40
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Teori Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004). Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoadmodjo, 2003). Ensiklopedi Amerika, perilaku di artikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, 2003).

teori perilaku kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teori perilaku kesehatan

Citation preview

  • 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Konsep dan Teori Perilaku

    2.1.1. Pengertian Perilaku

    Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta

    interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

    sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang

    individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon

    ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif

    (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di

    rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,

    khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif

    dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi,

    atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga

    domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah

    knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).

    Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

    yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

    Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoadmodjo, 2003).

    Ensiklopedi Amerika, perilaku di artikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme

    terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan

    untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan

    tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, 2003).

  • 9

    Kwick (1974), sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku adalah

    tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat di amati dan bahkan dapat di

    pelajari. Umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu

    dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah mahluk hidup

    (Kusmiyati dan Desminiarti,1991). Menurut penulis yang disebut perilaku manusia

    adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati

    secara langsung maupun tidak langsung.

    Di Indonesia istilah perilaku kesehatan sudah lama dikenal dalam 15 tahun

    akhir-akhir ini konsep-konsep di bidang perilaku yang berkaitan dengan kesehatan ini

    sedang berkembang dengan pesatnya, khususnya dibidang antropologi medis dan

    kesehatan masyarakat. Istilah ini dapat memberikan pengertian bahwa kita hanya

    berbicara mengenai prilaku yang secara sengaja dilakukan dalam kaitanya dengan

    kesehatan. Kenyataanya banyak sekali prilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,

    bahkan seandainya seseorang tidak mengetahuinya, atau melakukanya dengan alasan

    yang sama sekali berbeda (menurut Gochman,1988 yang dikutip Lukluk A, 2008).

    2.1.2. Proses Pembentukan Perilaku

    Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham

    Harold Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yakni :

    a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu

    H2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak

    terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan O2

    yang menimbulkan sesak nafas dan kekurangan H2O dan elektrolit yang

    menyebabkan dehidrasi.

  • 10

    b. Kebutuhan rasa aman, misalnya :

    a) Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan

    kejahatan lain.

    b) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan dan

    lain-lain.

    c) Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit

    d) Rasa aman memperoleh perlindungan hukum.

    c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :

    a) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua,

    saudara, teman, kekasih, dan lain-lain.

    b) Ingin dicintai/mencintai orang lain.

    c) Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.

    d. Kebutuhan harga diri, misalnya :

    a) Ingin dihargai dan menghargai orang lain

    b) Adanya respek atau perhatian dari orang lain

    c) Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan

    e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya :

    a) Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain

    b) Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita

    c) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha,

    kekayaan, dan lain-lain.

  • 11

    Komponen prilaku menurut Gerace & Vorp,1985 yang dikutip Lukluk A,

    (2008) dapat dilihat dalam 2 aspek perkembangan penyakit, yaitu :

    a. Perilaku mempengaruhi faktor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah

    ciri kelompok individu yang menunjuk mereka sebagai at-high-risk terhadap

    penyakit tertentu.

    b. Perilaku itu sendiri dapat berupa faktor resiko. contoh : merokok dianggab

    sebagai faktor resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun

    kanker Paru karena kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada

    perokok daripada orang yang tidak merokok.

    2.1.3. Bentuk Perilaku

    Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap

    rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis

    besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :

    a. Perilaku Pasif (respons internal)

    Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak

    dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang

    nyata.

    b. Perilaku Aktif (respons eksternal)

    Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang dapat

    diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.

  • 12

    2.1.4. Perilaku Kesehatan

    Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang

    berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan

    lingkungan. Respons atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respons yang

    masih tertutup) dan aktif (respons terbuka, tindakan yang nyata atau

    practice/psychomotor).

    Menurut Notoatmodjo (2003), rangsangan yang terkait dengan perilaku

    kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan

    kesehatan, makanan dan lingkungan.

    2.1.5. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit

    Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit

    yang bersifat respons internal (berasal dari dalam dirinya) maupun eksternal (dari luar

    dirinya), baik respons pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun aktif

    (praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku seseorang

    terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkatan-tingkatan pemberian pelayanan

    kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkatan pencegahan penyakit, yaitu:

    a. Perilaku peningkatan dan pemeliharan kesehatan (health promotion behavior)

    b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)

    c. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

    d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior)

  • 13

    2.1.6. Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan

    Perilaku ini adalah respons individu terhadap sistem pelayanan kesehatan

    modern maupun tradisional, meliputi :

    a. Respons terhadap fasilitas pelayanan kesehatan

    b. Respons terhadap cara pelayanan kesehatan

    c. Respons terhadap petugas kesehatan

    d. Respons terhadap pemberian obat-obatan

    Respons tersebut terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan

    penggunaan fasilitas, petugas maupun penggunaan obat-obatan.

    2.1.7. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan (Environmental behaviour)

    Perilaku ini adalah respons individu terhadap lingkungan sebagai determinant

    (faktor penentu) kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini sesuai lingkungan

    kesehatan lingkungan, yaitu :

    a. Perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan penggunaan air bersih

    untuk kepentingan kesehatan.

    b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor atau kotoran. Disini

    menyangkut pula hygiene, pemeliharaan, teknik dan penggunaannya.

    c. Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah, baik limbah cair maupun

    padat. Dalam hal ini termasuk sistem pembuangan sampah dan air limbah

    yang sehat dan dampak pembuangan limbah yang tidak baik.

    d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat. Rumah sehat menyangkut

    ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

    e. Perilaku terhadap pembersihan sarang-sarang vektor.

  • 14

    2.1.8. Perilaku Orang Sakit dan Perilaku Orang Sehat

    Menurut Sarwono (2004) yang dimaksud dengan perilaku sakit dan perilaku sehat

    sebagai berikut :

    Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu

    yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku sakit menurut Suchman

    adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat

    dari timbulnya gejala tertentu.

    Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan

    meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan

    diri dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.

    Penyebab perilaku Sakit Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh

    Sarwono (2004) bahwa penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :

    a. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan

    normal.

    b. Anggapan adanya gejalan serius yang dapat menimbulkan bahaya.

    c. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan

    dengan keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.

    d. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat

    dilihat.

    e. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.

    f. Adanya informasi, pengetahuan dan anggapan budaya tentang penyakit.

    g. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.

    h. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.

  • 15

    i. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti : fasilitas, tenaga,

    obat-obatan, biaya dan transportasi.

    2.1.9. Perilaku Pencegahan Penyakit

    Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi

    yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya

    dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk bentuk

    perilaku instinktif (speciesspecific behavior) yang didasari oleh kodrat untuk

    mempertahankan kehidupan. Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang

    menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya, satu stimulus dapat menimbulkan

    lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja

    menimbulkan satu respon yang sama.

    Lewin (1951,dalam buku Azwar, 2007) merumuskan suatu model hubungan

    perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan

    lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai

    nilai, sifat kpribadian dan sikap yang saling berinteraksi pula dengan faktor faktor

    lingkunga dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar

    dalam menentukan perilaku, bahkan kadang kadang kekuatannya lebih besar dari

    pada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih

    kompleks.

    Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku

    lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya

    terbatas hanya pada 3 hal yaitu :

  • 16

    1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik

    terhadap sesuatu.

    2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma norma

    subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain

    inginkan agar kita perbuat.

    3. Sikap terhadap suatu perilaku bersama normanorma subjektif membentuk suatu

    intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.

    Secara sederhana, teori ini mengatakanbahwa seseorang akan melakukan

    suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya

    bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana

    keyakinankeyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada

    normanorma subjektif dan pada kontrol perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen

    ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan

    menentukan apakah perilaku yang bersangkutan dilakukan atau tidak (Azwar, 2007).

    Menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2003), menganalisis bahwa

    perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat

    dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behaviour causer) dan faktor

    dari luar perilaku (non behaviour causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan

    atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :

    1. Faktorfaktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

    pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

    2. Faktorfaktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan

    fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

  • 17

    kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan

    sebagainya.

    3. Faktorfaktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan

    perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok

    referensi dari perilaku masyarakat.

    Di simpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

    ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang

    atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan

    perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

    memperkuat terbentuknya perilaku. Menurut Leavel dan Clark yang disebut

    pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak

    langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan

    berhubungan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi

    perilaku menghindar (Notoatmodjo, 2007).

    Tingkatan pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark ada 5 tingkatan

    yaitu (Notoatmodjo, 2007) :

    a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion).

    1) Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitas.

    2) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan.

    3) Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain pelayanan

    kesehatan reproduksi bagi remaja yang hamil diluar nikah, yang terkena

    penyakit infeksi akibat seks bebas dan Pelayanan Keluarga Berencana.

  • 18

    b. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit tertentu (Spesific Protection).

    1) Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah

    terhadap penyakit penyakit tertentu.

    2) Isolasi terhadap penyakit menular.

    3) Perlindungan terhadap keamanan kecelakaan di tempat-tempat umum dan

    ditempat kerja.

    4) Perlindungan terhadap bahanbahan yang bersifat karsinogenik, bahan-

    bahan racun maupun alergi.

    c. Menggunakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early

    Diagnosis and Promotion).

    1) Mencari kasus sedini mungkin.

    2) Melakukan pemeriksaan umum secara rutin.

    3) Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu misalnya kusta, TBC,

    kanker serviks.

    4) Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.

    5) Mencari orang-orang yang pernah berhubungan dengan penderita

    berpenyakit menular.

    6) Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.

    d. Pembatasan kecacatan (Dissability Limitation)

    1) Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjut agar terarah dan tidak

    menimbulkan komplikasi.

    2) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.

  • 19

    3) Perbaikan fasilitas kesehatan bagi pengunjung untuk dimungkinkan

    pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.

    e. Pemulihan kesehatan (Rehabilitation)

    1) Mengembangkan lembaga lembaga rehablitasi dengan mengikutsertakan

    masyarakat.

    2) Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan

    memberi dukungan moral, setidaknya bagi yang bersangkutan untuk

    bertahan.

    3) Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita

    yang telah cacat mampu mempertahankan diri.

    4) Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutannya harus tetap dilakukan

    seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

    2.2. Domain Perilaku

    2.2.1. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang

    tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

    terhadap masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan (Widodo, 2006),

    yaitu:

    1. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge)

    Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-pisah

    atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual

    pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun

  • 20

    faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) mencakup

    pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non

    verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific

    details and element) mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan

    informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.

    2. Pengetahuan Konseptual

    Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar

    dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama - sama.

    Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang

    implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu

    pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan

    generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan sruktur.

    3. Pengetahuan Prosedural

    Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin

    maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau

    tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.

    4. Pengetahuan Metakognitif

    Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan

    tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa

    seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan

    semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka

    mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.

  • 21

    Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu:

    1. Menghafal (Remember)

    Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.

    Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk

    mengkondisikan agar mengingat bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas

    mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan

    bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam

    proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

    2. Memahami (Understand)

    Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki,

    mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau

    mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam

    pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan

    konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh

    proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying),

    mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi

    (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

    3. Mengaplikasikan (Applying)

    Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau

    mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan

    prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan

    prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan

    (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

  • 22

    4. Menganalisis (Analyzing)

    Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan

    bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga

    macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating),

    mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).

    5. Mengevaluasi

    Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua

    macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan

    mengritik (critiquing).

    6. Membuat (create)

    Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam

    proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating),

    merencanakan (planning), dan memproduksi (producing) (Widodo,2006).

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

    yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

    responden (Notoatmodjo, 2007).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:

    1. Pendidikan

    Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang

    lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin

    tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima

    informasi dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki.

