24
Kegawatdaruratan Psikiatri Masalah : Bunuh Diri / Percobaan Bunuh Diri / Suicide 1. Definisi Definisi bunuh diri / suicide (percobaan bunuh diri), dari bahasa latin: “ tentamen suicide”, dari bahasa Inggris “suicide attempt”. Percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan disengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu sangat singkat. Secara umum didefinisikan yaitu percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan seseorang yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu yang sangat singkat (Maramis, 1998: 431). Clinton dalam Mental Health Nursing Practice (1995: 262) menyebutkan suatu uapaya yang didasari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati dan perilaku bunuh diri meliputi isyarat – isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri. Taylor dalam Fundamental of Nursing (1997: 790) mengutip dari Ana (1990) menyebutkan bunuh diri secara tradisional dipahami sebagai kegiatan mengakhiri kehidupan. Bantuan dalam bunuh diri sangat berarti, Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008 1

Askep Bunuh Diri.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan jiwa

Citation preview

Page 1: Askep Bunuh Diri.doc

Kegawatdaruratan Psikiatri

Masalah : Bunuh Diri / Percobaan Bunuh Diri / Suicide

1. Definisi

Definisi bunuh diri / suicide (percobaan bunuh diri), dari bahasa latin: “ tentamen

suicide”, dari bahasa Inggris “suicide attempt”.

Percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan

dirinya sendiri dan dengan disengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan

akibatnya yang mungkin pada waktu sangat singkat. Secara umum didefinisikan

yaitu percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan seseorang yang dapat

mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu yang sangat singkat (Maramis, 1998:

431).

Clinton dalam Mental Health Nursing Practice (1995: 262) menyebutkan suatu

uapaya yang didasari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara

sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati dan perilaku

bunuh diri meliputi isyarat – isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan

mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri.

Taylor dalam Fundamental of Nursing (1997: 790) mengutip dari Ana (1990)

menyebutkan bunuh diri secara tradisional dipahami sebagai kegiatan mengakhiri

kehidupan. Bantuan dalam bunuh diri sangat berarti, misalnya menyediakan obat

atau senjata, bunuh diri dibantu (euthanasia pasif) dibedakan dengan euthanasia

aktif . Bunuh diri yang dibantu adalah seseorang membantu mengakhiri hidupnya

tetapi tidak secara langsung menjadi pelaku dalam kematiannya.

Stuart Sundeen dalam Principle Psychiatric Nursing (1995: 866) menyebutkan

bunuh diri adalah menimbulkan kematian sendiri, suicide attempt (upaya bunuh

diri) dengan sengaja melakukan kegiatan tersebut, bila kegiatan tersebut sampai

tuntas akan menyebabkan kematian.

Suicide Gesture (Isyarat Bunuh Diri)

Adalah bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi orang lain.

Suicide Threat (Ancaman Bunuh Diri)

Adalah suatu peringatan baik secara langsung atau tak langsung, verbal atau non

verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

1

Page 2: Askep Bunuh Diri.doc

2. Prevalensi

Dalam tahun – tahun terakhir ini, angka bunuh diri di Amerika yang terjadi pada

usia 12 – 20 tahun mengalami peningkatan dan 12000 anak – anak dan remaja tiap

tahunnya dirawat di Rumah Sakit akibat upaya bunuh diri dan metode bunuh diri

yang paling disukai adalah menggunakan senjata api, ada juga dengan gantung

diri dan minum racun, dalam waktu setiap 90 menit seorang anak meninggal

akibat bunuh diri.

Bunuh diri ditemukan dari berbagai kalangan sosial ekonomi, namun paling

dominan kalangan atas. Pada jenis kelamin pria melakukan bunuh diri secara

efektif (tidak mengharapkan hidup lagi), sedangkan pada wanita kesempatan

hidup masih ada (karena wanita memberi peluang untuk diselamatkan). Bahkan di

benua Asia Harakiri dilakukan demi suatu kehormatan.

Di Indonesia bunuh diri, akhir zaman ini menimpa orang dewasa dan anak – anak.

Prayitno, kasus bunuh diri di Indonesia (RSCM Jakarta) terdapat 1.119 kasus

bunuh diri tahun 2004 – 2005 dan 41% dengan cara gantung diri, 23%

menggunakan racun serangga dan overdosis.

WHO: 2003 bahwa satu juta orang bunuh diri tiap tahunnya atau setiap 40 detik,

terutama usia 15 – 34 tahun. Sumber Baku (IYUS Yosep, 2007).

3. Gambaran Klinis dan Psikodinamika

Dalam mengenali pasien yang cenderung bunuh diri merupakan satu tugas yang

penting namun sulit dilaksanakan. Penelitian menunjukkan bahwa resiko bunuh

diri yang berhasil akan meningkat pada jenis pria berkulit putih, umur lanjut dan

isolasi sosial. Pasien dengan riwayat keluarga percobaan bunuh diri atau bunuh

diri yang berhasil membuat resiko tambah semakin tinggi. 80% pasien yang

melaksanakan bunuh diri dan berhasil, biasanya mengidap gangguan afektif dan

25% bergantung pada alkohol. Bunuh diri merupakan 15% sebab kematian,

kelompok diatas skozofrenia yang jarang terjadi, namun 10% pasien skizofrenik

meninggal akibat bunuh diri (Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat: 433-434).

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

2

Page 3: Askep Bunuh Diri.doc

4. Macam – Macam Bunuh Diri dan Percobaan Bunuh Diri Emile Derkheim

1) Bunuh Diri Egoistik

Individu itu tidak mampu berintegrasi dengan masyrakat. Hal ini disebabkan

oleh kondisi kebudayaan atau masyarakat yang menjadikan individu itu seolah

– olah tidak berkepribadian.

Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka

yang tidak menikah lebih rentan untuk melakukan bunuh diri daripada mereka

yang sudah menikah. Masyarakat daerah pedesaan mempunyai integrasi sosial

yang lebih baik daripada daerah perkotaan sehingga angka suicide juga lebih

sedikit.

2) Bunuh Diri Altruistik

Individu itu terikat pada tuntutan tradisi ataupun ia cenderung untuk bunuh

diri karena identifikasinya terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa

bahwa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.

Contohnya : “Harakiri” di Jepang , “puputan” di Bali beberapa ratus tahun

lalu, dan dibeberapa masyarakat primitif yang lain. Suicide mencari ini

mencari dalam zaman sekarang jarang terjadi.

3) Bunuh Diri Anomik

Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu

dengan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma – norma

yang kelakuan yang biasa.

Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan, masyarakat atau kelompoknya

tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya karena tidak ada pengaturan dan

pengawasan terhadap kebutuhan – kebutuhannya.

Hal ini menerangkan mengapa percobaan bunuh diri pada orang cerai

pernikahan lebih banyak daripada mereka yang tetap dalam pernikahan.

Golongan manusia yang mengalami perubahan ekonomi yang drastis juga

lebih mudah melakukan percobaan bunuh diri.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

3

Page 4: Askep Bunuh Diri.doc

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bunuh Diri

1) Faktor Psikologik

1 Teori Freud

Menafsirkan tingkah laku suicide, bahwa halangan untuk menyatakan amarah

dan permusuhan terhadap seseorang yang dicintai, mungkin memaksakan

seseorang untuk menimpakan impuls – impuls agresif yang tidak aseptabel itu

pada dirinya sendiri.

Para psikoanalis biasanya cenderung mengabaikan faktor sosial yang juga

sangat mempengaruhi individu. Mereka lebih menitikberatkan pada dorongan

(“drives”) pribadi seperti pada keseimbangan antara instink mati dan hidup.

