Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Resiko Bunuh Diri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan jiwa

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Gagasan bunuh diri mungkin juga muncul pada orang yang tidak mengalami gangguan mental saat mereka berada dalam keadaan depresi atau mengalami penyakit fisik.Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap tahun, dan jumlah usaha bunuh diri diperkirakan akan 10-20 kali lebih tinggi dari ini.Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa salah satu upaya bunuh diri terjadi kira-kira setiap tiga detik, dan terdapat satu orang setiap menit yang meninggal karena bunuh diri.Penyebab bunuh diri merupakan hal yang kompleks.Beberapa orang tampak sangat rentan untuk bunuh diri ketika menghadapi peristiwa kehidupan yang sulit atau kombinasi stressor. Faktor-faktor ini termasuk adanya gangguan mental sebelumnya atau penyalahgunaan zat, riwayat bunuh diri dalam keluarga dekat, kekerasan keluarga jenis apa pun, dan adanya perpisahan atau perceraian. Pada sebuah studi epidemiologi di Amerika Serikat yang dilakukan Kessler dan kawan kawan (dkk), memperkirakan tingkat keinginan bunuh diri sebesar 2,8% - 3,3% dari populasi umum, dan Weissman dkk, melaporkan. antara 2 dan 18% pada sembilan negara. Pasien dengan gangguan depresif mayor memiliki risiko yang besar terjadinya bunuh diriPada sejumlah studi psikologis otopsi dari sampel bunuh diri menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil terjadi bunuh diri tanpa bersamaan dengan diagnosis psikiatri yaitu sekitar 5% hingga 7%.Dari laporan studi klinis menunjukkan sebesar 78 89 % pasien gangguan depresif mayor berat memiliki keinginan dan percobaan bunuh diri.Dan adanya data yang menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang melakukan bunuh diri sebelumnya tidak melakukan percobaan bunuh diri dan setidaknya ada satu studi tentang percobaan bunuh diri yang menemukan sekitar 10% akhirnya mati dengan bunuh diri.Dengan demikian gagasan dan perencanaan bunuh diri merupakan hal yang serius dibandingkan dengan percobaan bunuh diri.Risiko untuk terjadinya bunuh diri bagi seorang individu yang dirawat di rumah sakit pada episode gangguan depresif mayor berat diperkirakan 15%.Pada penelitian yang dilakukan Beck, dan kawan - kawan terhadap 207 pasien rawat inap yang memiliki gagasan bunuh diri 7 % selama periode 5 - 10 tahun, terdapat 14 pasien yang melakukan bunuh diri. Beck mengamati secara klinis bahwa ketika pasien depresi yakin tidak ada solusi untuk masalah kehidupan yang serius, mereka memandang bunuh diri sebagai jalan keluar dari situasi yang tak tertahankan.Menurut formulasi Beck's, putus asa merupakan karakteristik inti dari depresi dan berfungsi sebagai penghubung antara depresi dan bunuh diri.

B. Tujuan Penulisan1. Dapat mengetahui pengertian bunuh diri2. Dapat mengetahui Penyebab bunuh diri3. Dapat mengetahui Motif bunuh diri4. Dapat mengetahui Asuhan keperawatan secara umum bunuh diri

C. Manfaat PenulisanManfaat dalam pembuatan makalah ini adalah dapat memberikan informasi dan pemahaman tentang bunuh diri.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Bunuh Diri1. Pengertian Bunuh DiriBunuh diri adalah segala perbuatan seseorang yang dapat mengahiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat.(Attempt suicide, 1991).Menurut Budi Anna Keliat, bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons maladaptive. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.Setiap aktivitas yang jika tidak dicegah akan menimbulkan kematian.(Stuart & Sundeen, 1995)Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi tiga kategori:1. Ancaman bunuh diri peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mingkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya. Pesan- pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respons positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.2. Upaya bunuh diri semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.3. Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.2. Tingkah Laku Bunuh Diria. Rentang Menghargai-Merusak DiriRentang sehat sakit dapat dipakai untuk mengabarkan respon adaptif sampai respon maladaptif pada bunuh diri.

Respon adaptif Respon maladapif--------------------------::--------------------------::----------------------------::----------------- Menghargai diri Berani mengambil Merusak diri sendiri Bunuhdiri risiko dalam secara tidak langsung mengembangkan diri

Gambar : Rentang menghargai-merusak diri(Stuart dan Sundeen, 1987) hlm. 484)Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor. Respon individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat senantiasa berespon secara adaptif dan jika gagal ia berespon secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh diri. (Budi Anna Keliat, 1991:2-3) b. Rentang Harapan-Putus HarapanBeck, Rawlins dan Willliam(1984, hlm:499) mengemukakan bahwa individu berharapan. Rentang arapan-putus harapan merupaan rentang adaptif-maladaptif.

