36
ASKEP FRAKTUR FRAKTUR I. PENGERTIAN Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144).Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543) Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553). II. ETIOLOGI Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu : a. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : 1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. 2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. 3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari

ASKEP FRAKTUR 3

  • Upload
    ashari

  • View
    276

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PPT

Citation preview

ASKEP FRAKTUR

FRAKTUR

I. PENGERTIAN

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144).Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543)Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553).

II. ETIOLOGIMenurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :a. Cedera traumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

b. Fraktur PatologikDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit

polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

III. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMURa. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :1) Derajat I- luka kurang dari 1 cm- kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.- fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.- Kontaminasi ringan.2) Derajat II- Laserasi lebih dari 1 cm- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse- Fraktur komuniti sedang.3) Derajat IIITerjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.c. Fraktur complete• Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).d. Fraktur incomplete• Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.e. Jenis khusus fraktura) Bentuk garis patah1) Garis patah melintang2) Garis pata obliq3) Garis patah spiral4) Fraktur kompresi5) Fraktur avulsib) Jumlah garis patah1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.c) Bergeser-tidak bergeser Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen (Smeltzer, 2001:2357).

IV. PATOFISIOLOGIProses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :1. Fase hematum• Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur• Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat2. Fase granulasi jaringan

• Terjadi 1 – 5 hari setelah injury• Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis• Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast.3. Fase formasi callus• Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri• Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus4. Fase ossificasi• Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh• Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah5. Fase consolidasi dan remadelling• Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black, 1993 : 19 ).

V. TANDA DAN GEJALA1. DeformitasDaya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :a. Rotasi pemendekan tulangb. Penekanan tulang2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur5. Tenderness/keempukan6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)8. Pergerakan abnormal9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto Rontgen Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung Mengetahui tempat dan type frakturBiasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera

hati (Doenges, 1999 : 76 ).

VII. PENATALAKSANAAN1. Fraktur Reduction Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya. Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.Peralatan traksi :o Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendeko Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.2. Fraktur Immobilisasi Pembalutan (gips) Eksternal Fiksasi Internal Fiksasi Pemilihan Fraksi3. Fraksi terbuka Pembedahan debridement dan irigrasi Imunisasi tetanus Terapi antibiotic prophylactic Immobilisasi (Smeltzer, 2001).

MANAJEMEN KEPERAWATANI. PENGKAJIANPengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi :a. SirkulasiGejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).b. Integritas egoGejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.c. Makanan / cairanGejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).d. PernapasanGejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.e. KeamananGejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat

transfuse darah / reaksi transfuse.Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.f. Penyuluhan / PembelajaranGejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

II. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi :1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi :1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang- Klien tampak tenang.Intervensi dan Implementasi :a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatifb. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeriR/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeric. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeriR/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.d. Observasi tanda-tanda vital.R/ untuk mengetahui perkembangan kliene. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesikR/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.Intervensi dan Implementasi :a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan.Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.Kriteria Hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.Intervensi dan Implementasi :a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.c. Pantau peningkatan suhu tubuh.R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.

R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang..- melakukan pergerakkan dan perpindahan.- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :    0 = mandiri penuh    1 = memerlukan alat Bantu.    2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.    3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.    4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.Intervensi dan Implementasi :g. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.h. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.i. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.j. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.k. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.Intervensi dan Implementasi :a. Pantau tanda-tanda vital.R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.Intervensi dan Implementasi:a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

IV. EVALUASIEvaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.3. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai4. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.5. Infeksi tidak terjadi / terkontrol6. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

DAFTAR PUSTAKABlack, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company : PhiladelpiaBoedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, JakartaDoenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. JakartaNasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : JakartaWilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

Diposkan oleh Patriani, Amd.Kep .

FRAKTUR & DISLOKASIA. DEFINISI

Fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas tulang yang terjadi karena adanya

tekanan yang berlebihan pada tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya.

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh

kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144).

Fraktur atau umumnya patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan yang disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari

tenaga tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan

apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap. (Arice, 1995 : 1183)

Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang

disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya

disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, 2000 : 42).

B. ETIOLOGI Penyebab fraktur / patah tulang menurut (Long, 1996 : 367) adalah : a. Benturan dan cedera (jatuh pada kecelakaan) b. Fraktur patologik (kelemahan hilang akibat penyakit kanker, osteophorosis) c. Patah karena letih d. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karena berjalan terlalu jauh.

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu : a.Cedera traumatic Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : 1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. 2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. 3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

b.Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat

mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

1)Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif. 2)Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri. 3)Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadan dapat disebabkan kegagalan absorbs Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

c.Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

Etiologi Fraktur ada dua jenis, yaitu : 1.Trauma langsung, yaitu : fraktur yang terjadi karena mendapat rudapaksa, misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan patah tulang.

2.Trauma tidak langsung, yaitu : bila fraktur terjadi, bagian tulang mendapat rudapaksa dan

mengakibatkan fraktur lain disekitar bagian yang mendapat rudapaksa tersebut dan juga karena penyakit

primer seperti osteoporosis dan osteosarkoma.

Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur dibagi menjadi dua yaitu fraktur tertutup dan

frkatur terbuka. Pada fraktur tertutup akan terjadi kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak diarea

fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut akan terbentuk bekuan darah dan benang-benang fibrin serta

hematoma yang akan membentuk jaringan nekrosis. Maka terjadilah respon informasi informasi

fibroblast dan kapiler-kapiler baru tumbuh dan membentuk jaringan granulasi. Pada bagian ujung

periosteum-periosteum, endeosteum dan sumsum tulang akan mensuplai osteoblast, kemudian osteoblast

berproliferasi membentuk fibrokartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa. Selanjutnya

akan dibentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang

rusak, sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat sampai terbentuknya jaringan granulasi. Sedangkan

pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit dan pembuluh darah, maka terjadilah perdarahan, darah

akan banyak keluar dari ekstra vaskuler dan terjadilah syok hipovolemik, yang ditandai dengan

penurunan tekanan darah atau hipotensi syok hipovolemik juga dapt menyebabkan cardiac output

menurun dan terjadilah hipoksia. Karena hipoksia inilah respon tubuh akan membentuk metabolisme an

aerob adalah asam laktat, maka bila terjadi metabolisme an aerob maka asam laktat dalam tubuh akan

meningkat.

C. PATOFISIOLOGI

Fraktur / patah tulang terjadi karena benturan tubuh, jatuh / trauma (long, 1996 : 356).

Baik itu karena trauma langsung, misalnya : tulang kaki terbentur bumper mobil, karena trauma

tidak langsung , misalnya : seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa

oleh karena trauma akibat tarikan otot misalnya tulang patella dan dekranon, karena otot triseps

dan biseps mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000 : 147).

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer,

2000 : 346).

Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam

jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.

Reaksi pendarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel anast

berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan

pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan

berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan

terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang

baru mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati. (Corwin, 2000 : 299). Insufisiensi

pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembekakan yang tidak

ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer.

Bila tidak terkontrol

D. KLASIFIKASI FRAKTUR

Fraktur di klasifikasikan sebagai berikut : 1) Fraktur tertutup Merupakan fraktur tanpa komplikasi dengan kulit tetap utuh disekitar fraktur tidak menonjol keluar dari kulit.

2) Fraktur terbuka Pada tipe ini, terdapat kerusakan kulit sekitar fraktur, luka tersebut menghubungkan bagian luar kulit. Pada fraktur terbuka biasanya potensial untuk terjadinya infeksi, luka terbuka ini dibagi menurut gradenya. Grade I : luka bersih, kurang dari 1 Cm. Grade II : luka lebih luas disertai luka memar pada kulit dan otot. Grade III : paling parah dengan perluasan kerusakan jaringan lunak terjadi pula kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf.

3) Fraktur komplit Pada fraktur ini garis fraktur menonjol atau melingkari tulang periosteum terganggu sepenuhnya.

4) Fraktur inkomplit Garis fraktur memanjang ditengah tulang, pada keadaan ini tulang tidak terganggu sepenuhnya.

5) Fraktur displaced Fragmen tulang terpisah dari garis fraktur.

6) Fraktur Comminuted Fraktur yang terjadi lebih dari satu garis fraktur, dan fragmen tulang hancur menjadi beberapa bagian (remuk).

7)Fraktur impacted atau fraktur compressi Tulang saling tindih satu dengan yang lainnya.

8) Fraktur Patologis Fraktur yang terjadi karena gangguan pada tulang serta osteoporosis atau tumor.

9) Fraktur greenstick Pada fraktur ini sisi tulang fraktur dan sisi tulang lain bengkak.

E. TANDA DAN GEJALA 1. Nyeri tekan : karena adanya kerusakan syaraf dan pembuluh darah.2. Bengkak dikarenakan tidak lancarnya aliran darah ke jaringan.3. Krepitus yaitu rasa gemetar ketika ujung tulang bergeser.4. Deformitas yaitu perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstremitas yang menarik patahan tulang. 5. Gerakan abnormal, disebabkan karena bagian gerakan menjadi tidak normal disebabkan tidak tetapnya tulang karena fraktur. 6. Fungsiolaesa/paralysis karena rusaknya syaraf serta pembuluh darah. 7. Memar karena perdarahan subkutan. 8. Spasme otot pada daerah luka atau fraktur terjadi kontraksi pada otot-otot involunter. 9. Gangguan sensasi (mati rasa) dapat terjadi karena kerusakan syaraf atau tertekan oleh cedera, perdarahan atau fragmen tulang. 10.Echumosis dari Perdarahan Subculaneous 11.Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. 12.Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

F. KOMPLIKASI - Malunion : Fraktur sembuh dengan deformitas (angulasi, perpendekan/rotasi)

- Delayed union : Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal.

- Nonunion : Fraktur yang tidak menyambung yang juga disebut

pseudoarthritis, nonunion yaitu terjadi karena penyambungan yang tidak tepat, tulang gagal bersambung kembali.

G. PENATALAKSANAAN a. Medis

1) TraksiSecara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstreminasi klien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan traksi adalah antara lain mengurangi patah tulang, mempertahankan fragmen tulang pada posisi yang sebenarnya selama penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian jaringan lunak, memperbaiki deformitas.

Jenis traksi ada dua macam yaitu : Traksi kulit, biasanya menggunakan plester perekat sepanjang

ekstremitas yang kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali untuk ditarik. Penarikan

biasanya menggunakan katrol dan beban. Traksi skelet, biasanya dengan menggunakan pin

Steinman/kawat kirshner yang lebih halus, biasanya disebut kawat k yang ditusukan pada tulang

kemudian pin tersebut ditarik dengan tali, katrol dan beban.

2) Reduksi

Reduksi merupakan proses manipulasi pada tulang yang fraktur untuk memperbaiki kesejajaran

dan mengurangi penekanan serta merenggangkan saraf dan pembuluh darah.

Jenis reduksi ada dua macam, yaitu : Reduksi tertutup, merupakan metode untuk mensejajarkan

fraktur atau meluruskan fraktur, dan Reduksi terbuka, pada reduksi ini insisi dilakukan dan fraktur

diluruskan selama pembedahan dibawah pengawasan langsung. Pada saat pembedahan, berbagai alat

fiksasi internal digunakan pada tulang yang fraktur.

b. Fisiotherapi

Alat untuk reimobilisasi mencakup exercise terapeutik, ROM aktif dan pasif. ROM pasif

mencegah kontraktur pada sendi dan mempertahankan ROM normal pada sendi. ROM dapat dilakukan

oleh therapist, perawat atau mesin CPM (continous pasive motion). ROM aktif untuk meningkatkan

kekuatan otot.

c. Proses Penyembuhan Tulang

1) Fase formasi hematon (sampai hari ke-5) Pada fase ini area fraktur akan mengalami kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak, pada 24 jam pertama akan membentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur sehingga suplai darah ke area fraktur meningkat, kemudian akan membentuk hematoma sampai berkembang menjadi jaringan granulasi.

2) Fase proliferasi (hari ke-12) Akibat dari hematoma pada respon inflamasi fibioflast dan kapiler-kapiler baru tumbuh membentuk jaringan granulasi dan osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa, akan selanjutnya terbentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat.

3)Fase formasi kalius (6-10 hari, setelah cidera) Pada fase ini akan membentuk pra prakulius

dimana jumlah prakalius nakan membesar tetapi masih bersifat lemah,

prakulius akan mencapai ukuran maksimal pada hari ke-14

sampai dengan hari ke-21 setelah cidera.

4)Fase formasi kalius (sampai dengan minggu ke-12)

Pada fase ini prakalius mengalami pemadatan (ossificasi) sehingga terbentuk kalius-kalius eksterna, interna dan intermedialis selain itu osteoblast terus diproduksi untuk pembentukan

kalius ossificasi ini berlangsung selama 2-3 minggu. Pada minggu ke-3 sampai ke-10 kalius akan menutupi tulang.

5)Fase konsolidasi (6-8 Bulan) dan remoding (6-12 bulan)

Pengkokohan atau persatuan tulang proporsional tulang ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalius tulang akan mengalami remodering dimanaosteoblast akan membentuk tulang baru, sementara osteoklast akan menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang menyeruapai keadaan tulang yang aslinya.

H. Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinis Fraktur adalah nyeri, hilangnya sungsi deformitas, pemendekan

ekstremitas krepitus, pembekakan lokal dan perubahan warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai frogmen tulang diimobilisasi spasme otot

yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan

gerakan antar fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa).

bukannya tetap menjadi seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada faktur lengan atau tungkai menyebabkan defromitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di

atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm.

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya fragmen satu dengan lainnya (uji krepitus dapat

kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).

5. Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan pendarahan yang

mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera. ( Brunner dan

Suddarth, 2001 : 2358 )

I.PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.Foto Rontgen - Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung - Mengetahui tempat dan type fraktur - Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodic

2.Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3.Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler

4.Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple) Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma

5.Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).

J. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian primer - Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk

- Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi - Circulation TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut

2. Pengkajian sekunder Data demografi : identitas klienRiwayat kesehatan sekarang : kejadian yang mengalami cedera.Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat penyakit DM, TB, arthritis,osteomielitis, dan lain-lain.Riwayat imunisasi : Polio, Tetanus.a. Aktivitas/istirahat kehilangan fungsi pada bagian yang terkena Keterbatasan mobilitas

b. Sirkulasi Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)Tachikardi Penurunan nadi pada bagiian distal yang cideraCailary refil melambatPucat pada bagian yang terkenaMasa hematoma pada sisi cedera

c. Neurosensori KesemutanDeformitas, krepitasi, pemendekankelemahan

d. Kenyamanan nyeri tiba-tiba saat cidera spasme/ kram otot

e. Keamanan laserasi kulitperdarahanperubahan warna, pembengkakan localf.Integumen, laserasi, perdarahan edema, perubahan warna kulit. g.Sistem otot : kekuatan gerak koordinasi. h. Pemeriksaan diagnostic. Pemeriksaan ronthgen menentukan lokasi/luasnyafraktur/trauma.Scan tulang, tomogram, scan ct, MRI : memperlihatkan fraktur,juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakanjaringan lunak.

Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

Hitung darah lengkap : HT, mungkin meningkat (hemoton

sentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur

atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan leukosit

adalah respon stress normal setelah trauma

Diagnosa Keperawatan a . tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan trauma jalan nafas.Tujuan yang ingin dicapai adalah bersihan jalan nafas efektif.Intervensi : yang akan dilakukan adlah,- tinggikan tempat tidur30 derajat,- observasi frekuensi/irama pernafasan,- observasi adanya batuk, wheezing dan edema,- observasi tanda-tanda vital.- Auskultasi bunyi nafas, ajarkan tekhnik nafas dalam,- ubah posisi secara periodic,- berikan minum2-3 liter/hari- kolaborasi dalam pemberian oksigen.

b. resiko tinggi trauma berhubungan dengan hilangnya integritas tulang/fraktur).Tujuan yang akan dicapai adalah klien terhindar dari trauma.Intervensi yang akan dilakukan adalah- pertahanan traksi baring sesuai indikasi letakan papan dibawah tempat tidurortopedik, - pertahanan posisi netral pada bagian, fraktur dengan bantal,- anjurkan klien menghindari untuk beban yang berat,- kolaborasi dengan tim medis lain, rinthgen.c. resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasangan kawat di rahang)

Tujuan yang akan dicapai adalah gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi. Intervensi yang akan dilakukan adalah, - timbang berat badan setiap hari,- berikan air minum hangat bila mual,- anjurkan klien bersandar bila makan atau minum,- anjurkan makan dengan sedotan berikan makan sedikit tapisering dengan konsistensi yang sesuai, - Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.

d. gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot

Tujuan yang akan dicapai adalah nyeri berkurang.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

- kaji karakteritik nyeri, lokasi dan intensitas (skala 0-10).

- Perrtahankan mobilisasi tirah baring, tinggikanbagian ekstremitas yang nyeri, beri kompres

dingin,observasi tanda- tanda vital (TD,N,S,RR).

- Ajarkan tekhnik relaksasi,

- kolaborasi dengan dokter dalampemberian therapy analgetik.

e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromuskuler). Tujuan yang akan dicapai adalah klien mampu bermobilisasi secara bertahap. Intervensi yang akan dilakukan adalah - kaji tingkat mobilitas klien,- bantu klien dalam mobilisasi,- ukur TD setelah aktivitas,- bantu klien dalam gerakan pada ekstremitas yang sakit dan tidaksakit, anjurkan klien untuk gerakan pada ekstremitas yang tidak nyeri,

- kolaborasi dengan tim medis lain : fisiotherapy.

f. resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan cidera tusuk fraktur terbuka, bedah perbaikan,

pemasangan traksi pen, kawat dan sekrup

Tujuan yang akan dicapai adalah gangguan integritas kulit teratasi. Intervensi yang akan dilakukan adalah - kaji keadaan luka (adanya tanda-tanda infeksi). - Pertahankan tempat tidur kering dan bebas dari kerutan, rubah posisi akan setiap 2 jam sekali, - lakukan perawatan luka, observasi daerah yang terpasang balutan, libatkan keluarga dalam perawatan luka.

g. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan kawat pada rahang. Tujuan yang akan dicapai adalah klien dapat berkomunikasi, dengan baik.Intervensi yang akan dilakukan adalah :tentukan luasnya ketidak mampuan berkomunikasi,berikan pilihan cara berkomunikasi, validasi upaya arti komunikasi, antisipasi kebutuhan, tempatkan catatan didekat klien.

h.resiko tiggi infeksi berhubungan dengan tidak ada kuatnya pertahan primer.Tujuan yang akan dicapai adalah infeksi tidak terjadi.Intervensi yang akan dilakukan adalah- kaji kulit apakah terdapat iritasi atau robekan kontinuitas jaringan observasi tanda-tanda vital, terutama suhu, - observasi tanda-tanda infeksi, lakukan perawatan luka secara septic dan antiseptic, kaji balutan luka

- kolaborasi dengan tim medis lain : laboratorium dalam pemeriksaan darah (LED dan leukosit), kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic.

i. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi.

Tujuan yang akan dicapai adalah klien tidak cemas lagi.

Intervensi yang akan dilakukan adalah

diskusikan tindakan keamanan, bantu mengekspresikan ketakutan, bantu untuk mengakui kenyataan,

termasuk marah, beri penjelasan tentang peubahan wajah, berikan cermin bila pasien menghendaki, ajarkan

tekhnik manajemen stress.

j. Kurang pegetahuan tentang kondisi prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi Tujuan yang akan dicapai adalahpengetahuan klien akan bertambah.

Intervensi yang akan dilakukan adalahkaji sejauh mana tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya,beripendidikankesehatantentangpenyakitnya,beri reinfoercement positif jika klien menjawab dengan cepat, pilih berbagai strategi belajar seperti : tekhnik ceramah, tanya jawab dan demonstrasikan dan tanyakan apa yang tidak diketahui klien.

MANAJEMEN KEPERAWATAN PENGKAJIAN POST OP Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi : a.Sirkulasi Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).

b.Integritas ego Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang; stimulasi simpatis.c.Makanan / cairan Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi). d.Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok. e.Keamanan Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat- obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam. f.Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia,bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasionPenggunaan alcohol (risiko akankerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi : Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi : 1.Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak

menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan

dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat

dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

- Nyeri berkurang atau hilang

- Klien tampak tenang.

Intervensi dan Implementasi : a.Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif b.Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri c.Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri. d.Observasi tanda-tanda vital. R/ untuk mengetahui perkembangan klien e.Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri. 2.Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang

diinginkan.

Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil :

- perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.

- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa

aktivitas tanpa dibantu.

- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Intervensi dan Implementasi :

a.Rencanakan periode istirahat yang cukup.

R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas

seperlunya secar optimal.

b.Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga

namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

c.Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan. R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali. d.Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien. R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan3.Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang

mengalami perubahan secara tidak diinginkan.

Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :

- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :

a.Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat. b.Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka. R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi. c.Pantau peningkatan suhu tubuh R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan. d.d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka

dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.

R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan

mencegah terjadinya infeksi.

e.Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.

R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya. f.Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan. R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi. g.Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasiR / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi. 4.Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu

ekstremitas atau lebih.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

- penampilan yang seimbang..

- melakukan pergerakkan dan perpindahan.

- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan

karakteristik :

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat Bantu.

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan,

pengawasan, dan pengajaran.

3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi dan Implementasi :

a.Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan. R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi. b.Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan. c.Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal. d.Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. e.Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi

R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien. 5.Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur

invasif dan kerusakan kulit

Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.

Kriteria hasil :

- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :

a.Pantau tanda-tanda vital. R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat. b.Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik. R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen. c.Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll. R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial. d.d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan

darah, seperti Hb dan leukosit.

R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa

terjadi akibat terjadinya proses infeksi.

e.Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen. 6.Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi. Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. - memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan. Intervensi dan Implementasi: a.Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. b.Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya

sekarang.

R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan

mengurangi rasa cemas.

c.Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan. d.Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakuka

DAFTAR PUSTAKA Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta. diambil dari : http://asuhan-keperawatan-patriani. blogspot. com/2008/07/fraktur-i.html diambil dari : http : // blog . asuhan keperawatan . com / blog/2009/05/28/fraktur/ diambil dari :http ://www. ilmu keperawatan. com/ asuhan_ keperawatan_fraktur.html diambil dari http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-dislokasi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001).

Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idulfitri tahun ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.