Upload
dewi-arini
View
254
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
1/22
1.Mengapa terdapat kekeringan pada lengan
bawah kiri?
2.Mengapa terdapat bercak mati rasa pada
lengan kirinya?
3.Mengapa terjadi kelemahan pada jari 1,2,3
lengan kiri beserta saraf2 yg berhubungan?
4.Apakah ada kaitan antara imunitas dengan
keluhan?
Setelah micobacterium leprae masuk kedalam tubuh,
perkembangan penyakit kusta tergantung pada kerentanan
seseorang. Respon setelah masatunas, dilampaui tergantun
pada derajat sistem imunitas seluler pasie. Jika sistem
imunitas seluler tinggi, penyakit berkembang ke arah
tuberkuloid dan jika rendah berkembang ke arah
lepromatous. Mycrobacterium leprae berprediksi di daerah-
daerah yang relatif dingin yaitu di daerah akral
denganvaskularisasi yang sedikit. Derajat penyakit tidak
selalu sebanding dengan derajat infeksi karen imun tiap
pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebandingdengan tingkat
reaksi seluler daripada intensitas infeksi, oleh karena
itu, penyakit kusta disebut penyakit imunologik.
Sumber : Djuanda, Adhi. 2004. I lmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. JakartaFKUI
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
2/22
5.Mengapa terdapat lesi macula hipopigmentasi?
Di samping organela, di dalam sel saraf diketemukan
pigmen yang fungsinya kurang jelas. Ada dua jenis pigmen
dalam sel saraf, yaitu: pigmen lipokhrom yang berwarna
kuning dan pigmen melanin yang berwarna coklat atau
hitam.
Kuman Morbus Hansen ini pertamakali menyerang saraf tepi,
yang selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa
mulut,saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial,mata, otot, tulang, dan testiskecuali susunan saraf pusat. M.
leprae ini merusak sel saraf dan menganggu pigmen
melanin tersebut, sehingga membentuk lesi hipopigmentasi.
Sumber : Zulkifli, Penyakit Kusta Dan Masalah Yang Di
Timbulkannya, FKMUSU, 2003 ; 1-2
Mikroorganisme masuk menghmbat kerja enzim tirokinase
jumlah melanosit berkurang menghambat
pembentukan melanosit hipopigmentasi bercak
bercak putih
Sumber : Djuanda, Adhi. 2004. I lmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. JakartaFKUI
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
3/22
6.Mengapa terjadi atrofi otot2 tenar?
7.Mengapa didapatkan anestesi pada lesi tsb?
Mekanisme penularan penyakit Morbus Hansen diawali darikumanMycobacterium Leprea. Kuman ini biasanya
berkelompok dan hidup dalam selserta mempunyai sifat
tahan asam (BTA) . Kuman Morbus Hansen ini pertamakali
menyerang saraf tepi, yang selanjutnya dapat menyerang
kulit, mukosa mulut,saluran nafas bagian atas, sistem
retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testiskecuali
susunan saraf pusat. Mekanisme penularan yang tepat
belum diketahui.Beberapa hipotesis telah dikemukakan
seperti adanya kontak dekat dan penularandari udara.
Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi
oleh kumanM. leprae menderita kusta, dan diduga faktor
genetika juga ikut berperan.
Kerusakan saraf pada pasien Morbus Hansen diakibatkan
M.Leprae yangmemiliki bagian G domain of extracellular
matriks protein laminin 2 yang akan berikatan dengan sel
schwaan melalui reseptor dystroglikan lalu
akanmengaktifkan MHC (Major Histocompatibility Complex)
kelas II setelah itumengaktifkan CD4+. CD4+ akan
mengaktifkan Th1 dan Th2 dimana Th1 dan Th2akan
mengaktifkan makrofag. Makrofag gagal memakan M.