Respon adaptif Respon maladapif ----------------------------------------------------------------------------------------------Harapan: Putus Asa :*Yakin *Tidak berdaya*Percaya *Putus asa*Inspirasi *Apatis*Tetap Hati *Gagal dan Kehilangan *Ragu-ragu *Sedih *Depesi *Bunuh diri

Gambar :Rentan harapan-putus harapan. (Beck, dkk.,1984, hlm:499)

Individu putus harapan menunjukkan perilaku seperti diatas, berikut ini penjelasannya :a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis. Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa mampu, seolah-olah koping yang biasa bermanfaat sudah tidak berguna lagi Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkan koping yang baruserta yakin tidak ada yang membantub. Kehilangan, ragu-ragu. Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita citanya tidak tercapai. Demikian pula jika individu kehilangan sesuatu yang dimilikinya misalya kehilangan pekerjaan atau kesehatan, perceraian, perpisahan. Individu akan merasa gagal, kecewa, rendah diri yang semua akan berakhir pada perilaku bunuh diric. Depresi. Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Bnyak teori yang menjelaskan tentang depresi dan semua sepakat keadaan depresi merupakan indikasi terjadinya bunuh diri. Individu berpikir tentang bunuh diripada waktu depresi berat, namun tidak mempunyai tenaga untuk melakukannya. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi.d. Bunuh diri. Ini adaah tindakan agresif yang langsung terhadap iri sendiri untuk mengakiri kehidupan, Keadaan ini didahului oleh respons maladadtif yang telah disebutkan sebelumnya. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari indiviu untuk memecahkan masalah yang dihadapai. (Budi Anna Keliat, 1991:3-4)

3. Faktor Penyebab Bunuh DiriPenyebab bunuh diri pada anak: Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan Situasi keluarga yg kacau Perasaan tdk disayang atau selalu dikritik Gagal sekolah Takut atau dihina disekolah Kehilangan org yg dcintai Dihukum org lain(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987, hlm.518)

Penyebab bunuh diri pada remaja: Hubungan interpersonal yg tdk bermakna Sulit mempertahankan hubungan interpersonal Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan Perasaan tdk dimengerti org lain Kehilangan org yg dicintai Keadaan fisik Masalah dgn org tua Masalah seksual Depresi (Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987, hlm.518)Penyebab bunuh diri pada mahasiswa: Self ideal terlalu tinggi Cemas akan tugas akademik yg banyak Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua Kompetisi untuk sukses(Hendlin 1982, dikutip oleh Cool & Fontaine,1987,hlm.518)

Penyebab bunuh diri pada lansia: Perubahan status dari mandiri ketergantung Penyakit yg menurunkan kemampuan fungsi Perasaan tdk berarti dimasyarakat Kesepian & isolasi sosial Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan) Sumber hidup berkurang(Hendlin 1982, dikutip oleh Cool & Fontaine,1987,hlm.518)

4. Faktor Resiko Bunuh Diri Kegagalan untuk adaptasi, tidak dapat menghadapi stress Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal / gagal melakukan hubungan yang berarti Perasaan marah / bermusuhan. (dapat merupakan hukuman diri sendiri) Cara untuk mengakhiri keputusan Tangisan minta tolong

Tabel faktor risiko tingkah laku bunuh diri(Stuart dan Sundeen, 1987, hal 488)FaktorRisiko tinggiRisiko tinggi

Umur45 tahun dan remaja25-45 tahun dan 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.b. Sifat kepribadianTiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.

c. Lingkungan psikososialSeseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.d. Riwayat keluargaRiwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.e. Faktor biokimiaData menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Bunuh Diri1. PengkajianPengkajian tingkah laku bunuh diri termasuk aplikasi observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik, rencana yang spesifik.Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menetukan tingkat risiko dari tingkah laku bunuh diri. Untuk ini ada beberapa pendapat dan petunjuk yang dapat dipilih oleh perawat, sebagai berikut:Pertama, pengkajian tingkat risiko oleh Hasson, Valente dan Rink (1977, dikutip oleh Shiver, 1986) pada table berikut:

NNoPerilaku atau gejalaIntensitas Risiko

RendahSedangTinggi

1.CemasRendahSedangTinggi atau panik

2.DepresiRendahSedangBerat

3.Isolasi-menarik diriPerasaan depresi yang samar, tidak menarik diriPerasaan tidak berdaya, putus asa, menarik diriTidak berdaya, putus asa, menarik diri, protes pada diri sendiri

4.Fungsi sehari-hariUmumnya baik pada semua aktifitasBaik pada beberapa aktifitasTidak baik pada semua aktifitas

5.Sumber-sumberBeberapa Sedikit Kurang

6.Strategi kopingUmumnya konstruktifSebagian konstruktifSebagian besar destruktif

7.Orang penting/dekatBeberapa Sedikit atau hanya satuTidak ada

8.Pelayanan psikiatriyang laluTidak, sikap positifYa, umumnya memuaskanBersikap negative terhadap pertolongan

9.Pola hidupStabil Sedang (stabil tak stabil)Tidak stabil

10.Pemakai alcohol dan obatTidak seringSering Terus-menerus

11.Percobaan bunuh diri sebelumnyaTidak, atau yang tidak fatalDari tidan sampai dengan cara yang agak fatalDari tidak sampai berbagai cara yang fatal

12.Disorientasi dan disorganisasiTidak adaSedikit Jelas atau ada

13.Bermusuhan Tidak atau tidak sedikitBeberapa Jelas atau ada

14.Rencana bunuh diriSamar, kadang-kadang ada pikiran, tidak ada rencanaSering dipikirkan kadang-kadang ada ide untuk merencanakanSering dan konstan dipikirkan dengan rencana yang spesifik

*) sumber : Halton, Valente, dan Rink 1977, dikutip oleh Shiver, 1986, hal 472

Kedua pengkajian yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen (1988, hal 496-497) yang mengkaji 10 fakor dan masing-masing diberi nilai, dan nilai akhir akan menentukan tingkat potensialitas dari bunuh diri tersebut.Ketiga pengkajian yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer (1977, dikutip oleh Shivers, 1988 hal 475) mengkaji intensitas bunuh diri yang disebut SIRS (Suicidal Intertion Rating Scale), dengan skor 0-4, yaitu :Skor 0 : tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarangSkor 1 : ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diriSkor 2 : memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diriSkor 3 : mengancam bunuh diri, misalnya: tinggalkan saya sendiri atau saya akan bunuh diriSkor 4 : aktif mencoba bunuh diri.Dari ketiga pengkajian di atas, perawat mengidentifikasi klien yang termasuk kedaruratan adalah klien resiko tinggi dengan skor yang tinggi, tingkat yang lain juga mempunyai resiko. Skor nol dan intensitas rendah tidak mempunyai resiko bunuh diri saat ini.

2. PerencanaanPerencanaan meliputi penentuan diagnosis keperawatan, tujuan dan intervensi keperawatan. Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan pada keadaan gawat darurat adalah sebagai berikut:1. Dorongan yang kuat untuk bunuh diri sehubungan dengan alam perasaan depresi2. Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan ketidakmampuan menangani stress, persaan bersalah.3. Koping yang tidak efektif sehubungan dengan keinginan bunuh diri sebagai pemecahan masalah4. Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan keadaan krisis yang tiba-tiba (di rumah, komuniti)5. Isolasi social sehubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun6. Gangguan konsep diri: perasaan tidak berharga sehubungan dengan kegagalan (sekolah, hubungan interpersonal).

Tujuan utama asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri pada keadaan darurat adalah melindungi keselamatan klien atau mencegah terjadinya bunuh diri dan membantu klien mengganti koping yang destruktif dengan koping yang konstruktif.