  • 23

    2. Pekerjaan

    Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

    dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

    3. Umur

    Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

    fisik dan psikologis (mental), dimana pada asfek psikologi ini, taraf berpikir

    seseorang semakin matang dan dewasa.

    4. Minat

    Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

    terhadap seseuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni

    suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.

    5. Pengalaman

    Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik

    dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman

    mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang

    melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.

    6. Informasi

    Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu

    mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahid,

    2007)

    1) Cara Memperoleh Pengetahuan

    Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran

    pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

  • 24

    1. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

    Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

    pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode penemuan secara

    sistematik dan logis. Cara cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain

    meliputi:

    a. Cara Coba-Salah (Trial and Error)

    Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam

    memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau dengan kata yang

    lebih dikenal trial and error. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya

    peradaban. Cara coba coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

    memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

    kemungkinan lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali

    dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

    kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

    Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah)

    atau metode coba salah/coba coba.

    Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk

    memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih

    sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara

    tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

    b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

    Dalam kehidupan manusia sehari hari, banyak sekali kebiasaan kebiasaan

    dan tradisi tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang

  • 25

    dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan kebiasaan ini biasanya diwariskan

    turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada

    upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui

    harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telor, dan sebagainya.

    Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,

    melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah

    diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan

    tersebut dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal maupun

    informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain,

    pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaaan, baik

    tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu

    pengetahuan.

    c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

    Pengalaman adalah guru terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini

    mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau

    pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

    Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

    pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

    diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

    Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang

    dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula

    menggunakan cara tersebut. Tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak

  • 26

    akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat

    berhasil memecahkannya.

    d. Melalui Jalan Pikiran

    Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir

    manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya

    dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

    pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

    maupun deduksi.

    Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran

    secara tidak langsung melalui pernyataan pernyataan yang dikemukakan, kemudian

    dicari hubungannya sehingga dapat dibuat kesimpulan. Apabila proses pembuatan

    kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan

    induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan

    pernyataan umum kepada yang khusus.

    2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

    Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

    sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih

    popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula mula

    dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang

    mengembangkan metode berpikir induktif. Mulamula ia mengadakan pengamatan

    langsung terhadap gejalagejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil

    pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil

    kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh

  • 27

    Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam

    memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan

    membuat pencatatan pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek

    yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni:

    a. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat

    dilakukan pengamatan.

    b. Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat

    dilakukan pengamatan.

    c. Gejala gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala gejala yang

    berubah ubah pada kondisi kondisi tertentu.

    Berdasarkan hasil pencatatan pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri ciri

    atau unsur unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut

    dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi. Prinsip prinsip umum

    yang dikembangkan oleh Bacon ini kemudian dijadikan dasar untuk

    mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan

    penggabungan antara proses berpikir deduktif induktif verivikatif seperti

    dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melalukan penelitian,

    yang dewasa ini dikenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research

    method) (Notoatmodjo, 2005).

    Proses adopsi perilaku, menurut Rogers (1974), sebelum seseorang

    mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan

    (akronim AIETA), yaitu :

    a) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.

  • 28

    b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus

    c) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang

    baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek

    sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi.

    d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.

    e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap

    dan kesadarannya terhadap stimulus.

    2.2.2. Sikap (Attitude)

    Menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang

    masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga

    merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan

    motif tertentu.

    Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun pendangan

    seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin

    terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.

    Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

    1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

    stimulus yang diberikan (objek).

    2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

    3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

    mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

  • 29

    4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

    telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

    Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :

    a. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui

    terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada

    b. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang

    berlaku dimana individu itu berada.

    Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

    1. Sebagai alat untuk menyesuaikan.

    Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang

    mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa

    menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan kelompok

    lainnya.

    2. Sebagai alat pengatur tingkah laku.

    Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada.

    Perangsang pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat

    adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu.

    3. Sebagai alat pengatur pengalaman.

    Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara aktif. Artinya semua

    berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia

    memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua

    pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.

    4. Sebagai pernyataan kepribadian.

  • 30

    Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak

    pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat

    sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang

    tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2005).

    Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu,

    tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan

    manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan

    turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek-objek sikapnya. Adanya sikap

    akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat

    dibedakan menjadi :

    a. Sikap Sosial

    Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang-

    ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya

    oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.

    b. Sikap Individu

    Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual

    berkenaan dengan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat pribadi

    diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentukkecenderungan untuk

    bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluativ yaitu suatu respon

    yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.

    Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu :

    1. Selalu ada objeknya

    2. Biasanya bersifat evaluative

  • 31

    3. Relatif mantap

    4. Dapat dirubah

    Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

    stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

    reaksi terhadap stimulus tertentu. Menurut Allpon (1954), bahwa sikap itu

    mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

    1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

    2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

    3. Kecenderungan untuk bertindak

    Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh (Total Attitude),

    dalam penentuanberpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap

    adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang

    lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap

    tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu

    tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2003).

    Pengukuran sikap dapat dilakuan secara langsung atau tidak langsung, melalui

    pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung

    dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.

    Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,

    baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat

    langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

    tertutup tersbeut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons

  • 32

    terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespons,

    menghargai dan bertanggung jawab.

    2.1.3. Praktik atau Tindakan

    Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata.

    Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata

    atau terbuka (Notoatmodjo, 2003).

    Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan

    itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk

    perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah

    laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu

    kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum

    otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu

    tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang

    memungkinkan (Ahmadi, 2003).

    Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari

    tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh

    suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak

    ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

    Secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak

    pula dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki hubungan yang sistematis.

    Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek

    (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena

    itu disebut juga over behavior.

  • 33

    Menurut Notoatmodjo (2005), empat tingkatan tindakan adalah :

    1. Persepsi (Perception), Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan

    dengan tindakan yang diambil.

    2. Respon terpimpin (Guided Response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

    urutan yang benar.

    3. Mekanisme (Mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

    dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

    4. Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

    berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

    mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

    Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2002), faktor-faktor yang

    merupakan penyebab perilaku menurut Green dipengaruhi oleh tiga faktor yaotu

    faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkanaan dengan

    motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung (enabling)

    perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang

    memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor penguat

    seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain-lain.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

    kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya

    dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,

    sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung

    dan memperkuat terbentuknya perilaku.

  • 34

    Seperti halnya pengetahuan dan sikap, praktik juga memiliki tingkatan-

    tingkatan, yaitu :

    a) Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan tindakan

    yang akan dilakukan.

    b) Respons terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan

    yang benar sesuai contoh.

    c) Mekanisme, individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

    atau sudah menjadi kebiasaan.

    d) Adaptasi, adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi

    tanpa mengurangi kebenaran.

    2.3. Konsep Penyakit TB Paru

    2.3.1. Definisi Tuberkulosis

    Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

    TB Paru (Mycobacterium TB Paru). Sebagian besar kuman TB Paru menyerang paru,

    tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang,

    mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu

    disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar

    matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap

    dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama

    beberapa tahun (Depkes RI, 2008).

    2.3.2. Epidemiologi Tuberkulosis

    Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia

    ini. Pada tahun 1993 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan

  • 35

    tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan

    bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta

    adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah

    terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB

    terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila

    dilihat dari jumlah pendduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika

    hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.

    Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta

    setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar

    kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka

    mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat

    di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi

    mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.

    Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita

    baru TB Paru dengan kematian 3 juta orang (WHO, Treatment of TB Paru,

    Guidelines for National Programmes, 1997). Di negara-negara berkembang kematian

    TB Paru merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah.

    Diperkirakan 95% penderita TB Paru berada di negara berkembang, 75% penderita

    TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun (Depkes RI, 2002).

    Penelitian Heryanto ,dkk (2001) di Kabupaten Bandung menemukan Karakteristik

    kasus kematian penderita TB paru hampir tersebar pada semua kelompok umur,

    paling banyak pada kelompok usia 20-49 tahun (58,3%) yang merupakan usia

    produktif dan usia angkatan kerja. Proporsi menurut jenis kelamin, laki-laki (54,5%)

  • 36

    dan perempuan (45,5%). Sebagian besar tidak bekerja (34,9%) dan berpendidikan

    rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD) sebesar 62,9% .

    2.3.3. Kuman dan Cara Penularan Tuberkulosis

    Kuman, Mycobacterium tuberculosis sebagai kuman penyebab Tuberkulosis

    Para ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882, adalah suatu basil

    yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan

    Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang bersifat aerob,

    panjangnya 1-4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Kuman akan tumbuh

    optimal pada suhu sekitar 37C yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh

    manusia, basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan dalam

    ruangan yang gelap dan lembab, dan cepat mati terkena sinar matahari langsung

    (sinar ultraviolet), dalam jaringan tubuh kuman ini bersifat dormant (tertidur lama)

    selama beberapa tahun dan dapat kembali aktif jika mekanisme pertahanan tubuh

    lemah (Alsagaff, 2005).

    Kuman TB Paru bersifat aerob dan lambat tumbuh (Holt, 1994). Suhu

    optimum pertumbuhannya 37-38oC. Kuman TB Paru cepat mati pada paparan sinar

    matahari langsung tapi dapat bertahan beberapa jam pada tempat yang gelap dan

    lembab serta dapat bertahan hidup 8-10 hari pada sputum kering yang melekat pada

    debu (Depkes RI, 2002).

    Sumber infeksi yang terpenting adalah dahak penderita TB Paru Positif.

    Penularan terjadi melalui percikan dahak (droplet Infection) saat penderita batuk,

    berbicara atau meludah (Soediman, 1995). Kuman TB Paru dari percikan tersebut

    melayang di udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk kedalam sistem respirasi

  • 37

    dan selanjutnya dapat menyebabkan penyakit pada penderita yang menghirupnya.

    Dengan demikian penyakit ini sangat erat kaitanya dengan lingkungan, penyakit TB

    Paru dapat terjadi akibat dari komponen lingkungan yang tidak seimbang

    (pencemaran udara). Masalah pencemaran udara di permukaan bumi sudah ada sejak

    zaman pembentukan bumi itu sendiri. Namun dampak bagi kesehatan manusia, tentu

    dimulai sejak manusia pertama itu terbentuk. Udara adalah salah satu media transmisi

    penularan TB Paru dimana manusia memerlukan oksigen untuk kehidupan. Jadi jika

    seorang penderita TB Paru positif membuang dahak di sembarang tempat, maka

    kuman TB dalam jumlah besar berada di udara ( Achmadi U F, 2011).

    Kuman TB Paru dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh dan lebih memilih

    bagian tubuh dengan kadar oksigen tinggi. Paru-paru merupakan tempat predileksi

    utama kuman TB Paru. Gambaran TB Paru pada paru yang dapat di jumpai adalah

    kavitasi, fibrosis, pneumonia progresif dan TB Paru endobronkhial. Sedangkan

    bagian tubuh ekstra paru yang sering terkena TB Paru adalah pleura, kelenjar getah

    bening, susunan saraf pusat, abdomen dan tulang (WHO, 2002).

    Kemungkinan suatu infeksi berkembang menjadi penyakit, tergantung pada

    konsentrasi kuman yang terhirup dan daya tahan tubuh (Depkes RI, 2002). Sumber

    penularan adalah pasien TB Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien

    menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali

    batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi

    dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi

    dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat

    membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan

  • 38

    yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya

    kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil

    pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan

    seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan

    lamanya menghirup udara tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan

    dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan

    kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.

    Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

    Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi TB selama satu

    tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

    terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB

    dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.

    2.3.4 Diagnosa TBC (Tuberkulosis) Paru

    Diagnosa penyakit TBC Paru dapat dilakukan dengan cara :

    1.Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

    2. Pemeriksaan Foto Toraks

    1. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

    Penemuan basil tahan asam (BTA) merupakan suatu alat penentu yang arnat

    penting dalam diagnosis Tuberkulosis Paru. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa

    dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara

    mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen

    hasilnya positif (Depkes RI, 2002).

  • 39

    Tujuan pemeriksaan dahak adalah untuk menegakkan diagnosis dan

    menentukan klasifikasi/tipe penyakit, menilai kemajuan pengobatan dan untuk

    menentukan tingkat penularan. Pemeriksaan dilakukan pada penderita Tuberkulosis

    Paru dan suspek Tuberkulosis.

    Pengambilan spesimen dahak yaitu : (Depkes RI, 2002)

    a. S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek datang berkunjung pertarma

    kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan

    dahak hari kedua.

    b. P (Pagi) : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah

    bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK (Unit

    Pelayanan Kesehatan).

    c. S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan

    dahak pagi.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, Tuberkulosis Paru dibagi dalam :

    a. Tuberkulosis Paru BTA Positif

    i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif.

    ii. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif dan foto rontgen dada

    menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

    b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif

    Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Negatif dan foto rontgen

    dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif ditentukan oleh dokter, selanjutnya

    dibagi menjadi bentuk berat dan ringan tergantung pada gambaran luas kerusakan

    paru pada foto rontgen dan melihat kepada keadaan penderita yang buruk. Penentuan

  • 40

    klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan

    OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.

    2. Pemeriksaan Foto Toraks

    Tidak dibenarkan mendiagnosa penyakit TB Paru hanya dengan berdasarkan

    foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB

    Paru (Dinkes Provinsi SU, 2007). Indikasi pemeriksaan foto toraks adalah sebagai

    berikut :

    1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

    2. Mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan

    khusus (Dinkes Provinsi SU, 2007).

    2.3.5 Gejala TBC (Tuberkulosis) Paru

    Gambaran klinik Tuberkulosis paru, (Faizal, 1992).

    1. Batuk

    Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau, lebih.

    Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus dan

    terjadi iritasi. Akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi

    produktif yang berguna untuk membuang produk-produk ekskresi

    peradangan.

    2. Dahak

    Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,

    kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hijau sampai

    purulen dan kemudian dapat bercampur dengan darah.

  • 41

    3. Batuk darah

    Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-

    bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang

    sangat banyak. Kehilangan darah yang banyak kadang akan mengakibatkan

    kematian yang cepat.

    4. Sesak Nafas

    Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru

    yang cukup luas atau pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai

    komplikasi tuberkulosis paru.

    5. Nyeri Dada

    Nyeri kadang berupa, nyeri menetap yang ringan. Kadang-kadang

    lebih sakit sewaktu menarik nafas dalam. Bisa juga disebabkan regangan otot

    karena batuk.

    2.3.6 Tipe Penderita TBC (Tuberculosis) Paru

    Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada

    beberapa tipe penderita yaitu ; (Depkes RI, 2002)

    a. Kasus Baru

    Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

    menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

    b. Kambuh (Relaps)

    Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

    tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat

    dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

  • 42

    c. Pindahan (Transfer In)

    Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain

    dan kemudian pindah berobat ke kabupaten tersebut. Penderita pindahan

    tersebut harus membawa Surat rujukan/pindah (Form TB. 09).

    d. Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)

    Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2

    bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita

    tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

    e. Lain-lain

    1). Gagal

    Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

    positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih.

    2). Kasus Kroni

    Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai

    pengobatan ulang kategori 2 (Faizal, dkk., 1992).

    2.3.7 Riwayat Terjadinya Tuberkulosis.

    1. Infeksi Primer

    Tuberkulosis paru primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil

    tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pemah mempunyai kekebalan yang

    spesifik terhadap basil tersebut. Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan

    kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati

    sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus

    dan menetap disana.

  • 43

    Kelanjutan dari infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk

    dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya

    tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis.

    Meskipun demikian, ada beberapa, kuman akan menetap sebagai kuman persisten

    atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan

    perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan

    menjadi penderita tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai

    terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar 6 bulan (Depkes RI, 2002).

    2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC)

    Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun

    sesudah tuberkulosis primer. Infeksi dapat berasal dari luar (eksogen) yaitu infeksi

    ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis, infeksi dari dalam (endogeny

    yaitu infeksi berasal dari basil yang sudah ada dalam tubuh, merupakan proses lama

    yang pada mulanya, tenang dan oleh suatu keadaan menjadi aktif kembali, misalnya

    karena daya, tahan tubuh yang menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang

    buruk (Depkes RI, 2002).

    2.3.8 Faktor Determinan Penyakit Tuberkulosis

    1. Host

    a. Umur

    Sebagian besar masuknya TB pada anak tidak menimbulkan penyakit tetapi

    tetap tinggal dalam paru sampai anak menjadi dewasa. Pada negara berkembang

    cenderung terjadi pada kelompok umur produktif (15-50 tahun), hal ini disebabkan

  • 44

    karena orang pada usia produktif mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga untuk

    terpapar kuman Tuberkulosis lebih besar (Crofton, 2002).

    b. Jenis Kelamin

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung terkena

    TB Paru dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki mobilitas

    yang tinggi, selain itu adanya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat

    menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena TB Paru (Crofton, 2002).

    c. Nutrisi dan Sosial Ekonomi

    Keadaan malnutrisi akan mempermudah terjadinya penyakit TB Paru

    Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada

    orang dewasa maupun anak-anak (Crofton, 2002).

    d. Faktor Toksik

    Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan

    tubuh, selain itu obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan juga dapat

    menurunkan kekebalan tubuh (Crofton, 2002).

    e. Penyakit lain

    Pada beberapa negara, infeksi HIV/AIDS Sering ditemukan bersamaan dengan

    penyakit Tuberkulosis. Hal ini disebabkan karena rusaknya sistem pertahanan tubuh

    (Crofton, 2002).

    2. Agent

    Tuberkulosis Paru disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Untuk

    dapat mempengaruhi seseorang menjadi sakit tergantung dari :

    1. Jumlah basil sebagai penyebab infeksi yang mencukupi.

  • 45

    2. Virulensi yang tinggi dari basil Tuberkulosis.

    3. Lingkungan

    Lingkungan yang buruk, misalnya pemukiman yang padat dan kumuh, rumah

    yang lembab, gelap dan kamar tanpa ventilasi serta Lingkungan kerja yang jelek akan

    mempermudah penularan infeksi TB Paru.

    2.3.9. Pengobatan Tuberkulosis

    Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan penderita,

    mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan.

    Adapun jenis dan Dosis OAT adalah sebagai berikut:

    1. Isoniasid (H)

    Dikenal dengan INH, bersifat baktearisid, dapat membunuh 90% populasi

    kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap

    kuman dalam keadaan metabolic akti, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis

    harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali

    seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.

    2. Rifampisin (R)

    Bersifat baktearisid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang

    tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk

    pengobatan harian maupun intermitten 3 kali seminggu.

    3. Pirasinamid (Z)

    Bersifat bakteriasid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan

    untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.

  • 46

    Penderitaberumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk berumur

    60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.

    4. Etambutol (E)

    Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB

    sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg

    BB.

    Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari bebrapa jenis, dalam

    jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk

    kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan

    sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang

    digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC

    akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin kepatuhan

    penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung

    (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

    Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.

    Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung

    untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila

    pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular

    menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TBC

    BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pada

    tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka

    waktu yang lebih lama (Depkes RI, 2000).

  • 47

    2.4. Kerangka Konsep

    Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian maka kerangka konsepsional dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Pencegahan Penularan TB Paru pada keluarga

    Karakteristik Penderita TB Paru Positif :

    Umur Pekerjaan Pendidikan Pengetahuan Sikap