Leprae akibat adanyafenolat glikolipid I yang melindungi di
dalam makrofag. Ketidakmampuanmakrofag akan
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
4/22
merangsang makrofag bekerja terus-menerus untuk
menghasilkansitokin dan GF(Growht Factor) yang lebih
banyak lagi. Sitokin dan GF tidak mengenal bagian self atau
nonself sehingga akan merusak saraf dan saraf yangrusak
akan diganti dengan jaringan fibrous sehingga terjadilah
penebalan saraf tepi. Sel schwann merupakan APC non
professional. Akibatnya akan mengalami gangguan fungsi
saraf tepi seperti sensorik, motorik dan otonom. Serangan
terhadap fungsi sensorik akan menyebabkan terjadinya luka
pada tangan ataukaki, yang selanjutnya akan mati rasa(anestasi). Kerusakan fungsi motorik akanmengakibatkan
lemah atau lumpuhnya otot kaki atau tangan, jari-jari tangan
ataukaki menjadi bengkok. Rusaknya fungsi otonom
berakibat terjadinya gangguan pada kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehinggakulit
menjadi kering, menebal, mengeras, dan pecah-pecah yang
pada akhirnyaakan membuat si penderita cacat seumur
hidup.
Kelainan juga terjadi pada kulit, dalam hal ini dapat
berupahipopigmentasi (semacam panu) bercak-bercak
merah, infiltrat (penebalan kulit)dan nodul (benjolan).
Infiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit yang terdiri
atas jaringan keringat, kelenjar palit, dan folikel rambut
dapat mengakibatkan kulitkering dan alopesia.Penyakit ini
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
5/22
dapat menimbulkan ginekomastia akibat
gangguankeseimbangan hormonal dan oleh karena infiltrasi
granuloma pada tubulusseminiferus testis. Penderita lepra
lepromatosa dapat menjadi impoten danmandul, karena
infeksi ini dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah
spermayang dihasilkan oleh testis.Pada kornea mata akan
terjadi kelumpuhan pada otot matamengakibatkan kurang
atau hilangnya reflek kedip, sehingga mata akan
mudahkemasukan kotoran dan benda-benda asing yang
dapat menimbulkan kebutaan.Kerusakan mata pada kustadapat primer dan sekunder. Primer mengakibatkanalopesia
pada alis mata dan bulu mata, juga dapat mendesak
jaringan matalainnya. Sekunder disebabkan oleh rusaknya
N.fasialis yang dapat membuat paralisis N.orbitkularis
palpebrarum sebagian atau seluruhnya,
mengakibatkanlagoftalmus yang selanjutnya, menyebabkan
kerusakan bagian bagian matalainnya. Secara sendirian
atau bersama sama akan menyebabkan kebutaan.
Sumber : Kosasih A, Wisnu I. M, Sjamsoe-Daili E, Menaldi S.
L. Kusta. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ke-5. FK
Universitas Indonesia. Jakarta, 2007; 73-88
8.Apa saja tanda cardinal itu?
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
6/22
9.Apa saja pemeriksaan penunjang untuk
kelainan tsb?
Cara pemeriksaan saraf tepi :
1. N. aurikularis magnus :
Pasien disuruh menoleh ke samping semaksimal mungkin,
maka saraf yang terlihat akan terdorong oleh otot
dibawahnya sehingga sudah dapat terlihat bila membesar.
Dua jari pemeriksaan diletakkan di atas persilangan jalannya
saraf tersebut dengan arah otot, perabaan secara seksamaakan menentukan jaringan seperti kabel atau kawat, bila ada
penebalan. Jangan lupa membandingkan yang kiri dan
kanan.
2. N. ulnaris :
Tangan yang diperiksa harus santai, sedikit fleksi dan
sebaiknya diletakkan diatas satu tangan pemeriksa. Tangan
pemeriksa yang lain meraba lekukan di bawah siku (sulkus
nervi ulnaris) dan merasakan, apakah ada penebalan atau
tidak. Perlu dibandingkan N. ulnaris kanan dan kiri untuk
melihat adanya perbedaan atau tidak.
3. N. peroneus lateralis :
Pasien disuruh duduk dengan kedua kaki menggantung
kemudian diraba di sebelah lateral dari capitulum fibulae
biasanya sedikit ada ke posterior. Bila saraf yang dicari
tersentuh oleh jari pemeriksa, sering pasien merasakan
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
7/22
seperti terkena setrum pada daerah yang dipersarafi oleh
saraf tersebut. Pada keadaan neuritis akut, sedikit sentuhan
sudah memberikan rasa nyeri yang hebat.
4. Tes fungsi saraf
a. Tes sensoris
Rasa raba : dengan kapas atau sepotong kapas yang
dilancipkan dipakai untuk memeriksa perasaan dengan
menyinggung kulit. Yang diperiksa harus duduk pada waktu
pemeriksaan. Terlebih dahulu petugas menerangkan bahwa
bila mana merasa disinggung bagian tubuhnya dengan
kapas, ia harus menunjukkan kulit yang disinggung dengan
jari telunjuknya dan dikerjakan dengan mata terbuka. Tanda-
tanda di kulit dan bagian-bagian kulit lain yang dicurigai,
diperiksa sensibilitasnya. Harus diperiksa sensibilitas kulit
yang tersangka diserang kusta. Bercak-bercak di kulit harusdiperiksa ditengahnya dan jangan dipinggirnya.
Rasa nyeri : diperiksa degan memakai jarum. Petugas
menusuk kulit dengan ujung jarum yang tajam dan dengan
pangkal tangkainya yang tumpul dan penderita harus
mengatakan tusukan mana yang tumpul.
Rasa suhu : dilakukan dengan mempergunakan 2 tabung
reaksi, yang satu berisi air panas(sebaiknya 40C) yang
lainnya air dingin (sebaiknya sekitar 20C). kenudian mata
penderita ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
8/22
bergantian kedua tabung tersebut ditempelkan pada daerah
kulit yang dicurigai. Bila penderita salah menyebutkan rasa
pada tabung yang ditempelkan, maka dapat disimpulkan
bahwa sensasi suhu di daerah tersebut terganggu.
Berdasarkan adanya gangguan berkeringat di makula
anestesi pada penyakit kusta, pemeriksaan lesi kulit dapat
dilengkapi dengan test anhidrosis.
b. Tes motoris : Voluntary muscle test(VMT)
c. Tes Otonom
Sumber : Zulkifli, Penyakit Kusta Dan Masalah Yang Di
Timbulkannya, FKMUSU, 2003 ; 1-2
10. Apa saja kecacatan yg bisa ditimbulkan
dari keluhan?
11. DD
a.Definisi
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh
kuman Micobacterium leprae (M.Leprae). Yang pertama kali
menyerang susunan saraf tepi , selanjutnya menyerang kulit,mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas,sistem retikulo
endotelial, mata, otot, tulang dan testis
( Amirudin.M.D, 2000 ).
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
9/22
Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun dan
disebabkan oleh kuman kusta ( Mycobacterium leprae ) yang
menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lain kecuali
susunan saraf pusat, untuk mendiagnosanya dengan mencari
kelainankelainan yang berhubungan dengan gangguan saraf tepi
dan kelainan-kelainan yang tampak pada kulit
( Depkes, 2005 ).
b.Etiologi
Mycobacterium leprae diklasifikasikan secara terpisah dari kumanmycobacterium yang l a i n ka r e n a k eg ag a la n u n t u km e l a k u k a n b i a k a n p a d a m e d i a k u l t u r a r t i f i s i a l .Ba k t e r i i n i ditemukan oleh G.A Hansen pada tahun 1874 diNorwegia. Mycobacterium leprae berbentuk basil dengan ukuran3-8 um x 0,5 um, tahan asam dan alkohol, serta positif-gram.Pertumbuhan yang terbatas pada biakan telapak kaki tikus
dan pertumbuhan yang lebih tersebar pada tikus yangimunosupresif dan sembilan jenis armadillo yang turut membantudalam analisis biokimia dan genetika bakteri yang adekuatserta percobaan produksi vaksin vaksin. Mycobacteriumleprae hidup pada suhu 30-330C dan membelah setiap 12-13hari. Mycobacterium leprae terdiridari 4 antigen sebandingdengan BCG, tetapi phenolic glycolipid yang terdapat di dalamkapsul secara biologis bersifat unik dan menjadi antigen yangspesifik terhadapMycobacterium leprae. Penelitian tentang antibodi terhadapantigen ini dalam populasi memegang perananterhadapilmu epidemiologi. Antigen tersebut mungkinmempunyai bagian yang bersifat immunosupresif,dimana inimenjadi suatu hal yang penting terhadap patogenesis penyakitini.
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
10/22
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
11/22
a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidungpenderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 27 x24 jam.b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus
dibawah umur 15 tahun,keduanya harus ada lesi baik mikoskopismaupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama danberulang-ulang.Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderitakusta tipe multi basiler (MB) kepada orangl ain dengan carapenularan langsung. Penularan yang pasti belum diketahui, tapisebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kustadapat ditularkan melalui saluran pernapasan dan kulit. Timbulnyapenyakit kusta bagi seseorang tidak mudah dan tidak perluditakuti tergantungdari beberapa faktor antara lain :a. Faktor sumber penularan
Adalah penderita kusta tipe MB. Penderita Multi Basiler inipun tidak akan menularkan kusta apabila berobat teratur.
b. Faktor kuman kustaKuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1-9hari tergantung pada suhu dancuaca dan diketahui kumankusta yang utuh yang dapat menimbulkan penularan.
c. Faktor daya tahan tubuhSebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta. Darihasil penelitian menunjukkan gambar sebagai berikut dari
100 orang yang terpapar, 95 orang tidak menjadi sakit, 3orang sembuh sendiri tanpa obat, 2 orang menjadi sakit, halini belum lagi memperhitungkan pengaruh pengobatan.
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. lepraemenderita kusta,dan diduga faktor genetika juga ikutberperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan padakelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belumdiketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yangberbeda pada setiap individu. Faktor ketidakcukupan gizi
juga diduga merupaka faktor penyebab.
c.Factor resiko
- Usia : anak2 lebih peka drpd dewasa
- Jenis kelamin : laki2 lebih banyak dijangkiti
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
12/22
- Ras : bangsa asia dan afrika lebih banyak
- Lingkungan : fisik , biologi, sosial yg kurang sehat
- Factor geografis : daerah endemis : jepara,purwodadi
d.Klasifikasi
e.Pathogenesis
Meskipun cara masuk M.lepraeke dalam tubuh masih
belum diketahui dengan pasti, beberapa penelitiantelah memperlihatkan bahwa tersering ialah melaluikulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingindan melalui mukosa nasal. PengaruhM. lepraeterhadapkulit bergantung pada faktor imunitas seseorang,kemampuan hidupM.lepraepada suhu tubuh yangrendah, waktu regenerasi yang lama, serta sifat kumanyang avirulen dan nontoksis.
M.lepraemerupakan paras i t ob l igat in t rase lu leryang terutama terdapat pada selmakrofag disekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atausel Schwan di jaringan saraf.Bila kumanM.lepraemasuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksimengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit darah,sel mononuklear, histiosit) untuk memfagositnya.
Pada kusta tipe LL terjadi kelumpuhan sistemimunitas selular , dengan demik ianmakrofag tidakmampu menghancurkan kuman sehingga kumandapat bermultiplikasi dengan bebas, yang kemudiandapat merusak jaringan.
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
13/22
Pada kusta tipe TT kemampuan fungsi sistem imunitasselular tinggi, sehingga makrofag sanggupmenghancurkan kuman. Sayangnya setelah semuakuman di fagositosis, makrofag akan berubah menjadi sel
epiteloid yang tidak bergerak aktif dan kadang-kadangbersatu membentuk sel datia langhans. Bila infeksi initidak segera di atasi akan terjadi reaksi berlebihandan masa epiteloid akan menimbulkan kerusakan sarafdan jaringan disekitarnya.Sel Schwan merupakan seltarget untuk pertumbuhan M.lepare, disamping itu selSchwan berfungsi sebagai demielinisasi dan hanya sedikitfungsinya sebagai fagositosis. Jadi, bila terjadi gangguan
imunitas tubuh dalam sel Schwan, kuman dapatbermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya aktivitasregenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan sarafyang progresif. Kelangsungan dan tipe penyakit kustasangat tergantung pada kemampuan tubuhuntuk membentuk cell mediatedkekebalan secaraefektif.
Tes lepromin adalah prosedur penyuntikanM. Leprae
yang te lah mat i keda lam ku l i t ; ada t idaknyain du ra si da la m 28 ha ri se te la h penyuntikandisebut dengan reaksi Mitsuda. Reaksi Mitsuda negatifpada kusta jenis lepromatosa dan positif pada kustatipe tuberkuloid, pada orang dewasa normal.Karena tes ini hanya mempunyai nilai diagnosisyang terbatas dan sebagai pertanda adanyaimunitas. Komite Ahli Kusta di WHO menganjurkan
agar penggunaan tes lepromin terbatas hanyauntuk tujuan penelitian. Angka hasil tes yang positifakan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.Sebagai tambahan tingginya prevalensi transformasilimfosit yang spesifik terhadapM. lepraedanterbentuknya antibodi spesifik terhadap
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
14/22
M. lepraediantara orang yang kontakdengan penderita kusta menandakan bahwapenularan sudah sering terjadi walaupun hanyasebagian kecil saja dari mereka yang menunjukan
gejala klinis penyakit kusta. Pola klinis penyakit ini
ditentukan oleh respons imunitas yang diperantaraisel (cell-mediated imunity) host terhadap organisme.Bila respons imunitasnya baik, maka timbul lepratuberkuloid, dimana kulit dan saraf-saraf periferterkena. Lesi kulit berbentuk tunggal. Atau hanyabeberapa, dan berbatastegas. Bentuknya berupamakula atau plak dengan hipopigmentasi pada
kulit yang gelap.Terdapat anestesi pada lesi,hilangnya keringat, dan berkurangnya jumlahrambut. Penebalan cabang-cabang saraf kulit dapatdiraba pada daerah lesi tersebut, dan saraf periferyang besar juga dapat diraba. Tes lepromin positif kuat.Gambaran histologis berupa granuloma tuberkoloid yang
jelas, dan tidak ditemukan adanya basil pada pewarnaanZiehl-Nielsen yang dimodifikasi. Bila respons imunitas
selulernya rendah, maka multiplikasi kuman menjaditak terkendali dantimbul bentuk lepralepromatosa.Kuman menyebar tidak hanya pada kulit, tetapi jugamukosasaluran respirasi, mata, testis, dantulang. Lesi kulit berbentuk multipel dannodular. Teslepromin negatif. Pada pemeriksaanhistologi berupa granuloma yang difus pada dermis,dan ditemukan basil dalam jumlah yang banyak.
f. Manifestasi klinis
Gambaran k l in i s penyak i t kusta pada seorangpa si en me nc er mi nk an ti ng ka t kekebalan selularpasien tersebut. Adapun klasifikasi yang banyak
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
15/22
dipakai dalam bidang penelitian adalah klasifikasimenurut Ridley dan Jopling yang mengelompokkanpenyakit kusta menjadi 5 kelompok berdasarkangambaran klinis, bakteriologis, histopatologis
danimunolog is . Seka rang k la s i f ikas i in i jug asecara luas d ipaka i d i k l in ik danuntuk pemberantasan.1.Tipe tuberkoloid (TT)
Lesi ini mengenai baik kulit maupun saraf. Lesikulit bisa satu atau beberapa,dapat berupa makulaatau plakat, batas jelas dan pada bagian tengahdapat ditemukanlesi yang regresi atau cemntral healing.
Permukaan lesi dapat bersisik dengan tepi yangmeninggi bahkan dapat menyerupai gambaranpsor iasis atau tinea s irsnata. Dapat disertaipenebalan saraf perifer yang biasanya teraba, kelemahanotot, dan sedikit rasagata l . Adanya in f i l t ras ituberku lo id dan t idak adanya kumanmerupakan tanda terdapatnya respons imun pejamuyang adekuat terhadap kuman kusta.
2.Tipe borderline tubercoloid (BT)Lesi pada tipe ini menyerupai tipe TT, yakni berupa
makula atau plak yang sering disertai lesi satelit ditepinya. Jumlah lesi dapat satu atau beberapa, tetapigambaran hipopigmentasi, kekeringan kulit atauskuama tidak sejelas tipe tuberkuloid. Adanyagangguan saraf tidak seberat tipe tuberkuloid,
dan biasanya asimetris . Les i sateli t biasanya adadan terletak dekat saraf perifer yang menebal.
3.Tipe mid borderline (BB)Merupakan tipe yang paling tidak stabil dari semua
tipe dalam spektrum penyakit kusta. Disebut juga
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
16/22
sebagai bentuk dimorfik dan bentuk ini jarang dijumpai.Lesi dapat berbentuk makula infiltratif. Permukaanlesi dapat berkilap, batas lesi kurang jelas dengan
jumlah les i yang meleb ih i t ipe BT dan
ce nder ung si met ri s. Les i san ga t bervariasi, baikdalam ukuran, bentuk, ataupun distribusinya. Bisadidapatkan lesi punched out yang merupakan ciri khastipe ini.
4.Tipe borderline lepromatosaSecara klasik lesi dimulai dengan makula.
Awalnya hanya dalam jumlah sedikitdan dengan
cepat menyebar ke seluruh badan. Makula lebihjekas dan lebih bervariasi bentuknya. Walaupunmasih kecil, papul dan nodus lebih tegas dengandistribusi lesi yang hampir simetris dan beberapa nodustampaknya melekuk pada bagian tengah. Lesi bagiantengah tampak normal dengan pinggir dalam infiltratlebih jelas dibandingkan dengan pinggir luarnya, danbeberapa plak tampak seperti punched-out. Tanda-
tanda kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi,hipipigmentasi, berkurangnya keringat danhilangnya rambut lebih cepat muncul dibandingkandengan tipe LL. Penebalan saraf dapat teraba padatempat predileksi.
5. Tipe lepromatosa (LL)
Jumlah lesi sangat banyak, simetris, permukaan
halus, lebih eritematosa, berkilap, berbatas tidak tegasdan pada stadium dini tidak ditemukan anestesi dananhidrosis. Dist ribusi lesi khas, yakni di wajahmengenai dahi, pelipis, dagu, cuping telinga.Sedang dibadan mengenai bagian badan yangdingin, lengan, punggung tangan, dan permukaan
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
17/22
ekstensor tungkai bawah. Pada stadium lanjut tampakpenebalan kulit yang progresif, cuping telingamenebal, garis muka menjadi kasar dan cekungmembentuk fasies leonina yang dapat disertai
madarosis, iritis dan keratis. Lebih lanjut lagi dapatterjadi deformitas pada hidung. Dapat dijumpaipembesaran kelenjar limfe, orkitis yang selanjutnya dapatmenjadi atrofi testis. Kerusakan saraf yang luasmenyebabkan gejala stocking dan glove anaesthesia. Bilapenyakit ini menjadi progresif, muncul makula dan papulbaru, sedangkan lesi lama menjadi plakat dan nodus.Pada stadium lanjut serabut-serabut saraf perifer
mengalami degenerasi hialin atau fibrosis yangmenyebabkan anestesi dan pengecilan otot tangan dankaki. Salah satu tipe penyakit kusta yang tidaktermasuk dalam klasifikasi Ridley dan jopling, tetapiditerima secara luas oleh para ahli kusta yaitu tipeindeterminate (I). lesi biasanya berupa makulahipopigmentasi dengan sedikit sisik dan kulit disekitarnyanormal. Lokasi biasanya di bagian
ekstensor ekstremitas, bokong atau muka, kadang-kadang dapat ditemukan makula hipestesi atausedikit penebalan saraf. Diagnosis tipe ini hanyadapat ditegakkan, bila dengan pemeriksaanhistopatologik.
g.Penegakan diagnosis
Inspeksi pasien dapat di lakukan dengan peneranganyang baik, lesi dan kerusakan kul it juga harusdiperhatikan. Palpasi dan pemeriksaan dapatdi lakukan dengan alat-alat sederhana yaitu jarumuntuk nyeri , kapas untuk rasa raba dan dapatmenggunakan 2 buah tabung reaksi j ika masih belum
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
18/22
jelas. Perlu juga di lakukan pemeriksaan anhidrosi kul itdengan cara sederhana seperti Tes Gunawan.Pemeriksaan Saraf Tepi
Untuk saraf peri fer perlu diperhatikan pembesaran,konsistensi dan nyeri atau tidak. Hanya beberapasaraf yang diperiksa yaitu N. Fasial is, N. Aurikularismagnus, N. Radial is, N. Ulnaris, N. Medianus, N.Popl itea lateral is, N. Tibial is Posterior. Padapemeriksaan, dibandingkan antara kir i dan kanan.Pada tipe lepromatosus biasanya kelainan sarafnyabi lateral dan menyeluruh sedangkan tipe tuberkuloidterlokal isasi mengikuti tempat lesinya.Carapemeriksaan saraf tepi:
a.N. Auricularis magnusPasien menoleh ke samping semaksimal mungkin,
maka saraf yang terl ibat akan terdorong oleh otot-otodi bawahnya sehingga sudah bisa terl ihat pembesaransarafnya.Dua jari pemeriksaa di letakkan diataspersi langan jalannya saraf tersebut dengan arah otot.Bi la ada penebalan maka akan teraba jaringan sepertikabel atau kawat. Bandingkan kiri dan kanan.
b. N. UlnarisTangan yng diperiksa harus santai, sedikit f leksi
dan sebaiknya di letakkan di atas satu tanganpemeriksa. Tangan pemeriksa meraba sulcus nerviulnaris dan merasakan adakah penebalan. Bandingkankanan dan kiri .
c.N. Peroneus lateral isPasien duduk dengan kedua kaki menggantung,
diraba di sebelah lateral dari capitulum fibulae.
Tes Fungsi Sarafa.Tes SensorisGunakan kapas, jarum serta tabung r eaksi bris i airhangat dan dingin.
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
19/22
Rasa Raba
Sepotong kapas yang dlancipkan ujungnya,disinggungkan ke kul it pasien. Kapas disinggungkan
kul it yang lesi dan yang sehat kemudian pasiendisuruh menunjuk kul it yang di s inggung dengan mataterbuka. J ika hal ini telah dimengerti , tes kembalidi lakukan tetapi dengan mata pasien tertutup.
Rasa TajamDiperiksa dengan jarum yang disentuhkan ke kul it
pasien. Setelah disentuhkan bagian tajamnya laludisentuhkan bagian tumpulnya kemudian pasiendiminta menentukan tajam atau tumpul. Tes ini
di lakukan seperti pemeriksaan rasa raba.
Rasa SuhuDilakuan dengan menggunakan dua buah tbung
reaksi yangberisi air panas dan air dingin. Laludiminta pasien menetukan rasa dingin atau panasseperti cara pemeriksaan sensasi lainnya.
b.Tes Otonom
Berdasarnkan adanya gangguan berkeringat di makulaanestesi pada penyakit kusta, pemeriksaan lesi kul itdapat di lengkapi dengan tes anhidrosis yaitu:1.Tes dengan tinta (Tes Gunawan)2.Tes Pi lokarpin3.Tes Motoris (Voluntary Muscle Test) pada N. Ulnar is,N. Medianus, N. Radial is dan N. Peroneus.
Pemeriksaan BakteriologisPemeriksaan bakterioskopik di lakukan denganmenggunakan sediaan kerokan kul it atau usapanmukosa hidung yang diwarnai secara ZIEHL NEELSON.Untuk riset di lakukan di 10 tempat dan untu kpemriksaan rutin di lakukan mengambilan dari 4-6tempat/ lesi yaitu kedua cuping tel inga bagian bawahdan 2-4 lesi lain yang pal ing eritematos atau pal ing
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
20/22
aktif. Cuping telinga dipilah sebab didearah tersebut palingbanyak terdapat M. Leprae. Kepadatan BTA pada suatu sediaandinyatakan dengan IB (indeks bakteri) dengan nilai 0 sampai 6+menurut Ridley sebagai berikut:
0 j i k a t i d a k d i t e m u k a n B T A d a l a m 1 0 0L P1+ jika ditemukan 1-10 BTA dalam 100 LP2 + j i k a d i t e m u k a n 1 - 1 0 B T A d a l a m 1 0 L P3 + j i k a d i t e m u k a n 1 - 1 0 B T A r a t a - r a t a d a l a m1 L P4 + j i k a d i t e m u k a n 1 1 - 1 0 0 B T A r a t a - r a t a d a l a m1 L P5 + j i k a d i t e m u k a n 1 0 1 - 1 0 0 0 B T A r a t a - r a t ad a l a m 1 L P
6 + j i k a d i t e m u k a n > 1 0 0 0 B T A r a t a - r a t a d a l a m 1L P
Indeks morfologi adalah persentase bentuk soliddibandingkan dengan jumlah solid dan nonsolid.I M :
J u m l a h s o l i d X 1 0 0 % Jumlah solid + Non Solid
Pemeriksaan HistopatologisPada tipe tuberkuloid didapatkan tubrkel dan kerusakan
saraf yang lebih nyata tetapi tidak ada basil atau basil nonsolid. Pada tipe lepromatosa terdapat kelim sunyisubepidermal(subepidermal clear zone) yaitu suatu daerahlangsung dibawah epidermis yang jaringannya tidakpatologik. Dapat dijumpai banyak sel Virchow.
Pemeriksaan SerologisKegagalan pembiakan dan isolasi kuman mengabatkandiagnosis serologi merupakan alternatif yang palingdiharapkan. Pemeriksaan serologik yang dapat digunakanadalah MLPA (M. Leparae Particle Aglutination), uji ELISA dan MLdipstick.
Pemeriksaan LeprominTes lepromin adalah tes non spesif ik ntuk klasifikasi danprognosis lepra tetapi tidak untuk diagnosis. Tes ini hanya
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
21/22
untuk menunjukkan sistem imun penderita terhadap M.Leprae. 0,1 ml lepromin disunt ikkan in trader mal.Kemudian dibaca dalam 48 jam/2 hari (reaksiFernandez) atau 3-4 minggu (reaksi Mitsuda). Reaksi Fernandez
positif bila terdapat indurasi dan eritema yang menunjukkankalau penderita bereaksi terhadap M. Leprae yaitu respon imuntipe lambat.Reaksi Mitsuda:0 jika papul berdiameter 3 mm atau kurang+1 jika papul berdiameter 4-6 mm+2 jika papul berdiameter 7-10 mm+3 jika berdiameter >10 mm atau papul dengan ulserasi.
VIII. DIAGNOSIS KUSTAPenyakit kusta dapat menunjukkan gejala yang miripdengan banyak penyakit lain.Sebaliknya banyak penyakitlain dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan penyakitkusta. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan untukmendiagnosis penyakit kusta secara tepat danmembedakannya dengan berbagai penyakit yang lainagar tidak membuat kesalahan yangmerugikan pasien.
Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada penemuan tandakardinal (tanda utama), yaitu: 1.Bercak kulit yang mati rasaBercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula) ataumeninggi (plak).Mati rasa pada bercak bersifat total atausebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu danrasa nyeri.2. Penebalan saraf tepiDapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpagangguan fungsi saraf yangterkena, yaitu :a. gangguan fungsi sensoris : mati rasab. gangguan fungsi motoris : paresis atau paralisisc. gangguan fungsi otonom : kul it kering, retak,edema, pertumbuhan rambut yang terganggu.3. Ditemukannya kuman tahan asamBahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesikulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh daribiopsi kulit dan saraf. Untuk menegakkan diagnosis penyakit
7/30/2019 ARIN LBM2 TROPIS
22/22
kusta, paling sedikit harus ditemukan satu tanda kardinal.Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita hanyadapat mengatakan tersangka kusta dan pasien perludiamati dan diperiksa ulang setelah 3-6 bulan sampai
diagnosis kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan.REAKSI KUSTA
Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut padaperjalanan penyakit yang sebenarnya sangat kronik. Terbagiatas dua tipe yaitu:Reaksi reversal atau reaksi upgrading (reaksi tipe 1)Hipersensitivitas tipe lambat oleh karena peningkatanmendadak SIS yang faktor pencetusnya belum diketahui.
Eritema Nodosum Leprosum (ENL)Karena pengobatan lama, banyak basi l yang mati danhancu r, berart i b anyak antigen yang dilepaskan danbereaksi dengn antibodi serta mengaktifkan systemkomplemen. Kompleks tersebut beredar dalam darah danakhirnya melibatkan banyak organ.
h.Penatalaksanaan
Menurut tipe/klasifikasi