25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan makhluk hidup yang lain. Salah satu keistimewaan yang menonjol adalah perilakunya. Meskipun semua makhluk hidup mempunyai perilaku. Namun perilaku makhluk hidup yang satu berbeda dengan yang lain (Notoatmodjo, 2010). Proses perkembangan perilaku manusia sebagian ditentukan oleh kehendaknya sendiri dan sebagian bergantung pada alam. Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan tempat terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari perilaku tersebut. Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi oleh keadaan tiga komponen tersebut. Selain itu, perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan (stimulus), baik dari dalam dirinya (internal) ataupun dari luar dirinya (eksternal). Pada hakikatnya perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inertbehavior atau 1

APLIKASI TEORI PERILAKU I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

membahas tentang teori perilaku di kelompok masyarakat secara teori dasar

Citation preview

Page 1: APLIKASI TEORI PERILAKU I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan

makhluk hidup yang lain. Salah satu keistimewaan yang menonjol adalah

perilakunya. Meskipun semua makhluk hidup mempunyai perilaku. Namun

perilaku makhluk hidup yang satu berbeda dengan yang lain (Notoatmodjo,

2010).

Proses perkembangan perilaku manusia sebagian ditentukan oleh

kehendaknya sendiri dan sebagian bergantung pada alam. Perilaku manusia

melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan tempat terjadinya

perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari perilaku tersebut.

Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi oleh keadaan tiga

komponen tersebut. Selain itu, perilaku individu tidak timbul dengan

sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan (stimulus), baik dari dalam

dirinya (internal) ataupun dari luar dirinya (eksternal). Pada hakikatnya

perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt behavior) dan

perilaku yang tidak tampak (inertbehavior atau covertbehavior) (Sunaryo,

2004). Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia

berperilaku sesuai teori perilaku. Beberapa ahli pun telah merumuskan teori

perilaku yang menggambarkan bebrapa indikasi perilaku manusia.

Dalam makalah ini, penulis menganalisis studi kasus yang ada di

masyrakat dan dikaitkan dengan teori perilaku yang menggambarkan perilaku

dalam studi kasus tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa definisi dan ruang lingkup perilaku?

1.2.2 Apa saja macam-macam teori perilaku?

1

Page 2: APLIKASI TEORI PERILAKU I

1.2.3 Bagaimana analisis keterkaitan studi kasus “Hubungan antara Kegiatan

Kampanye Anti Tembakau dengan Sikap Siswa SMP Al Syukro

Ciputat terhadap Bahaya Merokok” dengan teori perilaku?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dan ruang lingkup perilaku

1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam teori perilaku

1.3.3 Untuk mengetahui analisis keterkaitan studi kasus “Hubungan antara

Kegiatan Kampanye Anti Tembakau dengan Sikap Siswa SMP Al

Syukro Ciputat terhadap Bahaya Merokok” dengan teori perilaku

2

Page 3: APLIKASI TEORI PERILAKU I

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Perilaku

2.1.1 Perilaku

a. Definisi

Dipandang dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat sedangkan

perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara

lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya,

sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmojdo (2003)

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori Skinner ada 2 respon,

yaitu:

1. Responden respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut

eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif

tetap.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena

memperkuat respon.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam (Notoatmodjo 2007), faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain;

3

Page 4: APLIKASI TEORI PERILAKU I

a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan

sebagainya.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.1.2 Ruang Lingkup Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Bloom (1908 dalam Novia 2012) membagi perilaku manusia

dalam 3 domain. Ketika domain tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan (Domain Kognitif)

Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui penca indera manusia, yakni penciuman,

penglihatan, pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar pengalaman

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yaitu:

- Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan masyrakat

dalam mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

- Memahami, diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

mempraktikkan materi tersebut secara benar.

4

Page 5: APLIKASI TEORI PERILAKU I

- Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk emnggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya

- Analisis, diartikan sebagai kemampuan menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam

satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

- Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru

- Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

b. Sikap (Domain Afektif)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap

stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap derajat sosial. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu

pengahayatan terhadap suatu obyek. Sikap terdiri dari berbagai

tindakan:

- Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikam obyek.

- Merespon, diartikan memberikan jawaban bila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adakah

indikasi dari sikap.

- Menghargai, diartikan mengajakan orang lain, untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga

- Bertanggung jawab atas segala sesutau yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi

Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secra

langsung dapat ditanya bagaimana pendapat atau pertanyaan respon

5

Page 6: APLIKASI TEORI PERILAKU I

terhadap suatu obyek. Secara langsung dapat dilakukan dengan

pertanyaan-pertanyaan hipotesisi, kemudian ditanyakan pendapat

responden.

c. Praktik ( Domain Psikomotorik)

Suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan,

untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nayat diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain

adalah fasilitas. Selain fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari

pihak lain. Praktik mempunyai tiga tingkatan (Notoatmodjo, 2033

dalam Novia 2012), yaitu:

- Persepsi, diartikan dapat mengenal dan memilih berbagai obyek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah praktik

tingkat I

- Respon terpimpin, diartikan dapat melakukan suatu yang sesuai

dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan

indicator praktik tingkat II

- Mekanisme, diartikan apabila sesorang telah dapat melaksanakan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah

menjadi kebiasaan, maka ia telah mencapai praktik tingkat III

- Adopsi merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2 Teori perilaku

2.2.1 Teori Stimulus Organisme (SOR)

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya

perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang

nerkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber

komunikasi (sources) misalnya kredibilitas kepemimpinan, dan gaya

berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku sesorang,

kelompok, atau masyarakat.

6

Page 7: APLIKASI TEORI PERILAKU I

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada

hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Pada perubahan perilaku

tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat

diterima atau ditolak. Apabila stimulus itu tidak diterima atau pun

ditolak, berrati stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi

perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi, bila stimulus

diterima oleh organisme berrati ada perhatian dari individu dan

stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme

(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada

proses berikutnya

c. Setelah organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya

(bersikap)

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari

lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari

individu tersebut(perubahan perilaku).

2.2.2 Teori Festinger (Dissonance Theory)

Teori dissonance (Cognitive dissonance theory) diajukan oleh

Festinger (1957) telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori

ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini

berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan ketidak

seimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha

untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan

dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi ketegangan diri lagi, dan

keadaan ini disebut cossonance (keseimbangan). Dissonance

(ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua

elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud dengan elemen

kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu

7

Page 8: APLIKASI TEORI PERILAKU I

menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan

pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam diri individu

itu sendiri, maka terjadilah dissonance . Sherwood dan Borrou

menjelaskan pada suatu rumus dimana rumus tersebut mengartikan bahwa

ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan menyebabkan

perubahan perilaku dikarenakan adanya perbedaan jumlah elemen kognitif

yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang dan

sama-sama pentingnya. Hal ini menimbulkan konflik pada diri individu

tersebut.

2.2.3 Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu

bergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat

mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat

dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960)

perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan.

Yang masing-masing memiliki fungsi. Dimana masing-masing fungsi

berkeyakinan bahwa perilaku dapat menghadapi dunia luar individu, dan

senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut

kebutuhannya. Oleh sebab itu dalam kehidupan manusia perilaku itu

tampak terus menerus dan berubah secara relatif.

2.2.4 Teori Kurt Lewin

Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu

keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving

force) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu

dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan

tersebut di dalam diri seseorang.

2.2.5 Teori Kelman

Teori Kelman ada 3 cara perubahan perilaku, yaitu:

1. Karena terpaksa (compliance)

8

Page 9: APLIKASI TEORI PERILAKU I

Pada compliance ini, individu merubah perilakunya karena mengharapkan

akan:

a. Memperoleh imbalan baik materi maupun non materi

b. Memperoleh pengakuan dari kelompoknya

c. Terhindar dari hukuman

d. Tetap terpeliharanya hubungan baik dengan menganjurkan

perubahan perilaku tersebut.

2. Karena ingin meniru atau ingin dipersamakan (identification)

2.2.6 Teori Matthews

Sehubungan dengan perubahan perilaku, Matthews mengemukakan

suatu hipotesis bahwa untuk terjadinya suatu perubahan perilaku ada 3

unsur yang berpengaruh. Dimana Matthews mengemukakan bahwa

kemungkinan seseorang akan berbuat sesuatu tergantung pada hasil

perpaduan dari kemungkinan bahwa kegiatan yang dilakukan akan bisa

mencapai tujuan yang diinginkan, pentingnya tujuan tersebut menurut

yang bersangkutan, dan sarana maupun usaha yang diperlukan untuk itu.

