinomices viscosusdan Streptococus sanguis. 18-20 Pengkoloni awal

tersebut melekat ke pelikel denganbantuan adhesin, yaitu molekul spesifik

yang berada pada permukaan bakteri.Adhesin akan berinteraksi dengan

reseptor pada pelikel dental. Masa plak kemudianmengalami pematangan

bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat,maupun

kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannyaterjadi

perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal

yangaerob dengan spesies bakteri fakultatif gram positif menjadi lingkungan

yang sangatmiskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme

anaerob gram-negatif.

c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan

gigi melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:

o Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan gigi

o Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan bakteri

baru

Dalam tiga hari, pengkoloni sekunder yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke

permukaaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotellaloescheii,

spesies Capnocyttophaga, Fusobakterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis.

Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalammassa plak.

Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder kebakteri pengkoloni

awal dinamakan koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada hari ke-7 ditandai dengan

menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram negatif.

Plak ini hanya dapat dibersihkan dengan pembersihan mekanis seperti

menggunakan sikat gigi ataupun alat pembersih dari dokter gigi lainnya.

Kalkulus ini biasanya terbentuk setelah 2 – 14 hari terbentuknya plak.

Selain pada permukaan gigi, kalkulus juga terdapat pada gigi tiruan

danrestorasi gigi dan hanya bisa hilang dengan tindakan scalling. Penelitian

9

Page 10: BAB I

morfologikalkulus menggunakan scanning electron microscopy (SEM)

menunjukkan bahwa kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival kasar

dan porus serta terdapat retensi dan plak gigi. Permukaan luar kalkulus selalu

diliputi oleh organisme – organisme bentuk filamen dan bulat, sedangkan

permukaan dalam kalkulus tidak. Ada perbedaan jumlah koloni pada plak gigi

dengan atau tanpa kalkulus supragingival. Pada plak gigi kelompok kalkulus

terdapat lebih banyak spesies Bacteroidesintermedius,

Bacteroides melaninogenicus serta Capnocytophaga. Organisme yangterdapat

pada plak gigi yang sudah matang juga terdapat pada kalkulus. Ditemukan

ada 22 mikroorganisme di dalamnya. Bakteri plak diperkirakan memegang

peranan penting dalam pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses

mineralisasi, meningkatkan kejenuhan cairan di sekitarnya sehingga

lingkungannya menjadi tidak stabil atau merusak faktor penghambat

mineralisasi. Kalkulus terjadi karena pengendapan garam kalsium fosfat,

kalsium karbonat dan magnesium fosfat. Komposisi kalkulus dipengaruhi

oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu pembentukan kalkulus. Pada

suatu saat kalkulus dapat cepat terbentuk, sedangkan pada saat yang lain

lambat atau tidak terbentuk kalkulus. Kalkulus melekat erat dengan gigi dan

hanya bisa di bersihkan dengan scaller, atau alat ekstraktor oleh dokter gigi.

Kalkulus mula-mula kuning, lama -kelamaan dapat berwarna coklat atau

kehitaman sesuai dengan kebiasaan seperti merokok atau minum kopi.

Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneliti mengenai

proses terbentuknya kalkulus, antara lain:

1. Teori CO

Menurut teori ini, pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat

adanya perbedaan tekanan CO₂ dalam rongga mulut dengan

tekanan CO₂ dari duktus saliva,yang menyebabkan pH saliva

meningkat sehingga larutan menjadi jenuh.

2. Teori protein

Pada konsentrasi tinggi, protein koloida saliva bersinggungan

dengan permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari

10

Page 11: BAB I

saliva, sehingga mengurangi stabilitas larutannya dan terjadi

pengendapan garam kalsium fosfat.

3. Teori fosfatase

Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri.

Fosfatase membantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi

pengendapan garam kalsium fosfat.

4. Teori esterase

Esterase terdapat pada mikroorganisme, membantu proses

hidrolisis ester lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan

kalsium membentuk kalsium fosfat.

5. Teori ammonia

Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan

membentuk amonia sehingga pH saliva naik dan terjadi

pengendapan garam kalsium fosfat.

6. Teori pembenihan

Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan

fosfor yang akan membentuk kristal inti hidroksiapatit dan

berfungsi sebagai benih kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh.

3.4 Jenis karang gigi (Kalkulus)

Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya terhadap

gingival margin yaitu kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival.

Kalkulus supragingival terletak di atas margin gingiva, dapat terlihat

langsung di dalam mulut, warnanya putih kekuning-kuningan dan

distribusinya dipengaruhi oleh muara duktus saliva mayor. Kalkulus

subgingival terletak di bawah margin gingiva, tidak dapat terlihat langsung di

dalam mulut, dan warnanya kehitaman. Sumber mineral untuk kalkulus

supragingival diperoleh dan saliva, sedangkan kalkulus subgingival dari

serum darah. Endapan kalkulus supragingival terbanyak adalah pada

permukaan bukal gigi molar pertama maksila,dan pada permukaan lingual

gigi insisivus pertama dan kedua mandibula. Endapan kalkulus subgingival

paling banyak terdapat pada gigi insisivus pertama dan kedua mandibula,

11

Page 12: BAB I

diikuti oleh gigi molar pertama maksila, kemudian gigi-gigi anterior maksila

(Carranza et al, 2006).

Berdasarkan asalnya :

1. Salivary calculus adalah calculus yang berasal dari saliva,

berwarna kuning, konsistensi lunak, terletak di permukaan gigi.

2. Cerumal calculus adalah calculus yang berasal dari serum darah

karena adanya peradangan, berwarna coklat sampai hitam,

konsistensi keras, terletak di permukaan akar (Carranza et al,

2006)..

3.5 Indeks Kalkulus

Skor Kriteria

0 Tidak ada kalkulus

1Kalkulus supra gingiva menutupi tidak lebih dari 1/3

permukaan gigi

2

Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan

gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang

terkena, atau adanya kalkulus sub gingiva berupa flek di

sekeliling leher gigi

3

Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan

gigi yang terkena. Adanya kalkulus sub gingiva berupa pita

yang tidak terputus di sekeliling leher gigi

Skor kalkulus diperoleh dari jumlah skor permukaan gigi dibagi

jumlah gigi yang diperiksa. Skor indeks oral higiene individu diperoleh

dengan menjumlahkan nilai indeks debris dan indeks kalkulus.

3.6 Akibat yang ditimbulkan karena adanya karang gigi

Karang gigi ini menjadi tempat melekatnya kuman-kuman di dalam

mulut. Akibatnya dapat menyebabkan berbagai penyakit gusi, seperti radang

gusi (gingivitis) yang ditandai dengan gusi tampak lebih merah, agak

12

Page 13: BAB I

membengkak, dan sering berdarah saat menggosok gigi. Hal ini dapat

berlanjut menjadi radang jaringan penyangga gigi lainnya (periodontitis) bila

tidak segera dirawat. Bila sudah tahap ini dapat menimbulkan gigi goyang

karena jaringan penyangga gigi sudah rusak. Selain itu, karang gigi juga

dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi, infeksi tersebut

dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah ke organ lain.

Halitosis atau bau mulut juga merupakan masalah yang disebabkan

oleh karang gigi ini karena menumpuknya berbagai macam sisa-sisa makanan

di dalam mulut yang tidak dibersihkan secara tuntas dan akhirnya membusuk.

3.7 Pencegahan dan cara mengatasi karang gigi

Pencegahan karang gigi adalah dengan menyikat gigi dengan baik dan

benar setiap hari. Penyikatan gigi sebaiknya dilakukan 2 x sehari, yaitu setiap

kali setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Karena pada waktu tidur

aktivitas gigi dan mulut berhenti dan memudahkan bakteri untuk berkembang

biak.

Sedangkan cara menyikat

gigi yang baik benar adalah

untuk bagian depan permukaan

13

Page 14: BAB I

gigi yaitu bagian bibir dan pipi, dilakukan dengan cara memutar. Untuk

bagian mengunyah dan menggigit, dilakukan dengan cara maju –

mundur. Sedangkan pada bagian dalam yaitu bagian

lidah dan langit – langit dilakukan dengan cara

mencongkel ( Ambarwati, 1994 : 32 ).

Selain itu pembersihan gigi dapat menggunakan

benang khusus atau dental floss yang dibuat untuk

kedokteran gigi untuk membersihkan sela – sela gigi.

Apabila setelah makan dan tidak sempat gosok gigi, lakukan kumur

dengan air. Untuk menghilangkan sisa makanan. Atau dengan makan buah –

buahan yang berserat dan banyak  mengandung air.

Pembersihan karang gigi atau scalling sebaiknya dilakukan secara

rutin tiap 2 sampai 4 kali dalam setahun dengan pergi ke dokter gigi. Atau atas

pertimbangan dokter atas kondisi yang ditemukan. Scalling ini dilakukan

dengan dua cara yaitu manual dan elektrik. Scaler yang dilakukan secara

manual menggunakan hand instrument. Namun cara ini, sudah jarang dilakukan

karena lebih sulit, membutuhkan waktu lebih lama, pembersihan tidak

maksimal, dan butuh tenaga ekstra sebab karang gigi melekat cukup erat ke

permukaan gigi dan sulit dipecahkan. Kecuali memang tidak ada alat lain

seperti dokter gigi yang bekerja di pedalaman, yang tidak ada pilihan lain

kecuali menggunakan hand instrument. Scaler ultrasonik, yaitu alat yang bekerja

dengan getaran ultrasonik pada bagian ujungnya yang berbentuk sedikit

runcing agar dapat memecah karang gigi hingga ke tempat yang sulit

dijangkau, termasuk karang gigi yang ada di bawah gusi.

14

Hand instrument

Page 15: BAB I

Laju pembentukan karang gigi setiap individu berbeda – beda dipicu

oleh berbagai faktor dalam tubuh misalnya pada penderita diabetes biasanya

karang gigi cepat terbentuk karena kondisi tingkat kekentalan air liur sangat

tinggi dan jumlahnya sedikit, karena itu semakin capat karang gigi terbentuk

sering pula kita melakukan perawatan pembersihan ( Sriono, 2005 : 52 ).

15

Ultrasonic scaller

Page 16: BAB I

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN & SARAN

Karang gigi merupakan suatu lapisan deposit plak yang

termineralisasi, yang keras yang menempel di gigi. Karang gigi ini jika tidak

segera ditangani maka akan menimbulkan berbagai masalah didalam rongga

mulut, diantaranya adalah dapat menyebabkan penyakit pada jaringan

periodontal seperti radang jaringan penyangga gigi, gigi goyang karena

resorbsi tulang alveolar dan mengakibatkan gigi mudah tanggal serta dapat

juga mengakibatkan bau mulut.

Cara mengatasi masalah karang gigi ini dapat dilakukan penyikatan

gigi secara teratur dua kali sehari setiap pagi setelah makan dan malam

sebelum tidur, selain itu juga dapat dilakukan pembersihan sela-sela gigi

menggunakan dental floss serta perawatan scalling ke dokter gigi.

Oleh karena itu, masalah rongga mulut hendaknya tidak dianggap

sepele karena merupakan bagian dari kesehatan tubuh, sehingga diperlukan

pemeriksaan yang rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali serta perlunya

memperhatikan oral hygiene agar keadaan rongga mulut tetap bersih dan sehat.

16

Page 17: BAB I

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Carranza FA. Newman MG. Takei HH. 2006. Clinical

Periodontology. 9th ed Philadelpia: WB Saunders Co; p. 74.

2. Depkes RI. 2000. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

di Puskesmas. Depkes, Jakarta.

3. Handnyanawati, H. 2002. Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan

Gingivitis Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kabupaten Jember.

Jakarta : JKGUI

4. Harty FJ, R Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC

5. Limantara, Ambarwati. 1994. Pendidikan Kesehatan Gigi. Surabaya: SPRG

Sindoro

6. Manson J.D. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates

7. Sindoro, I. 1996. Perlindungan Khusus, Depkes RI. Surabaya

8. Srigupta, AA.2004. Perawatan Gigi dan Mulut. Jakarta

9. Sriono, Niken Widyanti. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi

Pencegahan. Yogyakarta : Medika Fakultas Kedokteran Gigi UGM

10. S.U, Sri Lelyati. Kalkulus – Hubungannya Dengan Penyakit Periodontal

dan Penanganannya. Jakarta: Bagian Periodontologi FKG UI

11. Taringan, R. 1995. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : EGC

17