139
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa pembangunan seperti saat ini, persaingan di dunia usaha baik di sektor industri maupun jasa semakin tajam. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan berupaya untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan antara lain: menyesuaikan diri terhadap perubahan – perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar perusahaan serta mengupayakan agar setiap sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan digunakan secara efektif dan efisien. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya memerlukan dana yang cukup agar operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Perusahaan yang kekurangan dana akan mencari dana untuk menutupi kekurangannya akan dana tersebut. Dana 1

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam masa pembangunan seperti saat ini, persaingan di dunia usaha

baik di sektor industri maupun jasa semakin tajam. Hal ini menyebabkan

setiap perusahaan berupaya untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan antara lain: menyesuaikan

diri terhadap perubahan – perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar

perusahaan serta mengupayakan agar setiap sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan digunakan secara efektif dan efisien.

Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya memerlukan dana yang

cukup agar operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Perusahaan

yang kekurangan dana akan mencari dana untuk menutupi kekurangannya

akan dana tersebut. Dana tersebut bisa diperoleh dengan cara memasukan

modal baru dari pemilik perusahaan atau dengan cara melakukan pinjaman ke

pihak di luar perusahaan. Apabila perusahaan melakukan pinjaman kepada

pihak di luar perusahaan maka akan timbul utang sebagai konsekuensi dari

pinjamannya tersebut dan berarti perusahaan telah melakukan financial

leverage. Semakin besar utang maka financial leverage-nya juga akan

semakin besar. Berarti resiko yang dihadapi perusahaan akan semakin besar

karena utangnya tersebut.

1

Page 2: BAB I

Financial levarage dianggap menguntungkan apabila laba yang di peroleh

lebih besar dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utang

tersebut. Financial leverage di anggap merugikan apabila laba yang diperoleh

lebih kecil dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utangnya

tersebut. Financial Leverage adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai

sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (Utang dan Saham Preferen)

digunakan dalam struktur modal perusahaan. Dengan demikian alasan yang

kuat untuk menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan

pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Perusahaan menggunakan

financial leverage dengan tujuan agar return yang diperoleh lebih besar

daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan

return pemegang saham. Konsep leverage tersebut sangat penting terutama

untuk menunjukkan kepada analisis keuangan dalam melihat trade-off antara

risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan financial.

Dalam menanamkan investasinya perusahaan mengharapkan

pengembalian yang maksimal dari investasinya tersebut. Penggunaan utang

dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan

diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik

perusahaan dibandingkan hanya dengan menggunakan modal sendiri yang

jumlahnya lebih terbatas. Apabila aktiva perusahaan dikelola dengan baik dan

maksimal maka laba yang akan di dapat menjadi maksimal pula, karena aktiva

perusahaan digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan

yang tujuannya untuk menghasilkan laba.

2

Page 3: BAB I

Meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan maka akan

mengakibatkan aktiva perusahaan juga meningkat. Dengan meningkatnya

aktiva perusahaan maka diharapkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan

tersebut juga akan meningkat. Apabila laba perusahaan tersebut meningkat

maka return on equity (ROE) juga akan meningkat. Di samping itu pula

financial leverage juga mengalami kenaikan akibat dari meningkatnya

penggunaan utang oleh perusahaan tersebut. Return on equty (ROE)

merupakan hasil pengembalian atas ekuitas pemegang saham dengan

mengukur laba yang diperoleh terhadap nilai bukunya. Hal ini sangat penting

menyangkut kepada para investor dan pihak kreditur sebagai dasar

pengambilan keputusan. Jika ingin melakukan investasi pada suatu

perusahaan, investor atau calon investor memerlukan informasi mengenai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang di lihat dari return

yang diterima oleh investor dan melihat bagaimana perusahaan tersebut

mengelola aktivanya. Pihak manajemen perusahaan yang melakukan financial

leverage akan dilihat oleh investor dan calon investor dalam mengelola

dananya tersebut. Apabila dana tersebut bisa dikelola dengan baik maka akan

dapat meningkatkan laba yang di peroleh dan berarti return yang dihasilkan

akan meningkat pula. Hal ini akan di lihat pula oleh para kreditur untuk

menentukan kebijakan dalam menyalurkan dananya.

Keadaan ekonomi yang tidak stabil dewasa ini tidak menghilangkan

minat investor untuk menanamkan kelebihan dan banya keberbagai sektori

ndustri. Dengan menginvestasikan kelebihan dananya, investor berharap

3

Page 4: BAB I

menerima imbalan dari investasinya tersebut. Investasi yang akan dilakukan

oleh investor adalah investasi yang menjanjikan keuntungan tertinggi atau

yang sesuai dengan risikonya. Risiko dapat didefinisikan prospek suatu hasil

yang tidak disukai. Sedangkan laba perusahaan digunakan sebagai alat untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat

terutama pada pemegang saham dan calon investor, laba ini memberikan

informasi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan atau

mempercayai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham lebih besar

nilainya dari hak yang akan mereka peroleh.

Berdasarkan uraian diatas , maka dalam penulisan penelitian ini

penulis tertarik untuk menguji pengaruh financial leverage terhadap risiko

bisnis. Hal ini menarik untuk diteliti karena investor akan selalu melakukan

investasi saham yang memiliki risiko terendah tetapi memiliki tingkat

keuntungan yang tinggi, disamping itu laba juga menjadi pertimbangan yang

utama dalam berinvestasi terutama pada investasi saham. Maka penulis

mengambil judul penulisan : “PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE

TERHADAP RISIKO BISNIS PADA PT. INDOSAT Tbk Periode 2005 - 2010”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan

tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut

sebanyak beban tetap yang harus dibayar.

4

Page 5: BAB I

2. Variabilitas harga bukan satu - satunya faktor dari risiko bisnis.

3. Pengaruh dari Financial Leverage adalah meningkatnya penggunaan utang

oleh perusahaan maka akan mengakibatkan aktiva perusahaan juga

meningkat.

4. Financial Leverage hanya merupakan pendanaan sebagian aktiva

Perusahaan.

5. Perusahaan tidak memikirkan risiko dari Financial Leverage.

6. Masalah Financial Leverage baru timbul setelah perusahaan meggunakan

dana dengan beban tetap.

7. Sumber dana perusahaan yang digunakan adalah sumber dana intern.

8. Koefisien Variasi dapat dilakukan sebagai Pengukur Risiko.

9. Risiko yang dihadapi perusahaan bukan hanya jenis Risiko Bisnis.

10. Perusahaan belum dapat meningkatkan labanya untuk menghindari Risiko

Bisnis.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi

permasalahan yang akan dibahas, yaitu:

1. Financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan

tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut

sebanyak beban tetap yang harus dibayar.

2. Variabilitas harga bukan satu - satunya faktor dari risiko bisnis.

5

Page 6: BAB I

3. Pengaruh dari Financial Leverage adalah meningkatnya penggunaan utang

oleh perusahaan maka akan mengakibatkan aktiva perusahaan juga

meningkat.

4. Periode waktu perhitungan penelitian ini mengambil sampel laporan

keuangan dari tahun 2005 - 2010.

D. Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah penulis kemukakan, maka penulis akan

merumuskan beberapa permasalahan, antara lain:

1. Bagaimanakah masalah dari Financial Leverage terhadap PT. Indosat Tbk?

2. Bagaimana mengetahui faktor – faktor risiko bisnis pada PT. Indosat Tbk?

3. Bagaimana pengaruh financial leverage terhadap risiko bisnis pada PT.

Indosat Tbk?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui masalah dari Financial Leverage terhadap PT.

Indosat Tbk.

b. Untuk mengetahui faktor – faktor risiko bisnis pada PT. Indosat Tbk.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh financial leverage terhadap

risiko bisnis yang terjadi pada PT. Indosat Tbk.

6

Page 7: BAB I

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah

wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen

keuangan terutama yang terkait dengan leverage keuangan dan risiko

bisnis serta dapat membandingkan antara teori - teori yang pernah

penulis dapat selama masa kuliah dengan kenyataan yang terjadi di

lapangan.

b. Bagi Perusahaan

Bagi investor, pemegang saham dan perusahaan penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

dengan menentukan langkah – langkah untuk mengantisipasi adanya

risiko dalam setiap keputusan investasi. Penelitan ini diharapkan dapat

bermanfaat sebagai bahan acuan bagi perkembangan perusahaan, serta

sebagai bahan evaluasi dan solusi terhadap tingkat leverage keuangan

yang mempengaruhi risiko bisnis pada perusahaan.

c. Bagi Universitas

Sebagai pengajuan tugas akhir untuk syarat memperoleh gelar Sarjana

Strata Satu (S1), serta sebagai tambahan referensi pustaka mahasiswa

Universitas Pamulang.

7

Page 8: BAB I

F. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu leverage keuangan

sebagai variable independen dan risiko bisnis sebagai variable dependen.

Hubungan kedua variable yaitu hubungan satu arah (linier), dimana variable

independen mempengaruhi variable dependen.

Pengertian Financial Leverage adalah suatu ukuran yang menunjukkan

sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (Utang dan Saham

Preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan.

Risiko Bisnis adalah ketidakpastian pada perkiraan pendapatan operasi

perusahaan dimasa mendatang.

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

G. Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan

sering sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun

dasar penelitian lebih lanjut, angapan sebagai suatu hipotesis merupakan data

8

Page 9: BAB I

tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila digunakan sebagai dasar

pembuatan harus diuji dahulu dengan menggunakan data observasi.

Adapun hipotesis penelitian ini diduga terdapat pengaruh antara tingkat

Financial Leverage terhadap Risiko Bisnis.

1. H0 : β = 0 : tidak terdapat pengaruh signifikan antara tingkat

financial leverage terhadap risiko bisnis.

2. Ha : β ≠ 0 : terdapat pengaruh secara signifikan antara tingkat

financial leverage terhadap risiko bisnis.

H. Sistematika Penulisan

Penelitian ini dilaporkan secara terperinci dalam lima bab dengan

uraian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Di dalam bab ini dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis serta sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori yang berhubungan dengan manajemen

keuangan, leverage keuangan serta risiko bisnis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

9

Page 10: BAB I

Bab ini memuat ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan

data dan operasional variabel penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang analisa dan pembahasan permasalahan

mengenai tingkat leverage keuangan dan risiko bisnis serta hasil

pengujian hipotesis tentang pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan singkat mengenai penelitian dan

keterbatasan penelitian serta saran untuk peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Keuangan

10

Page 11: BAB I

1. Pengertian Manajemen Keuangan

James C. van Horne (2007:5), mendefinisikan manajemen

keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan,

pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (2009:3) dalam

bukunya Manajemen Keuangan mengemukakan tentang manajemen

keuangan dari segi yang lain, pengertian manajemen keuangan dapat

dirumuskan dari tugas dan tanggung jawab para manajer keuangan,

meskipun tugas dan tanggung jawabnya berbeda - beda pada setiap

perusahaan, namun tugas pokok manajemen keuangan antara lain

menyangkut keputusan tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan

usaha dan pembagian deviden pada berbagai perusahaan.

Sementara itu Brigham dan Houston (2009:6) mengatakan

manajemen keuangan adalah seni (art) dan ilmu (science), untuk me-

menage uang, yang meliputi proses, institusi / lembaga, pasar, dan

instrumen yang terlibat dengan masalah transfer uang di antara individu,

bisnis, dan pemerintah.

Beranjak dari pendapat beberapa pakar tersebut, maka dapat kita

ketahui arti manajemen keuangan adalah suatu proses untuk mendapatan

dana dari debitur yang terbaik dan mengorganisasi dana sedemikian rupa

sehingga bermanfaat bagi kegiatan perusahaan. Dalam setiap kegiatan

operasionalnya perusahaan memerlukan sejumlah dana, dan dari dana

tersebut oleh perusahaan digunakan untuk membelanjai beberapa aktiva.

11

Page 12: BAB I

Dengan demikian pada prinsipnya lingkup manajemen keuangan adalah

kegiatan yang berkaitan dengan pencarian dana (obtaining of fund) dan

penggunaan dana (use of fund) secara efektif dan efisien.

2. Analisis Rasio Keuangan

Menurut Jumingan (2005:242-246) dalam bukunya Analisis

Laporan Keuangan, analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan

membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik

secara individu maupun bersama - sama guna mengetahui hubungan di

antara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laba rugi. Analisa dan

interpretasi dari macam - macam rasio dapat memberikan pandangan yang

lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para

analisis yang ahli dan berpengalaman dibandingkan dengan analisa yang

hanya didasarkan atas data keuangan sendiri - sendiri yang tidak berbentuk

rasio.

Untuk lebih jelasnya, formula rasio dan tujuan penggunaan masing

- masing rasio dapat djabarkan sebagai berikut:

a. Rasio Modal Kerja (Ratio Likuiditas)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka

pendeknya. Rasio likuiditas ini dapat menilai kondisi perusahaan

sebagai berikut:

12

Page 13: BAB I

Kemampuan Perusahaan untuk membayar kewajiban

jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.

Keefektifan manajemen mengunakan modal kerja

perusahaan.

Perkembangan posisi keuangan jangka pendek.

Rasio Likuiditas meliputi:

1) Rasio Lancar (Current Ratio) = Aktiva Lancar

Hutang Lancar

Rasio ini menunjukkan sejauhmana aktiva lancar menutupi

kewajiban-kewajiban lancar.

2) Rasio Cepat = Aktiva Lancar (Persediaan+Prepaid Expense )

Hutang Lancar

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling

likuid mampu menutupi hutang lancar, rasio ini disebut juga

Acid Test Ratio.

3) Rasio Kas (Cash Ratio) = Kas+Surat Barharga

Kewajiban Lancar

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar

kewajiban lancarnya dengan modal yang tertanam dalam kas

dan surat berharga.

