30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012). Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang yang belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari seseorang disertai dengan tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2011). Perilaku kesehatan (health behavior) merupakan suatu respons seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan seperti penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup, maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi sehingga perlu adanya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakupi pencegahan atau melindungi diri dari penyakit, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yakni perilaku orang yang sehat agar tetap sehat serta perilaku orang yang sakit untuk memperoleh penyembuhan. (Notoatmodjo, 2014). Menurut Notoatmodjo (2014), perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga : a. Perilaku hidup sehat (healthy life style) Merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Oleh sebab itu, perilaku ini secara rinci mencakup tindakan atau perilaku: 1. Mencegah dari sakit, kecelakaan dan masalah kesehatan yang lain (preventif). 2. Meningkatkan derajat kesehatannya (promotif), yakni perilaku-perilaku yang terkait dengan peningkatan kesehatan. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Kesehatan

2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan

Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu

stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012). Perilaku dibedakan

menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt

behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang yang belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari

seseorang disertai dengan tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas

dan mudah (Fitriani, 2011).

Perilaku kesehatan (health behavior) merupakan suatu respons seseorang

terhadap objek yang berkaitan dengan penyakit serta faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan seperti penggunaan pelayanan kesehatan, pola

hidup, maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi sehingga perlu adanya

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakupi

pencegahan atau melindungi diri dari penyakit, meningkatkan kesehatan, dan

mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Oleh sebab itu

perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yakni

perilaku orang yang sehat agar tetap sehat serta perilaku orang yang sakit untuk

memperoleh penyembuhan. (Notoatmodjo, 2014).

Menurut Notoatmodjo (2014), perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi

tiga :

a. Perilaku hidup sehat (healthy life style)

Merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya mempertahankan

dan meningkatkan kesehatan. Oleh sebab itu, perilaku ini secara rinci mencakup

tindakan atau perilaku:

1. Mencegah dari sakit, kecelakaan dan masalah kesehatan yang lain

(preventif).

2. Meningkatkan derajat kesehatannya (promotif), yakni perilaku-perilaku

yang terkait dengan peningkatan kesehatan.

5

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

6

Perilaku orang sehat supaya tetap sehat (terhindar dari penyakit) dan bahkan

lebih meningkat kesehatannya yaitu perlu dengan usaha-usaha untuk

meningkatkan kesehatan dengan gaya hidup sehat yang meliputi makan dengan

menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, istrahat yang cukup, menjaga

perilaku yang positif bagi kesehatan (Notoatmodjo, 2014).

b. Perilaku sakit (illness behavior)

Merupakan terkait dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit untuk

mencari penyembuhan. Pada saat orang sakit, ada beberapa tindakan atau

perilaku yang muncul, antara lain:

1. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan, tetap

menjalankan kegiatan sehari-hari.

2. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment

atau self medication). Pengobatan sendiri ada 2 cara yaitu cara tradisional

(minum jamu, obat gosok, dan sebagainya) serta cara modern misalnya

minum obat yang dibeli di toko obat atau apotek.

3. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar, yakni fasilitas pelayanan

kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yaitu fasilitas pelayanan kesehatan

tradisional (dukun atau paranormal) serta fasilitas atau pelayanan kesehatan

modern atau profesional (puskesmas, poliklinik, dokter, rumah sakit, dan

sebagainya) (Notoatmodjo, 2014).

3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Merupakan orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles) yang mencakup

hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Menurut

Becker hak dan kewajiban orang yang sedang sakit merupakan perilaku peran

orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit antara lain:

1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

2. Tindakan untuk mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh

kesembuhan.

3. Melakukan kewajibannya sebagai pasien yaitu mematuhi nasihat-nasihat

dokter untuk mempercepat kesembuhannya.

4. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya.

5. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya (Notoatmodjo, 2014).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

7

2.1.2 Determinan Perilaku Kesehatan

Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku kesehatan manusia dipengaruhi

oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor non

perilaku (non behavior causes) (Badan Pusat Statistik, 2008). Faktor perilaku

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya

suatu perilaku. Yang termasuk faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan lain-lain.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang merupakan sarana dan

prasarana untuk berlangsungnya suatu perilaku. Yang merupakan faktor

pemungkin misalnya lingkungan fisik, sarana, prasarana, dan ketersediaan

fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya suatu

perilaku. Yang merupakan faktor pendorong dalam hal ini adalah keluarga,

masyarakat, petugas kesehatan maupun petugas kesehatan yang lain dalam

upaya mempromosikan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2014).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Definisi

Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian serta

persepsi terhadap suatu objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indera pendengaran (telinga) serta indera penglihatan (mata).

(Notoatmodjo, 2014).

Penelitian Rongers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :

1. Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

8

2. Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus objek tersebut.

3. Evaluasi (evaluation) menimbang baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Mencoba (trial) dimana subyek telah mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

yang dikehendaki stimulus.

5. Adopsi (adaptation) dimana objek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan (Mubarak, 2007)

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkatan

pengetahuan, yakni:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai memanggil (recall) memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu. Tingkat ini mengingat kembali terhadap sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari ataupun rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah (Notoatmodjo, 2014).

2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Orang yang telah paham

terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari

(Notoatmodjo, 2014).

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui. Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-

rumus, metode-metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain

(Notoatmodjo, 2014).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi

atau obyek kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

9

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis apabila seseorang

dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram

(bagan) terhadap pengetahuan terhadap objek tersebut (Notoatmodjo, 2014).

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada

(Notoatmodjo, 2014).

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-

norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2014).

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu:

1. Pendidikan

Suatu pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang.

Tingkat pendidikan dan pengetahuan individu sangat mempengaruhi terlaksananya

sebuah kegiatan yang diperoleh baik pendidikan formal maupun non formal

(Notoatmodjo, 2012). Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah

pendidikan dan status ekonomi.

Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir

(Stuart, 2006). Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir

rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah.

2. Pekerjaan.

Menurut Notoatmodjo (2011), pekerjaan adalah suatu aktivitas seseorang

untuk memperoleh penghasilan, guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

dalam memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang bekerja dengan tujuan untuk

mencapai suatu keadaan yang lebih dari keadaan sebelumnya. Dengan bekerja

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

10

seseorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat, dan memperoleh

berbagai pengetahuan.

3. Media massa/sumber informasi

Sebagai sarana komunikasi dengan berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukkan opini dan kepercayaan orang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan

fisik, biologis, maupun sosial.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2014).

2.2.4 Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan alat

tes/kuesioner terkait objek pengetahuan yang akan diukur. Selanjutnya, dilakukan

penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai

1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2003).

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban

dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnya

berupa presentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan :

P = Persentasi

P = f n

x 100%

f = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah

dipilih responden atas pernyataan yang diajukan.

n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden

selaku peneliti.

100% = bilangan genap (Serbaguna, 2008).

Variabel pengetahuan yang dilihat berdasarkan penggunaan obat rasional

meliputi indikasi, dosis, efek samping, penyimpanan, dampak penggunaan serta

cara memperoleh antibiotika amoksisilin (Kemenkes, 2011).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

11

2.2.5 Cara Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan yang dikemukakan oleh Bloom dan Skinner dalam

Evin (2009), yaitu dengan cara individu mengungkapkan kata-kata yang diketahui

dalam bentuk jawaban baik secara lisan maupun tulisan. Bukti atau jawaban

tersebut merupakan reaksi dari suatu rangsangan berupa pertanyaan baik secara

lisan maupun tulisan.

Pertanyaan yang dapat digunakan untuk menilai pengetahuan secara umum

dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain :

1) Pertanyaan subyektif berupa jenis pertanyaan essai

Hal ini karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari

penilaian, sehingga nilainya akan beda dari seorang penilai dibandingkan dengan

yang lain dari suatu waktu ke waktu yang lain.

2) Pertanyaan obyektif berupa pertanyaan pilihan berganda dan benar salah.

Hal ini karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti tanpa

melibatkan faktor subjektivitas dari penilai.

Dari kedua pertanyaan tersebut, penilaian objektif khususnya dengan pilihan

berganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur pengetahuan karena lebih

mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai

(Evin, 2009).

2.2.6 Kategori Pengetahuan

Menurut Wawan, A. (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

Tabel 2. 1 Kategori Pengetahuan (Arikunto, 2010)

No. Tabel Kategori Keterangan

1. Baik Bila subyek mampu menjawab dengan benar

76%-100% dari seluruh pertanyaan.

2. Cukup Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan.

3. Kurang Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh pertanyaan.

4 Tidak Baik Bila subyek mampu menjawa dengan benar <40% dari seluruh pertanyaan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

12

Stimulus rangsangan

Proses Stimulus Reaksi Tingkah Laku (terbuka)

Sikap (tertutup)

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek, manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup,

sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial (Notaoatmodjo, 2007).

Secara garis sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang dipelajari),

komponen perilaku (berpengaruh terhadap respon sesuai atau tidak sesuai), dan

komponen emosi (menimbulkan respon-respon yang konsisten) (Wawan & Dewi,

2011). Berikut akan disajikan skema terbentuknya sikap dan reaksi.

Gambar 2.1 Skema Alur Sikap dan Reaksi (Wawan & Dewi, 2011)

2.3.2 Tingkatan Sikap

Sikap dibagi dalam 4 tingkat sikap berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:

a) Menerima : seseorang mau dan memperhatikan rangsangan yang

diberikan.

b) Merespons : memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau

objek yang dihadai.

c) Menghargai : tingkatan selanjutnya dari sikap adalah menghargai.

Menghargai berarti seseorang dapat menerima ide dari orang lain yang

mungkin saja berbeda dengan idenya sendiri, kemudian dari kedua ide

yang berbeda tersebut didiskusikan bersama antara kedua orang yang

mengajukan ide tersebut.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

13

d) Bertanggungjawab : mampu bertanggungjawab atas sesuatu yang di telah

pilih merupakan tingkatan sikap yang tertinggi (Fitriani, 2011)

2.3.3 Fungsi Sikap

Sikap terbagi menjadi 4 fungsi yaitu sebagai berikut:

a Fungsi instrumental atau fungsi manfaat atau fungsi penyesuaian

Disebut fungsi manfaat karena sikap dapat membantu mengetahui sejauh

mana manfaat objek sikap dalam pencapaian tujuan. Dengan sikap yang

diambil oleh seseorang, orang dapat menyesuaikan diri dengan baik

terhadap lingkungan sekitar, disini sikap berfungsi untuk penyesuaian.

b Fungsi pertahanan ego

Sikap tertentu diambil seseorang ketika keadaan dirinya atau egonya

merasa terancam. Seseorang mengambil sikap tertentu untuk

mempertahankan egonya.

c Fungsi ekspresi nilai

Pengambilan sikap tertentu terhadap nilai tertentu akan menunjukkan

sistem nilai yang ada pada diri individu yang bersangkutan.

d Fungsi pengetahuan

Jika seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, itu berarti

menunjukkan orang tersebut mempunyai pengetahuan terhadap objek

sikap yang bersangkutan (Wawan & Dewi, 2011).

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah sebagai berikut:

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat agar dapat

dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap yang baik. Sikap akan lebih

mudah terbentuk jika pengalaman pribadi yang terjadi melibatkan faktor

emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan orang yang

dianggapnya penting karena dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggapnya penting tersebut.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

14

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya sehingga kebudayaan yang dianut menjadi salah satu faktor

penentu pembentukan sikap seseorang.

d. Media massa

Media massa yang harusnya disampaikan secara objektif cenderung

dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga berpengaruh juga terhadap sikap

konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama

sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep ini akan ikut

mempengaruhi pembentukan sikap.

f. Faktor emosional

Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi sebagai bentuk

pertahanan egonya (Wawan & Dewi, 2011).

2.3.5 Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden

terhadap suatu obyek. Misalnya, juga dapat dilakukan dengan cara memberikan

pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-

pernyataan obyek tertentu, dengan menggunakan skala Likert (Method of

Summateds Ratings) (Notoatmodjo, 2005).

Skala likert merupakan metode sederhana dibandingkan dengan skala

Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point yang disederhanakan menjadi

2 kelompok yaitu favorable dan yang unfavorable. Masing-masing responden

diminta melakukan agreement atau disagreement untuk masing-masing item dalam

skala yang terdiri dari 4 point (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak

setuju). Semua item yang favorable kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu

untuk jawaban sangat setuju nilainya 4, sedangkan jawaban sangat tidak setuju

nilainya 1. Sebaliknya Item unfavorable, nilai untuk jawaban sangat setuju adalah

1, sedangkan jawaban untuk sangat tidak setuju diberi nilai 4 (Riyanto, 2011).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

15

c

Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert

adalah skor-T, yaitu :

Keterangan :

T=50+10[ X– s̅ ]

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

�̅ = mean skor kelompok

s = deviasi standar skor kelompok

Dimana:

X ( X– s̅) J

(n–1)

Keterangan :

X = skor responden

�̅ = nilai rata-

rata n = jumlah

sampel

Untuk menentukan skor sikap responden secara keseluruhan digunakan

pedoman sebagai berikut:

Sikap positif (favorabel) : T ≥ Mean T

Sikap negatif (Unfavorabel) : T ≤ Mean T

Keterangan :

Nilai T = nilai dari T skor

Mean T = mean dari T skor (Riyanto Agus, 2017)

Variabel sikap yang dilihat berdasarkan penggunaan obat rasional yang

meliputi indikasi,dosis, efek samping, penyimpanan, dampak penggunaan serta

cara memperoleh antibiotika amoksisilin (Kemenkes, 2011).

2.4 Kepatuhan Minum Obat

2.4.1 Pengertian

Kepatuhan adalah taat mengikuti suatu rangkaian tindakan yang dianjurkan

oleh tenaga kesehatan pada seseorang (Albery, 2011). Dalam pengertian lain

disebutkan dalam Supadmi (2012) bahwa kepatuhan merupakan tingkat kepatuhan

pasien sesuai dengan ketentuan yang disarankan oleh tenaga kesehatan profesional.

S =

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

16

Kepatuhan minum obat diartikan sebagai perilaku pasien yang mentaati

semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga medis dalam

mengkonsumsi obat, meliputi tepat indikasi, tepat dosis, tepat penyimpanan obat

dan tepat cara memperoleh obat (Oktaviani, 2011).

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan yang disebutkan oleh

Carpenito (2013) diantaranya, yaitu:

a. Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika salah paham tentang instruksi

yang diberikan padanya.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan, lewat tahapan-

tahapan tertentu semakin tua umur maka proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, dengan demikian dapat disimpulkan faktor umur akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami

puncaknya pada umur-umur tertentu dan akan menurun kemampuan

penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut.

c. Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

keluarga atau teman merupakan faktor penting dalam meningkatkan

kepatuhan.

Angka kejadian kepatuhan berobat sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor antara lain frekuensi pemberian obat, daya ingat pasien, informasi, serta

interaksi antara dokter dan pasien. Beberapa peneliti melaporkan adanya hubungan

erat antara kepatuhan pasien berobat dengan beberapa faktor lainnya seperti

hubungan antara dokter dengan pasien, lupa, dan jenis antibiotik yang dipakai

(Wibowo & Soepardi, 2008).

2.4.3 Faktor-Faktor Ketidakpatuhan

Menurut Siregar (2006), beberapa faktor ketidakpatuhan pasien terhadap

pengobatan, sebagai berikut:

a. Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan membuat pasien

tidak patuh akibat kurang mengerti tentang pentingnya manfaat terapi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

17

obat dan akibat yang mungkin jika obat tidak digunakan sesuai dengan

indikasi.

b. Pasien yang tidak mengerti tentang pentingnya mengikuti aturan

pengobatan yang ditetapkan.

c. Mahalnya harga obat membuat pasien tidak mematuhi instruksi

penggunaan serta penghentian penggunaan sebelum waktunya sebagai

alasan untuk tidak menebus resep.

d. Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga yang bertanggung jawab

atas pembelian serta pemberian obat.

e. Efek samping obat yang membuat pasien tidak ingin mengkonsumsi obat,

misalnya mual muntah, memungkinkan menghindar dari kepatuhan.

f. Penggunaan atau konsumsi obat yang disebabkan kuantitas obat yang

salah disebabkan pengukuran obat yang tidak benar atau penggunaan alat

ukur yang tidak tepat padahal pasien bermaksud secara penuh mematuhi

instruksi (Siregar, 2006).

2.4.4 Cara Mengukur Kepatuhan

Menurut Hussar (2005), terdapat dua metode yang biasa digunakan untuk

mengukur kepatuhan, yaitu :

1. Metode langsung

Dilakukan dengan observasi pengobatan secara langsung, mengukur konsentrasi

obat dan metabolismenya dalam darah. Namun, biaya yang digunakan sangat

mahal.

2. Metode tidak langsung

Dilakukan dengan menanyakan pasien tentang cara pasien menggunakan obat,

menilai respon klinik, melakukan perhitungan obat (pill count), dan

mengumpulkan kuesioner kepada pasien. Pengukuran kepatuhan pada penelitian

ini menggunakan instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal

yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala Likert.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

18

Tabel 2. 2 Tabel Scoring Pernyataan (Sugiyono, 2009)

Pernyataan Jawaban (Skor)

Positif (+) Negatif (-)

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-kadang 2 3

Tidak pernah 1 4

Variabel kepatuhan dilihat berdasarkan penggunaan obat rasional yang

meliputi tepat indikasi, tepat dosis (tepat jumlah pemberian obat, tepat cara

pemberian obat, tepat interval waktu pemberian obat, serta tepat lama pemberian

obat atau jumlah hari mengkonsumsi obat hingga habis sesuai dengan resep yang

diterima), tepat penyimpanan, serta tepat cara memperoleh antibiotika amoksisilin

(Kemenkes, 2011).

2.5 Antibiotik

2.5.1 Definisi

Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikro antibiotik

adalah suatu senyawa yang dihasilkan suatu mikroba, atau yang diproduksi seluruh

atau sebagiannya secara sintesis kimia, yang dalam konsentrasi kecil dapat

menghambat pertumbuhan mikroba lain (Wibowo, 2012). Antibiotik bertujuan

mengatasi terjadinya penyakit infeksi. Antibiotik digunakan sesuai dengan

penyebab infeksi dengan rejimen dosis optimal, lama pemberian optimal, efek

samping minimal, dan dampak minimal terhadap munculnya bakteri resisten

(Permenkes, 2011).

Pemberian antibiotik harus disertai dengan upaya menemukan penyebab

infeksi serta pola kepekaannya. Pemilihan jenis antibiotik harus berdasarkan hasil

pemeriksaan mikrobiologi atau berdasarkan pola mikroba dan pola kepekaan

antibiotik, dan diarahkan pada antibiotik spektrum sempit untuk mengurangi

tekanan seleksi. Penggunaan antibiotik spektrum luas masih dibenarkan pada

keadaan tertentu, selanjutnya dilakukan penyesuaian dan evaluasi setelah ada hasil

pemeriksaan mikrobiologi (Permenkes, 2011).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

19

2.5.2 Penggolongan Antibiotik

Penggolongan antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia,

antibiotik dikelompokkan sebagai berikut :

a) Golongan Aminoglikosida merupakan antibiotik yang berikatan pada

subunit ribosom 30S dan mengganggu sintesis protein untuk

menghambat sintesis protein, yang pada umumnya adalah bakterisida.

Golongan ini meliputi amikasin, gentamisin, neomisin, netilmisin,

tobramisin. (Goodman & Gilman, 2012)

b) Golongan Beta Laktam merupakan antibiotik yang menghambat sintesis

dinding sel, yang pada umumnya adalah bakterisida. Golongan ini

meliputi karbapenem (ertapenenm, imipenem, meropenem), golongan

sefalosporin, golongan beta laktam monosiklik (aztreonam), serta

golongan penisilin (ampisilin, amoksisilin) (Goodman & Gilman, 2012)

c) Golongan glikopeptida diantaranya meliputi vankomisin, teikoplanin,

ramoplanin, dan dekaplanin.

d) Golongan polipeptida diantaranya meliputi golongan makrolida

(eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan

ketolida (telitromisin ), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin,

klortetrasiklin).

e) Golongan polimiksin merupakan penghambatan fungsi membran sel.

Golongan ini diantaranya meliputi polimiksin dan kolistin

f) Golongan Kuinolon (fluorokuinolon) merupakan antibiotika yang

mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat. Golongan ini

meliputi asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,

levofloksasin, dan trovafloksasin.

g) Golongan streptogramin diantaranya meliputi pristinamycin,

virginiamycin, mikamycin.

h) Golongan oksazolidinon diantaranya meliputi linezolid dan AZD2563.

i) Golongan Sulfonamida merupakan obat antimetabolit yang menghambat

enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat. Golongan ini meliputi

sulfametoksazol, sulfadoksin, sulfasetamida dan trimetoprim.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

20

j) Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin, dan

asam fusidat (Goodman & Gilman, 2012).

2.5.3 Mekanisme Kerja Antibiotik

Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan

sebagai berikut:

1. Obat yang menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri.

a. Antibiotik Beta-Laktam

Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang mempunya

struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin, monobaktam,

karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase. Obat-obat antibiotik beta-laktam

umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme gram

positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri,

dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan, yaitu

heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri

(kemenkes, 2011).

1). Penisilin

Golongan penisilin mempunyai persamaan sifat kimiawi, mekanisme

kerja, farmakologi, dan karakteristik imunologis dengan sefalosporin,

monobaktam, karbapenem, dan penghambat beta-laktamase. Semua obat tersebut

merupakan senyawa beta laktam karena memiliki cincin laktam beranggota empat

yang unik. Penisilin mempunyai mekanisme kerja dengan cara mempengaruhi

langkah akhir sintesis dinding sel bakteri (transpeptidase atau ikatan silang),

sehingga membran kurang stabil secara osmotik. Lisis sel dapat terjadi, sehingga

penisilin disebut bakterisida. (Katzung, 2012).

Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan spektrum aktivitas

antibiotiknya, antara lain penisilin G dan penisilin V, penisilin yang resisten

terhadap beta-laktamase, aminopenisilin, karboksipenisilin, ureidopenisilin.

Tabel 2. 3 Antibiotika Golongan Penisilin (Kemenkes, 2011).

Golongan Contoh Aktivitas

Penisilin G dan penisilin V

Penisilin G dan penisilin V

Sangat aktif terhadap kokus gram positif, tetapi cepat dihidrolisis oleh penisilinase

atau beta laktamase, sehingga tidak

efektif terhadap S. aureus

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

21

Aktivitas

n obat pilihan utama untuk

ureus yang memproduksi

se. Aktivitas antibiotik kurang

Lanjutan Tabel 2.3

Golongan Contoh

Penisilin yang metisilin, Merupaka

resisten terhadap nafsilin, terapi S. a

beta-laktamase/ oksasilin, penisilina

penisilinase kloksasilin, dan poten terhadap mikroorganisme yang dikloksasilin sensitif terhadap penisilin G.

Aminopenisilin ampisilin, Selain mempunyai aktivitas terhadap amoksisilin bakteri Gram-positif, juga mencakup mikroorganisme Gram-negatif, seperti Haemophilus influenzae, Escherichia coli, dan Proteus mirabilis. Obat-obat ini sering diberikan bersama inhibitor betalaktamase (asam klavulanat, sulbaktam, tazobaktam) untuk mencegah hidrolisis oleh beta-laktamase yang semakin banyak ditemukan pada bakteri Gramnegatif ini.

Karboksipenisilin karbenisilin, Antibiotik untuk Pseudomonas, tikarsilin Enterobacter, dan Proteus. Aktivitas antibiotik lebih rendah dibanding ampisilin terhadap kokus Gram- positif, dan kurang aktif dibanding piperasilin dalam melawan Pseudomonas. Golongan ini dirusak oleh beta-laktamase.

Ureidopenisilin mezlosilin, Aktivitas antibiotik terhadap azlosilin, dan Pseudomonas, Klebsiella, dan piperasilin Gramnegatif lainnya. Golongan ini dirusak oleh beta-laktamase.

Golongan penisilin berdasarkan spektrum aktivitas antibiotiknya, antara

lain penisilin G dan penisilin V, penisilin yang resisten terhadap beta-laktamase,

aminopenisilin, karboksipenisilin, ureidopenisilin dilihat dari rute, waktu paruh,

dosis, serta interval waktu pada Tabel 2.4

Tabel 2. 4 Golongan Tipe Penisilin (Keogh, 2010)

No Tipe penisilin Rute Waktu

Paruh

(jam)

Dosis Interval

(jam)

1. Basic (Natural)

penisilin

a. Penisilin G PO 0.5 200,000-500,000 IU 4-6 b. Penisilin V PO 0.5 125-500 mg 8

2. Resisten Penisilin

a. Cloxacilin PO 0.5-1 2-6 g 6 b. Dicloxacillin PO 0.5-1 125-250 mg 6 c. Nafcillin PO 0.5-1 250-1000 mg 4-6 d. Oxacillin PO 0.5-1 500-1000 mg 4-6

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

22

Dosis Interval

(jam)

Lanjutan Tabel 2.4

No Tipe penisilin Rute Waktu

Paruh

(jam)

3. Aminopenisilin

a. Amoxicillin PO 1-1.5 250-500 mg 8 b. Amoxcillin + PO 1-1.5 5 g 8 Potassium

clavulanat

c. Ampicillin PO 1-2 250-500 mg 6

4. Spektrum diperluas

(extended spectrum)

Carbenicillin PO 1-1.5 500-1000 mg 6

2). Sefalosporin

Sefalosporin menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mekanisme

serupa dengan penisilin. Sefalosporin diklasifikasikan berdasarkan generasinya

(Kemenkes, 2011). Penggolongan obat sefalosporin oral sebagai berikut :

Tabel 2. 5 Klasifikasi dan Aktivitas Sefalosporin

Generasi Contoh Aktivitas

I Sefaleksin, sefalotin, Antibiotik yang efektif terhadap sefazolin, sefradin, Grampositif dan memiliki aktivitas sedang sefadroksil terhadap Gram-negatif.

II Sefaklor, sefamandol, Aktivitas antibiotik Gram-negatif yang sefuroksim, sefoksitin, lebih tinggi daripada generasi-I. sefotetan, sefmetazol,

sefprozil.

III Sefotaksim, Aktivitas kurang aktif terhadap kokus seftriakson, Gram-postif dibanding generasi-I, tapi seftazidim, sefiksim, lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, sefoperazon, termasuk strain yang memproduksi beta- seftizoksim, laktamase. Seftazidim dan sefoperazon juga sefpodoksim, aktif terhadap P. aeruginosa, tapi kurang moksalaktam. aktif dibanding generasi-III lainnya terhadap kokus Gram-positif.

IV Sefepim, sefpirom Aktivitas lebih luas dibanding generasi III dan tahan terhadap beta-laktamase.

Golongan sefalosporin dilihat berdasarkan rute, waktu paruh, dosis, interval

waktu pada Tabel 2.6.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

23

Tabel 2. 6 Golongan Sefalosporin (Keogh, 2010)

No. Golongan sefalosporin

Rute Waktu paruh (jam)

Dosis Interval (jam)

1. Generasi pertama

a. Cefadroxil PO 0.5-2 500 mg 12 b. Cephalexin PO 0.5-1 250-500 mg 6 c. Cephradine PO 1-2 250-500 mg 8

2. Generasi kedua

a. Cefaclor PO 0.5-2 250-500 mg 8 b. Cefprozil PO 1-2 500 mg 12 c. Cefuroxime PO 1.5-2 250-500 mg 12 d. Loracarbef PO 1 200-400 mg 12

3. Generasi ketiga

a. Cefixime PO 2.5-4 200 mg 12 b. Cefpodoxime PO 2-3 200 mg 12 c. Ceftibuten PO 1.5-3 400 mg 24 d. Cefdinir PO 1.5 300-600 mg 12

3). Monobaktam (beta-laktam monosiklik)

Yang termasuk golongan monobaktam yaitu aztreonam. Yang mana aktivitas

obat ini yaitu resisten terhadap beta-laktamase yang dibawa oleh bakteri Gram-

negatif. Aktif terutama terhadap bakteri Gram-negatif. Aktivitasnya sangat baik

terhadap Enterobacteriacease, P. aeruginosa, H. influenzae dan gonokokus.

Pemberian secara parenteral, terdistribusi baik ke seluruh tubuh, termasuk

cairan serebrospinal. Waktu paruh 1,7 jam. Sebagian besar obat ini diekskresi

secara utuh melalui urin.

4). Karbapenem

Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yang mempunyai aktivitas

antibiotik yang lebih luas daripada sebagian besar betalaktam lainnya. Yang

termasuk karbapenem adalah imipenem, meropenem dan doripenem. Spektrum

aktivitas dapat menghambat sebagian besar Gram-positif, Gram-negatif, dan

anaerob.

Ketiganya sangat tahan terhadap betalaktamase. Efek samping dari obat paling

sering adalah mual dan muntah, dan kejang pada dosis tinggi yang diberi pada

pasien dengan lesi SSP atau dengan insufisiensi ginjal. Meropenem dan doripenem

mempunyai efikasi serupa imipenem, tetapi lebih jarang menyebabkan kejang.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

24

5). Inhibitor beta-laktamase

Inhibitor beta-laktamase melindungi antibiotik beta-laktam dengan cara

menginaktivasi beta-laktamase. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah asam

klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam. Asam klavulanat merupakan suicide

inhibitor yang mengikat betalaktamase dari bakteri gram positif dan gram negatif

secara irreversible. Obat ini dikombinasi dengan amoksisilin untuk pemberian oral

dan dengan tikarsilin untuk pemberian parenteral.

Sulbaktam dikombinasi dengan ampisilin untuk penggunaan parenteral, dan

kombinasi ini aktif terhadap kokus gram positif, termasuk S. aureus penghasil beta-

laktamase, aerob Gram-negatif (tapi tidak terhadap Pseudomonas) dan bakteri

anaerob. Sulbaktam kurang poten dibanding klavulanat sebagai inhibitor beta-

laktamase. Tazobaktam dikombinasi dengan piperasilin untuk penggunaan

parenteral. Waktu paruhnya memanjang dengan kombinasi ini, dan ekskresinya

melalui ginjal.

c. Basitrasin

Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik polipeptida, yang utama

adalah basitrasin A. Berbagai kokus dan basil Gram-positif, Neisseria, H.

influenzae, dan Treponema pallidum sensitif terhadap obat ini. Basitrasin tersedia

dalam bentuk salep mata dan kulit, serta bedak untuk topikal.

Basitrasin jarang menyebabkan hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan, sering

dikombinasi dengan neomisin dan/atau polimiksin. Basitrasin bersifat nefrotoksik

bila memasuki sirkulasi sistemik.

d. Vankomisin

Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang terutama aktif terhadap

bakteri Gram positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk infeksi yang

disebabkan oleh S. aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA). Semua basil

Gram-negatif dan mikobakteria resisten terhadap vankomisin. Vankomisin

diberikan secara intravena, dengan waktu paruh sekitar 6 jam. Efek sampingnya

adalah reaksi hipersensitivitas, demam, flushing dan hipotensi (pada infus cepat),

serta gangguan pendengaran dan nefrotoksisitas pada dosis tinggi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

25

2. Obat yang memodifikasi atau menghambat sintesis protein

Obat yang memodifikasi atau menghambat sintesis protein

Obat antibiotik yang termasuk golongan ini adalah aminoglikosid, tetrasiklin,

kloramfenikol, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin,

mupirosin, dan spektinomisin.

a. Aminoglikosid

Spektrum aktivitas obat golongan ini menghambat bakteri aerob Gram-negatif.

Obat ini mempunyai indeks terapi sempit, dengan toksisitas serius pada ginjal dan

pendengaran, khususnya pada pasien anak dan usia lanjut. Efek samping obat ini

dapat menimbulkan toksisitas ginjal, ototoksisitas (auditorik maupun vestibular),

blokade neuromuskular (lebih jarang).

Tabel 2. 7 Karakteristik antibiotika aminoglikosid

Obat Waktu Paruh

(jam)

Kadar

Terapeutik

Kadar Toksik

Serum (µg/ml) Serum (µg/ml)

Streptomisin 2-3 25 50

Neomisin 3 5-10 10

Kanamisin 2,0-2,5 8-16 35

Gentamisin 1,2-5,0 4-10 12

Tobramisin 2,0-3,0 4-8 12

Amikasin 0,8-2,8 8-16 35

Netilmisin 2,0-2,5 0,5-10 16

b. Tetrasiklin

Antibiotik yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tetrasiklin, doksisiklin,

oksitetrasiklin, minosiklin, dan klortetrasiklin. Antibiotik golongan ini mempunyai

spektrum luas dan dapat menghambat berbagai bakteri Gram-positif, Gram-negatif,

baik yang bersifat aerob maupun anaerob, serta mikroorganisme lain seperti

Ricketsia, Mikoplasma, Klamidia, dan beberapa spesies mikobakteria.

Tabel 2. 8 karakteristik golongan tetrasiklin (Kemenkes, 2011)

Obat

Cara Pemberian

yang Disukai

Waktu Paruh

Serum (jam)

Ikatan Protein

Serum (%)

Tetrasiklin HCL Oral, i.v. 8 25-60

Klortetrasiklin HCl Oral, i.v. 6 40-70

Oksitetrasiklin HCl Oral, i.v. 9 20-35

Demeklosiklin HCl Oral 12 40-90

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

26

aktu Paruh Ikatan Protein

erum (jam) Serum (%)

13 75-90

Lanjutan Tabel 2.8

Obat Cara Pemberian W

yang Disukai S

Metasiklin HCl Oral

Doksisiklin Oral, i.v. 18 25-90

Minosiklin HCl Oral, i.v. 16 70-75

c. Kloramfenikol

Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas, menghambat bakteri Gram-

positif dan negatif aerob dan anaerob, Klamidia, Ricketsia, dan Mikoplasma.

Kloramfenikol mencegah sintesis protein dengan berikatan pada subunit ribosom

50S. Efek samping: supresi sumsum tulang, grey baby syndrome, neuritis optik

pada anak, pertumbuhan kandida di saluran cerna, dan timbulnya ruam.

d. Makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin)

Makrolida aktif terhadap bakteri Gram-positif, tetapi juga dapat menghambat

beberapa Enterococcus dan basil Gram-positif. Sebagian besar Gram-negatif aerob

resisten terhadap makrolida, namun azitromisin dapat menghambat Salmonela.

Azitromisin dan klaritromisin dapat menghambat H. influenzae, tapi azitromisin

mempunyai aktivitas terbesar. Keduanya juga aktif terhadap H. pylori.

Makrolida mempengaruhi sintesis protein bakteri dengan cara berikatan

dengan subunit 50s ribosom bakteri, sehingga menghambat translokasi peptida.

1). Eritromisin dalam bentuk basa bebas dapat diinaktivasi oleh asam, sehingga

pada pemberian oral, obat ini dibuat dalam sediaan salut enterik. Eritromisin

dalam bentuk estolat tidak boleh diberikan pada dewasa karena akan

menimbulkan liver injury.

2) Azitromisin lebih stabil terhadap asam jika dibanding eritromisin. Sekitar 37%

dosis diabsorpsi, dan semakin menurun dengan adanya makanan. Obat ini

dapat meningkatkan kadar SGOT dan SGPT pada hati.

3) Klaritromisin. Absorpsi per oral 55% dan meningkat jika diberikan bersama

makanan. Obat ini terdistribusi luas sampai ke paru, hati, sel fagosit, dan

jaringan lunak. Metabolit klaritromisin mempunyai aktivitas antibakteri lebih

besar daripada obat induk. Sekitar 30% obat diekskresi melalui urin, dan

sisanya melalui feses.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

27

4) Roksitromisin mempunyai waktu paruh yang lebih panjang dan aktivitas yang

lebih tinggi melawan Haemophilus influenzae. Obat ini diberikan dua kali

sehari. Roksitromisin adalah antibiotik makrolida semisintetik. Obat ini

memiliki komposisi, struktur kimia dan mekanisme kerja yang sangat mirip

dengan eritromisin, azitromisin atau klaritromisin. Antibiotik ini dapat

digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas, saluran urin dan jaringan

lunak.

e. Klindamisin

Klindamisin menghambat sebagian besar kokus Gram-positif dan sebagian besar

bakteri anaerob, tetapi tidak bisa menghambat bakteri Gram-negatif aerob

seperti Haemophilus, Mycoplasma dan Chlamydia. Efek samping: diare dan

enterokolitis pseudomembranosa.

f. Mupirosin

Mupirosin merupakan obat topikal yang menghambat bakteri Gram-positif dan

beberapa Gram-negatif. Tersedia dalam bentuk krim atau salep 2% untuk

penggunaan di kulit (lesi kulit traumatik, impetigo yang terinfeksi sekunder

oleh S. aureus atau S. pyogenes) dan salep 2% untuk intranasal. Efek samping:

iritasi kulit dan mukosa serta sensitisasi.

g. Spektinomisin

Obat ini diberikan secara intramuskular. Dapat digunakan sebagai obat

alternatif untuk infeksi gonokokus bila obat lini pertama tidak dapat digunakan.

Obat ini tidak efektif untuk infeksi Gonore faring. Efek samping: nyeri lokal,

urtikaria, demam, pusing, mual, dan insomnia.

3. Obat antimetabolit yang menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme

folat.

a. Sulfonamid dan Trimetoprim

Sulfonamid bersifat bakteriostatik. Trimetoprim dalam kombinasi dengan

sulfametoksazol, mampu menghambat sebagian besar patogen saluran kemih,

kecuali P. aeruginosa dan Neisseria sp. Kombinasi ini menghambat S.

aureus, Staphylococcus koagulase negatif, Streptococcus hemoliticus, H .

influenzae, Neisseria sp, bakteri Gramnegatif aerob (E. coli dan Klebsiella

sp), Enterobacter, Salmonella, Shigella, Yersinia, P. carinii.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

28

4. Obat yang Mempengaruhi Sintesis atau Metabolisme Asam Nukleat

a. Kuinolon

1) Asam nalidiksat

Asam nalidiksat menghambat sebagian besar Enterobacteriaceae.

2) Fluorokuinolon

Fluorokuinolon Golongan fluorokuinolon meliputi norfloksasin,

siprofloksasin, ofloksasin, moksifloksasin, pefloksasin, levofloksasin, dan

lain-lain. Fluorokuinolon bisa digunakan untuk infeksi yang disebabkan

oleh Gonokokus, Shigella, E. coli, Salmonella, Haemophilus, Moraxella

catarrhalis, Enterobacteriaceae dan P. aeruginosa.

b. Nitrofuran

Nitrofuran meliputi nitrofurantoin, furazolidin, dan nitrofurazon. Absorpsi

melalui saluran cerna 94% dan tidak berubah dengan adanya makanan.

Nitrofuran bisa menghambat Gram-positif dan negatif, termasuk E. coli,

Staphylococcus sp, Klebsiella sp, Enterococcus sp, Neisseria sp, Salmonella

sp, Shigella sp, dan Proteus sp.

2.5.4 Berdasarkan Aktivitas Antibiotik

Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut :

a) Antibiotik spektrum luas (broad spectrum)

Contohnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap organisme baik

gram positif maupun gram negatif. Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai

untuk mengobati penyakit infeksi yang menyerang belum diidentifikasi dengan

pembiakan dan sensitivitas.

b) Antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum)

Golongan ini terutama efektif untuk melawan satu jenis organisme. Contohnya

penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh

bakteri gram positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat selektif, maka

obat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tesebut daripada

antibiotik berspektrum luas (Kemenkes, 2011)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

29

2.5.5 Berdasarkan Pola Bunuh Antibiotik

Terdapat 2 pola bunuh antibiotik terhadap kuman yaitu :

a) Time dependent killing. Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam kadar

diatas KHM sangat penting untuk memperkirakan outcome klinik ataupun

kesembuhan. Pada kelompok ini kadar antibiotik dalam darah di atas KHM

paling tidak selama 50% interval dosis. Contohnya pada antibiotik penisilin,

sefalosporin, dan makrolida (Kemenkes, 2011).

b) Concentration dependent killing. Semakin tinggi kadar antibiotika dalam darah

melampaui KHM maka semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri.

Untuk kelompok ini yang diperlukan rasio kadar /KHM sekitar 10 yang artinya

rejimen dosis yang dipilih harus memiliki kadar dalam jaringan 10 kali lebih

tinggi dari KHM. Jika gagal mencapai kadar ini pada tempat infeksi atau jaringan

akan mengakibatkan kegagalan terapi yang mengakibatkan salah satu faktor

utama terjadi resisten. Contohnya pada antibiotik aminoglikosida,

fluorokuinolon, dan ketolid (Kemenkes, 2011).

2.5.6 Resistensi Antibiotik

Resistensi merupakan kemampuan bakteri untuk menetralisir dan

melemahkan daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu

(Drlica & Perlin, 2011):

1) Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi

2) Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.

3) Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel

bakteri.

4) Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam sel

melalui mekanisme transport aktif ke luar sel.

Satuan resistensi dinyatakan dalam satuan KHM (Kadar Hambat Minimal) atau

Minimum Inhibitory Concentration (MIC) yaitu kadar terendah antibiotik (µg/ml)

yang mampu menghambat tumbuh dan berkembangnya bakteri. Peningkatan nilai

KHM menggambarkan tahap awal menuju resisten. Peningkatan kejadian resistensi

bakteri terhadap antibiotik bisa terjadi dengan 2 cara, yaitu mekanisme selection

pressure yang apabila bakteri resisten tersebut berbiak secara duplikasi setiap 20-

30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat), maka dalam 1-2 hari, seseorang

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

30

tersebut dipenuhi oleh bakteri resisten. Jika seseorang terinfeksi oleh bakteri yang

resisten maka upaya penanganan infeksi dengan antibiotik semakin sulit serta

penyebaran resistensi ke bakteri yang non resisten melalui plasmid. Hal ini dapat

disebarkan antar kuman sekelompok maupun satu orang ke orang lain.

Penyebab utama resistensi antibiotika adalah penggunaannya yang meluas

dan irrasional. Lebih dari separuh pasien dapat menerima antibiotika sebagai

pengobatan atau profilaksis. Sekitar 80% konsumsi antibiotika dipakai untuk

kepentingan manusia dan sedikitnya 40% berdasarkan indikasi yang kurang tepat,

misalnya infeksi virus. Terdapat beberapa faktor yang mendukung terjadinya

resistensi, antara lain:

1. Penggunaannya yang kurang tepat (irrasional) terlalu singkat, dalam dosis yang

terlalu rendah, diagnosa awal yang salah.

2. Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan pengetahuan yang salah

akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotika dalam penanganan

penyakit meskipun disebabkan oleh virus, misalnya flu, batuk pilek, serta

demam.

3. Penggunaan monoterapi dibandingkan dengan penggunaan terapi kombinasi,

penggunaan monoterapi lebih mudah menimbulkan resistensi.

4. Perilaku hidup sehat terutama bagi tenaga kesehatan, misalnya mencuci tangan

setelah memeriksa pasien atau desinfeksi alat-alat yang akan dipakai untuk

memeriksa pasien.

5. Penggunaannya untuk hewan atau binatang ternak, antibiotik juga digunakan

untuk mencegah dan mengobati penyakit infeksi pada hewan ternak. Dalam

jumlah besar antibiotika digunakan sebagai suplemen rutin untuk profilaksis

atau merangsang pertumbuhan hewan ternak.

6. Lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam distribusi dan

pemakaian antibiotika, seperti pasien dapat dengan mudah mendapatkan

antibiotika meskipun tanpa peresepan dari dokter, selain itu juga kurangnya

komitmen dari instansi terkait, baik untuk meningkatkan mutu obat serta

mengendalikan penyebaran infeksi (Kemenkes RI, 2011).

Ada dua strategi pencegahan peningkatan bakteri resisten yaitu untuk selection

pressure dapat diatasi melalui penggunaan antibiotik secara bijak (prudent use of

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

31

antibiotics) serta untuk penyebaran bakteri resisten melalui plasmid dapat diatasi

dengan meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan standar

(universal precaution) (Kemenkes RI, 2011).

2.6 Amoksisilin

2.6.1 Pengertian

Amoksisilin memiliki nama lain D(-)-a-amino-phydroxybenzylpenicillin,

amoksisilin atau amoksiiline. Rumus kimia amoksisilin adalah (2S,5R,6R)-6-

[[(2R)-2-Amino-2-(4-hidroksifenil) asetil] amino]- 3,3 - dimetil- 7- okso - 4- tia - 1

- aza - bisiklo [3.2.0]heptan-2karboksilat (Kaur et al., 2011).

Gambar 2.2 Struktur Amoksisilin

Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas yang sering diresepkan pada

anak untuk pengobatan pneumonia dan penyakit lain, termasuk infeksi bakteri pada

telinga, sinus, tenggorokan, saluran kemih, kulit, abdomen dan darah. Amoksisilin

diformulasikan dalam kapsul konvesional, tablet, bubuk untuk suspensi oral, dan

tablet dispersibel (UNICEF, 2013).

Golongan amoksisilin digunakan pasien untuk penyakit infeksi saluran

kemih, infeksi saluran napas bagian atas, bronkitis, pneumonia, otitis media, abses

gigi, osteomielitis, penyakit Lyme pada anak, profilaksis endokarditis, profilaksis

paska-splenektomi, infeksi ginekologik, gonore, eradikasi Helicobacter pylori.

Tersedia dalam bentuk kapsul dan tablet (IDAI, 2013). Dosis penggunaan

amoksisilin secara oral pada anak-anak 50 mg/kg per hari sedangkan pada orang

dewasa 2 g per hari, dosis perhari 2-3 kali (DiPiro J.T, 2015)

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

32

2.6.2 Farmakokinetik

Absorpsi dari amoksisilin tidak terganggu oleh makanan. Amoksisilin

berikatan dengan protein dalam plasma sekitar 20% dan diekskresi dalam bentuk

aktif didalam urin (Brunton et al., 2008; Harvey et al., 2009). Amoksisilin memiliki

kegunaan klinik yang luas tidak hanya karena sebagai antibakteri spektrum luas

tetapi juga karena bioavailability yang tinggi (70-90%) dengan kadar puncak pada

plasma terjadi dengan waktu 1–2 jam dan dosisnya tergantung, umumnya 1,5–3

kali lebih besar dibanding ampisillin setelah dosis oral. Amoksisilin terdistribusi

pada banyak jaringan termasuk hati, paru, prostat, otot, empedu, asites, cairan

pleura dan sinovial dan cairan okular, terakumulasi dalam cairan amnion dan

melewati plasenta tapi buruk melewati sistem saraf pusat (Kaur et al., 2011).

Amoksisilin memiliki oral availability 93%. Amoksisilin berikatan dengan

protein didalam plasma 18%. Amoksisilin diekskresikan pada urine sekitar 86%

dan pembersihannya 10,8 L/h/70kg. Amoksisilin memiliki volume distribusi 19

L/70kg (Katzung, 2006). Amoksisilin dapat melewati plasenta, sedikit

diekskresikan pada air susu ibu (ASI) dan sedikit melewati cerebrospinal fluid

(CSF) (Adesanoye et al., 2014).

2.6.3 Farmakodinamik

Amoksisilin adalah bakterisidal yang rentan terhadap organisme melalui

penghambatan biosintesis dinding sel mukopeptida selama tahap penggandaan

bakteri (Imoisili, 2008). Amoksisilin lebih efektif melawan mikroorganisme gram

positif dibanding gram negatif, dan mendemonstrasikan efikasi lebih baik

dibanding penisillin, penisillin V dan dibanding antibiotik lain dalam pengobatan

penyakit atau infeksi yang beragam (Kaur et al., 2011).

Amoksisilin bekerja dengan mengikat pada ikatan penisilin protein 1A

(PBP-1A) yang berlokasi didalam dinding sel bakteri. Penisillin (amoksisilin)

mengasilasi penisilin-mensensitifkan transpeptidase C-terminal domain dengan

membuka cincin laktam menyebabkan inaktivasi enzim, dan mencegah

pembentukan hubungan silang dari dua untai peptidoglikan linier, menghambat fase

tiga dan terakhir dari sintesis dinding sel bakteri, yang berguna untuk divisi sel dan

bentuk sel dan proses esensial lain dan lebih mematikan dari penisillin untuk bakteri

yang melibatkan mekanisme keduanya litik dan non litik (Kaur et al., 2011).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

33

2.6.4 Toksikologi

Amoksisilin menunjukan efek samping sebagai reaksi hipersensitivitas

seperti urtikaria, demam nyeri sendi, diare, syok anafilaksis, ruam eritematosus,

leukemia limfatik kronik, dan iritasi gastrointestinal (Adesanoye et al., 2014). Studi

farmacovigilance dilakukan untuk mendokumentasikkan efek samping obat dalam

program WHO untuk International Drug Monitoring (IDM) dari Januari 1988

sampai Juni 2005, database Pharmacovigilance Interregional Group (GIF)

mengumpulkan 37,906 laporan, yang 1095 terkait dengan amoksisilin. Persentase

reaksi efek samping pada kulit 82%, gastrointestinal 13%, hepatik 4%, dan

hematologi 2% (Kaur et al., 2011).

2.6.5 Nama Dagang Amoksisilin

Beberapa contoh merek dagang obat yang berisi antibiotika amoksisilin

yaitu sebagai berikut :

Tabel 2. 9 Merek Dagang Antibiotika Amoksisilin (MIMS, edisi 2017)

Nama

Generik

Nama Dagang

Amoksisilin

Komposisi Bentuk Sediaan

Amoksisilin Arcamox Amoksisilin trihidrat Kapsul, kaplet salut selaput, sirup kering.

Amoxsan Amoksisilin Kapsul, tablet

dispersibel, sirup kering

Betaclav Amoksisilin trihidrat 250 mg, klavulanat

125 mg

Capsinat Amoksisilin dan

asam klavulanat

Clamixin Amoksisilin 500 mg,

asam klavulanat 125

mg

Dexyclav Amoksisilin dan

asam klavulanat

Erabam Amoksisilin trihidrat

250 mg, klavulanat

125 mg

Tablet, sirup, injeksi

Kaplet salut selaput,

sirup kering

Tablet, sirup

Kaplet, sirup kering

Kaplet, sirup kering

Kalmoxillin Amoksisilin trihidrat Tablet, sirup kering

Lapimox Amoksisilin trihidrat Kaplet, sirup

Mokbios Amoksisilin trihidrat Kaplet salut selaput

Opimox Amoksisilin Kaplet, sirup kering, bubuk injeksi.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan …eprints.umm.ac.id/50934/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1 Definisi Perilaku Kesehatan Perilaku yaitu

34

sisilin trihidrat Kaplet salut selaput,

mg, asam sirup kering.

anat 125 mg

sisilin trihidrat Kaplet salut selaput,

mg, asam sirup kering.

anat 125 mg

sisilin Kapsul, kaplet, sirup

Amoksisilin

Protamox Amok

500

klavul

Protamox Amok

500

klavul

Solpenox Amok

Vibranat Amoksisilin trihidrat

500 mg, klavulanat

125 mg.

Lanjutan Tabel 2.9

kering.

Kaplet salut selaput.

Widecillin Amoksisilin trihidrat Kapsul, kaplet, sirup

kering, injeksi.