Askep Pasien Asma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rq

Citation preview

Rabu, 08 Agustus 2012Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma Bronchial

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar2.1.1 PengertianAsma adalah suatu inflamasi kronis saluran nafas yang melibatkan sel eosinofil, sel mast, sel netrofil, limfosit dan makrofag yang ditandai dengan wheezing, sesak nafas kumat-kumatan, batuk, dada terasa tertekan dapat pulih kembali dengan atau tanpa pengobatan. (Cris Sinclair, 1990 : 94)Bronkus adalah cabang tenggorokan yang merupakan lanjutan dari trakea, yang berjumlah 2 buah dan terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan V. (Syaifuddin, 1997 : 88)Asma Bronchial adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi. (Irman Somantri, 2008 : 43)Asma Bronchial merupakan suatu keadaan gangguan / kerusakan bronkus yang ditandai dengan spasme bronkus yang reversibel (spasme dan kontriksi yang lama pada jalan nafas). (Joyce M. Black, 1996 : 504).

Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas yaitu Asma Bronchial adalah gangguan atau kerusakan pada saluran bronkus yang merupakan inflamasi kronis saluran nafas dengan ciri bronkospasme periodik yang reversible (dapat kembali), adanya wheezing, sesak nafas dan batuk dengan atau tanpa adanya sekret.

2.1.2 EtiologiSampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. Karena sifat inilah maka serangan asma mudah terjadi akibat berbagai rangsangan baik fisis, metabolik, kimia, alergen, infeksi.Rangsangan atau pencetus yang sering menimbulkan asma perlu diketahui dan sedapat mungkin dihindarkan. Faktor-faktor tersebut adalah:2.1.2.1Alergen utama debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan. Karena tubuh sangat responsive terhadap allergen ini sehingga terjadi pembengkakkan pada membran yang melapisi bronkus yang menyebabkan sesak nafas. Sama halnya dengan iritan seperti asap, bau-bauan, polutan yang mengiritasi membran bronkus sehingga terjadi produksi sekret yang berlebih oleh reaksi imunitas yang memfagosit bakteri-bakteri atau virus yang masuk kedalam saluran pernafasan (Cris Sinclair, 1990 : 94)2.1.2.2Perubahan cuaca yang ekstrim seperti udara yang dingin, emosi dan olahraga yang berlebihan memicu terlepasnya histamine dan leukotrien sehingga terjadi kontraksi otot polos yang menyebabkan penyempitan saluran udara (www.medlinux.blogspot.com). 2.1.2.3Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas karena bulu binatang, serat kain, serbuk dan debu jalanan merupakan faktor pencetus serangan asma (www.medlinux.blogspot.com).2.1.3PatofisiologiAsma merupakan obstruksi jalan nafas difus reversible, obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini :2.1.3.1 Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan nafas.2.1.3.2 Pembengkakkan membran yang melapisi bronki.2.1.3.3 Pengisian bronki dengan mokus yang kental.

Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibody yang dihasilkan kemudian menyerang sel-sel mast seperti histamine, bradikinin dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot mengakibatkan hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis.Manifestasi Klinis2.1.4.1TRIAS gejala asma terdiri atas :2.1.4.1.1 Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan leukotrien yang menyebabkan kontraksi otot polos sehingga saluran nafas menjadi sempit.2.1.4.1.2Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari inflamasi atau benda asing yang masuk ke saluran nafas.2.1.4.1.3Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat penyempitan bronkus.2.1.4.2 Gambaran klinis pasien yang menderita asma :2.1.4.2.1 Gambaran objektif.2.1.4.2.1.1Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing.2.1.4.2.1.2Dapat disertai dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan.2.1.4.2.1.3Bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan.2.1.4.2.1.4Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus.

2.1.4.2.1.5Fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing (di afek dan hilus)2.1.4.2.2Gambaran subjektif adalah pasien mengeluhkan sukar bernafas, sesak dan anoreksia.2.1.4.2.3Gambaran psikososial adalah cemas, takut, mudah tersinggung dan kurang pengetahuan pasien terhadap situasi penyakitnya.2.1.5Pemeriksaan penunjang.2.1.5.1 Chest X-ray: dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma mendatar, peningkatan ruang udara retrosternal dan normal ditemukan saat periode remisi (asma).2.1.5.2Pemeriksaan fungsi paru-paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dari dispnea, menentukan abnormalitas fungsi apakah akibat obstruksi atau retriksi, memperkirakan tingkat disfungsi dan mengevaluasi efek dari terapi misalnya bronkodilator.2.1.5.3ABGs: menunjukkan proses penyakit kronis, sering kali PO2 dan PCO2 menurun pada asma dengan pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi.2.1.5.4Darah komplit: dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil dapat mencapai 1000-1500/mm3 sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3.