3. Intervensia. Intervensi secara umum:Stuart dan Sundeen (1987) mengidentifikasi intervensi utama pada klien tingkah laku bunuh diri sebagai berikut:1. Melindungi. Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai dirinya. Tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi, serta semua tindakan dijelaskan pada klien. Pengawasan satu-satu selam 24 jam harus dlakukan pada klien yang resiko tinggi melakukan bunuh diri. Krisis intervensi merupakan tindakan yang tepat. Kecenderungan bunuh diri yang ada di masyarakat memerlukan bantuan yang segera dari klinik krisis atau tenaga sukarela yang membantu klien melalui telepon (hot line). Hot line biasanya tersedia 24 jam, melayani setiap orang, tidak perlu perjanjian dan bayaran, dan memberi bantuan dengan segera.2. Meningkatkan harga diri. Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Dengan menyediakan waktu dan diri bagi klien membuktikan bahwa klien penting. Bantu klien mengekspresikan perasaan positif dan negative, berikan pujian pada hal yang positif. Bersama klien identifikasi sumber kepuasaan dan rencana aktivitas yang memungkinkan akan keberhasilan.3. Menguatkan koping konstruktif atau sehat. Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian dan penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif pelu dimodifikasi atau diganti dengan koping baru yang sehat, misalnya klien yang selalu menekan perasaan marah dapat dibimbing untuk mengikuti latihan asertif (mengekspresikan marah secara efektif dan konstrktif).4. Menggali perasaan. Perawat membantu klien untuk mengenal perasaannya. Bersama mencari factor predisposisi atau partisipasi yang mempengaruhi perilaku klien. Dengan mengenal perasaan dan penyebab perilakunya, maka klien dapat mengubahnya di masa yang akan dating.5. Menggerakkan dukungan social. Biasanya klien yang mempunyai kecenderungan bunuh diri tidak atau kurang dukungan social. Untuk itu, perawat mempunyai peran menggerakkan system social klien. Keluarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat dapat membantu mengontrol perilaku klien. Keluarga dank lien memerlukan bantuan dalam meningkatkan pola dan kualitas komunikasi.b. Intervensi per diagnose:1. Diagnose : Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan keadaankrisis yang tiba-tiba (di rumah, di masyarakat)Tujuan jangka panjang: Klien tidak melukai/membunuh diri.Tujuan jangka pendek: 1. Klien tetap aman dan selamat2. Klien berperan serta dalam mengontrol perilakuIntervensi:1. Temani klien terus-menerus sampai ia dapat dipindahkan ke tempat yang aman2. Mendapatkan orang yang dapat segera membawa klien ke rumah sakit untuk pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat.3. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, gelas, silet, tali pinggang)4. Cek keberadaan klien setiap 10-15 menit dengan observasi yang tidak teratur5. Dengan lembut jelaskan pada klien bahwa saudara akan melindungi sampai tidak ada keinginan bunuh diri6. Yakini bahwa klien menelan obatnya

2. Diagnose : Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan ketidak-mampuan menangani stress dan perasaan bersalahTujuan jangka panjang : Klien dapat mengontrol tingkah laku bunuh diriTujuan jangka pendek :1. Klien terlindungi dari merusak diri sendiri2. Klien dapat mengungkapkan dan menerima perasaannya3. Klien dapat mengidentifikasi dan mengembangkan koping yang sehatIntervensi:1. Tentukan tingkat intensitas bunuh diri klien:a. Menggali percobaan bunuh diri sebelumnyab. Mengidentifikasi ide, pikiran, rencana bunuh diri2. Lakukan tindakan perlindungan (pencegahan) bunuh diri:a. Ciptakan lingkungan yang amanb. Observasi perilaku klien c. Pertahankan supervise melekat3. Terangkan semua tindakan pada klien4. Lakukan kontrak tentang penanganan bunuh diri dengan klien dan lokasi staf jika ide, pikiran dan atau rencana bunuh dri muncul5. Lakukan pendekatan individual (perseorangan) untuk mendorong klien menyadari, mengungkapkan dan menerima perasaannya6. Kuatkan koping sehat7. Gali dan kembangkan koping yang baru8. Diskusikan alternative pemecahan selain bunuh diri

3. Diagnose : Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan alam perasaan depresiTujuan jangka panjang:1. Klien dapat mengembangkan konsep diri yang realistic dan positif2. Klien dapat membina hubungan yang berarti (keluarga atau teman)Tujuan jangka pendek:1. Terlindung dari merusak diri sampai klien bertanggung jawab atas dirinya2. Mengekspresikan marah dengan konstruktif3. Memenuhi kebutuhan fisik4. Berperan serta dalam aktifitasIntervensi:1. Beritahu tindakan ketat yang dilakukan 2. Dorong klien untuk berpartisipasi mengevaluasi tingkat control yang diperlukan3. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah4. Sertakan klien dalam kelompok asertif5. Terima perasaan marah klien6. Diskusikan cara mengungkapkan marah yang sehat7. Dorong klien untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari:a. Kebersihan dan penampilan dirib. Makan yang cukup (3 kali sehari)c. Tidur yang cukup (tanpa terbangun)d. Hubungan social yang intime. Peran serta aktifitas di bangsal