2 Teori Meninger

Adanya tiga komponen pada orang yang melakukan bunuh diri, yaitu adanya

keinginan untuk menambah dan menyerang, untuk dibunuh dan untuk mati

atau menghukum diri sendiri.

3 Teori Scheidman dan Farberow

Membagi 4 golongan yaitu:

1). Mereka percaya bahwa tindakan bunuh diri itu benar, sebab mereka

memandang bunuh diri sebagai peralihan menuju kehidupan yang lebih

baik atau mempunyai arti untuk menyelamatkan nama baiknya (misal:

Harakiri).

2). Mereka yang sudah tua, hal ini ditemukan pada orang yang kehilangan

anak atau cacat jasmaninya, yang menganggap bunuh diri sebagai suatu

jalan keluar dari keadaan yang tidak menguntungkan bagi mereka.

3). Mereka yang psikotik, dan bunuh diri disini merupakan jawaban terhadap

halusinasinya atau wahamnya.

4). Mereka yang bunuh diri sebagai balas dendam, yang percaya bahwa

karena bunuh diri orang lain akan berduka cita dan mereka sendiri akan

dapat menyaksikan kesusahan orang lain itu.

Menurut Schneidman dan Farberow bunuh diri (suicide) mengandung arti :

1. Ancaman bunuh diri (threatened suicided).

2. Percobaan bunuh diri (attempted suicided).

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

4

Page 5: Askep Bunuh Diri.doc

3. Bunuh diri yang telah dilakukan (comitted suicided).

4. Depresi dengan niat hendak bunuh diri.

5. Melukai diri sendiri (self destruction).

2) Faktor Biologik

Kurangnya Seorotin di CSF, para penganut teori nerofisiologik menganggap

bahwa keputusan terakhir untuk melakukan bunuh diri dipengaruhi oleh

kelemahan fungsi serebrohortikal, antara lain karena insomnia dan barbitural serta

alkohol.

3) Faktor Genetik

Riwayat keluarga bunuh diri studi kembar 11,3% versus 1,8%.

4) Faktor Fisik

Korban bunuh diri 25 – 75% dengan gangguan fisik/ kecacatan (Maramis, 1998:

434 - 436).

6. Pencegahan dan Pengobatan

Yang berhasil bunuh diri tentunya tidak perlu pengorbanan lagi, hanya keluarga

yang ditinggalkan mungkin perlu diperhatikan, karena kejadian ini menimbulkan

stress pada mereka dan ada kecenderungan untuk bunuh diri yang lebih besar

diantara orang – orang yang berhubungan dengan orang yang telah melakukan

bunuh diri. Bila ada kesempatan, maka kiranya hal suicide secara umum

sebaiknya dibicarakan dengan mereka.

Untuk yang tidak berhasil, tindakan yang menjadi prioritas dalam pengobatan

tergantung pada berat ringannya keadaan badan dan jiwa atau gejala – gejala yang

paling menonjol.

Bagaimana dengan pencegahan, mengapa mencegah orang yang mau bunuh diri?

Manusia berkuasa atas dirinya sendiri? Kalau mau mati boleh asal tidak boleh

merugikan orang lain.

Orang yang akan melakukan bunuh diri egoistik ataupun anomik berada dalam

keadaan patologis, karena mengalami gangguan fungsi mental yang bervariasi,

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

5

Page 6: Askep Bunuh Diri.doc

ringan sampai berat karena perlu ditolong. Kecuali bunuh diri altruistik tidak

mungkin ditolong kecuali bila kebudayaan dan norma – norma masyarakat diubah.

Solomon membagi besarnya resiko bunuh diri adanya tanda – tanda resiko berat

dan tanda – tanda bahaya yaitu:

1 Tanda – Tanda Resiko Berat ialah:

1). Keinginan mati yang sungguh – sungguh, pernyataan yang berulang –

ulang, bahwa ia ingin mati (anggapan bahwa orang yang mengatakan

demikian tidak akan berbuatnya ternyata keliru).

2). Adanya depresi, dengan gejala rasa salah dan dosa terutama terhadap

orang – orang yang sudah meninggal, rasa putus asa, ingin dihukum, rasa

cemas yang hebat, rasa tidak berharga lagi, adanya gangguan tidur yang

berat.

3). Adanya psikosa, terutama penderita psikosa yang impulsif serta adanya

perasaan curiga, ketakutan dan panik. Keadaan semakin berbahaya bila

penderita mendengar suara – suara yang memerintakan membunuh dirinya.

2 Tanda – Tanda Bahaya yaitu:

1). Pernah melakukan percobaan bunuh diri (anggapan bahwa orang yang

pernah mencoba bunuh diri tidak akan berbuat demikian lagi juga keliru).

Jika percobaan bunuh diri dahulu ditempat yang sepi, sehingga kecil sekali

orang yang dapat menghalangi tindakannya, dan bila dilakukan di tempat

ramai mungkin keinginan mati itu kecil.

Cara yang dipakai, bila yang dipilih lebih besar dan lebih menyakitkan

maka makin besar niatnya dengan kemungkinan melakukan suicide.

2). Penyakit menahun: Penderita melakukan bunuh diri karena depresi.

3). Ketergantungan obat dan alkohol karena mempunyai efek melemahkan

kontrol dan mengubah dorongan (impuls) sehingga memudahkan bunuh

diri.

4). Hipokhodriasis: keluhan fisik yang konstan dan bermacam – macam tanpa

sebab organis dapat menimbulkan depresi yang berbahaya.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

6

Page 7: Askep Bunuh Diri.doc

5). Bertambahnya umur: terutama pada pria, bertambahnya umur tanpa

pekerjaan atau kesibukan yang berarti, dapat menambah perasaan bahwa

hidupnya tidak berguna.

6). Pengasingan diri: masyarakat tidak dapat lagi menolong dan mengatasi

depresi berat.

7). Kebangkrutan kekayaan: individu tanpa uang, pekerjaan, teman/ harapan

masa depan, tidak mempunyai gairah untuk hidup.

8). Catatan bunuh diri: setiap catatan bunuh diri harus dianggap sebagai tanda

bahaya.

9). Kesukaran penyesuaian diri yang kronis: hubungan antar individu yang

tidak memuaskan, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melakukan

suicide.

10). Tak jelas adanya keuntungan sekunder, jika ancaman penderita tertuju

pada orang tertentu disekitarnya, maka mungkin percobaan bunuh diri

bertujuan untuk memanipulasi dan mengharapkan pertolongan, maka

resiko kecil. Jika tidak terdapat keuntungan sekunder yang jelas dan

ancamannya betul – betul ditujukan pada dirinya, maka resiko jauh lebih

besar (Maramis, 1998: 440 - 441).

7 Pengobatan

Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian khusus, pertolongan

pertama dilakukan secara darurat di rumah sakit. Kesadaran penderita tidak selalu

menentukan urgensi suatu tindakan medis, penentuan perawatan tidak tergantung

pada faktor sosial, tetapi berhubungan dengan kriteria besarnya kemungkinan

suicide. Pengobatan mentalnya, penderita depresi TX ECT, obat – obatan anti

depresi dan psikoterapi (Maramis, 1998: 444).

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

7

Page 8: Askep Bunuh Diri.doc

B. Mencederai Diri Sendiri (Bunuh Diri)

Seorang anak remaja yang merupakan harapan orang tua dan harapan masa depan

bangsa. Akhir – akhir ini penelitian menunjukkan banyak kasus bunuh diri dari

kalangan anak dan remaja.

Kaplan Sadock (1997), seorang anak yang berupaya bunuh diri sangat rentan

terhadap pengaruh stressor sosial, seperti percekcokan keluarga yang kronis,

penyiksaan, penelantaran, kehilangan sesuatu yang dicintai, kegagalan akademik

dan lingkungan yang buruk.

Ciri – ciri universal penyebab anak remaja bunuh diri adalah ketidakmampuan

mereka memecahkan masalah dalam menghadapi percekcokan keluarga,

penolakan dan kegagalan karena yang bertanggungjawab dalam trend upaya

bunuh diri pada anak dan remaja di Indonesia adalah keluarga dan lingkungan

terdekat pada anak.

Vigocsky bahwa lingkungan terdekat anak akan berpengaruh dalam membentuk

karakter dan kepribadian anak.

Stuart Sundeen 1995, jenis kepribadian paling serius melakukan bunuh diri adalah

type agresif, bermusuhan, putus asa, harga diri rendah (HDR) dan kepribadian anti

sosial. Anak memiliki resiko besar untuk melakukan bunuh diri berasal dari

keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter untuk keluarga yang pernah

melakukan bunuh diri, gangguan emosi dan keluarga dengan alkoholisme.

Faktor yang memegang peranan ialah riwayat psikososial seperti orang tua yang

bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan atau stress multiple seperti

(pindah tempat tinggal, kehilangan, penyakit kronis). Stressor tersebut

mempengaruhi koping yang kurang konstruktif. Anak mudah mengambil jalan

pintas karena tidak ada lagi tempat yang memberi rasa aman.

Kaplan bahwa gangguan jiwa dan suicide pada anak remaja akan muncul apabila

stressor lingkungan menyebabkan kecemasan meningkat.

1 Stressor Pencetus secara Umum

Stressor pencetus bunuh diri sebagian besar adalah kejadian memalukan, masalah

interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman

penjara dan yang paling penting tahu cara – cara bunuh diri.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

8

Page 9: Askep Bunuh Diri.doc

Faktor resiko secara psikososial: putus asa, ras, jenis kelamin, riwayat keluarga

bunuh diri, riwayat keluarga adiksi obat, diagnosa penyakit kronis,

penyalahgunaan zat.

2 Faktor yang Mempengaruhi Bunuh Diri

1). Faktor mood dan biokimiawi otak

Pencetusnya ialah semua kasus “horor” tersebut dilandasi pada mood atau

suasana hati sekarang. Ghanshyam Pandey University Chicago menemukaan

bahwa aktifitas enzim didalam pikiran manusia bila mempengaruhi mood yang

memicu keinginan mati bahwa tingkat aktifitas protein kinase C (PKC), pada

otak orang bunuh diri lebih rendah daripada yang mati dengan tidak bunuh

diri.

Benefit, Rooswita, Depresi berat menjadi penyebab utama karena individu

tidak kuat menanggung beban permasalahnnya dan pada akhirnya memicu

keinginan bunuh diri.

2). Faktor riwayat gangguan mental

Depresi, stress pada remaja dan mereka berusia muda cenderung meningkat

dan semakin mengkhawatirkan, 20% orang muda mati bunuh diri karena

faktor neurobilogisnya (serotonin, adrenalin, dopamin), pada kasus bunuh diri

cairan serotonin yang menyebabkan stress dan depresi.

3). Faktor meniru / imitasi pembelajaran

Dalam kasus bunuh diri dikatakan ada proses pembelajaran. Para korban

memiliki pengalaman dari salah satu keluarganya yang pernah melakukan

percobaan bunuh diri atau meninggal karena bunuh diri, bisa juga dari

pembelajaran / pengetahuan (misal: film – film, horor / sedih), orang yang

pernah mencoba bunuh diri dengan cara yang halus (minum racun, overdosis

obat) bila tidak berhasil akan mengulangi cara yang lebih halus (gantung diri,

dll).

4). Faktor isolasi sosial

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

9

Page 10: Askep Bunuh Diri.doc

Seorang individu merasa terasing (dipinggirkan dan merasa tidak mempunyai

teman sekolah, tingkah laku / perasaan ini menjadi lebih buruk bila ia merasa

tidak dipedulikan kleuarganya).

Mengapa orang memilih bunuh diri?, secara umum stress muncul karena

kegagalan beradaptasi, baik dilingkungan pekerjaan, keluarga, sekolah,

pergaulan dalam masyarakat dan sebagainya.

5). Faktor hubungan perasaan aman dan ancaman kebutuhan dasar

Rasa tidak aman merupakan penyebab terjadinya banyak kasus bunuh diri,

merasa kuatir, takut akan ancaman kebutuhan dasar (makan, tempat tinggal

dan sebagainya) tidak terpenuhi bahkan kehilangan karena adanya peraturan –

peraturan yang ada (PHK, penggusuran rumah - rumah).

6). Faktor religius

Dahlikhairi, bunuh diri merupakan cerminan tipisnya iman atau kurang begitu

memahami ilmu agama. Dengan alasan apapun dan diagama manapun bunuh

diri dipandang sebagai dosa besar dan mengingkari kekuasaan Tuhan. Di

negara maju kematian karena bunuh diri menempati urutan ketiga mungkin

disebabkan tidak beriman serta lemahnya pemahaman tentang agama.

Bunuh diri, bisa terjadi pada semua tahap usia, dengan pencetus yang berbeda

– beda, sulitnya menghadapi lingkungan, kompetisi, termasuk dalam

pergaulan, bisa memacu stress atau tekanan hidup yang salah satu faktor

penyebab bunuh diri.

3 Rentang Respon

RESPON ADIKTIFRESPON

MALADAPTIF

Menghargai Berani ambil resiko

dalam

mengembangkan diri

Perilaku

destruktif diri tak

berlangsung

Merubah diri

sendiri secara

tidak langsung

Bunuh

diri

(Stuart, Sundeen 1987 , Keliat BA 1994)

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

10

Menghargai diri Merusak diri

Page 11: Askep Bunuh Diri.doc

4 Terapi Lingkungan pada Kondisi Khusus Bunuh Diri (Suicide)

Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk

mencederai diri sendiri atau orang lain, alat medis, obat-obatan dan jenis cairan

medis di lemari dalam keadaan terkunci, ruangan harus ditempatkan di lantai satu

dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan, tata ruangan

menarik dengan menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup

pasien, warna dinding cerah, adanya bacan ringan, lucu dan memotivasi hidup,

hadirkan musik ceria, televisi dan film komedi, adany alemari khusus untuk

menyimpan barang – barang pribadi pasien.

Lingkungan sosial: komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa

pasien sesering mungkin, memberi penjelasan setiap akan melakukan kegiatan

keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima pasien apa adanya jangan

mnegjek serta merendahkan, meningkatkan harga diri pasien, membantu menilai

dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap, membantu pasien dalam

berinteraksi dengan keluarganya, sertakan keluarga dalam rencana asuhan

keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama.

5 Peranan Perawat dalam Perilaku Mencederai Diri

Pengkajian

1. Lingkungan dan upaya bunuh diri: perawat perlu mengkaji paristiwa yang

menghina atau menyakitkan, upaya persiapan, ungkapan verbal, catatan,

lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan,

racun.

2. Gejala: perawat mencatat adanya keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri,

perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi gelisah,

insomnia menetap, berat badan menurun, bicara lamban, keletihan , withdrawl.

3. Penyakit psikiatrik: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adiktif,

depresi remaja, gangguan mental lansia.

4. Riwayat psikososial: bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan, stress

multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan, masalah sekolah, krisis

disiplin), penyakit kronik.

5. Faktor kepribadian: impulsif, agresif, bermusuhan, kognisi negatif dan kaku,

putus asa, harga diri rendah, antisosial.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

11

Page 12: Askep Bunuh Diri.doc

6. Riwayat keluarga: riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme.

Diagnosa Perawatan

Resiko tinggi mutilasi diri/ kekerasan pada diri sendiri dengan takut terhadap

penolakan, alam perasaan yang tertekan, reaksi kemarahan, ketidakmampuan

mengungkapkan perasaan secara verbal, ancaman harga diri karena malu

kehilangan pekerjaan dan sebagainya.

Sasaran jangka pendek: klien akan mencari bantuan staf bila ada perasaan

ingin mencederai diri

Sasaran jangka panjang: klien tidak akan mencederai diri.

Intervensi dan Rasional

Observasi perilaku klien lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin,

hindari kesan pengamatan dan kecurigaan pada klien (observasi ketat

dibutuhkan supaya intervensi dapat terjadi jika dibutuhkan untuk memastikan

keamanan klien).

Tetapkan kontak verbal dengan klien bahwa ia akan meminta bantuan jika

keinginan untuk bunuh diri dirasakan (mendiskusikan perasaan ingin bunuh

diri dengan orang yang dipercaya memberikan derajat keringanan untuk

klien, sikap penerimaan klien sebagai individu dapat dirasakan).

Jika mutilasi diri terjadi, rawat luka klien dengan tidak mengusik

penyebabnya jangan berikan reinforcement positif untuk perilaku tersebut

(kurangnya perhatian untuk perilaku maladaptif dapat menurunkan

pengulangan mutilasi).

Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimilikinya sebelum

perilaku ini terjadi (agar memecahkan masalah dan memahami faktor

pencetus).

Bertindak sebagai model dalam mengekspresikan amarah yang tepat (perilaku

bunuh diri dipandang sebagai marah yang diarahkan pada diri sendiri).

Singkirkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien (keamanan

klien merupakan prioritas keperawatan).

Arahkan kembali perilaku mutilasi dengan penyaluran fisik (latihan fisik

merupakan cara yang aman untuk menyalurkan ketegangan yang terpendam).

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

12

Page 13: Askep Bunuh Diri.doc

Komitmen semua staf untuk memberikan spirit kepada klien (bukti kontrol

terhadap situasi dan memberikan keamanan fisik serta semangat hidup).

Berikan obat – obatan sesuai dengan kolaborasi, pantau keefektifan dan efek

samping (obat penenang seperti ansiolotik/ antipsikotik dapat memberikan

efek menenangkan pada klien dan mencegah perilaku agresif).

Gunakan restrain mekanis bila keadaan memaksa sesuai prosedur tetap (bila

klien menolak obat – obatan dan situasi darurat restrain diperlukan pada

jam-jam tertentu).

Observasi klien dengan restrain tiap 15 menit/ sesuai prosedur tetap dengan

mempertimbangkan keamanan, sirkulasi darah, kebutuhan dasar (keamanan

klien merupakan prioritas keperawatan).

Intervensi Klien Bunuh Diri

1. Listening, Kontrak, Kolaborasi dengan Keluarga

Klien bisa ditolong dengan terapi dan bisa hidup lebih baik, jika ia mau

berbicara dan mendengar dalam upaya memecahkan persoalan, serta tidak ada

alasan melalui kesulitan sendirian tanpa bantuan orang lain. Selain itu, bila

mendapati ada orang yang hendak bunuh diri, sebaiknya dengarkan apa yang

dia keluhkan. Berikan dukungan agar dia tabah dan tetap berpandangan bahwa

hidup ini bermanfaat, buat lingkungan tempat dia tinggal aman dengan cara

menjauhkan alat-alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Kalau perlu

buatlah semacam “kontrak” pada dia untuk tidak melakukan bunuh diri, meski

tingkat keberhasilan ini sangat kecil. Kesulitan utama yang dihadapi apabila

orang yang akan melakukan bunuh diri itu tidak menunjukkan gejala-gejala

tersebut. Pada tingkat permukaan dia tampak mengerti dan memahami arti

hidup, serta terkesan tidak akan melakukan bunuh diri, tetapi tiba-tiba sudah

mati bunuh diri. Lingkungan sosial, termasuk keluarga, juga menjadi sarana

yang baik untuk membantu mengurangi atau menghilangkan keinginan orang

untuk bunuh diri.

2. Pahami Persoalan dari “Kacamata” Mereka

Menghadapi orang yang berniat bunuh diri atau gagal melakukan bunuh diri,

perlu sikap menerima, sabar dan empati. Perawat berupaya agar tidak bersikap

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

13

Page 14: Askep Bunuh Diri.doc

memvonis, memojokkan apalagi menghakimi mereka yang punya niat bunuh

diri atau gagal melakukan bunuh diri. “Kalau mereka merasa dipojokkan

kemungkinan bunuh diri akan semakin cepat”. Yang paling penting disini

adalah mencoba menampung segala keluahnnya dan menjadi pendengar yang

baik. Hindari argumentasi dan nasihat-nasihat. Jangan harap kata-kata Anda

bisa menjadi senjata ajaib untuk menyadarkannya. Pada dasarnya dalam diri

orang yang ingin bunuh diri tersimpan sikap mendua atau ambivalen. Sebagian

dari dirinya ingin tetap hidup, tapi sebagian lagi ingin segera mati untuk

mengakhiri penderitaannya. Karena sedang menderita itulah, sebenarnya ia

sangat membutuhkan bantuan orang lain. Ia butuh ventilasi untuk mengalirkan

masalah dan perasaannya. Namun, orang yang berniat bunuh diri biasanya

takut untuk mencoba pertolongan. Ia takut usaha itu justru akan menambah

beban deritanya karena bisa saja ia akan dibilang bodoh, sinting, berdosa, atau

diberi cap negatif lainnya.

3. Pentingnya Partisipasi Masyarakat

Gangguan kejiwaan sebenarnya bisa sembuh hanya perlu terus dievaluasi

karena bisa sewaktu-waktu kambuh. Masih banyak stigma atau penilaian

negatif di masyarakat kepada klien gangguan kejiwaan. Namun, bila

dibandingkan dulu stigma sekarang sudah mulai menurun. Bahkan stigma

membuat pihak keluarga klien juga tidak memahami karakter keluarganya

yang menderita gangguan jiwa. Keluarga jadi bersikap apatis dan sering

mengelak bila diajak konsultasi ke psikiatri. Padahal, dukungan keluarga

sangat penting untuk upaya penyembuhan klien gangguan kejiwaan. Keluarga

perlu didukung masyarakat sekitarnya agar klien gangguan jiwa dianggap

sama dengan penyakit-penyakit fisik lain seperti Decomp, DM, Hepatitis dan

sebagainya. Yang membutuhkan perawatan dan tenaga ahli serta dianggap

sebagai cobaan yang bisa menimpa siapa saja.

4. Express Feeling

Perlu ada dukungan dari lingkungan. Istilah ngetopnya sharing atau curhat,

sehingga membantu meringankan beban yang menerpa. Salah satu solusi yang

akan ditawarkan, selain mengpontrol emosi, lebih mwndekatkan diri kepada

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

14

Page 15: Askep Bunuh Diri.doc

Tuhan Yang Maha Kuasa. Express feeling sangat penting agar masalah yang

menekan semakin ringan.

5. Lakukan implementasi khusus

Semua ancaman bunuh diri secara verbal dan non verbal harus ditanggapi

serius oleh perawat. Laporkan sesegera mungkin dan lakukan tindakan

pengamanan.

Jauhkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien.

Jika klien beresiko tinggi untuk bunuh diri, observasi secara ketat di

tempat tidur/ kamar mandi.

Observasi dengan cermat saat klien makan obat, periksa mulut, pastikan

bahwa obat telah ditelan, berikan obat dalam bentuk cair bila

memungkinkan.

Jelaskan semua tindakan pengamanan kepada klien, komunikasikan

perhatian dan kepedulian perawat.

Waspadai bila klien terlihat tenang sebab mungkin saja ia telah selesai

merencanakan bunuh diri.

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008

15