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya

apabila perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan.

13

Page 14: BAB I

Rasio Solvabilitas meliputi:

1) Rasio Hutang Atas Modal (DER) = Total HutangTotal Modal

Rasio ini menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat

menutupi hutang - hutang kepada pihak luar. Rasio ini disebut

juga Ratio Leverage.

2) Rasio Hutang Atas Aktiva = Total AktivaTotal Hutang

Rasio ini menunjukkan barang dapat ditutupi oleh aktiva, lebih

besar rasionya lebih aman (solvable).

c. Rasio Aktivitas

Rasio ini menggambaran aktivitas yang dilakukan perusahaan

dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,

pembelian dan kegiatan lainnya.

Rasio aktivitas terdiri dari:

1) Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan

Persediaan

Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan

dalam siklus produksi normal. Sedangkan besar rasio ini

semakin banyak karena dianggap bahwa keiatan berjalan cepat.

2) Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan

Aktiva Tetap Bersih

Rasio ini menunjukkan beberapa kali nilai aktiva berputar bila

diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin

14

Page 15: BAB I

baik artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan

yang tinggi.

3) Rasio Perputaran Total Aktiva = Penjualan

Total Aktiva

Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari

volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan

semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio

tersebut semakin baik.

d. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas

Rasio Rentabilitas adalah bukti pendukung mengenai kemampuan

perusahaan memperoleh laba dan sejauh mana keefektifan

pengelolaan perusahaan.

Rasio Rentabilitas antara lain:

1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) = Penjualan−HPP

Penjualan

Rasio ini merupakan efisiensi pengendalian harga pokok atau

biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan

untuk berproduksi secara efisien. Dalam mengevaluasi dapat

dilihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan

tersebut sensitif terhadap pesaingnya.

2) Margin Laba (Profit Margin) = Laba BersihPenjualan

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan

bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.

15

Page 16: BAB I

3) Rentabiltas Ekonomi = EBIT (Laba SebelumBunga)

Total Aktiva

Daya laba mencoba mengukur efektivitas perusahaan dalam

memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang menunjukkan

rentabilitas ekonomi perusahaan. Tinggi rendahnya rentabilitas

ekonomi tergantung dari:

a) Operasi Margin Laba =

EBIT (Laba SebelumBunga dan Pajak )Penjualan

Yaitu perbandingan antara laba usaha dan penjualan.

b) Perputaran Aktiva (Asset Turn Over) = Penjualan Bersih

Total Aktiva

Yaitu menggambarkan perputaran aktiva diukur dari

volume penjualan.

c) Hasil Pengembalian Atas Total Aktiva = Laba BersihTotal Aktiva

Menunjukkan tingkat laba bersih yang dihasilkan dari total

aktiva.

d) Hasil Pengembalian atas Ekuitas = Laba Bersih

Ekuitas

Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan

mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat

keuntungan dari investasi yang dilakukan pemilik modal

sendiri atau pemegang saham. ROE menunjukkan

rentabilitas modal sendiri atau sering disebut rentabilitas

usaha.

16

Page 17: BAB I

B. Financial Leverage

1. Pengertian Leverage

Dalam ilmu fisika, leverage berarti menggunakan pengungkit (lever)

untuk mengungkit beban yang berat dengan menggunakan sedikit tenaga.

Dalam politik, orang - orang yang mempunyai leverage dapat mencapai

banyak hal dengan hanya sedikit bicara atau bertindak. Leverage adalah

perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukan beberapa bagian

aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Ukuran ini berhubungan

dengan keberadaan dan ketat tidaknya suatu persetujuan hutang.

Rasio - rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal

dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai

investasi dan operasional perusahaan.sumber yang berasal dari modal

asing akan meningkatkan risiko perusahaan. Oleh karena itu, makin

banyak menggunakan modal asing maka besar pula rasio leverage nya dan

berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya

jumlah hutang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan,

diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default

yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada

waktunya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan posisi bargaining yang

relatif baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang hutang dari pihak

kreditor.

17

Page 18: BAB I

Rasio leverage keuangan digunakan untuk mengukur hubungan

antara total aktiva dengan modal ekuitas yang digunakan untuk mendanai

aktiva. Semakin besar proporsi aktiva yang dibiayai dengan ekuitas saham,

semakin rendah rasio leverage keuangan. Untuk perusahaan yang berhasil

menggunakan leverage, rasio leverage yang tinggi dapat meningkatkan

pengembalian atas ekuitas.

Dalam konteks bisnis, leverage berarti penggunaan biaya tetap

dalam usaha untuk meningkatkan (atau lever up) probabilitas. Leverage

dibagi menjadi 2 jenis yaitu operating leverage dan financial leverage.

Leverage operasional atau operating leverage berkaitan dengan biaya

operasional tetap yang berhubungan dengan produksi barang atau jasa,

sementara leverage keuangan berkaitan dengan keberadaan biaya

pendanaan tetap, khususnya bunga utang. Kedue jenis leverage tersebut

dapat mempengaruhi tingkat dan variabilitas pendapatan setelah pajak

perusahaan, dan juga risiko serta pengembalian keseluruhan perusahaan.

Menurut Muljadi (2006:267) Leverage merupakan bagian atau porsi

dari biaya tetap yang menunjukkan resiko perusahaan sehubungan dengan

leverage sebagai indikator, maka leverage akan terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Operating Leverage

18

Page 19: BAB I

Merupakan ukuran bagi risiko operasi (operating risk/business

risk) yang dapat diketahui dari biaya tetap untuk kegiatan operasi

(fixed operating cost) dan dapat dilihat melalui laporan rugi laba.

b. Financial Leverage

Merupakan ukuran bagi risiko keuangan dan dapat diketahui dari

biaya tetap dari dana utang (fixed financial charges) yang

digunakan. Financial Leverage tinggi akan menyebabkan financial

risk juga tinggi, sehingga biaya modal juga tinggi.

4. Leverage Keuangan / Financial Leverage

Leverage keuangan melibatkan penggunaan pendanaan biaya tetap.

Leverage keuangan diperoleh karena oilihan sendiri, akan tetapi leverage

operasional kadang kala tidak. Leverage keuangan adalah hal yang selalu

merupakan pilihan. Tidak ada perusahaan yang disyaratkan untuk

memiliki utang jangka panjang atau pendanaan dengan saham preferen.

Sebagai alternatif, perusahaan dapat membiayai pengeluaran operasional

dan modalnya dari sumber – sumber internal dan penerbitan saham biasa.

Leverage keuangan digunakan dengan harapan dapat meningkatkan

pengembalian ke para pemegang saham biasa. Leverage yang

menguntungkan (favorable) atau positif terjadi jika perusahaan dapat

menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menggunakan dana

yang didapat dalam bentuk biaya tetap tersebut (dana yang didapat dengan

menerbitkan utang bersuku bunga tetap atau saham preferen dengan

19

Page 20: BAB I

tingkat dividen yang konstan) daripada biaya pendanaan tetap yang harus

dibayar. Berapa pun laba yang tersisa setelah pemenuhan biaya pendanaan

tetap, akan menjadi milik para pemegang saham biasa.

Leverage yang tidak menguntungkan (unfavorable) atau negatif

terjadi ketika perusahaan tidak memiliki hasil sebanyak biaya pendanaan

tetapnya. Menguntungkan atau tidaknya suatu leverage keuangan, atau

yang kadang disebut juga sebagai “memperdagangkan ekuitas” (trading on

equity), dinilai dalam hal pengaruhnya atas EPS bagi para pemegang

saham biasa. Akibatnya, leverage keuangan adalah tahap kedua dalam

proses pembesaranlaba yang memiliki dua tahapan. Dalam tahap pertama,

leverage operasional akan memperbesar pengaruh perubahan dalam

penjualan atas perubahan laba operasional. Dalam tahap kedua, manajer

keuangan memiliki pilihan untuk menggunakan leverage keuangan agar

dapat makin memperbesar pengaruh perubahan apa pun yang dihasilkan

dalam laba operasional atas perubahan EPS.

Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki

beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan

keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan

meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Financial

leverage dengan demikian menunjukan perubahan laba per lembar saham

(Earning Per Share atau EPS) sebagai akibat perubahan EBIT.

Perusahaan umumnya memiliki sumber pendanaan untuk membiayai

usahanya dari modal (Equitas) dan hutang. Hutang memiliki karakteristik

20

Page 21: BAB I

yang berbeda dari ekuitas walaupun sama - sama sebagai sumber

pendanaan. Ekuitas merupakan klaim sisa dari aktiva, yaitu selisih antara

nilai aktiva perusahaan dengan hutang perusahaan. Sedangkan hutang baik

jangka panjang maupun jangka pendek memiliki karakteristik yaitu

merupakan kewajiban yang harus dibayar kembali oleh perusahaan kepada

kreditur.

Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan

menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial

leverage) atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari

penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari

penggunaan dana itu. Financial leverage merugikan (unfavorable

leverage) jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari

penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar

(Riyanto, 2001).

Weston dan Copeland (1996) mengemukakan bahwa penggunaan

hutang akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan. Karena

dengan menggunakan lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri

maka beban tetap yang ditanggung perusahaan tinggi yang pada akhirnya

akan menyebabkan profitabilitas menurun. Penggunaan hutang akan

meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada suatu titik tertentu yaitu pada

struktur modal optimal, nilai perusahaan akan semakin menurun dengan

semakin besarnya proporsi hutang dalam struktur modalnya. Hal ini

disebabkan karena manfaat yang diperoleh pada penggunaan hutang

21

Page 22: BAB I

menjadi lebih kecil dibandingkan biaya yang timbul atas penggunaan

hutang tersebut.

Pengertian financial leverage (leverage keuangan) menurut

Keown, Seall, Martin, dan Patty (2000 : 496) adalah : “Pembiayaan

sebagian dari aset perusahan dengan surat berharga yang mempunyai

tingkat bunga yang tetap (terbatas) dengan mengharapkan peningkatan

yang luar biasa pada pendaatan bagi pemegang saham”. Dilihat dari

pengertian diatas leverage keuangan dimiliki perusahaan karena adanya

penggunaan modal / dana yang memiliki beban tetap dalam pembiayaan

perusahaan.

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland, memberikan

pengertian tentang faktor leverage atau degree of financial leverage untuk

mengukur tingkat leverage keuangan dalam suatu perusahaan sebagai

berikut : “Tingkat leverage keuangan didefinisikan sebagai rasio

persentase perubahan laba bersih yang tersedia untuk para pemegang

saham dengan persentase perubahan laba sebelum bunga dan pajak”.

Menurut Bambang Riyanto, pada financial leverage, penggunaan

dana dengan beban tetap adalah dengan tujuan untuk memperbesar

pendapatan per lembar saham biasa atau dikenal dengan istilah EPS =

Earning per Share. Sedangkan menurut Agus Sartono : “ Financial

leverage menunjukkan perubahan laba per lembar saham atau Earning per

Share (EPS) sebagai akibat perubahan earning before interest and tax

(EBIT) ”.

22

Page 23: BAB I

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan financial leverage adalah penggunaan sumber dana

yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan

tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga

akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.

Dengan demikian alasan yang kuat untuk menggunakan dana dengan

beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi

pemegang saham.

5. Manfaat Analisis Financial Leverage

Konsep financial Leverage sangat bermanfaat untuk analisis,

perencanaan dan pengendalian keuangan. Dalam manajemen keuangan,

Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of founds)

oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud

agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Jika semua

biaya bersifat variabel, maka akan memberikan kepastian bagi perusahaan

dalam menghasilkan laba. Tapi karena sebagai biaya perusahaan bersifat

biaya tetap, maka untuk menghasilkan laba diperlukan tingkat penjualan

minimum tertentu.

Perusahaan menggunakan financial leverage dengan tujuan agar

keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber

dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuangan pemegang

saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas (risiko)

keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan

23

Page 24: BAB I

yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan

menurunkan keuntungan pemegang saham.

6. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Perhitungan Financial Leverage

Dalam perhitungan leverage keuangan selalu berhubungan dengan

volume penjualan dan tingkat pendapatan sebelum bunga dan pajak :

a. Tingkat Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)

Tingkat perkembangan EBIT dipengaruhi oleh volume penjualan

dan biaya - biaya. Berdasarkan tendensi pengaruh perubahannya,

penggolongan biaya dibagi menjadi tiga jenis biaya. Biaya tersebut

meliputi biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel.

Secara umum ketiga jenis biaya dimaksud akan nampak pada

format rugi laba, dimana biaya semi variabel akan masuk dalam

elemen salah satu dari kedua jenis biaya (tetap atau variabel), hal ini

tergantung dari pengaruhnya terhadap unit produksi.

Leverage keuangan (financial leverage) berkenaan dengan

perubahan tingkat EBIT dalam hubungannya dengan pendapatan yang

tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common

stockholders).

b. EPS (Earning Per Share)

EPS sangat berpengaruh bagi para pemegang saham biasa untuk

mengetahui untung atau tidaknya suatu leverage keuangan. EPS ini

berfungsi untuk menghitung tingkat financial leverage yaitu mengukur

kepekaan EPS terhadap perubahan EBIT.

24

Page 25: BAB I

c. Biaya Modal Tetap

Biaya modal tetap yang ditanggung oleh perusahaan sangat

tergantung pada kombinasi utang dan modal saham atau struktur

modal yang dimiliki perusahaan. Struktur modal itu sendiri adalah

perimbangan semua sumber dana jangka panjang baik utang obligasi,

saham preferen, maupun saham biasa. Dengan demikian perusahaan

yang memiliki proporsi utang dan saham preferen relative lebih besar

dalam struktur modalnya akan memiliki biaya modal tetap yang besar

sehingga DFL akan tinggi dan begitu pula sebaliknya.

