Upload
emma-setya-handoko
View
670
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan tempat menanamkan dasar-dasar
pengetahuan pada siswa yang dikembangkan melalui bidang-bidang pengajaran,
diantaranya melalui pengajaran matematika. Pengajaran matematika perlu
dikembangkan dan dikuasasi sejak dini, apalagi dalam rangka menjemput
perkembangan pengetahuan dan teknologi. Pengajaran matematika itu
menumbuhkembangkan kemampuan bernalar dalam mengkomunikasikan gagasan
atau dalam pemecahan masalah sehingga dapat bertahan pada keadaan yang selalu
berubah tidak pasti dan kompetitif. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran
matematika pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (2003 : 2) bahwa "Tujuan
pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif dan konsisten.”
Pembelajaran matematika di sekolah disamping merupakan sarana berfikir
ilmiah yang sangat diperlukan untuk mengembangkan cara berpikir sistematis,
logis, kritis, kreatif dan konsisten, juga merupakan pengetahuan dasar yang sangat
diperlukan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan
tujuan umum pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah yaitu :
Memberikan penekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya (Suherman dkk, 2001: 56 -57).
Oleh karena itu kualitas pelajaran matematika perlu mendapat perhatian
yang sungguh-sungguh. Sesuai tuntutan tersebut guru SD harus mampu
menyampaikan pelajaran dengan baik, karena mutu pendidikan sangat erat
kaitannya dengan mutu pembelajaran. Kunci keberhasilan pembelajaran
diantaranya ditentukan oleh faktor guru sebagai pengelola kegiatan belajar
mengajar, sehingga untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu ditekankan pula
pada upaya peningkatan mutu guru. Guru harus mampu menguasi dan memilih
metode pengajaran yang tepat karena tidak jarang siswa yang asalnya menyenangi
pelajaran matematika menjadi tidak menyenanginya. Salah satu penyebabnya
adalah cara mengajar guru yang tidak cocok.
Salah satu metode yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika
adalah metode Laboratorium. Metode ini memberikan pengalaman belajar pada
siswa lebih bermakna karena siswa terlibat langsung pada penggunaan dan
pengotak-atikan media peraga. Suherman dkk (200 : 209) mengemukakan bahwa
"Laboratorium pembelajaran matematika merupakan susatu lingkungan dimana
siswa belajar matematika dengan mengekplorasi konsep-konsep matematika,
menenmukan prinsip-prinsip matematika dalam situasi konkrit.” Sedangkan
Ruseffendi (1988 : 318) menjelaskan bahwa :
Mengajar dengan metode laboratorium ialah mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami suatu obyek langsung matematika dengan jalan mengkaji, menganalisis, menanamkan secara induktif melalui inkuiri, merumuskan dan mengetes hipotesi dan membuat kesimpulannya dari benda-benda kongkrit atau modelnya dilakukan di Labotarium Matematika (LABMAT).
Pendapat di atas dikuatkan oleh Buner (Ruseffendi, 1993 :109) bahwa :
Dalam proses belajar sebaiknya siswa diberikan untuk memanipulasi benda- benda (alat peraga). Dengan alat peraga tersebut siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh siswa dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang telah melekat pada dirinya.
Metode laboratorium membuat siswa aktif dalam belajar karena dapat
melakukan kegiatan mengotak-atikan (manipulasi) benda konkrit (nyata), bahkan
mengkaji, menyelidiki, menyusun hipotesis, mencoba, menemukan, merumuskan,
memeriksa dan membuat kesimpulan tentang obyek matematika, sehingga
membuat hasil belajar lebih lama tersimpan dalam ingatan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Ruseffendi (2002 : 189) yang menyatakan bahwa "Belajar melalui
berbuat lebih baik dari pada melalui mata dan melalui telinga.”
Kenyataan di SD selama ini khususnya di SDN 3 Payungagung pada
pembelajaran matematika tentang simetri putar di kelas V masih menggunakan
cara mengajar konvensional (pembelajaran terpusat pada guru). Pembelajaran
konvensional ini masih belum sesuai dengan tuntutan pembelajaran matematika,
dimana pembelajaran harus dapat menumbuhkembangkan kemapuan bernalar,
yaitu berfikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau
dalam pemecahan masalah. Untuk mencapai tujuan sesuai dengan tuntutan
pembelajaran matematika diperlukan suatu usaha, salah satunya dengan
menggunakan metode mangajar yang tepat sehingga siswa aktif dalam
pembelajaran (pembelajaran terpusat pada siswa).
Maka dari itu penulis ingin menggunakan metode laboratorium dalam
pembelajaran matematika tentang simetri putar dalam rangka meningkatkan
pemahaman siswa. Permasalahan yang dirasakan adalah bagaimana cara
melaksanakan metode laboratorium agar pemahaman siswa meningkat?
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan hasil refleksi
awal peneliti di lapangan, ditemukan suatu kesulitan dalam pembelajaran
matematika di kelas V mengenai "simetri putar". Hal ini ditunjukan dengan
lemahnya pemahaman siswa dalam menentukan letak sudut dan besar sudut.
Dengan fakta ini guru perlu merancang pembelajaran yang tepat yang disesuaikan
dengan sarana yang ada dan meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan
pembelajaran agar hasil belajar siswa kelas V meningkat. Salah satunya dengan
menggunakan metode laboratorium.
Dengan demikian maka secara umum rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah : "Bagaimanakah pelaksanaan metode laboratorium pada pembelajaran
simetri putar agar pemahaman siswa meningkat?"
Agar penelitian lebih terfokus dan efektif, maka rumusan masalah
dikhususkan sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
laboratorium pada pembelajaran simetri putar agar pemahaman siswa di kelas
V SDN 3 Payungagung meningkat?
2. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode laboratorium
pada pembelajaran simetri putar agar pemahaman siswa di kelas V SDN 3
Payungagung meningkat?
3. Apakah pemahaman siswa tentang letak sudut dan besar sudut putar setelah
mengikuti proses pembelajaran dengan metode laboratorium pada
pembelajaran simetri putar di kelas V SDN 3 Payungagung meningkat?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada pembelajaran simetri putar dengan menggunakan metode
laboratorium di kelas V SDN 3 Payungagung Kecamatan Panumbangan
Kabupaten Ciamis.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Memperoleh gambaran tentang perencanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode laboratorium pada pembelajaran simetri putar agar
pemahaman siswa di kelas V SDN 3 Payungagung Kecamatan Panumbangan
Kabupaten Ciamis meningkat.
b. Memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan
metode laboratorium pada pembelajaran simetri putar agar pemahaman siswa
di kelas V SDN 3 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis
meningkat.
c. Memperoleh data peningkatan pemahaman siswa tentang besar putaran dan
besar sudut putar melalui penggunaan metode laboratorium pada pembelajaran
simetri putar di kelas V SDN 3 Payungagung Kecamatan Panumbangan
Kabupaten Ciamis.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti
(guru) dari hasil refleksi pada kegiatan belajar mengajar. Penelitian ini memiliki
manfaat diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis kegiatan penelitian ini adalah mengembangkan model
pembelajaran tentang penggunaan metode laboratorium pada pembelajaran
simetri putar di kelas V Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis kegiatan penelitian ini adalah memberikan wawasan
pengetahuan dan pengalaman kepada guru dan siswa dalam memecahkan
permasalahan pembelajaran matematika, khususnya tentang pembelajaran
simetri putar di kelas V Sekolah Dasar.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian ini adalah :
1. Matematika adalah pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar (Elea
Tinggih dalam Suherman, dkk, 2001 : 18).
2. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar masih memerlukan penggunaan
media karena siswa Sekolah Dasar masih berada pada tahap berpikir konkrit
(Rostika, dkk dalam Jurnal Pendidikan Dasar, 2005 : 2, (4), 22).
3. Konsep atau pemahaman yang dibentuk seseorang tidak selalu harus datang
dari alam pikiran yang sifatnya abstrak tetapi dapat dimulai dari benda nyata
melalui hubungan interaksi individu dengan lingkungannya. Seperti seorang
anak kecil membentuk pengalaman abstraksi terhadap mainannya dengan
melakukan kegiatan terhadap mainan tersebut melalui berbagai cara
(Windayana H dalam Jurnal Pendidikan Dasar, 2004 : 2, (2), 11).
4. Metode laboratorium adalah cara mengajar yang menggunakan pengotak-
atikan benda konkrit untuk memahami obyek langsung matematika
(Ruseffendi, 2002 : 200).
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah jika penggunaan metode
laboratorium pada pembelajaran simetri putar dilaksanakan dengan tepat, maka
pemahaman siswa terhadap pembelajaran simetri putar akan meningkat.
G. Penjelasan Istilah
Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini diperlukan
penejelasan istilah, diantaranya :
1. Metode laboratorium adalah cara mengajar yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memahami suatu objek langsung matematika dengan jalan
mengkaji, menganalisis, menemukan secara edukatif melalui inkuiri,
merumuskan dan mengetes hipotesis dan membuat kesimpulannya dari benda-
benda konkrit atau modelnya dan dilakukan di laboratorium matematika
(Ruseffendi, 1988 : 318)
2. Laboratorium matematika adalah lingkungan tempat anak-anak belajar
matematika dengan menyelidiki konsep matematika, pola rumus, dan lainnya;
mengaplikasikan konsep dan prinsip matematika menjadi alat dan daftar;
dapat pula melakukan permainan matematika. Semua itu berhubungan dengan
benda-benda konkrit dan objek langsung matematika (Ruseffendi, 2002 :
1991).
3. Simetri putar adalah suatu keadaan bangun datar geometri bagaimana ia dapat
menempati bingkainya dengan cara memutar (dengan putaran mulai dari nol
putaran sampai kurang dari satu putaran) (Siskandar dan Muhamad Rahmat,
1990 : 324).