56
1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA VARIOLA DAN VARICELLA

Askep Variola

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan lansia

Citation preview

Page 1: Askep Variola

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA VARIOLA DAN VARICELLA

Page 2: Askep Variola

2

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelasiakan tugas makalah matakuliah Sistem

Integumen yang berjudul “Asuhan Keperawatan Variolla" tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam penyusunan tugas Sistem Integumen.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, maka

dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun, sehingga

makalah ini dapat bermanfaat dikemudian hari.

Jember, 10 November 2013 Penulis

Page 3: Askep Variola

3

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1

1.4 Implikasi Keperawatan ........................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN TEORI .......................................................................... 3

2.1 Review Anatomi Fisiologi ........................................................... 3

2.2 Tinjauan Teori Variola .............................................................. 5

BAB 3. PATHWAY........................................................................................ 20

3.1 Pathway Variola .......................................................................... 20

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................27

4.1 Pengkajian ...................................................................................27

4.2 Diagnosa .......................................................................................54

4.3 Intervensi .....................................................................................56

4.4 Implementasi ...............................................................................64

4.5 Evaluasi ........................................................................................66

BAB 5. PENUTUP .........................................................................................68

5.1 Kesimpulan ..................................................................................68

5.2 Saran ............................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................69

Page 4: Askep Variola

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan kulit perlu diperhatikan karena kulit merupakan bagian yang

paling vital dan mencerminkan kesehatan dan kehidupan. Penyakit kulit seperti

variola merupakan penyakit yang mengganggu penampilan.Variola adalah

penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus variola major atau

variola minor. Maka dari itu, agar tidak terjangkit penyakit tersebut, diharapkan

harus menjaga personal hygine dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas pada makalah ini meliputi:

1) Bagaimana konsep penyakit dari variola ?

2) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami variola ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembahasan makalah ini meliputi:

1) Mengetahui konsep penyakit dari variola.

2) Mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang mengalami variola.

1.4 Implikasi Keperawatan

Implikasi yang dapat dilakukan perawat adalah:

1) Perawat sebagai edukator

Perawat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai

variola dan varicella dengan bahasa yang mudah dipahami.

2) Perawat sebagai konselor

a. Perawat memberikan konseling mengenai prosedur dalam menjalani

perawatan tuli toksik dan presbiakusis.

Page 5: Askep Variola

2

b. Perawat memberikan konseling kepada keluarganya mengenai peran

keluarga dalam menghadapi pasien.

c. Perawat membantu pasien dalam memecahkan masalah dengan

memberikan pilihan-pilihan yang terbaik guna mendapatkan pelayanan

dan penatalaksanaan untuk pasien variola dan varicella.

3) Perawat sebagai advokasi

a. Perawat melindungi hak-hak pasien variola dan varicella, dalam

mendapatkan pelayanan dan penatalaksanaan yang sesuai.

b. Perawat memberikan saran - saran kepada pasien dan keluarganya jika

pasien dihadapkan pada suatu permasalahan, dengan membantu

menyelesaikannya dan tidak lupa menjelaskan tentang baik buruknya

dari setiap pilihan.

4) Perawat sebagai care giver

Perawat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien yang

menderita penyakit variola dan varicella, dan memberikan pelayanan yang

tepat saat pasien dirawat.

Page 6: Askep Variola

3

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Review Anatomi dan Fisiologi

Integumen membentuk lapisan luar ke tubuh. Integumen terdiri dari kulit

dan beberapa derifasi kulit terspesialisasi tertentu antara lain rambut, kuku, dan

beberapa jenis kelenjar. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian

luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit

bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.(Syaifuddin, 2006).

Menurut Syaifuddin (2006) Kulit manusia tersusun atas tiga lapisan, yaitu

epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis dan dermis dapat terikat satu sama lain

akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.

1) Epidermis

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal

yang berbeda-beda: 400-600 m untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan

dan kaki) dan 75-150 m untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan

kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas

lapisan:

a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses

melanogenesis.

b. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum

tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan

merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel

Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.

c. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris

dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.

d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling

dalam terdiri dari Stratum Korneum, Stratum Lucidum, Stratum

Granulosum, Stratum Spinosum dan Stratum Basal/Germinativum.

Page 7: Askep Variola

4

2) Dermis

Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang

bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di

daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak

nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular

a. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis,

terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast,

sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh

(ekstravasasi).

b. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun

atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).

Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan

epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea.

3) Lapisan Subkutan

Mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat

dibawahnya. Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak yang beragam,

bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak

pembuluh darah dan ujung saraf.

Fungsi Integumen antara lain sebagai berikut :

1) Perlindungan;

2) Pengatur suhu tubuh;

3) Ekskresi;

4) Metabolisme;

5) Komunikasi ( Ethel, 2003).

Gambar 1. Anatomi Kulit

Page 8: Askep Variola

5

2.2 Tinjauan Teori Variola

2.2.1 Pengertian Variola

Variola (smallpox) adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan

oleh virus variola major atau variola minor. Penyakit ini dikenal dengan nama

Latinnya, variola atau variola vera, yang berasal dari kata Latin varius, yang

berarti “berbintik”, atau varus yang artinya “jerawat”. Variola muncul pada

pembuluh darah kecil di kulit serta di mulut dan kerongkongan

          Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaan umum

yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang

monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh.

Gambar 1. Penderita Cacar ( smallpox)

2.2.2 Epidemiologi

Variola Major menyebabkan penyakit yang lebih serius dengan tingkat

kematian 30–35%. V. minor menyebabkan penyakit yang lebih ringan (dikenal

juga dengan alastrim, cottonpox, milkpox, whitepox, dan Cuban itch) yang

menyebabkan kematian pada 1% penderitanya. Akibat jangka panjang infeksi V.

major adalah bekas luka, umumnya di wajah, yang terjadi pada 65–85% penderita.

Cacar diyakini telah muncul pada populasi manusia sekitar 10.000 SM. Penyakit

menewaskan sekitar 400.000 orang Eropa setiap tahun selama abad ke-18

(termasuk lima raja), dan bertanggung jawab atas sepertiga dari semua kebutaan.

Dari semua yang terinfeksi, 20-60%-dan lebih dari 80% dari anak yang terinfeksi-

meninggal karena penyakit ini.

Page 9: Askep Variola

6

Selama abad ke-20, diperkirakan bahwa cacar bertanggung jawab atas 300-

500 juta kematian. Pada awal tahun 1950 diperkirakan 50 juta kasus cacar terjadi

di dunia setiap tahun. Pada tahun 1967, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

memperkirakan bahwa 15 juta orang terjangkit penyakit dan bahwa dua juta

meninggal pada tahun itu. Setelah sukses kampanye vaksinasi sepanjang abad 19

dan 20, WHO berhasil memberantasan penyakit cacar di Desember 1979. Sampai

hari ini, cacar adalah satu-satunya penyakit menular manusia telah dibasmi

2.2.3 Etiologi

      Penyebab variola adalah virus variolae ada 2 tipe virus yang identik , tetapi

menimbulkan 2 tipe variola yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim).

Perbedaan kedua virus itu adalah bahwa penyebab variola mayor bila

dimokulasikan pada membrane karioalontrik tubuh pada suhu 38o C. Sedangkan

yang menyebabkan variola minor tumbuh dibawah suhu itu.  Agent penyebab

penyakit cacar adalah virus Variola, anggota dari Genus Orthopoxvirus, Subfamili

Chordopoxviridae dari Famili Poxviridae.

Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam.Virus variola berukuran

150-260 nanometer dan berisi molekul DNA beruntai ganda  sekitar 200 protein

yang berbeda, virus ini merupakan salah satu genom virus terbesar yang dikenal .

Ukuran genom yang besar membuatnya sangat sulit untuk membuat sintetis virus

tiruan. Virus cacar tidak tahan oleh sinar matahari dan panas. Dalam percobaan di

laboratorium, 90% virus cacar berupa aerosol mati dalam 24 jam setelah terkena

sinar matahari. Berikut ini gambar dan struktur dari virus Variola.

Gambar 2. Struktur Virus Variola

Page 10: Askep Variola

7

2.2.4 Patofisiologi

          Variola (Smallpox)disebabkan oleh virus yang menyebar dari satu orang ke

orang lainnya melalui udara. Virus ini ditularkan dengan menghirup virus dari

orang yang terinfeksi. Selain itu, Smallpox juga bisa menyebar melalui kontak

langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dan objek yang

terkontaminasi seperti baju.

Penularannya melalui kontak langsung ataupun tak langsung tapi infeksi

primernya selalu melalui hawa nafas. Virusnya yang terdapat di udara, berasal

dari debu pakaian, tempat tidur, dari keropeng yang jatuh ditanah ataupun dari

hawa nafas di penderita, terhirup bersama hawa pernafasan sehingga terjadi

penularan. Cacar adalah penyakit yang sangat menular.

Virus variola diperoleh dari inhalasi (pernafasan ke paru-paru). Partikel

virus cacar dapat tetap pada benda seperti pakaian, tempat tidur, dan permukaan

hingga 1 minggu. Virus dimulai di paru-paru, dari sana virus menyerang aliran

darah dan menyebar ke kulit, usus, paru-paru, ginjal, dan otak. Aktivitas virus

dalam sel-sel kulit menciptakan ruam yang disebut makula (karakteristik : datar,

lesi merah). Setelah itu vesikel (lepuh mengangkat) terbentuk. Kemudian, pustula

(jerawat berisi nanah) muncul sekitar 12-17 hari setelah seseorang menjadi

terinfeksi. Sembuh dari cacar sering meninggalkan bekas di kulit oleh karena

pustula.

Manusia adalah host natural dari smallpox. Penyakit ini tidak dapat

ditularkan oleh serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita cacar

air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi.

Gambar 4. Fase Kondisi

Penderita Cacar ( Smallpox)

Page 11: Askep Variola

8

2.2.5 Gejala klinis

Masa tunas 10-14 hari terdapat 4 stadium :

1) Stadium prodromal/invasi

Stadium ini berlangsung selama 3-4 hari yang  ditandai dengan:

a.   Suhu tubuh naik (40oC)

b.   Nyeri kepala

c.   Nyeri tulang

d.  Sedih dan gelisah

e.   Lemas dan Muntah-muntah

2) Stadium makulao– papular /erupsi

Suhu tubuh kembali nomal, tetapi timbul makula-makula eritematosa

dengan cepat akan berubah menjadi papula-papula terutama dimuka dan

ektremitas (termasuk telapak tangan dan kaki) dan timbul lesi baru.

3) Stadium vesikula – pustulosa / supurasi

Dalam waktu 5 – 10 hari timbul vesikula-vesikula yang cepat berubah

menjadi pustule. Pada saat ini suhu tubuh akan meningkat dan lesi-lesinya

akan mengalami umblikasi.

4) Stadium resolusi

Berlangsung dalam 2 minggu, stadium ini dibagi menjadi 3:

a. Stadium krustasi

Suhu tubuh mulai menurun, pustule-pustula mengering menjadi krusta.

b.   Stadium dekrustasi

Krusta-krusta mengelupas, meninggalkan bekas sebagai sifakriks atrofi.

Kadang-kadang ada rasa gatal dan stadium ini masih menular.

c.   Stadium rekon valensensi.

Lesi-lesi menyembuh, semua krusta rontok, suhu tubuh kembali

normal, penderita betul-betul sembuh dan tidak menularkan penyakit

lagi.

Page 12: Askep Variola

9

Gambar 3. Manifestasi

Klinis Penderita Cacar

( Smallpox)

2.2.6 Komplikasi

1. Bronkopneumania

2. Infeksi kulit sekunder (furunkel, impetigo)

3. Ulkus kornea

4. Ensefalitis

5. Effluvium

6. Telogen dalam 3-4 bulan.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

2.2.8 Pengobatan

Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga

gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan

masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak

talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan

kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan

shock.

Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk

mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan

paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir,

dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri,

komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh

melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa

Page 13: Askep Variola

10

nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya

gelembung cairan (blisters).

Pengobatan penyakit cacar berfokus pada keluhan yang timbul, misalnya

demam, menggigil, nyeri dipersendian, bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya

membentuk sebuah gelembung cair. Obat yang seharusnya diberikan:

a.   Paracetamol tablet

b.   Acyclovir tablet

c.    Bedak Talek

d.    Vitamin Neurobian/neuroboran

Pasien dengan cacar dapat dibantu dengan cairan intravena, obat-obatan

untuk mengontrol demam atau nyeri, dan antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder

yang mungkin terjadi. Selain itu penderita harus dikarantina. Sistemik diberikan

obat antiviral (asiklovir atau valasiklovir) misalnya isoprinosin, dan interferon,

dapat pula diberikan globulin gama. Kecuali itu obat yang bersifat simtomatik,

misalnya analgetik/antipiretik. Diawasi pula kemungkinan timbulnya infeksi

sekunder, maupun infeksi nosokornial, serta cairan dan elektrolit . Jika dimulut

masih terdapat lesi diberikan makanan lunak. Pengobatan topikal bersifat

penunjang, misalnya kompres dengan antiseptik atau salep antibiotik.

2.2.9 Pencegahan

Kendati WHO telah menetapkan bahwa dunia dinyatakan bebas cacar sejak

tahun 1980, kita harus tetap waspada terhadap penyakit ini agar tidak terulang

kembali. Ada beberapa cara pencegahan yang dapat kita lakukan, diantaranya :

1) Melakukan vaksinasi

Vaksinasi merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah cacar. Jika

diberikan kepada seseorang sebelum paparan cacar, vaksin benar-benar

dapat melindungi mereka. Vaksinasi dalam waktu 3 hari setelah terpapar

akan mencegah atau sangat mengurangi keparahan penyakit cacar pada

kebanyakan orang. Vaksinasi 4 sampai 7 hari setelah pajanan dan

kemungkinan menawarkan beberapa perlindungan dari penyakit atau dapat

Page 14: Askep Variola

11

menurunkan keparahan penyakit. Pemberian vaksinasi setelah pasien sudah

memiliki ruam tidak akan melindungi pasien cacar. 

Vaksin cacar saat ini berlisensi, yang terdiri dari strain laboratorium virus

vaccinia, sangat efektif dalam mencegah infeksi. Para ahli medis percaya

vaksin dapat mengurangi keparahan, atau bahkan mencegah, penyakit pada

orang yang belum divaksinasi jika diberikan dalam waktu 4 hari setelah

terpapar virus. Vaksin cacar membantu tubuh mengembangkan kekebalan

terhadap cacar. Vaksin ini terbuat dari "cacar"-jenis virus yang berhubungan

dengan cacar. Vaksin cacar mengandung virus vaccinia hidup-tidak seperti

vaksin lain yang menggunakan virus dibunuh.

Gambar 5. Vaksinasi

2) Hindari kontak langsung atau tatap muka dengan penderita.

3) Hindari bersentuhan atau kontak dengan benda-benda atau tempat yang

terkontaminasi virus seperti pakaian dan tempat tidur penderita.

Pada prinsipnya pencegahan penyakit cacar dilaksanakan dengan: 

1) Meningkatkan kekebalan masyarakat dengan melaksanakan vaksinasi

routine yang sebaik-baiknya. (setiap bayi di cacar pada umur 1 – 2 tahun).

2)   Menanggulangi wabah dengan menggunakan Team Gerak Cepat.

Tugas Team Gerak Cepat ini adalah :

1) Mencari dan mengumpulkan laporan-laporan penderita cacar, baik secara

pasif maupun secara aktif;

Page 15: Askep Variola

12

2) Mengadakan pengecekan laporan dan mendiagnosa penyakit cacar;

3) Mengadakan penyelidikan untuk mendapatkan tambahan penderita baru;

4) Memberikan vaksinasi pada semua golongan umur di sekitar penderita;

5) Melakukan tindakan desinfeksi terhadap benda-benda yang mungkin

terkontaminasi virus dari penderita;

6) Mengisolasikan penderita;

7) Mengadakan pengawasan terhadap orang-orang yang lansung kontak dan

terhadap daerah-daerah yang telah dilakukan vaksinasi sampai tidak

terdapat lagi penderita baru.

Page 16: Askep Variola

27

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

4.1.1 Pengkajian Variola

I. Biodata

A. Identitas Klien

1. Nama : Nama klien sangat dibutuhkan sebagai

identitas klien dan untuk membangun hubungan

saling percaya sehingga mempermudah dalam

melakukan asuhan keperawatan.

2. Umur : Umur berguna dalam pemberian dosis obat.

3. Jenis kelamin : -

4. Agama : Untuk mengakaji status spiritual sehingga

kebutuhan fisik, psikis dan spiritual dapat dipenuhi.

5. Pendidikan : Untuk mengkaji tingkat pengetahuan klien terkait

penyakit penyakit yang dideritanya.

6. Alamat : Untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal yang

mungkin mempengaruhi keadaan sakitnya. Lingkungan yang padat

penduduk dapat memudahkan penyebaran virus ini, karena mudah menular

melalui udara atau kontak langsung. Selain itu, lingkungan dengan fasilitas

yang digunakan secara bersama-sama juga memudahkan penularan penyakit

ini,karena persentase terkontaminasi virus penderita menjadi semakin besar. 

7.Tgl masuk : Untuk melihat bagaimana perkembangan status

kesehatannya dari hari ke hari semakin baik atau buruk selama dilakukan

perawatan.

Virus variola

Page 17: Askep Variola

28

8. Tgl pengkajian: Untuk memastikan perkembangan status kesehatan pada

saat itu.

10. Diagnosa medik: Mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien.

B. Identitas Orang tua

1) Ayah, meliputi: nama, usia, pedidikan, pekerjaan/sumber penghasilan,

agama, dan alamat.

2) Ibu, meliputi: nama, usia, pedidikan, pekerjaan/sumber penghasilan,

agama, dan alamat.

C. Identitas Saudara Kandung

Identitas saudara kandung sangat diperlukan karena saudara kandung

merupakan salah satu orang yang mungkin dekat dengan pasien. Status

kesehatan dari saudara kandung diperlukan untuk mengetahui keterkaitan

dan memungkinkan penularan penyakit-penyakit yang dapat menular

melalui infeksi virus.

II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang :

Keluhan Utama : Panas, pusing, tidak ada nafsu makan, nyeri diotot dan

tulang, ruam dikulit, berwarna kemerahan, bentol-bentol, terdapat cairan ,

nanah, dan darah

Riwayat Keluhan Utama : Hal yang perlu dikaji dari keluhan utama yang

muncul adalah sejak kapan keluhan itu muncul dan hal apa saja yang

membuat keluhan itu muncul, serta data-data lain yang mendukung untuk

mengkaji keluhan utama pasien.

Keluhan Pada Saat Pengkajian : Keluhan saat pengkajian yang sering

muncul adalah keluhan utama disertai keluhan lain yaitu adanya rasa gatal

Page 18: Askep Variola

29

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)

1. Prenatal care

Merupakan keadaan anak atau bayi saat masih dalam kandungan. Penyakit

variola ini bermula dari infeksi virus Variolae. Meskipun kebanyakan

penyakit ini menyerang anak-anak, tidak menutup kemungkinan calon ibu

sudah mengalami infeksi virus Variolae tersebut.

2. Natal

Merupakan keadaan bayi saat dilahirkan. Data yang diperlukan meliputi:

tempat melairkan, jenis persalinan, penolong persalinan, dan komplikasi

yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan. Data ini

membantu dalam menegakkan etiologi dari penyakit ini, seperti tempat

melahirkan yang kurang steril yang memungkinkan bayi terinvasi oleh virus

varicella zoster.

3. Post natal

Keadaan bayi atau anak setelah dilahirkan. Penyakit variola ini masuk ke

dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi pernapasan (droplet

infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga dibuat dalam bentuk genogram. Penyakit ini

bukan penyakit keturunan. Riwayat kesehatan keluarga dikaji dalam riwayat

anggota keluarga yang pernah terserang penyakit ini. Kemungkinan anak

terinfikesi melalui droplet pernapasan atau kontak langsung terhadap lesi

kulit penderita dari salah satu anggota keluarga sebelumnya.

.

IV. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

Imunisasi berfungsi sebagai penunjang sistem pertahanaan tubuh, sehingga

apabila seorang anak tidak diberikan imunisasi tepat pada usianya maka

anak tersebut dapat beresiko tinggi terserang bakteri-bakteri patogen yang

dapat memicu terjadinya penyakit variola.Biasanya bayi yang berusia 1-2

Page 19: Askep Variola

30

tidak diberikan imunisasi campak sehingga dapat menimbulkan penyakit

variola tersebut.

V. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan : pada anak mengalami penurunan BB akibat

nafsu makan menurun dan juga dapat terjadi gejala mual-

muntah, biasanya terjadi pada stadium prodromal/invasi.

2. Tinggi badan : pada anak yang tidak tertangani dengan

baik, mempunyai resiko terjadinya gangguan tumbuh

kembang anak.

B. Perkembangan Tiap tahap

Perkembangan tumbuh kembang anak dapat terganggu apabila

penyakit variola ini tidak dapat tertangani dengan baik sehingga menjadi

variola berat dengan komplikasi-komplikasi penyakit lain yang muncul

seperti bronkopneumania, infeksi kulit sekunder (furunkel, impetigo), ulkus

kornea, ensefalitis, effluvium, telogen dalam 3-4 bulan.

VI. Riwayat Nutrisi

A. Pemberian ASI

Pemberian ASI pada setiap anak yang baru dilahirkan dapat membantu

untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dari serangan virus. Asi

eksklusif selama 6 bulan dapat mempengaruhi status nutrisi anak, karena

dalam asi juga terkandung zat nutrisi yang dibutuhkan oleh anak untuk

perkembangan yang sehat dan memberikan antibody terhadap penyakit.

B. Pemberian susu formula

Pemberian susu formula memang dapat memberikan nutrisi pada

anak, tetapi tidak dapat menandingi besarnya nutrisi yang di dapat dari ASI.

Sehingga perlu ditanyakan pula apakah anak telah mendapatkan ASI

ekslusif atau hanya diberikan susu formula saja

Page 20: Askep Variola

31

VII. Riwayat Psikososial

Riwayat psikososial pada anak-anak dengan penyakit variola perlu menjadi

perhatian, misalnya saja peran keluarga atau pola asuh dalam keluarga juga

dapat mempengaruhi perkembangan kesehatan anak, sehingga keluarga

seharusnya menjadi support system dalam proses pengobatan anak. Anak

yang tidak dibesuk oleh teman-temannya karena jauh dan lingkungan

perawatan yang baru serta kondisi kritis akan menyebabkan anak banyak

diam atau rewel.

VIII. Riwayat Spiritual

Spiritual yang baik dapat meningkatkan keyakinan keluarga terhadap

kesembuhan anak, hubungan yang baik dan saling mengasihi antar anggota

keluarga juga menjadi dukungan yang baik bagi kesembuhan anak.

IX. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

Pengalaman keluarga terhadap sakit dan hospitalisasi berpengaruh terhadap

perasaan cemas pada anak dan keluarga. Biasanya orang yang tidak pernah

menjalani hospitalisasi cenderung lebih cemas dibandingkan yang tidak

pernah. Anak paling dekat dengan keluarga atau orang tua, sehingga

mimiliki ikatan batin yang kuat. Sehingga perasaan orang tua yang cemas

juga berdampak pada ketenangan anak saat proses pengobatan di rumah

sakit.

X. Aktivitas sehari-hari

A. Nutrisi

KondisiSebelum

SakitSaat Sakit

1.Selera makan Normal Adanya mual, muntah dan

anoreksia menyebabkan

intake nutrisi yang tidak

Page 21: Askep Variola

32

adekuat. BB mengalami

penurunan

B. Cairan

KondisiSebelum

SakitSaat Sakit

1. Jenis minuman

2.Frekuensi minum

3.Kebutuhan cairan

4.Cara pemenuhan

Normal Apabila anak disertai

muntah dan demam tinggi

saat terjadinya gejala,

kemungkinan anak

berisiko kekurangan

cairan.

C. Eliminasi (BAB&BAK)

KondisiSebelum

SakitSaat Sakit

1.Tempat

pembuangan

2.Frekuensi (waktu)

3.Konsistensi

4.Kesulitan

5.Obat pencahar

Normal Eliminasi alvi tidak ada

gangguan.

D. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur

- Siang

- Malam

2.Pola tidur

3.Kebiasaan sebelum

tidur

Normal Mengalami

perubahan pola

tidur

dikarenakan

terjadi

peningkatan

Page 22: Askep Variola

33

4.Kesulitan tidur suhu dan

adanya nyeri

E. Olah Raga

Pada anak yang menderita penyakit variola mengalami kelemahan akibat

penurunan kontraktilitas otot

F.Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1.Mandi

- Cara

-

Frekuensi

- Alat

mandi

2.Cuci rambut

- Frekuensi

- Cara

3.Gunting kuku

- Frekuensi

- Cara

4.Gosok gigi

- Frekuensi

- Cara

Pada saat sebelum

sakit kemungkinan

personal hygine

kurang terpenuhi

dengan baik

sehingga dapat

terinfeksi virus

dalam tubuh

Ketika sakit

sebaiknya

kebersihan anak

perlu dijaga dengan

baik supaya dapat

mengurangi infeksi

virus yang dapat

mempengaruhi

kesehatannya

G. Aktifitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Kegiatan sehari-

hari

2. Pengaturan jadwal

harian

3. Penggunaan alat

Sebelum sakit

anak dapat

melakukan

aktifitasnya

sehari-hari tanpa

Pada klien

dengan

penyakit

variola

mengalami

Page 23: Askep Variola

34

Bantu aktifitas

4. Kesulitan

pergerakan tubuh

adanya kesulitan

dalam

pergerakan

tubuhnya.

kelemahan

akibat

penurunan

kontraktilitas

otot.

XI. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : lemah

2. Kesadaran : Composmetis

3. Tanda – tanda vital :

a. Tekanan darah :normal

b. Denyut nadi : normal

c. Suhu : suhu tubuh meningkat di atas 38o C

d. Pernapasan : normal

4. Berat Badan : berat badan menurun apabila intake nutrisi

pada anak terganggu

5. Tinggi Badan : tidak mengalami kelainan

6. Kepala

Inspeksi

Keadaan rambut & Hygiene kepala :

a. Warna rambut : hitam

b. Penyebaran : penyebaran rambut merata

c. Mudah rontok : tidak mudah rontok

d. Kebersihan rambut :bersih/tergantung personal hygine yang di

lakukan

Palpasi: tidak ditemukan kelainan

7. Muka

Inspeksi

Page 24: Askep Variola

35

a. Simetris / tidak : simetris

b. Bentuk wajah : normal

c. Gerakan abnormal : tidak ada

d. Ekspresi wajah : meringis kesakitan

Palpasi

Nyeri tekan / tidak : ada nyeri tekan

Data lain :

8. Mata

Inspeksi

a. Pelpebra : tidak ada edema

b. Sclera : tidak ikterus (putih)

c. Conjungtiva : Anemis

d. Pupil : - Isokor

- Myosis / midriasis

- Refleks pupil terhadap cahaya : ada (+)

e. Posisi mata : Simetris

f. Gerakan bola mata : normal

g. Penutupan kelopak mata : normal

h. Keadaan bulu mata : normal

i. Keadaan visus : normal

j. Penglihatan : normal

Palpasi

Tekanan bola mata : Tidak ada

Data lain : -

9. Hidung & Sinus

Inspeksi

a. Posisi hidung : simetris

b. Bentuk hidung: simetris

c. Keadaan septum : normal

Page 25: Askep Variola

36

d. Secret / cairan : terdapat cairan, jika anak

mengalami infeksi saluran napas

Data lain : -

10. Telinga

Inspeksi

a. Posisi telinga : normal

b. Ukuran / bentuk telinga : normal

c. Aurikel : normal

d. Lubang telinga : Bersih / serumen,

tergantung dari personal hygiene anak

e. Pemakaian alat bantu : -

Palpasi

Nyeri tekan / tidak : terdapat nyeri tekan pada area CVA

11. Mulut

Inspeksi

a. Gigi

- Keadaan gigi : meliputi kebersihan gigi, warna gigi yang

tergantung dari personal hygiene anak

- Karang gigi / karies : ada tidaknya karies, tergantung dari

personal hygiene anak

- Pemakaian gigi palsu : -

b. Gusi

Merah / radang / tidak : tidak terjadi peradangan

c. Lidah

Kotor / tidak : tergantung dari kebersihan diri pasien

d. Bibir

- Cianosis / pucat / tidak : pucat

- Basah / kering / pecah : -

- Mulut berbau / tidak : -

Page 26: Askep Variola

37

- Kemampuan bicara : -

Data lain : -

12. Tenggorokan

a. Warna mukosa : merah

b. Nyeri tekan : tidak ada

c. Nyeri menelan: tidak ada

13. Leher

Inspeksi

Kelenjar thyroid: normal/ tidak terjadi pembesaran

Palpasi

a. Kelenjar thyroid : Teraba

b. Kaku kuduk / tidak : -

c. Kelenjar limfe :

Data lain :

14. Thorax dan pernapasan

a. Bentuk dada :simetris

b. Irama pernafasan : teratur

c. Pengembangan di waktu bernapas : simetris/

mengembang sempurna

d. Tipe pernapasan : normal

Data lain : -

Palpasi

a. Vokal fremitus : simetris bilateral

b. Massa / nyeri : tidak ada

Auskultasi

a. Suara nafas :Vesikuler

b. Suara tambahan : tidak ada

15. Jantung

Page 27: Askep Variola

38

Palpasi

Ictus cordis : tidak ada

Perkusi

Pembesaran jantung : tidak ada, suara jantung redup

Auskultasi

a. BJ I : normal

b. BJ II : normal

c. BJ III : -

d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada

Data lain : -

16. Abdomen

Inspeksi

a. Membuncit : tidak membuncit

b. Ada luka / tidak : tidak terdapat luka

Palpasi

a. Hepar : tidak teraba

b. Lien : tidak teraba

c. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi

Peristaltik : penurunan peristaltik usus (normal 12-30x/menit)

Perkusi

a. Tympani : tympani pada seluruh area abdomen

b. Redup : -

Data lain : -

17. Genitalia dan Anus : -

18. Ekstremitas

Page 28: Askep Variola

39

Ekstremitas atas

a. Motorik

- Pergerakan kanan / kiri : pergerakan tangan lemah

dikarenakan metabolisme yang tidak optimal menyebabkan

otot tidak dapat melakukan fungsinya.

- Pergerakan abnormal : tidak ada

- Kekuatan otot kanan / kiri : melemah

- Tonus otot kanan / kiri : menurun

- Koordinasi gerak : menurun

b. Refleks

- Biceps kanan / kiri : normal

- Triceps kanan / kiri : normal

c. Sensori

- Nyeri : lebih sensitif atau terjadi iritabilitas terhadap

rangsang nyeri

- Rangsang suhu : normal

- Rasa raba : normal

19. Status Neurologi.

Saraf – saraf cranial

a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : normal

b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : normal

c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis,

Abducens)

- Konstriksi pupil : normal

- Gerakan kelopak mata : simetris bilateral

- Pergerakan bola mata : simetris/normal

- Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal

d. Nervus V (Trigeminus)

Page 29: Askep Variola

40

- Sensibilitas / sensori : lebih sensitif terhadap rangsang

nyeri

- Refleks dagu : positif

- Refleks cornea : positif

e. Nervus VII (Facialis)

- Gerakan mimik : normal

- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal

f. Nervus VIII (Acusticus)

Fungsi pendengaran : normal

g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)

- Refleks menelan : normal

- Refleks muntah : normal

- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal

- Suara : normal

h. Nervus XI (Assesorius)

- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : dapat dilakukan/

normal

- Mengangkat bahu : dapat dilakukan/ normal

-

i. Nervus XII (Hypoglossus)

- Deviasi lidah : normal

Tanda – tanda perangsangan selaput otak

a. Kaku kuduk : tidak ada kelainan

b. Kernig Sign : negatif

c. Refleks Brudzinski : negatif

d. Refleks Lasegu : negatif

Data lain

pemeriksaan reflek : -

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )

Page 30: Askep Variola

41

Dengan menggunakan DDST

1. Motorik kasar

Pada motorik kasar, umumnya anak dengan penyakit variola akan

mengalami kelemahan, sehingga aspek dari motorik kasar mungkin akan

terlambat untuk dilalui (delayed) atau mungkin tidak dapat dilalui (failed)

jika telah masuk ke tahap kronis.

2. Motorik halus

3. Bahasa

4. Personal social

XII. Test Diagnostik

a.       Inokulasi pada korioalantoik

b.      Histopatologis

c.       Tes Antigen, deteksi antigen virus pada agar gel

d.      Tes Serologis (tes ikatan komplemen)

XIII. Terapi saat ini

a. Non farmakokinetik : Karantina, jaga higien

b.  Farmakokinetik :

- Obat : Antivirus

- Acyclovir

- Valacyclovir

- Simptomatik : Analgetik, antipiretik, antibiotic (krem/oral), kompres

- Profilaksis : vaksin dengan virus vaccinia dengan tehnik multiple puncture

- KI profilaksis, sedang terapi kortikosteroid, dan mengalami defisiensi

imunologi, atopi.

4.2 Diagnosa Keperawatan

4.2.1 Diagnosa Keperawatan Variola

Pada umumnya tidak mengalami kemunduran yang

berarti dalam ketercapaian dari masing-masing aspek di

samping.

Page 31: Askep Variola

42

1) Hipertermi berhubungan dengan invasi virus, reaksi inflamasi dan pelepasan

mediator kimia

2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma, erupsi pada kulit

3) Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan

4) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan kulit/luka

terbuka

5) Resiko penularan infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit

6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit, adanya papula

Page 32: Askep Variola

43

4.3 Intervensi

4.3.1 Intervensi Variola

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan

kerusakan kulit/jaringan

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam diharapkan nyeri klien

berkurang.

Kriteria Hasil:

1. Nyeri klien berkurang.

2. Pasien tampak nyaman.

3. pasien tidak mengeluh

atas nyerinya.

1. Kondisikan tempat

tidur yang nyaman.

2. Tutup luka sesegera

mungkin.

3. Kolaborasi pemberian

analgesik.

4. Kaji keluhan nyeri.

5. Ajarkan tehnik

relaksasi.

1. Membantu

menurunkan nyeri.

2. Perubahan suhu

dapat menyebabkan

nyeri hebat.

3. Untuk menurunkan

nyeri.

4. Mengetahui

seberapa darajat

nyeri yang

dirasakan.

5. Untuk mengurangi

rasa nyeri.

2. 1. Hipertermi

berhubungan

dengan invasi virus,

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

1. Observasi tanda-tanda

vital tiap 3 jam.

1. Infeksi dapat

mempengaruhi

tanda-tanda vital

Page 33: Askep Variola

44

reaksi inflamasi

dan pelepasan

mediator kimia

jam diharapkan suhu tubuh

pasien dapat kembali dalam

kondisi normal 36-370C.

Kriteria Hasil:

1. Suhu tubuh kembali

stabil.

2. Pasien tampak nyamn

2. Anjurkan klien untuk

banyak minum ± 1.5-2

liter/hari.

3. Berikan kompres

hangat.

4. Anjurkan pasien untuk

memakai pakaian tipis.

sehingga tanda-

Tanda vital setiap

saat dpat berubah.

2. Peningkatan suhu

badan dapat

mengakibatkan

penguapan tubuh

meningkat sehingga

perlu diimbangi

asupan cairan yang

banyak.

3. Membantu

menurunkan suhu

tubuh dengan

dilatasi pembuluh

darah

4. Agar pasien lebih

nyaman dan tidak

semakin merasa

Page 34: Askep Variola

45

5. Kolaborasi pemberian

obat antipiretik

panas.

5. Obat antipiretik

dapat digunakan

untuk mengurangi

demam dengan aksi

sentralnya pada

hipotalamus.

3. Gangguan integritas kulit

berhubungan dengan trauma,

erupsi pada kulit

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2×24

jam diharapkan masalah

bisa teratasi

Kriteria Hasil:

1. Mencapai

penyembuhan tepat

waktu

2. Menunjukan regenerasi

jaringan

1. Kaji ukuran, warna,

dan kedalaman luka.

2. Siapkan dan bantu

prosedur balutan

3. Tinggikan area graft

bila mungkin/tepat

4. Lakukan perawatan

luka pada pasien

1. Memberikan

informasi dasar

terhadap kondisi

kulit.

2. Digunakan untuk

penutupan luka

3. Menurunkan

pembekakan

4. Menjaga kondisi

jaringan  baru dan

menghindari

adanya infeksi

Page 35: Askep Variola

46

Page 36: Askep Variola

47

4.4 Implementasi

4.4.1 Implementasi Variola:

No Diagnosa Implementasi

1. Nyeri berhubungan dengan

kerusakan kulit/jaringan

1. Telah mengkondisikan tempat

tidur yang nyaman.

2. Telah menutup luka sesegera

mungkin.

3. Telah berkolaborasi pemberian

analgesik.

4. Telah mengkaji keluhan nyeri.

5. Telah mengajarkan tehnik

relaksasi.

2. Hipertermi berhubungan

dengan invasi virus, reaksi

inflamasi dan pelepasan

mediator kimia

1. Telah mengobservasi tanda-tanda

vital tiap 3 jam.

2. Telah menganjurkan klien untuk

banyak minum ± 1.5-2 liter/hari.

3. Telah memberikan kompres

hangat.

4. Telah menganjurkan pasien untuk

memakai pakaian tipis.

5. Telah berkolaborasi pemberian

obat antipiretik

3. Gangguan integritas kulit

berhubungan dengan trauma,

erupsi pada kulit

1. Telah mengkaji ukuran, warna,

dan kedalaman luka.

2. Telah menyiapkan dan bantu

prosedur balutan

3. Telah meninggikan area graft bila

mungkin/tepat

4. Telah melakukan perawatan luka

pada pasien

Page 37: Askep Variola

48

4.5 Evaluasi

4.5.1 Evaluasi Keperawatan Variola

1. Dx 1:

S: Pasien mengatakan kini nyerinya mulai berkurang

O: Pasien tampak lebih nyama

A: Masalah Teratasi sebagian

P : Lanjutkan tindakan keperawatan

2. Dx 2:

S: Pasien mengatakan kini sudah agak nyaman dengan kondisinya

O : Suhu tubuh pasien mulai stabil

A: Masalah Teratasi sebagian.

P : lanjutkan tindakan keperawatan

3. Dx 3:

S: Keluarga mengatakan bahwa luka pasien sudah mulai membaik

O : Pasien tampak merasakan adanya perubahan terhadap kulitnya

A: Masalah Teratasi sebagian.

P : lanjutkan tindakan keperawatan

Page 38: Askep Variola

49

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaan umum

yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang

monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh. Variola Major menyebabkan

penyakit yang lebih serius dengan tingkat kematian 30–35%. Penyebab variola

adalah virus variolae ada 2 tipe virus yang identik , tetapi menimbulkan 2 tipe

variola yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim). Gejala yang

ditimbulakan adalah suhu tubuh naik (40oC), nyeri kepala, nyeri tulang, sedih

dan gelisah, lemas dan muntah-muntah.

5.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini, mahasiswa keperawatan dapat menambah

pengetahuan dan mengembangkan penelitian terkait variola dan varicella.

Page 39: Askep Variola

50

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A. , Hamzah M. , Aisah S. , 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jaya, Agung. 2010. Asuhan Keperawatan Abak dengan Varicella ( Cacar Air).

[Serial Online] http://www.scribd.com/doc/125081568/Asuhan-

Keperawatan-Anak Dengan Varicella-Cacar-Air) ( 4 November 2013).

Kurniawan, Martin, dkk. 2009. Varicela Zoster Pada Anak. [Serial Online].

3http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus- gdl-sukmawatin-

6300-4-daftarp-a.pdf ( 7 November 2013).

Lubis D. Ramon. 2008. Varicella dan Herpes Zoster [Serial Online]

http://repository.usu.

ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf. ( 7 November 2013).

Rampengan. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.

Victoria Group. 2005. Cacar Air Varisela Informasi Imunisasi [ Serial Online]

http://docs.health.vic.gov.au/docs/doc/517E32F61726CE8CCA2579060002

53D2/$FILE/chicpox_indonesian.pdf. ( 7 November 2013).