Upload
uci-maeni-hardi
View
138
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis oleh
pengarang pada suatu kurun waktu tertentu pada umumnya langsung berkaitan
dengan norma-norma dan adat istiadat jaman itu. Sastra yang baik tidak hanya
merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat seperti sebuah tustel foto, tetapi
merekam dan melukiskan kenyataan secara keseluruhan. Aspek terpenting dalam
kenyataan yang perlu dilukiskan oleh pengarang yang dituangkannya dalam karya
sastra adalah masalah kemajuan manusia. Karena itu, pengarang yang melukiskan
kenyataan dalam keseluruhannya tidak dapat begitu saja mengabaikan masalah
tersebut. Ia harus mengambil sikap dan melibatkan diri dalam masyarakat karena
ia juga termasuk salah satu anggota masyarakat. Karya sastra merupakan
tanggapan pengarangnya terhadap realitas sosial yang dihadapinya. Di dalam
karya sastra berisi pengalaman-pengalaman subjektif pengarangnya, pengalaman
subjektif seseorang, dan pengalaman sekelompok masyarakat (fakta sosial).
Pengalaman hidup manusia tersebut dapat diangkat ke dalam karya sastra. Jenis-
jenis karya sastra yang menjadi media penceritaan bagi pengalaman hidup
manusia, baik fiksi maupun nonfiksi adalah drama, cerpen, novel, dan puisi.
Berbeda dengan jenis-jenis karya sastra yang lain, penceritaan yang
terdapat dalam puisi menggunakan kata-kata yang tidak tersusun dari kata-kata
1
yang panjang, namun memiliki makna yang dalam. Melalui puisi kita akan
memasuki dunia yang penuh dengan emosi dan ekspresi serta makna-makna yang
diciptakan oleh pengarangnya. Makna dalam setiap puisi berbeda-beda
bergantung pada keadaan sosial dan perasaan pengarangnya pada saat pembuatan
puisinya. Penyair menciptakan sebuah karya dengan tujuan untuk menghasilkan
tanggapan dari kehidupan yang terdapat di sekelilingnya. Hal ini menunjukkan
kelebihan puisi, yaitu dengan kata-kata yang tidak terlalu panjang, namun ia sudah
menjadi perwujudan dari dunia si pengarang dan memiliki kekayaan makna. Oleh
karena kekayaan makna inilah, maka puisi dipilih menjadi bahan penelitian ini.
Puisi ini menarik perhatian penulis, karena memiliki makna yang
mendalam. Puisi Requiem ‘Doa’, salah satu karya Anna Akhmatova yang berisi
tentang pengalaman kehidupan dirinya sendiri. Kisah tentang peristiwa penahanan
anaknya oleh pemerintah Uni Soviet di sebuah penjara sampai dengan
terbunuhnya anaknya. Anna Akhmatova merupakan seorang penulis Rusia pada
awal abad ke-20. Ia banyak menuliskan pengalaman hidupnya ke dalam karya
ciptaannya. Dia dilahirkan di Odessa, Ukraina pada tahun 1889, dia lahir dari
masyarakat kalangan atas. Ia sudah mulai menciptakan puisi ketika ia masih
kanak-kanak. Puisi Réquiem, menceritakan tentang anaknya, Lev, ditahan dan
dibuang ke Siberia pada tahun 1949, Akhmatova terpaksa menulis sejumlah sajak
pujian untuk Stalin demi pembebasan anaknya. Di dalam puisi Requiem ‘Doa’ ini
Akhmatova melukiskan kehidupan Rusia pada masa pemerintahan Komunis,
dimana pada waktu itu terjadi teror bagi para kaum oposisi yang menuntut
2
demokrasi. Puisi tersebut disusun dengan kata-kata liris dan kritis, sebagai
gambaran kejamnya pemerintahan Soviet pada waktu itu. Melalui puisi ini
Akhmatova ingin menyampaikan pokok-pokok pikirannya kepada pembaca
melalui pengalaman yang secara langsung dialami oleh dirinya sendiri. Dalam
puisi ini ia menyoroti masalah kekejaman yang dialami oleh para kaum yang
mengritik kebijakan pemerintahan komunis yang waktu itu menguasai Rusia.
Dalam puisi Requiem ini Akhmatova juga menggambarkan perlakuan keji yang
dialami oleh para tahanan politik yang di penjara oleh Pemerintah Soviet pada
masa itu.
Pokok pikiran Akhmatova yang disampaikan melalui pengalamannya
sendiri tersebut menimbulkan sikap penyair terhadap pokok pikiran yang
ditampilkannya. Pokok pikiran penyair dan sikap penyair terhadap pokok pikiran
yang ia tampilkan merupakan bagian dari aspek lapis makna yang terdiri atas
tujuh buah aspek. Tujuh buah aspek lapis makna tersebut, yaitu: makna puisi
secara umum (sense), pokok pikiran penyair (subject matter), sikap penyair
terhadap pokok pikiran yang ditampilkan ( rasa atau feeling), sikap penyair
terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran penyair (nada atau tone), totalitas
makna (total of meaning), tema (theme), perilaku batin penyair (intention).
Seluruh aspek lapis makna tersebut saling berkaitan. Jadi, dalam menganalisis
sebuah aspek lapis makna harus tetap memperhatikan aspek yang lain.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat identifikasi
masalah agar tidak menyimpang dari judul yang telah ditetapkan oleh penulis.
Penulis membuat identifikasi masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut.
(1) Apa makna umum yang terdapat dalam puisi Requiem?
(2) Pokok-pokok pikiran apa yang dimunculkan?
(3) Bagaimana sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya?
(4) Bagaimana sikap penyair terhadap pembacanya mengenai pokok pikiran
tersebut?
(5) Apa totalitas makna puisi Requiem?
(6) Apa tema yang menjadi inti dari keseluruhan makna?
(7) Bagaimana perilaku batin penyair dalam puisi Requiem?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin
dicapai. Adanya tujuan dalam sebuah penelitian berguna untuk memberikan arah
agar penelitian itu dapat mencapai hasil yang diinginkan oleh penulisnya. Tujuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Untuk menjelaskan makna umum yang terdapat di dalam puisi Requiem.
(2) Menjelaskan pokok-pokok pikiran yang dimunculkan dalam puisi ini.
4
(3) Mendeskripsikan sikap atau perasaan penyair terhadap pokok pikiran yang
ditampilkan dalam puisinya.
(4) Menjelaskan sikap penyair terhadap pembacanya mengenai pokok pikiran
tersebut.
(5) Mendeskripsikan totalitas makna yang terdapat dalam puisi Requiem.
(6) Untuk menjelaskan tema yang menjadi inti dari keseluruhan makna.
(7) Menjelaskan perilaku batin penyair yang terdapat dalam puisi Requiem.
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini memiliki dua kegunaan. Pertama, bagi penulis penelitian ini
berguna untuk mengaplikasikan teori yang didapat selama mengikuti perkuliahan
dan untuk melatih kemampuan penulis dalam menganalisis sebuah karya sastra
khususnya puisi. Kedua, bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat
mempermudah dalam memahami makna yang terkandung dalam puisi yang
berjudul Requiem ini.
1.5 Kerangka Teori
Berdasarkan judul dan identifikasi masalah yang telah ditetapkan
penelitian ini akan difokuskan pada unsur-unsur instrinsik yang dengan bangun
struktur dan lapis maknanya melahirkan totalitas makna atau makna yang utuh,
namun demikian, yang mendapat sorotan yang mendalam adalah lapis makna.
5
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori-teori yang terdapat di
dalam buku Pengantar Apresiasi Karya Sastra karangan Aminuddin untuk
menganalisis bangun struktur puisi Requiem, sedangkan untuk menganalisis aspek
lapis makna yang terdapat dalam puisi tersebut penulis menggunakan teori lapis
makna yang dikemukakan oleh Richards. Penulis juga menggunakan teori-teori
pendukung yang dikemukakan oleh Pradopo, Sayuti, Damono, dan Atmazaki.
Penulis juga tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan teori pendukung
lainnya.
