29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis oleh pengarang pada suatu kurun waktu tertentu pada umumnya langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat jaman itu. Sastra yang baik tidak hanya merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat seperti sebuah tustel foto, tetapi merekam dan melukiskan kenyataan secara keseluruhan. Aspek terpenting dalam kenyataan yang perlu dilukiskan oleh pengarang yang dituangkannya dalam karya sastra adalah masalah kemajuan manusia. Karena itu, pengarang yang melukiskan kenyataan dalam keseluruhannya tidak dapat begitu saja mengabaikan masalah tersebut. Ia harus mengambil sikap dan melibatkan diri dalam masyarakat karena ia juga termasuk salah satu anggota masyarakat. Karya sastra merupakan tanggapan pengarangnya terhadap 1

BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis oleh

pengarang pada suatu kurun waktu tertentu pada umumnya langsung berkaitan

dengan norma-norma dan adat istiadat jaman itu. Sastra yang baik tidak hanya

merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat seperti sebuah tustel foto, tetapi

merekam dan melukiskan kenyataan secara keseluruhan. Aspek terpenting dalam

kenyataan yang perlu dilukiskan oleh pengarang yang dituangkannya dalam karya

sastra adalah masalah kemajuan manusia. Karena itu, pengarang yang melukiskan

kenyataan dalam keseluruhannya tidak dapat begitu saja mengabaikan masalah

tersebut. Ia harus mengambil sikap dan melibatkan diri dalam masyarakat karena

ia juga termasuk salah satu anggota masyarakat. Karya sastra merupakan

tanggapan pengarangnya terhadap realitas sosial yang dihadapinya. Di dalam

karya sastra berisi pengalaman-pengalaman subjektif pengarangnya, pengalaman

subjektif seseorang, dan pengalaman sekelompok masyarakat (fakta sosial).

Pengalaman hidup manusia tersebut dapat diangkat ke dalam karya sastra. Jenis-

jenis karya sastra yang menjadi media penceritaan bagi pengalaman hidup

manusia, baik fiksi maupun nonfiksi adalah drama, cerpen, novel, dan puisi.

Berbeda dengan jenis-jenis karya sastra yang lain, penceritaan yang

terdapat dalam puisi menggunakan kata-kata yang tidak tersusun dari kata-kata

1

Page 2: BAB I

yang panjang, namun memiliki makna yang dalam. Melalui puisi kita akan

memasuki dunia yang penuh dengan emosi dan ekspresi serta makna-makna yang

diciptakan oleh pengarangnya. Makna dalam setiap puisi berbeda-beda

bergantung pada keadaan sosial dan perasaan pengarangnya pada saat pembuatan

puisinya. Penyair menciptakan sebuah karya dengan tujuan untuk menghasilkan

tanggapan dari kehidupan yang terdapat di sekelilingnya. Hal ini menunjukkan

kelebihan puisi, yaitu dengan kata-kata yang tidak terlalu panjang, namun ia sudah

menjadi perwujudan dari dunia si pengarang dan memiliki kekayaan makna. Oleh

karena kekayaan makna inilah, maka puisi dipilih menjadi bahan penelitian ini.

Puisi ini menarik perhatian penulis, karena memiliki makna yang

mendalam. Puisi Requiem ‘Doa’, salah satu karya Anna Akhmatova yang berisi

tentang pengalaman kehidupan dirinya sendiri. Kisah tentang peristiwa penahanan

anaknya oleh pemerintah Uni Soviet di sebuah penjara sampai dengan

terbunuhnya anaknya. Anna Akhmatova merupakan seorang penulis Rusia pada

awal abad ke-20. Ia banyak menuliskan pengalaman hidupnya ke dalam karya

ciptaannya. Dia dilahirkan di Odessa, Ukraina pada tahun 1889, dia lahir dari

masyarakat kalangan atas. Ia sudah mulai menciptakan puisi ketika ia masih

kanak-kanak. Puisi Réquiem, menceritakan tentang anaknya, Lev, ditahan dan

dibuang ke Siberia pada tahun 1949, Akhmatova terpaksa menulis sejumlah sajak

pujian untuk Stalin demi pembebasan anaknya. Di dalam puisi Requiem ‘Doa’ ini

Akhmatova melukiskan kehidupan Rusia pada masa pemerintahan Komunis,

dimana pada waktu itu terjadi teror bagi para kaum oposisi yang menuntut

2

Page 3: BAB I

demokrasi. Puisi tersebut disusun dengan kata-kata liris dan kritis, sebagai

gambaran kejamnya pemerintahan Soviet pada waktu itu. Melalui puisi ini

Akhmatova ingin menyampaikan pokok-pokok pikirannya kepada pembaca

melalui pengalaman yang secara langsung dialami oleh dirinya sendiri. Dalam

puisi ini ia menyoroti masalah kekejaman yang dialami oleh para kaum yang

mengritik kebijakan pemerintahan komunis yang waktu itu menguasai Rusia.

Dalam puisi Requiem ini Akhmatova juga menggambarkan perlakuan keji yang

dialami oleh para tahanan politik yang di penjara oleh Pemerintah Soviet pada

masa itu.

Pokok pikiran Akhmatova yang disampaikan melalui pengalamannya

sendiri tersebut menimbulkan sikap penyair terhadap pokok pikiran yang

ditampilkannya. Pokok pikiran penyair dan sikap penyair terhadap pokok pikiran

yang ia tampilkan merupakan bagian dari aspek lapis makna yang terdiri atas

tujuh buah aspek. Tujuh buah aspek lapis makna tersebut, yaitu: makna puisi

secara umum (sense), pokok pikiran penyair (subject matter), sikap penyair

terhadap pokok pikiran yang ditampilkan ( rasa atau feeling), sikap penyair

terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran penyair (nada atau tone), totalitas

makna (total of meaning), tema (theme), perilaku batin penyair (intention).

Seluruh aspek lapis makna tersebut saling berkaitan. Jadi, dalam menganalisis

sebuah aspek lapis makna harus tetap memperhatikan aspek yang lain.

3

Page 4: BAB I

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat identifikasi

masalah agar tidak menyimpang dari judul yang telah ditetapkan oleh penulis.

Penulis membuat identifikasi masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan

sebagai berikut.

(1) Apa makna umum yang terdapat dalam puisi Requiem?

(2) Pokok-pokok pikiran apa yang dimunculkan?

(3) Bagaimana sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya?

(4) Bagaimana sikap penyair terhadap pembacanya mengenai pokok pikiran

tersebut?

(5) Apa totalitas makna puisi Requiem?

(6) Apa tema yang menjadi inti dari keseluruhan makna?

(7) Bagaimana perilaku batin penyair dalam puisi Requiem?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin

dicapai. Adanya tujuan dalam sebuah penelitian berguna untuk memberikan arah

agar penelitian itu dapat mencapai hasil yang diinginkan oleh penulisnya. Tujuan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Untuk menjelaskan makna umum yang terdapat di dalam puisi Requiem.

(2) Menjelaskan pokok-pokok pikiran yang dimunculkan dalam puisi ini.

4

Page 5: BAB I

(3) Mendeskripsikan sikap atau perasaan penyair terhadap pokok pikiran yang

ditampilkan dalam puisinya.

(4) Menjelaskan sikap penyair terhadap pembacanya mengenai pokok pikiran

tersebut.

(5) Mendeskripsikan totalitas makna yang terdapat dalam puisi Requiem.

(6) Untuk menjelaskan tema yang menjadi inti dari keseluruhan makna.

(7) Menjelaskan perilaku batin penyair yang terdapat dalam puisi Requiem.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini memiliki dua kegunaan. Pertama, bagi penulis penelitian ini

berguna untuk mengaplikasikan teori yang didapat selama mengikuti perkuliahan

dan untuk melatih kemampuan penulis dalam menganalisis sebuah karya sastra

khususnya puisi. Kedua, bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat

mempermudah dalam memahami makna yang terkandung dalam puisi yang

berjudul Requiem ini.

1.5 Kerangka Teori

Berdasarkan judul dan identifikasi masalah yang telah ditetapkan

penelitian ini akan difokuskan pada unsur-unsur instrinsik yang dengan bangun

struktur dan lapis maknanya melahirkan totalitas makna atau makna yang utuh,

namun demikian, yang mendapat sorotan yang mendalam adalah lapis makna.

5

Page 6: BAB I

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori-teori yang terdapat di

dalam buku Pengantar Apresiasi Karya Sastra karangan Aminuddin untuk

menganalisis bangun struktur puisi Requiem, sedangkan untuk menganalisis aspek

lapis makna yang terdapat dalam puisi tersebut penulis menggunakan teori lapis

makna yang dikemukakan oleh Richards. Penulis juga menggunakan teori-teori

pendukung yang dikemukakan oleh Pradopo, Sayuti, Damono, dan Atmazaki.

Penulis juga tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan teori pendukung

lainnya.

Penulis berharap dengan menggunakan teori-teori tersebut analisis yang

penulis buat dapat mendeskripsikan aspek lapis makna yang terdapat dalam puisi

Requiem. Dalam penelitian ini penulis menggunakan bait yang terdapat dalam

puisi Requiem sebagai alat ukur untuk mempermudah penulis dalam mencari

pokok-pokok pikiran (subject matter) dengan pertimbangan bahwa hampir setiap

bait memiliki pokok pikiran masing-masing.

1.6 Metode Penelitian dan Kajian

Dalam membuat penelitian atau kajian ilmiah, harus didasarkan pada

metode tertentu, yang disebut dengan metode penelitian. Metode berasal dari

bahasa Yunani methodos. Secara harfiah kata tersebut berarti cara atau jalan

(Hasan, 1977:16). Dapat juga dikatakan bahwa metode adalah cara yang telah

teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (Poerwadarminta,

1976:649). Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah

6

Page 7: BAB I

cara kerja; yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran

ilmu yang bersangkutan (Hassan, 1977:16).

Berdasarkan metode kerja, penelitian dapat dibagi menjadi dua jenis,

yaitu:penelitian kuantitatif dan kualitatif (Semi,1993:23). Penelitian kualitatif

melakukan proses penelitian berdasarkan pengukuran dan analisis yang

dikuantifikasikan dengan menggunakan data statistik dan model matematika;

sedangkan penelitian kualitatif mengutamakan kedalaman interaksi antarkonsep

yang sedang dikaji secara empiris.

Dalam penelitian sastra dibutuhkan suatu metode kerja penelitian yang

mampu menganalisis kompleksitas dari gejala-gejala masyarakat yang terefleksi

dalam karya-karya sastra. Pendekatan kualitatif dianggap sebagai pendekatan

yang tepat dalam meneliti masalah humaniora, termasuk di dalamnya sastra

(Semi,1993:23). Lebih tepatnya lagi penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif,

yaitu penelitian yang menguraikan data dalam bentuk kata-kata atau gambar yang

berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, memoranda atau catatan-catatan

resmi lainnya (Semi,1993:24). Metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif

inilah yang penulis gunakan dalam menganalisis puisi karya Nina Akhmatova

yang berjudul Requiem. Dalam menganalisis karya ini penulis melakukan

langkah-langkah yang akan dijabarkan secara sistematis seperti berikut ini:

(1) Menerjemahkan objek penelitian, yaitu novel Requiem dari bahasa

Rusia ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan untuk lebih memahami

objek penelitian. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan

7

Page 8: BAB I

permasalahan dan maksud serta tujuan penelitian, kemudian memilih metode

penelitian yang dianggap sesuai dengan permasalahan.

(2) Mengadakan studi kepustakaan dengan mencari informasi-

informasi dari buku-buku dan situs-situs di internet yang berkaitan dengan

objek penelitian. Penulis juga mencari teori yang sesuai untuk menjawab

identifikasi masalah yang telah penulis dapatkan dalam objek penelitian.

(3) Mengumpulkan data melalui upaya mengumpulkan, mencatat, dan

menyeleksi data yang berkaitan dengan masalah yang telah diidentifikasikan.

(4) Menganalisa data setelah data terkumpul. Penulis menganalisis

aspek makna yang terdapat dalam puisi Requiem.

(5) Membuat simpulan data setelah selesai dianalisis, langkah

selanjutnya adalah membuat simpulan. Simpulan tersebut haruslah sesuai

dengan tujuan pokok penelitian.

(6) Menyusun laporan ilmiah, sebagai langkah terakhir dalam

menyusun laporan penelitian dalam bentuk laporan ilmiah yang menyangkut

langkah kerja dan hasil penelitian yang diperoleh.

Dalam puisi yang berjudul Requiem ini penulis akan menganalisis tujuh

buah aspek maknanya, yaitu: makna puisi secara umum (sense), pokok pikiran

penyair (subject matter), sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan

(rasa atau feeling), sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran

penyair (nada atau tone), totalitas makna (total of meaning), tema (theme), makna

8

Page 9: BAB I

yang berkaitan dengan perilaku batin penyair (intention). Berikut akan penulis

berikan salah satu contoh analisis pokok pikiran penyair.

Pada bait pertama paragraph kedua terdapat pokok pikiran penyair

mengenai penderitaannya semasa ditinggal suaminya yang ditahan oleh

pemerintah.

В страшные годы ежовщины /V strasneye gode YezovshineTahun-tahun menakutkan dalam Yezovsina

Я провела семнадцать месяцев в тюремных очередях в Ленинграде./Ya probyela semnadshat mesyashev v tyumneh ocerebyah v Leninggradye.Aku melewati 17 bulan di lingkar luar penjara di Leninggrad.

Tahun-tahun menakutkan dalam Yezovsina Aku melewati 17 bulan di lingkar luar penjara di Leninggrad.

Kata страшные (strashneye) memiliki makna suatu keadaan yang

menakutkan dan luarbiasa. Kata tersebut menunjukkan bahwa pengarang merasa

bahwa hari-harinya selama 17 bulan dilingkar luar penjara di Leninggrad begitu

menakutkan dan penuh dengan teror. Analisis seluruh aspek makna dalam puisi

ini akan dibahas secara menyeluruh pada bab III.

1.7 Sumber Data

Sumber data yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah sebuah puisi

karya Nina Akhmatova yang berjudul Requiem. Puisi ini terdapat dalam situs

9

Page 10: BAB I

www.ahkmatova.org/requiem.htm, yang di download pada tanggal 9 Juni 2006,

pada pukul 09.00 WIB.

10

Page 11: BAB I

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Puisi

Berdasarkan asal-usul katanya, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani

poeima atau poeisis, seperti yang dikatakan oleh Aminuddin (2002:134). Untuk

memberikan definisi puisi secara pasti tidaklah mudah, hal ini terbukti dengan

adanya perbedaan definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi atau

pengertian puisi menurut McCaulay, Hudson yang dikutip oleh Aminuddin

(2002:134) adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai

media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi. Dengan kata lain,

McCaulay, Hudson menjelaskan bahwa dalam puisi, penyair membutuhkan kata-

kata untuk menyampaikan ide, gagasan, dan imajinasinya kepada para

pembacanya. Kata-kata yang digunakan oleh penyair pada sebuah puisi memiliki

keindahan, sehingga menimbulkan suasana yang diinginkan oleh si penyair.

Pendapat McCaulay, Hudson di atas memiliki kemiripan dengan pendapat Sayuti

(2002:24), yang menyatakan bahwa puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan

sarana bahasa secara khas. Bagi William Words Worth puisi adalah limpahan

perasaan yang meluap-luap yang timbul dari renungan dalam ketentraman – Puisi

yang baik hanya dilahirkan oleh penyair yang berpikiran panjang (Baribin,

1989:17). Pendapat William Words Worth tersebut memiliki kemiripan dengan

pendapat Johnson yang mengatakan bahwa puisi adalah peluapan spontan dari

11

Page 12: BAB I

perasaan-perasaan yang penuh daya; dia bercikal bakal dari emosi yang berpadu

kembali dalam kedamaian (Tarigan, 1984:5).

Perbedaan-perbedaan definisi puisi di atas hendaknya dapat kita maklumi

karena puisi pada dasarnya berisikan suatu dunia yang telah diciptakan oleh

penyair atau pengarangnya. Dunia yang diciptakan tersebut merupakan

perwujudan dari perasaan terdalam si penyair. Jadi, wajar bila puisi dikatakan

karya yang terlalu pribadi, bahkan subjektif.

2.2 Ragam puisi

Seperti halnya dengan prosa dan drama, puisi juga memiliki banyak

ragamnya. Berdasarkan bentuk dan isinya puisi menurut Aminuddin (2002:135-

136) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

(1) puisi epik, yakni puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan.

(2) puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan

pelaku, perwatakan, latar, maupun rangkaian peristiwa tertentu.

(3) puisi lirik, yaitu puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya.

(4) puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif

menggambarkan perilaku seseorang baik lewat kiasan, dialog maupun

monolog.

(5) puisi didaktik, puisi ini mengandung nilai kependidikan yang umunya tampil

eksplisit.

12

Page 13: BAB I

(6) puisi satirik, puisi ini mengandung sindiran atau kritik tentang kehidupan

suatu kelompok maupun masyarakat.

(7) romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang

kekasih.

(8) elegi, yakni puisi tatapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang.

(9) ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang.

(10)himne, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap Tuhan maupun terhadap tanah

air.

Berdasarkan ragamnya puisi Requiem yang menjadi objek penelitian ini

termasuk ke dalam jenis puisi lirik karena di dalam puisi tersebut berkisahkan

tentang luapan indiviudual batin pengarangnya dan juga termasuk puisi naratif

karena mengandung cerita yaitu pengalaman hidup sang pengarang dan pelaku,

terdapatnya latar serta rangkaian peristiwa yang terjadi pada masa tersebut.

2.3 Ciri Puisi

Ciri merupakan sifat yang membedakan sesuatu dari yang lainnya. Pada

setiap genre atau jenis sastra terdapat ciri-ciri yang membedakan masing-masing

jenis sastra. Ciri-ciri puisi yang sangat membedakan dari jenis sastra yang lain

adalah bait, rima dan irama. Wirjosoedarmo via Pradopo (2002:5) mengatakan

bahwa puisi itu karangan yang terikat oleh: (1) banyaknya baris dalam tiap bait;

13

Page 14: BAB I

(2) banyaknya kata dalam tiap baris; (3) rima; dan (4) irama. Definisi tersebut

menjelaskan bahwa ciri puisi adalah bait, jumlah kata, rima, dan irama.

Pendapat Wirjosoedarmo sejalan dengan pendapat Atmazaki (1993:8-12)

yang mengatakan bahwa puisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Unsur formal sajak yaitu, baris dan bait serta unsur nonformalnya, yaitu irama.

2. Puisi bukan merupakan suatu deretan peristiwa. Namun ciri ini tidak

selamanya berlaku untuk semua puisi.

3. Kata dalam puisi terikat pada struktur ritmik sebuah baris.

4. Bahasanya cenderung kepada makna konotatif.

Dari berbagai ciri-ciri yang telah diuraikan di atas ada satu ciri puisi dalam

puisi yang merupakan bagian penting dari puisi, yaitu bait. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Luxemberg, Bal, dan Weststeijn (1984:196-197) bahwa bait adalah

bagian penting dalam sebuah puisi karena fungsi bait ialah membagi sebuah teks

menurut bab-bab pendek. Penulis menggunakan bait sebagai alat ukur untuk

mencari pokok-pokok pikiran penyair yang terdapat dalam puisi Requiem.

2.4 Larik

Larik atau baris dalam puisi merupakan satuan yang lebih besar dari kata.

Kata dalam puisi sangat penting karena kata selain memiliki arti juga dapat

menimbulkan makna. seperti yang dikemukakan oleh Khalizev di bawah ini:

14

Page 15: BAB I

В лирике нередко целое поэтическое направление определятся по преимеществу своими словесными темами.

[V lirike neredko celoe poetičeskoe napravlenie opredeljatsja po preimeščestvu svoimi slovesnymi temami.]

Di dalam sebuah puisi semua efek puitis sering dibentuk oleh sebagian besar tema (arti) kata-katanya (2000:40).

Pada dasarnya larik dalam puisi sama dengan kalimat dalam prosa, namun sifat

larik lebih bebas daripada kalimat. Maksudnya larik tidak harus diawali oleh huruf

kapital dan diakhiri oleh titik. Atmazaki (1993:20) mengatakan bahwa kesatuan

bahasa di dalam sajak tidak terikat oleh logika bahasa.

2.5 Bait

Bait merupakan satuan yang lebih besar dari larik atau baris. Pengertian

bait menurut Aminuddin (2002:145) adalah kesatuan larik yang berada dalam satu

kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran. Dapat ditarik

kesimpulan bahwa bait sangat berguna untuk mengelompokan larik atau baris

dengan tujuan untuk menunjukkan sebuah pokok pikiran dalam sebuah puisi.

Seperti yang dikemukakan oleh Sayuti (2002:295) bahwa kadang-kadang bait di

dalam sebuah puisi menunjukkan kesatuan gagasan atau perasaan tertentu yang

akan dikomunikasikan.

15

Page 16: BAB I

2.6 Teori Lapis Makna

Pada setiap jenis karya sastra terdapat dua unsur pembangun karya, yaitu

unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan unsur pembangun

karya yang berasal dari luar karya, sedangkan unsur instrinsik merupakan unsur

yang membangun karya sastra yang berasal dari dalam karya itu sendiri. Unsur

inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra dan secara

faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.

Unsur instrinsik yang terdapat dalam puisi adalah bangun struktur dan

lapis makna. Menurut Aminuddin (2002:136) bangun sruktur puisi adalah unsur

pembentuk yang dapat diamati secara visual, sedangkan lapis makna adalah unsur

yang tersembunyi di balik bangun struktur puisi.

Dalam membaca sebuah karya puisi, I.A Richards menjelaskan bahwa

mula-mula kita harus bertanya “apa yang hendak dikemukakan penyair (tujuan)”,

barulah kita menilai “apa yang telah dikemukakan penyair (arti)”

(Baribin,1989:20-21). Penjelasan di atas penulis jadikan pedoman dalam meneliti

puisi Requiem ini. Dalam meneliti aspek lapis makna, penulis menggunakan

pembagian lapis makna yang dikemukakan oleh I.A. Richards. Menurut I.A.

Richards lapis makna dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Makna umum (sense) merupakan makna puisi secara umum atau sesuatu yang

ingin digambarkan penyairnya. Sense akan membuahkan pertanyaan, ”Apa

yang ingin dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakan ini?”

16

Page 17: BAB I

2. Pokok pikiran penyair (subject matter). Pada setiap puisi mengandung Subject

matter atau pokok pikiran yang ingin disampaikan oleh pengarang. Pokok

pikiran yang ingin disampaikan oleh pengarang sudah tentu tergantung kepada

faktor-faktor yang terdapat dalam kehidupan pengarangnya, antara lain

falsafah hidup, lingkungan, agama, pekerjaan, pendidikan pengarangnya

(Tarigan,1984:10). Subject matter akan menimbulkan pertanyaan,”Pokok

pikiran apa yang diungkapkan penyair, sejalan dengan sense?”

3. Sikap penyair terhadap pokok pikirannya (feeling). Hasil dari analisis rasa ini

akan menjelaskan sikap penyair terhadap suatu permasalahan yang terjadi

pada saat penciptaan karyanya. Sebagaimana diketahui bahwa karya sastra

merupakan perwujudan dari pengalaman-pengalaman kehidupan si penyair.

Rasa ini menjawab,”Bagaimana perasaan penyair terhadap pokok-pokok

pikiran tersebut?”

4. Sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang

ditampilkannya (tone). Nada yang dikemukakan oleh seorang penyair dalam

sebuah puisi akan ada sangkut-pautnya atau hubungannya yang erat dengan

tema atau rasa yang terkandung dalam sebuah puisi. Tone akan membuat

pembaca mencari jawaban dari pertanyaan,”Bagaimanakah sikap penyair

terhadap pembaca?”

5. Totalitas makna atau Total of meaning. Penentuan totalitas makna puisi

didasarkan atas pokok-pokok pikiran yang ditampilkan penyair, sikap penyair

terhadap pokok pikiran, serta sikap penyair terhadap pembaca. Dalam

17

Page 18: BAB I

menganalisis totalitas makna puisi, pembaca dapat menampilkan pertanyaan,

”Bagaimanakah makna keseluruhan puisi yang saya baca berdasarkan subject

matter, feeling, dan tone yang telah saya temukan?”

6. Tema atau Theme. Tema merupakan sebuah ide dasar pada setiap karya sastra.

Analisis theme ini akan menghasilkan jawaban dari pertanyaan,”Apakah ide

dasar atau inti dari totalitas makna tersebut?”

7. Aspek makna yang berkaitan dengan perilaku batin penyair baik disadari atau

tidak, sewaktu dirinya mengolah, mendalami, dan menyikapi pokok pikiran

tertentu sesuai dengan tujuan pemaparannya (intention). Intention ini akan

menjawab pertanyaan,”Apa maksud atau niat pengarang dari tema tersebut?”

18

Page 19: BAB I

BAB III

PEMBAHASAN

19