Upload
gunthor-malmsteen
View
345
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam masa pembangunan seperti saat ini, persaingan di dunia usaha
baik di sektor industri maupun jasa semakin tajam. Hal ini menyebabkan
setiap perusahaan berupaya untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan antara lain: menyesuaikan
diri terhadap perubahan – perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar
perusahaan serta mengupayakan agar setiap sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan digunakan secara efektif dan efisien.
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya memerlukan dana yang
cukup agar operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Perusahaan
yang kekurangan dana akan mencari dana untuk menutupi kekurangannya
akan dana tersebut. Dana tersebut bisa diperoleh dengan cara memasukan
modal baru dari pemilik perusahaan atau dengan cara melakukan pinjaman ke
pihak di luar perusahaan. Apabila perusahaan melakukan pinjaman kepada
pihak di luar perusahaan maka akan timbul utang sebagai konsekuensi dari
pinjamannya tersebut dan berarti perusahaan telah melakukan financial
leverage. Semakin besar utang maka financial leverage-nya juga akan
semakin besar. Berarti resiko yang dihadapi perusahaan akan semakin besar
karena utangnya tersebut.
1
Financial levarage dianggap menguntungkan apabila laba yang di peroleh
lebih besar dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utang
tersebut. Financial leverage di anggap merugikan apabila laba yang diperoleh
lebih kecil dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utangnya
tersebut. Financial Leverage adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai
sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (Utang dan Saham Preferen)
digunakan dalam struktur modal perusahaan. Dengan demikian alasan yang
kuat untuk menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan
pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Perusahaan menggunakan
financial leverage dengan tujuan agar return yang diperoleh lebih besar
daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan
return pemegang saham. Konsep leverage tersebut sangat penting terutama
untuk menunjukkan kepada analisis keuangan dalam melihat trade-off antara
risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan financial.
Dalam menanamkan investasinya perusahaan mengharapkan
pengembalian yang maksimal dari investasinya tersebut. Penggunaan utang
dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan
diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik
perusahaan dibandingkan hanya dengan menggunakan modal sendiri yang
jumlahnya lebih terbatas. Apabila aktiva perusahaan dikelola dengan baik dan
maksimal maka laba yang akan di dapat menjadi maksimal pula, karena aktiva
perusahaan digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan
yang tujuannya untuk menghasilkan laba.
2
Meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan maka akan
mengakibatkan aktiva perusahaan juga meningkat. Dengan meningkatnya
aktiva perusahaan maka diharapkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan
tersebut juga akan meningkat. Apabila laba perusahaan tersebut meningkat
maka return on equity (ROE) juga akan meningkat. Di samping itu pula
financial leverage juga mengalami kenaikan akibat dari meningkatnya
penggunaan utang oleh perusahaan tersebut. Return on equty (ROE)
merupakan hasil pengembalian atas ekuitas pemegang saham dengan
mengukur laba yang diperoleh terhadap nilai bukunya. Hal ini sangat penting
menyangkut kepada para investor dan pihak kreditur sebagai dasar
pengambilan keputusan. Jika ingin melakukan investasi pada suatu
perusahaan, investor atau calon investor memerlukan informasi mengenai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang di lihat dari return
yang diterima oleh investor dan melihat bagaimana perusahaan tersebut
mengelola aktivanya. Pihak manajemen perusahaan yang melakukan financial
leverage akan dilihat oleh investor dan calon investor dalam mengelola
dananya tersebut. Apabila dana tersebut bisa dikelola dengan baik maka akan
dapat meningkatkan laba yang di peroleh dan berarti return yang dihasilkan
akan meningkat pula. Hal ini akan di lihat pula oleh para kreditur untuk
menentukan kebijakan dalam menyalurkan dananya.
Keadaan ekonomi yang tidak stabil dewasa ini tidak menghilangkan
minat investor untuk menanamkan kelebihan dan banya keberbagai sektori
ndustri. Dengan menginvestasikan kelebihan dananya, investor berharap
3
menerima imbalan dari investasinya tersebut. Investasi yang akan dilakukan
oleh investor adalah investasi yang menjanjikan keuntungan tertinggi atau
yang sesuai dengan risikonya. Risiko dapat didefinisikan prospek suatu hasil
yang tidak disukai. Sedangkan laba perusahaan digunakan sebagai alat untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat
terutama pada pemegang saham dan calon investor, laba ini memberikan
informasi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan atau
mempercayai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham lebih besar
nilainya dari hak yang akan mereka peroleh.
Berdasarkan uraian diatas , maka dalam penulisan penelitian ini
penulis tertarik untuk menguji pengaruh financial leverage terhadap risiko
bisnis. Hal ini menarik untuk diteliti karena investor akan selalu melakukan
investasi saham yang memiliki risiko terendah tetapi memiliki tingkat
keuntungan yang tinggi, disamping itu laba juga menjadi pertimbangan yang
utama dalam berinvestasi terutama pada investasi saham. Maka penulis
mengambil judul penulisan : “PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE
TERHADAP RISIKO BISNIS PADA PT. INDOSAT Tbk Periode 2005 - 2010”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan
tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut
sebanyak beban tetap yang harus dibayar.
4
2. Variabilitas harga bukan satu - satunya faktor dari risiko bisnis.
3. Pengaruh dari Financial Leverage adalah meningkatnya penggunaan utang
oleh perusahaan maka akan mengakibatkan aktiva perusahaan juga
meningkat.
4. Financial Leverage hanya merupakan pendanaan sebagian aktiva
Perusahaan.
5. Perusahaan tidak memikirkan risiko dari Financial Leverage.
6. Masalah Financial Leverage baru timbul setelah perusahaan meggunakan
dana dengan beban tetap.
7. Sumber dana perusahaan yang digunakan adalah sumber dana intern.
8. Koefisien Variasi dapat dilakukan sebagai Pengukur Risiko.
9. Risiko yang dihadapi perusahaan bukan hanya jenis Risiko Bisnis.
10. Perusahaan belum dapat meningkatkan labanya untuk menghindari Risiko
Bisnis.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi
permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1. Financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan
tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut
sebanyak beban tetap yang harus dibayar.
2. Variabilitas harga bukan satu - satunya faktor dari risiko bisnis.
5
3. Pengaruh dari Financial Leverage adalah meningkatnya penggunaan utang
oleh perusahaan maka akan mengakibatkan aktiva perusahaan juga
meningkat.
4. Periode waktu perhitungan penelitian ini mengambil sampel laporan
keuangan dari tahun 2005 - 2010.
D. Perumusan Masalah
Dari permasalahan yang telah penulis kemukakan, maka penulis akan
merumuskan beberapa permasalahan, antara lain:
1. Bagaimanakah masalah dari Financial Leverage terhadap PT. Indosat Tbk?
2. Bagaimana mengetahui faktor – faktor risiko bisnis pada PT. Indosat Tbk?
3. Bagaimana pengaruh financial leverage terhadap risiko bisnis pada PT.
Indosat Tbk?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui masalah dari Financial Leverage terhadap PT.
Indosat Tbk.
b. Untuk mengetahui faktor – faktor risiko bisnis pada PT. Indosat Tbk.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh financial leverage terhadap
risiko bisnis yang terjadi pada PT. Indosat Tbk.
6
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen
keuangan terutama yang terkait dengan leverage keuangan dan risiko
bisnis serta dapat membandingkan antara teori - teori yang pernah
penulis dapat selama masa kuliah dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan.
b. Bagi Perusahaan
Bagi investor, pemegang saham dan perusahaan penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
dengan menentukan langkah – langkah untuk mengantisipasi adanya
risiko dalam setiap keputusan investasi. Penelitan ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai bahan acuan bagi perkembangan perusahaan, serta
sebagai bahan evaluasi dan solusi terhadap tingkat leverage keuangan
yang mempengaruhi risiko bisnis pada perusahaan.
c. Bagi Universitas
Sebagai pengajuan tugas akhir untuk syarat memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S1), serta sebagai tambahan referensi pustaka mahasiswa
Universitas Pamulang.
7
F. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu leverage keuangan
sebagai variable independen dan risiko bisnis sebagai variable dependen.
Hubungan kedua variable yaitu hubungan satu arah (linier), dimana variable
independen mempengaruhi variable dependen.
Pengertian Financial Leverage adalah suatu ukuran yang menunjukkan
sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (Utang dan Saham
Preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan.
Risiko Bisnis adalah ketidakpastian pada perkiraan pendapatan operasi
perusahaan dimasa mendatang.
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
G. Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan
sering sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun
dasar penelitian lebih lanjut, angapan sebagai suatu hipotesis merupakan data
8
tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila digunakan sebagai dasar
pembuatan harus diuji dahulu dengan menggunakan data observasi.
Adapun hipotesis penelitian ini diduga terdapat pengaruh antara tingkat
Financial Leverage terhadap Risiko Bisnis.
1. H0 : β = 0 : tidak terdapat pengaruh signifikan antara tingkat
financial leverage terhadap risiko bisnis.
2. Ha : β ≠ 0 : terdapat pengaruh secara signifikan antara tingkat
financial leverage terhadap risiko bisnis.
H. Sistematika Penulisan
Penelitian ini dilaporkan secara terperinci dalam lima bab dengan
uraian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Di dalam bab ini dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis serta sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan teori yang berhubungan dengan manajemen
keuangan, leverage keuangan serta risiko bisnis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
9
Bab ini memuat ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan
data dan operasional variabel penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang analisa dan pembahasan permasalahan
mengenai tingkat leverage keuangan dan risiko bisnis serta hasil
pengujian hipotesis tentang pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan singkat mengenai penelitian dan
keterbatasan penelitian serta saran untuk peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Keuangan
10
1. Pengertian Manajemen Keuangan
James C. van Horne (2007:5), mendefinisikan manajemen
keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan,
pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (2009:3) dalam
bukunya Manajemen Keuangan mengemukakan tentang manajemen
keuangan dari segi yang lain, pengertian manajemen keuangan dapat
dirumuskan dari tugas dan tanggung jawab para manajer keuangan,
meskipun tugas dan tanggung jawabnya berbeda - beda pada setiap
perusahaan, namun tugas pokok manajemen keuangan antara lain
menyangkut keputusan tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan
usaha dan pembagian deviden pada berbagai perusahaan.
Sementara itu Brigham dan Houston (2009:6) mengatakan
manajemen keuangan adalah seni (art) dan ilmu (science), untuk me-
menage uang, yang meliputi proses, institusi / lembaga, pasar, dan
instrumen yang terlibat dengan masalah transfer uang di antara individu,
bisnis, dan pemerintah.
Beranjak dari pendapat beberapa pakar tersebut, maka dapat kita
ketahui arti manajemen keuangan adalah suatu proses untuk mendapatan
dana dari debitur yang terbaik dan mengorganisasi dana sedemikian rupa
sehingga bermanfaat bagi kegiatan perusahaan. Dalam setiap kegiatan
operasionalnya perusahaan memerlukan sejumlah dana, dan dari dana
tersebut oleh perusahaan digunakan untuk membelanjai beberapa aktiva.
11
Dengan demikian pada prinsipnya lingkup manajemen keuangan adalah
kegiatan yang berkaitan dengan pencarian dana (obtaining of fund) dan
penggunaan dana (use of fund) secara efektif dan efisien.
2. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Jumingan (2005:242-246) dalam bukunya Analisis
Laporan Keuangan, analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan
membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik
secara individu maupun bersama - sama guna mengetahui hubungan di
antara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laba rugi. Analisa dan
interpretasi dari macam - macam rasio dapat memberikan pandangan yang
lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para
analisis yang ahli dan berpengalaman dibandingkan dengan analisa yang
hanya didasarkan atas data keuangan sendiri - sendiri yang tidak berbentuk
rasio.
Untuk lebih jelasnya, formula rasio dan tujuan penggunaan masing
- masing rasio dapat djabarkan sebagai berikut:
a. Rasio Modal Kerja (Ratio Likuiditas)
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka
pendeknya. Rasio likuiditas ini dapat menilai kondisi perusahaan
sebagai berikut:
12
Kemampuan Perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.
Keefektifan manajemen mengunakan modal kerja
perusahaan.
Perkembangan posisi keuangan jangka pendek.
Rasio Likuiditas meliputi:
1) Rasio Lancar (Current Ratio) = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Rasio ini menunjukkan sejauhmana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar.
2) Rasio Cepat = Aktiva Lancar (Persediaan+Prepaid Expense )
Hutang Lancar
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling
likuid mampu menutupi hutang lancar, rasio ini disebut juga
Acid Test Ratio.
3) Rasio Kas (Cash Ratio) = Kas+Surat Barharga
Kewajiban Lancar
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar
kewajiban lancarnya dengan modal yang tertanam dalam kas
dan surat berharga.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya
apabila perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan.
13
Rasio Solvabilitas meliputi:
1) Rasio Hutang Atas Modal (DER) = Total HutangTotal Modal
Rasio ini menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat
menutupi hutang - hutang kepada pihak luar. Rasio ini disebut
juga Ratio Leverage.
2) Rasio Hutang Atas Aktiva = Total AktivaTotal Hutang
Rasio ini menunjukkan barang dapat ditutupi oleh aktiva, lebih
besar rasionya lebih aman (solvable).
c. Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambaran aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian dan kegiatan lainnya.
