48
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia ( well being ), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Penanganan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat secara langsung. Pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan berbagai hal kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini. Gejala yang berbeda mungkin banyak muncul pada klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dan menyelesaikan masalah juga bervariasi (Keliat, 2005). Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000 penduduk hal ini merupakan kondisi yang sangat serius karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan World Health Organization (WHO, 2001).

1. Resiko Bunuh Diri.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari

penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya

sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan

bahagia ( well being ), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat

merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu

mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Penanganan pada klien dengan masalah

kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa

mungkin tidak dapat dilihat secara langsung.

Pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam

gejala dan disebabkan berbagai hal kejadian masa lalu yang sama dengan

kejadian saat ini. Gejala yang berbeda mungkin banyak muncul pada klien

dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan

mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka

untuk berperan dan menyelesaikan masalah juga bervariasi (Keliat, 2005).

Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000

penduduk hal ini merupakan kondisi yang sangat serius karena lebih tinggi 2,6

kali dari ketentuan World Health Organization (WHO, 2001). Prevalensi

penderita menciderai diri di Indonesia adalah 0,3-1% dan bisa timbul pada usia

sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah

menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka

diperkirakan sekitar 2 juta skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit

Jiwa adalah: penderita yang menciderai dirinya (WHO, 2005).

Salah satu gejala umum menciderai diri adalah halusinasi, Halusinasi

adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah

dan pola dari stimulasi yang mendekat yang disebabkan secara internal atau

eksternal disertai dengan sesuatu pengurangan berlebihan-lebihan. Distorsi atau

kelainan berespon terhadap setiap stimulus (Townsend, 2003).

Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan

dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan

Page 2: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,

2008).

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis makalah dengan tema

“Konsep dan Asuhan keperawatan jiwa resiko bunuh diri”.

2. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah dan sistematika

penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka meliputi: definisi, epidemiologi, etiologi,factor

predisposisi, faktor presipitasi, patopsikologi, pohon masalah manifestasi klinis

dan , fokus intervensi.

BAB III : Tinjauan kasus, asuhan keperawatan dengan resiko bunuh diri :

meliputi Pengkajian, Analisa data, masalah keperawatan, pohon masalah,

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.

BAB IV : Penutup dan daftar pustaka

Page 3: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa

disebut bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun

demikian, intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan, karena intensi sangat

variatif dan bisa mendahului , misalnya untuk mendapatkan perhatian,

membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan sebagai

penderitaan, atau mengakhiri hidup.

Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (dalam

Maris dkk., 2000). Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk

melaksanakan intensi mati. Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman

percaya bahwa metode memiliki makna khusus atau simbolisasi dari individu.

Secara umum, metode bunuh diri terdiri dari 6 kategori utama yaitu:

1. obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)

2. menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)

3. senjata api dan peledak

4. menenggelamkan diri

5. melompat

6. memotong (menyayat dan menusuk)

Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah,

dapat mengarah kepada kematian. Perilaku ini dapat diklasifikasikan sebagai

langsung dan tidak langsung. Perilaku destruktif-diri langsung mencakup setiap

bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari

hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku berjangka pendek. Perilaku

destruktif-diri tidak langsung meliputi setiap aktivitas yang merusak

kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian. Individu

tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi kematian akibat perilakunya

dan biasanya akan menyangkal apabila dikonfrontasi. Durasi perilaku ini

biasanya lebih lama daripada perilaku bunuh diri (Gail Stuart, 2006). Perilaku

destruktif-diri tidak langsung meliputi perilaku berikut:

1. Merokok

Page 4: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

2. Mengebut

3. Berjudi

4. Tindakan kriminal

5. Terlibat dalam aktivitas rekreasi beresiko tinggi

6. Penyalahgunaan zat

7. Perilaku yang menyimpang secara sosial

8. Perilaku yang membuat stres

9. Gangguan makan

10. Ketidakpatuhan pada pengobatan medis (Gail Stuart, 2006)

Rentang respons protektif-diri mempunyai peningkatan diri sebagai

respon paling adaptif, sedangkan perilaku destruktif-diri tidak langsung,

pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respons maladaptif (Gail Stuart,

2006).

a) PERILAKU

1. Ketidakpatuhan

Telah diperkirakan bahwa setengah dari pasien tidak patuh terhadap rencana

pengobatan kesehatan mereka. Orang yang tidak patuh dengan aktivitas perawatan

kesehatan yang dianjurkan umumnya menyadari bahwa mereka telah memilih

untuk tidak memperhatikan diri mereka. Perilaku paling menonjol yang

berhubungan dengan ketidakpatuhan yaitu ketidakpatuhan terhadap pengobatan:

- Menyadari alasan ketidakpatuhan

- Meremehkan keparahan masalah

- Penyakit kronik yang ditandai dengan interval asimtomatik

- Pemberi pelayanan kesehatan yang sering berganti

- Mencari penyembuhan secara mukjizat

RENTANG RESPONS PROTEKTIF-DIRI

Peningkatan

diri

Pengambilan

resiko yang

meningkatkan

pertumbuhan

Perilaku

destruktif-diri

tidak langsung

Pencedaraan

diri

Bunuh

diri

Page 5: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

- Rasa bersalah yang mempengaruhi pencapaian perawatan teratur

- Kepedulian tentang kontrol

2. Pencedaraan diri

Berbagai istilah digunakan untuk menggambarkan perilaku mencederai diri:

- Aniaya diri

- Agresi terhadap diri sendiri

- Membahayakn diri

- Cedera yang membebani diri

- Mutilasi diri

Pencederaan diri dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan

membahayakan diri sendiri yang dilakukan sengaja. Pencedaraan dilakukan

terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut meliputi

kerusakan jaringan yang cukup parah. Bentuk umum perilaku pencederaan diri

termasuk melukai tubuh sedikit demi sedikit, dan menggigit jari.