Dapat disimpulkan bahwa semua faktor - faktor yang

mempengaruhi leverage keuangan adalah berasal dari elemen - elemen

laporan rugi laba yaitu pada pos - pos pendapatan dan biaya - biaya

operasi perusahaan. Faktor - faktor tersebut diatas merupakan sumber

yang mempengaruhi besar kecilnya financial leverage yang diperoleh

perusahaan.

4. Perhitungan Tingkat Financial Leverage

Suatu perusahaan dikatakan menggunakan “financial leverage” jika

ia membelanjai sebagian dari aktivanya dengan sekuitas yang membayar

bunga yang tetap (misalnya, hutang pada bank, menerbitkan obligasi atau

saham preferen). Jika perusahaan menggunakan “financial leverage” atau

hutang, perubahan pada EBIT perusahaan akan mengakibatkan perubahan

yang lebih besar pada EPS (Earning per share) atau penghasilan per

lembar saham perusahaan.

25

Page 26: BAB I

Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki

beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan

keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan

meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Financial

leverage dengan demikian menunjukan perubahan laba per lembar saham

(earning per share atau EPS) sebagai akibat perubahan EBIT.

Untuk kuantitatif untuk sensitivitas EPS perusahaan terhadap

perubahan dalam laba operasional perusahaan disebut sebagai tingkat

leverage keuangan (degree of financial leverage–DFL). DFL untuk tingkat

laba operasional tertentu adalah perubahan persentase dalam EPS atas

perubahan persentase dalam laba operasional yang menyebabkan perubhan

dalam EPS.

DFL EBIT = % Perubahan EPS

% Perubahan EBIT

Jika persamaan diatas berguna untuk mengartikan DFL, sebuah

rumus alternative sederhana yang diturunkan dari persamaan diatas akan

lebih berguna untuk menghitung nilai DFL sebenarnya :

DFL EBIT = EBIT

EBIT – I – (PD/(1-t))

Yang dapat diformulasikan menjadi :

∆ EPS

DFL = EPS

26

Page 27: BAB I

∆ EBIT

EBIT

Atau:

Q (P - V) - F DFL = Q (P - V) - F – C

Setelah menghitung nilai DFL, selanjutnya menganalisis hasil dari

perhitungan DFL. DFL dapat diartikan, jika EBIT berubah (naik/turun)

sebesar n%, maka EPS akan berubah searah sebesar n% x DFL. Jadi DFL

menunjukkan tingkat sensitivitas EBIT terhadap EPS.

Pengertian financial leverage (leverage keuangan) menurut

Keown, Seall, Martin, dan Patty (2000 : 496) adalah : “Pembiayaan

sebagian dari aset perusahan dengan surat berharga yang mempunyai

tingkat bunga yang tetap (terbatas) dengan mengharapkan peningkatan

yang luar biasa pada pendapatan bagi pemegang saham”. Dilihat dari

pengertian diatas leverage keuangan dimiliki perusahaan karena adanya

penggunaan modal/dana yang memiliki beban tetap dalam pembiayaan

perusahaan.

Secara teknis leverage keuangan (financial leverage) biasanya

diukur dengan menggunakan rasio - rasio sederhana seperti berikut :

DER=TD

TE

Keterangan :DER = Debt to equity ratio.TE = Total ekuitas

27

Page 28: BAB I

TD = Total hutang

Dalam pendekatan solvabilitas perusahaan, maka dengan

menghubungkan pada pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) maka

dapat dilakukan penilaian tingkat leverage keuangan (degree of financial

leverage) yang menunjukkan tingkat sensitivitas laba per lembar saham

umum atas perubahan EBIT yang dihasilkan perusahaan. Rumus yang

biasa digunakan untuk mengukurnya adalah sebagai berikut:

DFL= %Δ EPS

%Δ EBIT

Keterangan :DFL = degree of financial leverage.EPS = Laba per lembar saham.EBIT = laba sebelum bunga dan pajak.

EPS = (EBIT – I) (1-t) – PD

NS

Dimana :

I = bunga tahunan yang dibayar

PD = dividen preferen tahunan yang dibayar

t = tarif pajak badan

NS = jumlah saham biasa yang beredar

C. Risiko

1. Pengertian Risiko

28

Page 29: BAB I

Risiko adalah suatu keadaan dimana kemungkinan timbulnya

kerugian yang dapat diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data

sebagai informasi. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi

oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa

yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat

menguntungkan atau merugikan.

Menurut Wideman, ketidak pastian yang menimbulkan

kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang

(Opportunity), sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang

merugikan dikenal dengan istilah risiko (Risk). Secara umum risiko dapat

diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan

dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.

2. Jenis - jenis Risiko

Risiko adalah suatu keadaan dimana kemungkinan timbulnya

kerugian yang dapat diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data

sebagai informasi. Konsep penyimpangan dari hasil yang diharapkan

menjadi dasar pengukuran risiko. Teknik statistik deviasi bisa dipakai

untuk melihat sejauhmana penyimpangan dari suatu hasil yang

diharapkan. Dengan demikian teknik standar deviasi bisa dipakai untuk

melihat risiko suatu investasi. Empat dimensi baru dari risiko:

a) Risiko Bisnis (Bussiness Risk)

29

Page 30: BAB I

Risiko Bisnis adalah ketidak pastian yang inheren didalam

proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan ( return on

invested capital = ROIC) di dalam sebuah perusahaan. Risiko

bisnis ini diukur dengan deviasi standar dari Return On Equity.

Deviasi standar ROE (α ROE) mengukur variabilitas beberapa

ROE perusahaan dari nilai ROE yang diproyeksi perusahaan.

b) Risiko Keuangan (Financial Risk)

Risiko keuangan adalah risiko tambahan pada perusahaan akibat

keputusan menggunakan hutang atau risiko yang ditimbulkan dari

penggunaan hutang (financial leverage). Risiko keuangan

(financial risk) adalah kenaikan risiko pemegang saham, yang

melebihi risiko bisnis dasar, sebagai akibat dari penggunaan

leverage keuangan.

c) Risiko Operasi (operating risk)

Risiko operasi (Operating Risk) disini dimaksudkan dengan suatu

keadaan dimana perusahaan tidak mampu menutup operating

costnya. Dengan meningkatnya fixed operating cost maka

penjualan juga harus ditingkatkan agar bisa menutup semua

operating cost. Dengan perkataan lain, meningkatnya fixed

operating cost akan menyebabkan tingkat BEP juga bertambah

besar (faktor - faktor lain dalam keadaan tetap).

d) Total Risiko

30

Page 31: BAB I

Seperti halnya hubungan antara operating leverage dengan

operating risk dan financial leverage dengan dengan risiko

finansial (financial risk) maka total leverage mencerminkan total

risiko yang dikaitkan dengan kemampuan perusahaan untuk

menutup baik operating cost maupun financial cost. Dengan

meningkatnya biaya, terutama biaya - biaya tetap operasional dan

biaya tetap finansial akan menyebabkan tingginya total risiko yang

dihadapi karena perusahaan harus mampu melakukan penjualan

yang lebih besar untuk mencapai titik breakeven.

D. Risiko Bisnis

1. Pengertian Risiko Bisnis

Risiko Bisnis adalah ketidak pastian yang inheren didalam

proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan ( return on

invested capital = ROIC) di dalam sebuah perusahaan. Deviasi standar

ROE (α ROE) mengukur variabilitas beberapa ROE perusahaan dari nilai

ROE yang diproyeksi perusahaan.

Risiko Bisnis (business risk) yang didefinisikan sebagai

ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi tingkat pengembalian atas

aktiva (ROA) dari suatu perusahaan di masa mendatang / masa depan,

merupakan satu - satunya determinan terpenting dari struktur modal

perusahaan. Suatu perusahaan mempunyai risiko bisnis yang kecil bila

31

Page 32: BAB I

permintaan akan produknya stabil, harga - harga masukan produknya

relatif konstan, harga produknya dapat segera disesuaikan dengan

kenaikan biaya, dan sebagian besar biayanya bersifat variabel sehingga

akan menurun jika produksi dan penjualannya menurun. Apabila hal - hal

lain tetap sama, maka makin rendah risiko bisnis perusahaan, makin

tinggi risiko yang optimal.

Risiko bisnis antar industri dan antar perusahaan dalam industri

yang sama adalah berbeda - beda. Selanjutnya, risiko bisnis dapat

berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, perusahaan listrik selama

bertahun - tahun dianggap mempunyai risiko bisnis yang kecil, tetapi

adanya persaingan ketat mengubah situasi tersebut, yang menyebabkan

ROE sebagian perusahaan listrik menurun tajam, dan mengakibatkan

kenaikan tajam pada risiko industri tersebut. Dewasa ini, perusahaan

pemrosesan makanan dan toko - toko makanan dipandang sebagai contoh

industri yang memiliki risiko rendah, sementara industri yang bersifat

siklis, seperti baja, dianggap sebagai industri yang berisiko tinggi.

Perusahaan kecil dan produsen satu jenis produk juga mempunyai risiko

yang relatif tinggi.

Risiko bisnis sebagian tergantung pada sejauh mana biaya suatu

perusahaan bersifat tetap. Jika biaya tetap tinggi, penurunan sedikit saja

dalam penjualan dapat mengakibatkan penurunan yang besar dalam laba

operasi dan ROE. Karena itu, bila hal-hal lain tetap sama, makin tinggi

biaya tetap suatu perusahaan, makin besar risiko bisnisnya. Biaya tetap

32

Page 33: BAB I

yang lebih tinggi umumnya berkaitan dengan perusahaan dan industri

yang makin terotomatisasi dan padat modal, seperti perusahaan listrik,

perusahaan telepon, dan maskapai penerbangan.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Risiko Bisnis

Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor, antara lain:

a) Variabilitas permintaan (unit yang terjual)

Dengan asumsi hal - hal lain tetap, semakin stabil penjualan unit

produk perusahaaan, semakin kecil risiko bisnisnya. Jumlah

persaingan yang dihadapi suatu perusahaan merupakan faktor yang

berpengaruh.

b) Variabilitas harga jual

Perusahaan di mana produk - produknya dijual dalam pasar yang

sangat mudah berubah menghadapi risiko bisnis yang lebih tinggi

daripada perusahaan sejenis yang harga jual produknya relative

lebih stabil. Terlebih lagi, jumlah persaingan yang dihadapi

merupakan faktor yang sangat penting.

c) Variabilitas harga masukan

Perusahaan yang biaya masukannya, termasuk biaya

pengembangan produk, sangat tidak pasti dalam menghadapi risiko

bisnis yang tinggi.

d) Kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap

perubahan harga masukan

33

Page 34: BAB I

Sejumlah perusahaan menghadapi sedikit kesulitan dalam

menaikkan harga produknya apabila biaya masukkan naik, dan

semakin besar kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan harga

keluaran, maka semakin kecil risiko bisnisnya. Faktor ini penting

dalam kondisi tingkat inflasi yang tinggi.

e) Sejauh mana biaya - biaya bersifat tetap: leverage operasi

(operating leverage)

Jika persentase tinggi dari biaya adalah tetap, sehingga tidak

menurun apabila permintaan menurun, maka hal ini akan

memperbesar risiko bisnis perusahaan. Faktor ini disebut leverage

operasi (operating leverage).

Setiap faktor dipengaruhi oleh karakteristik industri perusahaan,

tetapi sampai tingkat tertentu juga dapat dikendalikan oleh manajemen.

Sebagai contoh, melalui kebijakan pemasarannya, perusahaan dapat

mengambil tindakan untuk menstabilkan jumlah unit yang terjual maupun

harga jual. Akan tetapi, stabilisasi ini mungkin memerlukan pengeluaran

besar untuk iklan atau konsesi harga untuk menarik pembeli agar membeli

sejumlah besar barang dengan harga yang pasti pada masa mendatang.

Semakin stabil penjualan unit produk perusahaaan, semakin kecil risiko

bisnisnya. Jumlah persaingan yang dihadapi suatu perusahaan merupakan

faktor yang berpengaruh.

3. Perhitungan Risiko Bisnis

34

Page 35: BAB I

Risiko Bisnis adalah ketidak pastian yang inheren didalam

proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan ( return on

invested capital = ROIC) di dalam sebuah perusahaan.

ROIC = NOPAT

Total Kewajibandan Ekuitas

• Jika perusahaan tidak memiliki utang , maka pembayaran bunga nya

akan nol, modalnya akan sama dengan ekuitas dan nilai ROIC – nya akan

sama dengan pengembalian atas ekuitasnya, ROE

ROIC (utang nol) = ROE = Laba bersih bagi pemegang saham biasa

Ekuitas biasa

Jadi, risiko bisnis perusahaan yang bebas pengungkitan (Leverage

free) dapat diukur oleh deviasi standar ROE (σROE ).

E. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Risiko BisnisUntuk mengetahui pengaruh tingkat financial leverage terhadap risiko

bisnis dapat dilihat pada variabel - variabel dalam laporan keuangan (rugi /

laba dan neraca) serta hubungannya dengan rumus tingkat financial leverage

dan rumus risiko bisnis diatas.

Sejauh ini yang diberikan dalam analisis EBIT-EPS hanya pada hal –

hal yang terjadi pada pengembalian untuk pemegang saham biasa, yang diukur

dengan EPS. Pendanaan utang adalah alternative yang lebih disukai dari sudut

pandang EPS. Akan tetapi, telah diketahui bahwa dampak dari pengembalian

yang diharapkan adalah hanya satu sisi dari koin. Sisi lainnya adalah pengaruh

leverage keuangan atas risiko. Grafik EBIT – EPS tidak memungkinkan

35

Page 36: BAB I

analisis risiko dengan tepat. Makin tinggi tingkat EBIT yang diharapkan,

dengan asumsi melebihi titik indiferens, makin kuat dugaan bahwa pilihan

akan jatuh pada pendanaan utang, jika semua hal lainnya dianggap tetap.

Risiko bisnis perusahaan dan hasil berbagai fluktuasi kemungkinan

EBIT, manajer keuangan harus menilai probabilitas EBIT. Jika probabilitas

tersebut kecil sekali, penggunaan alternative utang akan mendapat dukungan.

Di pihak lain, jika EBIT kini hanya sedikit di atas titik indiferens dan

probabilitas EBIT akan jatuh di bawah titik ini tinggi, maka manajer keuangan

dapat berkesimpulan bahwa alternative utang terlalu berisiko. Untuk distribusi

aman (memuncak), jelas tidak ada probabilitas EBIT akan jatuh dibawah titik

indiferens, dan alternative utang ini terlalu berisiko.

Singkatnya, makin besar tingkat EBIT yang diharapkan di atas titik

indiferens dan makin rendah probabilitas turunnya fluktuasi, makin kuat

dukungan atas penggunaan pendanaan utang.

BAB III

36

Page 37: BAB I

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Objek Penelitian

Tempat yang menjadi objek penelitian adalah PT Indosat Tbk yang

berlokasi di kantor pusat Gedung Indosat, Jalan Medan Merdeka Barat,

No. 21, Jakarta 10110. Telepon 021-54388888, 021-30003000, 021-

3011111/email - [email protected], website

www.indosat.com dan untuk memperoleh data dan informasi dalam

penulisan skripsi ini, penulis mengambil penelitian pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman Jakarta Pusat.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis dalam menyusun skripsi ini

bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif

menurut Hoetomo M.A yaitu penelitian yang data - datanya diambil

dalam bentuk angka - angka yang akan dideskripsikan atau pemaparan

dengan kata - kata secara jelas dan terperinci sesuai data yang ada.

Menurut Sugiyono (2009:23) : Data - data analisa yang digunakan adalah

data yang bersifat kuantitatif yaitu data - data yang bersifat angka.

3. Waktu / Periode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang dilakukan mulai

tanggal 1 sampai dengan 31 April 2012 waktu ini digunakan untuk

37

Page 38: BAB I

observasi, pengumpulan kepustakaan dan pengambilan data. Data yang

diambil adalah data tahun 2005 - 2010.

B. Populasi dan Sample

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek

atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh laporan keuangan PT. Indosat,

Tbk yang di ambil dari Bursa Efek Indonesia.

Sample adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Sample dalam penelitian laporan keuangan berupa

neraca dan laba rugi periode 2005 – 2010.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Sumber Data

Menurut Nasution (2005:112) Data adalah suatu pernyataan

tentang sesuatu yang sudah terjadi, tetapi belum diketahui. Menurut

Nasution (2005:114) Data menurut sumbernya terbagi 2, yaitu:

a. Data Primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan

atau suatu organisasi langsung melalui objeknya.

38

Page 39: BAB I

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah

jadi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kedua sumber data

tersebut.

2. Tekhnik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk

melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Library Research

Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang

diperoleh dengan membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan hal lain

yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk

memperoleh data yang valid.

b. Internet Research

Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau

pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau

kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang, penulis melakukan

penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu internet sehingga

data yang diperoleh up to date.

c. Field Research

Penelitian lapangan ini dilakukan dengan mengumpulkan data-

data dan informasi dengan cara:

1) Observasi

Penulis akan melakukan pengumpulan data dengan terlebih

dahulu melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian

39

Page 40: BAB I

yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mengambil data

perusahaan PT. Indosat Tbk. Penelitian ini dilakukan dengan

tujuan mendapatkan data yang relevan mengenai masalah yang

akan diteliti.

2) Studi Dokumentasi

Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan sejarah berdirinya perusahaan, struktur

organisasi perusahaan, dan laporan keuangan dari tahun 2005 -

2010.

3) Wawancara

Yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data penunjang

untuk membantu proses penelitian, yaitu untuk mencocokan

antara data yang telah ada dengan keadaan sebenarnya.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah :

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian

dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan mudah

diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan lintasan, pemyusunan data

dalam bentuk tabel, statistic deskriptif umumnya digunakan oleh

peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variable

penelitian dan demograsi responden jika ada.

40

Page 41: BAB I

2. Metode Regresi

Analisis regresi yang digunakan untuk mengetahui sampai

sejauh mana pengaruh variable satu dengan variable lainnya.

Bentuk persamaan :

Y = a + bX

Keterangan :

a = intersep

b = koefisien regresi (slop)

Untuk melihat bentuk korelasi antar variable dengan persaman

regresi tersebut maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu :

b=n∑ xy−¿¿¿

a=∑ y−b∑ x

n

3. Metode Analisis Korelasi

Untuk mendukung metode analisis tersebut di atas, formulasi

yang digunakan penulis dalam menganalisis data ini dengan

pendekatan koefisien korelasi Pearson “r” untuk mengetahui sejauh

mana hubungan antara analisis financial leverage dengan risiko bisnis

PT. Indosat Tbk yang dinyatakan sebagai berikut:

r=n∑ xy−∑ x∑ y

√n∑ x2−¿¿¿¿

Keterangan:

r = koefisien korelasi Pearson

n = jumlah responden

41

Page 42: BAB I

x = jumlah skor x

y = jumlah skor y

x² = jumlah kuadrat seluruh skor x

y² = jumlah kuadrat seluruh skor y

Menurut Iqbal Hasan (2004:43) koefisien korelasi adalah

indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat

hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan.

Untuk ketentuan hubungan, nilai koefisien berada di antara -1

dan +1. Untuk bentuk arah/hubungan, nilai koefisien korelasi

dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-), atau (-1 ≤ KK ≤ +1).

Dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel - variabel

berkorelasi positif, artinya jika variabel yang satu naik / turun

maka variabel yang lainnya juga naik/turun. Semakin dekat nilai

koefisien korelasi ke +1, semakin kuat korelasi positifnya.

2. Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variabel - variabel

berkorelasi negatif, artinya jika variabel yang satu naik / turun

maka variabel yang lainnya akan naik/turun. Semakin dekat nilai

koefisien korelasi ke -1, semakin kuat korelasi negatifnya.

3. Jika koefisien korelasi bernilai +1 atau -1 maka variabel-variabel

menunjukkan korelasi positif atau negatif sempurna.

42

Page 43: BAB I

Untuk menentukan keeratan hubungan / korelasi antar variabel

tersebut, berikut ini diberikan nilai dari KK (Koefisien Korelasi)

sebagai patokan.

Tabel 3.1

Interval Nilai Koefisien Korelasi “r” dan

Kekuatan Hubungan

No

.

Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

KK = 0,00

0,00 < KK ≤ 0,20

0,20 < KK ≤ 0,40

0,40 < KK ≤ 0,70

0,70 < KK ≤ 0,90

0,90 < KK ≤ 1,00

KK = 1,00

Tidak ada

Sangat rendah atau lemah sekali

Rendah atau lemah tapi pasti

Cukup berarti atau sedang

Tinggi atau kuat

Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan

Sempurna

4. Koefisien Determinan

Cara ini digunakan untuk memberikan interprestasi dari r, yaitu

untuk mengetahui seberapa besar sumbangan dalam persen variable

financial leverage terhadap risiko bisnis.

Dengan rumus :

Kd = r² x 100%

43

Page 44: BAB I

5. Uji t

a. Mencari t hitung

Dengan rumus :

t hitung=r❑√n−2❑√1−r ²

Didalam pengujian hipotesis, menggunakan asumsi :

Ho : koefisien tidak signifikan

Ha : koefisien korelasi signifikan

b. Mencari t table

Dengan rumus :

t table = t (α, df)

Ketentuan : Terima Ho, jika t hitung < t tables

Tolak Ho, jika t hitung > t table

E. Operasional Variabel Penelitian

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

Pengaruh Financial Leverage Terhadap Risiko Bisnis

Variabel Dimensi Indikator Premis

X Financial

Leverage

Neraca - DFL

- EBIT

- EPS

- Muljadi

- Sawir

- Suad Husnan

- Weston dan Brigham

- James

44

Page 45: BAB I

- J. Fred Weston dan

Thomas E. Copeland

- Harmono

- Sartono

Y Risiko Bisnis Laporan

L/R

- ROIC

- NOPAT

- Total

Modal

- Bambang Riyanto

- Robert C. Hinggis

- Suad Husnan

- Keown

- Sutrisno

- Muljadi

45

Page 46: BAB I

BAB IV

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah PT. Indosat Tbk

PT Indosat Tbk merupakan perusahaan bertaraf nasional yang

bergerak di bidang telekomunikasi seluler dan Information Technology

(IT). PT Indosat Tbk telah menjadi salah satu provider utama dalam dunia

telekomunikasi seluler di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini.

Juga sebagai provider dalam internet, PT Indosat Tbk telah memainkan

banyak peran di seluruh Indonesia.

Dari bidang telekomunikasi selulernya, PT Indosat Tbk telah

menyebarkan layanan dalam banyak macam, terutama yang paling

menjadi signature bagi perusahaan ini adalah mentari. Selain mentari, PT

Indosat Tbk juga menyediakan layanan jasa telekomunikasi seluler lain

yaitu IM3, Matrix serta StarOne. Untuk Mentari, IM3 dan Matrix

merupakan layanan telekomunikasi di jaringan GSM. Sementara untuk

StarOne merupakan layanan seluler CDMA.

PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite

Corporation Tbk., adalah sebuah perusahaan penyelenggara jalur

telekomunikasi di Indonesia. Indosat merupakan perusahaan

telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa

seluler (Mentari, Matrix, IM3, StarOne). Saat ini, komposisi kepemilikan

saham Indosat adalah: Publik (45,19%), Qatar Telecom QSC (40,37%),

46

Page 47: BAB I

serta Pemerintah Republik Indonesia (14,44%), termasuk saham Seri A.

Indosat juga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Saham

Singapura, serta Bursa Saham New York.

Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal

Asing, dan memulakan operasinya pada tahun 1969 dengan pusatnya di

Jtiluhur. Pada tahun 1980 Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara

yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga

sekarang, Indosat menyediakan layanan telekomunikasi internasional

seperti SLI dan layanan transmisi televisi antar bangsa.

PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun 1993

di bawah pengawasan PT Indosat. Ia mula beroperasi pada tahun 1994

sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan

Indosat menjadikan ia sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang

mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix.

Pada tahun 1994 Indosat memperdagangkan sahamnya di Bursa

Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan New York Stock Exchange.

Indosat merupakan perusahaan pertama yang menerapkan obligasi dengan

konsep syariah pada tahun 2002. Setelah itu, pengimplementasian obligasi

syariah Indosat mendapat peringkat AA+. Nilai emisi pada tahun 2002

sebesar Rp 175.000.000.000,00. dalam tenor lima tahun. Pada tahun 2005

nilai emisi obligasi syariah Indosat IV sebesar Rp 285.000.000.000,00.

Setelah tahun 2002 penerapan obligasi syariah tersebut diikuti oleh

perusahaan - perusahaan lainnya.

47

Page 48: BAB I

Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan

deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar

bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi

Indonesia. Pada tahun 2001 Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media

Mobile (IM3) dan ia menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia,

dan pada tahun yang sama Indosat memegang kendali penuh PT Satelit

Palapa Indonesia (Satelindo) yang membuat PT Indosat Tbk menjadi

operator seluler terbesar ke-dua di Indonesia.

Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94%

saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd.. Dengan

demikian, Indosat kembali menjadi PMA. Pada bulan November 2003

Indosat mengakuisisi PT Satelindo, PT IM3, dan Bimagraha. Penjualan

41,94 % saham Indosat tersebut menimbulkan banyak kontroversi.

Pemerintah RI terus berupaya untuk membeli kembali (buyback) saham

Indosat tersebut agar pemerintah menjadi pemegang saham yang

mayoritas dan menjadikan kembali Indosat sebagai BUMN, namun hingga

kini upaya pemerintah tersebut belum terealisasi akibat banyaknya

kendala.

Layanan seluler bagi Indosat merupakan jenis layanan yang

memberikan penerimaan paling besar, yakni hingga mencapai 75% dari

seluruh penerimaan pada tahun 2006. Berdasarkan data tahun 2006,

Indosat menguasai 26,9% pasar operator telepon seluler GSM (yakni

48

Page 49: BAB I

melalui Mentari dan IM3) dan 3,7% pasar operator CDMA (melalui

StarOne).

a. Sebelum Menjadi BUMN

Berdirinya PT Indosat Tbk tidak dapat dipisahkan dari badan

telekomunikasi dunia INTELSAT ( International Telecommunication

Satelit ) yang berdiri dari beberapa anggota antara lain Amerika Serikat,

Australia, Jepang, Kanada dan 7 negara Eropa Barat lainnya. Badan

tersebut resmi berdiri pada tanggal 20 Agustus 1964.

Di Indonesia, layanan jasa telekomunikasi domestik seluruhnya

dilaksanakan oleh PT Telkom, sementara untuk hubungan international,

pemerintah mengadakan kerjasama dengan perusahaan asing yaitu

Cable and Wireless ( C&W ). Dengan adanya perjanjian tersebut, maka

pemerintah Indonesia menunjuk PT Indonesia Satelit Corporation untuk

mengadakan kerjasama dengan pihak Cable and Wireless dalam

mengadakan layanan telekomunikasi internasional, yaitu Inter

Telephone Telegraph Corporation pada tanggal 20 November 1967

dengan status penanaman modal asing ( PMA ), dan sebagai wujud

nyata, diadakan perjanjian Join Venteru International. PT Indosat

Satelit Corporation sendiri pada saat itu berada di Jalan Gondangdia

Lama 29 Jakarta.

PT Indosat Tbk secara operasional dikenal dengan selesainya

pembangunan satelit bumi INTELSAT di daerah Jatiluhur, Purwakarta

49

Page 50: BAB I

di propinsi Jawa Barat, dan diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal

28 September 1969.

Semakin meningkatnya dunia telekomunikasi serta meningkatnya

animo masyarakat pada kebutuhan komunikasi internasional, maka

tidaklah cukup hanya dengan menggunakan system transmisi

gelombang mikro. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, PT Indosat

Tbk segera membangun SKKI ( Sistem Komunikasi Kabel laut ) pada

tanggal 1 April 1980 yang bernama ASEAN – Indonesia – Singapura

untuk melayani kebutuhan komunikasi internasional. Komunikasi ini

dilayani dengan menggunakan kabel laut, serta digunakan untuk

menjadi back-up apabila terjadi gangguan dalam sambungan via satelit.

Jaringan kabel laut ini menggunakan system analog dengan

kapasitas 480 kanal, menghubungkan SKKL Ancol dengan Singapura

dengan jarak 1042,68 km. berdasar Keppres no 5 tahun 1980, maka

dibentuk suatu tim khusus dalam rangka peninjauan ulang status

perjanjian internasional dengan pemerintah Indonesia.

b. Sesudah Menjadi BUMN

PT Indosat resmi menjadi BUMN dalam bentuk persero di

lingkungan Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi pada

tanggal 31 Desember 1980. Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan

telekomunikasi bagi masyarakat umum, maka melalui PP no 52, 53, dan

50

Page 51: BAB I

54 tahun 1980, pengelolaan jasa telekomunikasi terbagi menjadi 2

yaitu:

1) Telekomunikasi untuk umum internasional dilaksanakan oleh

PT Indosat Tbk.

2) Telekomunikasi untuk umum nasional dilaksanakan oleh PT

Telkom.

Maka PT Indosat mulai menjalankan jasa trelekomunikasi

internasional-nya pada tanggal 1 januari 1982 berdasarkan SK Menteri

perhubungan no 235/PL/101/PHB-81 tanggal 20 Oktober 1981,

keputusan Dirjen Pos dan Telekomunikasi no 143/DIRJEN/181 serta

berdasarkan perjanjian kerjasama internasional PT Indosat Tbk dan PT

Telkom pada tanggal 31 Desember 1981.

Kemudian pada tahun 1982 mulai dibangun Sentral Gerbang

Internasional 2 ( SGI-2 ) yang berada di kota Medan. Untuk menambah

fasilitas system telekomunikasi kabel laut ( SKKL ), maka SKKL

Medan Penang dibangun dan diresmikan pada tanggal 2 Maret 1985,

dan pada tanggal 8 September 1988, jaringan kabel laut dengan

menggunakan sistem digital, yaitu SEA-ME-WE ( South East Asia-

Middle East-Western Europe ) menyusul diresmikan. SEA-ME-WE

mulai dioperasikan pada tanggal 13 Juni 1994 dengan jarak 9130 km

dan dengan kapasitas 7680 kanal. Selanjutnya, apada tanggal 17 Januari

1997, PT Indosat Tbk mendapatkan ISO 9002 sebagai pengakuan

kualitas pelayanan jasa oleh forum Dunia.

51

Page 52: BAB I

Seiring dengan perjalanan waktu, PT Indosat Tbk terus melakukan

pembenahan dan perbaikan serta inovasi – inovasi pada jasa

layanannya. PT Indosat sendiri memulai jasa layanan komunikasi

seluler di jaringan GSM pada tahun 1993. Berikut rekaan waktu nya :

1) Tahun 1993 : Bisnis Seluler GSM melalui kepemilikan sebagian

saham di PT Satelit Palapa Indonesia.

2) Tahun 1994: Tanggal 19 Oktober 1994, PT Indosat Tbk

melakukan Go Publik Internasional di YNSE, BEJ dan BES.

3) Tahun 2001: Mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3)

sebagai penyedia jasa multimedia.

4) Tahun 2003: Tanggal 20 November 2003, PT Indosat Tbk

mengakuisisi Satelindo dan IM3.

5) Tahun 2002: Tanggal 16 desember 2002, terjadi Penanaman

Modal Asing sebanyak 41,94 % oleh Singapore Technologis

Telemedia.

6) Tahun 2005: New Coorporate Identity.

2. Profil Perusahaan

PT Indosat Tbk didirikan oleh Pemerintah pada tanggal 20

November tahun 1967 sebagai perusahaan investasi asing untuk

menyediakan layanan telekomunikasi internasional di Indonesia dan mulai

beroperasi secara komersial pada bulan September 1969 untuk

membangun, mentransfer dan mengoperasikan satelit Organisasi

Telekomunikasi Internasional, atau Intelsat, stasiun bumi di Indonesia

52

Page 53: BAB I

untuk mengakses satelit Intelsat India, Daerah Samudera untuk jangka

waktu 20 tahun. Sebagai sebuah konsorsium global organisasi

internasional komunikasi satelit, Intelsat memiliki dan mengoperasikan

beberapa satelit telekomunikasi.

Setelah perubahan peraturan dalam industri telekomunikasi

Indonesia pada tahun 1999 dan 2000, kami mulai menerapkan strategi

yang dirancang untuk mengubah kita dari penyedia telekomunikasi utama

internasional Indonesia menjadi, telekomunikasi terkemuka jaringan

terintegrasi dan layanan providerin Indonesia. Pada tahun 2000,

pengenalan Pemerintah UU Telekomunikasi, yang mendorong liberalisasi

industri, langsung mempengaruhi bisnis kami. Pada tahun 2001, sebagai

bagian dari inisiatif Pemerintah untuk merestrukturisasi industri

telekomunikasi, kami mengadakan perjanjian dengan Telkom untuk

menghilangkan crossshareholdings kami masing-masing pada anak

perusahaan operasi, termasuk :

Kami akuisisi kepemilikan 22,5% Telkom di Satelindo;

Telkom akuisisi kepemilikan 35,0% kami di Telkomsel, dan

Kami akuisisi kepemilikan 37,2% Telkom di Lintasarta dan

pembelian obligasi konversi Lintasarta yang diselenggarakan oleh

Telkom.

Setelah perjanjian dengan Telkom, kami mengakuisisi kepemilikan

efektif 45,0% di Satelindo, melalui akuisisi PT Bimagraha Telekomindo

atau Bimagraha, pada tahun 2001 dan memperoleh kepemilikan 25,0%

53

Page 54: BAB I

sisanya di Satelindo dari DeTe Asia pada bulan Juni 2002. Untuk

memperkuat struktur permodalan Satelindo dan menghapus persyaratan

tertentu yang timbul dari utang Satelindo, kami membuat kontribusi

tambahan modal kepada Satelindo sebesar US $ 75,0 juta pada Juli 2002.

Pada bulan Agustus 2002, kami memasuki sektor telekomunikasi

dalam negeri dengan mendapatkan lisensi untuk menyediakan layanan

jaringan tetap lokal di daerah Jakarta dan Surabaya. Kami dikerahkan

sekitar 13.000 baris di daerah untuk menyediakan layanan lokal telepon

tetap dan mengumumkan tujuan strategis kami untuk menjadi terpadu

terkemuka jaringan telekomunikasi dan penyedia layanan di Indonesia.

Pada tahun 2002, Pemerintah melakukan divestasi 517.500.000 saham,

mewakili sekitar 50,0% dari saham Seri B pada saat itu, dalam dua tahap.

Pada bulan Mei 2002, Pemerintah menjual 8,1% saham yang beredar kita

melalui tender global yang dipercepat.

Pada bulan Desember 2002, Pemerintah melakukan divestasi

41,9% dari saham Seri B untuk anak mantan STT. Pada tanggal 31 Maret

2009, Pemerintah memiliki 14,29% saham kami, termasuk satu saham Seri

A, dan ICLM dan ICLS dimiliki sekitar 65,0% dari saham Seri B. ICLM

dan ICLS dimiliki oleh Qtel. Para 20,71% sisa saham Seri B dimiliki oleh

pemegang saham publik pada tanggal 31 Maret, 2009. Lihat "Butir 6:.

Direktur, Manajemen Senior dan Karyawan - Kepemilikan Saham".

Pada tanggal 20 November 2003, kami bergabung dengan

Satelindo, Bimagraha dan IM3 dan semua aktiva dan kewajiban anak

54

Page 55: BAB I

perusahaan warisan seperti itu dialihkan kepada kami pada tanggal

tersebut. Sejak memasuki pasar selular Indonesia melalui akuisisi

Satelindo dan pembentukan IM3 dan integrasi berikutnya dari perusahaan

tersebut pada tahun 2003, layanan selular telah menjadi penyumbang

terbesar bagi pendapatan usaha kami.

Pada tanggal 22 Juni 2008, Qtel membeli seluruh saham biasa yang

beredar saham dari masing-masing ICLM dan ICLS, berdasarkan

Perjanjian Jual Beli tanggal 6 Juni 2008 antara Qtel dan STT, perusahaan

yang berkedudukan di Singapura. Sesuai dengan Perjanjian Jual Beli

Saham, Qtel, melalui anak perusahaannya, Qatar Tenggara Asia Holding

SPC, membeli saham ICLM dan ICLS dari Asia Mobile Holdings Pte. Ltd,

atau AMH, perusahaan yang berkedudukan di Singapura, yang 75,0%

secara tidak langsung dimiliki oleh STT Communications Ltd dan 25,0%

secara tidak langsung dimiliki oleh Qtel. Setelah akuisisi ini, perubahan

pengendalian terjadi di Indosat dan Qtel, dan anak perusahaan yang

sepenuhnya dimiliki, dan Qatar ICLS Tenggara Asia Holding SPC,

melakukan penawaran tender wajib untuk mengakuisisi hingga

1.314.466.775 Saham Seri B, yang mewakili sekitar 24,19% dari total

ditempatkan dan beredar Saham Seri B (termasuk Saham Seri B diwakili

oleh ADS), dengan harga pembelian setara dengan dolar AS sebesar

Rp369, 400 per ADS dan Rp7, 388 per Saham Seri B, bersih kepada

penjual secara tunai (tanpa bunga dan tunduk atas pemotongan pajak

diperlukan). Setelah penyelesaian penawaran tender pada tanggal 5 Maret

55

Page 56: BAB I

2009, Qtel dan anak perusahaan pegang sekitar 65,0% dari modal saham

yang beredar kami.

3. Logo PT Indosat, Tbk

Gambar 1.2

Bentuk gambar, teks serta warna dalam logo PT Indosat Tbk

mempunyai arti khusus, yaitu :

a. Warna Merah : Melambangkan masyarakat, maksudnya PT Indosat

Tbk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

b. Warna Kuning : Melambangkan komunikasi, maksudnya adalah PT

Indosat Tbk memfokuskan diri pada layanan telekomunikasi.

c. Warna Biru : Mencerminkan teknologi tinggi yang dinamis dan

modern tetapi juga bersahabat.

d. Techno Flower : Techno Flower ini tercipta dari gabungan ketiga elips

yang ada dan melambangkan tentang usaha dan fokus dari perusahaan

saat ini, yaitu di Indonesia di dalam bidang teknologi dan pelayanan

teknologi bagi masyarakat, serta pentingnya kerjasama di antara tiga

elemen yang ada, yaitu masyarakat, teknologi dan komunikasi.

e. Bintang Permata : Terbentuk dari rangkaian elips tiga warna

menegaskan komitmen PT Indosat Tbk dalam menyediakan layanan

yang terbaik dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia sejernih

Bintang Permata.

56

Page 57: BAB I

f. Teks Indosat : Di desain secara khusus menggunakan huruf kecil yang

melambangkan sikap perusahaan yang mudah bekerjasama. Warna

biru pada teks ini melambangkan kekuatan korporasi yang diharapkan

selalu kokoh dan stabil.

4. Visi dan Misi PT. Indosat Tbk

Visi

Menjadi perusahaan pilihan penyedia solusi informasi dan komunikasi di

indonesia dengan :

Menawarkan produk, layanan, solusi informasi dan komunikasi

yang lengkap serta berkualitas.

Menjadi pilihan utama pelanggan dalam menyediakan produk,

layanan serta solusi informasi dan komunikasi.

Menyediakan produk dan layanan yang dapat meningkatkan

kualitas hidup masyarakat dalam wilayah operasional kami.

Misi

Menyediakan dan mengembangkan produk, layanan dan solusi

inovatif dan berkualitas untuk memberikan manfaat yang sebesar –

besarnya bagi para pelanggan.

Meningkatkan shareholder value secara terus menerus.

Mewujudkan kualitas stakeholder yang lebih baik.

57

Page 58: BAB I

5. Tujuan PT Indosat Tbk

Tujuan pokok PT Indosat Tbk didasarkan pada Anggaran Dasar

perusahaan, yaitu membangun, mengembangkan serta mengusahakan

layanan telekomunikasi internasional dalam rangka meningkatkan

hubungan dari dalam maupun luar negeri dalam menunjang pembangunan

nasional.

Tujuan pokok PT Indosat Tbk ini mencakup beberapa poin penting

yaitu :

a. Meningkatkan hubungan telekomunikasi internasional untuk dapat

menunjang kelangsungan banyak sektor lain seperti perdagangan,

industri, hubungan internasional dan lain – lain.

b. Bekerja sama dengan PT Telkom untuk dapat meningkatkan

pelayanan merata ke seluruh tempat yang membutuhkan layanan

komunikasi, sehingga manfaat teknologi komunikasi ini dapat

dirasakan di seluruh Indonesia serta mampu menunjang negara

kesatuan Indonesia dalam konteks Wawasan Nusantara.

c. Memberikan sumbangan yang nyata bagi perkembangan dunia

ekonomi nasional dengan cara penyediaan sarana komunikasi yang

handal, serta untuk berpartisipasi dalam menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional yang menyeluruh.

d. Penyelenggaraan dan pelayanan jasa telekomunikasi yang dibutuhkan

masyarakat. Penyediaan sarana telekomunikasi internasional serta

58

Page 59: BAB I

perencanaan dan pengembangan sarana – sarana telekomunikasi

internasional untuk umum.

e. Usaha lain yang secara langsung menunjang telekomunikasi

internasional untuk umum, serta usaha telekomunikasi nasional

khususnya dalam bidang telekomunikasi seluler.

6. Sasaran PT Indosat Tbk

Sasaran – sasaran yang berusaha untuk dicapai oleh PT Indosat

Tbk sebagai perusahaan IT dan telekomunikasi adalah :

a. Memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat dan pengguna

layanan telekomunikasi di Indonesia.

b. Memberikan hasil yang terbaik kepada para pemegang saham.

c. Menciptakan citra terbaik bagi perusahaan.

7. Tugas Pokok PT Indosat Tbk

PT Indosat Tbk sebagai salah satu BHMN mempunyai tugas pokok

untuk membangun, mengembangkan serta mengusahakan layanan

telekomunikasi internasional untuk umum dalam rangka meningkatkan

hubungan internasional dari dan ke Indonesia dalam menunjang

pembangunan nasional secara menyeluruh.

8. Fungsi PT Indosat Tbk

Dalam rangka menyelesaikan tugas – tugas yang dilakukan

perusahaan, PT Indosat Tbk mempunyai fungsi – fungsi sebagai berikut :

59

Page 60: BAB I

a. Menyelenggarakan pelayanan telekomunikasi internasional untuk

masyarakat umum dengan sarana telepon, televisi, telegram, telex,

birofax internasional dan sarana – sarana telekomunikasi lainnya.

b. Menyediakan saluran – saluran telekomunikasi internasional bagi

masyarakat umum.

c. Merencanakan, membangun serta mengembangkan sarana – sarana

telekomunikasi tertentu dalam pelaksanaan telekomunikasi

internasional bagi masyarakat umum.

d. Usaha – usaha lain yang secara langsung menunjang penyelenggaraan

telekomunikasi internasional bagi masyarakat umum.

9. Infrastruktur Pelayanan PT Indosat Tbk

Dalam infrastruktur jaringan telekomunikasi yang diselenggarakan

PT Indosat Tbk, lalu lintas telekomunikasi disalurkan melalui sistem

satelit, jaringan kabel laut, transmisi gelombang mikro, fiber optic dan

leased line. Seluruhnya menggunakan topologi digital yang mutakhir

termasuk saluran multimedianya.

Di dalam gedung KPPTI sendiri yang berlokasi di jakarta, seluruh

sistem dioperasikan para tenaga profesional yang mempunyai kemampuan

untuk dapat menjamin kelancaran keseluruhan jaringan dan layanan yang

disediakan dengan kemungkinan trouble yang sangat kecil.

PT Indosat Tbk sendiri mengoperasikan sistem Sentral Gerbang

Internasional, yaitu SGI Jakarta, SGI Medan, SGI Batam dan SGI

60

Page 61: BAB I

Surabaya, yang digunakan untuk melaksanakan layanan telekomunikasi

dari dan ke Indonesia.

a. Satelit

PT Indosat Tbk mempunyai saluran lalu lintas telekomunikasi

internasional dengan satelit, yang terdiri dari 5 antena satelit Intelsat

serta 1 satelit Inmarst di stasiun bumi Satelit Pantai Carmin di Medan,

stasiun bumi Bukit Mata Kucing di Batam serta stasiun bumi Banyu

Urip di Surabaya.

b. Kabel Laut

PT Indosat Tbk memiliki beberapa saham serta akses ke berbagai

sistem komunikasi kabel laut di kawasan Asia Tenggara maupun

SKKL yang menghubungkan kawasan Asia Tenggara Eropa dan

Amerika Utara dan Pasifik.

1) SGI 1A dan SGI 1B, berada di Jakarta :

KPPTI di Jakarta ( SGI 1A )

Stasiun Bumi Jatiluhur

Stasiun SKKL Ancol di Jakarta ( SGI 1B )

2) SGI 2, berada di Medan

Kantor Pelayanan divisi Medan

Stasiun Bumi Pantai Cermin

Stasiun SKKI di Pantai Cermin

3) SGI 3, berada di Batam

Kantor Pelayanan divisi Batam

61

Page 62: BAB I

Stasiun Bumi Bukit Mata Kucing

4) SGI 4, berada di Surabaya

Kantor Pelayanan divisi Surabaya

Stasiun Bumi Banyu Urip

Stasiun SKKL Banyu Urip

10. Produk Dan Layanan PT Indosat Tbk

a. Jasa Telepon Internasional

1) Indosat SLI 001

Merupakan fasilitas internasional yang memungkinkan

pelanggan untuk dapat menghubungi langsung nomor

internasional yang hendak dituju tanpa harus melalui operator.

Caranya cukup simpel, yaitu menekan kode akses untuk

melakukan panggilan.

Indosat SLI ini mampu menjangkau ke lebih dari 250

negara, baik telepon maupun fax. Di dalam layanan ini,

berlaku tarif reduksi, dengan perhitungan pulsa per 6 detik.

2) Indosat Operator 101/104

Merupakan layanan telepon internasional dengan

proses penyambungan dilakukan oleh operator dari PT Indosat

Tbk, menggunakan kode akses 101/104.

3) Indosat HCD ( Home Country Direct )

Merupakan suatu layanan telepon internasional dari

Indonesia ke luar negeri dengan melalui operator dari negara

62

Page 63: BAB I

yang dituju. Biaya dari percakapan yang berlangsung akan

ditanggung oleh penerima di negara tujuan dengan tarif

berdasar negara tujuan.

4) Indosat Indonesia Direct

Merupakan layanan telepon internasional dari luar

negeri ke Indonesia dengan pengguna di negara asal

sambungan dapat langsung terhubung dengan operator telepon

internasional PT Indosat Tbk di Indonesia, baru kemudian

dapat tersambung ke nomor tujuan. Biaya akan dibebankan

kepada orang yang dipanggil berdasarkan tarif dalam negeri

(Indonesia ).

5) Indosat Freephone

Biasa juga disebut Toll Free Service. Merupakan

layanan telepon internasional dengan biaya penyambungan

dibebankan kepada penerima panggilan yang terdaftar sebagai

pelanggan Toll Free.

6) Indosat Calling Card ( ICC )

Merupakan fasilitas telepon internasional bagi

pemegang kartu khusus yang diterbitkan oleh PT Indosat Tbk.

Pemegang kartu ini bisa melakukan percakapan baik di dalam

negeri maupun di luar negeri dengan biaya sesuai dengan

tempat dimana pemegang kartu melakukan panggilan.

63

Page 64: BAB I

7) Indosat Fax Plus

Merupakan layanan pengiriman fax internasional yang

mudah, efisien serta menghemat biaya dan waktu. Dengan

menggunakan layanan ini, pelanggan dapat mengirimkan

dokumen ke beberapa tujuan sekaligus dengan satu kali proses

pengiriman. Waktu pengirimannya sendiri dapat diatur oleh

pelanggan.

8) Indosat Info 102

Merupakan salah satu layanan dari PT Indosat Tbk

yang berfungsi untuk :

Memberikan informasi untuk melakukan panggilan

telepon internasional mulai daro kode negara tujuan,

kode area, nomor – nomor penting di seluruh negara di

dunia, hotel dan lain - lain.

Memberikan informasi rekaman pembicaraan via

telepon yang dilakukan dengan layanan yang

disediakan PT Indosat Tbk.

Memberikan informasi seputar layanan – layanan

telekomunikasi internasional yang disediakan oleh PT

Indosat Tbk serta cara – cara melakukan panggilan dan

bagaimana berlangganan.

Melayani komplain teknis maupun non-teknis dalam

semua layanan yang disediakan PT Indosat Tbk,

64

Page 65: BAB I

termasuk di dalamnya komplain dalam pentarifan (

billing ) pada seluruh layanan PT Indosat Tbk.

9) Indosat Precard

Merupakan layanan telepon SLI dengan menggunakan

kartu Precard. Precard ini hampir sama dengan kartu telepon

internasional yang dapat digunakan untuk melakukan SLI ke

lebih dari 240 negara tujuan, atau dari 16 negara ke Indonesia.

Nilai dari kartu ini akan berubah sesuai dengan lamanya

percakapan dan ke mana panggilan ditujukan. Precard ini

dapat digunakan pada telepon dengan jenis touch tone.

10) Indosat Conference Call

Merupakan layanan telepon internasional tanpa melalui

operator, memberikan fasilitas kepada pelanggan di Indonesia

untuk dapat melakukan percakapan dengan beberapa

pelanggan sekaligus baik di dalam maupun di luar negeri

secara bersama – sama. Setiap peserta dari konferensi ini

menghubungi ruang konferensi melalui nomor akses dan PIN

yang prinsip lalu lintasnya adalah I/C Call.

11) Indosat Virtual Net

Lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama Indosat

Virtual Private Network. Merupakan layanan telepon

internasional yang memungkinkan para pelanggannya

melakukan komunikasi denga rekan kantornya di luar negeri

65

Page 66: BAB I

seolah – olah berada di dalam negeri. Hal ini disebabkan

nomor tujuan yang berada di luar negeri dibuat sedemikian

rupa sehingga jumlah digit yang harus ditekan sama dengan

nomor ekstensi PABX lain.

12) Global Slave

Berbeda dengan program Indosat Global Slave 17001,

kartu VoIP prabayar, Global Slave ini merupakan layanan

pasca bayar. Pelanggan tidak lagi menggunakan nomor PIN,

tetapi menggunakan nomor telepon pelanggan yang terdaftar.

Pembayaran dilakukan setiap bulan berdasarkan pemakaian.

Banyak keuntungan yang didapat pelanggan dengan

menggunakan layanan Global Slave ini. Akses dari layanan ini

relatif lebih cepat, dapat digunakan untuk panggilan domestik

maupun internasional serta dapat menggunakan fasilitas

roaming.

13) VoIP

Dalam pengembangan bisnis telepon VoIP ini, PT

Indosat Tbk telah menyediakan layanan yaitu Global Slave

dengan kode akses 17001, selain itu juga layanan Yello yang

dikembangkan oleh Satelindo dengan kode akses 17016.

Layanan VoIP ini ditujukan bagi pelanggan yang

cukup sensitif dengan tarif. Masing – masing kode akses

66

Page 67: BAB I

tersebut memiliki segmen pasar tersendiri. Global Slave

sendiri saat ini sudah menjangkau beberapa kota antara lain

Jakarta, Bogor dan Surabaya. Sedangkan Yello kini telah

memiliki lebih 40.000 pelanggan seluler Satelindo.

b. Layanan Telegram

1) Indosat Telex

Merupakan layanan telekomunikasi unutk masyarakat

dalam menyampaikan berita ke luar negeri maupun menerima

berita telex melalui jaringan telex internasional.

2) Indosat Telegram

Merupakan layanan penyampaian berita dalam format

telegram dari dan ke luar negeri melalui badan penyelenggara

telekomunikasi.

c. Global Corporate Services

1) Indosat World Link

Merupakan layanan telekomunikasi sirkit sewa,

terkenal dengan layanan Indosat Bussines Service ( IBS ).

Langganan sewa digital point to point tersebut mempunyai

kecepatan tinggi, mulai dari 64 kbps hingga 2 Mbps, serta

dapat menghubungkan pelanggan di Indonesia dengan mitra

kerja di luar negeri selama 24 jam secara terus menerus.

67

Page 68: BAB I

Aplikasi pada layanan ini adalah pada komunikasi data, suara,

video dan fax.

2) Indosat Bit Link

Merupakan salah satu layanan PT Indonesia Tbk yang

sering disebut dengan Leased Circuit Pointer atau Alternatif

Voice Data. Merupakan layanan sirkit sewa analog dengan

kecepatan sampai 2400 bps. Layanan ini dapat

menghubungkan pelanggan di Indonesia dengan mitra kerja

yang berada di luar negeri selama 24 jam, dengan aplikasi pada

komunikasi suara, data dan juga telex.

3) Indosat Direct Link

Merupakan layanan yang biasa dikenal dengan nama

Very Small Aperture ( VSAT ), yaitu jenis jasa yang terhitung

ekonomis dan efisisen untuk mengoptimalkan komunikasi

menggunakan sistem komunikasi satelit. untuk Mengakses

layanan ini, pelanggan harus berhubungan langsung dengan

satelit. Jasa ini menyeediakan komunikasi 24 jam antara

pelanggan di Indonesia dan di luar negeri melalui telepon, fax,

komputer dan video conference.

4) Indosat Packet Link

Layanan ini biasa dikenal dengan sebutan Sistem

Komunikasi Data Paket ( SKDP ). Merupakan fasilitas

68

Page 69: BAB I

telekomunikasi data untuk hubungan domestik maupun

internasional. Jenis layanan ini disediakan ada 2 macam, yaitu

type dial-up. Kedua layanan ini dapat dilakukan dengan

menggunakan modem melalui jaringan telepon yang terhubung

dengan sentral SKDP dengan kecepatan mulai 300 bps sampai

1200 bps. Dedicated dial-up merupakan layanan untuk

hubungan langsung ke sentral SKDP tanpa harus mlewati

PSTN ( Public Switched Telephone Network ) sehingga

hubungan tidak bergantung pada banyaknya lalu lintas pasa

PSTN.

d. Global Mobile Service

1) Indosat Mega Media ( IM2 )

Merupakan layanan milik PT Indosat Tbk yang

menyediakan akses ke TV kabel. Layanan ini dikembangkan

dengan menggunakan fitur high speed multimedia access

( HSMA ). Pada layanan ini, pelanggan akan dapat mengakses

siaran televisi dari seluruh dunia, sekaligus dapat

memanfaatkan layanan internet dengan kecepatan tinggi.