Rasio aktivitas terdiri dari:
1) Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan
Persediaan
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan
dalam siklus produksi normal. Sedangkan besar rasio ini
semakin banyak karena dianggap bahwa keiatan berjalan cepat.
2) Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan
Aktiva Tetap Bersih
Rasio ini menunjukkan beberapa kali nilai aktiva berputar bila
diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin
14
baik artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan
yang tinggi.
3) Rasio Perputaran Total Aktiva = Penjualan
Total Aktiva
Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari
volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan
semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio
tersebut semakin baik.
d. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas
Rasio Rentabilitas adalah bukti pendukung mengenai kemampuan
perusahaan memperoleh laba dan sejauh mana keefektifan
pengelolaan perusahaan.
Rasio Rentabilitas antara lain:
1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) = Penjualan−HPP
Penjualan
Rasio ini merupakan efisiensi pengendalian harga pokok atau
biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk berproduksi secara efisien. Dalam mengevaluasi dapat
dilihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan
tersebut sensitif terhadap pesaingnya.
2) Margin Laba (Profit Margin) = Laba BersihPenjualan
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
15
3) Rentabiltas Ekonomi = EBIT (Laba SebelumBunga)
Total Aktiva
Daya laba mencoba mengukur efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang menunjukkan
rentabilitas ekonomi perusahaan. Tinggi rendahnya rentabilitas
ekonomi tergantung dari:
a) Operasi Margin Laba =
EBIT (Laba SebelumBunga dan Pajak )Penjualan
Yaitu perbandingan antara laba usaha dan penjualan.
b) Perputaran Aktiva (Asset Turn Over) = Penjualan Bersih
Total Aktiva
Yaitu menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
volume penjualan.
c) Hasil Pengembalian Atas Total Aktiva = Laba BersihTotal Aktiva
Menunjukkan tingkat laba bersih yang dihasilkan dari total
aktiva.
d) Hasil Pengembalian atas Ekuitas = Laba Bersih
Ekuitas
Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan
mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang dilakukan pemilik modal
sendiri atau pemegang saham. ROE menunjukkan
rentabilitas modal sendiri atau sering disebut rentabilitas
usaha.
16
B. Financial Leverage
1. Pengertian Leverage
Dalam ilmu fisika, leverage berarti menggunakan pengungkit (lever)
untuk mengungkit beban yang berat dengan menggunakan sedikit tenaga.
Dalam politik, orang - orang yang mempunyai leverage dapat mencapai
banyak hal dengan hanya sedikit bicara atau bertindak. Leverage adalah
perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukan beberapa bagian
aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Ukuran ini berhubungan
dengan keberadaan dan ketat tidaknya suatu persetujuan hutang.
Rasio - rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal
dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai
investasi dan operasional perusahaan.sumber yang berasal dari modal
asing akan meningkatkan risiko perusahaan. Oleh karena itu, makin
banyak menggunakan modal asing maka besar pula rasio leverage nya dan
berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya
jumlah hutang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan,
diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default
yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada
waktunya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan posisi bargaining yang
relatif baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang hutang dari pihak
kreditor.
17
Rasio leverage keuangan digunakan untuk mengukur hubungan
antara total aktiva dengan modal ekuitas yang digunakan untuk mendanai
aktiva. Semakin besar proporsi aktiva yang dibiayai dengan ekuitas saham,
semakin rendah rasio leverage keuangan. Untuk perusahaan yang berhasil
menggunakan leverage, rasio leverage yang tinggi dapat meningkatkan
pengembalian atas ekuitas.
Dalam konteks bisnis, leverage berarti penggunaan biaya tetap
dalam usaha untuk meningkatkan (atau lever up) probabilitas. Leverage
dibagi menjadi 2 jenis yaitu operating leverage dan financial leverage.
Leverage operasional atau operating leverage berkaitan dengan biaya
operasional tetap yang berhubungan dengan produksi barang atau jasa,
sementara leverage keuangan berkaitan dengan keberadaan biaya
pendanaan tetap, khususnya bunga utang. Kedue jenis leverage tersebut
dapat mempengaruhi tingkat dan variabilitas pendapatan setelah pajak
perusahaan, dan juga risiko serta pengembalian keseluruhan perusahaan.
Menurut Muljadi (2006:267) Leverage merupakan bagian atau porsi
dari biaya tetap yang menunjukkan resiko perusahaan sehubungan dengan
leverage sebagai indikator, maka leverage akan terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Operating Leverage
18
Merupakan ukuran bagi risiko operasi (operating risk/business
risk) yang dapat diketahui dari biaya tetap untuk kegiatan operasi
(fixed operating cost) dan dapat dilihat melalui laporan rugi laba.
b. Financial Leverage
Merupakan ukuran bagi risiko keuangan dan dapat diketahui dari
biaya tetap dari dana utang (fixed financial charges) yang
digunakan. Financial Leverage tinggi akan menyebabkan financial
risk juga tinggi, sehingga biaya modal juga tinggi.
4. Leverage Keuangan / Financial Leverage
Leverage keuangan melibatkan penggunaan pendanaan biaya tetap.
Leverage keuangan diperoleh karena oilihan sendiri, akan tetapi leverage
operasional kadang kala tidak. Leverage keuangan adalah hal yang selalu
merupakan pilihan. Tidak ada perusahaan yang disyaratkan untuk
memiliki utang jangka panjang atau pendanaan dengan saham preferen.
Sebagai alternatif, perusahaan dapat membiayai pengeluaran operasional
dan modalnya dari sumber – sumber internal dan penerbitan saham biasa.
Leverage keuangan digunakan dengan harapan dapat meningkatkan
pengembalian ke para pemegang saham biasa. Leverage yang
menguntungkan (favorable) atau positif terjadi jika perusahaan dapat
menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menggunakan dana
yang didapat dalam bentuk biaya tetap tersebut (dana yang didapat dengan
menerbitkan utang bersuku bunga tetap atau saham preferen dengan
19
tingkat dividen yang konstan) daripada biaya pendanaan tetap yang harus
dibayar. Berapa pun laba yang tersisa setelah pemenuhan biaya pendanaan
tetap, akan menjadi milik para pemegang saham biasa.
Leverage yang tidak menguntungkan (unfavorable) atau negatif
terjadi ketika perusahaan tidak memiliki hasil sebanyak biaya pendanaan
tetapnya. Menguntungkan atau tidaknya suatu leverage keuangan, atau
yang kadang disebut juga sebagai “memperdagangkan ekuitas” (trading on
equity), dinilai dalam hal pengaruhnya atas EPS bagi para pemegang
saham biasa. Akibatnya, leverage keuangan adalah tahap kedua dalam
proses pembesaranlaba yang memiliki dua tahapan. Dalam tahap pertama,
leverage operasional akan memperbesar pengaruh perubahan dalam
penjualan atas perubahan laba operasional. Dalam tahap kedua, manajer
keuangan memiliki pilihan untuk menggunakan leverage keuangan agar
dapat makin memperbesar pengaruh perubahan apa pun yang dihasilkan
dalam laba operasional atas perubahan EPS.
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki
beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan
keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan
meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Financial
leverage dengan demikian menunjukan perubahan laba per lembar saham
(Earning Per Share atau EPS) sebagai akibat perubahan EBIT.
Perusahaan umumnya memiliki sumber pendanaan untuk membiayai
usahanya dari modal (Equitas) dan hutang. Hutang memiliki karakteristik
20
yang berbeda dari ekuitas walaupun sama - sama sebagai sumber
pendanaan. Ekuitas merupakan klaim sisa dari aktiva, yaitu selisih antara
nilai aktiva perusahaan dengan hutang perusahaan. Sedangkan hutang baik
jangka panjang maupun jangka pendek memiliki karakteristik yaitu
merupakan kewajiban yang harus dibayar kembali oleh perusahaan kepada
kreditur.
Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan
menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial
leverage) atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari
penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari
penggunaan dana itu. Financial leverage merugikan (unfavorable
leverage) jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari
penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar
(Riyanto, 2001).
Weston dan Copeland (1996) mengemukakan bahwa penggunaan
hutang akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan. Karena
dengan menggunakan lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri
maka beban tetap yang ditanggung perusahaan tinggi yang pada akhirnya
akan menyebabkan profitabilitas menurun. Penggunaan hutang akan
meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada suatu titik tertentu yaitu pada
struktur modal optimal, nilai perusahaan akan semakin menurun dengan
semakin besarnya proporsi hutang dalam struktur modalnya. Hal ini
disebabkan karena manfaat yang diperoleh pada penggunaan hutang
21
menjadi lebih kecil dibandingkan biaya yang timbul atas penggunaan
hutang tersebut.
Pengertian financial leverage (leverage keuangan) menurut
Keown, Seall, Martin, dan Patty (2000 : 496) adalah : “Pembiayaan
sebagian dari aset perusahan dengan surat berharga yang mempunyai
tingkat bunga yang tetap (terbatas) dengan mengharapkan peningkatan
yang luar biasa pada pendaatan bagi pemegang saham”. Dilihat dari
pengertian diatas leverage keuangan dimiliki perusahaan karena adanya
penggunaan modal / dana yang memiliki beban tetap dalam pembiayaan
perusahaan.
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland, memberikan
pengertian tentang faktor leverage atau degree of financial leverage untuk
mengukur tingkat leverage keuangan dalam suatu perusahaan sebagai
berikut : “Tingkat leverage keuangan didefinisikan sebagai rasio
persentase perubahan laba bersih yang tersedia untuk para pemegang
saham dengan persentase perubahan laba sebelum bunga dan pajak”.
Menurut Bambang Riyanto, pada financial leverage, penggunaan
dana dengan beban tetap adalah dengan tujuan untuk memperbesar
pendapatan per lembar saham biasa atau dikenal dengan istilah EPS =
Earning per Share. Sedangkan menurut Agus Sartono : “ Financial
leverage menunjukkan perubahan laba per lembar saham atau Earning per
Share (EPS) sebagai akibat perubahan earning before interest and tax
(EBIT) ”.
22
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan financial leverage adalah penggunaan sumber dana
yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan
tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga
akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.
Dengan demikian alasan yang kuat untuk menggunakan dana dengan
beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi
pemegang saham.
5. Manfaat Analisis Financial Leverage
Konsep financial Leverage sangat bermanfaat untuk analisis,
perencanaan dan pengendalian keuangan. Dalam manajemen keuangan,
Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of founds)
oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud
agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Jika semua
biaya bersifat variabel, maka akan memberikan kepastian bagi perusahaan
dalam menghasilkan laba. Tapi karena sebagai biaya perusahaan bersifat
biaya tetap, maka untuk menghasilkan laba diperlukan tingkat penjualan
minimum tertentu.
Perusahaan menggunakan financial leverage dengan tujuan agar
keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber
dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuangan pemegang
saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas (risiko)
keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan
23
yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan
menurunkan keuntungan pemegang saham.
6. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Perhitungan Financial Leverage
Dalam perhitungan leverage keuangan selalu berhubungan dengan
volume penjualan dan tingkat pendapatan sebelum bunga dan pajak :
a. Tingkat Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
Tingkat perkembangan EBIT dipengaruhi oleh volume penjualan
dan biaya - biaya. Berdasarkan tendensi pengaruh perubahannya,
penggolongan biaya dibagi menjadi tiga jenis biaya. Biaya tersebut
meliputi biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel.
Secara umum ketiga jenis biaya dimaksud akan nampak pada
format rugi laba, dimana biaya semi variabel akan masuk dalam
elemen salah satu dari kedua jenis biaya (tetap atau variabel), hal ini
tergantung dari pengaruhnya terhadap unit produksi.
Leverage keuangan (financial leverage) berkenaan dengan
perubahan tingkat EBIT dalam hubungannya dengan pendapatan yang
tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common
stockholders).
b. EPS (Earning Per Share)
EPS sangat berpengaruh bagi para pemegang saham biasa untuk
mengetahui untung atau tidaknya suatu leverage keuangan. EPS ini
berfungsi untuk menghitung tingkat financial leverage yaitu mengukur
kepekaan EPS terhadap perubahan EBIT.
24
c. Biaya Modal Tetap
Biaya modal tetap yang ditanggung oleh perusahaan sangat
tergantung pada kombinasi utang dan modal saham atau struktur
modal yang dimiliki perusahaan. Struktur modal itu sendiri adalah
perimbangan semua sumber dana jangka panjang baik utang obligasi,
saham preferen, maupun saham biasa. Dengan demikian perusahaan
yang memiliki proporsi utang dan saham preferen relative lebih besar
dalam struktur modalnya akan memiliki biaya modal tetap yang besar
sehingga DFL akan tinggi dan begitu pula sebaliknya.
Dapat disimpulkan bahwa semua faktor - faktor yang
mempengaruhi leverage keuangan adalah berasal dari elemen - elemen
laporan rugi laba yaitu pada pos - pos pendapatan dan biaya - biaya
operasi perusahaan. Faktor - faktor tersebut diatas merupakan sumber
yang mempengaruhi besar kecilnya financial leverage yang diperoleh
perusahaan.
4. Perhitungan Tingkat Financial Leverage
Suatu perusahaan dikatakan menggunakan “financial leverage” jika
ia membelanjai sebagian dari aktivanya dengan sekuitas yang membayar
bunga yang tetap (misalnya, hutang pada bank, menerbitkan obligasi atau
saham preferen). Jika perusahaan menggunakan “financial leverage” atau
hutang, perubahan pada EBIT perusahaan akan mengakibatkan perubahan
yang lebih besar pada EPS (Earning per share) atau penghasilan per
lembar saham perusahaan.