2.1.5.5Kimia darah dan darah rutin: jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT (Serum Glutamic Oxakoacetix Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvat Transaminase) meningkat disebabkan karena kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.2.1.5.6Sputum kultur: untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen dan pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganansan atau alergi.2.1.5.7Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus, ini karena hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan . Sinus takikardi sering terjadi pada asma.2.1.6PenatalaksanaanPengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik.2.1.6.1 Pengobatan non farmakologik2.1.6.1.1PenyuluhanPenyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsultasi pada tim kesehatan.

2.1.6.1.2Menghindari faktor pencetusKlien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.2.1.6.1.3FisioterapiFisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.2.1.6.2Pengobatan farmakologik2.1.6.2.1Agonis betaBentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).2.1.6.2.2Metil XantinGolongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 4 x 125-200 mg sehari.2.1.6.2.3KortikosteroidJika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan dosis 4 x 800 mg semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.2.1.6.2.4KromolinKromolin merupakan obat pencegah asma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 4 x 1-2 kapsul sehari.2.1.6.2.5KetotifenEfek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntungannya dapat diberikan secara oral.2.1.6.2.6 Iprutropioum bromide (Atroven)Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator. (Evelin dan joyce L. kee, 1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 ).

2.1.6.3Pengobatan selama serangan status asthmatikus terjadi :Infus RL : D 5% = 3 : 1 tiap 24 jam diberikan karena pasien mengalami dehidrasi akibat proses diaforesis dan untuk menambah tenaga karena kelelahan akibat sesak nafas. Oksigen diberikan 4 l/menit melalui nasal kanul untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang kurang akibat sesak nafas. Aminophylin bolus 5 mg/kgBB diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutkan drip RL atau D 5% mentenence 20 tetes/menit dengan dosis 20 mg/kgBB/24 jam. Aminophylin diberikan untuk melebarkan jalan nafas karena aminophylin adalah bronkodilator. Selain itu diberikan dexamethason 10-20 mg/6 jam secara intravena untuk memacu jantung menghantarkan darah yang mengandung oksigen ke organ-organ yang membutuhkan. Antibiotik spektrum luas untuk membunuh mikroba yang menyebabkan infeksi.(Pedoman penatalaksanaan status asthmatikus UPF paru RSUD Dr Soetomo Surabaya ).

2.2 Manajemen Proses KeperawatanAsuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga, atau masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal didalam memberikan asuhan keperawatan dugunakan metode proses keperawatan yang meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.2.2.1 Pengkajian 2.2.1.1 Pengumpulan data.2.2.1.1.1 Identitas klien.Pengajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu di kaji pada penyakit status asthmatikus. Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status atopi. Sedangkan serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya faktor non atopi. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat mengetahui kemungkinan faktor pencetus serangan asma. Status perkawinan, gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus serangan asma, pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan alergen. Hal lain yang perlu dikaji tentang : Tanggal MRS, Nomor Rekam Medik, dan Diagnosa medis. (Antony C, 1997; M Amin 1993; karnen B 1994).2.2.1.1.2Riwayat penyakit sekarang.Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : Wheezing, Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan.2.2.1.1.3Riwayat penyakit dahulu.Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asma frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma (Tjen Daniel, 1991)2.2.1.1.4Riwayat kesehatan keluarga.Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan, (Hood Alsagaf, 1993)2.2.1.1.5Riwayat psikososialGangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma baik ganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. Seorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan asma. yatim piatu, ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula, (Antony Croket, 1997 dan Tjen Daniel, 1991).2.2.1.1.6Pola fungsi kesehatan2.2.1.1.6.1Pola resepsi dan tata laksana hidup sehatGejala asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal sehingga klien dengan asma harus merubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi serangan asma (Antony Crokett ;1997, Tjien Daniel ;1991, Karnen B;1994)2.2.1.1.6.2 Pola nutrisi dan metabolismePerlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Serta pada klien sesak, potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dipsnea saat makan, laju metabolisme serta ansietas yang dialami klien, (Hudak dan Gallo;1997)2.2.1.1.6.3Pola eliminasiPerlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna bentuk, kosentrasi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam melaksanakannya.2.2.1.1.6.4Pola tidur dan istirahatPerlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezing, sesak dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien, (Antony C;1997)2.2.1.1.6.5Pola aktifitas dan latihanPerlu dikaji tentang aktifitas keseharian klien seperti olah raga, bekerja dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya asma yang disebut dengan Exerase Induced Asthma, (Tjien Daniel;1991)2.2.1.1.6.6Pola hubungan dan peranGejala asma sangat membatasi gejala klien untuk menjalani kehidupan secara normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan kerja, (Antony C, 1997)2.2.1.1.6.7Pola persepsi dan konsep diriPerlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapat menghambat respon kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada kehidupan klien dengan asma meningkatkan kemungkinan serangan asma yang berulang.2.2.1.1.6.8Pola sensori dan kognitifKelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri klien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami klien sehingga kemungkinan terjadi serangan asma yang berulangpun akan semakin tinggi.2.2.1.1.6.9Pola reproduksi seksualReproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan klien. Masalah ini akan menjadi stressor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan asma.2.2.1.1.6.10Pola penangulangan stressStress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan asma maka perlu dikaji penyebab terjadinya stres. Frekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor, (Tjien Daniel;1991)2.2.1.1.6.11Pola tata nilai dan kepercayaan Kedekatan klien pada sesuatu yang ia yakini dunia percayai dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pendekatan diri pada-Nya merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif

2.2.1.1.7Pemeriksaan fisik pada pasien Asma Bronchiale2.2.1.1.7.1Status kesehatan umumPerlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien (Laura A. T.; 1995, Karnen B ;19983).2.2.1.1.7.2IntegumenDikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam. (Karnen B ;1994, Laura A. Talbot; 1995).2.2.1.1.7.3Kepala.Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kejang ataupun hilang kesadaran. (Laura A.Talbot;1995).2.2.1.1.7.4Mata.Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang dirasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya (Laura A. Talbot ; 1995)).2.2.1.1.7.5HidungAdanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis alergi dan fungsi olfaktori (Karnen B.;1994, Laura A. Talbot;1995).2.2.1.1.7.6Mulut dan laringDikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara. (Karnen B.:1994)).2.2.1.1.7.7LeherDikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran tiroid serta penggunaan otot-otot pernafasan (Karnen B.;1994).

2.2.1.1.7.8Thoraka. InspeksiDinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah disebabkan oleh udara dalam paru-paru susah untuk dikeluarkan karena penyempitan jalan nafas. Frekuensi pernafasan meningkat dan tampak penggunaan otot-otot tambahan (www.medlinux.blogspot.com).b.Palpasi.Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus. Pada asma, paru-paru penderita normal karena yang menjadi masalah adalah jalan nafasnya yang menyempit (Laura A.T.;1995).c.PerkusiPada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah disebabkan karena kontraksi otot polos yang mengakibatkan penyempitan jalan nafas sehingga udara susah dikeluarkan dari paru-paru (Laura A.T.;1995).d.Auskultasi.Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan wheezing karena sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat (Karnen B .;1994).2.2.1.1.7.9Kardiovaskuler.Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus, (Robert P.;1994, Laura A. T.;1995).2.2.1.1.7.10Abdomen.Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat merangsang serangan asma frekwensi pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi (Hudak dan Gallo;1997, Laura A.T.;1995).2.2.1.1.7.11Ekstrimitas.Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas karena dapat merangsang serangan asma,(Laura A.T.;1995).2.2.1.2Analisa dataData yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal, menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil dari analisa adalah pernyataan masalah keperawatan.2.2.2Diagnosa Keperawatan .Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggungjawabnya, (Lismidar ; 1992).Berikut adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien status astmatikus (menurut Susan Martin Tucker, 1993):2.2.2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola pernafasan dan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme dan peningkatan sekresi pulmoner.2.2.2.2 Ansietas yang berhubungan dengan sesak nafas, lapar udara dan takut.2.2.2.3 Potensial kekurangan cairan yang berhubungan dengan efek samping obat dan distress pernafasan.2.2.2.4 Potensial intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan pesipitasi atau memburuknya gejala pernafasan dengan peningkatan aktivitas.2.2.2.5 Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan tindakan.Sedangkan menurut Merylin E. Doengoes, 1999 : 156, diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan asma adalah :2.2.2.1Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, sekresi kental, penurunan energi/kelemahan.2.2.2.2Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara), kerusakan alveoli.2.2.2.3Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubngan dengan dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual/muntah.2.2.2.4Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada lingkungan), proses penyakit kronis, malnutrisi.2.2.2.5Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat/keterbatasan kognitif.2.2.3PerencanaanSetelah pengumpulan data klien, mengorganisasi data dan menetapkan diagnosis keperawatan maka tahap berikutnya adalah perencanaan. Pada tahap ini perawat membuat rencana perawatan dan menentukan pendekatan apa yang digunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada tiga fase dalam tahap perencanaan yaitu menentukan prioritas, menentukan tujuan dan merencanakan tindakan keperawatan (menurut Susan Martin Tucker, 1993). Perencanaan dari diagnosis-diagnosis keperawatan diatas adalah sebagai berikut:2.2.3.1 Diagnosa keperawatan IKetidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola pernafasan dan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme dan peningkatan sekresi pulmoner.Hasil yang diharapkan: - Pasien mempunyai pernafasan yang sesuai usia.- Pasien menyebutkan bahwa ia dapat bernafas dengan lebih baik.- Pasien mampu membuang sekresi.- Mengi minimal dan intoleransi aktivitas minimal.Rencana tindakan :- Pantau TTV, termasuk pengkajian pernafasan tiap 2 jam.- Berikan oksigen sesuai pesanan dan untuk distress pernafasan dan sianosis; pemantauan oksigen transkutan.- Hindari penggunaan kadar O2 terlalu tinggi karena dapat menekan pernafasan secara bermakna.- Berikan bronkodilator melalui nebulizer sesuai pesanan dan kaji status pernafasan sebelum dan sesudah pemberian.- Berikan infus bronkodilator secara intravena sesuai pesanan.- Jamin bahwa pasien menerima maksimum untuk usia dan berat badan melalui parenteral dan oral.- Izinkan pasien memilih posisi yang paling nyaman.- Periksa kadar teofilin dan berikan dosis bolus dari bronkodilator secara intravena sesuai pesanan untuk mempertahankan kadar obat terapeutik.- Patau gas darah.- Pantau terhadap tanda dan gejala gagal pernafasan dan siapkan untuk intubasi darurat bila ada hal berikut terjadi: pernafasan cepat dan dangkal, penurunan bunyi nafas, pengisian kapiler lambat, takikardia, penurunan kesadaran.2.2.3.2Diagnosa Keperawatan IIAnsietas yang berhubungan dengan sesak nafas, lapar dan takut.Hasil yang diharapkan: Ansietas pasien minimalRencana tindakan :- Minimalkan rutinitas keperawatan sampai status pernafasan membaik.- Izinkan pasien memilih posisi yang paling nyaman.