2) Indosat Multi Media Mobile

Merupakan layanan milik PT Indosat Tbk yang

bergerak di bidang komunikasi seluler atau mobile. Dibangun

dan dikembangkan setelah PT Indosat Tbk mendapatkan

lisensi penyelenggaraan jaringan GSM 1800 pada tanggal 14

69

Page 70: BAB I

Agustus 2000. Layanan IM3 ini menyediakan layanan suara,

fax sms, voice mail serta akses internet berkecepatan tinggi

dengan menggunakan teknologi General Packet Radio Sistem (

GPRS ). Dengan menggunakan teknologi GPRS, pelanggan

IM3 dapat mengakses layanan internet dengan kecepatan 115

kbps. Rencananya, tahun depan layanan IM3 ini akan

menyediakan layanan mobile broadband multimedia dengan

kecepatan akses sampai 2 Mbps dengan mengimplementasikan

teknologi komunikasi 3G.

3) Matrix

Layanan Matrix ini merupakan jenis layanan yang

bergerak di bidang komunikasi seluler dan mobile. Pada

layanan Matrix Nine, pelanggan akan memperoleh 9

keuntungan lewat pilihan free roaming atau free abodemen.

Keuntungan – keuntungan tersebut antara lain flat GPRS,

gratis aktivasi kartu, SMS murah. Time unit lebih hemat,

hingga diskon SLI, SLJJ dan airtime. Serta adanya fitur lain

yang menguntungkan seperti Mobile Banking yang berfungsi

untuk mempermudah pelanggan dalam melakukan transaksi

perbankan langsung dari handphone.

4) Mentari

Merupakan salah satu bentuk layanan yang bergerak di

bidang komunikasi seluler dan mobile. Layanan ini di-klaim

70

Page 71: BAB I

memiliki fitur dan fasilitas yang cukup lengkap serta

disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Kelengkapan inilah

yang membuat Mentari memiliki nilai lebih bagi pelanggan

dibandingkan kartu pra bayar yang lain.

Fitur – fitur yang ada pada layanan ini terus

ditingkatkan mengikuti perkembangan teknologi. Dalam

kualitas jaringan sendiri, PT Indosat Tbk telah membangun

120 BTS baru sampai akhir tahun 2006 ini. Dan tahun depan,

layanan ini juga akan segera dilengkapi dengan layanan

komunikasi 3G. Dengan layanan ini pelanggan akan dapat

melakukakn video calling, akses internet berkecapatan tinggi

serta fitur – fitur 3G lainnya.

5) StarOne

StarOne merupakan salah satu layanan PT Indosat Tbk

dalam komunikasi seluler dan mobile. Layanan ini berjalan di

teknologi CDMA dan dalam bentuk SIM card.

71

Page 72: BAB I

11. Struktur Organisasi

12. Data Perusahaan

Data dalam penelitian ini berupa laporan keuangan yang meliputi

neraca dan laporan laba rugi. Namun data yang digunakan hanyalah data

yang disesuaikan dengan penelitian, yakni data yang berhubungan dengan

Financial Leverage dan Risiko Bisnis. Berikut adalah data yang dimaksud:

a) Data yang diambil dari neraca keuangan

PT. INDOSAT TbkNERACA KEUANGAN

Periode 2005 - 2010( Dalam Jutaan Rupiah )

GROUP HEADS

GROUP HEAD ENTERPRISE

RISK MANAGEMENT

GROUP HEADS

CHIEF HUMAN

RESOURCES OFFICER

DIRECTOR and CHIEF

FINANCIAL OFFICER

CHIEF INFORMATION

OFFICER

GROUP HEADS

GROUP HEADS

GROUP HEADS

GROUP HEADS

GROUP HEADS

CHIEF COORPORATE

SOLUTION OFFICER

CHIEF SALES

OFFICER

GROUP HEADS

GROUP HEADS

CHIEF MARKETING

OFFICER

72

Page 73: BAB I

Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010AKTIVAAKTIVA LANCAR

Kas dan setara kas4.717.26

92.807.26

08.053.00

65.737.86

62.835.99

92.075.27

0Investasi jangka pendek 38.998 - 1.250 - - -

Piutang1.175.06

61.282.00

01.051.86

91.356.90

01.949.98

41.558.45

7Persediaan 203.954 110.935 161.573 241.991 112.260 105.885Aktiva deriatif 79.221 16.55 127.717 656.594 224.743 69.334Uang muka 47.728 19.071 38.017 39.151 35.173 67.273Pajak dibayar di muka 940.155

1.051.442 714.433 592.880 818.326 701.560

Biaya dibayar di muka 295.436 324.875 618.893 987.073

1.125.091

1.527.254

Aktiva lancar lainnya 29.165 53.299 27.480 46.598 38.051 53.821Jumlah Aktiva Lancar

7.526.992

5.665.432

10.794.127

9.659.773

7.139.627

6.158.854

AKTIVA TIDAK LANCARPiutang hubungan istimewa 30.401 23.336 56.455 42.496 7.215 8.421Aktiva pajak tangguhan - bersih 44.197 46.567 87.118 68.445 85.812 95.018Investasi pada perusahaan asosiasi 524 286 286 700 422 -Investasi jangka panjang lainnya 2.730 8.509 2.730 2.730 2.730 2.730

Aktiva tetap21.564.7

8124.963.0

3030.572.7

7338.394.0

7344.428.8

0743.571.0

10Goodwill dan aktiva tak berwujud

2.682.600

2.645.369

2.350.467

2.064.681

1.580.080

1.374.060

Piutang jangka panjang 122.281 103.121 77.515 81.524 50.767 45.911Pensiun dibayar di muka jangka panjang 236.491 230.284 198.360 169.986 147.380 111.344Uang muka jangka panjang 327.351 213.771 646.997 456.093 294.391 216.643Lain - lain 248.785 328.953 518.258 752.822 1.304.25 1.234.19

73

Page 74: BAB I

6 6Jumlah Aktiva Tidak Lancar

25.260.141

28.563.226

34.510.959

42.033.550

47.901.860

46.659.333

JUMLAH AKTIVA32.787.1

3334.228.6

5845.305.0

8651.693.3

2355.041.4

8752.818.1

87KEWAJIBAN DAN EKUITASKEWAJIBAN LANCARHutang usaha 194.079 304.431 446.450 608.754 537.476 645.505

Hutang pengadaan2.609.27

83.292.54

36.206.64

96.446.35

75.289.78

23.644.46

7Hutang pajak 205.852 211.868 436.450 268.891 161.820 169.445Biaya masih harus dibayar 843.206 896.435

1.340.435

1.512.533

1.525.561

1.710.885

Pendapatan diterima di muka 488.694 571.944 709.827 822.986 941.223

1.143.852

Uang muka pelanggan 26.519 93.044 40.947 32.121 22.463 50.279Kewajiban derivatif 11.539 224.293 64.310 315.866 200.202 215.403Bagian jangka pendek dari : Hutang jangka panjang 49.7 127.191 494.387 572.469

1.440.259

3.184.147

Hutang obligasi 981.9361.055.52

61.860.00

0 56.4422.840.66

21.098.13

1Kewajiban lancar lainnya 20.577 25.930 59.126 38.826 43.721 23.127Jumlah Kewajiban Lancar

5.431.380

6.803.205

11.658.581

10.675.245 68.065 61.612

KEWAJIBAN TIDAK LANCARHutang hubungan istimewa 16.607 29.440 64.850 14.699 13.764 22.099Kewajiban pajak tangguhan - bersih 865.672

1.244.502

1.482.221

1.305.185

1.535.202

1.772.337

Hutang jangka panjang

1.308.773

1.504.694

4.249.033

10.812.160

12.721.308

7.666.804

Hutang obligasi10.161.9

058.734.01

210.088.7

4110.315.6

168.472.17

512.114.1

04

74

Page 75: BAB I

Kewajiban tidak lancar lainnya 511.779 510.440 919.560 871.859 935.521

1.059.504

Jumlah Kewajiban Tidak Lancar

12.864.736

12.023.088

16.804.405

23.319.519

23.681.970

22.634.848

JUMLAH KEWAJIBAN

18.296.116

18.826.293

28.462.986

33.994.764

36.753.204

34.581.701

HAK MINORITAS 175.689 200.620 297.370 288.938 330.593 385.840EKUITASModal saham 535.617 543.393 543.393 543.393 543.393 543.393

Agio saham1.178.27

41.546.58

71.546.58

71.546.58

71.546.58

71.546.58

7Selisih transaksi perubahan ekuitas 403.812 403.812 403.812 404.104 404.104 404.104Opsi saham 90.763 - - - - -Selisih kurs 228 182 6.177 13.291 2.369 -2.727

Saldo laba12.106.7

1212.707.7

7114.044.7

6114.902.2

4615.461.2

3715.359.2

89JUMLAH EKUITAS

14.315.328

15.201.745

16.544.730

17.409.621

17.957.690

17.850.646

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

32.787.133

34.228.658

45.305.086

51.693.323

55.041.487

52.818.187

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan (Neraca)

b) Data yang diambil dari Laporan Laba / Rugi

PT. INDOSAT TbkLAPORAN LABA RUGI

Periode 2005 - 2010( Dalam Jutaan Rupiah )

Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pendapatan Usaha11.589.79

112.239.40

716.488.49

518.659.13

318.824.1

8619.796.51

5

Beban Usaha 7.937.874 8.840.74811.968.89

113.925.85

415.611.1

7116.322.57

1Laba Usaha 3.651.917 3.398.659 4.519.604 4.733.279 3.213.01 3.473.944

75

Page 76: BAB I

5Penghasilan (beban) lain - lain

(1.299.208)

(1.375.754)

(1.589.988)

(2.408.164) -981.022

(2.392.127)

Bagian Laba (Rugi) bersih 86

(238) - - - -

Laba Sebelum Pajak 2.352.795 2.022.667 2.929.616 2.325.115

2.231.993 1.081.817

Beban Pajak Penghasilan 697.924 576.107

(859.517)

(419.830)

(677.265)

(357.798)

Laba Bersih 1.623.481 1.410.093 2.042.043 1.878.5221.498.24

5 647.174Laba Per Saham Dasar 309,04 260,90 375,79 345,70 275,72 119,10Laba Per Saham Dilusian 309,04 258,82 375,79 345,70 - -Laba Per ADS Dasar 15.452,16 12.045,17 18.789,73 17.285,10

13.786,01 5.954,93

Laba Per ADS Dilusian 15.452,16 12.940,98 18.789,73 17.285,10 - -

B. Pembahasan dan Hasil

1. Analisis Perhitungan Tingkat Financial Leverage (DFL)

Dalam pendekatan solvabilitas perusahaan, maka dengan

menghubungkan pada pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT)

maka dapat dilakukan penilaian tingkat leverage (Degree of Financial

Leverage) yang menunjukkan tingkat sensitifitas Laba per Lembar

Saham Umum atas perubahan EBIT yang dihasilkan perusahaan.

Rumus yang digunakan untuk mengukurnya adalah sebagai berikut :

DFL = % ∆ EPS% ∆ EBIT

76

Page 77: BAB I

Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh nilai Degree of

Financial Leverage (DFL) PT. Indosat Tbk periode 2005 – 2010 pada

tabel 4.3 :

Tabel 4.3

Tingkat Financial Leverage (DFL)

PT. Indosat Tbk

Periode 2005 – 2010

(dalam jutaan rupiah)

Tahun EPS EBIT ∆ EPS ∆ EBIT DFL

2005 309,04 3.651.917 (48,14) (253.258) 2,248

2006 260,90 3.398.659 114,89 1.120.945 1,335

2007 375,79 4.519.604 (30,09) 213.675 (1,693)

2008 345,70 4.733.279 (69,98) (1.520.264) 0,6301

2009 275,72 3.213.015 (156,62) 260.929 (6,9951)

2010 119,10 3.473.944 - - -

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, kondisi Tingkat Financial

Leverage (DFL) PT. Indosat Tbk dari tahun 2005 hingga 2009

mengalami Fluktuatif. DFL pada tahun 2005 sebesar 2,248

menunjukkan bahwa setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 3.651.917

akan mengakibatkan perubahan EPS sebesar 2,248% dengan arah yang

sama. Atau dengan kata lain kenaikkan EBIT sebesar 10% akan

mengakibatkan kenaikan EPS sebesar 2,248 x 10% = 22,48%. Dan

77

Page 78: BAB I

sebaliknya penurunan EBIT sebesar 10% akan mengakibatkan adanya

penurunan EPS sebesar 2,248 x 10% = 22,48%.

DFL pada tahun 2006 sebesar 1,335 menunjukkan bahwa

setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 3.398.659 akan mengakibatkan

perubahan EPS sebesar 1,335% dengan arah yang sama. Atau dengan

kata lain kenaikan EBIT sebesar 10% akan mengakibatkan kenaikan

EPS sebesar 1,335 x 10% - 13,35%. Dan sebaliknya penurunan EBIT

sebesar 10% akan mengakibatkan adanya penurunan EPS sebesar

1,335 x 10% = 13,35%. DFL pada tahun 2006 sebesar 1,335%

mengalami penurunan 0,913% dari tahun 2005 sebesar 2,248%.

Penurunan ini disebabkan oleh nilai EPS yang turun sebesar 48,14 dari

tahun 2005 sebesar 309,04 menjadi 260,90 pada tahun 2006 dan

disertai pula nilai EBIT yang turun sebesar 253.258 dari tahun 2005

sebesar 3.651.917 menjadi 3.398.659 pada tahun 2006.

DFL pada tahun 2007 sebesar -1,693 menunjukkan bahwa

setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 4.519.604 akan mengakibatkan

perubahan EPS sebesar -1,693% dengan arah yang berlawanan. Nilai

DFL tahun 2007 pada EBIT 4.519.604 memiliki nilai negative yaitu -

1,693, nilai negative tersebut diakibatkan karena nilai EPS menurun

dari tahun 2007 sebesar 375,79 menjadi 345,70 pada tahun 2008 yang

mengakibatkan nilai perubahan EPS pada tahun 2007 sebesar -30,09

serta kenaikan EBIT dari tahun 2007 sebesar 4.519.604 menjadi

4.733.279 pada tahun 2008 dan menghasilkan nilai perubahan EBIT

78

Page 79: BAB I

213.675. Atau dapat disimpulkan bahwa DFLpada tahun 2007 sebesar

-1,693% mengalami penurunan 3,028% dari tahun sebelumnya yang

disebabkan oleh nilai EPS dan EBIT naik dari tahun 2006 ke tahun

2007.

DFL pada tahun 2008 sebesar 0,6301 menunjukkan bahwa

setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 4.733.279 akan mengakibatkan

perubahan EPS sebesar 0,6301% dengan arah yang sama. Atau dengan

kata lain kenaikan EBIT sebesar 10% akan mengakibatkan kenaikan

EPS sebesar 0,6301 x 10% = 6,301%. Dan sebaliknya penurunan EBIT

sebesar 10% akan mengakibatkan adanya penurunan EPS sebesar

0,6301 x 10% = 6,301%. Kondisi DFL pada tahun 2008 sebesar

0,6301% mengalami kenaikan sebesar 1,0629% dari tahun 2007.

Kenaikan ini disebabkan karena nilai EPS tahun 2008 turun sebesar

30,09 dari tahun 2007 akan tetapi nilai EBIT tahun 2008 naik sebesar

213.675 dari tahun 2008.

Kondisi DFL pada tahun 2009 sebesar -6,9951 atau mengalami

penurunan sebesar 7,6252 dari tahun 2008 sebesar 0,6301. Penurunan

tersebut disertai juga dengan penurunan nilai EPS dan EBIT dari tahun

2007. Atau dengan kata lain DFL pada tahun 2009 sebesar -6,9951

menunjukkan bahwa setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 3.213.015

akan mengakibatkan perubahan EPS sebesar -6,9951% dengan arah

yang berlawanan. Nilai DFL tahun 2009 pada EBIT 3.213.015

79

Page 80: BAB I

memiliki nilai negative yaitu -6,9951, nilai tersebut dikarenakan nilai

perubahan EPS negative sedangkan nilai perubahan EBIT positive.

Dari analisis diatas, kondisi nilai DFL sangat dipengaruhi oleh

nilai perubahan EBIT dan EPS. Perubahan naik / turun suatu nilai DFL

dari tahun ke tahun selanjutnya dipengaruhi oleh naik / turun nilai

EBIT dan EPS misalnya DFL pada tahun 2006 dikatakan naik pada

tahun 2007 jika nilai EPS naik diikuti oleh naiknya nilai EBIT begitu

pula sebaliknya. Serta DFL dikatakan turun jika nilai EPS turun dan

EBIT naik begitu sebaliknya. Sedangkan nilai DFL positive

dipengaruhi oleh ∆EPS positive dan ∆EBIT positive atau ∆EPS

negative dan ∆EBIT negative, serta nilai DFL negative dipengaruhi

oleh ∆EPS bernilai negative dan ∆EBIT bernilai posive begitu pula

sebaliknya.

2. Analisis Perhitungan Risiko Bisnis

Risiko Bisnis adalah ketidak pastian yang inheren didalam

proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan ( return on

invested capital = ROIC) di dalam sebuah perusahaan.

ROIC = NOPAT

Total Kewajibandan Ekuitas

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai Risiko Bisnis PT.

Indosat Tbk periode 2005 – 2010 pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4

80

Page 81: BAB I

Return On Invested Capital (ROIC)

PT. Indosat Tbk

Periode 2005 – 2010

(dalam jutaan rupiah)

Tahun NOPAT Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas ROIC

2005 1.623.481 32.787.133 0,050

2006 1.410.093 34.228.658 0,042

2007 2.042.043 45.305.086 0,045

2008 1.878.522 51.693.323 0,033

2009 1.498.245 55.041.487 0,027

2010 647.174 52.818.187 0,012

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, kondisi ROIC pada PT. Indosat

Tbk rata – rata mengalami penurunan. Pada tahun 2005 kondisi ROIC

pada PT. Indosat Tbk sebesar 0,050 dan tahun 2006 sebesar 0,042

mengalami penurunan sebesar 0,008 dari tahun 2005. Pada tahun 2007

kondisi ROIC sebesar 0,045 atau mengalami kenaikan 0,003 dari tahun

2006. Pada tahun 2008 kondisi ROIC sebesar 0,033 atau mengalami

penurunan sebesar 0,012 dari tahun 2007. Dan tahun 2009 kondisi

ROIC sebesar 0,027 atau mengalami penurunan sebesar 0,006 dari

tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2010 kondisi ROIC sebesar 0,012

atau mengalami penurunan sebesar 0,015 dari tahun 2009. Dari hasil

penelitian ini diketahui bahwa tinggi rendahnya ROIC dipengaruhi

oleh besar kecilnya nilai NOPAT.

81

Page 82: BAB I

3. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Risiko Bisnis

c. Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh hubungan tingkat financial

leverage terhadap risiko bisnis, sebagaimana judul skripsi yang penulis

tetapkan yaitu ”Pengaruh Financial Leverage Terhadap Risiko

Bisnis pada PT. Indosat Tbk”. Maka untuk membuktikan statement

tersebut perlu adanya penelitian dan pengujian hipotesis terhadap data

yang telah diperoleh yang berkaitan dengan kedua variabel diatas.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mendapatkan relevansi atas hasil

pengujian dimaksud akan penulis gunakan dasar analisis instrument

dalam pengujian kedua variabel diatas. Adapun instrument yang

dimaksud adalah dengan membuat perhitungan melalui analisis

regresi, analisis korelasi, koefisien determinan dan t hitung serta t table.

Sesuai dengan instrument yang akan dipergunakan sebagai

dasar analisis tersebut diatas, maka untuk membuat suatu hubungan

antara kedua variabel akan dipergunakan pendekatan sebagai notasi

kedua variabel yaitu variabel x untuk financial leverage dan variabel y

untuk risiko bisnis.

Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh variabel x

dan variabel y maka penulis pertama akan menggunakan analisis

regresi. Adapun formulasi yang digunakan adalah :

b=n∑ xy−¿¿¿

a=∑ y−b∑ x

n

82

Page 83: BAB I

Untuk menggunakan variabel – variabel dalam formula diatas

yaitu n, x, y maka dapat dihitung regresi (a) dan (b) antara financial

leverage (x) dengan risiko bisnis (y) PT. Indosat Tbk. Berikut penulis

sajikan tabel mengenai kedua variabel sebagai dasar perhitungan

dalam mencari nilai regresi :

Tabel 4.5

Regresi

PT. Indosat Tbk

Periode 2005 – 2010

(dalam jutaan rupiah)

Tahun DFL (X) ROIC (Y) XY X² Y²

2005 2,248 0,050 0,1124 5,053.504 0,0025

2006 1,335 0,042 0,05607 1,782225 0,001764

2007 (1,693) 0,045 (0,076185) 2,866249 0,002025

2008 0,6301 0,033 0,0207933 0,39702601 0,001089

2009 (6,9951) 0,027 (0,1888677) 48,93142401 0,000729

2010 - 0,012 - - 0,000144

∑ -4,475 0,209 (0,0757894) 59,03042802 0,008251

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan tabel 4.5 diatas maka nilai regresi (a) dan (b)

dapat dihitung sebagai berikut :

b=n∑ xy−¿¿¿

83

Page 84: BAB I

b=(6 x−0,0757894 )−(−4,475 )(0,209)

(6 x 59,03042802 )−(−4,475) ²

b=−0,4547364−(−0,935275)(354,1825681 )−(20,025625)

b= 0,4805386334,1569431

b=0,001438062593

b ≈ 0,0014

Untuk menghitung nilai a :

a=∑ y−b∑ x

n

a=0,209−(0,0014)(−4,475)

6

a=0,209−(−0,006265)

6

a=0,2152656

a=0,0358775

a ≈ 0,0359

berdasarkan hasil perhitungan analisis koefisien regresi tersebut diatas

menunjukkan hasil (a) adalah 0,0359 dan (b) 0,0014. Atau dapat

diperoleh persamaan model regresi yang distandarkan yaitu :

Risiko Bisnis = 0,0359 + 0,0014 DFL

Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan tingkat financial

leverage maka akan meningkatkan risiko bisnis sebesar 0,0373 apabila

faktor – faktor lain tidak berubah.

84

Page 85: BAB I

Selanjutnya penulis akan mencari analisis koefisien korelasi

untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara financial leverage

dengan risiko bisnis. Untuk kelengkapan poengaruh financial leverage

dengan risiko bisnis, berikut akan penulis sajikan pula analisis

koefisien korelasi kedua variabel diatas. Adapun formulasi yang

digunakan adalah :

r=n∑ xy−∑ x∑ y

√n∑ x2−¿¿¿¿

Untuk menggunakan variabel – variabel dalam formula diatas

yaitu n, x, y, maka dapat dihitung koefisien korelasi (r) antara financial

leverage (x) dengan risiko bisnis (y) PT. Indosat Tbk. Berikut penulis

sajikan tabel mengenai kedua variabel sebagai dasar perhitungan

dalam mencari nilai koefisien korelasi.

Tabel 4.6

Koefisien Korelasi

PT. Indosat Tbk

Periode 2005 – 2010

(dalam jutaan rupiah)

Tahun DFL (X) ROIC (Y) XY X² Y²

2005 2,248 0,050 0,1124 5,053.504 0,0025

2006 1,335 0,042 0,05607 1,782225 0,001764

2007 (1,693) 0,045 (0,076185) 2,866249 0,002025

2008 0,6301 0,033 0,0207933 0,39702601 0,001089

85

Page 86: BAB I

2009 (6,9951) 0,027 (0,1888677) 48,93142401 0,000729

2010 - 0,012 - - 0,000144

∑ -4,475 0,209 (0,0757894) 59,03042802 0,008251

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan tabel 4.6 diatas maka nilai koefisien korelasi (r) dapat

dihitung sebagai berikut :

r=n∑ xy−∑ x∑ y

√n∑ x2−¿¿¿¿

r=6 (−0,0757894 )−(−4,475 )(0,209)

√ (6 x59,03042802 )−(−4,475) ² .√ (6 x0,008251 )−(0,209) ²

r=−0,4547364−(−0,935275)

√354,1825681−20,025625 .√0,049506−0,043681

r= 0,4805386

√334,1569431 .√0,005825

r= 0,4805386(18,27996015 )(0,076321687)

r= 0,48053861,395157408

r=0,344433249

r ≈ 0,34

Berdasarkan hasil perhitungan analisis koefisien korelasi tersebut

diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r) adalah 0,34. Dengan

86

Page 87: BAB I

demikian merupakan suatu indikator bahwa hubungan financial

leverage dengan risiko bisnis terdapat suatu hubungan atau pengaruh

hanya saja dalam tahap lemah. Atau untuk melihat berapa persen

pengaruh financial leverage terhadap risiko bisnis, penulis akan

menjelaskannya dengan perhitungan Koefisien Determinan. Koefisien

Determinan dapat dihitung sebagai berikut :

KD = r² x 100%

= (0,34)² x 100%

= 0,1156 x 100%

= 11,56%

Berdasarkan perhitungan koefisien determinan diatas diperoleh nilai

KD sebesar 11,56%. Hal ini membuktikan bahwa Financial Leverage

PT. Indosat Tbk hanya dipengaruhi oleh Risiko Bisnis sebesar 11.56%,

sedangkan selebihnya yaitu 100% - 11,56% = 88,44% dipengaruhi

oleh faktor lain.

Dengan melihat hasil beberapa analisis diatas dapat

disimpulkan bahwa financial leverage memiliki pengaruh atau

hubungan terhadap risiko bisnis hanya saja lemah. Hipotesis penulis,

bahwa variabel x (financial leverage) akan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel y (risiko bisnis), maka hipotesis itu akan

diuji dengan cara mencari t hitung dan t table, yaitu dengan asumsi :

87

Page 88: BAB I

Ho = 0

Ha ≠ 0

Jika Ho = 0 berarti bahwa antara variabel x dan y tidak signifikan.

Sedangkan Ha ≠ 0 adalah adanya hubungan yang signifikan antara

variabel x dan variabel y. Sebelumnya adalah menghitung t hitung dengan

rumus sebagai berikut :

t hitung=r❑√n−2❑√1−r ²

t hitung=0,34❑√6−2

❑√1−(0,34) ²

t hitung=0,34❑√4

❑√1−0,1156

t hitung=0,68

❑√0,8844

t hitung=0,68

0,940425435

t hitung=0,723076997

t hitung ≈ 0,72

Setelah mendapatkan t hitung, maka selanjutnya adalah menghitung t table.

Hipotesis ini dilakukan dengan menentukan nilai kritis pengujian

dengan memperhatikan derajat kebebasan (df = n-2) dan tingkat

signifikan α yang digunakan. Pengujian ini menggunakan rumus :

88

Page 89: BAB I

Α = 0,05

Df = 6 – 2 = 4

t table = t (α, df)

t table = t (0,05 ; 4)

t table = 2,13

Berdasarkan perhitungan diatas dimana t hitung = 0,72 untuk tingkat

kesalahan 5% dan t table 2,13, jadi dapat diketahui bahwa t hitung < t table

atau 0,72 < 2,13. Dengan demikian Ho diterima berarti tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara financial leverage terhadap risiko

bisnis pada PT. Indosat Tbk.

89

Page 90: BAB I

90