2.3 Analisis Keterkaitan Studi Kasus “Hubungan antara Kegiatan

Kampanye Anti Tembakau dengan Sikap Siswa SMP Al Syukro Ciputat

terhadap Bahaya Merokok” Dengan Beberapa Teori Perilaku

Rokok merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit

tidak menular seperti kardiovaskuler, stroke, kanker paru, kanker mulut dan

kelainan kehamilan. Penyakit tersebut merupakan penyebab utama di dunia,

termasuk di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah China

dan India, dalam kasusu kematian akibat menghisap rokok. Populasi perokok

yang semakin meningkat akan meningkatkan pula angka kejadian kanker di

seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Eropa sukses menurunkan

angka kematian sampai 10%. Salah satu upaya yang dilakukan oleh peneliti

9

Page 10: APLIKASI TEORI PERILAKU I

dari Universitas Padjajaran Bandung ini adalah mengusulkan adanya

komunitas atau keluarga anti rokok. Dari komunitas tersebut diharapkan

menjadi gerakan sosial yangbergelombang. Tentu ini membutuhkan

kesadaran dan stimulus, baik dari Negara maupun dari individu.

Beranjak dari hal tersebut, kesadaran akan sangat berbahayanya efek

samping dari merokok semalin lama semakin disadari oleh sebagian besar

orang. Karena itulah setiap tahunnya apad bulan Mei diperingati sebagai Hari

anti Tembakau Sedunia. Selain itu pula banyak sekali muncul komunitas-

komunitas yang menyatakan dirinya anti rokok dan ingin memajukan

kesehatan negara, termasuk Indonesia.

Langkah awal dalam menyadarkan sesorang terutama bahaya merokok

adalah dimulai dari usia muda atau sekolah. Oleh karena itu, kegiatan

kampanye yang akan diangakat pada penelitian tersebut adalah kegiatan

kampanye yang diadakan di salah satu sekolah di Jakarta oleh Fakultas

Kesehatan salah satu universitas di Jakarta bekerjasama dengan pemerintah

dan LSM yang bergerak di bidang kesehatan dan anti rokok. Kampanyae

kepada siswa sekolah terutama siswa SMP dianggap sebagai cara yang efektif

karena mereka masih memiliki keinginan untuk merubah cara hidupnya kea

rah yang lebih sehat.

Kampanye yang diadakan di SMP Al Syukro ini dinamakan Kampanye

Anti Tembakau dan diadakan pada bulan Maret 2011. Kampanye ini diadakan

selama dua hari dengan mendatangkan narasumber dari berbagai pihak seperti

pihak LSM, pihak Departemen Kesehatan, sampai dengan pembicara dari

pihak sekolah. Pada kampanye ini disampaikan berbagai macam hal tentang

tembakau dan rokok, mulai dari bahaya merokok, tingkat dan jenis racun

yang ada di dalam rokok, hingga bagaimana cara berhenti merokok bagi

mereka yang sudah terlanjur menyukai rokok. Sesudah adanya kampanye

yang melibatkan semua siswa dari SMP Al Syukro tersebut, untuk

selanjutnya di sekitar sekolah dipasang juga beberapa spanduk, poster dan

10

Page 11: APLIKASI TEORI PERILAKU I

berbagai media yang bermaksud untuk tetap mengingatkan siswa mengenai

larangan untuk merokok.

Setelah dianalisis oleh peneliti, didapatkan hasil yaitu landasan dari

kampanye ini adalah persuasive yang bertujuan untuk mengubah sikap, oleh

karena peneliti merumuskan bahwa penelitian ini mengunnakan persuasi dari

Hovland, Janis dan Kelly.

Di dalam studi kasus disebutkan bahwa penelitian ini berpedoman pada

teori Intrumental Theory of Persuasion. Teori ini merupakan turunan dari

teori teori Stimulus-Organism-Respon (S-O-R). Menurut teori S-O-R ini, efek

yang ditimbulkan adalah reaksi terhadap stimulus, sehingga seorang dapat

mengharapkan dan mmperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

komunikan.

Proses Instrumental Theory of Persuasion yang menerangkan mengenai

pembentukan sikap, juga stimuli, organism dan respon. Hovland, Janis dan

Kelly dalam Tan (1981:93) mendefinisikan “Komunikasi persuasive sebagai

proses dimana komunikator mengirimkan stimuli (biasanya secara verbal)

untuk merubah sikap individu lain”.

Komunikasi persuasive adalah suatu proses dimana seorang individu

(komunikator) menstransmisikan stimulus (biasanya verbal) untuk mengubah

perilaku orang lain (komunikan) (Tan, 1981:93). Proses dari perubahan sikap

adalah serupa dengan proses belajar, dalam mempelajari sikap yang baru, ada

tiga variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut, yaitu :

a. Perhatian

b. Pengertian

c. Pemahaman

11

Page 12: APLIKASI TEORI PERILAKU I

Asumsi dasar dari penelitian ini bahwa seorang komunikator memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi komunikan melalui stimuli yang

memiliki tiga variabel yaitu faktor sumber, faktor pesan, faktor audies

menjadi perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai akibat komunikasi

persuasi ini bisa terlihat dari perubahan sikap.

Model persuasi Hovland, Janis dan Kelly (1959) ini memiliki tiga

komponen:

a. Karakteristik situasi komunikasi yang terdiri dari faktor sumber (source

factors), faktor pesaan (message factors), dan faktor audiens (audience

factors).

b. Proses semnetara (intervening process) meliputi perhatian (attention),

pemahaman (comperehension) dan penerimaan (acceptance).

12

Page 13: APLIKASI TEORI PERILAKU I

c. Respon, berupa efek-efek komunikasi yaitu perubahan sikap

(attitude change) yang terdiri dari perubahan opini (opinion change),

perubahan persepsi (perception change), perubahan afeksi (affect change)

dan perubahan tindakan (action change).

Jumlah populasi dalam penelitian ini sbanyak 338 orang dari kelas satu

sampai dengan kelas tiga dalam serangkaian kampanye ini. Berikut gambaran

penelitian yang dilakukan di SMP AL Syukro Ciputat.

Gambar 1

13

Page 14: APLIKASI TEORI PERILAKU I

Gambar 2

14

Page 15: APLIKASI TEORI PERILAKU I

Dari kedua gambar tersebut telah ditunjukkan hasil penelitian oleh

peneliti bahwa ada makna berarti antara kredibilitas komunikator dan pesan

yang disampaikan dalam perubahan perilaku meorokok. Kenyataanya,

penerimaan sesorang terhadap sebuah pesan tergantung kepada kredibilitas

sumber yang mengirimkan pesan tersebut yang dapat mempengaruhi

khalayak. Kampanye pada dasarnya juga merupakan penyampaian pesan-

pesan dari pengirirm khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan

15

Page 16: APLIKASI TEORI PERILAKU I

dalam berbagai bentuk, mulai dari poster, iklan,spanduk, baliho, pidato,

diskusi, selebaran, dan kegiatan.

16

Page 17: APLIKASI TEORI PERILAKU I

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penelitian pada studi kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

a. Kampanye yang diadakan menganut pada teori S-O-R, dimana stimulus

diberikan pada audiens dan menghasilkan suatu respon yang positif.

b. Stimulus yang dimaksud dalam penelitian adalah informasi bahaya

merokok yang didukung oleh kredibilitas komunikator dan pesan yang

menarik seperti melalui slogan, spanduk, baliho dan selebaran dalam

penyampaian kampanye bahaya merokok.

c. Organisme yang dimaksud dalam penelitian adalah siswa SMP AL Syukro

CIptuta dari kelas satu sampai dengan kelas 3, berjumlah 338 orang.

d. Respons yang dimaksud dalam penelitian adalah adanya makna yang

berarti bahwa dengan diberikannya stimulus yaitu informasi dan didukung

oleh kredibilitas komunikator serta cara penyampaian pesan tersebut dapat

dipahami oleh siswa SMP Al Syukro. Mereka lebih memahami bahaya

merokok tersebut. Respons yang ditunjukkan yaitu respon positif yaitu

mereka akan lebih paham tentang bahaya merokok dan tidak mudah

terpengaruhi pergaulan atas pengajakan untuk merokok.

17

Page 18: APLIKASI TEORI PERILAKU I

DAFTAR PUSTAKA

Emathia, Dellisia. 2012. Hubungan antara Kegiatan Kampanye Anti Tembakau dengan

Sikap siswa SMP Al Syukro CIputat terhadap Bahaya Merokok.

jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/viewFile/.../pdf_12 [serial on line] Vol 1., No. 1

(2012)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka

Cipta

Luthviatin, Novia dan dkk. 2012. Dasar-dasar Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jember: UPT Penerbitan UNEJ

18