74
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN (KKMP) PADA PASIEN FRAKTUR MULTIPLE DI RSUP FATMAWATI KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners LIA SETYARINI 0806457110 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013 Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

  • Upload
    lycong

  • View
    229

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN (KKMP) PADA

PASIEN FRAKTUR MULTIPLE DI RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners

LIA SETYARINI 0806457110

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 2: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

i

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN (KKMP) PADA

PASIEN FRAKTUR MULTIPLE DI RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners

LIA SETYARINI 0806457110

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

DEPOK JULI 2013

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 3: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

ii

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 4: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

iii

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 5: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-

Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Penulisan karya ilmiah

akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai

gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya

menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa

perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi

saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawati, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan;

2. Ibu Kuntarti, S.Kp., M. Biomed., selaku Ketua Program Studi Sarjana

Ilmu Keperawatan;

3. Ibu Riri Maria, SKp., MANP, selaku Koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah

Akhir Ners (KIA-N); Dosen Mata Ajar Profesi Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan (KKMP) Peminantan KMB; dan Dosen

Pembimbing Karya Ilmiah Akhir yang telah menyediakan waktu, tenaga,

dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam pembuatan karya ilmiah akhir

ini ini;

4. Ibu Ns. Sri Sasongko, S.Kep., selaku Kepala Ruangan GPS Lantai 1 RSUP

Fatmawati yang telah memberikan kesempatan serta bimbingan kepada

penulis dalam melakukan praktik KKMP;

5. Orang tua dan kakak saya tersayang yang selalu memberikan kasih sayang

dan dukungan kepada saya baik secara moril dan materil;

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu.

Depok, Juli 2013

Lia Setyarini

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 6: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

v

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 7: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

vi Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Lia Setyarini Program Studi : Profesi Keperawatan Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan (KKMP) pada Pasien Fraktur Multiple di RSUP Fatmawati

Tingginya angka pertumbuhan penduduk akibat arus urbanisasi menimbulkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor di perkotaan. Hal tersebut pada akhirnya berakibat pada banyaknya angka kecelakaan lalu lintas. Salah satu dampak yang timbul dari kecelakaan lalu lintas adalah frakur. Dalam hal ini, asuhan keperawatan diberikan pada pasien fraktur multiple pada ekstremitas bawah. Pasien dilakukan operasi debridement, TBW (tension band wiring) patela, serta ORIF (open reduction and internal fixation) distal dan kolum femur sebagai penatalaksanaan fraktur yang dialami. Elevasi kaki dilakukan post operasi untuk mengurangi terjadinya edema akibat proses pembedahan. Terlihat tidak ada pembengkakan pada bagian post operasi kolum femur setelah dilakukan elevasi kaki. Pada bagian post operasi distal femur dan patella, keefektifan intervensi elevasi kaki tidak dapat dilihat karena terjadi edema akibat proses infeksi. Kata kunci: kecelakaan lalu lintas, fraktur multiple, elevasi kaki

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 8: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

vii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Lia Setyarini Study Program : Nursing Title : Analyze of Clinical Practice of Urban Nursing on Patient

with Multiple Fractures at Fatmawati Hospital The high rate of population growth due to urbanization raised the number of motor vehicles in urban areas. This ultimately resulted in the large number of traffic accidents. One of the impacts of traffic accidents was fracture. In this case, nursing care was given on patient with multiple fractures on lower extremity. The patient got debridement surgery, TBW (tension band wiring) patella, and ORIF (open reduction and internal fixation) distal and collum femoris as management for fracture. Leg elevation has done to reduce edema due to the surgery process. No visible swelling in the postoperative collum femoris after leg elevation. In the post-op distal femur and patella wound, the effectiveness of leg elevation can not be seen because there was edema caused by the infection process. Key words: traffic accident, multiple fractures, leg elevation

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 9: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

viii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. v ABSTRAK ..................................................................................... vi DAFTAR ISI ..................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................... 5 1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................. 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7 2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) ....................... ... 7

2.1.1 Definisi KKMP .............................................................................. 7 2.1.2 Dimensi KKMP ............................................................................. 8 2.1.2 Aggregat ................................................................................... 8

2.2 Kecelakaan Lalu Lintas ............................................................................ 10 2.2.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas ................................................... 10 2.2.2 Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas .................................................. 10 2.2.3 Dampak Kecelakaan Lalu Lintas .................................................... 11

2.3 Fraktur Femur dan Patela ......................................................................... 12 2.3.1 Definisi .................................................................................... 12 2.3.2 Etiologi ..................................................................................... 13 2.3.3 Jenis Fraktur .................................................................................. 13 2.3.4 Manifestasi Klinis .......................................................................... 15 2.3.5 Komplikasi .................................................................................... 16

2.4 Penyembuhan Tulang ............................................................................... 18 2.5 Penatalaksanaan Fraktur ........................................................................ 19 2.6 Penatalaksanaan Pasien yang Menjalani Bedah Ortopedi ........................ 21

2.6.1 Peran Perawat Pre Operasi ............................................................. 21 2.6.2 Peran Perawat Post Operasi ............................................................ 22

2.7 Elevasi Kaki ..................................................................................... 22 BAB 3 KASUS ..................................................................................... 24 3.1 Pengkajian ..................................................................................... 24 3.2 Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan ................................................ 26 3.3 Perencanaan dan Implementasi Keperawatan ........................................... 28 3.4 Evaluasi ..................................................................................... 29 BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................... 31 4.1 Analisa KKMP dengan Kasus Kelolaan ................................................. 31

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 10: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

ix Universitas Indonesia

4.2 Analisa Kasus Kelolaan ........................................................................... 33 4.3 Analisa Elevasi Kaki yang Dilakukan pada Kasus Kelolaan ..................... 38 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 40 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 40 5.2 Saran .................................................................................... 41 DAFTAR REFERENSI .............................................................................. 42

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 11: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

x Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Rontgen Fiksasi Interna pada ORIF Distal Femur dan TBW Patela Tanggal 2 Mei 2013

Lampiran 2 CT Scan Ekstremitas Bawah Tanggal 24 April 2013 Lampiran 3 Pemeriksaan Laboratorium Lampiran 4 Analisis Data Kasus Lampiran 5 Rencana Asuhan Keperawatan Lampiran 6 Catatan Perkembangan

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 12: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

BAB 1 berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan, dan manfaat

penulisan. Tujuan penulisan terdiri dari dua sub bahasan, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Sedangkan manfaat penulisan terdiri dari manfaat yang bisa

didapat dari karya ilmiah akhir ini untuk pemerintah, rumah sakit, dan institusi

pendidikan.

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan globalisasi di setiap penjuru kota semakin

meningkatkan pembangunan untuk dapat memenuhi fasilitas yang dibutuhkan

oleh penduduknya. Berkembangnya suatu kota juga mengakibatkan semakin

banyaknya penduduk dari daerah yang datang ke kota karena anggapan

adanya kemungkinan atau peluang yang lebih baik yang akan didapatkan.

Laporan State of World Population (2007) memberikan gambaran urbanisasi

dunia, bahwa pada tahun 2030, lima milyar jiwa akan tinggal di daerah urban

(Gemari, 2007).

Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia yang sangat cepat pertumbuhan

modernisasinya, menjadi salah satu kota impian untuk masyarakat daerah dan

menjadi tujuan untuk menggapai mimpi. Jakarta merupakan salah satu kota di

Indonesia dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat setiap

tahunnya. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah penduduk di Jakarta

meningkat sekitar satu juta orang. Pada tahun 2010, jumlah penduduk di

Indonesia mencapai 9,607,787 jiwa (BPS, 2010).

Urbanisasi menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif. Pada era

industrialisasi, tidak ada negara yang dapat mencapai pertumbuhan ekonomi

berarti tanpa urbanisasi (Gemari, 2007). Namun, peningkatan perpindahan

masyarakat dari desa ke kota mengakibatkan bertambahnya pemukiman

kumuh, penyusutan luas ruang hijau, okupasi ilegal atas ruang publik,

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 13: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

2

Universitas Indonesia

kemacetan lalu lintas, maraknya penyandang masalah kesejahteraan sosial,

banjir, semrawutnya administrasi kependudukan, dan banyak lagi masalah lain

(Wibowo, 2010).

Masalah kesehatan juga menjadi masalah yang banyak timbul pada kota

dengan pertumbuhan penduduk yang padat. Penurunan lahan hijau akibat

pembangunan kota yang terjadi terus menerus dan udara di perkotaan yang

sudah tercemar oleh asap pabrik dan kendaraan menimbulkan masalah-

masalah kesehatan seperti ISPA dan masalah pernafasan lainnya. Selain itu,

arus urbanisasi ke perkotaan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang

diakibatkan oleh pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor (Wibowo, 2010).

Peningkatan jumlah kendaraan di Indonesia terjadi setiap tahun. Penambahan

jumlah kendaraan bermotor sepanjang tahun 2012 mencapai 10,036 juta unit.

Peningkatan tersebut mengakibatkan populasi kendaraan bermotor yang

tercatat pada kepolisian naik 12% menjadi 94,229 juta unit dibandingkan

periode tahun sebelumnya (2011) yang hanya 84,19 juta unit (Kurniawan,

2013). Jumlah kendaraan bermotor yang meningkat berturut-turut

mendominasi jalan raya adalah sepeda motor, mobil penumpang, bis, dan truk

(Badan Pusat Statistik, 2011). Sepeda motor menjadi jenis kendaraan yang

paling banyak mendominasi jalan di Indonesia. Peningkatan populasi tersebut

mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kecelakaan lalu lintas di

Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 menyatakan jumlah kecelakaan

lalu lintas sepanjang tahun 2011 mencapai 108.696 kecelakaan. Dari ratusan

ribu jumlah tersebut, lebih dari setengahnya disumbang oleh angka

kecelakaan sepeda motor. Kendaraan beroda dua menyumbang sebanyak 69%

pada kecelakaan lalu lintas, sisanya disusul dengan mobil pribadi, kemudian

transportasi massal (Yustiningsih, 2013).

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 14: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

3

Universitas Indonesia

Kecelakaan lalu lintas diakibatkan oleh berbagai faktor. Penyebab kecelakaan

lalu lintas jalan khususnya sepeda motor paling banyak disebabkan oleh faktor

human error, yaitu sebesar 67%. Sedangkan faktor lainnya, seperti kondisi

jalan yang rusak, bergelombang, dan unsur lingkungan misalnya hujan

mencapai 33%. Lalu sisanya, seperti kendaraan tak layak jalan 3% (Putra,

2013). Menurut Warpani (2002) terdapat empat faktor yang menjadi penyebab

kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, yaitu faktor manusia,

kendaraan, jalan, dan lingkungan fisik, di mana faktor manusia menjadi

penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di

Indonesia. World health organization (WHO) selaku badan kesehatan dunia

menyatakan bahwa dalam dua tahun terakhir, kecelakaan lalu lintas di

Indonesia menjadi pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit jantung

koroner dan tuberculosis atau TBC. Data WHO tahun 2011 menyebutkan,

sebanyak 67 persen korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif,

yakni 22 sampai 50 tahun. Terdapat sekitar 400.000 korban di bawah usia 25

tahun yang meninggal di jalan raya, dengan rata-rata angka kematian 1.000

anak-anak dan remaja setiap harinya (Badan Intelijen Negara, 2012).

Kecelakaan lalu lintas menewaskan hampir 1,2 juta jiwa dan menyebabkan

cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya di seluruh dunia (Kemenkes RI,

2011 dalam Manurung, 2012). Sedangakan, kecelakaan lalu lintas di Indonesia

menyebabkan terjadinya dampak pada individu yang mengalami, di antaranya

adalah korban meninggal, luka berat, luka ringan, dan kerugian materi.

Peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas menyebabkan peningkatan pada

dampak tersebut (BPS, 2011). Pada tahun 2011, kecelakaan lalu lintas di

Indonesia menyebabkan 31,195 korban meninggal, 35,285 luka berat, 108,945

luka ringan, dan kerugian materi sebesar Rp 217,435 juta (BPS, 2011).

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 15: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

4

Universitas Indonesia

Fraktur merupakan salah satu dampak dari luka berat yang didapat oleh

individu yang mengalami kecelakaan lalu lintas. Hampir 80% kasus

kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia menyebabkan fraktur.

Berdasarkan hasil penelitian Rahmawati (2010) yang berjudul analisis

kejadian fraktur terbanyak pada korban kecelakaan lalu lintas serta faktor-

faktor yang mempengaruhi angka kejadiannya didapatkan hasil penelitian

bahwa angka kejadian fraktur terbanyak pertama pada kecelakaan lalu lintas di

Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari

300 kasus, dan presentase sebesar 18%. Angka kejadian fraktur terbanyak

kedua pada kecelakaan lalu lintas di Kalimantan Barat adalah fraktur cruris,

dengan angka kejadian 44 kasus dari 300 kasus, dan presentase sebesar 15 %.

WHO pada tahun 2005 mencatat terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal

dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan

fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi

yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden

kecelekaan yang terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan di mana terjadi

disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi

faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian

fraktur (Depkes RI, 2007).

Fraktur terdiri dari berbagai jenis yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Terjadinya fraktur dapat dilihat dari manifestasi klinis yang khas seperti nyeri,

deformitas, pemendekan tulang, krepitus, serta pembengkakan dan perubahan

warna lokal pada kulit yang terjadi sebagai akibat dari trauma. Apabila tidak

ditangani, fraktur dapat menyebabkan terjadinya syok hipovolemik, infeksi,

sindrom emboli lemak, dan sindrom kompartemen. Komplikasi lain yang

ditimbulkan dari fraktur adalah komplikasi lambat berupa penyatuan yang

terlambat atau bahkan tidak ada penyatuan kembali tulang yang patah

(Smeltzer & Bare, 2001).

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 16: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

5

Universitas Indonesia

Gedung Professor Soelarto (GPS) Lantai 1 merupakan salah satu ruang rawat

di RSUP Fatmawati yang khusus merawat pasien-pasien dengan masalah

orthopedi. Penulis melakukan praktik keperawatan kesehatan masyarakat

perkotaan (KKMP) di tempat tersebut dari tanggal 6 Mei-22 Juni. Praktik

KKMP terintegrasi dengan praktik manajemen keperawatan, di mana pada

empat minggu pertama dilakukan praktik KKMP dan tiga minggu selanjutnya

dilakukan praktik manajemen keperawatan. Selama melakukan praktik

KKMP, penulis memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di

GPS 1 dan mendapatkan banyak terdapat kasus klien dengan fraktur akibat

kecelakaan lalu lintas, terutama fraktur pada bagian ekstremitas bawah.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas penulis mengangkat kasus

mengenai fraktur multiple pada klien yang dirawat di GPS Lantai 1 sebagai

kasus kelolaan.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari karya ilmiah akhir ini adalah untuk menganilisa praktik

klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan (KKMP) dengan

kasus kelolaan fraktur multiple di RSUP Fatmawati

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari karya ilmiah ini adalah:

1. Menganalisa KKMP: masalah kesehatan berdasarkan aggregat dengan

kasus kelolaan

2. Menganalisa kasus kelolaan klien dengan fraktur multiple

3. Menganalisa salah satu intervensi yang diberikan pada klien kelolaan:

elevasi kaki untuk mengatasi edema post operasi

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 17: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

6

Universitas Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Pemerintah

Penulisan ini dapat dijadikan sebagai gambaran terhadap kejadian

kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia dan dampak yang didapat,

yaitu insiden fraktur dan akibatnya pada klien.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit

Penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan masalah fraktur pada pre dan post operasi.

Rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan mutu baik secara kualitas

maupun kuantitas terutama pada klien dengan masalah fraktur untuk

mencegah terjadinya komplikasi.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan dan bahan

pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan mengenai fraktur dan asuhan

keperawatan yang diberikan.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 18: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

7 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN TEORI

BAB 2 berisi tinjauan teori yang terdiri dari enam sub bahasan yang meliputi

konsep mengenai keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan (KKMP),

kecelakaan lalu lintas, fraktur femur dan patella, penyembuhan tulang,

penatalaksanaan fraktur, dan penatalaksanaan klien yang menjalani bedah

ortophedi.

2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)

2.1.1 Definisi KKMP

Keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan keperawatan sebagai

bagian dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dan

berkolaborasi bersama tim kesehatan lain dan masyarakat untuk

memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga,

dan kelompok (Depkes RI, 1996). Keperawatan kesehatan komunitas juga

mencakup masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan merupakan

komunitas yang tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan

kondisi yang ada di lingkungan kota. Jumlah masyarakat perkotaan

bertambah setiap tahunnya dipengaruhi oleh jalur urbanisasi.

Keperawatan masyarakat perkotaan memiliki delapan karakteristik dan

merupakan hal yang penting dalam melakukan praktik (Allender, 2001)

yaitu: (a) merupakan lahan keperawatan; (b) merupakan kombinasi antara

keperawatan publik dan keperawatan klinik; (c) berfokus pada populasi;

(d) menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi

kesehatan dan kesejahteraan diri; (e) mempromosikan tanggung jawab

klien dan self care; (f) menggunakan pengesahan/pengukuran dan analisa;

(g) menggunakan prinsip teori organisasi; (h) melibatkan kolaborasi

interprofesional.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 19: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

8

Universitas Indonesia

2.1.2 Dimensi KKMP

Kesenjangan keadaan kesehatan klien dapat dilihat dari pengaruh

lingkungan terhadap kesehatan klien. Hal yang dapat diidentifikasi

berkaitan dengan dimensi kesehatan klien (Clark, 1999) seperti:

a. Dimensi biophysical, yaitu kondisi lingkungan klien yang memiliki

efek yang berbeda pada tingkatan usia populasi serta efek yang terjadi.

b. Dimensi psychological, yaitu efek kondisi lingkungan terhadap

kualitas estetika pada lingkungan. Contoh dari lingkungan psikologis

yang dapat timbul pada masyarakat perkotaaan adalah NAPZA,

kekerasan, stress dan depresi, risiko bunuh diri.

c. Dimensi physical, yaitu faktor-faktor fisik yang mempengaruhi

interaksi kondisi lingkungan dan berefek pada kesehatan. Bahaya

lingkungan fisik yang ditujukan disini adalah termasuk radiasi, timah

dan logam berat lainnya, serta keributan.

d. Dimensi sosial, yaitu sikap, pekerjaan serta status ekonomi yang

dimiliki oleh klien sehingga berpengaruh pada kondisi lingkungan

klien. Contoh masalah yang terjadi adalah peningkatan homeless, anak

jalanan, masyarakat kota, jumlah pekerja.

e. Dimensi behavioral yaitu keadaan klien yang merokok, pola diet, serta

aktivitas rekreasi klien terhadap kondisi lingkungan yang dapat

berimbas terhadap kesehatan

f. Dimensi sistem kesehatan dapat diidentifikasi dari keadaan lingkungan

kesehatan yang dimiliki serta tanda-tanda yang dimiliki oleh klien

ketika klien sakit dan penanganan yang dilakukan klien ketika sakit.

2.1.3 Agregat

Komunitas terdiri atas masyarakat, yang di dalamnya melingkupi berbagai

kelompok usia. Pada tiap kelompok usia, risiko terhadap masalah

kesehatan yang terjadi berbeda-beda dikarenakan perbedaan karakteristik

antar agregat tersebut. Kelompok usia yang di maksud terdiri dari bayi dan

balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa, serta ibu hamil dan melahirkan.

Penulis hanya akan menjelaskan mengenai agregat pria dewasa, karena

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 20: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

9

Universitas Indonesia

pasien yang penuis jadikan kasus kelolaan berusia 29 tahun. Teori yang

muncul pada agregat dewasa pria adalah sebagai berikut (Nies & Ewen,

2001):

1. Sudut pandang biologi: perawat melihat pengaruh genetik, hormon, dan

faktor lingkungan yang mempengaruhi angka mortalitas dan morbiditas.

Pria mengalami angka yang cukup tinggi pada mortalitas untuk kondisi

perinatal disebabkan kerugian biologis misalnya risiko tinggi bayi laki-laki

lahir prematur, risiko tinggi sindrom gangguan pernapasan, dan penyakit

infeksius pada infant yang berpengaruh pada hormon perkembangan paru-

paru otak, dan mungkin juga pada sistem imun bayi itu sendiri.

2. Sudut pandang sosial: risiko kesehatan yang timbul antara pria dan wanita

berbeda berdasarkan pekerjaan, gaya hidup, dan aktivitas waktu senggang.

Karakteristik mendasar dari pria adalah kompetitif, aktif secara fisik, kuat,

kasar, dan mandiri. Pada pria lebih banyak mengambil pekerjaan di luar

rumah (kantor, proyek, pabrik), waktu penuh bahkan hingga mengambil

lembur. Insiden terluka saat berolahraga, kecelakaan saat berkendara

dengan kecepatan tinggi, ketergantungan hingga kematian akibat

penggunaan NAPZA secara illegal, ketergantungan terhadap minuman

beralkohol dan rokok adalah berbagai masalah kesehatan yang

mengancam kesehatan pria

3. Orientasi tentang penyakit serta pencegahannya: orientasi terhadap

penyakit merupakan kemampuan untuk menyadari gejala dari suatu

penyakit yang muncul dan melakukan tindakan yang sesuai untuk

mengatasi gejala tersebut. Kebanyakan penyakit, injury, dan kematian

pada pria dapat dicegah. Namun, pada kenyataannya pria lebih sering tidak

perduli terhadap gejala yang muncul.

4. Perilaku pelaporan kesehatan: pria lebih tertutup terhadap situasi

kesehatannya saat diwawancara baik itu secara tatap muka atau via

telepon. Hal ini juga dikarenakan pria kurang mengingat riwayat kesehatan

selama ini, baik itu masalah kesehatan yang pernah dialami hingga

tindakan medis yang diterima.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 21: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

10

Universitas Indonesia

2.2 Kecelakaan Lalu Lintas

2.2.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan diartikan sebagai tiap kejadian yang tidak direncanakan dan

terkontrol yang dapat disebabkan oleh manusia, situasi, faktor lingkungan,

ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal tersebut yang mengganggu

proses kerja dan dapat menimbulkan cedera ataupun tidak, kesakitan,

kematian, kerusakaan property ataupun kejadian yang tidak diinginkan

lainnya (Colling, 1990 dalam Bhaswata, 2009). Kecelakaan bukanlah

suatu kejadian yang terjadi secara kebetulan dan berdampak pada

kerusakan pada barang maupun pada individu yang mengalaminya (Sirait,

2008).

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan kecelakaan lalu lintas adalah suatu

peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan

kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan

korban manusia dan/ atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas

digolongkan menjadi tiga, yaitu: (a) kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu

merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan atau

barang; (b) kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang

mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/ atau barang; (c)

kecelakaan lalu lintas berat, yaitu yang mengakibatkan korban luka berat

atau meninggal.

2.2.2 Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Warpani (2002) menyatakan penyebab kecelakaan lalu lintas dapat

dikelompokkan dalam empat unsur, yakni: manusia, kendaraan, jalan, dan

lingkungan.

1. Faktor manusia

Manusia sebagai pengendara memiliki faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam berkendara, yaitu faktor psikologis dan faktor

fisiologis. Faktor psikologis dapat berupa mental, sikap, pengetahuan,

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 22: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

11

Universitas Indonesia

dan keterampilan. Sedangkan faktor fisiologis mencakup penglihatan,

pendengaran, sentuhan, penciuman, kelelahan, dan sistem syaraf.

Karakteristik dari pengendara yang berpengaruh terhadap terjadinya

kecelakaan lalu lintas, yaitu umur, jenis kelamin, perilaku, dan

kepemilikan SIM.

2. Faktor kendaraan

Faktor-faktor kendaraan yang berisiko menimbulkan kecelakaan lalu

lintas pada pengendara sepeda motor adalah rem blong, ban, selip,

lampu kendaraan.

3. Faktor jalan

Faktor jalan meliputi kondisi jalan yang rusak, berlubang, licin, gelap,

tanpa marka/rambu, dan tikungan/tanjakan/turunan tajam, selain itu

lokasi jalan seperti di dalam kota atau di luar kota (pedesaan) dan

volume lalu lintas juga berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan

lalu lintas

4. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas berasal

dari kondisi cuaca, yakni berkabut, mendung, dan hujan. Interaksi

antara faktor jalan dan faktor lingkungan inilah yang akhirnya

menciptakan faktor lingkungan fisik yang menjadi salah satu sebab

terjadinya kecelakaan lalu lintas

2.2.3 Dampak Kecelakaan Lalu lintas

Badan Pusat Statistik (2011) membagi dampak kecelakaan lalu lintas

menjadi korban meninggal, luka berat, luka ringan, dan kerugian materi.

Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang

Prasarana dan Lalu Lintas Jalan BAB XI Pasal 93 menyatakan dampak

kecelakaan lalu lintas dapat diklasifikasi berdasarkan kondisi korban,

yaitu:

1. Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan

meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka

waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 23: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

12

Universitas Indonesia

2. Luka berat adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacat

tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh)

hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan sebagai

cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat

digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau pulih untuk

selama-lamanya.

3. Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka

yang tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah

sakit kurang dari 30 hari.

2.3 Fraktur Femur dan Patela

2.3.1 Definisi

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2001). Sedangkan menurut Price dan

Wilson (2005) fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh

trauma atau tenaga fisik. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang

yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan

fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 1999). Fraktur dapat terjadi

pada setiap bagian tubuh, termasuk pada ekstremitas bawah.

Fraktur femur dan patella adalah terputusnya kontinuitas tulang femur dan

patella. Fraktur femur dapat terjadi pada beberapa tempat. Bila bagian

kaput, kolum atau trokhanter femur yang terkena, maka disebut fraktur

pinggul (Smeltzer & Bare, 2001). Terdapat dua tipe utama fraktur pinggul,

yaitu: (a) fraktur interkapsuler adalah fraktur kolum femur; (b) fraktur

ekstrakapsuler adalah fraktur daerah trokhanterik (antara basis kolum

femur dan trokhanter minor femur) dan daerah subtrokhanterik. Selain itu,

fraktur femur juga dapat terjadi pada daerah batang femur dan di daerah

lutut (suprakondiler dan kondiler).

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 24: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

13

Universitas Indonesia

2.3.2 Etiologi

Fraktur dapat terjadi akibat adanya trauma langsung, trauma tidak

langsung, proses penyakit, dan beban.

1. Trauma langsung

Kekerasan atau pukulan langsung menyebabkan patah tulang pada

titik terjadinya kekerasan. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang

lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare, 2001).

2. Trauma tidak langsung

Fraktur yang diakibatkan karena trauma tidak langsung terjadi jika

titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan (Corwin, 2000). Contoh

dari frakur trauma tidak langsung adalah patahnya tulang karena jatuh

terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

3. Patologik

Corwin (2000) menyatakan fraktur patologik merupakan fraktur yang

diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang

disebabkan oleh suatu proses penyakit. Fraktur patologik terjadi pada

daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor,

kanker dan osteoporosis (Price & Wilson, 2005).

4. Fraktur beban

Price dan Wilson (2005) menambahkan satu etiologi terjadinya

fraktur, yaitu diakibatkan karena beban yang berlebihan. Fraktur

baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja

menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam

angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari.

2.3.3 Jenis Fraktur

Fraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan komplit dan ketidakkomplitan

fraktur, sifat fraktur, sudut patah, jumlah garis patah, dan jenis fraktur

lainnya.

1. Berdasarkan komplit dan ketidakkomplitan fraktur

Kekuatan dan sudut dari tenaga yang menyebabkan fraktur, keadaan

tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 25: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

14

Universitas Indonesia

fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price & Wilson,

2005). Frakur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang

dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).

Sedangakan fraktur tidak komplet, patah hanya terjadi pada sebagian

garis tengah tulang (Smeltzer & Bare, 2001).

2. Berdasarkan sifat fraktur

Fraktur tertutup (closed) tidak menyebabkan robeknya kulit karena

tidak ditembus oleh fragmen tulang (Price & Wilson, 2005). Frakur

terbuka (open atau compound) yaitu fraktur dengan luka pada kulit

atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka

digradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih kurang dari satu cm

panjangnya; Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak

yang ekstensif; Grade III dengan luka yang terkontaminasi dan

mengalami jaringan lunak yang ekstensif (Smeltzer & Bare, 2001).

3. Berdasarkan sudut patah

Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus

terhadap sumbu tulang. Fraktur oblik adalah fraktur dengan garis

patah membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur spiral adalah fraktur

memuntir seputar batang tulang (Price & Wilson, 2005).

4. Berdasarkan jumlah garis patah

Fraktur kominutif atau komunita adalah fraktur dengan tulang pecah

menjadi beberapa fragmen (Smeltzer & Bare, 2001). Fraktur

segmental yaitu dua fraktur berdekatan pada satu tulang menyebabkan

terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya (Price & Wilson,

2006). Fraktur multiple yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu

tapi tidak pada tulang yang sama (Corwin, 2000).

5. Jenis fraktur lain

Fraktur kompresi adalah fraktur di mana tulang mengalami kompresi

dan biasanya terjadi pada tulang belakang. Fraktur patologik, yaitu

fraktur yang terjadi pada daerah tulang yang berpenyakit (kista,

penyakit Paget, metastasis tulang, tumor). Greenstick merupakan

fraktur di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 26: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

15

Universitas Indonesia

membengkok. Avulsi adalah tertariknya fragmen tulang oleh ligament

atau tendon pada pelekatannya.

2.3.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan dan perubahan warna

lokal (Smeltzer & Bare, 2001).

1. Nyeri

Nyeri akan terjadi terus menerus dan bertambah beratnya sampai

fragmen tulang di imobilisasi. Nyeri diakibatkan oleh mekanisme dari

otot untuk melindungi jaringan yang lunak. Spasme otot yang

menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang

untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. Nyeri juga

diakibatkan oleh pembengkakan lokal pada daerah yang cedera,

sehingga menekan ujung saraf nyeri.

2. Deformitas

Pergeseran fragmen pada fraktur menyebabkan deformitas,

ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan

ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik

karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat

melekatnya otot.

3. Pemendekan tulang

Pemendekan tulang sebenarnya diakibatkan karena kontraksi otot

yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur. Pemendekan tulang

biasanya terlihat pada tulang panjang

4. Krepitus

Krepitus atau derik tulang akan teraba saat ekstremitas diperiksa

dengan tangan. Krepitus terjadi akibat gesekan antara fragmen satu

dengan yang lainya.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 27: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

16

Universitas Indonesia

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal

Beberapa jam atau hari setelah terjadinya fraktur akan timbul

pembengkakan dan peruabahan warna lokal. Hal tersebut timbul

akibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

Manifestasi klinis yang terlihat pada klien dengan fraktur kolum femur,

yaitu tungkai dapat mengalami pemendekan, adduksi, dan rotasi eksterna.

Pasien akan mengeluh nyeri ringan pada selangkangan atau di sisi medial

lutut. Klien biasanya merasakan nyeri hebat apabila tungkai digerakkan

dan merasa lebih nyaman jika tungkai difleksikan dalam posisi rotasi

eksternal. Pada fraktur ekstrakapsuler, ekstremitas jelas tampak

memendek, dengan rotasi eksternal yang lebih besar dibandingkan fraktur

interkapsuler, memperlihatkan spasme otot yang tidak memungkinkan

ekstremitas pada posisi normal (Smeltzer & Bare, 2001).

2.3.5 Komplikasi

2.3.5.1 Komplikasi awal

Komplikasi awal fraktur dapat berupa syok, sindrom emboli lemak,

sindrom kompartemen, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.

1. Syok hipovolemik

Hal ini terjadi akibat adanya perdarahan, baik kehilangan darah

eksterna muapun yang tidak tampak. Syok terjadi pada fraktur

ektremitas, toraks, pelvis, dan vertebra. Tulang merupakan daerah

yang sangat vaskular sehingga dapat terjadi kehilangan darah yang

cukup besar terutama pada pelvis dan femur (Smeltzer & Bare, 2001).

2. Sindrom kompartemen, yaitu ditandai oleh karusakan atau kematian

saraf dan pembuluh darah yang disebabkan oleh pembengkakan dan

edema di daerah fraktur. Hal ini menimbulkan hipoksia jaringan dan

dapat menyebabkan kematian saraf- saraf yang mempersarafi daerah

tersebut (Corwin, 2000). Smeltzer dan Bare (2001) menyatakan

sindrom kompartemen dapat diakibatkan oleh dua hal, yaitu: (a)

penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 28: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

17

Universitas Indonesia

otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat, atau (b)

peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau iskemia dan

cedera remuk.

3. Sindrom emboli lemak. Embolus lemak terjadi setelah tulang patah,

terutama tulang panjang. Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat

masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari

tekanan kapiler atau karena ketokolamin yang dilepaskan oleh reaksi

stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan

terjadinya globula lemak dalam aliran darah (Smeltzer & Bare, 2001).

Embolus lemak yang timbul setelah fraktur tulang panjang dapat

mengganggu sirkulasi paru dan menimbulkan distres atau kegagalan

pernafasan (Corwin, 2000).

4. Infeksi terjadi karena trauma pada jaringan. Sistem pertahanan tubuh

rusak bila ada trauma pada jaringan. Infeksi pada fraktur, biasanya

terjadi pada fraktur tebuka. Pada trauma orthopedik infeksi dimulai

pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Infeksi juga dapat terjadi

akibat prosedur pembedahan.

5. Avaskular nekrosis (AVN). AVN merupakan kematian pada jaringan

atau tulang akibat berkurang atau tidak adanya pasokan darah. AVN

terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa

menyebabkan nekrosis tulang

2.3.5.2 Komplikasi lambat

Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: malunion,

delayed union, dan non union.

1. Malunion dalam suatu keadaan di mana tulang yang patah telah

sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupakan

penyembuhan tulang yang disertai dengan perubahan bentuk

(deformitas).

2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan namun

dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed

union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 29: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

18

Universitas Indonesia

waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan

karena penurunan suplai darah ke tulang.

3. Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan

memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9

bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih

pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseuardoarthrosis.

Pasien biasanya mengeluh tidak nyaman dan gerakan yang menetap

pada tempat fraktur. Faktor yang ikut berperan dalam masalah

penyambungan meliputi infeksi pada tempat fraktur, imobilisasi dan

manipulasi yang tidak memadai, jarak yang terlalu jauh antara

fragmen tulang, dan gangguan asupan darah yang menyebabkan

nekrosis avaskular (Smeltzer & Bare, 2001).

2.4 Penyembuhan Tulang

Tulang dapat mengalami proses penyembuhan, yaitu (Smeltzer & Bare,

2001):

1. Fase hematoma (24-72 jam): ketika terjadi fraktur, maka terjadi proses

inflamasi pada daerah yang cedera. Pembentukan hematom terjadi karena

adanya perdarahan. Makrofag akan menginvasi daerah yang luka dan

membersihkan daerah terebut.

2. Fase ploriferasi (3 hari-2 minggu): mulai terbentuk benang-benang fibrin

dalam jendalan darah, terjadi revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan

osteoblast. Fibroblast dan osteoblast akan menghasilkan matriks kolagen

pada patahan tulang

3. Fase pembentukan kalus (3-6 minggu): pertumbuhan jaringan berlanjut

dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah

terhubungkan. Kalus terutama terdiri dari kartilago, osteoblast, kalsium,

dan fosfor. Fragmen patahan tulang dihubungkan dengan jaringan fibrus,

tulang rawan, dan tulang serat imatur. Pembentukan kalus dapat dilihat

melalui pemeriksaan sinar-x.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 30: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

19

Universitas Indonesia

4. Fase osifikasi (3 minggu-6 bulan): pembentukan kalus mulai mengalami

penulangan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar

telah bersatu dengan keras.

5. Fase remodelling dan konsolidasi (6-8 bulan): konsolidasi terjadi

diindikasikan dengan kalus yang terus berkembang, jarak antara fragmen

tulang makin memendek, dan kemudian menutup. Remodelling terjadi

ketika jaringan tulang yang berlebihan direabsorbsi dan dikikis oleh

osteoklast sampai akhirnya menyatu. Tulang akan kembali kepada bentuk

dan kekuatan struktural sebelum terjadinya fraktur.

Fraktur kolum femur menyebabkan penyembuhan yang lebih sulit jika

dibandingkan dengan fraktur trokhanter. Hal ini diakibatkan oleh karena

sistem pembuluh darah yang memasok darah ke kaput dan kolum femur dapat

mengalami kerusakan akibat fraktur. Kerusakan pembuluh darah tersebut

mengakibatkan terhentinya nutrisi untuk tulang dan menyebabkan sel menjadi

mati (Smeltzer & Bare, 2001).

2.5 Penatalaksanaan Fraktur

Penanganan fraktur meliputi rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.

1. Rekognisi: dilakukan untuk mengetahui jenis fraktur, lokasi dan keadaan

secara umum.

2. Reduksi: mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi

anatomis. Reduksi terbagi menjadi tiga, yaitu reduksi terbuka, tertutup,

dan traksi. Reduksi tertutup dilakukan dilakukan dengan mengembalikan

fragmen tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual. Alat

imobilisasi seperti gips, bidai, atau alat lai dipasang sebagai alat

imobilisasi dan menstabilkan ekstremitas. Sinar-x dilakukan untuk

mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.

Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Traksi

dibagi menjadi traksi kulit dan skeletal. Berat beban yang dipasang pada

traksi kulit adalah satu per sepuluh berat badan klien. Sedangkan pada

traksi skeletal, beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 31: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

20

Universitas Indonesia

terjadi. Reduksi terbuka merupakan proses mengembalikan fragmen tulang

melalui proses pembedahan (Smeltzer & Bare, 2001).

3. Retensi: imobilisasi atau mempertahankan posisi tulang. Posisi tulang

harus diimobilisasi dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai

terjadinya penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan melalui fiksasi interna

maupun eksterna.

4. Rehabilitasi: mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

untuk menghindari atrofi atau kontraktur. Mobilisasi dini harus segera

dimulai dan dilakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan

anggota tubuh dan mobilisasi jika keadaan memungkinkan.

Pembedahan yang biasanya dilakukan pada klien fraktur dibagi menjadi

ORIF dan OREF. Kedua tindakan terebut merupakan gabungan antara

reduksi dan retensi pada penatalaksanaan fraktur.

1. ORIF (open reduction and internal fixation): memperbaiki fungsi dengan

mengembalikan gerakan dan stabilitas serta mengurangi nyeri dan

disabilitas. Alat yang digunakan untuk fiksasi interna adalah dalam

bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam. Alat-alat

tersebut dipasang pada sisi tulang atau dipasang melalui fragmen tulang

atau langsung ke rongga sumsum tulang (Smeltzer & Bare, 2001).

2. OREF (open reduction and external fixation): fiksasi eksternal digunakan

untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat

ini dapat memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif

sementara jaringan lunak yang lunak dapat ditangani dengan aktif. Cara

yang dilakukan pada OREF adalah dengan mereduksi garis fraktur,

kemudian disejajarkan dan diimobilisasi dengan sejumlah pin yang

dimasukkan ke dalam fragmen tulang. Pin yang telah terpsang, dijaga

tetap dalam posisinya yang dikaitkan pada kerangkanya (Smeltzer &

Bare, 2001).

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 32: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

21

Universitas Indonesia

2.6 Penatalaksanaan Pasien yang Menjalani Bedah Orthopedi

2.6.1 Peran Perawat Pre Operasi

Sasaran utama sebelum pasien menajalani operasi adalah peredaan nyeri,

perfusi darah adekuat, dan peningkatan mobilitas fisik. Teknik penanganan

nyeri dapat dilakukan dengan kolaborasi pemberian analgesik. Pasien juga

perlu diajarkan teknik melakukan tarik napas dalam untuk mengurangi

nyeri. Pada bagian ekstermitas yang bengkak akibat inflamasi pada daerah

yang fraktur, dapat ditinggikan untuk memperbaiki aliran balik vena dan

mengurangi rasa tidak nyaman. Untuk memperbaiki status perfusi jaringan

agar adekuat, perlu adanya pengkajian sesering mungkin pada status

neurovaskular (warna, suhu, pengisian kapiler, denyut nadi, nyeri, edema,

parestesia, dan gerakan). Perawat perlu membantu pasien untuk

menggerakkan dengan lembut bagian yang cedera dengan memberikan

sokongan yang adekuat (Smeltzer & Bare, 2001).

Perawat perlu mengajarkan klien mengenai dampak yang akan

ditimbulkan setelah operasi, seperti timbul batuk dan nyeri. Perawat perlu

mengajarkan teknik batuk efektif agar klien dapat menerapkan setelah

operasi. Perawat juga perlu mempersiapkan kebutuhan klien sebelum

operasi, seperti lembar persetujuan operasi, pemeriksaan darah, rontgen,

serta kolaborasi dengan ahli bedah dan anastesi. Edukasi sebelum operasi

penting dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada pasien. Perawat

perlu memberitahukan pasien agar berpuasa enam jam sebelum operasi,

membersihkan diri, dan melepaskan perhiasan, rambut palsu, gigi palsu,

dan mengganti pakaian dengan pakaian operasi. Perawat juga perlu

menginformasikan bahwa pasien juga akan dilakukan enema atau huknah

melalui anus untuk membersihkan ususnya.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 33: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

22

Universitas Indonesia

2.6.2 Peran Perawat Pascaoperasi

Trauma skelet dan pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot, dan

sendi dapat mengakibatkan nyeri hebat, khususnya beberapa hari setelah

operasi. Perfusi jaringan harus selalu dipantau karena edema dan

perdarahan ke jaringan dapat memperburuk peredaran darah dan

menyebabkan sindrom kompartemen. Pengkajian fungsi respirasi,

gastrointestinal, dan perkemihan juga perlu dilakukan sebagai efek dari

anestesi. Syok hipovolemia dapat terjadi akibat kehilangan darah. Perawat

perlu mengecek terhadap adanya peningkatan frekuensi nadi dan

penurunan tekanan darah.

Nyeri hebat dapat ditangani dengan kolaborasi pemberian analgesick dan

motivasi klien melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam. Peninggian

ektremitas yang dioperasi dan kompres dingin bila perlu, dapat membantu

mengontrol edema dan nyeri yang ditimbulkannya. Perawat perlu

memantau status neurovaskular bagian tubuh yang dioperasi untuk

menjaga perfusi jaringan pasien tetap adekuat. Pasien perlu diingitkan

mengenai latihan pergelangan kaki dan pemompaan betis setiap jam bila

dalam keadaan terjaga. Mobilisasi dini perlu segera dilakukan untuk

rehabilitasi post operasi. Klien mungkin memerlukan beberapa bentuk alat

bantu, seperti tongkat dan walker. Perawat juga melakukan perawatan luka

post operasi dengan teknik streril untuk mencegah terjadinya infeksi. Jika

pasien terpasang drain, perawat perlu mencatat perdarahan yang terjadi

dan melakukan pemeriksaan laboratorium agar tidak terjadi syok

hipovolemik (Smeltzer & Bare, 2001).

2.7 Elevasi Kaki

Salah satu penyebab dari radang adalah adanya trauma (Pringgoutomo,

Himawan, & Tjarta, 2002). Operasi atau pembedahan merupakan semua

tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau

menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembedahan dapat

menimbulkan respon inflamasi atau peradangan. Oleh karena itu, maka pada

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 34: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

23

Universitas Indonesia

bagian tubuh yang dioperasi atau dibedah dapat mengalami kerusakan

jaringan dan peradangan. Proses radang meliputi vasodilatasi pembuluh

darah, peningkatan permeabilitas kapiler, dan edema lokal (Sherwood, 2001).

Histamin dikeluarkan dari jaringan yang rusak dan menyebabkan vasodilatasi

pembuluh darah. Arteriol yang berdilatasi meningkatkan aliran darah ke

tempat yang cedera. Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas

kapiler sehingga protein-protein plasma lolos keluar dari pembuluh darah

pada jaringan yang meradang. Protein plasma yang bocor dan tertimbun di

interstisium menimbulkan peningkatan tekanan osmotik. Peningkatan tekanan

osmotik lokal yang disertai dengan peningkatan tekanan darah kapiler akibat

peningkatan aliran darah cenderung meningkatkan filtrasi dan menurunkan

reabsorbsi cairan menembus kapiler yang bersangkutan. Hasil akhir dari

pergeseran keseimbangan cairan tersebut adalah edema lokal (Sherwood,

2001)

Elevasi pada kaki setelah terjadinya fraktur maupun setelah post operasi

memiliki manfaat untuk menurunkan edema lokal menurut berbagai ahli.

Elevasi sangat membantu dalam edema tahap awal, ketika edema mudah

dimobilisasi, seperti segera setelah operasi (Villeco, 2003). Bagian fraktur

atau post operasi ditinggikan dengan rasional untuk meningkatkan aliran balik

vena, menurunkan edema, dan menurunkan nyeri (Doenges, 1999).

Peninggian ekstremitas perlu dilakukan kecuali dikontraindikasikan dengan

meyakinkan adanya sindrom kompartemen. Pada adanya sindrom

kompartemen, peninggian ekstremitas akan menghalangi aliran arteri dan

menurunkan perfusi. Smeltzer dan Bare (2001) juga menyatakan hal yang

sama, yaitu dengan meninggikan posisi kaki bermanfaat untuk mengurangi

terjadinya edema. Elevasi menggunakan prinsip gravitasi untuk

meningkatkan aliran vena dan limfatik dari anggota badan yang ditinggikan

dengan mengurangi tekanan hidrostatik di dalam pembuluh darah, yang pada

akhirnya menurunkan tekanan filtrasi kapiler di arteri (Villeco, 2003).

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 35: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

24 Universitas Indonesia

BAB 3

KASUS

BAB 3 berisi asuhan keperawatan pada kasus kelolaan. Asuhan keperawatan yang

diberikan meliputi pengkajian, analisis data, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi.

3.1 Pengkajian

Klien dengan inisial Tn. I berjenis kelamin laki-laki. Klien lahir pada tanggal

19 September 2013. Saat dilakukan pengkajian, klien berusia 29 tahun. Nomor

rekam medik klien 1227363. Klien masuk dan dirawat di GPS lantai satu pada

tanggal 26 April 2013. Penulis mendapatkan informasi pengkajian mengenai

klien dari klien sendiri, ibu klien, dan status rekam medik.

Tn. I datang ke IGD RSUP Fatmawati pada tanggal 24 April 2013. Klien

datang diantar oleh keluarga pada pukul 07.00 WIB. Motor yang ditumpangi

klien mengalami kecelakaan kurang lebih dua jam sebelum masuk rumah sakit

(SMRS) di jalan raya dekat rumahnya. Klien yang merupakan pembonceng

sepeda motor, mengatakan tidak tahu jika motornya menabrak pembatas jalan.

Saat itu, klien terpental dari sepeda motor sejauh dua meter. Tiba-tiba kaki

kanan klien menghentak ke aspal dan lutut kanan terbentur pembatas jalan

yang tajam. Klien pingsan sekitar tujuh jam dan sadar saat di IGD. Berdasarkan

data rekam medik, klien datang ke IGD dengan cedera pada lutut, lengan, siku,

dan punggung. Tampak tulang pada lutut kanan klien. Saat masuk ke IGD,

dilakukan debridement pada klien dengan mencuci luka menggunakan NaCl

dan H2O2 kemudian dibilas menggunakan NaCl.

Operasi kedua yang dijalani oleh klien adalah ORIF (open reduction and

internal fixation) distal femur dan TBW (tension band wiring) patella. Operasi

dilakukan pada tanggal 1 Mei 2013. Klien diberikan spinal anastesi dan jumlah

perdarahan selama operasi mencapai 600 cc. Setelah menjalani operasi, klien

kembali ke GPS lantai satu dan kembali menjalani perawatan.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 36: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

25

Universitas Indonesia

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 7 Mei 2013. Sebelum masuk

rumah sakit, pekerjaan klien adalah sebagai wiraswasta. Namun, karena

keterbatasan kondisinya, saat ini klien hanya dapat tiduran di tempat tidur. Jika

malam, tidur klien sering terganggu karena klien merasa nyeri pada luka

operasi maupun pada bagian fraktur yang belum dioperasi. Biasanya jika nyeri

timbul, klien meminta perawat untuk memberikan obat injeksi.

Bunyi jantung normal, yaitu BJ I dan BJ II, murmur (-), CRT <3 detik, TD=

110/80 mmHg, nadi=84x/menit, nadi teraba pada ektremitas yang sakit

(dextra). Bunyi napas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-), frekuensi napas=

20x/menit. Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, bibir sedikit kering dan

pucat. Klien BAB dan BAK dengan normal. BAB paling tidak 1x/hari dengan

warna kuning dan konsistensi lembek. BAK > 3x/ hari dengan warna kuning

jernih. Tidak ada masalah pada abdomen klien, nyeri tekan (-), massa (-).

Aktivitas sehari-hari klien dibantu oleh keluarga. Ketika berpakaian, klien

mampu menggunakan baju sendiri. Klien juga mampu makan sendiri. Namun,

klien tidak dapat turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi untuk BAB

dan BAK karena keterbatasan pada ekstermitas kanan yang mengalami fraktur.

Klien hanya dapat berbaring dan duduk di tempat tidur. Klien dapat

mengerakkan seluruh anggota tubuh dengan maksimal kecuali, pada kaki

kanan. Kekuatan otot klien maksimal pada kedua ekstremitas atas dan

ekstremitas bawah bagian kiri. Klien hanya dapat menggerakkan jari kaki

kanan saja.

Klien mengatakan nyeri pada bagian post operasi di lutut dan paha kanan.

Skala nyeri 3-4. Nyeri seperti berdenyut dan hilang timbul, lebih sering timbul

pada malam hari. Biasanya klien merasa nyeri saat menggerakkan atau

mengubah posisi kaki kanannya. Jika nyeri, klien terlihat mengerutkan muka

bahkan terkadang sampai berteriak.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 37: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

26

Universitas Indonesia

Klien kembali direncanakan untuk menjalani operasi pada tanggal 10 Mei 2013

untuk dilakukan ORIF pada kolum femur. Klien mengatakan cemas dengan

operasi yang akan dijalani walaupun tidak secemas operasi sebelumnya. Klien

berharap dengan operasi yang dijalani maka keadaan kaki kanannya akan lebih

baik.

Diagnosa medis klien adalah fraktur multiple, yaitu fraktur patella, distal

femur, dan colum femur. Fraktur pada distal femur dan patella merupakan

fraktur terbuka dengan grade III, sedangkan fraktur pada kolum femur adalah

fraktur tertutup. Berdasarkan hasil rontgen pada tanggal 2 Mei 2013 (post op

ORIF distal femur dan TBW patela) didapatkan gambaran fraktur pada kolum

femur dextra dan sublikasi caput femur dengan pergeseran fragmen distal

fraktur ke superlateral.

3.2 Analisis Data dan Diagnosa Kepeawatan

Penulis mengelompokkan data-data pengkajian sehingga ditemukan masalah

keperawatan pada klien. Masalah keperawatan pada klien dikelompokkan

menjadi masalah keperawatan sebelum dan setelah operasi.

Klien menyatakan cemas terhadap operasinya walaupun tidak secemas operasi

yang sebelumnya. Klien mengatakan tindakan operasi yang akan dijalankannya

yaitu operasi pada bagian pangkal paha. Klien berharap dengan operasi yang

dijalani maka keadaan kaki kanannya akan lebih baik. Klien menjalani operasi

yang ketiga, yaitu ORIF kolum femur pada tanggal 10 Mei 0213. Dari data-

data tersebut, didapatkan diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan

prosedur pembedahan sebagai diagnosa yang ditemukan sebelum klien

menjalani operasi.

Diagnosa lain yang ditemukan pada klien adalah nyeri akut. Masalah nyeri

yang dirasakan pada klien, menjadi masalah keperawatan yang ditemukan baik

sebelum, maupun setelah operasi ORIF kolum femur. Sebelum operasi yang

dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2013, klien merasakan nyeri pada bagian

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 38: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

27

Universitas Indonesia

kolum femur dan luka post op pada distal femur dan patella. Klien mengatakan

skala nyeri 3-4. Klien mengatakan nyeri berdenyut dan hilang timbul, lebih

sering timbul pada malam hari. Biasanya klien merasa nyeri saat

menggerakkan atau mengubah posisi kaki kanannya. Jika nyeri, klien terlihat

mengerutkan muka bahkan terkadang sampai berteriak. Setelah operasi, klien

kembali merasa nyeri pada luka post op pada kolum femur. Skala nyeri 4-5.

Klien diberikan ketorolac tiga kali per hari. Dignosa keperawatan terkait nyeri

yang muncul sebelum operasi adalah nyeri akut berhubungan dengan spasme

otot, gerakan fragmen. Sedangkan diagnosa setelah operasi yaitu nyeri

berhubungan dengan post operasi ORIF.

Klien juga mengalami hambatan mobilitas fisik. Sebelum dan setelah operasi,

aktivitas sehari-hari klien dibantu oleh keluarga. Klien hanya dapat berbaring

dan duduk di tempat tidur. Klien dapat mengerakkan seluruh anggota tubuh

dengan maksimal kecuali, pada kaki kanan. Klien hanya dapat menggerakkan

jari kaki kanan saja. Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan kaki

kanannya. Diagnosa keperawatan terkait mobilitas fisik pada pre dan post

operasi adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

ketidaknyamanan.

Post operasi ORIF, klien mengalami risiko infeksi. Berdasarkan hasil

labaratorium pada tanggal 10 Mei 2013, leukosit klien 20.000/µl (meningkat).

Klien memiliki luka post operasi pada bagian femur kanan. Panjang luka pada

bagian paha sekitar 35 cm dan terdapat luka post op pada lutut. Klien telah

menjalani operasi tiga kali, yaitu pada tanggal 24 April 2013 (debridement), 1

Mei 2013 (ORIF distal femur dan TBW patella), dan 10 Mei 2013 (ORIF

kolum femur).

Disimpulkan bahwa terdapat dua masalah keperawatan yang sama yang

muncul pada pre dan post operasi, yaitu nyeri akut dan hambatan mobilitas

fisik. Jadi, diagnosa keperawatan yang muncul sebelum operasi adalah ansietas

b/d prosedur pembedahan; nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang,

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 39: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

28

Universitas Indonesia

dan luka post ORIF distal femur dan TBW patella; dan hambatan mobiltas fisik

b/d nyeri dan ketidaknyamanan. Sedangkan diagnosa keperawatan yang mucul

setelah operasi adalah nyeri akut b/d post operasi ORIF kolum femur;

hambatan mobilitas fisik b/d nyeri dan ketidaknyamanan; risiko infeksi b/d

prosedur pembedahan.

3.3 Perencanaan dan Implementasi Keperawatan

Penulis melakukan perencanaan dan implementasi terkait masalah keperawatan

yang ditemukan pada klien. Implementasi keperawatan dilakukan dari tanggal

8-31 Mei 2013. Implementasi keperawatan dibagi menjadi implementasi

sebelum dan sesudah operasi. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada

klien adalah terkait diagnosa ansietas, nyeri akut, hambatan mobilitas fisik. dan

risiko infeksi.

1. Ansietas

Klien diharapkan dapat mengatasi kecemasan yang dirasakan setelah

klien mendapatkan tindakan keperawatan. Implementasi yang dilakukan

adalah dengan mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya,

menjelaskan persiapan sebelum operasi dan memvalidasi pengetahuan

klien menganai operasi yang akan dijalankan. Selain itu, penulis juga

mengajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam untuk

mengurangi kecemasan.

2. Nyeri akut

Klien diharapkan dapat menyatakan nyeri terkontrol. Implementasi yang

dilakukan oleh penulis adalah dengan mempertahankan imobilisasi

bagian yang sakit, yaitu dengan melakukan tirah baring. Penulis

mengkaji keluhan nyeri pada klien, yaitu dengan menanyakan skala

nyeri, lokasi, dan karakteristik nyeri. Penulis juga melakukan kolaborasi

pemberian analgesic (ketorolac) tiga kali per hari. Penulis menganjurkan

klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam. Penulis melakukan

elevasi pada kaki kanan klien menggunakan bantal. Dengan

dilakukannya elevasi, diharapkan sirkulasi balik vena menjadi lancar

dan tidak ada pembengkakan pada luka post operasi.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 40: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

29

Universitas Indonesia

3. Hambatan mobilitas fisik

Klien diharapkan dapat meningkatkan atau mempertahankan mobilitas

pada tingkat paling tinggi yang mungkin dan mempertahankan posisi

fungsional. Penulis mengajarkan klien untuk melakukan latihan rentang

pergerakan sendi (RPS). Pada bagian tubuh yang sakit, penulis

melakukan RPS pasif dengan membantu klien untuk menggerakkan jari

kakinya. Penulis memberikan penjelasan terhadap manfaat dari

melakukan latihan pergerakan sendi. Untuk mencegah terjadinya

dekubitus, penulis menganjurkan klien untuk tidak hanya tidur dengan

posisi terlentang, tetapi juga klien dapat duduk atau mengubah posisi

tidur menjadi miring kanan kiri. Penulis melibatkan keluarga untuk

dalam membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Risiko infeksi

Klien diharapkan tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Implementasi

yang dilakukan adalah dengan mengobservasi tanda-tanda vital klien,

meningkatkan upaya untuk mencegah infeksi dengan cara mencuci

tangan five moment serta mempertahankan teknik steril pada saat

melakukan perawatan luka post operasi. Penulis memantau hasil

labaratorium dan berkolaborasi untuk memberikan antibiotic. Pada

awalnya, klien diberikan ceftiaxone sebagai antibiotic. Namun, setelah

pemeriksaan laboratorium (uji sensisitivitas) tanggal 14 Mei 2013, klien

resisten terhadap pemberian ceftriaxone. Berdasarkan hasil lab, klien

sensitif terhadap fosmycin sehingga antibiotik yang diberikan adalah

fosmycin dua kali per hari.

3.4 Evaluasi

Penulis melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan

pada klien. Evaluasi dilakukan setelah penulis selesai melakukan dinas di

setiap harinya.

1. Ansietas

Klien dapat menghadapai prosedur pembedahan dengan baik. Ketika

diantarkan ke ruang OK, klien terlihat tenang.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 41: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

30

Universitas Indonesia

2. Nyeri akut

Klien mengatakan nyeri hilang timbul. Klien sudah menjalankan teknik

relaksasi napas dalam yang diajarkan ketika nyeri. Namun, jika klien

merasa sudah tidak kuat dengan nyeri yang dirasakan, klien akan meminta

analgesic kepada perawat.

3. Hambatan mobilitas fisik

Klien melakukan latihan rentang pergerakan sendi yang diajarkan. Klien

juga menggerakkan jari kaki kanannya. Selama klien dirawat, klien

memang merasa ketakutan untuk menggerakkan kaki kanannya karena

nyeri yang dirasakan. Klien sudah dapat menggantungkan kakinya di

tempat tidur dan berpindah dari tempat duduk ke kursi. Klien sudah

memiliki kruk dan penulis sudah mengukur tinggi kruk yang dicocokkan

dengan tinggi badan klien. Klien belum mampu belajar berjalan karena

merasa kakinya berat dan nyeri jika digerakkan.

4. Risiko infeksi

Masalah keperawatan risiko infeksi dihilangkan sejak satu minggu setelah

klien menjalani operasi ORIF kolum femur. Klien mengalami infeksi

pada bagian luka post op yang kedua, yaitu ORIF distal femur dan patella.

Luka operasi pada lutut klien mengeluarkan pus berwarna kuning. Lutut

kanan klien juga terlihat sangat bengkak jika dibandingkan dengan lutut

kiri. Perawatan luka post operasi dilakukan setiap hari setalah terjadinya

infeksi.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 42: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

31 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

BAB empat berisi pembahasan yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, yaitu

analisa KKMP dengan kasus kelolaan. Bagian kedua, yaitu analisa kasus kelolaan.

Sedangkan bagian ketiga, yaitu analisa salah satu intervensi yang diberikan pada

kasus kelolaan (elevasi kaki).

4.1 Analisa KKMP dengan Kasus Kelolaan

Masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal di daerah

perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan kota.

Jumlah masyarakat perkotaan bertambah setiap tahunnya dipengaruhi oleh

jalur urbanisasi. Urbanisasi ke perkotaan menyebabkan kemacetan lalu lintas

yang diakibatkan oleh pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor (Wibowo,

2010). Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang terjadi setiap tahunnya,

memyebabkan angka kecelakaan lalu lintas juga cukup tinggi. Peningkatan

angka kecelakaan lalu lintas menyebabkan berbagai dampak seperti korban

meninggal, luka berat, dan luka ringan. Dampak tersebut menjadi perhatian

khusus karena pada akhirnya menyangkut pada masalah kesehatan di

perkotaan.

Klien pada kasus kelolaan yang penulis ambil mengalami kecelakaan pada

saat menjadi pembonceng sepeda motor. Klien tinggal di Jakarta dan

mengalami kecelakaan di jalan raya dekat rumahnya. Berdasarkan rekam

medis, klien dinyatakan mengalami kecelakaan lalu lintas. Klien sendiri tidak

menyadari bahwa dirinya mengalami kecelakaan karena tiba-tiba motor yang

membawa dirinya menabrak pembatas jalan. Klien dianggap mengalami

kecelakaan karena kejadian yang menimpa dirinya bukanlah kemauan dari

dirinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Colling (1990) dalam

Bhaswata (2009) yang menyatakan kecelakaan merupakan kejadian yang

tidak direncanakan dan dapat menimbulkan cedera.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 43: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

32

Universitas Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009 menyatakan

kecelakaan lalu lintas (KLL) adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga

dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan

lain yang mengakibatkan korban manusia dan/ atau kerugian harta benda.

Klien mengalami kecelakaan lalu lintas karena kejadian yang dialami di jalan

raya dan tidak disengaja dan mengakibatkan korban, yaitu klien dan

pengendara sepeda motor yang membonceng klien. Berdasarkan penjelasan

UU nomor 22 tahun 2009, KLL pada klien tergolong KLL berat karena

menyebabkan korban luka berat.

Klien dirawat di RSUP Fatmawati dari tanggal 24 April-31 Mei 2013 (lebih

dari tiga puluh hari) sehingga klien digolongkan sebagai korban luka berat.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu

Lintas Jalan menyatakan korban luka berat adalah korban yang karena luka-

lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih

dari tiga puluh hari sejak terjadi kecelakaan. Klien menjalani perawatan

dalam jangka waktu yang lama dikarenakan klien mengalami fraktur

multiple, yaitu pada patella, distal femur, dan kolum femur sehingga klien

memerlukan tiga kali operasi untuk menangani fraktur tersebut.

Seorang pria dewasa lebih berisiko untuk mengalami kecelakaan saat

berkendara dengan kecepatan tinggi jika dlilihat dari sudut pandang sosial

(Nies & Ewen, 2001). Hal ini sejalan dengan usia dari klien kelolaan penulis,

yaitu 29 tahun yang masuk ke dalam kelompok usia (agregat) dewasa pria.

Selain itu, kejadian yang dialami oleh kasus kelolaah membenarkan data

WHO tahun 2011yang menyebutkan, sebanyak 67 persen korban kecelakaan

lalu lintas berada pada usia produktif, yakni 22 sampai 50 tahun (Badan

Intelijen Negara, 2011).

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 44: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

33

Universitas Indonesia

4.2 Analisa Kasus Kelolaan

Tn. I (29 tahun) mengalami fraktur multiple. Fraktur merupakan terputusnya

kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare,

2001). Fraktur multiple yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi

tidak pada tulang yang sama (Corwin, 2000). Berdasarkan pernyataan Corwin

tersebut, fraktur yang dialami oleh klien disebut fraktur multiple karena

patahan terdapat pada tulang femur (kolum dan distal) dan patella. Salah satu

penatalaksanaan pada fraktur yaitu adalah rekognisi yang merupakan upaya

mengetahui jenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umum (Smeltzer & Bare,

2001). Patahan tulang pada bagian femur dan patella yang terjadi pada klien

dilihat melalui hasil CT scan pada tanggal 24 April 2013 (gambar terlampir).

Fraktur yang terjadi pada klien disebabkan karena adanya trauma langsung.

Ketika klien terpental dari sepeda motor sejauh dua meter, kaki kanan klien

menghentak ke aspal dan lutut kanan terbentur pembatas jalan yang tajam.

Hentakan kaki ke aspal menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Klien mengalami fraktur karena pada tulang femur dan patela

klien dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer

& Bare, 2001). Berdasarkan sifat fraktur, klien mengalami fraktur tertutup

pada bagian kolum femur dan fraktur terbuka grade III pada bagian distal

femur dan patela. Pada bagian kolum femur disebut fraktur tertutup karena

fraktur tidak menyebabkan robeknya kulit karena tidak ditembus oleh

fragmen tulang (Price & Wilson, 2005). Sedangkan pada bagian distal femur

dan patella disebut fraktur terbuka karena terdapat luka pada kulit atau

membran mukosa sampai ke patahan tulang dan tampak tulang pada lutut

kanan klien. Fraktur terbuka yang dialami klien digolongkan grade III karena

terdapat luka robek 6x8cm dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang

ekstensif (Smeltzer & Bare, 2001). Terjadinya fraktur tertutup dan terbuka,

menimbulkan adanya tanda dan gejala yang dialami klien.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 45: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

34

Universitas Indonesia

Manifestasi klinis yang terdapat pada klien setelah terjadinya fraktur adalah

nyeri, deformitas, pembengkakan dan perubahan warna lokal. Pada saat di

IGD, klien mengatakan nyeri skala 4-6 pada bagian lutut kanan. Nyeri pada

klien diakibatkan oleh mekanisme dari otot untuk melindungi jaringan yang

lunak. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah

yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. Nyeri

juga diakibatkan oleh pembengkakakn lokal pada daerah yang cedera. Ketika

terjadi cedera, klien mengalami respon inflamasi pada bagian tubuh yang

fraktur. Akibat dari respon inflamasi, terjadi pembengkakan dan perubahan

warna local. Pembengkakan yang terjadi, dapat menekan ujung saraf nyeri

sehingga dapat muncul nyeri yang dialami klien (Smeltzer & Bare, 2001).

Klien dapat mengalami komplikasi akibat dari fraktur yang dialami. Klien

mengalami perdarahan pada bagian lutut (fraktur terbuka) sehingga dapat

menyebabkan syok hipovolemik. Syok hipovolemik terjadi akibat adanya

perdarahan, baik kehilangan darah eksterna muapun yang tidak tampak.

Selain itu, klien mengalami fraktur di daerah femur yang merupakan daerah

yang sangat vascular sehingga dapat terjadi kehilangan darah yang cukup

besar (Smeltzer & Bare, 2001). Selain syok hipovolemik, klien dapat

mengalami risiko infeksi. Infeksi terjadi karena trauma pada jaringan dan

biasanya terjadi pada fraktur tebuka, pada kasus ini yaitu fraktur terbuka pada

distal femur dan patella.

Risiko infeksi yang mungkin terjadi dicegah dengan melakukan debridement

pada saat klien masuk ke IGD. Debridement pada klien dilakukan dengan

menggunakan NaCl dan H2O2. Pada fraktur terbuka, debridement harus

dilakukan sesegara mungkin untuk mencegah terjadi infeksi selama kondisi

fisiologis pasien memungkinkan (Werner, Piepoint, & Pollak, 2008). Jaringan

yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing dihilangkan melalui operasi

debridement sehingga klien dilindungi dari kemungkinan invasi bakteri

(Smeltzer & Bare, 2001)

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 46: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

35

Universitas Indonesia

Klien masuk ke ruang rawat GPS Lantai 1 pada tanggal 26 Mei 2013. Klien

menjalani operasi ORIF (open reduction and internal fixation) distal femur

dan TBW (tension band wiring) patella pada tanggal 1 Mei 2013. ORIF dan

TBW merupakan penatalaksanaan fraktur pada reduksi dan retensi (Smeltzer

& Bare, 2001). Reduksi merupakan cara yang dilakukan untuk

mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis.

Reduksi yang dilakukan pada klien merupaka jenis reduksi terbuka (open

reduction). Sedangkan retensi adalah imobilisasi atau mempertahankan posisi

tulang. Pada kasus kelolaan, jenis retensi yang digunakan adalah

menggunakan fiksasi interna. Alat yang digunakan untuk fiksasi interna pada

klien adalah plat (gambar dapat dilihat di lampiran). Selain menjalani ORIF,

klien menjalani operasi TBW (tension band wiring) untuk menyatukan tulang

patella (gambar dapat dilihat di lampiran). TBW merupakan jenis operasi

untuk mengatasi fraktur transversal pada patella (John, Wagner, & Kuiper,

2006). TBW patella dilakukan dengan melingkari patela menggunakan

benang kawat lalu dikombinasikan dengan kawat berbentuk angka delapan.

Klien menjalani operasi yang ketiga pada tanggal 10 Mei 2013. Operasi yang

dijalani adalah ORIF pada kolum femur. Operasi yang dijalani tersebut adalah

untuk melakukan reduksi dan retensi pada bagian kolum femur. Smeltzer dan

Bare (2011) menyatakan alat yang dapat digunakan untuk fiksasi interna

adalah dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam.

Alat-alat tersebut dipasang pada sisi tulang atau dipasang melalui fragmen

tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang. Pada ORIF kolum femur

yang dijalani klien, digunakan tiga screw atau sekrup untuk menyatukan

patahan tulang.

Pre operasi tindakan ORIF kolum femur, klien mengalami ansietas. Ansietas

merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai

respon autonom; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap

bahaya (NANDA, 2012). Klien berharap keadaan kakinya akan lebih baik

setelah operasi yang ketiga tersebut. Berdasarkan Doenges (1999), untuk

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 47: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

36

Universitas Indonesia

mengatasi ansietas, klien diajarkan teknik relaksasi napas dalam. Selain itu,

penulis melakukan edukasi persiapan operasi kepada klien. Dengan

dilakukannya asuhan keperawatan tersebut, klien terlihat tenang pada saat

dibawa dan masuk ke ruang OK.

Klien merasakan nyeri post operasi distal femur, TBW patella, maupun

operasi pada kolum femur. Klien merasa nyeri karena adanya proses

pembedahan di mana tubuh sengaja dilukai untuk mencapai ke tulang.

Trauma yang terjadi pada kulit menyebabkan terjadinya respon inflamasi

(Smeltzer & Bare, 2001). Inflamasi menyebabkan adanya pembengkakan

lokal pada daerah yang mengalami trauma. Ujung pada saraf nyeri tertekan

karena adanya pembengkakan tersebut sehingga klien merasakan nyeri.

Penulis menganggkat diagnosa nyeri akut pada klien karena nyeri yang

dirasakan klien adalah nyeri post operasi. Nyeri akut adalah pengalaman

sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat

kerusakan jaringan yang actual atau potensial; terjadi secara tiba-tiba atau

lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan

(NANDA, 2012).

Penulis mengajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam

untuk mengurangi nyeri. Intervensi tersebut dilakukan sesuai dengan rencana

asuhan keperawatan untuk nyeri akut (Doenges, 1999). Selain itu, klien

diberikan kolaborasi pemberian ketorolak tiga kali per hari. Ketorolac

merupakan salah satu analgesik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi yang

didapatkan, klien mengatakan nyeri berukurang jika melakukan teknik

relaksasi napas dalam. Namun, jika nyeri tidak hilang, klien akan meminta

obat pada perawat.

Klien mengalami hambatan mobilitas fisik karena nyeri yang dirasakan.

Hambatan mobilitas didefinisikan sebagai keterbatasan fisik tubuh atau satu

atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (NANDA, 2012). Klien

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 48: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

37

Universitas Indonesia

tidak dapat menggerakkan kaki kanannya sendiri. Klien membantu dengan

menggunakan tangan kanannya untuk mengangkat atau memindahkan kaki

kanannya. Penulis melakukan latihan rentang pergerakan sendi (RPS) pada

klien. RPS aktif dilakukan pada bagian yang sehat, sedangkan RPS pasif

dilakukan pada bagian yang sakit. Selain itu, penulis memotivasi klien untuk

dapat melakukan mobilisasi tidak hanya di tempat tidur. Pada akhirnya klien

mampu berpindah dari tempat tidur ke kursi dengan usahanya sendiri.

Masalah keperawatan lain yang muncul pada klien adalah terkait infeksi

akibat pembedahan. Risiko infeksi didefiniskan sebagai menigkatnya risiko

klien mengalami peningkatan terserang mikroorganisme patogenik (NANDA,

2012). Penulis mengangkat risiko infeksi post op ORIF kolum femur. Klien

sebelumnya juga sudah menjalani operasi ORIF distal femur dan TBW

patella. Penulis melakukan perawatan luka dengan teknik steril pada luka post

op dan kolaborasi pemberian antibiotik dua kali per hari. Namun, satu minggu

post operasi kolum femur, diagnosa risiko infeksi dihilangkan karena klien

mengalami infeksi pada luka post op bagian distal femur dan patella.

Pada luka bagian patella dan distal femur kanan terlihat pembengkakan yang

sangat jelas jika dibandingkan dengan kaki kiri. Pembengkakan luka pada

lutut klien dikarenakan akumulasi cairan eksudat yang menyertai proses

radang. Berdasarkan jenisnya, eksudat pada klien adalah jenis eksudat

supuratifa atau purulenta. Eksudat purulenta merupakan eksudat yang

mengandung pus atau nanah, yaitu campuran leukosit yang rusak, jaringan

nekrotik, serta mikroorganisme yang musnah (Pringgoutomo, Himawan, &

Tjarta, 2002).

Terjadinya infeksi pada klien dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,

klien sempat dipulangkan dari ruang rawat setelah post op ORIF distal femur

dan TBW patella sebelum menjalanai ORIF kolum femur. Hal tersebut

meningkatkan terjadinya risiko infeksi karena luka post op dapat

terkontaminasi dari lingkungan di rumah klien. Penyebab kedua, klien

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 49: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

38

Universitas Indonesia

mengalami fraktur terbuka grade III pada distal femur dan patella. Smeltzer

dan Bare (2011) menyatakan infeksi pada fraktur, biasanya terjadi pada

fraktur tebuka. Penyebab ketiga adalah terkait kolaborasi pemberian

antibiotik. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium (uji sensisitivitas) tanggal

14 Mei 2013, klien yang pada awalnya diberikan ceftriaxone, menunjukkan

hasil resisten terhadap antibiotik tersebut. Hasil laboratorium tersebut juga

menunjukkan bahwa klien lebih banyak resisten terhadap jenis antibiotik

yang diuji.

4.3 Analisa Elevasi Kaki yang Dilakukan pada Kasus Kelolaan

Edema dapat terjadi pada bagian tubuh yang dilakukan operasi. Proses

terjadinya edema post operasi karena adanya proses peradangan ketika

jaringan yang dibedah mengalami trauma. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Pringgoutomo, Himawan, dan Tjarta (2002) bahwa salah satu penyebab dari

radang adalah adanya trauma. Proses peradangan mengeluarkan histamin dari

jaringan yang rusak dan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah. Arteriol

yang berdilatasi meningkatkan aliran darah ke tempat yang cedera. Histamin

juga menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga protein-

protein plasma lolos keluar dari pembuluh darah pada jaringan yang

meradang. Protein plasma yang bocor dan tertimbun di interstisium

menimbulkan peningkatan tekanan osmotik. Peningkatan tekanan osmotik

lokal yang disertai dengan peningkatan tekanan darah kapiler akibat

peningkatan aliran darah cenderung meningkatkan filtrasi dan menurunkan

reabsorbsi cairan menembus kapiler yang bersangkutan. Hasil akhir dari

pergeseran keseimbangan cairan tersebut adalah edema lokal (Sherwood,

2001).

Penulis memilih salah satu intervensi yang dilakukan pada klien untuk dilihat

keeefektifannya, yaitu elevasi kaki untuk mengurangi post operasi. Elevasi

pada kaki dilakukan mulai tanggal 7 Mei 2013 di mana klien sudah menjalani

operasi ORIF distal femur dan TBW patella. Elevasi dilakukan dengan

menggunakan bantal yang ditaruh di bawah kaki klien. Elevasi sangat

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 50: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

39

Universitas Indonesia

membantu dalam edema tahap awal, ketika edema mudah dimobilisasi,

seperti segera setelah operasi (Villeco, 2003). Klien menjalani operasi ORIF

kolum femur pada tanggal 10 Mei 2013. Setalah kembali ke ruang rawat,

elevasi kaki kembali dilakukan pada klien. Elevasi menggunakan prinsip

gravitasi untuk meningkatkan aliran vena dan limfatik dari anggota badan

yang ditinggikan dengan mengurangi tekanan hidrostatik di dalam pembuluh

darah, yang pada akhirnya menurunkan tekanan filtrasi kapiler di arteri

(Villeco, 2003).

Evaluasi yang penulis dapatkan adalah tidak adanya pembengkakan pada luka

post operasi kolum femur. Namun, sejak satu minggu setelah klien menjalani

operasi ORIF kolum femur, klien mendapatkan komplikasi dari luka, yaitu

infeksi. Klien mengalami infeksi pada bagian luka post op yang kedua, yaitu

ORIF distal femur dan patella. Luka operasi pada lutut klien mengeluarkan

pus berwarna kuning. Lutut kanan klien juga terlihat sangat bengkak jika

dibandingkan dengan lutut kiri.

Elevasi kaki yang dilakukan pada klien untuk mencegah edema post operasi

tidak dapat dilihat lagi keefektifan hasilnya terutama pada bagian patella.

Penulis tetap melakukan elevasi kaki pada klien namun penulis tidak

melanjutkan untuk melakukan evaluasi elevasi kaki, karena tujuan penulis

melakukan elevasi kaki adalah untuk mengurangi edema post operasi.

Sedangkan, lutut klien mengalami pembengkakan bukan karena trauma

pembedahan, namun karena mengalami infeksi. Penyebab terjadinya infeksi

dapat dilihat pada bagian analisa kasus kelolaan.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 51: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

40 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 terdiri dari kesimpulan dan saran. Saran yang diberikan adalah untuk

pemerintah, rumah sakit, dan institusi pendidikan.

5.1 Kesimpulan

Dalam penulisan karya ilmiah akhir mengenai analisis praktik klinik

keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien fraktur multiple di

RSUP Fatmawati, dapat disimpulkan bahwa:

1. Masalah yang ditemukan pada kasus kelolaan sejalan dengan masalah

yang terjadi di perkotaan, yaitu fraktur sebagai dampak dari kecelakaan

lalu lintas. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas disebabkan karena

peningkatan jumlah kendaraan bermotor akibat adanya penambahan

jumlah penduduk di perkotaaan. Tn. I (29 tahun) termasuk ke dalam

kelompok usia dewasa di mana agregat tersebut merupakan mayoritas

kelompok usia korban kecelakaan lalu lintas.

2. Tn. I mengalami fraktur multiple yang disebabkan adanya trauma

langsung. Manifestasi klinis yang terlihat adalah nyeri, deformitas,

pembengkakan, dan perubahan warna lokal. Asuhan keperawatan yang

diberikan pada klien sebelum operasi terkait masalah keperawatan

ansietas, nyeri, dan hambatan mobilitas fisik. Sedangkan, asuhan

keperawatan post operasi terkait masalah keperawatan nyeri, hambatan

mobilitas fisik, dan risiko infeksi.

3. Daerah post operasi bagian kolum femur tidak mengalami pembengkakan

setelah dilakukan elevasi kaki. Namun, pada bagian distal femur dan

patella tidak dapat dievaluasi karena terjadi pembengkakan akibat infeksi.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 52: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

41

Universitas Indonesia

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka saran yang dapat diberikan oleh

penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah: pemerintah dapat menekan laju urbanisasi untuk

mencegah terus meningkatnya kendaraan bermotor yang pada akhirnya

menyebabkan peningkatan angka kecelakaan lalu lintas.

2. Bagi rumah sakit: pemberian asuhan keperawatan perlu dilakukan lebih

hati-hati untuk melakukan pencegahan komplikasi fraktur, misalnya

infeksi.

3. Bagi institusi pendidikan: perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai

manfaat elevasi kaki untuk mengurangi edema post operasi karena

penelitian yang ada masih minimal.

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 53: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

42 Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Allender, A., & Spradley, W. (2001). Community health nursing: Concepts and

practice. Philadelphia: Lipppincott

Badan Intelijen Negara. (2012). Kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh

terbesar ketiga. Diunduh dari:

http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintas-

menjadi-pembunuh-terbesar-ketiga

Badan Pusat Statistik. (2011). Perkembangan jumlah kendaraan bermotor

menurut jenis tahun 1987-2011. Diunduh dari:

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17&

notab=12

Bhaswata, N. (2009). Gambaran tingkat pengetahuan keselamatan transportasi

bus kuning ui pada mahasiswa sarjana regular angkatan tahun 2005

fakultas kesehatan masyarakat universitas indonesia. Depok: FKM UI

BPS. (2010). Penduduk indonesia menurut provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000

dan 2010. Diunduh dari:

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12

BPS. (2011). Jumlah kecelakaan, koban mati, luka berat, luka ringan, dan

kerugian materi yang diderita tahun 1992-2011. Diunduh dari:

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17&

notab=14

Clark, M. (1999). Nursing in the community: Dimension of community health

nursing. Stamford: Appleton & Lange

Corwin, E. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges, M., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N.

M. Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta: EGC.

Gemari. (2007). Urbanisasi berdampak positif dan negatif. Diunduh dari:

http://www.gemari.or.id/file/edisi79/gemari7936.PDF

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 54: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

43

Universitas Indonesia

John, J., Wagner, W., & Kuiper, J. (2006). Tension-band wiring of transverse

fractures of patella. The effect of site of wire twists and orientation of

stainless steel wire loop: a biomechanical investigation. 31(5), 703–707.

Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2266649/

Kurniawan, A. (2013). 94,2 juta Mobil dan Sepeda Motor Berseliweran di

Jalanan Indonesia. Diunduh dari:

http://otomotif.kompas.com/read/2013/02/26/6819/94.2.juta.Mobil.dan.Sepe

da.Motor.Berseliweran.di.Jalanan.Indonesia

NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012-2014.

(Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti, Penerjemah). Jakarta: EGC

Nies, M., & Ewen, M. (2001). Community health nursing: Promoting the health

of population. (3rd Edition). Philadelphia: W.B. Saunders

Price, S. & Wilson. L. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses

penyakit. (Edisi 6, volume 2). Jakarta: EGC

Pringgoutomo, S., Himawan, S., & Tjarta, A. (2002). Buku ajar patologi I

(umum). (Edisi 1). Jakarta. Sagung Seto

Putra, Y. (2013). Polri: Motor sumbang angka kecelakaan paling besar. Diunduh

dari: http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-

nasional/13/04/26/mlv5tg-polri-motor-sumbang-angka-kecelakaan-paling-

besar

Rahmawati, I. (2010). Analisis kejadian fraktur terbanyak pada korban

kecelakaan lalu lintas serta faktor-faktor yang mempengaruhi angka

kejadiannya. Depok: FKM UI

Republik Indonesia. (1993). Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang

Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.

Republik Indonesia, (2009). Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan.

Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. (Edisi 2). (Brahm U,

Penerjemah). Jakarta: EGC.

Sirait, J. (2008). Memahami aspek-aspek pengelolaan sumber daya manusia

dalam organisasi. Jakarta: Grasindo

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 55: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

44

Universitas Indonesia

Smeltzer, S. & Bare, B. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah

Brunner&Suddarth. (Edisi 8, volume 3). Jakarta: EGC

Villeco, J. (2003). Edema: A silent but important factor. Journal of Hand Therapy

25.2 , 153-61. Diunduh dari:

http://search.proquest.com/docview/1041169918/13EFFAEE5FB63264DC/

1?accountid=17242

Warpani, S. (2002). Pengelolaan lalu lintas dan angkutan jalan. Bandung:

Penerbit ITB

Werner, C., Pierpoint, Y., & Pollak, A. (2008). The urgency of surgical

débridement in the management of open fractures. Journal of the American

Academy of Orthopaedic Surgeon. vol. 16 no.7, 369-375. Diunduh dari:

http://www.jaaos.org/content/16/7/369.abstract

Wibowo, M. (2010). Desa mengepung kota: Strategi membebaskan jakarta dari

urbanisasi. Diunduh dari:

http://mardian.files.wordpress.com/2008/05/membebaskan-jakarta-dari-

urbanisasi.pdf

Yustiningsih, R. (2013). Kecelakaan lalu lintas: Satu tahun 27.000 orang tewas.

Diunduh dari: http://www.wonogiripos.com/2013/nasional/hukum-

kriminal/kecelakaan-lalu-lintas-satu-tahun-27-000-orang-tewas-395397

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 56: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lampiran 1

Foto Rontgen Fiksasi Interna pada ORIF Distal Femur dan TBW Patela Tanggal 2 Mei 2013

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 57: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lampiran 1

CT Scan Ekstremitas Bawah Tanggal 24 April 2013

Lampiran 2

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 58: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lampiran 1

Pemeriksaan Labarotaruim

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

23 Mei 2013 Fungsi hati SGOT SGPT Albumin

Fungsi ginjal Ureum darah Kreatinin darah

53 80

3.00

19 0.6

U/l U/l g/dl

mg/dl mg/dl

0-34 0-40

3.40-4.80

20-40 0.6-1.5

22 Mei 2013 Elektrolit darah Natrium Kalium Klorida

129 3.15 93

mmol/l mmol/l mmol/l

135-142

3.10-5.10 95-108

21 Mei 2013 Fungsi hati SGOT SGPT

Elektrolit darah Natrium Kalium Klorida

30 47

129 3.49 93

U/l U/l

mmol/l mmol/l mmol/l

0-34 0-40

135-142

3.10-5.10 95-108

18 Mei 2013 Hematologi Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Eritrosit

10.8 33

21.4 558 3.67

g/dL

% ribu/µl ribu/µl juta/ µl

13.2-17.3

33-45 5.0-10.0 150-440

4.40-5.50

12 Mei 2013 Hematologi Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Eritrosit

11 33

17.3 597 3.70

g/dL

% ribu/µl ribu/µl juta/ µl

13.2-17.3

33-45 5.0-10.0 150-440

4.40-5.50 10 Mei 2013 Hematologi

Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Eritrosit

Elektrolit darah Natrium Kalium Klorida

8.4 26

20.0 688 2.90

131 3.30 94

g/dL

% ribu/µl ribu/µl juta/ µl

mmol/l mmol/l mmol/l

13.2-17.3

33-45 5.0-10.0 150-440

4.40-5.50

135-142 3.10-5.10

95-108

Lampiran 3

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 59: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

43

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

7 Mei 2013 Fungsi hati SGOT SGPT Albumin

Fungsi ginjal Ureum darah Kreatinin darah

Elektrolit darah Natrium Kalium Klorida

55 129 3.00

28 0.8

126 2.56 90

U/l U/l g/dl

mg/dl mg/dl

mmol/l mmol/l mmol/l

0-34 0-40

3.40-4.80

20-40 0.6-1.5

135-142

3.10-5.10 95-108

Lanjutan

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 60: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

44

Analisis Data

1. Pre Operasi Kolum Femur

Data Masalah Keperawatan

DO: Klien terlihat kesakitan dan wajah meringis ketika

nyeri DS: Klien mengatakan skala nyeri 3-4 Klien mengatakan nyeri pada daerah post op lutut dan

daerah paha Klien mengatakan nyeri hilang timbul

Nyeri akut

DO: Klien banyak bertanya mengenai operasinya Klien akan menjalani operasi kolum femur tanggal

10 Mei 2013 DS: Klien mengatakan tindakan operasi yang akan

dijalankannya yaitu operasi pada bagian pangkal paha Klien berharap dengan operasi yang dijalani maka

keadaan kaki kanannya akan lebih baik

Ansietas

DO: Klien hanya berbaring dan duduk di tempat tidur Klien mengalami fraktur multiple berdasarkan hasil

CT scan 24-4-13 ADL dibantu keluarga

DS: Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan

kakinya

Hambatan mobilitas fisik

2. Post Operasi Kolum Femur

Data Masalah Keperawatan

DO: Wajah meringis bahkan berteriak ketika nyeri Klien post op ORIF kolum femur dengan

pemasangan 3 screw DS: Klien mengatakan skala nyeri 4-5 Klien mengatakan nyeri pada daerah post op lutut

Nyeri akut

Lampiran 4

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 61: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

45

Data Masalah Keperawatan

DO: Klien hanya berbaring dan duduk di tempat tidur Klien menjalani operasi ORIF kolum femur tanggal 10

Mei 2013 ADL dibantu keluarga

DS: Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan kakinya Klien hanya dapat menggerakkan jempol kakinya

Hambatan mobilitas fisik

DO: Hasil lab 10 Mei 2013, leukosit =20.000/µl

(meningkat) Luka post op luka pada bagian paha kanan sekitar 35

cm,terdapat luka post op pada lutut Klien menjalani operasi tiga kali: debridement, ORIF

distal femur dan TBW patela, ORIF kolum femur Klien mengalami fraktur terbuka grade III pada distal

femur dan kolum femur

Risiko infeksi

Lanjutan

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 62: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lampiran 5

Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, post op ORIF distal femur, patella, kolum femur

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, nyeri hilang atau terkontrol ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, klien mampu melakukan dan mendemonstrasikan teknik relaksasi

Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor yang mencetus/ memperberat. Minta pasien untuk menetapkan pada skala 0-10

Pertahankan tirah baring

Batasi aktivitas sesuai kebutuhan Tinggikan dan dukung ekstremitas

yang terkena Dorong dan ajarkan klien

melakukan teknik relaksasi napas dalam

Berikan analgesik sesuai indikasi

Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap nyeri

Memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot

Menghilangkan spasme otot Meningkatkan aliran balik vena,

menurunkan edema, mengurangi nyeri Menurunkan keluhan nyeri pada klien

Menurunkan nyeri dan atau spasme otot

Ansietas b/d prosedur pembedahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, ansietas berkurang ditandai dengan klien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai dapat ditangani

Dorong ekspresi ketakutan/masalah

Beri penjelasan mengenai penyakit, prosedur pembedahan, komplikasi pasca pembedahan

Mendefinisikan masalah dan pengaruh pilihan intervensi

Memberikan informasi tentang apa yang diharapkan membantu pasien atau orang terdekat menerima situasi lebih efektif

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 63: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

Beri penjelasan mengenai persiapan prosedur operasi

Dorong menggunakan manajemen

stres, seperti teknik relaksasi napas dalam

Memberikan informasi untuk mempersiapkan hal-hal yang harus dilakukan sebelum pembedahan

Membantu memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dan dapat meningkatkan koping

Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri dan ketidaknyamanan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 7x24 jam, klien dapat meningkatkan atau mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien

Anjurkan klien untuk melakukan latihan pergerakan sendi

Kaji adanya edema, eritema pada luka post op. Anjurkan klien untuk melakukan latihan pada ekstremitas bawah

Berikan obat untuk menghilangkan nyeri

Bantu/ dorong perawatan diri/ kebersihan

Imobilitas yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan

Mencegah komplikasi imobilisasi

Stimulasi sirkulasi vena menurunkan keadaan vena yang statis

Mengurangi nyeri yang menyebabkan

hambatan mobilitas Meningkatkan control pasien dalam

situasi, meningkatkan kesehatan diri langsung

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 64: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

Risiko infeksi b/d prosedur pembedahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam infeksi tidak terjadi ditandai dengan tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka post op, suhu tubuh normal 36,5-37,5°C, dan leukosit dalam batas normal

Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan

Tingkatkan upaya pencegahan infeksi dengan mencuci tangan five moment

Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif

Pantau suhu dan hasil lab Lakukan perawatan luka dengan

teknik steril Kolaborasi pemberian antibiotik

Pasien mungkin dapat mengalami infeksi nosokomial

Mencegah perpindahan mikroorganisme

Mencegah infeksi silang Menunjukkan tanda-tanda infeksi Mencegah timbulnya infeksi

Menurunkan inflamasi

Sumber: Doenges (1999) dan Nanda (2012)

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 65: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lampiran 5

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Diagnosa

Keperawatan Implementasi Ealuasi

8 Mei 2013 Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, post op ORIF distal femur dan patela

Menanyakan keluhan nyeri pada klien Melakukan elevasi kaki pada bagian yang

sakit dengan bantal Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam Memberikan ketorolac 1 ampul

S: Klien mengatakan skala nyeri 4 pada kaki kanan Klien mengatakan nyeri berkurang setelah

melakukan teknik relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac

O: Klien terlihat kesakitan Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan

relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac A: nyeri akut P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari

9 Mei 2013 Ansietas b/d prosedur pembedahan

Mendorong klien mengekspresikan perasannya

Memberikan informasi kepada klien mengenai jadwal operasi klien tanggal 10 Mei 2013

Memberikan informasi kepada klien mengenai operasi yang akan dijalani

Memberikan informasi kepada klien mengenai prosedur persiapan operasi

Menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi napas

S: Klien mengatakan mengerti akan operasi yang

akan dijalani, yaitu pemasangan sekrup pada pangkal paha

Klien mengatakan kecemasannya berkurang setelah berbagi informsi

O: ansietas P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam

Lampiran 6

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 66: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Ealuasi

10 Mei 2013

Mengantarkan klien ke ruang operasi untuk menjalani ORIF kolum femur

11 Mei 2013

Risiko kekurangan volume cairan

Memeriksa tanda-tanda vital Memantau hasil laboratorium Memberikan tranfusi darah PRC 250 cc

S:- O: Klien terlihat pucat

Klien terpasang drain pada luka post op kolum femur, perdarahn 100 cc Hb tanggal 10 Mei 2013 8,4g/dl (turun) TD=110/70 mmHg, nadi=80x/menit,

napas=20x/menit A: risiko kekurangan volume cairan P: pantau TTV

Nyeri akut b/d post operasi ORIF kolum femur

Menanyakan keluhan nyeri pada klien Melakukan elevasi kaki pada bagian yang

sakit dengan bantal Menganjurkan teknik relaksasi napas

dalam Kolaborasi memberikan ketorolac

S: Klien mengatakan nyeri pada bagian operasi

skala 5 seperti ditusuk tusuk Klien mengatakan nyeri berkurang setelah

melakukan teknik relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac

O: Klien terlihat kesakitan Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan

relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac A: nyeri akut P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 67: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Ealuasi

Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri dan ketidaknyamanan

Mengkaji kekuatan otot Melatih RPS aktif pada bagian tubuh yang

sehat dan RPS pasif pada bagian yang sakit

Menganjurkan klien untuk sering menggerakkan telapak dan jari kaki kanannya

S: Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan

O: Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian

tubuh yang sehat Kekuatan otot 5555 5555

1111 5555 A: hambatan mobilitas fisik P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki kanan

13 Mei 2013

Nyeri akut b/d post operasi ORIF kolum femur

Menanyakan keluhan nyeri pada klien Melakukan elevasi kaki pada bagian yang

sakit dengan bantal Menganjurkan teknik relaksasi napas

dalam Kolaborasi memberikan ketorolac

S: Klien mengatakan nyeri pada bagian operasi

skala 3 Klien mengatakan nyeri berkurang setelah

melakukan teknik relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac

O: Klien terlihat kesakitan Klien terlihat lebih tenang setelah melakukan

relaksasi napas dalam dan pemberian ketorolac A: nyeri akut P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 68: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Ealuasi

15 Mei 2013

Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri dan ketidaknyamanan

Melatih RPS aktif pada bagian tubuh yang sehat dan RPS pasif pada bagian yang sakit

Menganjurkan klien untuk sering menggerakkan telapak dan jari kaki kanannya

Membantu ADL klien Menganjurkan klien untuk duduk dan

mencoba menggantungkan kaki di tempat tidur

S: Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan Klien mengatakan belum dapat mencoba duduk

dan menggantungkan kaki di tempat tidur karena kaki terasa nyeri

O: Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian

tubuh yang sehat A: hambatan mobilitas fisik P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki kanan

Risiko infeksi b/d prosedur pembedahan

Memantau balutan klien Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril Memantau suhu klien Kolaborasi memberikan fosmycin

S:- O: Luka post op kering, pus (-) Suhu 36,2 °C

A: risiko infeksi P: ganti balutan per tiga hari

16 Mei 2013

Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri dan ketidaknyamanan

Melatih RPS aktif pada bagian tubuh yang sehat dan RPS pasif pada bagian yang sakit

Menganjurkan klien untuk sering menggerakkan telapak dan jari kaki kanannya

Membantu ADL klien Mengukur tinggi kruk yang akan

digunakan oleh klien

S: Klien mengatakan belum berani untuk banyak

bergerak Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan

O: Klien apat melakukan RPS aktif pada bagian

tubuh yang sehat ADL dibantu

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 69: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Ealuasi

Klien lebih banyak tiduran dan duduk di tempat tidur

A: hambatan mobilitas fisik P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki kanan, motivasi klien untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi

18 Mei 2013

Nyeri akut b/d post operasi ORIF kolum femur

Menanyakan keluhan nyeri pada klien Melakukan elevasi kaki pada bagian yang

sakit dengan bantal Menganjurkan teknik relaksasi napas

dalam Kolaborasi memberikan ketorolac sebelum

melakukan ganti balutan

S: Klien meminta untuk diberikan anti nyeri

sebelum ganti balutan O: Klien terlihat kesakitan ketika dilakukan ganti

balutan A: nyeri akut P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari atau jika klien nyeri

Risiko infeksi b/d prosedur pembedahan

Memantau balutan klien Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril Memantau suhu klien Memantau hasil laboratorium Kolaborasi memberikan fosmycin

S:- O: Luka post op kering, pus (-), edema (-) Suhu 36,5 °C Leukosit 21,4 ribu/µl

A: risiko infeksi P: ganti balutan per tiga hari

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 70: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Ealuasi

20 Mei 2013

Risiko infeksi b/d prosedur pembedahan

Memantau balutan klien Melakukan perawatan luka dengan teknik

steril Memantau suhu klien Kolaborasi memberikan fosmycin

S: klien mengatakan nyeri pada lututnya O: Luka post op bagian patella dan distal femur

bengkak, pus (+) 10cc Suhu 37 °C Klien berteriak ketika pus dipencet dan

dikeluarkan dari luka post op A: infeksi P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua kali per hari

22 Mei 2013

Nyeri akut b/d post operasi ORIF kolum femur, infeksi

Menanyakan keluhan nyeri pada klien Melakukan elevasi kaki pada bagian yang

sakit dengan bantal Menganjurkan teknik relaksasi napas

dalam Kolaborasi memberikan ketorolac sebelum

melakukan ganti balutan

S: Klien meminta untuk diberikan anti nyeri

sebelum ganti balutan O: Klien terlihat kesakitan ketika dilakukan ganti

balutan A: nyeri akut P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari atau jika klien nyeri

Gangguan integritas kulit

Melakukan perawatan luka dengan teknik steril

Kolaborasi memberikan fosmycin Motivasi klien untuk menghabiskan

makanan

S: - O: post op bagian patella dan distal femur bengkak,

pus (+) 20 cc, pus berwarna kuning, bau (+) post op bagian kolum femur kering, pus (-),

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 71: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Ealuasi

edema (-) Suhu 37 °C Klien berteriak ketika pus dipencet dan

dikeluarkan dari luka post op A: gangguan integritas kulit P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua kali per hari

23 Mei 2013

Gangguan integritas kulit

Melakukan perawatan luka dengan teknik steril

Kolaborasi memberikan fosmycin Motivasi klien untuk menghabiskan

makanan

S: - O: post op bagian patella dan distal femur bengkak,

pus (+) 10 cc post op bagian kolum femur kering, pus (-),

edema (-) A: gangguan integritas kulit P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua kali per hari

Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri dan ketidaknyamanan

Melatih RPS aktif pada bagian tubuh yang sehat dan RPS pasif pada bagian yang sakit

Menganjurkan klien untuk sering menggerakkan telapak dan jari kaki kanannya

Membantu ADL klien

S: Klien mengatakan nyeri jika kakinya digerakkan

O: Klien dapat melakukan RPS aktif pada bagian

tubuh yang sehat ADL dibantu

A: hambatan mobilitas fisik P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki kanan

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 72: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Ealuasi

24 Mei 2013

Nyeri akut b/d post operasi ORIF kolum femur, infeksi

Menanyakan keluhan nyeri pada klien Melakukan elevasi kaki pada bagian yang

sakit dengan bantal Menganjurkan teknik relaksasi napas

dalam Kolaborasi memberikan ketorolac

S: Klien mengatakan nyeri pada lutut kanan Klien mengatakan nyeri timbul terutama pada

malam hari Klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri

O: Klien terlihat lebih tenang setelah terik napas

dalam dan pemberian keotorlac Bagian post op patella dan distal femur terlihat

bengkak A: nyeri akut P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari atau jika klien nyeri

27 Mei 2013

Gangguan integritas kulit

Melakukan perawatan luka dengan teknik steril

Kolaborasi memberikan fosmycin Motivasi klien untuk menghabiskan

makanan

S: - O: post op bagian patella dan distal femur bengkak,

pus (+) 10 cc post op bagian kolum femur kering, pus (-),

edema (-) A: gangguan integritas kulit P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua kali per hari

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 73: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Ealuasi

Nyeri akut b/d post operasi ORIF kolum femur, infeksi

Menanyakan keluhan nyeri pada klien Melakukan elevasi kaki pada bagian yang

sakit dengan bantal Menganjurkan teknik relaksasi napas

dalam Kolaborasi memberikan ketorolac sebelum

melakukan ganti balutan

S: Klien meminta untuk diberikan anti nyeri

sebelum ganti balutan O: Klien berteriak kesakitan ketika pus dikeluarkan

dari lutut yang bengkak A: nyeri akut P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari atau jika klien nyeri

28 Mei 2013

Gangguan integritas kulit

Melakukan perawatan luka dengan teknik steril

Kolaborasi memberikan fosmycin

S: - O: post op bagian patella dan distal femur bengkak,

pus (+) 5 cc, pus berwarna kuning post op bagian kolum femur kering, pus (-),

edema (-) A: gangguan integritas kulit P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua kali per hari

29 Mei 2013

Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri dan ketidaknyamanan

Melatih RPS aktif pada bagian tubuh yang sehat dan RPS pasif pada bagian yang sakit

Menganjurkan klien untuk sering menggerakkan telapak dan jari kaki kanannya

S: Klien mengatakan mau mencoba untuk pindah

ke kursi Klien mengatakan masih nyeri jika

menggerakkan kakinya

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013

Page 74: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351466-PR-Lia Setyarini.pdf · Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300

Lanjutan

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Ealuasi

Membantu ADL klien Memotivasi klien untuk berpindah dari

tempat tidur ke kursi

O: Klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi ADL dibantu

A: hambatan mobilitas fisik P: anjurkan klien menggerakkan jari dan telapak kaki kanan

30 Mei 2013

Gangguan integritas kulit

Melakukan perawatan luka dengan teknik steril

Kolaborasi memberikan fosmycin Motivasi klien untuk menghabiskan

makanan

S: - O: post op bagian patella dan distal femur bengkak,

pus (+) 5 cc, pus berwarna kuning post op bagian kolum femur kering, pus (-),

edema (-) A: gangguan integritas kulit P: ganti balutan per hari, pemberian antibiotic dua kali per hari

31 Mei 2013

Nyeri akut b/d post operasi ORIF kolum femur, infeksi

Menanyakan keluhan nyeri pada klien Melakukan elevasi kaki pada bagian yang

sakit dengan bantal Menganjurkan teknik relaksasi napas

dalam

S: Klien mengatakan sedang tidak nyeri

O: Klien terlihat tenang

A: nyeri akut P: anjurkan teknik relaksasi napas dalam jika nyeri, kolaborasi pemberian ketorolac 3x/hari atau jika klien nyeri

Analisis praktik..., Lia Setyarini, FIK UI, 2013