Penulis berharap dengan menggunakan teori-teori tersebut analisis yang
penulis buat dapat mendeskripsikan aspek lapis makna yang terdapat dalam puisi
Requiem. Dalam penelitian ini penulis menggunakan bait yang terdapat dalam
puisi Requiem sebagai alat ukur untuk mempermudah penulis dalam mencari
pokok-pokok pikiran (subject matter) dengan pertimbangan bahwa hampir setiap
bait memiliki pokok pikiran masing-masing.
1.6 Metode Penelitian dan Kajian
Dalam membuat penelitian atau kajian ilmiah, harus didasarkan pada
metode tertentu, yang disebut dengan metode penelitian. Metode berasal dari
bahasa Yunani methodos. Secara harfiah kata tersebut berarti cara atau jalan
(Hasan, 1977:16). Dapat juga dikatakan bahwa metode adalah cara yang telah
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (Poerwadarminta,
1976:649). Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah
6
cara kerja; yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan (Hassan, 1977:16).
Berdasarkan metode kerja, penelitian dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:penelitian kuantitatif dan kualitatif (Semi,1993:23). Penelitian kualitatif
melakukan proses penelitian berdasarkan pengukuran dan analisis yang
dikuantifikasikan dengan menggunakan data statistik dan model matematika;
sedangkan penelitian kualitatif mengutamakan kedalaman interaksi antarkonsep
yang sedang dikaji secara empiris.
Dalam penelitian sastra dibutuhkan suatu metode kerja penelitian yang
mampu menganalisis kompleksitas dari gejala-gejala masyarakat yang terefleksi
dalam karya-karya sastra. Pendekatan kualitatif dianggap sebagai pendekatan
yang tepat dalam meneliti masalah humaniora, termasuk di dalamnya sastra
(Semi,1993:23). Lebih tepatnya lagi penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif,
yaitu penelitian yang menguraikan data dalam bentuk kata-kata atau gambar yang
berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, memoranda atau catatan-catatan
resmi lainnya (Semi,1993:24). Metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
inilah yang penulis gunakan dalam menganalisis puisi karya Nina Akhmatova
yang berjudul Requiem. Dalam menganalisis karya ini penulis melakukan
langkah-langkah yang akan dijabarkan secara sistematis seperti berikut ini:
(1) Menerjemahkan objek penelitian, yaitu novel Requiem dari bahasa
Rusia ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan untuk lebih memahami
objek penelitian. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan
7
permasalahan dan maksud serta tujuan penelitian, kemudian memilih metode
penelitian yang dianggap sesuai dengan permasalahan.
(2) Mengadakan studi kepustakaan dengan mencari informasi-
informasi dari buku-buku dan situs-situs di internet yang berkaitan dengan
objek penelitian. Penulis juga mencari teori yang sesuai untuk menjawab
identifikasi masalah yang telah penulis dapatkan dalam objek penelitian.
(3) Mengumpulkan data melalui upaya mengumpulkan, mencatat, dan
menyeleksi data yang berkaitan dengan masalah yang telah diidentifikasikan.
(4) Menganalisa data setelah data terkumpul. Penulis menganalisis
aspek makna yang terdapat dalam puisi Requiem.
(5) Membuat simpulan data setelah selesai dianalisis, langkah
selanjutnya adalah membuat simpulan. Simpulan tersebut haruslah sesuai
dengan tujuan pokok penelitian.
(6) Menyusun laporan ilmiah, sebagai langkah terakhir dalam
menyusun laporan penelitian dalam bentuk laporan ilmiah yang menyangkut
langkah kerja dan hasil penelitian yang diperoleh.
Dalam puisi yang berjudul Requiem ini penulis akan menganalisis tujuh
buah aspek maknanya, yaitu: makna puisi secara umum (sense), pokok pikiran
penyair (subject matter), sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan
(rasa atau feeling), sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran
penyair (nada atau tone), totalitas makna (total of meaning), tema (theme), makna
8
yang berkaitan dengan perilaku batin penyair (intention). Berikut akan penulis
berikan salah satu contoh analisis pokok pikiran penyair.
Pada bait pertama paragraph kedua terdapat pokok pikiran penyair
mengenai penderitaannya semasa ditinggal suaminya yang ditahan oleh
pemerintah.
В страшные годы ежовщины /V strasneye gode YezovshineTahun-tahun menakutkan dalam Yezovsina
Я провела семнадцать месяцев в тюремных очередях в Ленинграде./Ya probyela semnadshat mesyashev v tyumneh ocerebyah v Leninggradye.Aku melewati 17 bulan di lingkar luar penjara di Leninggrad.
Tahun-tahun menakutkan dalam Yezovsina Aku melewati 17 bulan di lingkar luar penjara di Leninggrad.
Kata страшные (strashneye) memiliki makna suatu keadaan yang
menakutkan dan luarbiasa. Kata tersebut menunjukkan bahwa pengarang merasa
bahwa hari-harinya selama 17 bulan dilingkar luar penjara di Leninggrad begitu
menakutkan dan penuh dengan teror. Analisis seluruh aspek makna dalam puisi
ini akan dibahas secara menyeluruh pada bab III.
1.7 Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah sebuah puisi
karya Nina Akhmatova yang berjudul Requiem. Puisi ini terdapat dalam situs
9
www.ahkmatova.org/requiem.htm, yang di download pada tanggal 9 Juni 2006,
pada pukul 09.00 WIB.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Puisi
Berdasarkan asal-usul katanya, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani
poeima atau poeisis, seperti yang dikatakan oleh Aminuddin (2002:134). Untuk
memberikan definisi puisi secara pasti tidaklah mudah, hal ini terbukti dengan
adanya perbedaan definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi atau
pengertian puisi menurut McCaulay, Hudson yang dikutip oleh Aminuddin
(2002:134) adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai
media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi. Dengan kata lain,
McCaulay, Hudson menjelaskan bahwa dalam puisi, penyair membutuhkan kata-
kata untuk menyampaikan ide, gagasan, dan imajinasinya kepada para
pembacanya. Kata-kata yang digunakan oleh penyair pada sebuah puisi memiliki
keindahan, sehingga menimbulkan suasana yang diinginkan oleh si penyair.
Pendapat McCaulay, Hudson di atas memiliki kemiripan dengan pendapat Sayuti
(2002:24), yang menyatakan bahwa puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan
sarana bahasa secara khas. Bagi William Words Worth puisi adalah limpahan
perasaan yang meluap-luap yang timbul dari renungan dalam ketentraman – Puisi
yang baik hanya dilahirkan oleh penyair yang berpikiran panjang (Baribin,
1989:17). Pendapat William Words Worth tersebut memiliki kemiripan dengan
pendapat Johnson yang mengatakan bahwa puisi adalah peluapan spontan dari
11
perasaan-perasaan yang penuh daya; dia bercikal bakal dari emosi yang berpadu
kembali dalam kedamaian (Tarigan, 1984:5).
Perbedaan-perbedaan definisi puisi di atas hendaknya dapat kita maklumi
karena puisi pada dasarnya berisikan suatu dunia yang telah diciptakan oleh
penyair atau pengarangnya. Dunia yang diciptakan tersebut merupakan
perwujudan dari perasaan terdalam si penyair. Jadi, wajar bila puisi dikatakan
karya yang terlalu pribadi, bahkan subjektif.
2.2 Ragam puisi
Seperti halnya dengan prosa dan drama, puisi juga memiliki banyak
ragamnya. Berdasarkan bentuk dan isinya puisi menurut Aminuddin (2002:135-
136) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
(1) puisi epik, yakni puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan.
(2) puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan
pelaku, perwatakan, latar, maupun rangkaian peristiwa tertentu.
(3) puisi lirik, yaitu puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya.
(4) puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif
menggambarkan perilaku seseorang baik lewat kiasan, dialog maupun
monolog.
(5) puisi didaktik, puisi ini mengandung nilai kependidikan yang umunya tampil
eksplisit.
12
(6) puisi satirik, puisi ini mengandung sindiran atau kritik tentang kehidupan
suatu kelompok maupun masyarakat.
(7) romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang
kekasih.
(8) elegi, yakni puisi tatapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang.
(9) ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang.
(10)himne, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap Tuhan maupun terhadap tanah
air.
Berdasarkan ragamnya puisi Requiem yang menjadi objek penelitian ini
termasuk ke dalam jenis puisi lirik karena di dalam puisi tersebut berkisahkan
tentang luapan indiviudual batin pengarangnya dan juga termasuk puisi naratif
karena mengandung cerita yaitu pengalaman hidup sang pengarang dan pelaku,
terdapatnya latar serta rangkaian peristiwa yang terjadi pada masa tersebut.
2.3 Ciri Puisi
Ciri merupakan sifat yang membedakan sesuatu dari yang lainnya. Pada
setiap genre atau jenis sastra terdapat ciri-ciri yang membedakan masing-masing
jenis sastra. Ciri-ciri puisi yang sangat membedakan dari jenis sastra yang lain
adalah bait, rima dan irama. Wirjosoedarmo via Pradopo (2002:5) mengatakan
bahwa puisi itu karangan yang terikat oleh: (1) banyaknya baris dalam tiap bait;
13
(2) banyaknya kata dalam tiap baris; (3) rima; dan (4) irama. Definisi tersebut
menjelaskan bahwa ciri puisi adalah bait, jumlah kata, rima, dan irama.
Pendapat Wirjosoedarmo sejalan dengan pendapat Atmazaki (1993:8-12)
yang mengatakan bahwa puisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Unsur formal sajak yaitu, baris dan bait serta unsur nonformalnya, yaitu irama.
2. Puisi bukan merupakan suatu deretan peristiwa. Namun ciri ini tidak
selamanya berlaku untuk semua puisi.
3. Kata dalam puisi terikat pada struktur ritmik sebuah baris.
4. Bahasanya cenderung kepada makna konotatif.
Dari berbagai ciri-ciri yang telah diuraikan di atas ada satu ciri puisi dalam
puisi yang merupakan bagian penting dari puisi, yaitu bait. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Luxemberg, Bal, dan Weststeijn (1984:196-197) bahwa bait adalah
bagian penting dalam sebuah puisi karena fungsi bait ialah membagi sebuah teks
menurut bab-bab pendek. Penulis menggunakan bait sebagai alat ukur untuk
mencari pokok-pokok pikiran penyair yang terdapat dalam puisi Requiem.
2.4 Larik
Larik atau baris dalam puisi merupakan satuan yang lebih besar dari kata.
Kata dalam puisi sangat penting karena kata selain memiliki arti juga dapat
menimbulkan makna. seperti yang dikemukakan oleh Khalizev di bawah ini:
14
В лирике нередко целое поэтическое направление определятся по преимеществу своими словесными темами.
[V lirike neredko celoe poetičeskoe napravlenie opredeljatsja po preimeščestvu svoimi slovesnymi temami.]
Di dalam sebuah puisi semua efek puitis sering dibentuk oleh sebagian besar tema (arti) kata-katanya (2000:40).
Pada dasarnya larik dalam puisi sama dengan kalimat dalam prosa, namun sifat
larik lebih bebas daripada kalimat. Maksudnya larik tidak harus diawali oleh huruf
kapital dan diakhiri oleh titik. Atmazaki (1993:20) mengatakan bahwa kesatuan
bahasa di dalam sajak tidak terikat oleh logika bahasa.
2.5 Bait
Bait merupakan satuan yang lebih besar dari larik atau baris. Pengertian
bait menurut Aminuddin (2002:145) adalah kesatuan larik yang berada dalam satu
kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa bait sangat berguna untuk mengelompokan larik atau baris
dengan tujuan untuk menunjukkan sebuah pokok pikiran dalam sebuah puisi.
Seperti yang dikemukakan oleh Sayuti (2002:295) bahwa kadang-kadang bait di
dalam sebuah puisi menunjukkan kesatuan gagasan atau perasaan tertentu yang
akan dikomunikasikan.