- Ajarkan tehnik relaksasi (misal aktivitas hiburan, nafas dalam).- Berikan dukungan emosi pada pasien dengan menjelaskan semua prosedur.- Izinkan keluarga berpartisipasi dalam perawatan pasien bila mereka dapat tetap tenang dan mendukung.- Kenalkan bahwa disorientasi dan panik memperberat pasien menjadi hipoksemik.2.2.3.3Diagnosa Keperawatan IIIPotensial kekurangan cairan yang berhubungan dengan efek samping obat dan distress pernafasan.Hasil yang diharapkan : pasien tetap terhidrasi dengan baik.Rencana tindakan : - Kaji terhadap anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.- Pantau kadar teofilin darah untuk menghindari toksisitas.- Pertahankan puasa dan berikan kebutuhan cairan secara parenteral selama distress pernafasan berat.- Berikan makan sedikit tapi sering, cairan jernih, dan hangat bila ditoleransi.- Ajarka diet reguler untuk usia sesuai toleransi.- Pantau masukan dan haluaran.2.2.3.4Diagnosa Keperawatan IVPotensial intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan persipitasi atau memburuknya gejala pernafasan dengan peningkatan aktivitas.Hasil yang diharapkan : Pasien mampu mentoleransi peningkatan aktivitas progresif.Rencana tindakan :- Anjurkan tirah baring pada gejala pernafasan berat.- Secara bertahap tingkatkan aktivitas sambil mendorong ditempat tidur, membaca buku dan lain-lain.- Anjurkan latihan sedang dengan sedikitnya 15 menit bagian pemanasan (berenang adalah latihan yang paling baik dan siap ditoleransi.- Rujuk pasien pada terapi fisik atau kamp asma untuk latihan fisik- Ajarkan penggunaan yang tepat dari tehnik relaksasi fisik dan mental untuk mencegah ancaman serangan.- Untuk pasien dengan asma karena latihan, instruksikan tentang penggunaan inhaler sebelum latihan.2.2.3.5Diagnosa Keperawatan VKurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan tindakan.Hasil yang diharapkan : Pasien memahami penyakit dan tindakan juga mampu mendemonstrasikan kembali latihan pernafasan dan penggunaan inhaler.Rencana tindakan :- Ajarkan pasien untuk menghindari alergen jika diketahui- Ajarkan pasien tentang tanda bahaya dini dari ancaman serangan dan anjurkan intervensi dengan istirahat, peningkatan cairan dan obat-obatan.- Ajarkan latihan pernafasan diafragmatik.- Ajarkan pasien cara mengontrol gejala dengan pemberian obat yang tepat.- Waspadakan penggunaan bronkodilator berlebihan melalui inhaler.- Diskusikan kemungkinan pencetus dan annjurkan mempertahankan catatan aktivitas sebelum, selama dan sesudah serangan.- Waspadakan terhadap pemajanan iritan lingkungan yang diketahui seperti rokok, udara dingin, dan kelembaban berlebihan.- Ijinkan pasien untuk memberikan terapi inhalasi termasuk nama, kerja, dosis, waktu pemberian dan efek samping.- Jadwalkan pemberian obat tepat sebelum waktu tidur dengan masukan cairan cukup.- Beritahu pasien bahwa meskipun dengan penatalaksanaan cermat terhadap serangan kadang-kadang dapat terjadi.- Diskusikan desentisasi bila tepat. Perencanaan menurut Merylin E. Doengoes, 1999 adalah sebagai berikut :2.2.3.1Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, sekresi kental, penurunan energi/kelemahan.Hasil yang diharapkan :Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas, menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas (misal batuk efektif).Rencana tindakan : Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas mengi, krekels, ronki. Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi. Catat adanya derajat dispnea, penggunaan otot bantu. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat tidur. Pertahankan polusi lingkungan minimum. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr sesuai toleransi jantung. Berikan obat sesuai indikasi.2.2.3.2Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara), kerusakan alveoli.Hasil yang diharapkan :Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat, berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan.Rencana tindakan :- Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot tambahan.- Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.- Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.- Dorong mengeluarkan sputum, penghisapan jika diindikasikan.- Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara.- Palpasi fremitus.- Awasi tingkat kesadaran/status mental.- Evaluasi tingkat toleransi aktivitas, berikan lingkungan yang tenang.- Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi.2.2.3.3Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual/muntah.Rencana tindakan :- Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini.- Auskultasi bunyi usus.- Berikan perawatan oral sering.- Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan.- Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.- Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.- Timbang berat badan sesuai indikasi2.2.3.4Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada lingkungan), proses penyakit kronis, malnutrisi.Rencana tindakan :- Awasi suhu.- Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan cairan adekuat.- Observasi warna, karakter, bau sputum.- Tekankan cuci tangan yang benar.- Awasi pengunjung.- Dorong keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.- Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.- Berikan anti mikrobial sesuai indikasi.2.2.3.5Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat/keterbatasan kognitif.Rencana tindakan :- Jelaskan tentang proses penyakit individu.- Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang diinginkan.- Tunjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler.- Anjurkan menghindari agen sedatif anti ansietas kecuali diresepkan.- Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernafasan aktif.- Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medik.2.2.4ImplementasiImplementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat. Seperti tahap-tahap yang lain dalam proses keperawatan, fase pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :2.2.4.1 Validasi (pengesahan) rencana keperawatan.2.2.4.2 Menulis/mendokumentasikan rencana keperawatan.2.2.4.3 Memberikan asuhan keperawatan.2.2.4.4 Melanjutkan pengumpulan data.

2.2.5EvaluasiEvaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan kegiatan sengaja dan terus-menerus yang melibatkan pasien dengan perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.2.2.5.1Tujuan evaluasi adalah :2.2.5.1.1Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak.2.2.5.1.2Untuk melakukan pengkajian ulang.2.2.5.2Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan perilaku pasien :2.2.5.2.1Tujuan tercapai jika pasien mampu menunjukan perilaku sesuai dengan pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan.2.2.5.2.2Tujuan tercapai sebagian jika pasien sudah mampu menunjukan perilaku tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan sesuai dengan waktu yang ditentukan.2.2.5.2.3Tujuan tidak tercapai jika pasien tidak mampu atau tidak mau sama sekali menunjukan perilaku yang telah ditentukan.

Wulanladys

Kamis, 02 Februari 2012ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA

Bab IPendahuluanA. Latar BelakangAsma adalah gangguan imflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan bayak sel dan elemenya. Penyakit imflamasi kronik saluran nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berupa mengi,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam menjelang pagi hari. Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan terjadinya peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan. Umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun dan orang dewasa pada usia sekitar tiga puluh tahunan.

B. Rumusan MasalahA. Menjelaskan tentang pengertian asmaB. Menjabarkan tentang etiologi dari asmaC. Menjabarkan tentang patofisiologi asmaD. Menyebutkan manifestasi klinik dari asmaE. Menjelaskan tentang perawatan, pengobatan dan pencegahan asmaF. Menyebutkan komplikasi asmaG. Memberitahukan pemeriksaan penunjang pada klien asmaH. Asuhan Keperawatan pada klien dengan asma

C. Tujuan Setelah membaca makalah ini di harapakan seluruh mahasiswa mahasiswi akademi keperawatan YRS. Jakarta khususnya tingkat 2 dapat mengetahui tentang penyakit asma.

D. Pembatasan MakalahDalam pembahasan makalah ini hanya di batasi tentang pengertian, etiologi, patofiisologi, manifestasi klinik, komplikasi, pengobatan dan pencegahan,serta pemeriksaan penunjang dari penyakit asma.

Bab IIPembahasanA. PengertianAsthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001). Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan terjadinya peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan. Umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun dan orang dewasa pada usia sekitar tiga puluh tahunan.

B. EtiologiAsma agaknya di turunkan secara poligenik dan alergi salah satu faktor pencetus asma tetapi belum pasti bagaimana caranya. Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patogenesis asma ialah sel mast. Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya alergen, infeksi, exercise. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthmaFaktor predisposisi GenetikDimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.b. Faktor presipitasi AlergenDimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :- Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasanex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi- ngestan, yang masuk melalui mulutex: makanan dan obat-obatan- Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulitex: perhiasan, logam dan jam tangan Perubahan cuacaCuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. Stress Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. Lingkungan kerjaMempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. Olah raga/ aktifitas jasmani yang beratSebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. Patofisiologi

Proses terjadinya asma dapat dijelaskan bahwa serangan asma dapat terjadi apabila terdapat perubahan didalam pernafasan yaitu imflamasi atau bengkak. Jika alergen sebagai faktor pencetus yang masuk ke dalam tubuh sehingga merangsang sel plasma atau sel pembentuk antibodi, dan alergen tersebut akan menempel pada sel mast sehingga terjadi pembengkakan yang mudah mengalami iritasi.Lendir yang pekat akan dihasilkan dan menyumbat saluran pernafasan, penderita akan batuk-batuk untuk mengosongkan saluran pernafasan yang tersumbat.Jika imflamasi sering terjadi dan keadaannya terus, lapisan saluran pernafasan akan mengental dan menyebabkan penderita lebih sulit bernafas. Pada asma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen antibody menyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan kelainan patologi tadi. Mediator kimia tersebut adalah :a. Histamin- Kontraksi otot polos- Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi pembuluh vena, sehingga terjadi edema- Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa bronchus, bronkhoilus, mukosaa, hidung dan matab. Bradikinin- Kontraksi otot polos bronchus- Meningkatkan permeabilitas pembuluh darah- Vasodepressor (penurunan tekanan darah)- Bertambahnya sekresi kelenjar peluh dan ludahc. Prostaglandin- bronkokostriksi (terutama prostaglandin F)

Stadium AsmaStadium IWaktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk proksisimal, karena iritasi dan batuk kering. Sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang merangsang batukStadium IISekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan berbusa. Pada stadium ini anak akan mulai merasa sesak napas berusaha bernapas lebih dalam. Ekspirasi memanjang dan terdengar bunyi mengi. Tampak otot napas tambahan turut bekerja. Terdapat retraksi supra sternal, epigastrium dan mungkin juga sela iga. Anak lebih senang duduk dan membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat tidur atau kursi. Anak tampak gelisah, pucat, sianosisi sekitar mulut, toraks membungkuk ke depan dan lebih bulat serta bergerak lambat pada pernapasan. Pada anak yang lebih kecil, cenderung terjadi pernapasan abdominal, retraksi supra sternal dan interkostal.Stadium IIIObstruksi atau spasme bronkus lebih berat , aliran udara sangat sedikit sehingga suara napas hampir tidak terdengar. Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan. Juga batuk seperti ditekan. Pernapasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi napas yang mendadak meninggi.D. Manifestasi KlinikSalah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk,sesak nafas hebat,dan bahkan sampai tercekik),tetapi di luar serangan dia terlihat sehat-sehat saja (bisa main-main,jalan-jalan dll).Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat di bagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala:1. Intermintten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam seminggu dan gejala asma malam berkurang dari 2 kali dalam sebulan.Jika seperti itu yang terjadi,berarti faal paru masih baik.2. Persisten ringan,yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan serangannya sampai mengganggu aktivitas,termasuk tidur.Gejala asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan,semua ini membuat faal paru relatif menurun.3. Persisten sedang,yaitu gejala asma terjadi setiap hari dan serangan sudah mengganggu aktivitas,serta terjadinya 1-2 kali seminggu.Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu.Faal paru menurun.4. Persisten berat,yaitu gejala asma terjadi terus menerus.Gejala asma malam dapat terjadi hampoir setiap malam akibatnya faal paru sangat menurun.Tanda dan Gejala :Secara umumnya tanda dan gejala asma adalah : Sesak nafas Batuk berdahak atau batuk kering Mengi,karna pengaruh hormon kortisol yang rendah dan karna berbagai faktor lain Nafasnya pendek-pendek Bibir dan kuku tampak kebiruan Kadar O2 yang menurun dan CO2 yang meningkatE. Komplikasi Efisema Atelektasis Bronkiektasis Bronkopneumonia Status asmatikus Kegagalan jantung Kegagalan pernafasan Pnemu thoraks Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Kematian

F. Pengobatan dan PencegahanPengobatan :Pada prinsipnya pengobatan asma di bagi menjadi 2 golongan,yaitu: Anti imflamasi,merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah serangan atau biasa di kenal dengan obat pengontrol.antara lain:- Steroid inhalasi- Sodium Kromoglikat- Kortikosteroid sistemik- Angios beta-2 kerja lama Bronkodilator,merupakan pengobatan saat serangan unuk mengatasi eksaserbasi atau serangan yang di kenal dengan obat pelega,antara lain :- Angios beta-2 kerja singkat- Antilolionegrik- Metilsatin

Pencegahan : Menghindari faktor-faktor pencetus asma dan menggunakan obat asma untuk mengurangi pembengkakan saluran pernafasan dengan pengobatan secara cepat atau jangka pendek dengan menggunakan obat pelega dan pengobatan jangka panjang dengan menggunakan obat seperti steroid.

G. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratorium.a. Pemeriksaan sputumPemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya: Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. b. Pemeriksaan darah. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2. Pemeriksaan Radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut: Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.3. Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.4. ElektrokardiografiGambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu: Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block). Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.5. Scanning ParuDengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.6. Spirometri

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA1. PENGKAJIANIdentitas Klien :a. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi, debu, udara dingin.b. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak nafas, keringat dingin.c. Status mental : lemas, takut, gelisah.d. Gastrointestinal : adanya mual, muntah.e. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah. f. Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan pengobatang. Riwayat psikososial: factor pencetus, stress, latihan, kebiasaan dan rutinitas, perawatan sebelumnyah. Pemeriksaan fisiik Pernapasan- Napas pendek- Wheezing- Retraksi- Takipnea- Batuk kering- RonkhiKardiovaskuler-Takikardia-Neurologis-KelelahanAnsietas : Sulit tidurMuskuloskeletal: Intolerans aktifitas, IntegumenSianosis : pucatPsikososial : Tidak kooperatif selama perawatan

Diagnosa Keperawatan1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru3. Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik 5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

Diagnosa keperawatan 1 Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.Tujuan : jalan nafas kembali efektifKriteria hasil : sesak nafas berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang atau hilang, tanda vital dalam batas normal, keadaan umum baik.Intervensi :a. Auskultasi bunyi nafas,catat adanya bunyi nafasR/ beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekpirasi mengi (empysema), tidak ada fungsi nafas (nafas berat).b. Kaji frekuensi pernfasan catat rasio inspirasi dan ekpirasi. R/ takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada penerimaan selama stress atau adnay proses infeksi akut. Pernfasan dapat melambat dan ekpirasi memanjang di banding inspirasi.c. Kaji posisi klien yang aman, R/ Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.d. Observasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektifan memperbaiki upaya batuk. e. R/ batuk dapat menetap tidak efektif , khuidudnya pada lansia, sakit akut.f. Berikan air hangat. R/ Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.g. Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 1x1 ( inhalasi). h. R/ membebaskan spasme jalan nafas, mengi dam produksi mukosa.