4. Diagnosis : Koping yang efektif sehubungan dengan keinginan bu-nuh diri sebagi pemecahan masalah.Tujuan jangka panjang: Klien menggunakan koping konstruktif dalam pemecahan masalahTujuan jangka pendek :1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya2. Klien belajar pendekatan pemechan maslah3. Klien menggunakan koping yang konstruktifIntervensi :1. Dengarkan dengan penuh perhatian dan serius pada semua pembicaraan tentang bunuh diri2. Jangan bicara diluar bunuh diri3. Pakai pendekatn pemechana maslah untuk memecahkan keinginan bunuh diri :a. Dorong klien meneliti alas an untuk hidup dan untuk mati.b. Dorong klien menguraikan tujuan yang ingin dicapainyac. Mengingatkan bahwa bunuh diri hanya satu dari banyak alternatived. Diskusikan kemungkinan akibat dari bunuh diri.e. Diskusikan kemungkinan hasil dari alternative lain4. Kuatkan koping klien yang sehat : a. Bantu klien mengenali koping yang maladaptiveb. Identifikasi alternative koping yang lain.c. Beri pujian atau pengakuan atas perilaku koping yang sehat

5. Diagnose : Isolasi social sehubungan dengan usia lanjut atau fungsitubuh yang menurun Tujuan angka panjang: Mempertahankan hubungan social dengan orang lainTujuan jangka pendek:1. Membina hubungan dengan perawat dan klien di bangsal2. Menerima dukungan dari keluarga dan system social yang lain di masyarakatIntervensi:1. Memperlihatkan penerimaan, minat dan perhatian2. Beri kesempatan pada klien untuk kontak dengan orang lain (staf, klien, lain) untuk waktu yang singkat3. Kaji respon klien klien pada hubungan individu dan tingkatkan peran serta dalam aktifitas kelompok4. Kaji system pendukung yang tersediaa. Bantu orang yang dekat berkomunikasi dengan klien

b. Tingkatkan hubungan yang sehat dalam keluargac. Lakukan rujukan pada sumber di masyarakat

6. Diagnose : Gangguan konsep diri : perasaan tidak berharga sehu-bungan dengan kegagalanTujuan jangka panjang: Klien dapat menerima dirinya dan mem-punyai harga diriTujuan jangka pendek:1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya2. Klien dapat mengidentifikasi hal positif dari dirinya3. klien dapat mendemonstrasikan kemampuannyaIntervensi:1. Terima klien seadanya2. Perlihatkan sikap yang memperhatikan3. Dorong untuk mengungkapkan perasaan4. Tekankan dan refleksikan hal positif yang dimiliki (pekerjaan, keluarga, hasil yang dicapai)5. Dorong untuk melakukan pekerjaan yang disuaki dan dapat ia lakukan6. Beri pujian pada pencapaian dan hindari tindakan perilaku yang negative

4. EvaluasiEvaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang tingkah laku klien setiap hari.Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan modofikasi perencanaan. Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi rencana sangat membantu pencapaian tujuan asuhan keperawatan..Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi diri sendiri.Melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan alternative pemecahan masalh bunuh diri.

BAB IIIKESIMPULAN

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons maladaptive. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.Tingkah laku bunuh diri ada 2, yaitu rentang harapan-putus harapan dan rentang menghargai-merusak diri.Faktor penyebab terjadinya bunuh diri tergantung dengan tingkatan perkembangan pada anak, remaja, mahasiswa, dan lanjut usia.Faktor risiko terjadinya bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen, 1987, hal 488 ada di dalam tabel beikut:FaktorRisiko tinggiRisiko tinggi

Umur45 tahun dan remaja25-45 tahun dan 90% orang dewasa yang mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa, sifat kepribadian, lingkungan psikososial, riwayat keluarga dan faktor biokimia.Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan pada keadaan gawat darurat adalah sebagai berikut:1. Dorongan yang kuat untuk bunuh diri sehubungan dengan alam perasaan depresi2. Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan ketidakmampuan menangani stress, persaan bersalah.3. Koping yang tidak efektif sehubungan dengan keinginan bunuh diri sebagai pemecahan masalah4. Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan keadaan krisis yang tiba-tiba (di rumah, komuniti)5. Isolasi social sehubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun6. Gangguan konsep diri: perasaan tidak berharga sehubungan dengan kegagalan (sekolah, hubungan interpersonal).

Tujuan utama asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri pada keadaan darurat adalah melindungi keselamatan klien atau mencegah terjadinya bunuh diri dan membantu klien mengganti koping yang destruktif dengan koping yang konstruktif.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna.1991. Tingkah Laku Bunuh Diri. Jakarta: ArcanStuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC22