Click here to load reader

Askep Gangguan Mata

Embed Size (px)

Citation preview

ASKEP GANGGUAN MATA KATARAKOLEH : KELOMPOK 3 7A S1 KEP STIKES MUHLA

ANATOMI MATA

Definisi Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau

lensa yang berkabut (opak) yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth, 2002) Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.

Etiologi Penuaan ( Katarak Senilis )

Sebagian besar katarak terjadi karena proses

degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun keatas. Trauma Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut katarak traumatik. Penyakit mata lain ( Uveitis, infeksi mata )

Penyakit sistemik ( penderita DM )

Pajanan terhadap sinar matahari berlebih (sinar

UV). Pajanan radiasi obat tertentu seperti kortikosteroid, eserin, ergot, dan antikolinesterase topikal. Defek kongenital

Klasifikasi Katarak perkembangan ( developmental ) dan

degenerative. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata. Katarak komplikata (sekunder) :

Klasifikasi berdasar usia Katarak kongenital Katarak juvenile

Katarak presenil Katarak senilis : Katarak insipien : kekeruhan lensa mata masih

sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur

Katarak Kongenital

Katarak Juvenil

Katarak Senilis

WOCTrauma Degeneratif Kompresi sentral (serat)_ Perubahan kuman

Perubahan serabut

Jumlah protein

keruh

densitas keruh

Membentuk massa

Pembedahan

Katarak Menghambat PenglihatanPenglihatan buta

Pre Operasi : 1. Kecemasan Meningkat 2. Kurang Perawatan diri

Post Operasi : 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) 1. Resiko tinggi terjadinya infeksi 4. Resiko tinggi terjadinya injuri

Gangguan sensori persepsi visual Risiko tinggi cidera fisik

Keluhan Utama Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut

menghalangi objek. Peka terhadap sinar atau cahaya. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia). Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Diagnostik 1. SNELLEN CHART

2. LAMPU SENTER 3. LAMPU CELAH 4. USG

PENANGANAN OPERASIBIASA : INTRA KAPSULER EKSTRA KAPSULER VISUS 1/60 K.M TEBAL +10.00 CANGGIH : IOL FAKOEMULSIFIKASI

VISUS >> 1/60 KM TIPIS

D

Komplikasi Glaucoma

Uveitis Kerusakan endotel kornea Sumbatan pupil Edema macula sistosoid Endoftalmitis Fistula luka operasi Pelepasan koroid Bleeding

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN IDENTITAS Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah

terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun. Riwayat penyakit sekarang Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan

katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh

pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Pre-operatif Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d distorsi penglihatan Resti cidera b.d peningkatan TIO Gangguan interpretasi terhadap warna b.d perubahan warna nucleus Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan Potensial terhadap kurang perawatan diri b.d kerusakan penglihatan Post-operatif Resiko tinggi terhadap cedera b.d perdarahan intraokuler Resiko tinggi infeksi b.d perawatan tidak aseptik

INTERVENSI Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan

dengan distorsi penglihatan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan terjadi peningkatan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Kriteria Hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap

perubahan. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan. Intervensi : Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat R/ : untuk menentukan intervensi selanjutnya Dorong dalam mengekspresikan penurunan ketajaman R/ : agar penurunan penglihatan lanjut dapat dicegah Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan, misalnya dengan mendekatkan

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

kondisi, prognosis, pengobatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien

menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan. Kriteria Hasil : Menunjukkan pemahaman tentang penyakit Dapat melakukan pengobatan secara teratur

Intervensi : Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. R/ : meningkatkan pemahaman pasien Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas. R/ : dapat bereaksi silang pada obat yang diberikan Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien. R/ : meningkatkan pehamaman pasien Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll. R/ : dapat meningkatkan TIO Anjurkan klien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kaca mata gelap saat keluar R/ : mencegah cidera kecelakaan pada mata Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tibatiba. R/ : intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi.

Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan peningkatan TIO Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien

tidak mengalami cidera dan faham terhadap factor yang menyebabkan cidera. Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor

resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan. Intervensi : Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata. R/ : membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerjasama dalam pembatasan yang diperlukan Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan. R/ : menurunkan tekanan pada mata yang sakit Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok. R/ : menurunkan TIO Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi. R/ : digunakan untuk melindungi dari cidera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir. R/ : menunjukkan prolaps iris atau rupture luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau tekanan mata

Resiko tinggi infeksi b.d perawatan tidak aseptik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan resiko infeksi tidak terjadi Kriteria hasil : Penyembuhan luka tepat waktu Bebas drainase purulen Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi ( tumor, rubor,

dolor, kalor, fungsiolesa )

Intervensi Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebalum mengobati mata R/ : menurunkan jumlah bakteri pada tangan Gunakan teknik yang tepat untuk membersihkan mata R/ : teknik aseptic menurunkan resiko penyebaran bakteri Tekankan pentingnya tidak menggaruk mata yang dioperasi R/ : mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi Observasi tanda infeksi, misalnya kelopak mata bengkak, kemerahan.

TERIMA KASIH