46
ASKEP PASIEN DENGAN MRSA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MULTIPLE RESISTEN STAPHYLOCOCCUS AUREUS (MRSA) DP: Cornelia Dede Yosima Nekada. Kep.,Ns OLEH KELOMPOK VIII 1. Riadussolihin (09130050) 2. Angga Saputra (09130071) 3. Maria Erlinda Seran (09130072) 4. I Gede Heriyadi (09130088) BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Salah satu kuman patogen yang sering menjadi penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus dengan manifestasi infeksi yang ringan hingga berat. Meskipun mortalitas yang ditimbulkan menurun sejak 50 tahun terakhir, namun tidak demikian dengan kejadian resistensi terhadap preparat antimikroba. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu enzim yang dihasilkan S.aureus terhadap penicillin, yaitu penicillinase -laktamase).( Staphylococcus aureus sebelumnya sensitif terhadap penisilin pada tahun-tahun awal penggunaan antibiotik beta laktam di klinik. Pada tahun 1940-an, resistensi terhadap penisilin generasi pertama muncul dari strain beta laktamase kelas A. Menanggapi tantangan tersebut, akhirnya tercipta beta laktamase generasi kedua dari penisilin, termasuk diantaranya methicillin yang diperkenalkan pada tahun 1959. Pada tahun 1961, strain Staphylococcus aureus yang tahan terhadap methicillin dan beta laktam lain muncul pertama kali di Inggris, strain ini dikenal sebagai methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Lebih dari 90.000 norang Amerika mendapatkan infeksi yang

ASKEP PASIEN DENGAN MRSA.docx

  • Upload
    nida

  • View
    356

  • Download
    47

Embed Size (px)

Citation preview

ASKEP PASIEN DENGAN MRSA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MULTIPLE RESISTEN STAPHYLOCOCCUS AUREUS (MRSA)

DP: Cornelia Dede Yosima Nekada. Kep.,Ns

OLEH

KELOMPOK VIII1.    Riadussolihin        (09130050)2.    Angga Saputra        (09130071)3.    Maria Erlinda Seran   (09130072)4.    I Gede Heriyadi        (09130088)

BAB IPENDAHULUAN

a.    Latar BelakangSalah satu kuman patogen yang sering menjadi penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus dengan manifestasi infeksi yang ringan hingga berat. Meskipun mortalitas yang ditimbulkan menurun sejak 50 tahun terakhir, namun tidak demikian dengan kejadian resistensi terhadap preparat antimikroba. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu enzim yang dihasilkan S.aureus terhadap penicillin, yaitu penicillinase -laktamase).(Staphylococcus aureus sebelumnya sensitif terhadap penisilin pada tahun-tahun awal penggunaan antibiotik beta laktam di klinik. Pada tahun 1940-an, resistensi terhadap penisilin generasi pertama muncul dari strain beta laktamase kelas A.  Menanggapi tantangan  tersebut, akhirnya tercipta beta laktamase generasi kedua dari penisilin, termasuk diantaranya methicillin yang diperkenalkan pada tahun 1959. Pada tahun 1961, strain Staphylococcus aureus yang tahan terhadap methicillin dan beta laktam lain muncul pertama  kali di Inggris, strain ini dikenal sebagai methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA).Lebih dari 90.000 norang Amerika mendapatkan infeksi yang mematikan dari MRSA setiap tahun dan pada tahun 2005, hampir 19.000 orang Amerika meninggal karena infeksi MRSA. Kematian lebih terkait dengan infeksi MRSA dari AIDS, karena MRSA lebih mematikan daripada AIDS.Bakteri ini masuk jika ditubuh kita ada luka yang terbuka misalnya, teriris pisau, tergores, yang menyebabkan bakteri ini akan masuk kedalam tubuh kita melalui luka tersebut. Bakteri ini tahan terhadap antibiotik. Jika pemberi antibiotik yang salah maka akan membunuh bakteri yang baik ada di dalam tubuh kita, dan sebaliknya bakteri ini akan meregenerasi dan menulari bakteri yang lainnya. Jika sudah fatal bakteri akan memakan daging, otot, bahkan jika sudah menjalar lebih parah maka akan menyerang organ vital seperti menggrogoti jantung, paru dan hati.

b.    Tujuan Penulisan1.    Tujuan UmumMahasiswa keperawatan mampu memahami MRSA dan asuhan keperawatan yang berkaitan

dengan MRSA dengan baik.2.    Tujuan Khusus a.    Mahasiswa mampu menjelasakan pengertian MRSAb.    Mahasiswa mampu menjelasakan epideomologi MRSAc.    Mahasiswa mampu menjelasakan anatomi yang terkait MRSAd.    Mahasiswa mampu menjelasakan etiologi MRSAe.    Mahasiswa mampu menjelasakan Manifestasi klinis MRSAf.    Mahasiswa mampu menjelasakan patofisiologi MRSAg.    Mahasiswa mampu menjelasakan pemeriksaan penunjang MRSAh.    Mahasiswa mampu menjelasakan komplikasi MRSAi.    Mahasiswa mampu menjelasakan penatalaksanaan MRSAj.    Mahasiswa mampu menjelasakan pengkajian keperawatan pada klien dengan MRSAk.    Mahasiswa mampu menjelasakan diagnosa keperawatan pada klien dengan MRSAl.    Mahasiswa mampu menjelasakan rencana keperawatan pada klien dengan MRSAm.    Mahasiswa mampu menjelasakan pathway MRSA

BAB IITNJAUAN TEORIA.    PengertianMRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) adalah jenis bakteri Staph ditemukan pada kulit dan dalam hidung ataupun pada lipatan kulit lainnyayang resisten terhadap antibiotik yaitu kemampuan untuk menolak antibiotik.Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) adalah bakteri yang bertanggung jawab untuk beberapa sulit-untuk-mengobati infeksi pada manusia. Hal ini juga dapat disebut multidrug-resistant Staphylococcus aureus atau oksasilin-resistant Staphylococcus aureus (Orsa). MRSA adalah sangat mengganggu di rumah sakit dan panti jompo di mana pasien dengan luka terbuka, perangkat invasif dan sistem kekebalan tubuh yang lemah beresiko tinggi infeksi dari masyarakat umum.Staphylococcus Aureus Resisten Metilisin (MRSA) adalah infeksi nasokomial yang biasa terjadi di rumah sakit dan di fasilitas kesehatan lain (Brunner and Suddarth,2002) .     MRSA adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan S. Aureus yang resisten terhadap metilisin atau obat lain, oksasilisin dan nafsillin (Brunner and Suddarth,2002) . Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang merupakan bakteri Gram positif yang resistan terhadap antibiotik semisintetis (Kodim,2010).