3. Perilaku Bunuh diri

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien

untuk mengakhiri kehidupannya. Semua perilaku bunuh diri adalah serius, apapun

tujuannya. Dalam pengkajian perilaku bunuh diri, lebih ditekankan pada letalitas

dari metode yang mengancam atau digunakan. Walaupun semua ancaman dan

percobaan bunuh diri harus ditanggapi secara serius, perhatian yang lebih waspada

dan seksama ditunjukkan ketika seseorang merencanakan atau mencoba bunuh diri

dengan cara yang paling mematikan seperti dengan pistol, menggantung diri atau

melompat dari bangunan yang tinggi. Cara yang kurang mematikan seperti karbon

monoksida dan overdosis obat, memberikan waktu untuk mendapatkan bantuan

saat tindakan bunuh diri telah dilakukan.

Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut

telah membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan

renana bunuh diri tersebut. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang

merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik,

dan mempunyai alat untuk melakukannya.

II. EPIDEMIOLOGI

Page 6: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Pada tahun-tahun terakhir angka bunuh diri pada remaja di Amerika

Serikat telah meningkat secara dramatis, walaupun pada beberapa negara lain

tidak demikian. Telah terdapat peningkatan yang tetap pada angka bunuh diri

bagi orang Amerika yang berusia 15 sampai 19 tahun. Angka tersebut sekarang

adalah 13, 6 per 100.000 untuk anak laki-laki dan 3,6 per 100.000 untuk

perempuan. Lebih dari 5.000 orang remaja melakukan bunuh diri setiap

tahunnya di Amerika Serikat, yaitu satu tiap 90 menit. Peningkatan angka bunuh

diri dianggap mencerminkan perubahan dalam lingkungan sosial, perubahan

sikap terhadap bunuh diri, dan meningkatkan ketersediaan alat untuk bunuh

diri; sebagai contohnya, di Amerika Serikat 66% bunuh diri remaja pada anak

laki-laki adalah dilakukan dengan senjata api, dibandingkan dengan 6% di

Inggris.

Bunuh diri adalah penyebab kematian nomor 3 yang terbanyak di

Amerika Serikat pada orang yang berusia 15 sampai 24 tahun dan nomor 2 di

antara laki-laki kulit putih pada kelompok usia tersebut

Angka bunuh diri adalah tergantung pada usia, dan angka meningkat

secara bermakna setelah pubertas. Bilaman kurang dari 1% bunuh diri yang

berhasil per 100.000 untuk usia di bawah 14 tahun, kira-kira 10 per 100.000

bunuh diri yang berhasil terjadi pada remaja yang berusia antara 15 dan 19

tahun. Di bawah usia 14 tahun, usaha bunuh diri sekurangnya adalah 50 kali

lebih sering dibandingkan keberhasialn bunuh diri. Tetapi, antara usia 15 dan 19

tahun, angka usaha bunuh diri adalah kira-kira 15 kali lebih besar dibandingkan

keberhasialn bunuh diri. Jumlah bunuh diri remaja pada beberapa dekade yang

lalu telah meningkat sebesar 3 sampai 4 kali.

III. Etiologi

Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :

Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.

Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan

interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.

Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman

pada diri sendiri.

Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Page 7: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan

masalah. Terbagi menjadi:

1. Faktor Genetik

2. Faktor Biologis lain

3. Faktor Psikososial & Lingkungan

Faktor genetik (berdasarkan penelitian):

1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang

menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan

mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.

Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.

Faktor Biologis lain:

Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:

Stroke

Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)

DiabetesPenyakit arteri koronaria

Kanker

HIV / AIDS

Faktor Psikososial & Lingkungan:

Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan

objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan

terakhir depresi.

Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang

berkembang, memandang rendah diri sendiri

Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem

pendukung social

Faktor Presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:

a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan

interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.

b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.

Page 8: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman

pada diri sendiri.

d. Cara untuk mengakhiri keputusan.

Faktor Predisposisi

Lima domain faktor predisposisi yang menunjang pemahaman perilaku

destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah:

1. Diagnosis psikiatri—lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya

dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang

membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam

perasaan, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

2. Sifat kepribadian—tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan

peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan

depresi

3. Lingkungan psikososial—baru mengalami kehilangan, perpisahan atau

perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial

merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri

4. Riwayat keluarga—riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri

merupakan faktor resiko penting untuk perilaku destruktif-diri

5. Faktor biokimia—data menunjukkan bahwa proses yang dimediasi

serotonin, opiat, dan dopamin dapat menimbulkan perilaku destruktif-diri

(Gail Stuart, 2006)

Stresor Pencetus

Perilaku destrktif-diri dapat ditimbulkan oleh stres yang berlebihan yang

dialami individu. Pencetusnya seringkali beruapa kejadian kehidupan yang

memalukan, seperti masalah yang interpersonal, dipermalukan didepan umum,

kehilangatn pekerjaan atau ancaman pengurungan. Selain itu, dengan

mengetahui seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau

terpengaruh media untuk bunuh diri, juga dapat membuat individu semakin

rentan untuk melakukan perilaku destruktif-diri.