25
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki
beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan
keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan
meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Financial
leverage dengan demikian menunjukan perubahan laba per lembar saham
(earning per share atau EPS) sebagai akibat perubahan EBIT.
Untuk kuantitatif untuk sensitivitas EPS perusahaan terhadap
perubahan dalam laba operasional perusahaan disebut sebagai tingkat
leverage keuangan (degree of financial leverage–DFL). DFL untuk tingkat
laba operasional tertentu adalah perubahan persentase dalam EPS atas
perubahan persentase dalam laba operasional yang menyebabkan perubhan
dalam EPS.
DFL EBIT = % Perubahan EPS
% Perubahan EBIT
Jika persamaan diatas berguna untuk mengartikan DFL, sebuah
rumus alternative sederhana yang diturunkan dari persamaan diatas akan
lebih berguna untuk menghitung nilai DFL sebenarnya :
DFL EBIT = EBIT
EBIT – I – (PD/(1-t))
Yang dapat diformulasikan menjadi :
∆ EPS
DFL = EPS
26
∆ EBIT
EBIT
Atau:
Q (P - V) - F DFL = Q (P - V) - F – C
Setelah menghitung nilai DFL, selanjutnya menganalisis hasil dari
perhitungan DFL. DFL dapat diartikan, jika EBIT berubah (naik/turun)
sebesar n%, maka EPS akan berubah searah sebesar n% x DFL. Jadi DFL
menunjukkan tingkat sensitivitas EBIT terhadap EPS.
Pengertian financial leverage (leverage keuangan) menurut
Keown, Seall, Martin, dan Patty (2000 : 496) adalah : “Pembiayaan
sebagian dari aset perusahan dengan surat berharga yang mempunyai
tingkat bunga yang tetap (terbatas) dengan mengharapkan peningkatan
yang luar biasa pada pendapatan bagi pemegang saham”. Dilihat dari
pengertian diatas leverage keuangan dimiliki perusahaan karena adanya
penggunaan modal/dana yang memiliki beban tetap dalam pembiayaan
perusahaan.
Secara teknis leverage keuangan (financial leverage) biasanya
diukur dengan menggunakan rasio - rasio sederhana seperti berikut :
DER=TD
TE
Keterangan :DER = Debt to equity ratio.TE = Total ekuitas
27
TD = Total hutang
Dalam pendekatan solvabilitas perusahaan, maka dengan
menghubungkan pada pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) maka
dapat dilakukan penilaian tingkat leverage keuangan (degree of financial
leverage) yang menunjukkan tingkat sensitivitas laba per lembar saham
umum atas perubahan EBIT yang dihasilkan perusahaan. Rumus yang
biasa digunakan untuk mengukurnya adalah sebagai berikut:
DFL= %Δ EPS
%Δ EBIT
Keterangan :DFL = degree of financial leverage.EPS = Laba per lembar saham.EBIT = laba sebelum bunga dan pajak.
EPS = (EBIT – I) (1-t) – PD
NS
Dimana :
I = bunga tahunan yang dibayar
PD = dividen preferen tahunan yang dibayar
t = tarif pajak badan
NS = jumlah saham biasa yang beredar
C. Risiko
1. Pengertian Risiko
28
Risiko adalah suatu keadaan dimana kemungkinan timbulnya
kerugian yang dapat diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data
sebagai informasi. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi
oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa
yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat
menguntungkan atau merugikan.
Menurut Wideman, ketidak pastian yang menimbulkan
kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang
(Opportunity), sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan dikenal dengan istilah risiko (Risk). Secara umum risiko dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan
dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.
2. Jenis - jenis Risiko
Risiko adalah suatu keadaan dimana kemungkinan timbulnya
kerugian yang dapat diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data
sebagai informasi. Konsep penyimpangan dari hasil yang diharapkan
menjadi dasar pengukuran risiko. Teknik statistik deviasi bisa dipakai
untuk melihat sejauhmana penyimpangan dari suatu hasil yang
diharapkan. Dengan demikian teknik standar deviasi bisa dipakai untuk
melihat risiko suatu investasi. Empat dimensi baru dari risiko:
a) Risiko Bisnis (Bussiness Risk)
29
Risiko Bisnis adalah ketidak pastian yang inheren didalam
proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan ( return on
invested capital = ROIC) di dalam sebuah perusahaan. Risiko
bisnis ini diukur dengan deviasi standar dari Return On Equity.
Deviasi standar ROE (α ROE) mengukur variabilitas beberapa
ROE perusahaan dari nilai ROE yang diproyeksi perusahaan.
b) Risiko Keuangan (Financial Risk)
Risiko keuangan adalah risiko tambahan pada perusahaan akibat
keputusan menggunakan hutang atau risiko yang ditimbulkan dari
penggunaan hutang (financial leverage). Risiko keuangan
(financial risk) adalah kenaikan risiko pemegang saham, yang
melebihi risiko bisnis dasar, sebagai akibat dari penggunaan
leverage keuangan.
c) Risiko Operasi (operating risk)
Risiko operasi (Operating Risk) disini dimaksudkan dengan suatu
keadaan dimana perusahaan tidak mampu menutup operating
costnya. Dengan meningkatnya fixed operating cost maka
penjualan juga harus ditingkatkan agar bisa menutup semua
operating cost. Dengan perkataan lain, meningkatnya fixed
operating cost akan menyebabkan tingkat BEP juga bertambah
besar (faktor - faktor lain dalam keadaan tetap).
d) Total Risiko
30
Seperti halnya hubungan antara operating leverage dengan
operating risk dan financial leverage dengan dengan risiko
finansial (financial risk) maka total leverage mencerminkan total
risiko yang dikaitkan dengan kemampuan perusahaan untuk
menutup baik operating cost maupun financial cost. Dengan
meningkatnya biaya, terutama biaya - biaya tetap operasional dan
biaya tetap finansial akan menyebabkan tingginya total risiko yang
dihadapi karena perusahaan harus mampu melakukan penjualan
yang lebih besar untuk mencapai titik breakeven.
D. Risiko Bisnis
1. Pengertian Risiko Bisnis
Risiko Bisnis adalah ketidak pastian yang inheren didalam
proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan ( return on
invested capital = ROIC) di dalam sebuah perusahaan. Deviasi standar
ROE (α ROE) mengukur variabilitas beberapa ROE perusahaan dari nilai
ROE yang diproyeksi perusahaan.
Risiko Bisnis (business risk) yang didefinisikan sebagai
ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi tingkat pengembalian atas
aktiva (ROA) dari suatu perusahaan di masa mendatang / masa depan,
merupakan satu - satunya determinan terpenting dari struktur modal
perusahaan. Suatu perusahaan mempunyai risiko bisnis yang kecil bila
31
permintaan akan produknya stabil, harga - harga masukan produknya
relatif konstan, harga produknya dapat segera disesuaikan dengan
kenaikan biaya, dan sebagian besar biayanya bersifat variabel sehingga
akan menurun jika produksi dan penjualannya menurun. Apabila hal - hal
lain tetap sama, maka makin rendah risiko bisnis perusahaan, makin
tinggi risiko yang optimal.
Risiko bisnis antar industri dan antar perusahaan dalam industri
yang sama adalah berbeda - beda. Selanjutnya, risiko bisnis dapat
berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, perusahaan listrik selama
bertahun - tahun dianggap mempunyai risiko bisnis yang kecil, tetapi
adanya persaingan ketat mengubah situasi tersebut, yang menyebabkan
ROE sebagian perusahaan listrik menurun tajam, dan mengakibatkan
kenaikan tajam pada risiko industri tersebut. Dewasa ini, perusahaan
pemrosesan makanan dan toko - toko makanan dipandang sebagai contoh
industri yang memiliki risiko rendah, sementara industri yang bersifat
siklis, seperti baja, dianggap sebagai industri yang berisiko tinggi.
Perusahaan kecil dan produsen satu jenis produk juga mempunyai risiko
yang relatif tinggi.
Risiko bisnis sebagian tergantung pada sejauh mana biaya suatu
perusahaan bersifat tetap. Jika biaya tetap tinggi, penurunan sedikit saja
dalam penjualan dapat mengakibatkan penurunan yang besar dalam laba
operasi dan ROE. Karena itu, bila hal-hal lain tetap sama, makin tinggi
biaya tetap suatu perusahaan, makin besar risiko bisnisnya. Biaya tetap
32
yang lebih tinggi umumnya berkaitan dengan perusahaan dan industri
yang makin terotomatisasi dan padat modal, seperti perusahaan listrik,
perusahaan telepon, dan maskapai penerbangan.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Risiko Bisnis
Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor, antara lain:
a) Variabilitas permintaan (unit yang terjual)
Dengan asumsi hal - hal lain tetap, semakin stabil penjualan unit
produk perusahaaan, semakin kecil risiko bisnisnya. Jumlah
persaingan yang dihadapi suatu perusahaan merupakan faktor yang
berpengaruh.
b) Variabilitas harga jual
Perusahaan di mana produk - produknya dijual dalam pasar yang
sangat mudah berubah menghadapi risiko bisnis yang lebih tinggi
daripada perusahaan sejenis yang harga jual produknya relative
lebih stabil. Terlebih lagi, jumlah persaingan yang dihadapi
merupakan faktor yang sangat penting.
c) Variabilitas harga masukan
Perusahaan yang biaya masukannya, termasuk biaya
pengembangan produk, sangat tidak pasti dalam menghadapi risiko
bisnis yang tinggi.
d) Kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap
perubahan harga masukan
33
Sejumlah perusahaan menghadapi sedikit kesulitan dalam
menaikkan harga produknya apabila biaya masukkan naik, dan
semakin besar kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan harga
keluaran, maka semakin kecil risiko bisnisnya. Faktor ini penting
dalam kondisi tingkat inflasi yang tinggi.
e) Sejauh mana biaya - biaya bersifat tetap: leverage operasi
(operating leverage)
Jika persentase tinggi dari biaya adalah tetap, sehingga tidak
menurun apabila permintaan menurun, maka hal ini akan
memperbesar risiko bisnis perusahaan. Faktor ini disebut leverage
operasi (operating leverage).
Setiap faktor dipengaruhi oleh karakteristik industri perusahaan,
tetapi sampai tingkat tertentu juga dapat dikendalikan oleh manajemen.
Sebagai contoh, melalui kebijakan pemasarannya, perusahaan dapat
mengambil tindakan untuk menstabilkan jumlah unit yang terjual maupun
harga jual. Akan tetapi, stabilisasi ini mungkin memerlukan pengeluaran
besar untuk iklan atau konsesi harga untuk menarik pembeli agar membeli
sejumlah besar barang dengan harga yang pasti pada masa mendatang.
Semakin stabil penjualan unit produk perusahaaan, semakin kecil risiko
bisnisnya. Jumlah persaingan yang dihadapi suatu perusahaan merupakan
faktor yang berpengaruh.
3. Perhitungan Risiko Bisnis
34
Risiko Bisnis adalah ketidak pastian yang inheren didalam
proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan ( return on
invested capital = ROIC) di dalam sebuah perusahaan.
ROIC = NOPAT
Total Kewajibandan Ekuitas
• Jika perusahaan tidak memiliki utang , maka pembayaran bunga nya
akan nol, modalnya akan sama dengan ekuitas dan nilai ROIC – nya akan
sama dengan pengembalian atas ekuitasnya, ROE
ROIC (utang nol) = ROE = Laba bersih bagi pemegang saham biasa
Ekuitas biasa
Jadi, risiko bisnis perusahaan yang bebas pengungkitan (Leverage
free) dapat diukur oleh deviasi standar ROE (σROE ).
E. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Risiko BisnisUntuk mengetahui pengaruh tingkat financial leverage terhadap risiko
bisnis dapat dilihat pada variabel - variabel dalam laporan keuangan (rugi /
laba dan neraca) serta hubungannya dengan rumus tingkat financial leverage
dan rumus risiko bisnis diatas.
Sejauh ini yang diberikan dalam analisis EBIT-EPS hanya pada hal –
hal yang terjadi pada pengembalian untuk pemegang saham biasa, yang diukur
dengan EPS. Pendanaan utang adalah alternative yang lebih disukai dari sudut
pandang EPS. Akan tetapi, telah diketahui bahwa dampak dari pengembalian
yang diharapkan adalah hanya satu sisi dari koin. Sisi lainnya adalah pengaruh
leverage keuangan atas risiko. Grafik EBIT – EPS tidak memungkinkan
35
analisis risiko dengan tepat. Makin tinggi tingkat EBIT yang diharapkan,
dengan asumsi melebihi titik indiferens, makin kuat dugaan bahwa pilihan
akan jatuh pada pendanaan utang, jika semua hal lainnya dianggap tetap.
Risiko bisnis perusahaan dan hasil berbagai fluktuasi kemungkinan
EBIT, manajer keuangan harus menilai probabilitas EBIT. Jika probabilitas
tersebut kecil sekali, penggunaan alternative utang akan mendapat dukungan.
