Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    1/21

    A. Konsep Lanjut Usia (Lansia)1. Pengertian

    a. Lansia menurut Setianto, 2004 = Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabilausianya 65 tahun keatas.

    b. Lansia menurut Pudjiastuti, 2003Lansia bukan penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses

    kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

    dengan stres lingkungan.

    c. Lansia menurut Hawari, 2001Keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

    keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan

    penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

    individual.

    d. Lansia menurut Bailon G. Salvaclon, 1987Dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,

    perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama

    lain dalam perannya untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

    e. Lansia menurut BKKBN, 1995Individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda

    terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi.

    2. Batasan Umur Lanjut Usiaa. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I ayat 2 yang

    berbunyi Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

    b. Menurut World Health Organization (WHO)1) Usia Pertengahan (middle age) : 45-59 tahun2) Lanjut Usia (ederly) : 60-74 tahun3) Lanjut Usia Tua (old) : 75-90 tahun4) Usia Sangat Tua (very old) : di atas 90 tahun

    c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI)Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi

    menjadi 4 bagian sbb:

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    2/21

    1) Pertama (fase invertus) : 25-40 tahun2) Kedua (fase virilitas) : 40-55 tahun3) Ketiga (fase presenium) : 55-65 tahun4) Keempat (fase senium) : 65 hingga tutup usia

    d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro1) Masa Dewasa Muda (elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun2) Masa Dewasa Penuh atau Maturitas (middle years) : 25-60 tau 65 tahun3) Masa Lanjut Usia (geriatric age) : > 65 atau 70 tahun

    e. Menurut Biren dan Jamer, 19971) Usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada

    dalam keadaan hidup, tidak mati.Usia Biologis

    2) Usia usia yang menunjuk pada kemampuan seseorang untukPsikologismengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.

    3) Usia usia yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atauSosialdiberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

    f. Menurut Smith and Smith, 19901) Young old : 65-74 tahun2) Middle old : 75-84 tahun3) Old-old : lebih dari 85 tahun

    B. Proses Menua1. Pengertian

    a. Proses Menua Menurut CONTANTINIDES, 1994Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

    lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

    mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

    dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

    Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah.

    Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.

    b. Proses Menua Menurut Deskripansi

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    3/21

    Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya.

    Adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-

    kekurangan yang menyolok.

    2. Perubahan Sistem Tubuh Lansia menurut Nugroho, 2000a. Perubahan Fisik

    1) Sela) Pada lansia, jumlah akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih besar.b) Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang.c) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati juga ikut berkurang.d) Jumlah sel otak akan menurun.e) Mekanisme perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi atropi.

    2) Sistem Persarafana) Rata-rata berkurangnya syaraf neucortical sebesar 1 per detik

    (Pakkenberg dkk, 2003).

    b) Hubungan persarafan cepat menurun.c) Lambat dalam merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu, khusus

    dengan stres.

    d) Mengecilnya saraf panca indra, serta menjadi kurang sensitif terhadapsentuhan.

    3) Sistem Pendengarana) Gangguan pada pendengaran (presbiakusis).b) Membran timpani atropi.c) Terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan

    keratin.

    d) Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwaatau stres.

    4) Sistem Penglihatana) Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap

    sinar.

    b) Kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis).c) Lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak.

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    4/21

    d) Meningkatnya ambang.e) Pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih

    lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap.

    f) Hilangnya daya akomodasi.g) Menurunnya lapang pandang dan menurunnya daya untuk membedakan

    antara warna biru dengan hijau pada skala pemeriksa.

    5) Sistem Kardiovaskulara) Elastisitas dinding aorta menurun.b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

    berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan

    volumenya.

    d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluhdarah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi.

    e) Tekanan darah meningkat di akibatkan oleh meningkatnya resistensi daripembuluh darah perifer.

    6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuha) Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis +350C, hal ini

    diakibatkan oleh metabolisme yang menurun.

    b) Keterbatasan reflek menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas yangbanyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

    7) Sistem Pernapasana) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.b) Menurunnya aktifitas dari silia.c) Paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat.d) Menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun,

    dan kedalaman bernapas menurun.

    e) Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigenpada arteri menurun menjadi 75 mm Hg, kemampuan untuk batuk

    berkurang, dan penurunan kekuatan otot pernapasan.

    8) Sistem Gastrointestinal

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    5/21

    a) Kehilangan gigi, indera pengecapan mengalami penurunanb) Esofagus melebar.c) Sensitifitas akan rasa lapar menurun.d) Produksi asam lambung dan waktu penggosongan lambung menurun.e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.f) Fungsi absorbsi menurun.g) Hati (liver) semakin mengecil dan menurunnya tempat menyimpan.h) Serta berkurangnya suplai aliran darah.

    9) Sistem Genitourinariaa) Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal

    menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang (berakibat pada

    penurunan kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine, berat

    jenis urine menurun, protein uria biasanya +1), Blood Urea Nitrogen

    (BUN) meningkat hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa

    meningkat.

    b) Otot-otot kandung kemih (vesika urinaria) melemah kapasitasnyamenurun hingga 200 ml dan menyebabkan rekurensi buang air kecil

    meningkat, kandung kemih dikosongkan sehingga meningkatkan retensi

    urine.

    c) Pria dengan usia 65 tahun keatas sebagian besar mengalami pembesaranprostat hingga +75% dari besar normalnya.

    10)Sistem Endokrina) Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktifitas tiroid, basal

    metabolik rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta

    sekresi hormon kelamin seperti progesteron, estrogen, dan testosteron.

    11)Sistem Integumena) Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak.b) Permukaan kulit kasar dan bersisik.c) Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit

    menurun.

    d) Kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu.

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    6/21

    e) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.f) Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.g) Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh,

    kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

    h) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.i) Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

    12)Sistem Muskuloskeletala) Tulang kehilangan kepadatan (density) dan semakin rapuh.b) Kifosis.c) Persendian membesar dan menjadi kuku.d) Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis.e) Atropi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot

    kram dan menjadi tremor.

    b. Perubahan Mentala) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:

    a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasab) Kesehatan umumc) Tingkat pendidikand) Keturunan (Hereditas)e) Lingkunganf) Kenangan ( Memory)

    i. Kenangan jangka panjang=> berjam-jam sampai berhari-hari yanglalu mencakup beberapa perubahan

    ii. Kenangan jangka pendek atau seketika=>0-10 menit, kenanganburuk

    g) IQ (Intellegentia Quantion)i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan

    verbal.

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    7/21

    ii. Berkurangnnya penampilan, persepsi dan keterampilanpsikomotor: terjadi perubahan pada daya membayangkan karena

    tekanan-tekanan dari faktor waktu.

    Perubahan Psikososial PENSIUN

    - Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas yang dikaitkan dengan

    peranan dalam pekerjaan.

    - Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain:

    1. Kehilangan finansial (income berkurang)2. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan

    segala fasilitasnya).

    3. Kehilangan teman/kenalan atau relasi4. Kehilangan pekerjaan kegiatan.

    - Beberapa kondisi faktual di kalangan para pensiunan di Indonesia, disarikan dari Kontjoro 2002

    dalam Dharmodjo, 1985 adalah sbb:

    1. Penurunan kondisi kesehatan ternyata tidak disebabkan secara langsung oleh pensiunan,

    melainkan oleh problematika kesehatan yang telah dialami sebelumnya.

    2. Tidak jarang masa pensiun malahan dapat meningkatkan kesehatan, misalnya saja akibat

    berkurangnya beban tekanan hidup yang harus dihadapi.

    3. Kalangan masyarakat mulai memandang masa pensiun sebagai masa yang berkesan dan

    menarik.

    4. Pada masa pensiun, kemungkinan untuk bersantai berkurang, karena waktu yang ada

    cenderung tersita untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

    5. Kepuasan perkawinan tidak secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi pensiun.

    6. Akan ada banyak waktu dan kesempatan bersama keluarga pasangan.

    7. Penempatan ke rumah jompo, meninggalnya pasangan, mengidap penyakit serius, serta

    adanya cacat biasanya menyebabkan perubahan gaya hidup yang drastis pada mereka yang

    pensiun.

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    8/21

    o Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awarness of mortality)

    o Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

    o Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic depriviation) Meningkatnya biaya

    hidup pada penghasilan yang sulit bertambahnya biaya pengobatan.

    o Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

    o Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.

    o Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

    o Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga.

    o Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep

    diri.

    Perkembangan Spiritual1. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,1979)2. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini terlihat dalam berpikir dan

    bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970)

    3. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer 1978, Universalizing,perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara

    memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

    C. KONSEP DASAR LOSS & GRIEVING

    1. KEHILANGAN

    1.1 DEFINISI KEHILANGAN

    Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang membutuhkan adaptasi

    melalui proses berduka. Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi

    ditemui, diraba, didengar, diketahui atau dialami. Tipe dari kehilangan mempengaruhi tingkat

    distress. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distress yang sama ketika

    kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Namun demikian, setiap individu berespon

    terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang anggota keluarga mungkin menyebabkan

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    9/21

    distress lebih besar dibandingkan ke hewan peliharaan, tetapi bagi seseorang yang hidup sendiri

    kematian hewan peliharaan menyebabkan distress emosional yang lebih besar dibanding dengan

    saudaranya yang sudah tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun. Tipe kehilangan penting

    artinya untuk proses berduka; namun perawat harus mengenali bahwa setiap interpretasi

    seseorang tentang kehilangan sangat bersifat individualistis.

    Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan. Kehilangan yang bersifat aktual dapat

    dengan mudah diidentifikasi, misalnya seorang anak yang teman bermainnya pindah rumah atau

    seorang dewasa yang kehilangan pasangan akibat bercerai. Kehilangan yang dirasakan kurang

    nyata dan dapat disalahartikan, seperti kehilangan kepercayaan diri atau prestise. Makin dalam

    makna dari apa yang hilang, maka makin besar perasaan kehilangan tersebut. Klien mungkin

    mengalami kehilangan maturasional (kehilangan yang diakibatkan oleh transisi kehidupan

    normal untuk pertama kalinya, kehilangan situasional (kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba

    dalam merespon kejadian eksternal spesifik seperti kematian mendadak dari orang yang dicintai)

    atau keduanya.

    1.2 JENIS KEHILANGAN

    1.2.1 Kehilangan Objek Eksternal

    Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikian yang telah menjadi usang,

    berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Bagi seorang anak benda tersebut

    mungkin berupa boneka atau selimut, bagi seorang dewasa berupa perhiasan atau aksesoris

    pakaian. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung

    pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang dimilikinya, dan kegunaan dari

    benda tersebut.

    1.2.2 Kehilangan Lingkungan yang Telah Dikenal

    Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal

    mencakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal selma periode tertentu atau perpindahan

    secara permanen. Contohnya termasuk pindah ke kota baru, mendapat pekerjaan baru, atau

    perawatan di rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal

    dapat terjadi melalui situasi maturasional, misalnya ketika seorang lansia pindah ke rumah

    perawatan, atau situasi situasional, contohnya kehilangan rumah akibat bencana alam atau

    mengalami cedera atau penyakit.

    1.2.3 Kehilangan Orang Terdekat

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    10/21

    Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru,

    pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan, pidah,

    melarikan diri, promosi di tempat kerja, dan kematian.

    1.2.4 Kehilangan Aspek Diri

    Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau

    psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata, rambut, gigi, atau

    payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan kontrol kandung kemih atau usus,

    mobilitas, kekuatan atau fungsi sensoris. Kehilangan fungsi psikologi termasuk kehilangan

    ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri, kekuatan, respeks, atau cinta. Kehilngan seperti ini

    dapat menurunkan kesejahteraan individu. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan

    akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan

    konsep diri.

    1.2.5 Kehilangan Hidup

    Seseorang yang menghadapi kematian menjalani hidup, merasakan, berpikir, dan

    merespons terhadap kejadian dan orang sekitarnya sampai terjadinya kematian. Perhatian utama

    sering bukan kepada kematian itu sendiri tetapi mengenai nyeri dan kehilangan kontrol.

    Meskipun sebagian besar orang takut tentang kematian dan gelisah mengenai kematian, masalah

    yang sama tidak akan sama pentingnya bagi setiap orang.

    1.3 DAMPAK KEHILANGAN

    Pekerjaan duka cita terdiri dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika

    seseorang melewati dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah dialaminya. Duka cita

    berpotensi untuk berlangsung tanpa batas waktu.

    Perawat merawat klien yang mengalami banyak tipe kehilangan, seperti klien yang

    dirawat di rumah sakit yang mengalami banyak kehilangan termasuk kesehatan, kemandirian,

    kontrol terhadp lingkungannya, dan keamanan finansial. Kehilangan mengancam konsep diri,

    harga diri, keamanan, dan rasa makna diri. Perawat harus mengenali makna dari setiap

    kehilangan bagi klien dan dampaknya bagi fungsi fisik dan psikologis.

    Efek atau dampak dari kehilangan tergantung pada faktor-faktor, yaitu :

    1.Usia

    2.Jalannya kematian

    3.Hubungan dengan orang yang meninggal

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    11/21

    4.Pengalama masa lalu

    5.Kepribadian

    6.Persepsi tentang kehilangan

    7.Makna tertentu dari kehilangan yang mereka miliki

    8.Respon keluarga terhadap keluarga

    2. 2. BERDUKA

    2.1 DEFINISI BERDUKA

    Duka cita bermakna kesedihan yang mendalam disebabkan karena kehilangan seseorang

    yang dicintainya (misal kematian). Menurut Cowles dan Rodgers (2000), duka cita dapat

    digambarkan sebagai berikut : Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu

    berubah-ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun perilaku

    seseorang.

    Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau bagian dari

    aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:

    1.Menolak (denial)

    2.Marah (anger)

    3.Tawar-menawar (bargaining)

    4.Depresi (depression)

    5.Menerima (acceptance

    2.2 JENIS BERDUKA

    Dukacita mencakup pikiran, perasaan, dan prilaku. Tujuan duka cita adalah untuk

    mencapai fungsi yang lebih efektif dengan mengintegrasikan kehilangan kedalam pengalaman

    hidup klien. Pencapaian ini membutuhkan waktu dan upaya. Istilah upaya melewati dukacita

    berasal dari seorang psikiater Erich Lindemann (1965) yang menggambarkan tugas dan proses

    yang harus diselesaikan dengan berhasil agar dukacita terselesaikan. Orang yang mengalami

    dukacita mencoba berbagai strategi untuk menghadapinya. Worden (1982) menggarisbawahi

    empat tugas dukacita yang memudahkan penyesuaian yang sehat terhadap kehilangan, dan

    Harper (1987) merancang tugas dalam akronim TEAR:

    1.T- To accept the reality of the loss (untuk menerima realitas dari kehilangan.)

    2.E- Experience the pain of the loss (mengalami kepedihan akibat kehilangan).

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    12/21

    3.A- Adjust to the new environment without the lost object (menyesuaikan lingkungan yang

    tidak lagi mencakup orang, benda, atau aspek diri yang hilang).

    4.R- Reinvest in the new reality (memberdayakan kembali energi emosional ke dalam hubungan

    yang baru).

    2.3 RESPON BERDUKA

    Respon dukacita dibagi menjadi dua, yaitu:

    1. Dukacita Adaptif

    Dukacita adaptif termasuk proses berkabung, koping, interaksi, perencanaan, dan

    pengenalan psikososial. Hal ini dimulai dalam merespons terhadap kesadaran tentang suatu

    ancaman kehilangan dan pengenalan tentang kehilangan yang berkaitan dengan masa lalu, saat

    ini, dan masa mendatang. Dukacita yang adaptif terjadi pada mereka yang menerima diagnosis

    yang mempunyai efek jangka panjang terhadap fungsi tubuh, seperti pada lupus eritomatosus

    sistemik. Klien mungkin merasa sangat sehat ketika didiagnosis tetapi mulai berduka dalam

    merespons informasi tentang kehilangan di masa mendatang yang berkaitan dengan penyakit.

    Dalam situasi seperti ini , dukacita adaptif dapat mendalam lama dan dapat terbuka. Dukacita

    adaptif bagi klien menjelang ajal mencakup melepas harapan, impian, dan harapan terhadap

    masa depan jangka panjang. Keterlibatan secara kontinu dengan klien menjelang ajal dan tujuan

    untuk memaksimalkan kemungkinan hidup bukan hal yang tidak sesuai dengan pengalaman

    dukacita adaptif. Dukacita adaptif bagi klien menjelang ajal mempunyai akhir yang pasti. Hal

    tersebut akan menghilang sejalan dengan kematian klien; meskipun duka cita berlanjut, tetapi

    dukacita tersebut tidak lagi adaptif. Klien, keluarganya, dan perawat dihadapkan dengan

    serangkaian tugas adaptasi dalam proses dukacita adaptif (Rando,1986).

    2. Dukacita Terselubung

    Dukacita terselubung terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan yang tidak atau

    tidak dapat dikenali, rasa berkabung yang luas,atau didukung secara sosial. Konsep mengenali

    bahwa masyarakat mempunyai serangkaian norma mengenai aturan berduka yang berupaya

    untuk mengkhususkan siapa, kapan, di mana, bagaimana, berapa lama, dan kepada siapa orang

    harus berduka. Dukacita mungkin terselubung dalam situasi dimana hubungan antara yang

    berduka dan meninggalkan tidak didasarkan pada ikatan keluarga yang dikenal. Dukacita ini

    dapat mencakup teman, pemberi perawatan, dan rekan kerja atau hubungan non-tradisional,

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    13/21

    seperti hubungan di luar perkawinan atau hubungan homoseksual dan mereka yang hubungannya

    terjadi pada masa lalu, seperti bekas pasangan.

    2.4 KONSEP DAN TEORI BERDUKA

    Konsep dan teori berduka hanya cara yang dapat digunakan untuk mengantisipasi

    kebutuhan emosional klien dan keluarganya serta merencanakan intervensi untuk membantu

    mereka memahami duka cita dan menghadapinya.

    Penting artinya untuk mempertimbangkan beberapa teori tentang kedukaan. Ketika

    mendiskusikan tentang tahapan, fase atau tugas, penting artinya untuk mengingat bahwa hal ini

    tidak terjadi dengan urutan yang kaku, tetap dapat diperkirakan. Tujuannya bukan untuk

    mengklasifikasi duka cita klien. Dengan demikian perawat tidak harus mengidentifikasi duka cita

    klien sebagai mengalami tahapan khusus duka cita. Peran perawat adalah mengamati perilaku

    berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan yang

    empatik.

    a. Teori Engel

    Engel (1964) mengajukan bahwa proses berduka mempunyai tiga fase yang dapat diterapkan

    pada seseorang yang berduka dan menjelang kematian.

    Fase pertama, individu menyangkal realitas kehidupan dan mungkin menarik diri, duduk tidak

    bergerak, atau menerawang tanpa tujuan. Hal tersebut mungkin dipandang oleh pengamat bahwa

    orang tersebut tidak menyadari apa makna kehilangan. Reaksi fisik dapat mencakup pingsan,

    berkeringat, mual, diare, frekuensi jantung cepat, gelisah, insomnia, dan keletihan.

    Fase kedua adalah individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin mengalami

    keputusasaan. Secara mendadak terjadi marah, rasa bersalah, frustasi, depresi dan kehampaan.

    Menangis adalah khas sejalan dengan individu menerima kehilangan.

    Fase ketiga, dikenali realitas kehilangan. Marah dan depresi tidak lagi dibutuhkan. Kehilangan

    telah jelas bagi individu, yang mulai mengenali hidup. Dengan mengalami fase ini seorang

    beralih dari tingkat fungsi emosi dan intelektual yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.

    Berkembang kesadaran diri.

    b. Tahapan Menjelang Ajal Menurut Kubler-Ross

    Kerangka kerja yang diberikan oleh Kebler-Ross (1969) berfokus pada perilaku dan mencakup

    lima tahapan.

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    14/21

    1.Pada tahap menyangkal individu bertindak seperti tidak terjadi sesuatu dan dapat menolak

    untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.

    2.Pada tahap marah individu melawan kehilangan dan dapat bertindak pada seseorang dan segala

    sesuatu dilingkungan sekitarnya.

    3.Pada tahap tawar menawar terdapat penundaan realitas kehilangan. Individu mungkin berusaha

    membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan.

    4.Tahap depresi terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna

    kehilangan tersebut timbul. Seseorang merasa terlalu sangat kesepian dan menahan diri. Tahap

    ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

    5.Dan pada tahap terakhir ini dicapai suatu penerimaan. Reaksi fisiologis menurun, dan interaksi

    sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan penerimaan lebih sebagai menghadapi situasi

    ketimbang menyerah untuk pasrah atau pututs asa.

    c. Fase Berduka Menurut Rando

    Rando (1993) mendefinisikan kembali respon berduka menjadi tiga kategori, yaitu :

    1.Penghindaran, dimana terjadi syok, menyangkal dan ketidakpercayaan.

    2.Konfrontasi, dimana terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang

    melawan kehilangn mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan palinga kaut.

    3.Akomodasi, ketika terdapat secara bertahap penurunan kedudukan akut dan mulai memasuki

    kembali secara emosional dan social dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani

    hidup dengan kehilangan mereka.

    B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN LOSS & GRIEVING

    1. PENGKAJIAN :

    -Perawat menggali makna kehilangan pada klien dan keluarga

    -Menggunakan komunikasi tulus dan terbuka

    -Menekankan keterampilan mendengar

    -Mengamati respon dan perilaku

    -Perawat mengkaji bagaimana klien bereaksi, bukan bagaimana seharusnya klien bereaksi

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    15/21

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    16/21

    Mengalami egosentris dan pikiran magis

    Menyadari apa makna kematian ini bagi dirinya dimasa datang

    REMAJA

    Memahami seputar kematian serupa dengan orang dewasa

    Harus menghadapi implikasi personaltentang kematian

    Menunjukkan perilaku berasiko

    Dengan serius mencari makna tentang hidup

    Lebih sadar tentang masa depan

    Faktor yang Mempengaruhi Dukacita Lansia :

    1. Perubahan fisik yang menyertai penuaan2. Kehilangan pekerjaan3. Kehilangan respek sosial4. Kehilangan hubungan5. Kehilangan kapabilitas perawatan diri6. Ketakutan tentang kehilangan kontrol7. Rasa pemenuhan tanggung jawab dan kontribusi yang dibuat8. Ikatan kepribadian9. Perasaan nilai diri10.Kemampuan berfungsi

    B.Peran Jenis Kelamin

    1. Reaksi kehilangan dipengaruhi oleh harapan sosial ttg peran pria dan wanita2. Pria dan wanita melekatkan makna berbeda thdp bagian tubuh, fungsi, hubungan

    interpersonal, dan benda.

    C.Pendidikan dan Status Ekonomi

    Mengkaji hal ini penting krn hal ini mempengaruhi kemampuan klien untuk menggunakan

    pilihan dan dukungan ktika menghadapi kehilangan

    Sifat Hubungan dengan Objek yang Hilang

    1. Penting untuk mengkaji Karakteristik hubungan dan fungsi kehilangan yang dilakukan oleh

    almarhum atau almarhumah dalam kehidupan individu yang ditinggalkan

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    17/21

    2. Reaksi terhadap kehilangan orang tua, pasangan dan anak akan berbeda tergantung pada kualitas

    hubungan tersebut.

    Sistem Pendukung Sosial

    1. Visibilitas kehilangan, seperti kehilangan rumah akibat bencana alam,seringmemunculkan dukungan dari sumber yang tidak diperkirakan

    2. Visibilitas kehilangan seperti deformitas wajah dapat menyebabkan kehilangan dukungandari temen atau keluarga, sehingga menambah keparahan proses kehilangan.

    Sifat Kehilangan

    1. Kemampuan untuk menyelesaikan berduka bergantung pada makna kehilangan dansituasi disekitarnya.

    2. Kemampuan untuk menerima bantuan mempengaruhi apakah yang berduka akan mampumengatasi kehilangan.

    3. Visibilitas kehilangan mempengaruhi dukungan yang diterim.4. Durasi perubahan mempengaruhi jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menetapkan

    kembali ekuilibrium fisik,psikologis dan sosial

    Keyakinan Spiritual dan Budaya

    1. Latarbelakang budaya dan dinamika keluarga mempengaruhi pengekspresian berduka2. Keyakinan spiritual mencakkup praktik, ibadah dan ritual.3. Individu mungkin akan menemukan dukungan, ketenagan dan makna dalam kehilangan

    melalui keyakinan-keyakinan spiritual.

    4. Perawat harus waspada terhadap makna praktik keagamaan, tidak hanya pada klien tetapijuga pada keluarganya

    2.DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Perilaku yang menandakan dukacita maladaptif :

    1. Aktifitas berlebihan tanpa rasa kehilangan2. Perubahan dalam hubungan dengan teman dan keluarga3. Bermusuhan terhadap oang tertentu4. Depresi agitasi dg ketegangan, agitasi, insomnia, perasaan tidak berharga, rasa bersalah

    yang berlebihan, dan kecenderungan untuk bunuh diri.

    5. Hilang keikutsertaan dalam aktivitas keagamaan dan ritual yang berhubungan dg budayaklien

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    18/21

    6. Ketidakmampuan mediskusikan kehilangan tanpa menangis7. Rasa sejahtera yang salah.

    Contoh Diagnosa :

    a. Dukacita adaptif yang berhubungan dengan : Potensial orang terdekat yang dirasakan Potensial kehilangan kesejahteraan fisiopsikososial yang dirasakan Potensial kehilangan kepemilikan pribadi yang dirasakanb. Dukacita maladaptif yang berhubungan dengan : Kehilangan objek potensial atau aktual Rintangan respon berduka Tidak ada antisipasi terhadap berduka Penyakit terminal kronis Kehilangan orang terdekatc. Gangguan penyesuaian yang berhubungan dengan berduka yang tidak selesai.d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan Respon

    dukacita tertahan.

    e. Perubahan koping keluarga berhubungan dengan :

    Preokupasi sementara oleh orang terdekat yang mencoba untuk menangani konflikemosional dan personal

    Menderita dan tidak mampu untuk menerima atau bertindak secara efektif dalamkaitannya dengan kebutuhan klien.

    f. Perubahan Proses Keluarga yang berhubungan dengan Transisi atau krisis situasig. Keputus asaan berhubungan dengan : Kekurangan atau penyimpangan kondisi fisiologis Stress jangka panjang Kehilangan keyakinan nilai luhur atau yang maha kuasa.h. Isolasi Sosial berhubungan dengan Sumber pribadi tidak adekuat.i. Disress Spiritual berhubungan dengan Perpisahan dari ikatan keagamaan dan kulturalj. Gangguan Pola Tidur yang berhubungan dengan stress karena respon berduka

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    19/21

    3. INTERVENSI KEPERAWATAN

    1.Tahap denial

    Beri dukungan pada fase awal karena ini berfungsi protektif dan memberi waktu bagi klien untuk

    melihat kebenaran..bantu untuk melihat kebenaran dengan konfirmasi kondisi a.l. melalui second

    opinion

    2. Tahap anger

    Bantu klien untuk memahami bahwa marah adalah respon normal akan kehilangan dan ketidak

    berdayaan..siapkan bantuan berkesinambungan agar klien merasa aman

    3. Tahap bargaining

    Asah kepekaan perawat bila fase tawar menawar ini dilakukan secara diam-diam.. Bargaining

    sering dilakukan klien karena rasa bersalah atau ketakutan terhapap bayang-bayang dosa masa

    laluBantu agar klien mampu mengekspresikan apa yang dirasakanapabila perlu refer ke

    pemuka agama untuk pendampingan.

    4. Tahap depresi

    Klien perlu untuk merasa sedih dan beri kesempatan untuk mengekspresikan kesedihannya.

    Perawat hadir sebagai pendamping dan pendengar.

    5. Tahap menerima

    Klien merasa damai dan tenang.dampingi klien untuk mempertahankan rasa berguna (self

    worth).berdayakan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang masih mampu dilakukan dengan

    pendampingan.fasilitasi untuk menyiapkan perpisahan abadi

    1.Tahap denial

    Beri dukungan pada fase awal karena ini berfungsi protektif dan memberi waktu bagi klien untuk

    melihat kebenaran..bantu untuk melihat kebenaran dengan konfirmasi kondisi a.l. melalui second

    opinion

    2. Tahap anger

    Bantu klien untuk memahami bahwa marah adalah respon normal akan kehilangan dan ketidak

    berdayaan..siapkan bantuan berkesinambungan agar klien merasa aman

    3. Tahap bargaining

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    20/21

    Asah kepekaan perawat bila fase tawar menawar ini dilakukan secara diam-diam.. Bargaining

    sering dilakukan klien karena rasa bersalah atau ketakutan terhapap bayang-bayang dosa masa

    laluBantu agar klien mampu mengekspresikan apa yang dirasakanapabila perlu refer ke

    pemuka agama untuk pendampingan.

    4. Tahap depresi

    Klien perlu untuk merasa sedih dan beri kesempatan untuk mengekspresikan kesedihannya.

    Perawat hadir sebagai pendamping dan pendengar.

    5. Tahap menerima

    Klien merasa damai dan tenang.dampingi klien untuk mempertahankan rasa berguna (self

    worth).berdayakan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang masih mampu dilakukan dengan

    pendampingan.fasilitasi untuk menyiapkan perpisahan abadi

    4. EVALUASI

    1) Klien mampu mengkomunikasikan dan mengekspresikan dukacita.

    2) Pada perawatan menjelang ajal mengharuskan perawat mengevaluasi tingkat kenyamanan

    klien dengan penyakit dan kualitas hidupnya.

    3) Tingkat kenyamanan klien dievaluasi dg dasar hasil spt penurunan nyeri, kontrol gejala,

    pemeliharaan funsi sistem tubuh, penyelesaian tugas yang belum terselesaikan, dan ketenangan

    emosional.

  • 7/31/2019 Askep Pada Pasien Dengan Loss n Griving

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Martono, Hadi dan Krispranarka. 2010.Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatric,Ilmu

    Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta : Balai penerbit FK UI

    Kemp & Pillitteri (1984) ,Fundamentals of Nursing, Boston :Little Brown&co

    Kubler-Ross,E.,(1969) ,On Death and Dying, ,London: Tavistock Publication

    Pattison,Mansell (1977), The Experience of Dying, Englewood Cliffs:Prentice- Hall Inc.

    www.growthhouse.org, Grief,anger and loss : Improving care of the Dying

    http://ie-cha-ndd.blogspot.com/2010/05/konsep-kehilanga-dan-berduka.

    html?zx=9d3d7f76549a3b0a

    http://wordlibraries.wordpress.com/2010/05/28/asuhan-keperawatan-kehilangan-

    kematian-dan-dukacita/

    http://ie-cha-ndd.blogspot.com/2010/05/konsep-kehilanga-dan-berduka.%20html?zx=9d3d7f76549a3b0ahttp://ie-cha-ndd.blogspot.com/2010/05/konsep-kehilanga-dan-berduka.%20html?zx=9d3d7f76549a3b0ahttp://ie-cha-ndd.blogspot.com/2010/05/konsep-kehilanga-dan-berduka.%20html?zx=9d3d7f76549a3b0ahttp://ie-cha-ndd.blogspot.com/2010/05/konsep-kehilanga-dan-berduka.%20html?zx=9d3d7f76549a3b0a