FAKTOR-FAKTOR DALAM PENGKAJIAN PASIEN

Page 9: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

DESTRUKTIF-DIRI

Lingkungan Upaya Bunuh Diri

Pencetus peristiwa kehidupan yang memalukan;

Tindakan persiapan: mendapatkan suatu metode, mengatur rencana,

membicarakan tentang bunuh diri, memberikan barang berharga sebagai

hadiah, catatan untuk bunuh diri;

Penggunaan metode kekerasan atau obat/ racun yang lebih mematikan;

Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih

Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui

Petunjuk Gejala

Keputusasaan;

Menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga;

Alam perasaan tertekan;

Agitasi dan gelisah;

Insomnia yang menetap;

Penurunan berat badan;

Berbicara lamban,keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial;

Pikiran dan rencana bunuh diri

Gangguan Jiwa

Upaya bunuh diri sebelumnya;

Gangguan alam perasaan;

Alkoholisme atau penyalahgunaan zat;

Gangguan tingkah laku dan depresi pada remaja;

Demensia dini dan status konfusi pada lansia yang mengalami skizofrenia;

Kombinasi dari kondisi diatas.

Riwayat Psikososial

Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan;

Hidup sendiri;

Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami;

Stres kehidupan multipel (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti,

Page 10: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

masalah sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin);

Penyakit medis kronik;

Minum alkohol yang berlebihan atau penyalahgunaan zat;

Faktor Kepribadian

Impulsif, agresif, rasa bermusuhan;

Kekakuan kognitif dan negativitas;

Keputusasaan;

Harga diri rendah;

Gangguan kepribadian ambang atau antisosial.

Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri;

Riwayat keluarga gangguan alam perasaan, alkoholisme, atau keduanya.

IV. Patopsikologi

PERILAKU

1. Ketidakpatuhan

Telah diperkirakan bahwa setengah dari pasien tidak patuh terhadap

rencana pengobatan kesehatan mereka. Orang yang tidak patuh dengan

aktivitas perawatan kesehatan yang dianjurkan umumnya menyadari bahwa

mereka telah memilih untuk tidak memperhatikan diri mereka. Perilaku paling

menonjol yang berhubungan dengan ketidakpatuhan yaitu ketidakpatuhan

terhadap pengobatan:

- Menyadari alasan ketidakpatuhan

- Meremehkan keparahan masalah

- Penyakit kronik yang ditandai dengan interval asimtomatik

- Pemberi pelayanan kesehatan yang sering berganti

- Mencari penyembuhan secara mukjizat

- Rasa bersalah yang mempengaruhi pencapaian perawatan teratur

- Kepedulian tentang control (Gail Stuart, 2006)

2. Pencedaraan diri

Page 11: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Berbagai istilah digunakan untuk menggambarkan perilaku mencederai diri:

- Aniaya diri

- Agresi terhadap diri sendiri

- Membahayakn diri

- Cedera yang membebani diri

- Mutilasi diri

Pencederaan diri dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan

membahayakan diri sendiri yang dilakukan sengaja. Pencedaraan dilakukan

terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut meliputi

kerusakan jaringan yang cukup parah. Bentuk umum perilaku pencederaan diri

termasuk melukai tubuh sedikit demi sedikit, dan menggigit jari (Gail Stuart,

2006).

3. Perilaku Bunuh diri

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien

untuk mengakhiri kehidupannya. Semua perilaku bunuh diri adalah serius,

apapun tujuannya. Dalam pengkajian perilaku bunuh diri, lebih ditekankan pada

letalitas dari metode yang mengancam atau digunakan. Walaupun semua

ancaman dan percobaan bunuh diri harus ditanggapi secara serius, perhatian

yang lebih waspada dan seksama ditunjukkan ketika seseorang merencanakan

atau mencoba bunuh diri dengan cara yang paling mematikan seperti dengan

pistol, menggantung diri atau melompat dari bangunan yang tinggi. Cara yang

kurang mematikan seperti karbon monoksida dan overdosis obat, memberikan

waktu untuk mendapatkan bantuan saat tindakan bunuh diri telah dilakukan

(Gail Stuart, 2006).

Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut

telah membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan

renana bunuh diri tersebut. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang

merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik,

dan mempunyai alat untuk melakukannya (Gail Stuart, 2006).

Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, terdapat tiga

macam perilaku bunuh diri, yaitu :

a. Isyarat bunuh diri

Page 12: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Biasanya ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin

bunuh diri, misalnya dengan mengatakan, “Tolong jaga anak-anak karena

saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”

Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk

mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan percobaan

diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah, sedih,

marah, putus asa, atau tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal

negatif tentang dirinya sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.(B. A.

Keliat, 2006)

b. Ancaman bunuh diri

Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan

untuk mati disertai oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan

alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah

memikirkan rencana bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan

bunuh diri (B. A. Keliat, 2006).

Walaupun dalam kondisi ini belum pernah mencoba bunuh diri,

pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat

dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya. (B. A.

Keliat, 2006)

Mengkomunikasikan secara nonverbal dengan memberikan barang

berharga sebagai hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya. Pesan-pesan

ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan saat ini.

Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian.

Kurangnya respons positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk

melakukan tindakan bunuh diri (Gail Stuart, 2006).

c. Percobaan bunuh diri/ Upaya bunuh diri

Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai

diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba

bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau

menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi (B. A. Keliat, 2006).

Page 13: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

V. Manifestasi Klinis

Menurut Carpenito dan Keliat tanda dan gejalanya adalah:

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan

terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak

setelah mendapat terapi sinar pada kanker

2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika

saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri

sendiri.

3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,

saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa

4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin

bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.

5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang

memilih alternatif tindakan.

6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang

suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

VI. Mekanisme Koping

PROSES PERILAKU BUNUH DIRI

Peningkatan verbal/ non verbal

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Ambivilensi tentang kematian Kurangnya respon positif

Upaya bunuh diri

Bunuh diri

Page 14: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri

tidak langsung adalah

1. Penyangkalan, mekanisme koping yang paling menonjol

2. Rasionalisasi

3. Intelektualisasi

4. Regresi.

Mekanisme pertahanan tidak seharusnya dilawan tanpa memberikan

cara koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini mungkin berada diantara

individu dan bunuh diri.

Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme

koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk

mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang

terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif.

VII. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Format Pengkajian pada Pasien Resiko Bunuh Diri

(B.A. Keliat, 2006)

1. Keluhan utama :

2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :

3. Konsep diri: Harga diri

(Umumnya pasien mengatakan hal yang negatif tentang dirinya, yang

menunjukkan harga diri rendah)

4. Alam perasaan

[ ] Sedih [ ] Putus asa

[ ] Ketakutan [ ] Gembira berlebihan

(Pasien umumnnya merasakan kesedihan dan keputus asaan yang sangat

mendalam)

5. Interaksi selama wawancara

[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif

[ ] Defensif [ ] Kontak mata kurang

[ ] Mudah tersinggung [ ] Curiga

Page 15: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

(Pasien biasanya menunjukkan kontak mata yang kurang)

6. Afek

[ ] Datar [ ] Labil

[ ] Tumpul [ ] Tidak sesuai

(Pasien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul)

7. Mekanisme koping maladaptif

[ ] Minum alkohol [ ] Bekerja berlebihan

[ ] Reaksi lambat [ ] Mencederai diri

[ ] Menghindar [ ] Lainnya

(Pasien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar

dan mencederai diri)

8. Masalah psikososial dan lingkungan

[ ] Masalah dengan dukungan keluarga

[ ] Masalah dengan perumahan

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosis yang muncul adalah resiko bunuh diri.

Beberapa klasifikasi diagnostik medis yang berkaitan dengan respon protektif

diri berdasarkan NANDA 2000-2001 dan NANDA 2012-2014 yaitu:

NANDA 2000-2001 NANDA 2012-2014

- Gangguan penyesuaian

- Ansietas

- Gangguan citra tubuh

- Ketidakefektifan koping

- Ketidakefektifan penyangkalan

- Resiko kesepian

- Ketidakpatuhan

- Rendah situasional harga diri

- Resiko rendah situasional harga

diri

- Perilaku mencederai diri

- Resiko perilaku mencederai diri

- Distres spiritual

- Pengabaian diri

- Hambatan Komunikasi verbal

- Harga diri rendah kronik

- Harga diri rendah situasional

- Resiko harga diri rendah kronik

- Resiko harga diri rendah

situasional

- Gangguan citra tubuh

- Ansietas

- Koping Defensif

- Ansietas Kematian

- Ketidakefektifan penyangkalan

- Stres berlebihan

Page 16: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

- Resiko bunuh diri - Distres spiritual

- Resiko distres spiritual

- Resiko perilaku kekerasan

terhadap orang lain

- Resiko perilaku kekerasan

terhadap diri sendiri

- Mutilasi diri

- Resiko mutilasi diri

- Resiko bunuh diri

Rencana Asuhan Keperawatan

a. Ancaman/ percobaan bunuh diri

1. Tindakan keperawatan pada pasien percobaan bunuh diri

a) Tujuan keperawatan

Pasien tetap aman dan selamat

b) Tindakan keperawatan

Melindungi pasien dengan cara:

- Temani pasien terus-menerus sampai pasien dapat dipindahkan ketempat

yang aman

- Jauhkan semua benda yang berbahaya (mis., pisau, silet, gelas, dan tali)

- Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien

mendapatkan obat

- Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa Anda akan melindungi pasien

sampai tidak ada keinginan bunuh diri

2. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien percobaan bunuh diri

a) Tujuan keperawatan

Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam

atau mencoba bunuh diri

b) Tindakan keperawatan

- Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah

meninggalkan pasien sendirian

- Menganjurkan keluarga membantu perawat menjauhi barang-barang

berbahaya disekitar pasien

Page 17: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

- Menganjurkan keluarga untuk tidak membiarkan pasien sering melamun

sendiri

- Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara

teratur.

b. Isyarat bunuh diri dengan diagnosis harga diri rendah

1. Tindakan keperawatan pada pasien isyarat bunuh diri

a) Tujuan keperawatan

- Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya

- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya

- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya

- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

b) Tindakan keperawatan

- Mendiskusikan cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta

bantuan dari keluarga atau teman

- Meningkatkan harga diri pasien dengan cara:

Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya

Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang

positif

Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting

Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien

Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan

- Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:

Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

Mendiskusikan dengan pasien efektivitas masing-masing cara

penyelesaian masalah

Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih

baik

- Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:

Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara

penyelesaian masalah

Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih

baik

Page 18: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

2. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien isyarat bunuh diri

a) Tujuan keperawatan

Keluarga mampu merawat pasien yang beresiko bunuh diri

b) Tindakan keperawatan

- Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri

Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah

muncul pada pasien

Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada

pasien yang beresiko bunuh diri

- Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri

Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga jika pasien

memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri

Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien yaitu dengan,

1. Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat

yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri

dikamarnya atau jangan meninggalkan pasien sendirian dirumah

2. Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.

Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh

diri, seperti tali, bahan bakar minyak/ bensin, api, pisau atau benda

tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun

serangga.

3. Selalu melakukan pengawasan dan meningkatkan pengawasan jika

tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan

pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala

untuk bunuh diri

- Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan jika pasien

melakukan percobaan bunuh diri dengan cara:

Mencari bantuan tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk

menghentikan upaya bunuh diri tersebut

Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan

bantuan medis

- Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi

pasien

Page 19: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga

kesehatan

Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/ kontrol

secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya

Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai

prinsip lima benar, yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar

dosisnya, benar cara penggunaannya, dan benar waktu

penggunaannya.

c. Risiko bunuh diri

Tujuan umum:

Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mengungkapkan kepada seseorang

yang dipercaya apabila ada masalah.

Tujuan khusus:

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip

komunikasi terapetik.

a. Sapa klien dengan ramah dan sopan.

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang diuskai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g. Beri perhatian kepda klien.

d. Koping individu tak adaptif

Tujuan umum:

Klien dapat memilih koping yang efektif agar tidak melakukan bunuh diri.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip

komunikasi terapetik.

Sapa klien dengan ramah dan sopan.

Perkenalkan diri dengan sopan,

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

Page 20: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Jelaskan tujuan pertemuan.

Jujur dan menepati janji.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Beri perhatian kepada klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.

c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.

Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri

Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.

d. Klien dapat mengidentivikasi resiko binuh diri yang biasa dilakukan.

Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.

Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.

e. Klien dapat mengidentivikasi akibat resiko bunuh diri

Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.

Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.

f. Klien dapat mengidentivikasi cara berespon resiko bunuh diri.

Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat

untuk menghadapi masalah.

g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.

Bantu klien untuk mengatasi masalah.

Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dipilih.

h. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.

Menganjurkan klien untuk berdo’a dan sholat.

i. Klien dapat menggunakan obat secara benar.

Jelaskan cara minum obat dengan klien.

Diskusikan manfa’at minum obat.

j. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.

Identifikasi keluarga merawat klien.

Jelaskan cara merawat klien.

k. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan

bunuh diri.

Page 21: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri (Stuart , 2009).

d. Harga diri rendah

Tujuan umum:

Klien dapat berhubungan dengan lain secara optimal untuk mengungkapkan

sesuatu yang dia rasakan pada orang yang dipercaya.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina hubungan saling percaya

dengan menerapkan prinsip komunikasi terapetik.

Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal.

Perkenalkan diri dengan sopan.

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

Jelaskan tujuan pertemuan.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.

Utamakan memberi pujian yang realistik.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Diskusikan penggunaannya.kemampuan yang masih dapat digunakan.

Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan.

Rencana Penyuluhan Pasien : konseling kepatuhan

1. Mengkaji pengetahuan pasien tentang aktivitas perawatan diri

Aktivitas Intruksional :

- Minta pasien menggambarkan gaya hidup, diet, olahraga dan pola pengobatan

yang biasa dilakukan.

Evaluasi : Pasien menggambarkan perilaku sehari-harinya

- Apakah perilaku yang digambarkan sesuai dengan instruksi perawatan diri

yang pernah diterimanya.

Evaluasi : Pasien mengulang arahan yang sebelumnya

Page 22: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

2. Mengidentifikasi area perilaku pasien yang berbeda dengan praktik perawatan diri

yang sehat

Aktivitas Instruksional:

- Jelaskan perilaku perawatan diri yang sehat kepada pasien

- Berikan materi penyuluhan secara tertulis kepada pasien,

- Dukung pasien untuk menjelaskan alasannya untuk tidak melakukan

perawatan diri sesuai dengan yang direkomendasikan.

Evaluasi: Pasien membahas masalah masalah kepatuhan.

3. Membahas pendekatan alternatif untuk perawatan diri

Aktivitas Instruksional :

- Bantu pasien untuk mengidentifikasi alternatif perilaku perawatan diri dan

yang lebih bisa diterima

- Izinkan pasien untuk membicarakan tentang perasaan yang berhubungan

dengan penyakit dan pengobatan

Evaluasi : Pasien menentukan pendekatan yang berbeda, mengungkapkan

perasaan yang berhubungan dengan penyakit.

4. Menyetujui imbalan untuk perilaku patuh

Aktivitas Instruksional :

- Tanya pasien tentang imbalan jika melakukan perawatan diri yang baik

Evaluasi : Pasien mengidentifikasi imbalan

5. Mendukung perilaku baru

Aktivitas Instruksional :

- Puji pasien atau komitmennya untuk melakukan gaya hidup yang lebih sehat

Evaluasi : Pasien menghargai komitmen baru untuk perawatan diri

Rencana Asuhan Keperawatan : Respons Protektid-diri Maladaptif

Diagnosis Keperawatan (NANDA 2000-2001)

Potensial untuk melakukan perilaku kekerasan terhadap diri sendiri

Kriteria hasil : pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik

Tujuan Jangka

Pendek

Intervensi Rasional

Pasien tidak akan Observasi dengan ketat, Prioritas tertinggi

Page 23: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

melakukan aktivitas

yang mencederai

dirinya

Pindahkan benda yang membahayakan,

Siapkan lingkungan yang aman,

Berikan kebutuhan fisiologis dasar,

Kontrak untuk keamanan jika tepat,

Pantau pengobatan.

diberikan pada

aktivitas

penyelamatan

hidup pasien dan

perilaku pasien

harus diawasi

sampai kendali diri

memadai untuk

keamanan.

Pasien akan

mengidentifikasi

aspek positif pada

dirinya

Identifikasi kekuatan pasien,

Ajak pasien untuk berperan serta dalam

aktivitas yang disukai dan dapat

dilakukannya,

Dukung hygine yang baik dan berhias,

Tingkatkan hubungan interpersonal yang

sehat

Perilaku destruktif-

diri mencerminkan

depresi yang

mendasar dan

terkait dengan

harga diri rendah

serta kemarahan

terhadap diri

sendiri

Pasien akan

mengimplementasik

an dua respon

protektif-diri yang

adaptif

Permudah kesadaran, penamaan, dan

ekspresi perasaan,

Bantu pasien mengenal mekanisme

koping yang tidak sehat,

Identifikasi alternatif cara koping,

Beri imbalan untuk perilaku koping yang

sehat.

Mekanisme koping

maladaptif harus

diganti dengan

mekanisme koping

yang sehat untuk

mengatasi stres

dan ansietas.

Pasien akan

mengidentifikasi

dua sumber

dukungan sosial

yang bermanfaat

Bantu orang terdekat untuk

berkomunikasi secara konstruktif dengan

pasien,

Tingkatkan hubungan keluarga yang

sehat

Identifikasi sumber komunitas yang

relevan,

Lakukan rujukan ke sumber komunitas

Isolasi sosial

menyebabkan

harga diri rendah

dan depresi,

mencetuskan

perilaku destruktif-

diri.

Page 24: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Pasien akan mampu

menjelaskan

rencana

pengobatan dan

rasionalnya

Libatkan pasien dan orang terdekat

dalam perencanaan asuhan,

Jelaskan karakteristik dari kebutuhan

pelayanan kesehatan yang telah

diidentifikasi, kebutuhan asuhan

keperawatan, diagnosis medis,

pengobatan, dan medikasi yang

direkomendasikan,

Dapatkan respon terhadap rencana

asuhan keperawatan,

Modifikasi rencana berdasarkan umpan

balik pasien.

Pemahaman dan

peran serta dalam

perencanaan

pelayanan

kesehatan

meningkatkan

kepatuhan.

Implementasi Keperawatan

SP 1 Ancaman/ percobaan bunuh diri:

Pasien : melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.

Keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba bunuh

diri

SP 2 Isyarat bunuh diri dengan diagnosis harga diri rendah:

Pasien : Melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

Meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri

Meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada pasien isyarat

bunuh diri.

Keluarga: Mengajarkan keluarga tentang cara melindungi anggota keluarga beresiko

bunuh diri,

Melatih keluarga cara merawat pasien resiko bunuh diri isyarat bunuh diri,

Membuat perencanaan pulangbersama keluarga pasien resiko bunuh diri.

Evaluasi

1. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah berkurang

sifat, jumlah, asal atau waktunya?

Page 25: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

2. Apakah perilaku pasien mencerminkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan fisik,

psikologis, dan kesejahteraan sosial?

3. Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan dimobilisasi secara adekuat?

4. Apakah pasien menggambarkan diri dan perilaku secara adekuat dan objektif?

5. Apakah pasien menggunakan respons koping yang adaptif?

6. Apakah pasien terlibat dalam aktivitas peningkatan-diri?

7. Apakah pasien mengambil resiko yang cukup beralasan yang dapat meningkatkan

pertumbuhan personal?

(Gail Stuart, 2006)

Evaluasi Kemampuan Pasien Resiko Bunuh Diri dan Keluarganya (B.A. Keliat, 2006)

Nama Pasien :

Ruangan :

Nama Perawat :

Petunjuk :

Berilah tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah ini.

Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.

No. KemampuanTanggal

A. Pasien

1. Menyebutkan cara mengamankan

benda-benda berbahaya

2. Menyebutkan cara mengendalikan

dorongan bunuh diri

3. Menyebutkan aspek positif diri

4. Menyebutkan koping konstruktif

untuk mengatasi masalah

5. Menyebutkan renana masa depan

6. Membuat rencana masa depan

B. Keluarga

1. Menyebutkan pengertian bunuh diri

dan proses terjadinya bunuh diri

2. Menyebutkan tanda dan gejala risiko

Page 26: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

bunuh diri

3. Menyebutkan cara merawat pasien

risiko bunuh diri

4. Membuat jadwal aktivitas dan

minum obat pasien dirumah

5. Memberikan pujian atas

kemampuan pasien

Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Resiko Bunuh Diri (B.A. Keliat,

2006)

Nama pasien :

Ruangan :

Nama Perawat :

Petunjuk :

a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan

b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP dilakukan menggunakan

instrumen Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MKMP

c. Masukkan nilai tiap evaluasi penampilan klinik perawat MPKP ke dalam baris

nilai SP.

No. KemampuanTanggal

A. Pasien

SP 1 Pasien

1. Mengidentifikasi benda-benda

yang dapat membahayakan pasien

2. Mengamankan benda-benda yang

dapat membahayakan pasien

3. Melakukan kontrak terapi

4. Mengajarkan cara mengendalikan

dorongan bunuh diri

5. Melatih cara mengendalikan

dorongan bunuh diri

Page 27: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Nilai SP 1 Pasien

SP 2

1. Mengidentifikasi aspek positif

pasien

2. Mendorong pasien untuk berpikir

positif terhadap diri

3. Mendorong pasien untuk

menghargai diri sebagai individu

yang berharga

Nilai SP 2 Pasien

SP 3 Pasien

1. Mengidentifikasi pola koping yang

biasa diterapkan pasien

2. Menilai pola koping yang biasa

dilakukan

3. Mengidentifikasi pola koping yang

konstruktif

4. Mendorong pasien memilih pola

koping yang konstruktif

5. Menganjurkan pasien menerapkan

pola koping konstruktif dalam

kegiatan harian

Nilai SP 3 Pasien

SP 4 Pasien

1. Membuat rencana masa depan

yang realistis bersama pasien

2. Mengidentifikasi cara mencapai

rencana masa depan yang realistis

3. Memberi dorongan pasien

melakukan kegiatan dalam rangka

meraih masa depan yang realistis

Nilai SP 4 Pasien

B. Keluarga

Page 28: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

SP 1 Keluarga

1. Mendiskusikan masalah yang

dirasakan keluarga dalam merawat

pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda

dan gejala resiko bunuh diri, dan

jenis perilaku bunuh diri yang

dialami pasien beserta proses

terjadinya.

3. Menjelaskan ara-cara merawat

pasien resiko bunuh diri

Nilai SP 1 Keluarga

SP 3 Keluarga

1. Membantu keluarga membuat

jadwal aktivitas dirumah termasuk

minum obat (perencanaan pulang)

2. Menjelaskan kepada keluarga

pasien setelah pulang

Nilai SP 3 Keluarga

Total Nilai : SP Pasien + SP

Keluarga

Rata-rata

Page 29: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

BAB III

PEMBAHASAN

Contoh kasus

Tn. B berusia 35 tahun, masuk RSJ 5 hari yang lalu karena melakukan percobaan bunuh

diri. Kemarin Tn B melakukan percobaan bunih diri lagi, namun sesaat sebelum eksekusi

hal ini segera diketahui tenaga kesehatan di RSJ tersebut. Usia pernikahan tn.B telah

menginjak 10 tahun, tapi belum memiliki anak. Hal ini menyebabkan keadaan rumah

tangganya kurang harmonis, istrinya cenderung menyalahkan tn.B. Karena kesibukanya

bekerja, tn.B kurang bersosialisasi dengan masyarakat, tidak pernah ikut kerja bakti,

yasinan, dan acara waarga yang lain. Akibatnya sering diacuhkan oleh masyarakat.

Perusahaan tempatnya bekerja mengalami pailit akibat UMR meningkat, sebagian besar

para pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn.

B. Akibatnya kondisi keuangannya memburuk, sehingga membuat istrinya meminta

cerai. Tn. B pun menjadi sangat depresi akibat tekanan berat itu. Pengkajian perawat,

klien mengungkapkan bahwa dirinya sudah tidak punya harga diri lagi dan ingin mati

saja.

1. Pengkajiana. Identitas pasien

- Nama : Tn.B- Alamat : Malang- Status pernikahan : menikah- J. Kelamin : Laki-laki- Agama : islam- Penanggung jawab : Tn.A (saudara kandung : kakak)

b. Pengkajian khusus pasien dengan resiko bunuh diri- Isyarat bunuh diri : Keseharian pasien terlihat sangat depresi, ketika

wawancara pasien mengatakan bahwa dirinya sudah putus asa.- Ancaman bunuh diri : Ketika wawancara pasien mengatakan dengan jelas

bahwa dirinya sudah tidak memiliki harga diri lagi dan ingin mati saja.- Percobaan bunuh diri : Pasien telah 2 kali melakukan percobaan bunuh diri.

Pertama sebelum MRS dan kedua di RSJ. Setelah dilakukan wawancara, ternyata pasien sudah memiliki rencana matang untuk melakukan percobaan bunuh diri. Pasien berencana melakukan bunuh diri pada malam hari ketika aktivitas RSJ berkurang, Rencananya pasien akan menggantungkan diri di salah satu kamar mandi di RSJ. Pasien akan

Page 30: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

menjebol plavon dan mengikatkan pakaiannya di salah satu penyangga plavon untuk diikatkan dengan lehernya.

- Riwayat masa lalu : Pasien telah kehilangan pekerjaanya, pasien diminta cerai oleh istrinya, Perilaku kepribadian pasien yang antisosial.

- Riwayat kesehatan mental klien : Tidak ada keluarga yang mengalami hal sama dengan pasien. Pasien tergolong sosok antisosial, tidak pernah mengikuti kegiatan warga. Pasien telah di PHK oleh perusahaan tempatnya bekerja dan sekarng pengangguran. Istrinya juga meminta cerai, karena telah 10 tahun menikah belum memiliki keturunan dan kondisi ekonomi yang sangat kekurangan secara mendadak.

2. Analisa dataDaftar masalah :- Pasien telah 2 kali melakukan percobaan bunuh diri- Pasien mengatakan sudah putus asa- Pasien mengatakan sudah tidak mempunyai harga diri dan ingin mati saja- Keseharian pasien terlihat sangat depresi- Pasien sudah memiliki rencana matang untuk melakukan percobaan bunuh

diri.- Pasien telah kehilangan pekerjaanya- Pasien diminta cerai oleh istrinya - Perilaku kepribadian pasien yang antisosial.- Pasien telah di PHK oleh perusahaan tempatnya bekerja dan sekarng

pengangguran. - Telah 10 tahun menikah belum memiliki keturunan- Kondisi ekonomi yang sangat kekurangan secara mendadak.- Pasien berencana melakukan bunuh diri pada malam hari ketika aktivitas RSJ

berkurang, Rencananya pasien akan menggantungkan diri di salah satu kamar mandi di RSJ. Pasien akan menjebol plavon dan mengikatkan pakaiannya di salah satu penyangga plavon untuk diikatkan dengan lehernya.

Page 31: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Pohon masalah :

3. Diagnosa keperawatan dan intervensi

Resiko Perilaku bunuh diri

DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, sudah tidak mempunyai harga

diri.

DO : ada rencana yang matang untuk melakukan bunuh diri, pernah mencoba

bunuhdiri 2 kali.

Indikator :

- Menyatakan harapannya untuk hidup- Faktor yang beresiko mengakibatkan bunuh diri berkurang - Klien menunjukkan keterbukaan tentang dirinya

Diacuhkan

masyarakat

PHK

Sikap

antisosial

UMR meningkat

Istri meminta cerai

10 tahun tidak

punya anak

Kondisi

ekonomi

berkurang

mendadak

Sosioekonomi Masalah keluarga

Pasien punya rencana matang untuk malakukan percobaan bunuh diri. Bahkan

sudah 2 kali melakukan

Pasien melakukan percobaan bunuh diri

Depresi Harga diri menurun

Mengatakan ingin mati saja

Page 32: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

- Mengidentifikasi alternatif mekanisme coping dan mengaplikasikannya

Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri

Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

a. Perkenalkan diri dengan klien

b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.

c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

d. Bersifat hangat dan bersahabat.

e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Tindakan :

Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,

gunting, tali, kaca, dan lain lain).

Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

Awasi klien secara ketat setiap saat.

Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Tindakan:

Dengarkan keluhan yang dirasakan.

Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan

keputusasaan.

Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana

harapannya.

Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,

kematian, dan lain lain.

Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan

keinginan untuk hidup.

Klien dapat meningkatkan harga diri

Tindakan:

Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar

sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

Page 33: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Tindakan:

Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang

menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, olahraga, membaca buku

favorit, menulis surat dll.)

Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan

pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang

kegagalan dalam kesehatan.

Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai

suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai

pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang

efektif

4. Evaluasi Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem dari klien telah berkurang dalam

sifat, jumlah asal atau waktu.

Klien menggunakan koping yang adaptif.

Klien secara baik dapat terbuka mengatakan sesuatu tentang dirinya

Prilaku klien menunjukan kepedualiannya terhadap kesehatan fisik seperti

berolah raga.

Sumber koping klien telah cukup dikaji dan dikerahkan

Page 34: 1. Resiko Bunuh Diri.doc

BAB IV

Penutup

1. Kesimpulan

Sebagai perawat hendaknya memberikan saran dan memotivasi klien

untuk dapat meminimalkan resiko bunuh diri pada klien bahkan mencegahnya.

Dengan pendekatan terapiutik yang optimal diharapkan klien mampu

mengidentifikasi dan

melakukan koping adaptif dengan menyalurkan emosionalnya dengan

cara yang positif. Keterlibatan suport system, seperti tenaga kesehatan, keluarga

dan sahabat sangat diharapkan mampu memberikan dukungan terhadap klien,

untuk meningkatkan motivasi klien terhadap keberlangsungan hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather T. Bariid, Barrarah dan Praptani, Wuri (ed). 2011. NANDA

Internasional: Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.

Jakarta: EGC

Stuart, Gail W. Karyuni, Pamilih Eko. (ed). 2006. Buku Saku: Keperawatan Jiwa. Edisi 5.

Jakarta: EGC.