Di pihak lain, jika EBIT kini hanya sedikit di atas titik indiferens dan
probabilitas EBIT akan jatuh di bawah titik ini tinggi, maka manajer keuangan
dapat berkesimpulan bahwa alternative utang terlalu berisiko. Untuk distribusi
aman (memuncak), jelas tidak ada probabilitas EBIT akan jatuh dibawah titik
indiferens, dan alternative utang ini terlalu berisiko.
Singkatnya, makin besar tingkat EBIT yang diharapkan di atas titik
indiferens dan makin rendah probabilitas turunnya fluktuasi, makin kuat
dukungan atas penggunaan pendanaan utang.
BAB III
36
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Objek Penelitian
Tempat yang menjadi objek penelitian adalah PT Indosat Tbk yang
berlokasi di kantor pusat Gedung Indosat, Jalan Medan Merdeka Barat,
No. 21, Jakarta 10110. Telepon 021-54388888, 021-30003000, 021-
3011111/email - [email protected], website
www.indosat.com dan untuk memperoleh data dan informasi dalam
penulisan skripsi ini, penulis mengambil penelitian pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman Jakarta Pusat.
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis dalam menyusun skripsi ini
bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif
menurut Hoetomo M.A yaitu penelitian yang data - datanya diambil
dalam bentuk angka - angka yang akan dideskripsikan atau pemaparan
dengan kata - kata secara jelas dan terperinci sesuai data yang ada.
Menurut Sugiyono (2009:23) : Data - data analisa yang digunakan adalah
data yang bersifat kuantitatif yaitu data - data yang bersifat angka.
3. Waktu / Periode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang dilakukan mulai
tanggal 1 sampai dengan 31 April 2012 waktu ini digunakan untuk
37
observasi, pengumpulan kepustakaan dan pengambilan data. Data yang
diambil adalah data tahun 2005 - 2010.
B. Populasi dan Sample
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek
atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh laporan keuangan PT. Indosat,
Tbk yang di ambil dari Bursa Efek Indonesia.
Sample adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Sample dalam penelitian laporan keuangan berupa
neraca dan laba rugi periode 2005 – 2010.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
1. Sumber Data
Menurut Nasution (2005:112) Data adalah suatu pernyataan
tentang sesuatu yang sudah terjadi, tetapi belum diketahui. Menurut
Nasution (2005:114) Data menurut sumbernya terbagi 2, yaitu:
a. Data Primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan
atau suatu organisasi langsung melalui objeknya.
38
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah
jadi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kedua sumber data
tersebut.
2. Tekhnik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Library Research
Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang
diperoleh dengan membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan hal lain
yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk
memperoleh data yang valid.
b. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau
pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau
kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang, penulis melakukan
penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu internet sehingga
data yang diperoleh up to date.
c. Field Research
Penelitian lapangan ini dilakukan dengan mengumpulkan data-
data dan informasi dengan cara:
1) Observasi
Penulis akan melakukan pengumpulan data dengan terlebih
dahulu melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian
39
yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mengambil data
perusahaan PT. Indosat Tbk. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan mendapatkan data yang relevan mengenai masalah yang
akan diteliti.
2) Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan sejarah berdirinya perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, dan laporan keuangan dari tahun 2005 -
2010.
3) Wawancara
Yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data penunjang
untuk membantu proses penelitian, yaitu untuk mencocokan
antara data yang telah ada dengan keadaan sebenarnya.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah :
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian
dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan mudah
diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan lintasan, pemyusunan data
dalam bentuk tabel, statistic deskriptif umumnya digunakan oleh
peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variable
penelitian dan demograsi responden jika ada.
40
2. Metode Regresi
Analisis regresi yang digunakan untuk mengetahui sampai
sejauh mana pengaruh variable satu dengan variable lainnya.
Bentuk persamaan :
Y = a + bX
Keterangan :
a = intersep
b = koefisien regresi (slop)
Untuk melihat bentuk korelasi antar variable dengan persaman
regresi tersebut maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu :
b=n∑ xy−¿¿¿
a=∑ y−b∑ x
n
3. Metode Analisis Korelasi
Untuk mendukung metode analisis tersebut di atas, formulasi
yang digunakan penulis dalam menganalisis data ini dengan
pendekatan koefisien korelasi Pearson “r” untuk mengetahui sejauh
mana hubungan antara analisis financial leverage dengan risiko bisnis
PT. Indosat Tbk yang dinyatakan sebagai berikut:
r=n∑ xy−∑ x∑ y
√n∑ x2−¿¿¿¿
Keterangan:
r = koefisien korelasi Pearson
n = jumlah responden
41
x = jumlah skor x
y = jumlah skor y
x² = jumlah kuadrat seluruh skor x
y² = jumlah kuadrat seluruh skor y
Menurut Iqbal Hasan (2004:43) koefisien korelasi adalah
indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat
hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan.
Untuk ketentuan hubungan, nilai koefisien berada di antara -1
dan +1. Untuk bentuk arah/hubungan, nilai koefisien korelasi
dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-), atau (-1 ≤ KK ≤ +1).
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel - variabel
berkorelasi positif, artinya jika variabel yang satu naik / turun
maka variabel yang lainnya juga naik/turun. Semakin dekat nilai
koefisien korelasi ke +1, semakin kuat korelasi positifnya.
2. Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variabel - variabel
berkorelasi negatif, artinya jika variabel yang satu naik / turun
maka variabel yang lainnya akan naik/turun. Semakin dekat nilai
koefisien korelasi ke -1, semakin kuat korelasi negatifnya.
3. Jika koefisien korelasi bernilai +1 atau -1 maka variabel-variabel
menunjukkan korelasi positif atau negatif sempurna.
42
Untuk menentukan keeratan hubungan / korelasi antar variabel
tersebut, berikut ini diberikan nilai dari KK (Koefisien Korelasi)
sebagai patokan.
Tabel 3.1
Interval Nilai Koefisien Korelasi “r” dan
Kekuatan Hubungan
No
.
Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
KK = 0,00
0,00 < KK ≤ 0,20
0,20 < KK ≤ 0,40
0,40 < KK ≤ 0,70
0,70 < KK ≤ 0,90
0,90 < KK ≤ 1,00
KK = 1,00
Tidak ada
Sangat rendah atau lemah sekali
Rendah atau lemah tapi pasti
Cukup berarti atau sedang
Tinggi atau kuat
Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan
Sempurna
4. Koefisien Determinan
Cara ini digunakan untuk memberikan interprestasi dari r, yaitu
untuk mengetahui seberapa besar sumbangan dalam persen variable
financial leverage terhadap risiko bisnis.
Dengan rumus :
Kd = r² x 100%
43
5. Uji t
a. Mencari t hitung
Dengan rumus :
t hitung=r❑√n−2❑√1−r ²
Didalam pengujian hipotesis, menggunakan asumsi :
Ho : koefisien tidak signifikan
Ha : koefisien korelasi signifikan
b. Mencari t table
Dengan rumus :
t table = t (α, df)
Ketentuan : Terima Ho, jika t hitung < t tables
Tolak Ho, jika t hitung > t table
E. Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
Pengaruh Financial Leverage Terhadap Risiko Bisnis
Variabel Dimensi Indikator Premis
X Financial
Leverage
Neraca - DFL
- EBIT
- EPS
- Muljadi
- Sawir
- Suad Husnan
- Weston dan Brigham
- James
44
- J. Fred Weston dan
Thomas E. Copeland
- Harmono
- Sartono
Y Risiko Bisnis Laporan
L/R
- ROIC
- NOPAT
- Total
Modal
- Bambang Riyanto
- Robert C. Hinggis
- Suad Husnan
- Keown
- Sutrisno
- Muljadi
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah PT. Indosat Tbk
PT Indosat Tbk merupakan perusahaan bertaraf nasional yang
bergerak di bidang telekomunikasi seluler dan Information Technology
(IT). PT Indosat Tbk telah menjadi salah satu provider utama dalam dunia
telekomunikasi seluler di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini.
Juga sebagai provider dalam internet, PT Indosat Tbk telah memainkan
banyak peran di seluruh Indonesia.
Dari bidang telekomunikasi selulernya, PT Indosat Tbk telah
menyebarkan layanan dalam banyak macam, terutama yang paling
menjadi signature bagi perusahaan ini adalah mentari. Selain mentari, PT
Indosat Tbk juga menyediakan layanan jasa telekomunikasi seluler lain
yaitu IM3, Matrix serta StarOne. Untuk Mentari, IM3 dan Matrix
merupakan layanan telekomunikasi di jaringan GSM. Sementara untuk
StarOne merupakan layanan seluler CDMA.
PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite
Corporation Tbk., adalah sebuah perusahaan penyelenggara jalur
telekomunikasi di Indonesia. Indosat merupakan perusahaan
telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa
seluler (Mentari, Matrix, IM3, StarOne). Saat ini, komposisi kepemilikan
saham Indosat adalah: Publik (45,19%), Qatar Telecom QSC (40,37%),
46
serta Pemerintah Republik Indonesia (14,44%), termasuk saham Seri A.
Indosat juga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Saham
Singapura, serta Bursa Saham New York.
Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal
Asing, dan memulakan operasinya pada tahun 1969 dengan pusatnya di
Jtiluhur. Pada tahun 1980 Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara
yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga
sekarang, Indosat menyediakan layanan telekomunikasi internasional
seperti SLI dan layanan transmisi televisi antar bangsa.
PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun 1993
di bawah pengawasan PT Indosat. Ia mula beroperasi pada tahun 1994
sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan
Indosat menjadikan ia sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang
mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix.
Pada tahun 1994 Indosat memperdagangkan sahamnya di Bursa
Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan New York Stock Exchange.
Indosat merupakan perusahaan pertama yang menerapkan obligasi dengan
konsep syariah pada tahun 2002. Setelah itu, pengimplementasian obligasi
syariah Indosat mendapat peringkat AA+. Nilai emisi pada tahun 2002
sebesar Rp 175.000.000.000,00. dalam tenor lima tahun. Pada tahun 2005
nilai emisi obligasi syariah Indosat IV sebesar Rp 285.000.000.000,00.
Setelah tahun 2002 penerapan obligasi syariah tersebut diikuti oleh
perusahaan - perusahaan lainnya.
47
Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan
deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar
bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi
Indonesia. Pada tahun 2001 Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media
Mobile (IM3) dan ia menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia,
dan pada tahun yang sama Indosat memegang kendali penuh PT Satelit
Palapa Indonesia (Satelindo) yang membuat PT Indosat Tbk menjadi
operator seluler terbesar ke-dua di Indonesia.
Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94%
saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd.. Dengan
demikian, Indosat kembali menjadi PMA. Pada bulan November 2003
Indosat mengakuisisi PT Satelindo, PT IM3, dan Bimagraha. Penjualan
41,94 % saham Indosat tersebut menimbulkan banyak kontroversi.
Pemerintah RI terus berupaya untuk membeli kembali (buyback) saham
Indosat tersebut agar pemerintah menjadi pemegang saham yang
mayoritas dan menjadikan kembali Indosat sebagai BUMN, namun hingga
kini upaya pemerintah tersebut belum terealisasi akibat banyaknya
kendala.
Layanan seluler bagi Indosat merupakan jenis layanan yang
memberikan penerimaan paling besar, yakni hingga mencapai 75% dari
seluruh penerimaan pada tahun 2006. Berdasarkan data tahun 2006,
Indosat menguasai 26,9% pasar operator telepon seluler GSM (yakni
48
melalui Mentari dan IM3) dan 3,7% pasar operator CDMA (melalui
StarOne).
a. Sebelum Menjadi BUMN
Berdirinya PT Indosat Tbk tidak dapat dipisahkan dari badan
telekomunikasi dunia INTELSAT ( International Telecommunication
Satelit ) yang berdiri dari beberapa anggota antara lain Amerika Serikat,
Australia, Jepang, Kanada dan 7 negara Eropa Barat lainnya. Badan
tersebut resmi berdiri pada tanggal 20 Agustus 1964.
Di Indonesia, layanan jasa telekomunikasi domestik seluruhnya
dilaksanakan oleh PT Telkom, sementara untuk hubungan international,
pemerintah mengadakan kerjasama dengan perusahaan asing yaitu
Cable and Wireless ( C&W ). Dengan adanya perjanjian tersebut, maka
pemerintah Indonesia menunjuk PT Indonesia Satelit Corporation untuk
mengadakan kerjasama dengan pihak Cable and Wireless dalam
mengadakan layanan telekomunikasi internasional, yaitu Inter
Telephone Telegraph Corporation pada tanggal 20 November 1967
dengan status penanaman modal asing ( PMA ), dan sebagai wujud
nyata, diadakan perjanjian Join Venteru International. PT Indosat
Satelit Corporation sendiri pada saat itu berada di Jalan Gondangdia
Lama 29 Jakarta.
PT Indosat Tbk secara operasional dikenal dengan selesainya
pembangunan satelit bumi INTELSAT di daerah Jatiluhur, Purwakarta
49
di propinsi Jawa Barat, dan diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal
28 September 1969.
Semakin meningkatnya dunia telekomunikasi serta meningkatnya
animo masyarakat pada kebutuhan komunikasi internasional, maka
tidaklah cukup hanya dengan menggunakan system transmisi
gelombang mikro. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, PT Indosat
Tbk segera membangun SKKI ( Sistem Komunikasi Kabel laut ) pada
tanggal 1 April 1980 yang bernama ASEAN – Indonesia – Singapura
untuk melayani kebutuhan komunikasi internasional. Komunikasi ini
dilayani dengan menggunakan kabel laut, serta digunakan untuk
menjadi back-up apabila terjadi gangguan dalam sambungan via satelit.
Jaringan kabel laut ini menggunakan system analog dengan
kapasitas 480 kanal, menghubungkan SKKL Ancol dengan Singapura
dengan jarak 1042,68 km. berdasar Keppres no 5 tahun 1980, maka
dibentuk suatu tim khusus dalam rangka peninjauan ulang status
perjanjian internasional dengan pemerintah Indonesia.
b. Sesudah Menjadi BUMN
PT Indosat resmi menjadi BUMN dalam bentuk persero di
lingkungan Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi pada
tanggal 31 Desember 1980. Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
telekomunikasi bagi masyarakat umum, maka melalui PP no 52, 53, dan
50
54 tahun 1980, pengelolaan jasa telekomunikasi terbagi menjadi 2
yaitu:
1) Telekomunikasi untuk umum internasional dilaksanakan oleh
PT Indosat Tbk.
2) Telekomunikasi untuk umum nasional dilaksanakan oleh PT
Telkom.
Maka PT Indosat mulai menjalankan jasa trelekomunikasi
internasional-nya pada tanggal 1 januari 1982 berdasarkan SK Menteri
perhubungan no 235/PL/101/PHB-81 tanggal 20 Oktober 1981,
keputusan Dirjen Pos dan Telekomunikasi no 143/DIRJEN/181 serta
berdasarkan perjanjian kerjasama internasional PT Indosat Tbk dan PT
Telkom pada tanggal 31 Desember 1981.
Kemudian pada tahun 1982 mulai dibangun Sentral Gerbang
Internasional 2 ( SGI-2 ) yang berada di kota Medan. Untuk menambah
fasilitas system telekomunikasi kabel laut ( SKKL ), maka SKKL
Medan Penang dibangun dan diresmikan pada tanggal 2 Maret 1985,
dan pada tanggal 8 September 1988, jaringan kabel laut dengan
menggunakan sistem digital, yaitu SEA-ME-WE ( South East Asia-
Middle East-Western Europe ) menyusul diresmikan. SEA-ME-WE
mulai dioperasikan pada tanggal 13 Juni 1994 dengan jarak 9130 km
dan dengan kapasitas 7680 kanal. Selanjutnya, apada tanggal 17 Januari
1997, PT Indosat Tbk mendapatkan ISO 9002 sebagai pengakuan
kualitas pelayanan jasa oleh forum Dunia.
51
Seiring dengan perjalanan waktu, PT Indosat Tbk terus melakukan
pembenahan dan perbaikan serta inovasi – inovasi pada jasa
layanannya. PT Indosat sendiri memulai jasa layanan komunikasi
seluler di jaringan GSM pada tahun 1993. Berikut rekaan waktu nya :
1) Tahun 1993 : Bisnis Seluler GSM melalui kepemilikan sebagian
saham di PT Satelit Palapa Indonesia.
2) Tahun 1994: Tanggal 19 Oktober 1994, PT Indosat Tbk
melakukan Go Publik Internasional di YNSE, BEJ dan BES.
3) Tahun 2001: Mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3)
sebagai penyedia jasa multimedia.
4) Tahun 2003: Tanggal 20 November 2003, PT Indosat Tbk
mengakuisisi Satelindo dan IM3.
5) Tahun 2002: Tanggal 16 desember 2002, terjadi Penanaman
Modal Asing sebanyak 41,94 % oleh Singapore Technologis
Telemedia.
6) Tahun 2005: New Coorporate Identity.
2. Profil Perusahaan
PT Indosat Tbk didirikan oleh Pemerintah pada tanggal 20
November tahun 1967 sebagai perusahaan investasi asing untuk
menyediakan layanan telekomunikasi internasional di Indonesia dan mulai
beroperasi secara komersial pada bulan September 1969 untuk
membangun, mentransfer dan mengoperasikan satelit Organisasi
Telekomunikasi Internasional, atau Intelsat, stasiun bumi di Indonesia
52
untuk mengakses satelit Intelsat India, Daerah Samudera untuk jangka
waktu 20 tahun. Sebagai sebuah konsorsium global organisasi
internasional komunikasi satelit, Intelsat memiliki dan mengoperasikan
beberapa satelit telekomunikasi.
Setelah perubahan peraturan dalam industri telekomunikasi
Indonesia pada tahun 1999 dan 2000, kami mulai menerapkan strategi
yang dirancang untuk mengubah kita dari penyedia telekomunikasi utama
internasional Indonesia menjadi, telekomunikasi terkemuka jaringan
terintegrasi dan layanan providerin Indonesia. Pada tahun 2000,
pengenalan Pemerintah UU Telekomunikasi, yang mendorong liberalisasi
industri, langsung mempengaruhi bisnis kami. Pada tahun 2001, sebagai
bagian dari inisiatif Pemerintah untuk merestrukturisasi industri
telekomunikasi, kami mengadakan perjanjian dengan Telkom untuk
menghilangkan crossshareholdings kami masing-masing pada anak
perusahaan operasi, termasuk :
Kami akuisisi kepemilikan 22,5% Telkom di Satelindo;
Telkom akuisisi kepemilikan 35,0% kami di Telkomsel, dan
Kami akuisisi kepemilikan 37,2% Telkom di Lintasarta dan
pembelian obligasi konversi Lintasarta yang diselenggarakan oleh
Telkom.
Setelah perjanjian dengan Telkom, kami mengakuisisi kepemilikan
efektif 45,0% di Satelindo, melalui akuisisi PT Bimagraha Telekomindo
atau Bimagraha, pada tahun 2001 dan memperoleh kepemilikan 25,0%
53
sisanya di Satelindo dari DeTe Asia pada bulan Juni 2002. Untuk
memperkuat struktur permodalan Satelindo dan menghapus persyaratan
tertentu yang timbul dari utang Satelindo, kami membuat kontribusi
tambahan modal kepada Satelindo sebesar US $ 75,0 juta pada Juli 2002.
Pada bulan Agustus 2002, kami memasuki sektor telekomunikasi
dalam negeri dengan mendapatkan lisensi untuk menyediakan layanan
jaringan tetap lokal di daerah Jakarta dan Surabaya. Kami dikerahkan
sekitar 13.000 baris di daerah untuk menyediakan layanan lokal telepon
tetap dan mengumumkan tujuan strategis kami untuk menjadi terpadu
terkemuka jaringan telekomunikasi dan penyedia layanan di Indonesia.
Pada tahun 2002, Pemerintah melakukan divestasi 517.500.000 saham,
mewakili sekitar 50,0% dari saham Seri B pada saat itu, dalam dua tahap.
Pada bulan Mei 2002, Pemerintah menjual 8,1% saham yang beredar kita
melalui tender global yang dipercepat.
Pada bulan Desember 2002, Pemerintah melakukan divestasi
41,9% dari saham Seri B untuk anak mantan STT. Pada tanggal 31 Maret
2009, Pemerintah memiliki 14,29% saham kami, termasuk satu saham Seri
A, dan ICLM dan ICLS dimiliki sekitar 65,0% dari saham Seri B. ICLM
dan ICLS dimiliki oleh Qtel. Para 20,71% sisa saham Seri B dimiliki oleh
pemegang saham publik pada tanggal 31 Maret, 2009. Lihat "Butir 6:.
Direktur, Manajemen Senior dan Karyawan - Kepemilikan Saham".
Pada tanggal 20 November 2003, kami bergabung dengan
Satelindo, Bimagraha dan IM3 dan semua aktiva dan kewajiban anak
54
perusahaan warisan seperti itu dialihkan kepada kami pada tanggal
tersebut. Sejak memasuki pasar selular Indonesia melalui akuisisi
Satelindo dan pembentukan IM3 dan integrasi berikutnya dari perusahaan
tersebut pada tahun 2003, layanan selular telah menjadi penyumbang
terbesar bagi pendapatan usaha kami.
Pada tanggal 22 Juni 2008, Qtel membeli seluruh saham biasa yang
beredar saham dari masing-masing ICLM dan ICLS, berdasarkan
Perjanjian Jual Beli tanggal 6 Juni 2008 antara Qtel dan STT, perusahaan
yang berkedudukan di Singapura. Sesuai dengan Perjanjian Jual Beli
Saham, Qtel, melalui anak perusahaannya, Qatar Tenggara Asia Holding
SPC, membeli saham ICLM dan ICLS dari Asia Mobile Holdings Pte. Ltd,
atau AMH, perusahaan yang berkedudukan di Singapura, yang 75,0%
secara tidak langsung dimiliki oleh STT Communications Ltd dan 25,0%
secara tidak langsung dimiliki oleh Qtel. Setelah akuisisi ini, perubahan
pengendalian terjadi di Indosat dan Qtel, dan anak perusahaan yang
sepenuhnya dimiliki, dan Qatar ICLS Tenggara Asia Holding SPC,
melakukan penawaran tender wajib untuk mengakuisisi hingga
1.314.466.775 Saham Seri B, yang mewakili sekitar 24,19% dari total
ditempatkan dan beredar Saham Seri B (termasuk Saham Seri B diwakili
oleh ADS), dengan harga pembelian setara dengan dolar AS sebesar
Rp369, 400 per ADS dan Rp7, 388 per Saham Seri B, bersih kepada
penjual secara tunai (tanpa bunga dan tunduk atas pemotongan pajak
diperlukan). Setelah penyelesaian penawaran tender pada tanggal 5 Maret
55
2009, Qtel dan anak perusahaan pegang sekitar 65,0% dari modal saham
yang beredar kami.
3. Logo PT Indosat, Tbk
Gambar 1.2
Bentuk gambar, teks serta warna dalam logo PT Indosat Tbk
mempunyai arti khusus, yaitu :
a. Warna Merah : Melambangkan masyarakat, maksudnya PT Indosat
Tbk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
b. Warna Kuning : Melambangkan komunikasi, maksudnya adalah PT
Indosat Tbk memfokuskan diri pada layanan telekomunikasi.
c. Warna Biru : Mencerminkan teknologi tinggi yang dinamis dan
modern tetapi juga bersahabat.
d. Techno Flower : Techno Flower ini tercipta dari gabungan ketiga elips
yang ada dan melambangkan tentang usaha dan fokus dari perusahaan
saat ini, yaitu di Indonesia di dalam bidang teknologi dan pelayanan
teknologi bagi masyarakat, serta pentingnya kerjasama di antara tiga
elemen yang ada, yaitu masyarakat, teknologi dan komunikasi.
e. Bintang Permata : Terbentuk dari rangkaian elips tiga warna
menegaskan komitmen PT Indosat Tbk dalam menyediakan layanan
yang terbaik dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia sejernih
Bintang Permata.
56
f. Teks Indosat : Di desain secara khusus menggunakan huruf kecil yang
melambangkan sikap perusahaan yang mudah bekerjasama. Warna
biru pada teks ini melambangkan kekuatan korporasi yang diharapkan
selalu kokoh dan stabil.
4. Visi dan Misi PT. Indosat Tbk
Visi
Menjadi perusahaan pilihan penyedia solusi informasi dan komunikasi di
indonesia dengan :
Menawarkan produk, layanan, solusi informasi dan komunikasi
yang lengkap serta berkualitas.
Menjadi pilihan utama pelanggan dalam menyediakan produk,
layanan serta solusi informasi dan komunikasi.
Menyediakan produk dan layanan yang dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dalam wilayah operasional kami.
Misi
Menyediakan dan mengembangkan produk, layanan dan solusi
inovatif dan berkualitas untuk memberikan manfaat yang sebesar –
besarnya bagi para pelanggan.
Meningkatkan shareholder value secara terus menerus.
Mewujudkan kualitas stakeholder yang lebih baik.
57
5. Tujuan PT Indosat Tbk
Tujuan pokok PT Indosat Tbk didasarkan pada Anggaran Dasar
perusahaan, yaitu membangun, mengembangkan serta mengusahakan
layanan telekomunikasi internasional dalam rangka meningkatkan
hubungan dari dalam maupun luar negeri dalam menunjang pembangunan
nasional.
Tujuan pokok PT Indosat Tbk ini mencakup beberapa poin penting
yaitu :
a. Meningkatkan hubungan telekomunikasi internasional untuk dapat
menunjang kelangsungan banyak sektor lain seperti perdagangan,
industri, hubungan internasional dan lain – lain.
b. Bekerja sama dengan PT Telkom untuk dapat meningkatkan
pelayanan merata ke seluruh tempat yang membutuhkan layanan
komunikasi, sehingga manfaat teknologi komunikasi ini dapat
dirasakan di seluruh Indonesia serta mampu menunjang negara
kesatuan Indonesia dalam konteks Wawasan Nusantara.
c. Memberikan sumbangan yang nyata bagi perkembangan dunia
ekonomi nasional dengan cara penyediaan sarana komunikasi yang
handal, serta untuk berpartisipasi dalam menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional yang menyeluruh.
d. Penyelenggaraan dan pelayanan jasa telekomunikasi yang dibutuhkan
masyarakat. Penyediaan sarana telekomunikasi internasional serta
58
perencanaan dan pengembangan sarana – sarana telekomunikasi
internasional untuk umum.
e. Usaha lain yang secara langsung menunjang telekomunikasi
internasional untuk umum, serta usaha telekomunikasi nasional
khususnya dalam bidang telekomunikasi seluler.