15
2.6 Teori Lapis Makna
Pada setiap jenis karya sastra terdapat dua unsur pembangun karya, yaitu
unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan unsur pembangun
karya yang berasal dari luar karya, sedangkan unsur instrinsik merupakan unsur
yang membangun karya sastra yang berasal dari dalam karya itu sendiri. Unsur
inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra dan secara
faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Unsur instrinsik yang terdapat dalam puisi adalah bangun struktur dan
lapis makna. Menurut Aminuddin (2002:136) bangun sruktur puisi adalah unsur
pembentuk yang dapat diamati secara visual, sedangkan lapis makna adalah unsur
yang tersembunyi di balik bangun struktur puisi.
Dalam membaca sebuah karya puisi, I.A Richards menjelaskan bahwa
mula-mula kita harus bertanya “apa yang hendak dikemukakan penyair (tujuan)”,
barulah kita menilai “apa yang telah dikemukakan penyair (arti)”
(Baribin,1989:20-21). Penjelasan di atas penulis jadikan pedoman dalam meneliti
puisi Requiem ini. Dalam meneliti aspek lapis makna, penulis menggunakan
pembagian lapis makna yang dikemukakan oleh I.A. Richards. Menurut I.A.
Richards lapis makna dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Makna umum (sense) merupakan makna puisi secara umum atau sesuatu yang
ingin digambarkan penyairnya. Sense akan membuahkan pertanyaan, ”Apa
yang ingin dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakan ini?”
16
2. Pokok pikiran penyair (subject matter). Pada setiap puisi mengandung Subject
matter atau pokok pikiran yang ingin disampaikan oleh pengarang. Pokok
pikiran yang ingin disampaikan oleh pengarang sudah tentu tergantung kepada
faktor-faktor yang terdapat dalam kehidupan pengarangnya, antara lain
falsafah hidup, lingkungan, agama, pekerjaan, pendidikan pengarangnya
(Tarigan,1984:10). Subject matter akan menimbulkan pertanyaan,”Pokok
pikiran apa yang diungkapkan penyair, sejalan dengan sense?”
3. Sikap penyair terhadap pokok pikirannya (feeling). Hasil dari analisis rasa ini
akan menjelaskan sikap penyair terhadap suatu permasalahan yang terjadi
pada saat penciptaan karyanya. Sebagaimana diketahui bahwa karya sastra
merupakan perwujudan dari pengalaman-pengalaman kehidupan si penyair.
Rasa ini menjawab,”Bagaimana perasaan penyair terhadap pokok-pokok
pikiran tersebut?”
4. Sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang
ditampilkannya (tone). Nada yang dikemukakan oleh seorang penyair dalam
sebuah puisi akan ada sangkut-pautnya atau hubungannya yang erat dengan
tema atau rasa yang terkandung dalam sebuah puisi. Tone akan membuat
pembaca mencari jawaban dari pertanyaan,”Bagaimanakah sikap penyair
terhadap pembaca?”
5. Totalitas makna atau Total of meaning. Penentuan totalitas makna puisi
didasarkan atas pokok-pokok pikiran yang ditampilkan penyair, sikap penyair
terhadap pokok pikiran, serta sikap penyair terhadap pembaca. Dalam
17
menganalisis totalitas makna puisi, pembaca dapat menampilkan pertanyaan,
”Bagaimanakah makna keseluruhan puisi yang saya baca berdasarkan subject
matter, feeling, dan tone yang telah saya temukan?”
6. Tema atau Theme. Tema merupakan sebuah ide dasar pada setiap karya sastra.
Analisis theme ini akan menghasilkan jawaban dari pertanyaan,”Apakah ide
dasar atau inti dari totalitas makna tersebut?”
7. Aspek makna yang berkaitan dengan perilaku batin penyair baik disadari atau
tidak, sewaktu dirinya mengolah, mendalami, dan menyikapi pokok pikiran
tertentu sesuai dengan tujuan pemaparannya (intention). Intention ini akan
menjawab pertanyaan,”Apa maksud atau niat pengarang dari tema tersebut?”
18
BAB III
PEMBAHASAN
19