Diagnosa Keperawatan 2Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru.Tujuan : pola nafas kembali efektif.Kriteria hasil : pola nafas efektif, bunyi nafas normal, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekpansi dada paru mengembang.Intervensi : a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada,catat upaya pernafasan ter pengguinaan otot bantu pernafasan atau pelebaran nasal.R/ kecepatan biasanya mencapai kedalaman bervariai tergantung derajat gagal nafas. Ekpansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasi atau nyeri dada.b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels, mengi.R/ ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas.c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.R/ duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru dan memudahkan pernafasan.d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.R/ kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering atau iritasi.e. Bantu klien dalam nafas dan latihan batuk.R/dapat meningkatkan banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernafas.f. Kolaborasi berikan O2 tambahan- berikan humidifikasi tambahan, misalnya: nebulezer. R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban membran pada mukosa dan membantu pengenceran sputum.

Diagnosa Keperawatan 3Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria hasil : keadaan mukosa baik, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 x/menit, BB normal.Intervensi :a. Kaji status nutrisi klien (tekstur, kulit, rambut, konjuntiva )R/ menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.b. Jekaskan pada kliententang pentingnya makanan R/ petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan kperawatan.c. Timbang BB dan TB R/ Penurunan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.d. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien .e. Anjurkan klien minum air hangat setelah makan. R/ air hangat dapat mengurangi mual.f. Kolaborasi dengan tim gizi. R/ menentukan kaloiri individu dan kebutuahan dalm pembatasan. Berikan obat sesuai indikasi.

Diagnosa Keperawtan 4Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.Kriteria hasil : keadaan umum baik, badan tidak lemah,klien dapat beraktivitas secra mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang.Intervensi :a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas, catat laporan dyspnea peningkatan, kelemahan, kelelahan dan perubahan terhadap tanda vital selama dan setelah aktivitas.R/ menetapkan kebutuhan atau kemampuan klien dan memudahkan pilihan intervensi.b. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.R/ tirah barting di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.c. Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.R/ klien mungkin nyaman denagn kepala tinggi atau menunduk kedepaan meja atau bantal.d. Bantu aktivitas keperawatan diri yang di perlukan. Berikan kemjuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan. R/ menimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2.e. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. R/ menurunkan stress dan rangsangan berlebihan menaikan istirahat.

Diagnosa Keperawatan 5Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.Tujuan : pengetahuan klien tentang proses penyakitnya menjadi bertambah.Kriteria hasil : klien mengerti definisi penyakit asma, penyebab dan pencegahan dari asma, komplikasi dari asma.Intervensi : a. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakitnya, lamanya penyembuhan, harapan kesembuhan. R/ informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.b. Berikan infomasi dalam bentuk tulisan dan vrbal. R/ kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi atau mengikuti program medik.c. Tekankan pentingnya melanjukna batuk efektif atau latihan nafas.R/ selama 6-8 minggu setelah pulang klien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya .d. Identifikasi tanda dan gejala yang memrlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan. R/ upay evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah, meminimalkan komplikasi.e. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatn umum dan kesejahteraan, misalnya: istiurahat dan aktivitas seimbang, diet baik. R/ menaikan pertahanan imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANDari pembahasan tersebut dapat di simpulkan bahwa Penyakit imflamasi kronik saluran nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berupa mengi,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam menjelang pagi hari. Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma, Faktor predisposisi :Genetik. Faktor presipitasi : Alergen,Perubahan cuaca,Stress, Lingkungan kerja, Olah raga/ aktifitas jasmani yang beratKlasifikasi tingkat penyakit asma dapat di bagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala : Intermintten,Persisten ringan, Persisten sedang,Persisten berat.Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasrkan berat ringannya gejala: Serangan asma akut ringan, Serangan asma akut sedang,: Serangan asma akut berat,

B. SaranBagi para pembaca yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit asma anda dapat mencarinya di buku-buku tentang penyakit asma atau tentang kesehatan lainya tentang pernafasan bagian atas. Atau anda dapat mengunjungi situs-situs tentag kesehatan.

Diposkan oleh Wulanlady di 02:58 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook2 komentar:1. Gusri Wahyudi3 Oktober 2012 20:40makasiH info,y membantu pembuatan makalah saya.ditunggu silaturahmi,y di http://yuudi.blogspot.com/

law mw pasang adsense bisa sheree dihttp://www.facebook.com/groups/343082525761750/Balas2. Dimaz Revananda30 Desember 2012 20:04terimakasih cekali.BalasMuat yang lain...Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

PengikutArsip Blog 2012 (19) April (7) Februari (7) Bruno Mars - Just The Way You Are [Official Video]... Lee Min Ho_City Hunter_ kapanlagi.com - Duabintang Korea, Lee Min Ho dan ... ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANEMIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TONSILITIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA STRATEGI PELAKSANAAN ISOS Januari (5)

PlurkPlurk.com

Crisvina wulandari 2012. Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.