6. Sasaran PT Indosat Tbk
Sasaran – sasaran yang berusaha untuk dicapai oleh PT Indosat
Tbk sebagai perusahaan IT dan telekomunikasi adalah :
a. Memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat dan pengguna
layanan telekomunikasi di Indonesia.
b. Memberikan hasil yang terbaik kepada para pemegang saham.
c. Menciptakan citra terbaik bagi perusahaan.
7. Tugas Pokok PT Indosat Tbk
PT Indosat Tbk sebagai salah satu BHMN mempunyai tugas pokok
untuk membangun, mengembangkan serta mengusahakan layanan
telekomunikasi internasional untuk umum dalam rangka meningkatkan
hubungan internasional dari dan ke Indonesia dalam menunjang
pembangunan nasional secara menyeluruh.
8. Fungsi PT Indosat Tbk
Dalam rangka menyelesaikan tugas – tugas yang dilakukan
perusahaan, PT Indosat Tbk mempunyai fungsi – fungsi sebagai berikut :
59
a. Menyelenggarakan pelayanan telekomunikasi internasional untuk
masyarakat umum dengan sarana telepon, televisi, telegram, telex,
birofax internasional dan sarana – sarana telekomunikasi lainnya.
b. Menyediakan saluran – saluran telekomunikasi internasional bagi
masyarakat umum.
c. Merencanakan, membangun serta mengembangkan sarana – sarana
telekomunikasi tertentu dalam pelaksanaan telekomunikasi
internasional bagi masyarakat umum.
d. Usaha – usaha lain yang secara langsung menunjang penyelenggaraan
telekomunikasi internasional bagi masyarakat umum.
9. Infrastruktur Pelayanan PT Indosat Tbk
Dalam infrastruktur jaringan telekomunikasi yang diselenggarakan
PT Indosat Tbk, lalu lintas telekomunikasi disalurkan melalui sistem
satelit, jaringan kabel laut, transmisi gelombang mikro, fiber optic dan
leased line. Seluruhnya menggunakan topologi digital yang mutakhir
termasuk saluran multimedianya.
Di dalam gedung KPPTI sendiri yang berlokasi di jakarta, seluruh
sistem dioperasikan para tenaga profesional yang mempunyai kemampuan
untuk dapat menjamin kelancaran keseluruhan jaringan dan layanan yang
disediakan dengan kemungkinan trouble yang sangat kecil.
PT Indosat Tbk sendiri mengoperasikan sistem Sentral Gerbang
Internasional, yaitu SGI Jakarta, SGI Medan, SGI Batam dan SGI
60
Surabaya, yang digunakan untuk melaksanakan layanan telekomunikasi
dari dan ke Indonesia.
a. Satelit
PT Indosat Tbk mempunyai saluran lalu lintas telekomunikasi
internasional dengan satelit, yang terdiri dari 5 antena satelit Intelsat
serta 1 satelit Inmarst di stasiun bumi Satelit Pantai Carmin di Medan,
stasiun bumi Bukit Mata Kucing di Batam serta stasiun bumi Banyu
Urip di Surabaya.
b. Kabel Laut
PT Indosat Tbk memiliki beberapa saham serta akses ke berbagai
sistem komunikasi kabel laut di kawasan Asia Tenggara maupun
SKKL yang menghubungkan kawasan Asia Tenggara Eropa dan
Amerika Utara dan Pasifik.
1) SGI 1A dan SGI 1B, berada di Jakarta :
KPPTI di Jakarta ( SGI 1A )
Stasiun Bumi Jatiluhur
Stasiun SKKL Ancol di Jakarta ( SGI 1B )
2) SGI 2, berada di Medan
Kantor Pelayanan divisi Medan
Stasiun Bumi Pantai Cermin
Stasiun SKKI di Pantai Cermin
3) SGI 3, berada di Batam
Kantor Pelayanan divisi Batam
61
Stasiun Bumi Bukit Mata Kucing
4) SGI 4, berada di Surabaya
Kantor Pelayanan divisi Surabaya
Stasiun Bumi Banyu Urip
Stasiun SKKL Banyu Urip
10. Produk Dan Layanan PT Indosat Tbk
a. Jasa Telepon Internasional
1) Indosat SLI 001
Merupakan fasilitas internasional yang memungkinkan
pelanggan untuk dapat menghubungi langsung nomor
internasional yang hendak dituju tanpa harus melalui operator.
Caranya cukup simpel, yaitu menekan kode akses untuk
melakukan panggilan.
Indosat SLI ini mampu menjangkau ke lebih dari 250
negara, baik telepon maupun fax. Di dalam layanan ini,
berlaku tarif reduksi, dengan perhitungan pulsa per 6 detik.
2) Indosat Operator 101/104
Merupakan layanan telepon internasional dengan
proses penyambungan dilakukan oleh operator dari PT Indosat
Tbk, menggunakan kode akses 101/104.
3) Indosat HCD ( Home Country Direct )
Merupakan suatu layanan telepon internasional dari
Indonesia ke luar negeri dengan melalui operator dari negara
62
yang dituju. Biaya dari percakapan yang berlangsung akan
ditanggung oleh penerima di negara tujuan dengan tarif
berdasar negara tujuan.
4) Indosat Indonesia Direct
Merupakan layanan telepon internasional dari luar
negeri ke Indonesia dengan pengguna di negara asal
sambungan dapat langsung terhubung dengan operator telepon
internasional PT Indosat Tbk di Indonesia, baru kemudian
dapat tersambung ke nomor tujuan. Biaya akan dibebankan
kepada orang yang dipanggil berdasarkan tarif dalam negeri
(Indonesia ).
5) Indosat Freephone
Biasa juga disebut Toll Free Service. Merupakan
layanan telepon internasional dengan biaya penyambungan
dibebankan kepada penerima panggilan yang terdaftar sebagai
pelanggan Toll Free.
6) Indosat Calling Card ( ICC )
Merupakan fasilitas telepon internasional bagi
pemegang kartu khusus yang diterbitkan oleh PT Indosat Tbk.
Pemegang kartu ini bisa melakukan percakapan baik di dalam
negeri maupun di luar negeri dengan biaya sesuai dengan
tempat dimana pemegang kartu melakukan panggilan.
63
7) Indosat Fax Plus
Merupakan layanan pengiriman fax internasional yang
mudah, efisien serta menghemat biaya dan waktu. Dengan
menggunakan layanan ini, pelanggan dapat mengirimkan
dokumen ke beberapa tujuan sekaligus dengan satu kali proses
pengiriman. Waktu pengirimannya sendiri dapat diatur oleh
pelanggan.
8) Indosat Info 102
Merupakan salah satu layanan dari PT Indosat Tbk
yang berfungsi untuk :
Memberikan informasi untuk melakukan panggilan
telepon internasional mulai daro kode negara tujuan,
kode area, nomor – nomor penting di seluruh negara di
dunia, hotel dan lain - lain.
Memberikan informasi rekaman pembicaraan via
telepon yang dilakukan dengan layanan yang
disediakan PT Indosat Tbk.
Memberikan informasi seputar layanan – layanan
telekomunikasi internasional yang disediakan oleh PT
Indosat Tbk serta cara – cara melakukan panggilan dan
bagaimana berlangganan.
Melayani komplain teknis maupun non-teknis dalam
semua layanan yang disediakan PT Indosat Tbk,
64
termasuk di dalamnya komplain dalam pentarifan (
billing ) pada seluruh layanan PT Indosat Tbk.
9) Indosat Precard
Merupakan layanan telepon SLI dengan menggunakan
kartu Precard. Precard ini hampir sama dengan kartu telepon
internasional yang dapat digunakan untuk melakukan SLI ke
lebih dari 240 negara tujuan, atau dari 16 negara ke Indonesia.
Nilai dari kartu ini akan berubah sesuai dengan lamanya
percakapan dan ke mana panggilan ditujukan. Precard ini
dapat digunakan pada telepon dengan jenis touch tone.
10) Indosat Conference Call
Merupakan layanan telepon internasional tanpa melalui
operator, memberikan fasilitas kepada pelanggan di Indonesia
untuk dapat melakukan percakapan dengan beberapa
pelanggan sekaligus baik di dalam maupun di luar negeri
secara bersama – sama. Setiap peserta dari konferensi ini
menghubungi ruang konferensi melalui nomor akses dan PIN
yang prinsip lalu lintasnya adalah I/C Call.
11) Indosat Virtual Net
Lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama Indosat
Virtual Private Network. Merupakan layanan telepon
internasional yang memungkinkan para pelanggannya
melakukan komunikasi denga rekan kantornya di luar negeri
65
seolah – olah berada di dalam negeri. Hal ini disebabkan
nomor tujuan yang berada di luar negeri dibuat sedemikian
rupa sehingga jumlah digit yang harus ditekan sama dengan
nomor ekstensi PABX lain.
12) Global Slave
Berbeda dengan program Indosat Global Slave 17001,
kartu VoIP prabayar, Global Slave ini merupakan layanan
pasca bayar. Pelanggan tidak lagi menggunakan nomor PIN,
tetapi menggunakan nomor telepon pelanggan yang terdaftar.
Pembayaran dilakukan setiap bulan berdasarkan pemakaian.
Banyak keuntungan yang didapat pelanggan dengan
menggunakan layanan Global Slave ini. Akses dari layanan ini
relatif lebih cepat, dapat digunakan untuk panggilan domestik
maupun internasional serta dapat menggunakan fasilitas
roaming.
13) VoIP
Dalam pengembangan bisnis telepon VoIP ini, PT
Indosat Tbk telah menyediakan layanan yaitu Global Slave
dengan kode akses 17001, selain itu juga layanan Yello yang
dikembangkan oleh Satelindo dengan kode akses 17016.
Layanan VoIP ini ditujukan bagi pelanggan yang
cukup sensitif dengan tarif. Masing – masing kode akses
66
tersebut memiliki segmen pasar tersendiri. Global Slave
sendiri saat ini sudah menjangkau beberapa kota antara lain
Jakarta, Bogor dan Surabaya. Sedangkan Yello kini telah
memiliki lebih 40.000 pelanggan seluler Satelindo.
b. Layanan Telegram
1) Indosat Telex
Merupakan layanan telekomunikasi unutk masyarakat
dalam menyampaikan berita ke luar negeri maupun menerima
berita telex melalui jaringan telex internasional.
2) Indosat Telegram
Merupakan layanan penyampaian berita dalam format
telegram dari dan ke luar negeri melalui badan penyelenggara
telekomunikasi.
c. Global Corporate Services
1) Indosat World Link
Merupakan layanan telekomunikasi sirkit sewa,
terkenal dengan layanan Indosat Bussines Service ( IBS ).
Langganan sewa digital point to point tersebut mempunyai
kecepatan tinggi, mulai dari 64 kbps hingga 2 Mbps, serta
dapat menghubungkan pelanggan di Indonesia dengan mitra
kerja di luar negeri selama 24 jam secara terus menerus.
67
Aplikasi pada layanan ini adalah pada komunikasi data, suara,
video dan fax.
2) Indosat Bit Link
Merupakan salah satu layanan PT Indonesia Tbk yang
sering disebut dengan Leased Circuit Pointer atau Alternatif
Voice Data. Merupakan layanan sirkit sewa analog dengan
kecepatan sampai 2400 bps. Layanan ini dapat
menghubungkan pelanggan di Indonesia dengan mitra kerja
yang berada di luar negeri selama 24 jam, dengan aplikasi pada
komunikasi suara, data dan juga telex.
3) Indosat Direct Link
Merupakan layanan yang biasa dikenal dengan nama
Very Small Aperture ( VSAT ), yaitu jenis jasa yang terhitung
ekonomis dan efisisen untuk mengoptimalkan komunikasi
menggunakan sistem komunikasi satelit. untuk Mengakses
layanan ini, pelanggan harus berhubungan langsung dengan
satelit. Jasa ini menyeediakan komunikasi 24 jam antara
pelanggan di Indonesia dan di luar negeri melalui telepon, fax,
komputer dan video conference.
4) Indosat Packet Link
Layanan ini biasa dikenal dengan sebutan Sistem
Komunikasi Data Paket ( SKDP ). Merupakan fasilitas
68
telekomunikasi data untuk hubungan domestik maupun
internasional. Jenis layanan ini disediakan ada 2 macam, yaitu
type dial-up. Kedua layanan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan modem melalui jaringan telepon yang terhubung
dengan sentral SKDP dengan kecepatan mulai 300 bps sampai
1200 bps. Dedicated dial-up merupakan layanan untuk
hubungan langsung ke sentral SKDP tanpa harus mlewati
PSTN ( Public Switched Telephone Network ) sehingga
hubungan tidak bergantung pada banyaknya lalu lintas pasa
PSTN.
d. Global Mobile Service
1) Indosat Mega Media ( IM2 )
Merupakan layanan milik PT Indosat Tbk yang
menyediakan akses ke TV kabel. Layanan ini dikembangkan
dengan menggunakan fitur high speed multimedia access
( HSMA ). Pada layanan ini, pelanggan akan dapat mengakses
siaran televisi dari seluruh dunia, sekaligus dapat
memanfaatkan layanan internet dengan kecepatan tinggi.
2) Indosat Multi Media Mobile
Merupakan layanan milik PT Indosat Tbk yang
bergerak di bidang komunikasi seluler atau mobile. Dibangun
dan dikembangkan setelah PT Indosat Tbk mendapatkan
lisensi penyelenggaraan jaringan GSM 1800 pada tanggal 14
69
Agustus 2000. Layanan IM3 ini menyediakan layanan suara,
fax sms, voice mail serta akses internet berkecepatan tinggi
dengan menggunakan teknologi General Packet Radio Sistem (
GPRS ). Dengan menggunakan teknologi GPRS, pelanggan
IM3 dapat mengakses layanan internet dengan kecepatan 115
kbps. Rencananya, tahun depan layanan IM3 ini akan
menyediakan layanan mobile broadband multimedia dengan
kecepatan akses sampai 2 Mbps dengan mengimplementasikan
teknologi komunikasi 3G.
3) Matrix
Layanan Matrix ini merupakan jenis layanan yang
bergerak di bidang komunikasi seluler dan mobile. Pada
layanan Matrix Nine, pelanggan akan memperoleh 9
keuntungan lewat pilihan free roaming atau free abodemen.
Keuntungan – keuntungan tersebut antara lain flat GPRS,
gratis aktivasi kartu, SMS murah. Time unit lebih hemat,
hingga diskon SLI, SLJJ dan airtime. Serta adanya fitur lain
yang menguntungkan seperti Mobile Banking yang berfungsi
untuk mempermudah pelanggan dalam melakukan transaksi
perbankan langsung dari handphone.
4) Mentari
Merupakan salah satu bentuk layanan yang bergerak di
bidang komunikasi seluler dan mobile. Layanan ini di-klaim
70
memiliki fitur dan fasilitas yang cukup lengkap serta
disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Kelengkapan inilah
yang membuat Mentari memiliki nilai lebih bagi pelanggan
dibandingkan kartu pra bayar yang lain.
Fitur – fitur yang ada pada layanan ini terus
ditingkatkan mengikuti perkembangan teknologi. Dalam
kualitas jaringan sendiri, PT Indosat Tbk telah membangun
120 BTS baru sampai akhir tahun 2006 ini. Dan tahun depan,
layanan ini juga akan segera dilengkapi dengan layanan
komunikasi 3G. Dengan layanan ini pelanggan akan dapat
melakukakn video calling, akses internet berkecapatan tinggi
serta fitur – fitur 3G lainnya.
5) StarOne
StarOne merupakan salah satu layanan PT Indosat Tbk
dalam komunikasi seluler dan mobile. Layanan ini berjalan di
teknologi CDMA dan dalam bentuk SIM card.
71
11. Struktur Organisasi
12. Data Perusahaan
Data dalam penelitian ini berupa laporan keuangan yang meliputi
neraca dan laporan laba rugi. Namun data yang digunakan hanyalah data
yang disesuaikan dengan penelitian, yakni data yang berhubungan dengan
Financial Leverage dan Risiko Bisnis. Berikut adalah data yang dimaksud:
a) Data yang diambil dari neraca keuangan
PT. INDOSAT TbkNERACA KEUANGAN
Periode 2005 - 2010( Dalam Jutaan Rupiah )
GROUP HEADS
GROUP HEAD ENTERPRISE
RISK MANAGEMENT
GROUP HEADS
CHIEF HUMAN
RESOURCES OFFICER
DIRECTOR and CHIEF
FINANCIAL OFFICER
CHIEF INFORMATION
OFFICER
GROUP HEADS
GROUP HEADS
GROUP HEADS
GROUP HEADS
GROUP HEADS
CHIEF COORPORATE
SOLUTION OFFICER
CHIEF SALES
OFFICER
GROUP HEADS
GROUP HEADS
CHIEF MARKETING
OFFICER
72
Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010AKTIVAAKTIVA LANCAR
Kas dan setara kas4.717.26
92.807.26
08.053.00
65.737.86
62.835.99
92.075.27
0Investasi jangka pendek 38.998 - 1.250 - - -
Piutang1.175.06
61.282.00
01.051.86
91.356.90
01.949.98
41.558.45
7Persediaan 203.954 110.935 161.573 241.991 112.260 105.885Aktiva deriatif 79.221 16.55 127.717 656.594 224.743 69.334Uang muka 47.728 19.071 38.017 39.151 35.173 67.273Pajak dibayar di muka 940.155
1.051.442 714.433 592.880 818.326 701.560
Biaya dibayar di muka 295.436 324.875 618.893 987.073
1.125.091
1.527.254
Aktiva lancar lainnya 29.165 53.299 27.480 46.598 38.051 53.821Jumlah Aktiva Lancar
7.526.992
5.665.432
10.794.127
9.659.773
7.139.627
6.158.854
AKTIVA TIDAK LANCARPiutang hubungan istimewa 30.401 23.336 56.455 42.496 7.215 8.421Aktiva pajak tangguhan - bersih 44.197 46.567 87.118 68.445 85.812 95.018Investasi pada perusahaan asosiasi 524 286 286 700 422 -Investasi jangka panjang lainnya 2.730 8.509 2.730 2.730 2.730 2.730
Aktiva tetap21.564.7
8124.963.0
3030.572.7
7338.394.0
7344.428.8
0743.571.0
10Goodwill dan aktiva tak berwujud
2.682.600
2.645.369
2.350.467
2.064.681
1.580.080
1.374.060
Piutang jangka panjang 122.281 103.121 77.515 81.524 50.767 45.911Pensiun dibayar di muka jangka panjang 236.491 230.284 198.360 169.986 147.380 111.344Uang muka jangka panjang 327.351 213.771 646.997 456.093 294.391 216.643Lain - lain 248.785 328.953 518.258 752.822 1.304.25 1.234.19
73
6 6Jumlah Aktiva Tidak Lancar
25.260.141
28.563.226
34.510.959
42.033.550
47.901.860
46.659.333
JUMLAH AKTIVA32.787.1
3334.228.6
5845.305.0
8651.693.3
2355.041.4
8752.818.1
87KEWAJIBAN DAN EKUITASKEWAJIBAN LANCARHutang usaha 194.079 304.431 446.450 608.754 537.476 645.505
Hutang pengadaan2.609.27
83.292.54
36.206.64
96.446.35
75.289.78
23.644.46
7Hutang pajak 205.852 211.868 436.450 268.891 161.820 169.445Biaya masih harus dibayar 843.206 896.435
1.340.435
1.512.533
1.525.561
1.710.885
Pendapatan diterima di muka 488.694 571.944 709.827 822.986 941.223
1.143.852
Uang muka pelanggan 26.519 93.044 40.947 32.121 22.463 50.279Kewajiban derivatif 11.539 224.293 64.310 315.866 200.202 215.403Bagian jangka pendek dari : Hutang jangka panjang 49.7 127.191 494.387 572.469
1.440.259
3.184.147
Hutang obligasi 981.9361.055.52
61.860.00
0 56.4422.840.66
21.098.13
1Kewajiban lancar lainnya 20.577 25.930 59.126 38.826 43.721 23.127Jumlah Kewajiban Lancar
5.431.380
6.803.205
11.658.581
10.675.245 68.065 61.612
KEWAJIBAN TIDAK LANCARHutang hubungan istimewa 16.607 29.440 64.850 14.699 13.764 22.099Kewajiban pajak tangguhan - bersih 865.672
1.244.502
1.482.221
1.305.185
1.535.202
1.772.337
Hutang jangka panjang
1.308.773
1.504.694
4.249.033
10.812.160
12.721.308
7.666.804
Hutang obligasi10.161.9
058.734.01
210.088.7
4110.315.6
168.472.17
512.114.1
04
74
Kewajiban tidak lancar lainnya 511.779 510.440 919.560 871.859 935.521
1.059.504
Jumlah Kewajiban Tidak Lancar
12.864.736
12.023.088
16.804.405
23.319.519
23.681.970
22.634.848
JUMLAH KEWAJIBAN
18.296.116
18.826.293
28.462.986
33.994.764
36.753.204
34.581.701
HAK MINORITAS 175.689 200.620 297.370 288.938 330.593 385.840EKUITASModal saham 535.617 543.393 543.393 543.393 543.393 543.393
Agio saham1.178.27
41.546.58
71.546.58
71.546.58
71.546.58
71.546.58
7Selisih transaksi perubahan ekuitas 403.812 403.812 403.812 404.104 404.104 404.104Opsi saham 90.763 - - - - -Selisih kurs 228 182 6.177 13.291 2.369 -2.727
Saldo laba12.106.7
1212.707.7
7114.044.7
6114.902.2
4615.461.2
3715.359.2
89JUMLAH EKUITAS
14.315.328
15.201.745
16.544.730
17.409.621
17.957.690
17.850.646
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
32.787.133
34.228.658
45.305.086
51.693.323
55.041.487
52.818.187
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan (Neraca)
b) Data yang diambil dari Laporan Laba / Rugi
PT. INDOSAT TbkLAPORAN LABA RUGI
Periode 2005 - 2010( Dalam Jutaan Rupiah )
Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pendapatan Usaha11.589.79
112.239.40
716.488.49
518.659.13
318.824.1
8619.796.51
5
Beban Usaha 7.937.874 8.840.74811.968.89
113.925.85
415.611.1
7116.322.57
1Laba Usaha 3.651.917 3.398.659 4.519.604 4.733.279 3.213.01 3.473.944
75
5Penghasilan (beban) lain - lain
(1.299.208)
(1.375.754)
(1.589.988)
(2.408.164) -981.022
(2.392.127)
Bagian Laba (Rugi) bersih 86
(238) - - - -
Laba Sebelum Pajak 2.352.795 2.022.667 2.929.616 2.325.115
2.231.993 1.081.817
Beban Pajak Penghasilan 697.924 576.107
(859.517)
(419.830)
(677.265)
(357.798)
Laba Bersih 1.623.481 1.410.093 2.042.043 1.878.5221.498.24
5 647.174Laba Per Saham Dasar 309,04 260,90 375,79 345,70 275,72 119,10Laba Per Saham Dilusian 309,04 258,82 375,79 345,70 - -Laba Per ADS Dasar 15.452,16 12.045,17 18.789,73 17.285,10
13.786,01 5.954,93
Laba Per ADS Dilusian 15.452,16 12.940,98 18.789,73 17.285,10 - -
B. Pembahasan dan Hasil
1. Analisis Perhitungan Tingkat Financial Leverage (DFL)
Dalam pendekatan solvabilitas perusahaan, maka dengan
menghubungkan pada pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT)
maka dapat dilakukan penilaian tingkat leverage (Degree of Financial
Leverage) yang menunjukkan tingkat sensitifitas Laba per Lembar
Saham Umum atas perubahan EBIT yang dihasilkan perusahaan.
Rumus yang digunakan untuk mengukurnya adalah sebagai berikut :
DFL = % ∆ EPS% ∆ EBIT
76
Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh nilai Degree of
Financial Leverage (DFL) PT. Indosat Tbk periode 2005 – 2010 pada
tabel 4.3 :
Tabel 4.3
Tingkat Financial Leverage (DFL)
PT. Indosat Tbk
Periode 2005 – 2010
(dalam jutaan rupiah)
Tahun EPS EBIT ∆ EPS ∆ EBIT DFL
2005 309,04 3.651.917 (48,14) (253.258) 2,248
2006 260,90 3.398.659 114,89 1.120.945 1,335
2007 375,79 4.519.604 (30,09) 213.675 (1,693)
2008 345,70 4.733.279 (69,98) (1.520.264) 0,6301
2009 275,72 3.213.015 (156,62) 260.929 (6,9951)
2010 119,10 3.473.944 - - -
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, kondisi Tingkat Financial
Leverage (DFL) PT. Indosat Tbk dari tahun 2005 hingga 2009
mengalami Fluktuatif. DFL pada tahun 2005 sebesar 2,248
menunjukkan bahwa setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 3.651.917
akan mengakibatkan perubahan EPS sebesar 2,248% dengan arah yang
sama. Atau dengan kata lain kenaikkan EBIT sebesar 10% akan
mengakibatkan kenaikan EPS sebesar 2,248 x 10% = 22,48%. Dan
77
sebaliknya penurunan EBIT sebesar 10% akan mengakibatkan adanya
penurunan EPS sebesar 2,248 x 10% = 22,48%.
DFL pada tahun 2006 sebesar 1,335 menunjukkan bahwa
setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 3.398.659 akan mengakibatkan
perubahan EPS sebesar 1,335% dengan arah yang sama. Atau dengan
kata lain kenaikan EBIT sebesar 10% akan mengakibatkan kenaikan
EPS sebesar 1,335 x 10% - 13,35%. Dan sebaliknya penurunan EBIT
sebesar 10% akan mengakibatkan adanya penurunan EPS sebesar
1,335 x 10% = 13,35%. DFL pada tahun 2006 sebesar 1,335%
mengalami penurunan 0,913% dari tahun 2005 sebesar 2,248%.
Penurunan ini disebabkan oleh nilai EPS yang turun sebesar 48,14 dari
tahun 2005 sebesar 309,04 menjadi 260,90 pada tahun 2006 dan
disertai pula nilai EBIT yang turun sebesar 253.258 dari tahun 2005
sebesar 3.651.917 menjadi 3.398.659 pada tahun 2006.
DFL pada tahun 2007 sebesar -1,693 menunjukkan bahwa
setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 4.519.604 akan mengakibatkan
perubahan EPS sebesar -1,693% dengan arah yang berlawanan. Nilai
DFL tahun 2007 pada EBIT 4.519.604 memiliki nilai negative yaitu -
1,693, nilai negative tersebut diakibatkan karena nilai EPS menurun
dari tahun 2007 sebesar 375,79 menjadi 345,70 pada tahun 2008 yang
mengakibatkan nilai perubahan EPS pada tahun 2007 sebesar -30,09
serta kenaikan EBIT dari tahun 2007 sebesar 4.519.604 menjadi
4.733.279 pada tahun 2008 dan menghasilkan nilai perubahan EBIT
78
213.675. Atau dapat disimpulkan bahwa DFLpada tahun 2007 sebesar
-1,693% mengalami penurunan 3,028% dari tahun sebelumnya yang
disebabkan oleh nilai EPS dan EBIT naik dari tahun 2006 ke tahun
2007.
DFL pada tahun 2008 sebesar 0,6301 menunjukkan bahwa
setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 4.733.279 akan mengakibatkan
perubahan EPS sebesar 0,6301% dengan arah yang sama. Atau dengan
kata lain kenaikan EBIT sebesar 10% akan mengakibatkan kenaikan
EPS sebesar 0,6301 x 10% = 6,301%. Dan sebaliknya penurunan EBIT
sebesar 10% akan mengakibatkan adanya penurunan EPS sebesar
0,6301 x 10% = 6,301%. Kondisi DFL pada tahun 2008 sebesar
0,6301% mengalami kenaikan sebesar 1,0629% dari tahun 2007.
Kenaikan ini disebabkan karena nilai EPS tahun 2008 turun sebesar
30,09 dari tahun 2007 akan tetapi nilai EBIT tahun 2008 naik sebesar
213.675 dari tahun 2008.
Kondisi DFL pada tahun 2009 sebesar -6,9951 atau mengalami
penurunan sebesar 7,6252 dari tahun 2008 sebesar 0,6301. Penurunan
tersebut disertai juga dengan penurunan nilai EPS dan EBIT dari tahun
2007. Atau dengan kata lain DFL pada tahun 2009 sebesar -6,9951
menunjukkan bahwa setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 3.213.015
akan mengakibatkan perubahan EPS sebesar -6,9951% dengan arah
yang berlawanan. Nilai DFL tahun 2009 pada EBIT 3.213.015
79
memiliki nilai negative yaitu -6,9951, nilai tersebut dikarenakan nilai
perubahan EPS negative sedangkan nilai perubahan EBIT positive.
Dari analisis diatas, kondisi nilai DFL sangat dipengaruhi oleh
nilai perubahan EBIT dan EPS. Perubahan naik / turun suatu nilai DFL
dari tahun ke tahun selanjutnya dipengaruhi oleh naik / turun nilai
EBIT dan EPS misalnya DFL pada tahun 2006 dikatakan naik pada
tahun 2007 jika nilai EPS naik diikuti oleh naiknya nilai EBIT begitu
pula sebaliknya. Serta DFL dikatakan turun jika nilai EPS turun dan
EBIT naik begitu sebaliknya. Sedangkan nilai DFL positive
dipengaruhi oleh ∆EPS positive dan ∆EBIT positive atau ∆EPS
negative dan ∆EBIT negative, serta nilai DFL negative dipengaruhi
oleh ∆EPS bernilai negative dan ∆EBIT bernilai posive begitu pula
sebaliknya.
2. Analisis Perhitungan Risiko Bisnis
Risiko Bisnis adalah ketidak pastian yang inheren didalam
proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan ( return on
invested capital = ROIC) di dalam sebuah perusahaan.
ROIC = NOPAT
Total Kewajibandan Ekuitas
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai Risiko Bisnis PT.
Indosat Tbk periode 2005 – 2010 pada tabel 4.4 :
Tabel 4.4
80
Return On Invested Capital (ROIC)
PT. Indosat Tbk
Periode 2005 – 2010
(dalam jutaan rupiah)
Tahun NOPAT Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas ROIC
2005 1.623.481 32.787.133 0,050
2006 1.410.093 34.228.658 0,042
2007 2.042.043 45.305.086 0,045
2008 1.878.522 51.693.323 0,033
2009 1.498.245 55.041.487 0,027
2010 647.174 52.818.187 0,012
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, kondisi ROIC pada PT. Indosat
Tbk rata – rata mengalami penurunan. Pada tahun 2005 kondisi ROIC
pada PT. Indosat Tbk sebesar 0,050 dan tahun 2006 sebesar 0,042
mengalami penurunan sebesar 0,008 dari tahun 2005. Pada tahun 2007
kondisi ROIC sebesar 0,045 atau mengalami kenaikan 0,003 dari tahun
2006. Pada tahun 2008 kondisi ROIC sebesar 0,033 atau mengalami
penurunan sebesar 0,012 dari tahun 2007. Dan tahun 2009 kondisi
ROIC sebesar 0,027 atau mengalami penurunan sebesar 0,006 dari
tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2010 kondisi ROIC sebesar 0,012
atau mengalami penurunan sebesar 0,015 dari tahun 2009. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa tinggi rendahnya ROIC dipengaruhi
oleh besar kecilnya nilai NOPAT.
81
3. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Risiko Bisnis
c. Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh hubungan tingkat financial
leverage terhadap risiko bisnis, sebagaimana judul skripsi yang penulis
tetapkan yaitu ”Pengaruh Financial Leverage Terhadap Risiko
Bisnis pada PT. Indosat Tbk”. Maka untuk membuktikan statement
tersebut perlu adanya penelitian dan pengujian hipotesis terhadap data
yang telah diperoleh yang berkaitan dengan kedua variabel diatas.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mendapatkan relevansi atas hasil
pengujian dimaksud akan penulis gunakan dasar analisis instrument
dalam pengujian kedua variabel diatas. Adapun instrument yang
dimaksud adalah dengan membuat perhitungan melalui analisis
regresi, analisis korelasi, koefisien determinan dan t hitung serta t table.
Sesuai dengan instrument yang akan dipergunakan sebagai
dasar analisis tersebut diatas, maka untuk membuat suatu hubungan
antara kedua variabel akan dipergunakan pendekatan sebagai notasi
kedua variabel yaitu variabel x untuk financial leverage dan variabel y
untuk risiko bisnis.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh variabel x
dan variabel y maka penulis pertama akan menggunakan analisis
regresi. Adapun formulasi yang digunakan adalah :
b=n∑ xy−¿¿¿
a=∑ y−b∑ x
n
82
Untuk menggunakan variabel – variabel dalam formula diatas
yaitu n, x, y maka dapat dihitung regresi (a) dan (b) antara financial
leverage (x) dengan risiko bisnis (y) PT. Indosat Tbk. Berikut penulis
sajikan tabel mengenai kedua variabel sebagai dasar perhitungan
dalam mencari nilai regresi :
Tabel 4.5
Regresi
PT. Indosat Tbk
Periode 2005 – 2010
(dalam jutaan rupiah)
Tahun DFL (X) ROIC (Y) XY X² Y²
2005 2,248 0,050 0,1124 5,053.504 0,0025
2006 1,335 0,042 0,05607 1,782225 0,001764
2007 (1,693) 0,045 (0,076185) 2,866249 0,002025
2008 0,6301 0,033 0,0207933 0,39702601 0,001089
2009 (6,9951) 0,027 (0,1888677) 48,93142401 0,000729
2010 - 0,012 - - 0,000144
∑ -4,475 0,209 (0,0757894) 59,03042802 0,008251
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas maka nilai regresi (a) dan (b)
dapat dihitung sebagai berikut :
b=n∑ xy−¿¿¿
83
b=(6 x−0,0757894 )−(−4,475 )(0,209)
(6 x 59,03042802 )−(−4,475) ²
b=−0,4547364−(−0,935275)(354,1825681 )−(20,025625)
b= 0,4805386334,1569431
b=0,001438062593
b ≈ 0,0014
Untuk menghitung nilai a :
a=∑ y−b∑ x
n
a=0,209−(0,0014)(−4,475)
6
a=0,209−(−0,006265)
6
a=0,2152656
a=0,0358775
a ≈ 0,0359
berdasarkan hasil perhitungan analisis koefisien regresi tersebut diatas
menunjukkan hasil (a) adalah 0,0359 dan (b) 0,0014. Atau dapat
diperoleh persamaan model regresi yang distandarkan yaitu :
Risiko Bisnis = 0,0359 + 0,0014 DFL
Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan tingkat financial
leverage maka akan meningkatkan risiko bisnis sebesar 0,0373 apabila
faktor – faktor lain tidak berubah.
84
Selanjutnya penulis akan mencari analisis koefisien korelasi
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara financial leverage
dengan risiko bisnis. Untuk kelengkapan poengaruh financial leverage
dengan risiko bisnis, berikut akan penulis sajikan pula analisis
koefisien korelasi kedua variabel diatas. Adapun formulasi yang
digunakan adalah :
r=n∑ xy−∑ x∑ y
√n∑ x2−¿¿¿¿
Untuk menggunakan variabel – variabel dalam formula diatas
yaitu n, x, y, maka dapat dihitung koefisien korelasi (r) antara financial
leverage (x) dengan risiko bisnis (y) PT. Indosat Tbk. Berikut penulis
sajikan tabel mengenai kedua variabel sebagai dasar perhitungan
dalam mencari nilai koefisien korelasi.
Tabel 4.6
Koefisien Korelasi
PT. Indosat Tbk
Periode 2005 – 2010
(dalam jutaan rupiah)
Tahun DFL (X) ROIC (Y) XY X² Y²
2005 2,248 0,050 0,1124 5,053.504 0,0025
2006 1,335 0,042 0,05607 1,782225 0,001764
2007 (1,693) 0,045 (0,076185) 2,866249 0,002025
2008 0,6301 0,033 0,0207933 0,39702601 0,001089
85
2009 (6,9951) 0,027 (0,1888677) 48,93142401 0,000729
2010 - 0,012 - - 0,000144
∑ -4,475 0,209 (0,0757894) 59,03042802 0,008251
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.6 diatas maka nilai koefisien korelasi (r) dapat
dihitung sebagai berikut :
r=n∑ xy−∑ x∑ y
√n∑ x2−¿¿¿¿
r=6 (−0,0757894 )−(−4,475 )(0,209)
√ (6 x59,03042802 )−(−4,475) ² .√ (6 x0,008251 )−(0,209) ²
r=−0,4547364−(−0,935275)
√354,1825681−20,025625 .√0,049506−0,043681
r= 0,4805386
√334,1569431 .√0,005825
r= 0,4805386(18,27996015 )(0,076321687)
r= 0,48053861,395157408
r=0,344433249
r ≈ 0,34
Berdasarkan hasil perhitungan analisis koefisien korelasi tersebut
diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r) adalah 0,34. Dengan
86
demikian merupakan suatu indikator bahwa hubungan financial
leverage dengan risiko bisnis terdapat suatu hubungan atau pengaruh
hanya saja dalam tahap lemah. Atau untuk melihat berapa persen
pengaruh financial leverage terhadap risiko bisnis, penulis akan
menjelaskannya dengan perhitungan Koefisien Determinan. Koefisien
Determinan dapat dihitung sebagai berikut :
KD = r² x 100%
= (0,34)² x 100%
= 0,1156 x 100%
= 11,56%
Berdasarkan perhitungan koefisien determinan diatas diperoleh nilai
KD sebesar 11,56%. Hal ini membuktikan bahwa Financial Leverage
PT. Indosat Tbk hanya dipengaruhi oleh Risiko Bisnis sebesar 11.56%,
sedangkan selebihnya yaitu 100% - 11,56% = 88,44% dipengaruhi
oleh faktor lain.
Dengan melihat hasil beberapa analisis diatas dapat
disimpulkan bahwa financial leverage memiliki pengaruh atau
hubungan terhadap risiko bisnis hanya saja lemah. Hipotesis penulis,
bahwa variabel x (financial leverage) akan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel y (risiko bisnis), maka hipotesis itu akan
diuji dengan cara mencari t hitung dan t table, yaitu dengan asumsi :
87
Ho = 0
Ha ≠ 0
Jika Ho = 0 berarti bahwa antara variabel x dan y tidak signifikan.
Sedangkan Ha ≠ 0 adalah adanya hubungan yang signifikan antara
variabel x dan variabel y. Sebelumnya adalah menghitung t hitung dengan
rumus sebagai berikut :
t hitung=r❑√n−2❑√1−r ²
t hitung=0,34❑√6−2
❑√1−(0,34) ²
t hitung=0,34❑√4
❑√1−0,1156
t hitung=0,68
❑√0,8844
t hitung=0,68
0,940425435
t hitung=0,723076997
t hitung ≈ 0,72
Setelah mendapatkan t hitung, maka selanjutnya adalah menghitung t table.
Hipotesis ini dilakukan dengan menentukan nilai kritis pengujian
dengan memperhatikan derajat kebebasan (df = n-2) dan tingkat
signifikan α yang digunakan. Pengujian ini menggunakan rumus :
88
Α = 0,05
Df = 6 – 2 = 4
t table = t (α, df)
t table = t (0,05 ; 4)
t table = 2,13
Berdasarkan perhitungan diatas dimana t hitung = 0,72 untuk tingkat
kesalahan 5% dan t table 2,13, jadi dapat diketahui bahwa t hitung < t table
atau 0,72 < 2,13. Dengan demikian Ho diterima berarti tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara financial leverage terhadap risiko
bisnis pada PT. Indosat Tbk.
89
90