B.    EpidemiologiDalam 20 tahun terakhir terdapat peningkatan proporsi MRSA dari 2% menjadi 29% dan angka tersebut lebih tinggi pada rumah sakit yang mempunyai kapasitas rawat lebih dari 500 orang, yaitu 38%. MRSA dapat ditemukan pada pasien yang pernah dirawat inap, menggunakan antibiotik atau perawatan intensif. Kolonisasi MRSA dapat persisten selama 3 tahun, sehingga transmisi melalui tangan para pekerja kesehatan merupakan penyebab utama penyebaran MRSA dirumah sakit. Pada 83% kasus bakterimia pada MRSA, ditemukan kolonisasi sebelumnya. Penggunaan antibiotik akan merubah flora normal tubuh menjadi flora yang resisten. Tingginya penggunaan antibiotik pada perawatan intensif menyumbang peran terjadi MRSA, sefalosporin dan kuinolon secara bermakna berkaitan erat dengan

kolonisasi MRSA. Lama perawatan intensif juga berperan dalam menimbulkan infeksi MRSA, Ibelings dkk melaporkan lama perawatan lebih 2 minggu mempunyai resiko 2,5 kali sedangkan jika lebih dari 3 minggu akan meningkat menjadi 4 kali terhadap resiko infeksi MRSA. Selain pada pasien dengan perawatan paska surgikal, pengguna alat-alat invasif dan pengguna antibiotik, MRSA dapat terjadi pada sirosis, transplantasi hepar, diabetes serta pengguna kortikosteroid.Septikemi stafilokokus yang tidak diobati dihubungkan dengan angka mortalitas 80% atau lebih. Angka mortalitas menurun sampai 20% dengan pengobatan antibiotik yang tepat. Pnemonia stafilokokus dapat mematikan pada setiap umur tetapi lebih mungkin dihubungkan dengan morbiditas dan mortilitas yang tinggi pada bayi muda atau pada penderita yang terapinya tertunda.Angka sel darah putih total kurang dari 5. 000/mm3 atau respon leukosit polimorfonuklear kurang dari 50% merupakan tanda prognostik yang berat. Prognosis juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor hospes, termasuk nutrisi, kemampuan imunologis, dan ada atau tidak adanya penyakit yang melemahkan lain.Peranan pemeriksaan laboratorium yang cepat dan akurat masih merupakan kendala dalam identifikasi MRSA, diperlukan waktu lebih dari 48 jam untuk pemeriksaan tersebut. Isolasi mikroorganisme sering kali menggunakan media padat yang mengandung oksasilin dan natrium klorida. Metode identifikasi menggunakan teknik molekular dengan cara mendeteksi gen mecA mempunyai keunggulan dalam kecepatan dan saat ini dikembangkan untuk menjadi baku emas identifikasi MRSA kendati masih memerlukan waktu minimal 24 jam untuk kultur.

C.    Anatomi Fisiologi1.    Darah Darah merupakan alat transportasi berbagai zat ditubuh manusia, darah berperan untuk proses homeostasis dalam mempertahankan stabilitas lingkungan dalam tubuh dan untuk mengembalikan fungsi tubuh dalam keadaan semula,  dari proses  hemoestasis ini muncul perubahan seperti :a.    Berkeringat serta menguapnya keringat serta munculnya panas dalam tubuh untuk menguapkan keringatb.    Sirkulasi darah meningkat, peningkatan sirkulasi ini karena kerja jantung dan penyesuaian pembuluh darahc.    Pernafasan meningkat dalam usaha memenuhi kebutuhan oksigenDarah terdiri atas plasma 55% dan sel 45%, sel dalam darah antara lain adalah trombosit, sel darah putih, sel darah merah. Plasma mengandung ion Na+, K+, Ca+, Mg+. Adapun zat organik seperti asam amino, protein, glukosa. Plasma mudah beku karena terdapat protein fibrinogen yang dapat berubah menjadi fibrin yang berperan dalam pembekuan darah. Protein plasma darah berupa albumin, globulin dan fibrinogen, yang memberikan (tekanan osmotic) tekanan ini berfungsi menarik air kembali ke kapiler dan intersisial setelah terfibrasi.2.    Sel Darah PutihSel darah putih terdiri dari granulosit, limfosit, monosit.Granulosit terdiri dari :1.    Netrofil yang berfungsi membunuh bakteri, pada infeksi akut jumlah sel ini meningkat.2.    Basofil, melepaskan histamin, sel ini berperan pada reaksi hipersensitif tipe cepat seperti urtikaria, rhinitis alergika, syok anafilaktik.3.    Menyerang beberapa jenis parasit, sel ini meningkat pada penderita alergi4.    Monosit : monosit termasuk darah dari sumsum tulang kemudian masuk jaringan, berubah namanya menjadi magrofag jaringan, berfungsi seperti netrofil membunuh bakteri. 3.    Sistem Kekebalan

Apabila ada benda asing yang masuk kedalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi membentuk suatu zat anti (anti bodi) yang khas untuk masing-masing benda asing tersebut. Kekebalan mungkin dapat dibawah sejak lahir, melalui zat anti yang diberikan ibu atau dapat pula diperoleh kemudian. Kekebalan yang diperoleh kemudian bisa terjadi karena infeksi secara alamiah yang kemudian menimbulkan penyakit atau tidak sampai menimbulkan penyakit, atau dapat pula kekebalan yang sifatnya dibuat dengan memberi vaksin tertentu, contohnya :1)    Vaksin BCG untuk mencegah penyakit TBC pada anak2)    Vaksin polio3)    Vaksin DPT4)    Vaksin TT5)    Vaksin morbili6)    Vaksin rubellaJenis kekebalan terbagi dalam 2 bentuk1)    Kekebalan humoral, terjadi karena terbentuknya gama globulin yang spesifik untuk suatu antigen setelah bereaksi dengan limfosit B tersebut. Umumnya kekebalan ini tidak berlangsung lama hanya sekitar beberapa bulan.2)    Kekebalan seluler merupakan kekebalan yang dibawah oleh sel T untuk antigen tertentu, umumnya kekebalan ini berlangsung lama hingga bertahun-tahun.4.    Sel Darah MerahEritrosit sebagai sel darah merah berumur rata-rata 120 hari, sel ini berbentuk cakram, dengan jumlah rata-rata sekitar5 juta/mm3 atau sekitar 25 Triliun dalam 5 liter darah, jikadalam perhitungan detik maka didapatkan dalam 1 detik akan terbentuk 2. 400. 000 sel baru dan selama hidupnya eritrosit ini akan melewati aliran darah dengan menempuh lebih dari 1.000 km dalam hidupnya.Eritrosit yang tua akan mengalami kematian dan dihancurkan di limpa, limpa juga tempat penyimpanan trombosit dan limfosit serta menyimpan eritrosit yang sehat. Apabila darah dilakukan sentrifugal maka akan didapatkan hematokrit yang merupakan bagian terbesarnya berisi eritrosit, nilai hematokrit pada laki-laki berkisar 47% dan pada perempuan 42%. Didalam eritrosit terdapat hemoglobin (Hb) yang berfungsi mengikat oksigen untuk didistribusikan keseluruh jaringan tuubuh, kadar Hb untuk laki-laki 16gr/dl dan perempuan 14gr/dl.Eritopoesis atau pembentukan eritrosit pada anak-anak berlangsung di seluruh sumsum tulang, sedangkan pada dewasa terjadi pada tulang-tulang pipi, eritopoisis terjadi karena rangsangan hormon eritropoitin yang dihasilkan di ginjal.Apabila kadar O2 arteri menurun maka produksi eritopoitin meningkat dan peningkatan ini akan merangsang pembentukan eritrosit lebih banyak lagi sehingga kadar Hb sebagai pembawa oksigen juga ikut meningkat. Kerusakan pada ginjal menyebabkan penurunan eritopoitin akibatnya pembentukan eritrosit juga berkurang sehingga menyebabkan anemia.

D.    EtiologiStaph. Staphylococcus adalah jenis umum bakteri. Pada sekitar 1 dari setiap 4 orang sehat, kuman Staph hidup di kulit atau pada bagian hidung, tetapi tidak menyebabkan masalah atau infeksi. Orang-orang ini dikatakan dijajah dengan Staph.Jika bakteri Staph memasuki tubuh seseorang melalui luka, sakit, kateter, atau tabung pernapasan, dapat menyebabkan infeksi.1.    Infeksi bisa ringan dan lokal (misalnya, jerawat), atau lebih serius (melibatkan jantung, paru-paru, darah, atau tulang). 2.    Infeksi Staph serius lebih umum pada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Ini termasuk pasien di rumah sakit dan jangka panjang fasilitas perawatan dan orang-orang yang menerima dialisis ginjal atau pengobatan kanker.

Di masa lalu, infeksi Staph yang paling menanggapi Gorup antibiotik yang disebut beta-laktam. Antibiotik ini termasuk methicillin dan lainnya, lebih banyak antibiotik umum seperti oksasilin, penisilin, dan amoksisilin.Sekitar 2 dari setiap 100 orang membawa strain Staph yang resisten terhadap antibiotik ini. Menjadi tahan berarti antibiotik tidak dapat untuk mengobati dan menyembuhkan infeksi dengan jenis bakteri. Ini strain Staph disebut MRSA, atau methicillin-resistant Staphylococcus aureus. Infeksi MRSA sering terjadi pada orang yang berada di rumah sakit atau layanan kesehatan lainnya. Mereka yang telah dirawat di rumah sakit atau menjalani operasi dalam satu tahun terakhir juga meningkatkan risiko. Bakteri MRSA yang menyebabkan jumlah yang lebih tinggi dari infeksi Staph yang dimulai di rumah sakit. Infeksi MRSA yang terjadi di masyarakat terlihat pada orang sehat yang tidak baru-baru ini di rumah sakit. Sebagian besar infeksi ini melibatkan kulit.3.    Infeksi telah terjadi di antara atlet yang memiliki peralatan atau barang-barang pribadi (seperti handuk atau pisau cukur) dan anak-anak di fasilitas penitipan.4.    Anggota militer dan mereka yang mendapatkan tato juga berisiko. Jumlah masyarakat yang didapat kasus MRSA meningkat.

E.    Manifestasi KlinisGejala:Infeksi kulit Staph menyebabkan area merah, bengkak, dan nyeri pada kulit. Mungkin ada drainase nanah atau cairan lain dari situs. Gejala lebih mungkin terjadi di mana kulit telah dipotong atau digosok, atau di daerah di mana ada rambut tubuh lebih.Ketika pasien mendapatkan MRSA di fasilitas perawatan kesehatan, infeksi cenderung menjadi parah. Infeksi ini dapat Staph dalam aliran darah, jantung atau paru-paru, urin, atau di lokasi operasi terakhir. Gejala infeksi ini parah termasuk:1.    Nyeri dada2.    Kedinginan3.    Batuk 4.    Kelelahan5.    Demam 6.    Merasa sakit umum (Malaise)7.    Sakit kepala8.    Otot nyeri9.    Ruam 10.    Sesak napas

F.    PatofisiologiPerkembangan penyakit stafilokokus terkait dengan ketahanan hospes terhadap infeksi dan virulensi organisme. Kulit dan membrana mukosa utuh berperan sebagai perintang terhadap invasi oleh stafilokokus. Defek pada perintang mukokutan karena trauma, pembedahan, permukaan asing (misal jahitan, shunt, kateter intravaskuler) dan luka bakar menambah resiko infeksi. Adhesi S. Aureus pada sel mukosa diperantarai oleh asam teikoat pada dinding sel, dan pemajanan pada tempat-tempat submukosa atau subkutan menambah adhesi terhadap fibrinogen, fibronektin, laminin, dan mungkin kolagen IV. Kemampuan stafilokokus virulen untuk membentuk penyakit dapat dikaitkan secara langsung pada kapasitasnya menghambat kemotaksis.Protein A. ada pada kebanyakan strain S. Aureus tetapi tidak ada pada S. Epidermidis, beraksi secara spefisik dengan IgG1, IgG2, dan IgG4. Protein ini terletak pada selaput bakteri

paling luar dan dapat menyerap imunoglobulin serum, mencegah antibodi antibakteri bekerja sebagai opsonin dan dengan demikian menghambat fagositosis. Leukosidin, menyebakan degranulasi leukasit, dan hemolisin stafilokokus yang toksik terhadap eritrosit dan leukosit juga turut membantu terhadap virulensi S. aureus.Proliferasi stafilokokus pada saluran gastrointestinal juga dikendalikan oleh prevalensi spesies bakteri lain. Jika keseimbangan ini terganggu selama terapi antibiotik, stafilokokus beresisten dapat berproliferasi dan menginvasi dinding usus. Perluasan enterotoksin oleh stafilokokus dalam saluran gastrointestinal atau penelanan enterotoksin yang telah terbentuk dapat menimbulkan penyakit bila tidak ada invasi jaringan.Bayi mungkin mendapat imunitas humoral tipe-spesifik terhadap stafilokokus secara transplasenta. Anak yang lebih tua dan orang dewasa mengembangkan antibodi terhadap stafilokokus sebagai akibat infeksi minor kulit dan jaringan lunak sebentar-sebentar, titer antistafilokokus serum biasanya naik pasca-penyakit stafilokokus yang jelas. Namun, adanya antibodi tidak selalu melindungi individu dari penyakit stafilokokus. Ada beberapa indikasi yang menyebarkan penyakit S. aureus pada anak yang sebelumnya sehat dapat terjadi sesudah infeksi virus yang menekan fungsi neutrofil atau sel epitel saluran pernapasan. Individu dengan cacat kongenital atau didapat pada sistem komplemen yang diperlukan untuk kemotaksis, kemotaksis yang tidak sempurna (sindrom Job, Chediak Higashi, Wikott Aldrich, dan leukosit malas), fagositosis tidak sempurna, dan imunitas humoral tidak sempurna (antibodi diperlukan untuk opsonisasi) serta individu yang dengan kapasitas bakterisid intraseluler terganggu bertambah resiko infeksinya dengan stafilokokus. Penderita dengan penyakit granulomatosis kronis, yang fagositosisnya berlangsung secara normal tetapi pembunuhan bakteri katalase-positif yang tertelan sangat terganggu, terutama rentan terhadap penyakit stafilokokus. Mobilisasi leukosit polimorfonuklear yang terganggu telah didokumentasi pada anak dengan ketoasidosis diabetik dan pada individu sehat sesudah minum alkohol. Penderita dengan infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV) mempunyai neutrofil yang tidak sempurna dalam kemampuannya membunuh S. aureus in vitro.

G.    Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan mikrobiologi adalah satu pemeriksaan yang sangat penting dalam menunjang penegakkan diagnosis serta terapi penyakit infeksi terutama dalam penanganan infeksi Nosokomial. Salah satu penyebab infeksi nosokomial adalah Methicillin Resistent Staphylococcus aureus (MRSA).Prosedur yang tepat pada pengambilan spesimen yang aseptis, penanganan pemeriksaan laboratorium mikrobiologi untuk menegakkan diagnosis infeksi MRSA dan prosedur standar uji bioaktivitas obat antimikroba berguna dalam diagnosis dan terapi infeksi MRSA.    Pilihan antibiotik :Untuk pasien rawat jalan, klindamisin, trimetroprim/sulfametoksazol, tetrasiklin, doksisiklin, monosiklin, dan linezolid dianggap sama efektifnya. Supaya mencakup Streptococcus grup A sekaligus MRSA (“selulitis non-purulen”), dapat digunakan:1.    Klindamisin, atau2.    Amoksisilin plus trimetrprin/sulfametoksasol atau tetrasiklin, atau3.    Linezolid.Pada pasien rawat inap, quideline terapi antibiotik sebagaimana tersaji dalam tabel berikut.Antibiotik     Dosis    DurasiVankomisin    Sesuai terget yang ditetapkan    7 – 14 hariLinezolid    600 mg dua kali sehari, PO atau IV    7 – 14 hariDaptomisin    4 mg/kg sekali sehari    7 – 14 hariTalavansim    10 mg/kg sekali sehari    7 – 14 hariKlindamisin    600 mg IV atau 300 mg PO 3 kali sehari    7 – 14 hari

H.    Komplikasi1.    ImpetigoImpetigo merupakan infeksi kulit yang paling menular yang kebanyakan menyerang bayi dan anak-anak. Impetigo biasanya ditandai dengan munculnya luka borok warna merah pada wajah, terutama di sekitar hidung, mulut anak-anak. Meski infeksi ini umumnya terjadi akibat masuknya bakteri ke dalam kulit melalui luka atau gigitan serangga, tapi impetigo  bisa juga tumbuh dalam kulit yang benar-benar sehat. Pada orang dewasa, impetigo biasanya mengakibatkan luka pada kulit. (www.go4healthylife.com/articles/1/impetigo/page1.html)2.    Infeksi luka pasca-operasiInfeksi luka pasca-operasi merupakan komplikasi yang sering ditemukan pada tindakan operasi superfisial, profunda, dan organ. Salah satu agen biologis penyebab penting adalah MRSA yang merupakan bakteri gram positif yang resisten terhadap antibiotik semisintesis.3.    Pneumonia Pneumonia karena Stafilokokus aureus dapat merupakan infeksi primer (Hematogen) atau sekunder sesudah infeksi virus seperti influensa.pneumonia inhalasi disebabkan oleh perubahan pembersihan mukosiliare, disfungsi leukosit, atau perlekatan bakteri yang dimulai oleh infeksi virus. Pada anak yang lebih muda dari usia lebih dari 1 tahun, mulainya dapat ditunjukan oleh mengi ekspiratoir, dengan cepat menyerupai bronkitis. Lebih lazim adalah demam tinggi, nyeri perut, takipnea, dispneadan bronkopneumania setempat atau penyakit lobar.4.    AbsesAbses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri dan parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya, serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). 5.    MRSE

I.    Penatalaksanaan Medis dan KeperawatanPenanganan infeksi MRSA dapat dengan preventif dengan pengendalian infeksi dan kuratif. Pengendalian infeksi dilakukan dengan higiene tangan, penapisan dan isolasi pasien, eradikasi kolonisasi, kebersihan lingkungan. Sedangkan terapi medikamentosa menggunakan preparat vancomisin, teicoplanin, linezolid, quinupristin/dalfopristin dan beberapa preparat lain yang masih dapat digunakan seperti kotrimoksazol.Higiene tangan berperan pada transmisi infeksi nosokomial pada pekerja kesehatan, namun kesadaran akan hal tersebut masih rendah, bahkan pada suatu rumah sakit pendidikan saja hanya 48% yang mematuhi hal tersebut. Cara mencuci tangan merupakan hal yang harus diketahui dengan baik, penggunaan sabun yang mengandung alkohol akan mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencuci tangan. Hal ini berguna pada instalasi intensif yang mobilisasinya lebih cepat dibandingkan instalasi rawat biasa. Reservoir MRSA dapat berasal dari kolonisasi dan proses infeksi. Dilaporkan kolonisasi dan infeksi MRSA pada seseorang berkaitan erat dengan jumlah pasien yang mempunyai MRSA saat perawatan. Hal ini menyebabkan pentingnya identifikasi dini guna melakukan isolasi dan pengendalian infeksi. Penapisan dilakukan minimal setiap minggu dengan pengambilan sampel dari hidung dan perineum. Jika didapatkan hasil positif maka sebaiknya dilakukan isolasi pasien namun hal ini dianggap sama efektifnya dengan pengaturan penggunaan antibiotik. Eradikasi kolonisasi MRSA tidak banyak diyakini efektifitasnya, namun mupirosin topikal dapat mengurangi jumlah kolonisasi. Penularan melalui faktor lingkungan perlu menjadi perhatian tersendiri dan kemampuan S.aureus hidup saat berada dilingkungan menentukan transmisi cara ini. Beberapa penelitian melaporkan kemampuan hidup

mikroorganisme ini pada lingkungan rumah sakit dapat bertahan dalam 24 jam bahkan jika berada pada material poliester dan polietilen akan bertahan 56 hari dan 90 hari. Medikamentosa digunakan pada penanganan kuratif infeksi MRSA. Preparat glikopeptida seperti vankomisin dan teikoplanin merupakan pilihan utama. Namun sejak dilaporkan adanya glikopeptida resistensi intermdiate S.aureus (GISA) tahun 1996, beberapa preparat antibiotik alternatif mulai dikembangkan. Linezolid merupakan golongan oksazolidinon yang sudah digunakan di Inggris tahun 2001. Preparat ini bekerja pada proses sintesis protein dan sama efektifnya dengan vankomisin pada pneumonia nosokomial serta sediaan oral menjadi keunggulan lainnya. Namun biaya yang diperlukan lebih besar 10 kali dibandingkan vankomisin. Quinopristin-dalfopristin merupakan golongan makrolide-linkosamid-streptogramin dan terdiri dari streptogramin pristamisin IA dan IIB dengan rasio 30:70. Kendati efektif pada mikroorganisme gram positif nammun tidak demikian dengan Enterococcus faecalis. Preparat ini hanya mempunyai sediaan parenteral dengan efektifitas terapi MRSA antara 64-76%. Preparat lain yang sedang dikembangkan diantaranya tigesiklin (GAR-936) yang merupakan derivat minosiklin dari antibiotik golongan terbaru, glisilsiklin. Selain itu terdapat 2 preparat lain yang masing-masing dari golongan karbapenem (CP5609 dan CS-023) dan sefalosporin (BAL9141 dan S-3578).

J.    Pengkajian Keperawatan1.    Riwayat kesehatan yang lalu•    Kaji riwayat pribadi atau kelurga tentang penyakit MRSA sebelumnya•    Kaji riwayat pekerjaan pasien2.    PernapasanGejala : sesak napas dan batuk.3.    Aktivitas atau istrahatGejala : merasa sakit umum (Malaise) dan kelelahan4.    KeamananGejala : Demam, sakit kepala, ruam dan kedinginan5.    Nyeri atau kenyamananGejala : nyeri otot, nyeri dada.

K.    Diagnosa Keperawatan1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik2.    Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma3.    Pola napas tidak efekti berhubungan dengan nyeriL.    Rencana Keperawatan1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisikTujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurangKriteria Hasil: Klien menyatakan nyeri berkurang dan bisa beristirahat.Intervensi:1)    Ajarkan teknik relaksasi dan destraksiRasional : mengurangi rasa nyeri2)    Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penyebab nyeriRasional : membantu mengontrol rasa nyeri3)    Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klienRasional : membantu klien dapat beristirahat dengan nyaman4)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetikRasional : pemberian analgetik dapat membantu mengurangi rasa nyeri

2.    Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma

Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu kembali normalKriteria hasil : 1.    Badanya tidak panas lagi2.    Suhu tubuh dalam rentang normal 370C3.    Nadi dalam rentang normal Intervensi :1)    Pantau tekanan darah, nadi dan pernapasanRasional :Mengetahui perubahan pada tanda-tanda vital.2)    Pantau suhu minimal dua jam, sesuai dengan kebutuhan  :Rasional : Mengetahui adanya penurunan atau peningkatan suhu pada anak

3)    Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu Rasional : Mencegah dan mengenali secara dini hipertermi (misalnya, sengatan panas, dan keletihan karena panas4)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat (antipiretik) Rasional : membantu menurunkan panas

3.    Pola napas tidak efekti berhubungan dengan nyeriTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola napas klien efektif ( pergerakan udara kedalam dan keluar paru-paru efektif)Kriteria Hasil :1)    Kedalaman inspirasi dan kemampuan bernapas2)    Ekspansi dada simetris3)    Tidak ada penggunaan otot bantu napas4)    Tidak sweezing5)    Tidak ada napas pendekIntervensi :1)    Kaji TTV klienRasional: mengetahui keadaan umum klien dan mengetahui adanya penyimpangan respon tubuh.2)    Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha pernapasanRasional : perubahan dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal. Pernapasan lambat, periode apnea dapat menandakan perlunya ventilasi mekanis3)    Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot bantu, serta retraksi otot supraklavikula dan interkostaRasional : pengembangan dada yang efektif menandakan pola napas efektif4)    Pantau pola napas: bradipnea, takipnea, hiperventilasi, pernapasan kussmaulRasional : mengetahui perubahan pola napas sehingga dapat memberikan tindakan yang tepat5)    Catat perubahan AGD dengan tepatRasional : menentukan kecukupan pernapasan keseimbangan asam basa dan kebutuhan akan terapi6)    Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanul nasal, masker, sungkup atau tenda.Rasional : memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan hipoksia7)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronkodilatorRasional : melebarkan bronkus akibat bronkuspasme sehingga jalan udara tidak terganggu.

M.    Pathway

Orang-orang ini dikatakan dijajah dengan Staph. stafilokokusJika bakteri Staph memasuki tubuh seseorang melalui luka, sakit, kateter, atau tabung pernapasan, dapat menyebabkan infeksi.Infeksi ringan & lokal       Infeksi serius     Infeksi dari  peralatan &     Orang yang memiliki tato barang-barang pribadiNyeri dada    Nyeri otot    Sesak napas    Batuk        Demam    Keletihan & Malaise

BAB IIIASUHAN KEPERAWATANA.    KasusAnak S umur 1 tahun  datang ke rumah sakit diantar oleh orang tua dengan keluhan utama nyeri . Skala nyeri        .     Ibu klien mengatakan klien selalu menangis bila  merasa sakit, rasa lapar dan haus. Di kulit lipatan paha kanan  klien terlihat ada luka . Badan klien ketika diraba terasa panas. Suhu klien 39 0C. Klien juga terlihat letih. Nadi teraba lemah dan cepat. Dari hasil pemeriksaan TTV didapatkan hasil: TD = 130/80, nadi = 175x/menit, RR = 30x/menit dan suhu 39 0C. Dari hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan angka leukositnya menurun yaitu 3.500rb/mmk, eritrosit 5.0 juta/mmk, trombosit 200rb/mmk.B.    PengkajianNama Perawat            : Maria Erlinda SeranTanggal Pengkajian        : 28 November 2011Jam Pengkajian        : 09.001.    Identitas Pasien Nama             : An. SUmur            : 1 tahunSuku            : JawaBangsa            : IndonesiaJenis Kelamin        : Laki-lakiPendidikan         : -Pekerjaan            : -Status Pernikahan         : Belum  menikahAlamat            : Jl. Durian No. 53 Saren Condong Catur, Depok SlemanTanggal Masuk RS    : 28 November 2011Tanggal Penkajian        : 28 November 2011Diagnosa Mmedis        : MRSANo. RM            : 01278891

Penanggung Jawab    Nama            : Tn. WUmur             : 25 TahunAgama            : IslamPendidikan         : SMAPekerjaan            : PNSStatus Pernikahan         : Sudah menikahHubungan dengan klien    : AyahAlamat            : Jl. Durian No. 53 Saren Condong Catur, Depok Sleman

2.    Riwayat Kesehatana)    Keluhan Utama: Nyeri

b)    Riwayat Kesehatan SekarangAnak S umur 1 tahun  datang ke rumah sakit diantar oleh orang tua dengan keluhan utama nyeri . Skala nyeri (gambar wajah). Ibu klien mengatakan klien selalu menangis bila  merasa sakit, rasa lapar dan haus.c)    Riwayat Penyakit Dahulu:Ibu klien mengatakan  klien tidak mempunyai riwayat penyakit apapun.d)    Riwayat KeluargaIbu klien mengatakan dalam keluarga tidak ditemukan penyakit serupa seperti yang klien alami.

GENOGRAM

Keterangan :

            : Laki-laki

            : Perempuan

            : Klien

            : Garis keturunan

            : Garis perkawinan

            : Tinggal dalam satu rumah

3.    Basic promoting Physiologi of Healtha)    Kenyamanan dan nyeriIbu klien mengatakan klien selalu manangis jika merasa nyeri. Skala nyeri nilainya 4.

Faces Pain Score terdiri dari 6 gambar skala wajah yang bertingkat dari  wajah yang tersenyum untuk ³no pain´ sampaiwajah yang berlinang air mata dan skala ini digunakan untuk anak-anak saja.

1.    Nilai 0; nyeri tidak dirasakan oleh anak 2.    Nilai 1: nyeri dirasakan sedikit saja3.    Nilai 2: nyeriagakdirasakanolehanak 4.    Nilai 3: nyeri yang dirasakan anak lebih banyak5.     Nilai 4: nyeri yang dirasakan anak secara keseluruhan6.    Nilai 5; nyeri sekali dan anak menjadi menangis

b)    Pola eliminasiIbu klien mengatakan selama sakit, klien melakukan BAB dan BAK dengan dibantu oleh keluarga.c)    Pola kognitifSelama pengkajian berlangsung klien tidak menunjukkan gangguan kognitifnya, tidak ada gannguan panca indera yakni penciuman, pendengaran, penglihatan, pengecap dan peraba.d)    Pola hubungan dan peranDalam keluarga, klien berperan sebagai anak. e)    Pola nilai dan keyakinan Klien menganut nilai budaya Jawa dan berkeyakinan terhadap agama Islam. Dalam nilai dan keyakinan klien tidak ada yang merugikan bagi kesehatan klien. f)    Pola nutrisiSebelum dan saat sakit klien makan 3x sehari, tidak ada penurunan nafsu makan. Diit yang diberikan rumah sakit selalu dihabiskan.g)    Pola cairan, elektrolit dan asam basahIbu klien mengatakan klien dapat minum ASI dengan baik. Ibu klien juga mengatakan daya hisap klien baik . Turgor kulit elastis.h)    Pola pernapasanIbu klien mengatakan klien tidak mengalami gangguan pernapasan.4.    Pemeriksaan Fisika)    Keadaan umumKesadaran klien compos metis GCS : 15 (M : 6, V : 5, E : 4), dari hasil pemeriksaan vital sign didapatkan, TD = 130/80, nadi = 175x/menit, RR = 30x/menit dan suhu 390C. b)    Pemeriksaan kepalaKulit kepala bersih, tidak terdapat hematoma, lesi atau kotor. Rambut bersih, tidak mudah patah saat dicabut dan rambut berwarna hitam.c)    Pemeriksaan leherPada leher klien tidak terdapat pembesaran tyroid, tidak terdapat pelebaran vena jugularis, tidak terdapat hematoma dan lesi. d)    Wajah Wajah klien bersih tidak ada lesi.e)    Mata Mata klien secara umum konjungtiva anemis tidak terdapat hiperemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor.f)    Hidung Hidung klien bersih, tidak terdapat sputum.g)    Mulut Keadaan mulut klien bersih, tidak terlihat adanya peradangan pada rongga mulut dan tidak ada pembesaran tonsil. Mukosa bibir klien lembab, gusi klien berwarna merah dan lidah klien bersih.h)    Telinga Telinga kanan dan kiri klien simetris, keadaan telinga bersih, tidak terdapat serumen. Fungsi pendegaran baik, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

i)    Pemeriksaan dada1)    Pulmo Inspeksi : bentuk dada klien simetris, pengembangan dada simetrisPalpasi : vokal fremitus klien kanan dan kiri sama Perkusi : ketika di perkusi didapatkan bunyi sonor.Auskultasi : hasil auskultasi didapatkan bunyi vesikuler.2)    Cor Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.j)    Pemeriksaan abdomen Inspeksi : abdomen menunjukkan kulit abdomen bersih, tidak asites dan tidak ada distensi kandung kemih.Auskultasi : abdomen didapatkan suara peristaltik usus 15x/menit. k)    Pemeriksaan genitalia Genitalia normal, tidak ada kelainan pada lubang uretranya (hipospadia maupun epispadia).l)    Pemeriksaan rektum  Normal, tidak ada hemoroid, dan tidak ada tumor.

5.    Pemeriksaan penunjang Jenis Pemeriksaan    Nilai Normal    HasilLeukosit    4.500 – 11.000/mmk    3.500rb/mmkEritrosit    3.5 -5.3 juta/mmk    5.0 juta/mmkTrombosit    150rb-450rb/mmk    200rb/mmk

6.    Terapi medisAsam mefenamat 3x 100 mgParacetamol.C.    Analisa DataNAMA    : Anak S        Dx. MEDIS    : MRSAUMUR    : 1 tahun        No. RM     : 01278891RUANG    : Edelweis        ALAMAT    : Jl. Durian No. 53 Saren Condong                                Catur, Depok SlemanTanggal/Jam    Data Fokus    Etiologi    Problem28 November 2011Jam 09.00    DS: -    Ibu klien mengatakan klien selalu menangis bila  merasa sakit, rasa lapar dan haus.DO:-    TTV:TD = 130/80, HR = 175x/menit, RR = 30x/menit dan S =  390C.    Agen injuri fisik    Nyeri akut28 November 2011Jam 09.00    DS : -DO : -    Di kulit lipatan paha kanan  klien terlihat ada luka-    pemeriksaan laboratorium menunjukan angka leukositnya menurun yaitu 3.500rb/mmk,    pertahanan tubuh yang tidak adekuat (kulit terluka).    Resiko infeksi

28 November 2011Jam 09.00    DS: -DO:-    Badan klien ketika diraba terasa panas. -    Suhu klien 39 0C    Penyakit atau trauma    Hipertermia28 November 2011Jam 09.00    DS: - DO: -    Klien terlihat letih.-    Nadi teraba lemah dan cepat-    TTV:HR: 175x/menit.    Keadaan penyakit    Keletihan

D.    Prioritas Diagnosa Keperawatan1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik2.    Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma3.    Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat (kulit terluka).4.    Keletihan berhubungan dengan keadaan penyakit

E.    Rencana (Intervensi) KeperawatanNAMA    : Anak S        Dx. MEDIS    : MRSAUMUR    : 1 tahun        No. RM     : 01278891RUANG    : Edelweis        ALAMAT    : Jl. Durian No. 53 Saren Condong                                Catur, Depok SlemanNo.    Dx. Keperawatan    Tujuan dan kriteria Hasil    Intervensi    Rasional    Nama/TTD1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pada An. S, diharapakan nyeri berkurang dengan kriteria hasil :1.    Wajah klien tampak rileks2.    TTVTD:  110/70HR: 140x/menit3.    Suhu: 3704.    Anak tenang, tidak rewel    1.    Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri2.    Kendalikan faktor lingkungan

3.    Ajarkan teknik masase pada orang tua 4.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik (Asam mefenamat 3x100 mg)   

1.    Mengetahui lokasi, intesitas dan tipe nyeri2.    Mengurangi pengaruh respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya, suhu, ruangan, cahaya dan kegaduhan)3.    Membantu mengurangi nyeri pada anak4.    Mengurangi nyeri yang berkelanjutan   

Erlyn2.     Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pada An. S, diharapakan suhunya berkurang dengan kriteria hasil :1. Suhu tubuh dalam rentang normal 36,50C – 37,50C.2. Nadi dalam rentang normal (95 – 110x/menit)     1.    Pantau tekanan darah, nadi dan pernapasan

2.    Pantau suhu minimal dua jam, sesuai dengan kebutuhan

3.    Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu

4.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat (antipiretik) sesuai dengan kebutuhan (paracetamol)    1.    Mengetahui perubahan pada tanda-tanda vital.2.    Mengetahui adanya penurunan atau peningkatan suhu pada anak3.    Mencegah dan mengenali secara dini hipertermi (misalnya, sengatan panas, dan keletihan karena panas4.    Membantu menurunkan panas.   

Erlyn3.    Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat (kulit terluka).    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pada An. S, diharapakan faktor resiko infeksi hilang  dengan kriteria hasil :1. terbebas dari tanda dan gejala infeksi2. menunjukan higiene pribadi yang adekuat

    1. pantau tanda/ gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)2. ajarkan kepada keluarga klien tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya ke pusat kesehatan3. bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan mereka, gaya hidup, dan praktik kesehatan yang meningkatkan resiko infeksi 4. lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan memisahkan pasien infeksi dalam kamar yang b erbeda.    1. mengetahui tanda dan gejala dari infeksi

2. mencegah terjadinya  infeksi.

3. membantu proses penyembuhan

4. membantu proses penyembuhan    

Erlyn4.    Keletihan berhubungan dengan keadaan penyakit    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pada An. S, diharapakan keseimbangan antara aktivitas dan isirahat dengan kriteria hasil :1.    Klien dapat melakukan aktivitas (bermain)2.    Memberikan perhatian dan respon yang sesuai terhadap indera penglihatan, pendengaran, ucapan, sentuhan, dan penciuman.    1.    Pantau/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur2.    Diskusikan dengan keluarga cara memodifikasi lingkungan rumah untuk mempertahankan aktivitas biasanya 3.    Berikan aktivitas menghibur yang ringan (misalnya, terapi bermain)4.    Batasi stimulus lingkungan (misalnya, cahaya dan  kebisingan)    1.    Mengembalikan tenaga pasien

2.    mengurangi keletihan

3.    memotivasi klien untuk mempercapat penyembuhan4.    memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi pasien.   

Erlyn

F.    Implementasi KeperawatanCATATAN PERKEMBANGAN HARI INAMA    : Anak S        Dx. MEDIS    : MRSAUMUR    : 25 tahun        No. RM     : 01278891RUANG    : Edelweis        ALAMAT    : Jl. Durian No. 53 Saren Condong                                Catur, Depok Sleman

No. Dx    Tanggal    Jam    Implementasi    Evaluasi    Nama/TTD1.    28 November 2011    09.00

09.00

09.00

10.30

    1.    Mengkaji lokasi, intensitas dan tipe nyeriRespon:S: Ibu klien mengatakan klien selalu menangis jika merasa sakitO: TTV:TD = 130/80, HR = 175x/menit, RR = 30x/menit dan S =  390C.

2.    Mengendalikan faktor lingkunganRespon:S: ibu klien mengatakan klien susah untuk beristirahat/tidurO: Klien terlihat letih.3.    Ajarkan teknik masase pada orang tua Respon: S: Ibu klien mau melakukan teknik masase pada klienO: -4.    Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetikRespon :

S: -O: dokter memberikan resep obat anlgetik Asam mefenamat 3x100 mg (kalau perlu).    Jam 12.00S : - Ibu klien mengatakan klien selalu menangis jika merasa sakit-    ibu klien mengatakan klien susah untuk beristirahat/tidurO : - TTV:TD = 130/80, HR = 175x/menit, RR = 30x/menit dan S =  390C.-    Klien terlihat letihA : tujuan belum tercapaiP : lanjutkan intervensi 1, 2 & 4

   

Erlyn2.    28 November 2011    09.00

09.00

09.00

10.30    1.    Memantau tekanan darah, nadi dan pernapasan.Respon:S: -O: TTV:TD = 130/80, HR = 175x/menit, RR = 30x/menit 2.    Memantau suhu minimal dua jam, sesuai dengan kebutuhan Respon:S: -O: TTV:Suhu=390C.3.    Mengajarkan keluarga dalam mengukur suhu Respon:S: Ibu klien mengatakan mau mengikuti apa yang diajarkan.O: -4.    Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik (Bodrex sesuai dengan kebutuhan).Respon:S: -O: dokter memberikan resep obat antipiretik  (paracetamol)    Jam 12.00S : tidak ada

O : - TTV:TD = 130/80, HR = 175x/menit, RR = 30x/menit A : tujuan belum tercapaiP : lanjutkan intervensi 1, 2 & 4

   

Erlyn

3.    28 November 2011    09.00

09.00

09.00

09.00

    1. Memantau tanda/ gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)    Respon :    S : -    O : TTV:          Suhu tubuhnya 390C       HR : 175x/menit     - klien terlihat letih.2. Mengajarkan kepada keluarga klien tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya ke pusat kesehatan   Respon :   S: keluarga bersedia melaporkan ke pelayanan kesehatan jika ada tanda/gejala terjadinya infeksi.   O : -3. Membantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan mereka, gaya hidup, dan praktik kesehatan yang meningkatkan resiko infeksi     Respon :    S: Keluarga mengerti dengan apa yang dijelaskan.

O: -4. Melindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan memisahkan pasien infeksi dalam kamar yang b erbeda.     Respon :    S : Ibu klien mengatakan klien aman tinggal di ruangan ini.    O : -    Jam 12.00S : keluarga bersedia melaporkan ke pelayanan kesehatan jika ada tanda/gejala terjadinya infeksi.

O : - TTV:        Suhu tubuhnya 390C         HR : 175x/menit     - klien terlihat letih.

A : Tujuan belum tercapai P : lanjutkan intervensi 1   

Erlyn4.     28 November 2011    09.00

09.00

10.00

09.00    1.    Memantau/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidurRespon:S: Ibu klien mengatakan klien susah tidur dan sering terbangun jika sudah tidur.O: Klien terlihat letih2.    Mendiskusikan dengan keluarga cara memodifikasi lingkungan rumah untuk mempertahankan aktivitas biasanya Respon:S: keluarga mau mengikutinya.O : -3.    Memberikan aktivitas menghibur yang ringan (misalnya, terapi bermain)Respon:S: - O: klien terlihat senang4.    Membatasi stimulus lingkungan (misalnya, cahaya dan  kebisingan)Respon:

S: ibu klien mengatakan ruangan sangat berisik.           O: -    Jam 12.00S : - Ibu klien mengatakan klien susah tidur dan sering terbangun jika sudah tidur.-    ibu klien mengatakan ruangan sangat berisik.O : - klien terlihat letihA : tujuan belum tercapaiP : lanjutkan intervensi 1 & 4

   

Erlyn

CATATAN PERKEMBANGAN HARI IINAMA    : Anak S        Dx. MEDIS    : MRSAUMUR    : 25 tahun        No. RM     : 01278891RUANG    : Edelweis        ALAMAT    : Jl. Durian No. 53 Saren Condong                                Catur, Depok Sleman

No. Dx    Tanggal    Jam    Implementasi    Evaluasi    Nama/TTD1.    29 November 2011    09.00

09.00

10.30    1.    Mengkaji lokasi, intensitas dan tipe nyeriRespon:S: Ibu klien mengatakan klien sudah tidak menangis lagi.O: TTV:TD = 100/70, HR = 155x/menit, RR = 30x/menit dan S =  37,50C.

2.    Mengendalikan faktor lingkunganRespon:S: ibu klien mengatakan klien sudah bisa  beristirahat/tidur dengan baik.O: -3.    Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetikRespon :S: -O: dokter memberikan resep obat anlgetik Asam mefenamat 3x100 mg (kalau perlu).    Jam 12.00S : - Ibu klien mengatakan klien selalu menangis jika merasa sakit-    ibu klien mengatakan klien susah untuk beristirahat/tidurO : - TTV:TD = 130/80, HR = 155x/menit, RR = 30x/menit dan S =  37,50C.A : tujuan tercapaiP : hentikan intervensi

   

Erlyn2.    29 November 2011    09.00

09.00

10.30

    1.    Memantau tekanan darah, nadi dan pernapasan.Respon:S: -O: TTV:TD = 100/70, HR = 155x/menit, RR = 30x/menit 2.    Memantau suhu minimal dua jam, sesuai dengan kebutuhan Respon:S: -O: TTV:Suhu=37,50C.3.    Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik (Bodrex sesuai dengan kebutuhan).Respon:S: -O: dokter memberikan resep obat antipiretik  Paracetamol     Jam 12.00S : tidak adaO : - TTV:TD = 100/70, HR = 155x/menit, RR = 30x/menit A : tujuan tercapaiP : hentikan intervensi

   

Erlyn3.     29 November 2011    09.00

    1. Memantau tanda/ gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)    Respon :    S : -    O : TTV:          Suhu tubuhnya 37,50C         HR : 15S5x/menit     -  klien terlihat semangat dan tidak letih lagi    Jam 12.00S : tidak adaO : - TTV:        Suhu tubuhnya 37,50C         HR : 15S5x/menit-    klien terlihat semangat dan tidak letih lagiA : tujuan tercapaiP : Hentikan intervensi   

Erlyn4.    29 November 2011    09.00

09.00    1.    Memantau/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidurRespon:S: Ibu klien mengatakan klien sudah bisa tidur dengan baikO: -2.    Membatasi stimulus lingkungan (misalnya, cahaya dan  kebisingan)Respon:S: -O: ruangan terlihat tenang.    Jam 12.00S : - Ibu klien mengatakan klien sudah bisa tidur dengan baik-    ibu klien mengatakan.O : - ruangan terlihat tenangA : tujuan tercapaiP : hentikan intervensi

   

Erlyn

BAB IVPEMBAHASAN

MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) adalah jenis bakteri Staph ditemukan pada kulit dan dalam hidung ataupun pada lipatan kulit lainnyayang resisten terhadap antibiotik yaitu kemampuan untuk menolak antibiotik. Penderita yang beresiko infeksi MRSA adalah serius (misal, mereka yang dengan luka bakar, luka bedah, jalan masuk vena lama, rawat inap di rumah sakit yang lama, kontak dengan penderita terinfeksi MRSA lain, dan bayi prematur.Diagnosa yang muncul pada klien dengan MRSA adalah :1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik2.    Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma3.    Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat (kulit terluka)4.    Keletihan berhubungan dengan keadaan penyakitAdapun intervensi dari diagnosa – diagnosa tersebut adalah :1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisika.    Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyerib.    Kendalikan faktor lingkunganc.    Ajarkan teknik masase pada orang tua d.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik (Asam mefenamat 3x100 mg)2.    Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau traumaa.    Pantau tekanan darah, nadi dan pernapasanb.    Pantau suhu minimal dua jam, sesuai dengan kebutuhan c.    Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu d.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat (antipiretik) sesuai dengan kebutuhan (paracetamol)3.    Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat (kulit terluka)a.    pantau tanda/ gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)b.    2. ajarkan kepada keluarga klien tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya ke pusat kesehatanc.    3. bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan mereka, gaya

hidup, dan praktik kesehatan yang meningkatkan resiko infeksi d.    4. lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan memisahkan pasien infeksi dalam kamar yang b erbeda.4.    Keletihan berhubungan dengan keadaan penyakita.    Pantau/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidurb.    Diskusikan dengan keluarga cara memodifikasi lingkungan rumah untuk mempertahankan aktivitas biasanya c.    Berikan aktivitas menghibur yang ringan (misalnya, terapi bermain)d.    Batasi stimulus lingkungan (misalnya, cahaya dan  kebisingan)Setelah dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi – intervensi dari diagnosa 1 – 4 pada An. S selama 2 x 24 jam tujuan tercapai.

BAB V PENUTUPA.    KesimpulanMRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) adalah jenis bakteri Staph ditemukan pada kulit dan dalam hidung ataupun pada lipatan kulit lainnyayang resisten terhadap antibiotik yaitu kemampuan untuk menolak antibiotik.Ada beberapatanda dan  gejala pada penderita MRSA, yaitu :1.    Nyeri dada2.    Kedinginan3.    Batuk 4.    Kelelahan5.    Demam 6.    Merasa sakit umum (Malaise)7.    Sakit kepala8.    Otot nyeri9.    Ruam 10.    Sesak napasPrioritas diagnosa keperawatan :1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik2.    Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma3.    Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat (kulit terluka)4.    Keletihan berhubungan dengan keadaan penyakit

B.    Saran 1.    Bagi MahasiswaDiharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan pengetahuannya tentang MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) dan perawatan pada MRSA dan mampu

meningkatkan kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar.2.    Bagi PerawatDiharapkan bagi perawat agar dapat meningkatkan keterampilan dalam memeberikan praktik asuhan keperawatan, serta kemampuannya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terkhususnya pada klien dengan MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) dan mampu menjadi edukator yang baik bagi klien maupun keluarganya.3.    Bagi Dunia KeperawatanDiharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan kekurangannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA (http://drajat45freeman.wordpress.com/2010/04/11/bahaya-mrsa/)(http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007261.htm MRSA)(http://www.jppt.org/attachments/contentmanagers/30/D_TEST.pdf)(http://www.docstoc.com/docs/74405163/?ct=40&utm_term=docdownload&utm_source=email& utm_medium=email&utm_campaign=46&utm_content=1299&alt=131f8 )Judha, Mohammad & Rizky Erwanto. 2011. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gosyen PublishingNelson, Waldo E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGCWilkinson. Judith M. 2002.  Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC