Pipit Suandari.sgd4.LBM2

  • Upload
    pipit

  • View
    237

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menejemen RS 2

Citation preview

LI1. Bagaimana sistem managemen resiko?Risiko adalah peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat berpengaruh negatif terhadap perusahaan. perusahaan. (ERM) Pengaruhnya dapat berdampak terhadap kondisi : Sumber Daya (human and capital) Produk dan jasa , atau Pelanggan, Dapat juga berdampak eksternal terhadap masyarakat,pasar atau lingkungan.Risiko adalah fungsi dari probabilitas (chance, likelihood) dari suatu kejadian yang tidak diinginkan, dan tingkat keparahan atau besarnya dampak dari kejadian tersebut.Risk = Probability (of the event) X ConsequenceRisiko di Rumah Sakit: Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan pasien yang bermutu tinggi, aman dan efektif. Risiko non klinis/corporate risk adalah semua issu yang dapat berdampak terhadap tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.Kategori risiko di rumah sakit ( Categories of Risk ) : Patient care care-related risks Medical staff staff-related risks Employee Employee-related risks Property Property-related risks Financial risks Other risksManajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri (The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations/JCAHO).Proses manajemen risikoDiagram: Proses Manajemen Risiko diadaptasi dari (AS/NZS 4360:1999Risk Management)RISK MANAGEMENT AS A WAY OF WORKINGSETTING

Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian secara finansial. Identifikasi akan membantu langkah-langkah yang akan diambil manajemen terhadap risiko tersebut.Instrument:1. Laporan KejadianKejadian(KTD+KNC+Kejadian Sentinel+dan lain-lain)2. Review Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa dan mencari penyimpangan-penyimpangan pada praktik dan prosedur)3. Pengaduan (Complaint) pelanggan4. Survey/Self Assesment, dan lain-lain

Pendekatan terhadap identifikasi risiko meliputi: Brainstorming Mapping outproses dan prosedur perawatan atau jalan keliling dan menanyakan kepada petugas tentang identifikasi risiko pada setiap lokasi. Membuat checklist risiko dan menanyakan kembali sebagai umpan balikPenilaian risiko (Risk Assesment) merupakan proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko yg dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko risiko. RS harus punya Standard yang berisi Program Risk Assessment tahunan, yakni Risk Register:1. Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun2. Informasi Insiden keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi eksternal & internal, external assessments dan Akreditasi3. Informasi potensial risiko maupun risiko actual (menggunakan RCA&FMEA)Penilaian risiko Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk Pasien dan publik dapat terlibat bila memungkinkan. Area yang dinilai: Operasional Finansial Sumber daya manusia Strategik Hukum/Regulasi Teknologi http://www.lean-indonesia.com/2012/11/risk-management-manajemen-risiko-rumah.html

fk.ugm.ac.id/hpmlama/images/Manajemen%20Resiko%20Kesehatan%20Masyarakat/PH%20Risk_9.pdf

2. Apa manfaat managemen resiko?Manfaat manajemen risiko terintegrasi untuk rumah sakit1. Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap pasien dapat dinilai dengan tepat.2. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko yang lain.3. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk semua risiko, yaitu menggunakan RCA.4. Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta kebutuhan clinical governance.5. Membantu perencanaan RS menghadapi ketidakpastian, penanganan dampak dari kejadian yang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan pasien dan masyarakat.http://www.lean-indonesia.com/2012/11/risk-management-manajemen-risiko-rumah.html

1) Terhadap pasien Membuat sekecil mungkin cidera yg tidak diinginkan Meningkatkan keamanan pasien dan mutu asuhan 2) Terhadap staf Meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan keamanan staf3) Terhadap institusi Menjaga reputasi Meminimumkan risiko financial dengan manajemen yg lebih baik Memenuhi objektif secara optimal dengan pemanfaatan sebaik-baiknya sumberdaya yg ada 4) Terhadap public Meningkatakan kepercayaan public, bahwa dengan program MRK yg baik keamanan mereka lebih terjamin Pelatihan manajemen risiko klinik ; Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia.

3. Apa saja jenis jenis resiko di RS?

http://hpm.fk.ugm.ac.id/hpmlama/images/Manajemen%20Resiko%20Kesehatan%20Masyarakat/PH%20Risk_9.pdf

(KMK No. 432 ttg Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.pdf)

4. Bagaimana implemsentasi managemen resiko? Dari instrumen dan laporan kejadian serta RM Pengaduan pelanggan (kotak saran) Survey untuk mengetahui apakah pasien dan pengunjung merasa puas dgn layanan di RS

5. Bagaimana peran dari managemen resiko untuk meningkatkan patien safety?1) Proaktif Melalui program-prgram yang dirancang untuk mencegah, mengendalikan dan membuat sesedikit mungkin keterbukaan pasien thd risiko klinis kiat untuk manajemen risiko klinis yang proaktif : Credentialing of medical staffSeleksi staf medik yang baik Incident monitoring and trackingMonitor dan menjejaki kejadian klinis yg tidak diinginkan Complaints monitoring and trackingMonitor dan menjejaki keluhan pasien / public Infection controlPengendalian infeksi nosokomial Documentation in the medical record Rekam medis yg baik 2) Reaktif Proses sistematis melakukan identifikasi, evaluasi dan penanganan risiko klinis jika sudah terjadi (termasuk negosiasi besaran ganti)(Pelatihan manajemen risiko klinik ; Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia)

http://hpm.fk.ugm.ac.id/hpmlama/images/Blok_I/Lampiran%20Sesi_14,_15,_16/Keselamatan%20pasien.pdf

- Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)2) Pastikan identifikasi pasien3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar5) Kendalikan cairan elektrolit pekat6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan7) Hindari salah kateter dan salah sambung slang8) Gunakan alat injeksi sekali pakai9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

6. Apa 7 langkah keselamatan pasien?Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut :1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIENCiptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.Langkah penerapan:A. Bagi Rumah Sakit : Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang mejabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.B. Bagi Unit/Tim : Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDABangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di rumah sakit anda.Langkah penerapan:A. Untuk Rumah Sakit : Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk menjadi penggerak dalam gerakan Keselamatan Pasien Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.B. Untuk Unit/Tim : Nominasikan penggerak dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan Keselamatan Pasien Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka denganmenjalankan gerakan Keselamatan Pasien Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden.3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKOKembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.Langkah penerapan:A. Untuk Rumah Sakit : Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan Staf Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.B. Untuk Unit/Tim : Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko rumah sakit Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORANPastikan staf Anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).Langkah penerapan :A. Untuk Rumah Sakit : Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke KPPRS - PERSI.B. Untuk Unit/Tim : Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIENKembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.Langkah penerapan :A. Untuk Rumah Sakit : Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.B. Untuk Unit/Tim : Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya.6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN PASIENDorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.Langkah penerapan:A. Untuk Rumah Sakit : Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, yang harus mencakup semua insiden yang telah terjadi dan minimum satu kali per tahun untuk proses risiko tinggi.B. Untuk Unit/Tim : Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATANPASIENGunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistempelayanan.Langkah penerapan:A. Untuk Rumah Sakit : Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi setempat Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS - PERSI Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang dilaporkanB. Untuk Unit/Tim : Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman. Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan pelaksanaannya. Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan. Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumahsakit.http://www.inapatsafety-persi.or.id/data/panduan.pdf7. Bagaimana cara mengelola k3 ?Perencanaan K3 di rumah sakit dapat mengacu pada standar sistem manajemen K3RS diantaranya self assesment akreditasi K3 rumah sakit dan SMK3. I. Perencanaan, meliputi:1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko. Rumah sakit harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta pengendalian faktor resiko.a. Identifikasi sumber bahayaDapat dilakukan dengan mempertimbangkan: Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadb. Penilaian faktor resikoAdalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja.c. Pengendalian faktor risikoDilakukan melalui empat tingkatan pengendalian risiko yaitu menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah /tidak ada (engneering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP)

2. Membuat peraturanRumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.3. Tujuan dan sasaranRumah sakit harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya potensial, dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian (SMART)4. Indikator kinerjaIndikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 rumah sakit.5. Program kerjaRumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan proram K3 rumah sakit, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.

II. PengorganisasianPelaksanaan K3 di rumah sakit sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana K3 rumah sakit secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya. (Supari S F. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. h.1-15)

III. Pelaksanaan Penyuluhan K3 ke semua petugas RS Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku, diantaranya : Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan. Pengobatan pekerja yang menderita sakit. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada. Melakukan biological monitoring Melaksanakan surveilans kesehatan pekerjaIV. Evaluasi1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS (SPRS); Pencatatan dan pelaporan K3 Pencatatan semua kegiatan K3 Pencatatan dan pelaporan KAK Pencatatan dan pelaporan PAK2. Inspeksi dan pengujianInspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di rumah sakit dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas K3 rumah sakit sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja berisiko seperti biological monitoring (pemantauan secara biologis)3. Melaksanakan audit K3Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian. Tujuan audit K3 : Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta pengembangan mutu Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak

8. Apa Tujuan dan manfaat k3? TUJUAN agar petugas RS, Pasien, keluarga pasien , pengunjung dan lingkungan RS merasa aman dan nyaman teciptanya sistem k3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak shingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan serta penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif MANFAAT1) langsung ( perlindungan untuk petugas kerja secara langsung) mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja2) tidak langsung meningkatkan image market terhadap perusahaan 9. Apa UU yang terkait dengan k3? PERUNDANG-UNDANGAN K3 Undang-Undang No 14/1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja. Undang-Undang No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-Undang No 23/1992 tentang Kesehatan. Permenkes RI No 986/92 dan Kep Dirjen PPM dan PLP No HK.00.06.6.598 tentang Kesehatan Lingkungan RS. Permenkes RI No 472/Menkes/Per/V/96 tentang pengamanan bahan berbahaya bagi kesehatan. Kepmenkes, No. 261/MENKES/SK/II/1998 dan Kep Dirjen PPM dan PLP No HK.00.06.6.82 tentang Petunjuk TehnisPelaksanaan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Kepmenkes, No. 1335/MENKES/SK/X/2002 tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruang RS.

Pengorganisasian K3 di rumah sakit berdasarkan atas; Surat edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.00.06.6.4.01497 tanggal 24 Februari 1995 tentang PK3-RS Optimalisasi fungsi PK3-RS dalam pengelolaan K3 RS Akreditasi RS Audit manajemen K3 RS SK MenKes No 351/MenKes/SK/III/2003 tanggal 17 Maret 2003 tentang Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan SKB No. 147 A/Yanmed/Insmed/II/1992 Kep.44/BW/92 tentang Pelaksanaan Pembinaan K3 Berbagai Peralatan Berat Nonmedik di Lingkungan RS(http://www.jmpk-online.net)10. Apa saja tugas pokok k3Memberikan saran dan pertimbangan Memberi rekomendasi ttg pelaksanaan k3 sesuai bidangMengadakan pelatihan dalam mutu dan meningkatkan sdm

11. Apa ruang lingkup sanitasi dan k3?Sanitasi Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Rumah sakitAdapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi :- sanitasi pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah sakit. - Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah (Depkes RI, 2004).- See more at: http://staypublichealth.blogspot.com/2012/11/manajemen-sanitasi-rumah-sakit.html#sthash.PJ8ygOOT.dpufLimbah Rumah SakitLimbah RS adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan RS dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006). Limbah RS yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat dan cair (KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004).

Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu :1. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat. Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya, beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.2. Fasilitas Pembangunan Limbah Cair. Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis.Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit. Limbah padat (sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990)Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis (Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004).

Limbah padat RS adalah semua limbah RS yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan RS yang terdiri dari limbah medis dan non medis, yaitu :1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di RS di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.3. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia yang rentan.4. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock (sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan, dan bahan lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.Limbah cair RS adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio aktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006).

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit, yang meliputi : limbah cair domestik, yakni buangan kamar dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif (Said, 1999). Menurut Azwar (1990), air limbah atau air bekas adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan, yang lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industri. Menurut Keputusan MenKes R.I.No.1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pengertian limbah cair adalah semua buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

Sumber Limbah Rumah SakitDalam melakukan fungsinya rumah sakit menimbulkan berbagai buangan dan sebagian dari limbah tersebut merupakan limbah yang berbahaya. Sumber air limbah rumah sakit dibagi atas tiga jenis yaitu :1. Air limbah infeksius : air limbah yang berhubungan dengan tindakan medis seperti pemeriksaan mikrobiologis dari poliklinik, perawatan, penyakit menular dan lain lain.2. Air limbah domestik : air limbah yang tidak ada berhubungan tindakan medis yaitu berupa air limbah kamar mandi, toilet, dapur dan lain lain.3. Air limbah kimia : air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, sterilisasi, riset dan lain lain (Chandra, 2007).4. Sampah Rumah Sakit dapat digolongkan antara lain menurut jenis unit penghasil dan untuk kegunaan desain pembuangannya. Namun dalam garis besarnya dibedakan menjadi sampah medis dan non medis.A. Sampah MedisSampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang polikllinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis. Sampah biologis terdiri dari :1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang peralatan, ruang bedah, atau botol bekas obat injeksi, kateter, plester, masker, dan sebagainya.2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau ruang otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya.3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium diagnostik atau penelitian, misalnya, sediaan atau media sampel dan bangkai binatang percobaan.B. Sampah NonmedisSampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut :1. Kantor/administrasi2. Unit perlengkapan3. Ruang tunggu4. Ruang inap5. Unit gizi atau dapur6. Halaman parkir dan taman7. Unit pelayananSelain dibedakan menurut jenis unit penghasil, sampah RS dapat dibedakan berdasarkan karakteristik sampah yaitu :1. Sampah infeksius : yang berhubungan atau berkaitan dengan pasien yang diisolasi, pemeriksaan mikrobiologi, poliklinik, perawatan, penyakit menular dan lain lain.2. Sampah sitotoksik : bahan yang terkontaminasi dengan radioisotope seperti penggunaan alat medis, riset dan lain lain.3. Sampah domestik : buangan yang tidak berhubungan dengan tindakan pelayanan terhadap pasien (Depkes RI, 2006).

Kualitas limbah padatSetiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber, mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun, pengelolaan stok kimia dan farmasi, dan peralatan dimulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan. Pemilahan harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah. Limbah padat yang akan/dapat dimanfaatkan lagi harus melalui proses sterilisasi. Pengolahan dan pemusnahan limbah medis tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir sebelum di anggap aman bagi kesehatan (Depkes RI, 2004).

Kualitas Limbah CairMenurut pendapat Okun dan Ponghis yang dikutip Soeparman dan Soeparmin (2002) berbagai kualitas limbah cair yang penting untuk diketahui adalah bahan padat terlarut (dissolved solid), kebutuhan oksigen biokimia (biochemical oxygen demand). Kebutuhan oksigen kimiawi (chemical Oxygen Demand ) dan pH (power Hidrogen). a. Bahan Padat terlarut. Bahan padat terlarut penting diketahui terutama apabila limbah cair akan dipergunakan setelah pengolahan. b. Kebutuhan Oksigen biokimia. Merupakan ukuran kandungan bahan organik dalam limbah cair dan ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu. Juga merupakan petunjuk dari pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan dengan pengurangan kandungan oksigennya. c. Kebutuhan oksigen kimiawi. Merupakan ukuran persyaratan kebutuhan oksigen limbah cair yang berada dalam kondisi tertentu, yang ditentukan dengan menggunakan suatu oksidan kimiawi. d. pH. pH merupakan ukuran keasaman (acidity) atau kebasaan (alkalinity) limbah cair. pH menunjukkan perlu atau tidaknya pengolahan pendahuluan untuk mencegah terjadinya gangguan pada proses pengolahan limbah cair.

Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan LingkunganRS selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan RS, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari lingkungan, kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini disebut infeksi nosokomial (Anies, 2006).

Limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat memiliki potensi yang mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan penyakit atau cedera. Sifat bahaya dari limbah rumah sakit tersebut mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik berikut : Limbah mengandung agent infeksius Limbah bersifat genoktosik Limbah mengandung zat kimia atau obat obatan berbahaya atau baracun Limbah bersifat radioaktif Limbah mengandung benda tajamSemua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil limbah berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen limbahnya. Kelompok utama yang beresiko antara lain :1. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah sakit2. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau dirumah3. Penjenguk pasien rawat inap4. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanan kesehatan masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan limbah dan bagian transportasi.5. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat penampungan sampah akhir atau incinerator, termasuk pemulung (Pruss. A, 2005).

Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda TajamLimbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme pathogen. Pathogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur : Akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit Melalui membrane mukosa Melalui pernafasan Melalui ingestiContoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi gastroenteritis dimana media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi saluran pernafasan melalui secret yang terhirup atau air liur dan lain lain. Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tertusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi pathogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi virus pada darah (Pruss. A, 2005).

Bahaya Limbah Kimia dan FarmasiKandungan zat limbah dapat mengakibatkan intosikasi atau keracunan sebagai akibat pajanan secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka bakar. Intosikasi dapat terjadi akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau membaran mukosa, atau melalui pernafasan atau pencernaan. Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau reaktif (misalnya formaldehide atau volatile/mudah menguap) jika mengenai kulit, mata, atau membrane mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera. Cedera yang umum terjadi adalah luka bakar (Pruss.A, 2005).

Bahaya Limbah RadioaktifJenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai materi genetik. Bahaya yang mungkin timbul dengan aktifitas rendah mungkin terjadi karena kontaminasi permukaan luar container atau karena cara serta durasi penyimpanan limbah tidak layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga kebersihan dan penanganan limbah yang terpajan radioaktif merupakan kelompok resiko (Pruss.A, 2005).- See more at: http://staypublichealth.blogspot.com/2012/11/manajemen-sanitasi-rumah-sakit.html#sthash.PJ8ygOOT.dpuf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28011/4/Chapter%20II.pdf

k3 RUANG LINGKUP keselamatan terhadap faktor penyebab penyakit keselamatan terhadap pemakaian peralatan medik dan non medik keselamatan terhadap bahan berbahaya ( mis : radioaktif ) keselamatan terhadap bahaya kebakaran keselamatan terhadap bencanaApa Perbedaan managemen k3 dan managemen sanitasi?

12. Apa hubungan dari k3 managemen resiko, keselamatam pasien dan sanitasi rumah sakit?

Step 4