119
ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh : Novi Yeni Eka Susanti SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI OLEH KONSUMEN …digilib.unila.ac.id/19891/1/SKRIPSI NOVI.pdf · ABSTRAK ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA BANDAR

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI

OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA

BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

Oleh :

Novi Yeni Eka Susanti

SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010

ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI

OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

Novi Yeni Eka S1, R. Hanung Ismono

2, dan Rabiatul Adawiyah

2

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung,

tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga

di Kota Bandar Lampung, dan kontribusi daging sapi yang dikonsumsi terhadap

angka kecukupan protein pada konsumen rumah tangga di Kota

Bandar Lampung.

Penelitian dilaksanakan di Kota Bandar Lampung. Lokasi ini dipilih secara segaja

( purposive). Pengambilan sampel dilakukan secara multistage sampling.

Responden terdiri dari 76 orang yang merupakan ibu rumah tangga pada kelas

menengah atas dan menengah bawah. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan

Mei - Juli 2010. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif

(statistik) dan kualitatif (deskriptif).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung

adalah harga ayam ras pedaging, harga ayam buras, harga tahu, jumlah anggota

rumah tangga, pendapatan rumah tangga dan pengetahuan gizi, (2) Permintaan

daging sapi bersifat tidak elastis terhadap perubahan harga daging sapi di tingkat

konsumen, permintaan daging sapi terhadap harga ayam ras pedaging, harga ayam

buras, dan harga tahu memiliki sifat subtitusi, dan daging sapi merupakan barang

normal, (3) Kontribusi protein terhadap angka kecukupan protein pada rumah

tangga menengah ke atas tertinggi sebesar 3,74 persen, sedangkan pada rumah

tangga menengah kebawah tertinggi sebesar 2,32 persen.

1. Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

2. Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ABSTRACT

ANALYSIS OF BEEF DEMAND BY HOUSEHOLD

CONSUMERS IN BANDAR LAMPUNG CITY

By

Novi Yeni Eka S1, R. Hanung Ismono

2, and Rabiatul Adawiyah

2

This study aimed to analyze the factors that affect consumer demand for beef by

households in Bandar Lampung, the level of demand sensitivity (elasticity) for

beef by consumer households in Bandar Lampung, and the contribution of the

beef consumed on the number of protein adequacy in household consumers in

Bandar Lampung.

The experiment was conducted in Bandar Lampung. This location is selected

purposive. Sampling is done by multistage sampling. Respondents consisted of 76

people who are housewife at the upper middle and lower middle class based on

the income. Data was conducted in May-July 2010. Data analysis methods that

used in this research are quantitative analysis (statistical) and qualitative analysis

(descriptive).

The results showed that: (1) the factors that affect consumer demand for beef by

households in Bandar Lampung is the price of broiler chicken, domestic poultry

prices, tofu price, the number of household members, household income and

knowledge of nutritious, (2) demand for beef is inelastic to beef price change at

the consumer level, demand for beef on broiler price, domestic poultry price, and

tofu prices are subtitusions, and beef is a normal good, (3) contribution of protein

to protein adeguacy in middle to upper household of 3.74 percent, while the

highest medium household of 2.32 per cent.

Keyword: Beef, Household Consumers, Bandar Lampung

1. Scholar of Social Economics Agriculture Faculty Lampung University

2. Lecturer of Social Economics Agriculture Faculty Lampung University

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI

OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

Novi Yeni Eka Susanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010

Judul : ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI OLEH

KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

Nama : NOVI YENI EKA SUSANTI

NPM : 0514021036

Jurusan/P.S : Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. Ir. Rabiatul Adawiyah,

M.Si.

NIP. 196206231986031003 NIP.

196408251990032002

.

2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P.

NIP. 196206231986031003

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr.Ir. R. Hanung Ismono, M.P.

...........................

Sekretaris : Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si.

...........................

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S.

...........................

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NIP. 19610826 198702 1 001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tegal pada tanggal 25 November 1986 sebagai anak

pertama dari empat bersaudara, pasangan Bapak Hermawan dan Ibu Hartini Budi

Wati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada SDN 1 Tanjung

Gading Bandar Lampung pada tahun 1999, pendidikan Sekolah Lanjut Tingkat

Pertama (SLTP) pada SLTP Katika II-2 Bandar Lampung pada tahun 2002, dan

pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada SMA Al-Kautsar Bandar

Lampung pada tahun 2005. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun

2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Pada tahun 2008 penulis juga mengikuti Kuliah Kerja Lapang (KKL) selama 8

hari ke Malang, Bali dan Yogyakarta. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan

Praktik Umum selama 40 hari di PT. Juang Jaya Abdi Alam. Dalam kegiatan

kemahasiswaan, penulis pernah menjadi anggota Sosek English Club (SEC)

periode 2005 – 2006, anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian

(Himaseperta) periode 2005 – 2006, dan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa

Taekwondo periode 2005-2006.

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, atas segala

rahmat dan karunia sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah

Muhammad SAW, teladan bagi seluruh umat manusia.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, nasehat, serta saran yang

membangun dalam penyelesaian skripsi ini, yang berjudul “Analisis Permintaan

Permintaan Daging Sapi Oleh Konsumen Rumah Tangga Di Kota Bandar

Lampung”. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terima

kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Pembimbing Pertama, Pembimbing

Akademik, serta Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Lampung, atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

2. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan,

arahan dan nasehatnya.

3. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., sebagai Dosen Penguji Skripsi atas masukan,

arahan dan nasehatnya.

4. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

5. Karyawan-karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Mba Iin, Mba Ayi,

Mas Bo, Mas Kardi, dan Mas Boim atas bantuannya.

6. Mama dan papa tercinta, yang selalu memberikan dukungan dan semangat,

doa yang tiada henti, kasih sayang yang tidak berujung, atas pengorbanan,

serta cucuran keringat. Skripsi ini nanda persembahkan untuk mama.

7. Nenek Surini dan Om Welly Budiman yang telah memberikan dukungan

moril dan materil.

8. Adik-adikku tersayang, Rendi Pratama Putra, M. Maulana Khoirul Azmi dan

Bayu Prasetyo, atas doa, canda tawa, dan pelajaran berharga bagaimana

menjadi seorang kakak.

9. Ahmad Ade Guardo, S.Pt, yang telah memberikan dukungan dan semangat

10. Sahabat dan Teman-teman AGB 05; Elvita, Della, Shinta, Ganis, Anggun,

Resti, Hanum, Eni, Dayang,Yuli, Friska, Fitri, Ade, Mary, April, Twe, Aty,

Nining, Mitha, Resi, Kombe, Ninda, Dita, Ocha, Tio, Koko, Ari, Budi, Deni,

Indra, Arif, Iqbal, Sutris, Niko, Oki, Awang, Angga, dan yang senantiasa

memberikan bantuan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini serta atas kebersamaan dan keceriaaan yang kita lalui bersama.

11. Teman-teman PKP 05; Taufik, Hengki, Helian, Erwin, Vidi, Teteh Amel,

Naris, Wayan, Dewi, Mela, Dora, Andika, Hovani, dan teman-teman lain yang

atas bantuan serta kebersamaan dan keceriaan yang kita lalui bersama.

12. Teman-teman 06; Eka lia, Saleh, Tiar, Amoy, Asima, Ayu, Dina I, Dina S,

Erni, Hendra, Lidiya, Lidiya W, Rini, Tari, Eliya dan teman-teman atas

bantuan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta

atas kebersamaan dan keceriaaan yang kita lalui bersama.

13. Buat teman-teman Sosek angkatan 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 dan

2009 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas dukungan dan doanya.

14. Untuk semua orang yang telah hadir dalam hidup penulis dan memberi makna

di setiap langkah yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

diberikan. Penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT

penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, November 2010

Penulis,

Novi Yeni Eka Susanti

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ii

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang dan Masalah .................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

C. Kegunaan Penelitian ................................................................ 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN HIPOTESIS ........................................................................ 8

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 8

1 . Sapi Potong ................................................................ 8

2 . Angka Kecukupan Gizi ............................................... 11

3. Pola Konsumsi Pangan ...................................................... 11

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ....... 12

5. Teori Permintaan .............................................................. 17

6. Konsep Elastisitas ............................................................. 27

7. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................ 33

B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 34

C. Hipotesis .................................................................................. 37

III. METODE PENELITIAN .............................................................. 39

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ................................. 39

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ............. 41

C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 45

D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis .............................. 45

E. Perhitungan Elastisitas ............................................................. 48

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITAN................... 52

A. Kota Bandar Lampung ............................................................. 52

B. Gambaran umum kelurahan yang menjadi daerah

Penelitian .................................................................................. 57

1. Kelurahan Kedamaian.................................................... .... 57

2. Kelurahan Tanjung Gading............................................ .... 58

3. Kelurahan Garuntang ........................................................ 59

4. Kelurahan Way Lunik ........................................................ 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN............... ................................... 61

A. Keadaan Umum Responden .................................................... 61

1 . Umur ......................................................................... 61

2 . Tingkat Pendidikan ...................................................... 62

3. Jumlah Anggota Keluarga .................................................. 63

4. Pendapatan...................................................................... ... 64

5. Pengeluaran Rumah Tangga ............................................. 65

6 Jenis pekerjaan ................................................................... 68

B. Pola Konsumsi ........................................................................ 69

C. Pengetahuan Gizi .................................................................... 70

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi

oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung ....... 71

E. Elastisitas Permintaan Daging Sapi ......................................... 80

F. Kontribusi konsumsi protein daging sapi terhadap angka

kecukupan protein .................................................................... 82

VI. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 87

A. Kesimpulan .............................................................................. 87

B. Saran ........................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 89

LAMPIRAN ........................................................................................... 92

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi dan produksi sapi potong di Propinsi Lampung

berdasarkan Kabupaten/Kota tahun 2008 ....................................... 3

2. Konsumsi, jumlah penduduk, dan konsumsi per kapita per tahun

daging sapi potong berdasarkan Kabupaten/Kota di Propinsi

Lampung tahun 2007......................................................................... 4

3. Perkembangan tingkat produksi dan konsumsi daging sapi potong

di Kota Bandar Lampung tahun 2004 – 2008 .................................. 5

4. Perincian penentu tempat penelitian analisis permintaan daging

sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung ......... 42

5. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan per kecamatan di

Kota Bandar Lampung tahun 2008 ............................................ 54

6. Tingkat pendidikan penduduk Kota Bandar Lampung

tahun 2008 .................................................................................. 55

7. Penyebaran penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha

di Kota Bandar Lampung ........................................................... 56

8. Sebaran umur dan jumlah konsumsi daging sapi oleh konsumen

rumah tangga di Kota Bandar Lampung ..................................... 61

9. Sebaran tingkat pendidikan dan jumlah konsumsi daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung .................... 62

10. Jumlah anggota keluarga dan konsumsi daging sapi oleh konsumen

rumah tangga di Kota Bandar Lampung ..................................... 63

11. Jumlah konsumsi daging sapi oleh konsumen berdasarkan

penggolongan kelas rumah tangga di Kota Bandar Lampung .... 64

12. Rata-rata pengeluaran rumah tangga berdasarkan penggolongan

kelas di Kota Bandar Lampung tahun 2010 ................................ 66

13. Jenis pekerjaan, jumlah, pendapatan, dan konsumsi daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung .................... 68

14. Alasan pembelian daging sapi ..................................................... 69

15. Hasil analisis regresi pendugaan model permintaan

daging sapi .................................................................................. 73

16. Hasil pengujian Multikolinieritas ................................................ 74

17. Konsumsi protein daging sapi serta kontribusinya terhadap angka

kecukupan protein hewani pada konsumen rumah tangga di Kota

Bandar Lampung ........................................................................ 83

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pergeseran kurva permintaan ........................................................ 20

2. Kurva permintaan .......................................................................... 22

3. Paradigma kerangka pemikiran analisis permintaan daging sapi

oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung .............. 38

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Peningkatan ketahanan pangan Nasional pada hakekatnya mempunyai arti

strategis bagi pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman,

merata, harga terjangkau dan bergizi merupakan pilar pembangunan sumberdaya

manusia. Pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai faktor

kunci peningkatan produktivitas dalam memacu pembangunan Nasional

( Suryana, 2000).

Pemerintah mempunyai komitmen untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional,

termasuk menanggulangi kerawanan pangan dan kekurangan gizi. Komitmen

tersebut tertuang dalam program utama Departemen Pertanian yaitu Program

Peningkatan Ketahanan Pangan, sedangkan di bidang peternakan tertuang dalam

suatu program terobosan yaitu Program Kecukupan Pangan Hewani Asal Ternak,

khususnya daging sapi (Dinas Peternakan Propinsi Lampung, 2009).

Daging sapi merupakan salah satu sumber bahan pangan hewani, mengandung

unsur gizi yang cukup tinggi berupa protein dan energi. Permintaan terhadap

produk pangan hewani ini cenderung terus meningkat setiap tahun sejalan dengan

bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat. Selain faktor tersebut, faktor yang turut mendorong meningkatnya

permintaan daging sapi adalah terjadinya pergeseran pola konsumsi masyarakat

dari bahan pangan sumber protein nabati ke bahan pangan sumber protein hewani

(Erwidodo, 1997). Fenomena ini diperkirakan akan terus berlanjut kedepan.

Permintaan daging sapi di Indonesia saat ini 6,5 kg/kapita/tahun (Direktorat

Jendral Peternakan, 2009) dan cenderung mengalami peningkatan setiap

tahunnya, namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan

produksi yang memadai. Pada tahun 2007 permintaan daging sapi tercatat

sebanyak 453.844 ton sedangkan produksi daging sapi dalam negeri hanya

mampu memenuhi kebutuhan 418.210 ton (Subagyo, 2009). Hal ini berarti

terdapat kesenjangan yang cukup besar antara produksi daging sapi dengan

permintaan sebesar 35.634 ton. Besarnya kesenjangan tersebut dipasok dari

impor (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2008).

Provinsi Lampung merupakan salah satu lumbung ternak Nasional, hal ini

ditunjukkan dengan produksi daging sapi pada tahun 2008 yang cukup besar yaitu

10.670,05 ton (Dinas Peternakan Propinsi Lampung, 2009). Kebutuhan konsumsi

penduduk Propinsi Lampung sebesar 7.368.796 jiwa untuk daging secara

keseluruhan adalah 57.391, 821 ton, sedangkan sumber daging yang berasal dari

sapi potong tersedia 10.670 ton sehingga kontribusi daging yang berasal dari sapi

potong lebih kurang 18 persen dari kebutuhan daging secara keseluruhan (Dinas

Peternakan Propinsi Lampung, 2009).

Sentra produksi terbesar sapi potong di Propinsi Lampung adalah Kota Bandar

Lampung yaitu sebesar 31,5 % dari total produksi (Dinas Peternakan Propinsi

Lampung, 2009), akan tetapi sebagai sentra produksi daging sapi, Kota Bandar

Lampung justru memiliki populasi paling rendah yaitu 0.31 % dari jumlah

populasi sapi potong yang terdapat di Propinsi Lampung. Populasi dan produksi

sapi potong di Propinsi Lampung berdasarkan Kabupaten/Kota tahun 2008 dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi dan produksi sapi potong di Propinsi Lampung berdasarkan

kabupaten/kota tahun 2008

No Kabupaten/Kota Populasi Sapi Potong (ekor) Produksi Daging Sapi (Kg)

1 Lampung Barat 15.492 601.910

2 Tanggamus 15.436 667.510

3 Lampung Selatan 48.337 739.890

4 Pesawaran 9.450 317.090

5 Lampung Timur 75.171 949.270

6 Lampung Tengah 140.579 824.410

7 Lampung Utara 19.892 811.740

8 Way Kanan 26.566 260.150

9 Tulang Bawang 70.892 1.867.240

10 Bandar Lampung 1.334 3.364.360

11 Metro 2.377 266.480

Jumlah 425.526 10.670.050

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung, 2009.

Kota Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik,

pendidikan, dan kebudayaan, juga merupakan pusat kegiatan perekonomian di

Propinsi Lampung. Oleh karena itu, tidak heran jika wilayah Kota Bandar

Lampung merupakan wilayah permintaan daging sapi terbanyak di Propinsi

Lampung. Konsumsi, jumlah penduduk, dan konsumsi per kapita per tahun

daging sapi potong berdasarkan kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2007

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konsumsi, jumlah penduduk, dan konsumsi per kapita per tahun daging

sapi potong berdasarkan kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun

2007

No. Kabupaten/Kota

Konsumsi

(Kg/tahun)

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Konsumsi/kapita/tahun

(Kg/kap/tahun)

1 Lampung Barat 542.984,00 380.824,00 1,43

2 Tanggamus 602.066,40 825.766,00 0,73

3 Lampung Selatan 953.690,40 1.326.893,00 0,72

4 Lampung Timur 856.336,00 932.947,00 0,92

5 Lampung Tengah 743.672,80 1.153.190,00 0,64

6 Lampung Utara 732.430,40 560.743,00 1,31

7 Way Kanan 234.894,40 362.280,00 0,65

8 Tulang Bawang 1.684.685,60 768.813,00 2,19

9 Kota Bandar Lampung 3.035.208,80 808.028,00 3,76

10 Kota Metro 240.635,20 131.196,00 1,83

Jumlah 9.626.604,00 7.250.680,00 14,17

Rata-rata 962.660,40 725.068,00 1,42

Sumber : Data diolah dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi

Lampung, 2009

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa meskipun jumlah penduduk di Kota

Bandar Lampung menempati urutan kelima di Propinsi Lampung, setelah

Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur dan Tanggamus, namun

konsumsi daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung

menempati urutan pertama di propinsi, yaitu sebesar 3,76 kg/kapita/tahun.

Perkembangan produksi dan konsumsi daging sapi di Kota Bandar Lampung

tahun 2004-2008 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan tingkat produksi dan konsumsi daging sapi potong

di Kota Bandar Lampung tahun 2004 –2008

Tahun Produksi Konsumsi Konsumsi/kapita/tahun

Konsumsi Protein

daging sapi

(Kg) (Kg) (Kg/kapita/tahun) (gram/kapita/hari)

2004 2.134.150,00 2.134.382,00 2,72 1,33

2005 2.244.510,00 2.159.258,40 2,73 1,44

2006 2.452.740,00 2.359.468,80 2,95 1,23

2007 3.035.360,00 3.035.208,80 3,76 1,56

2008 3.364.360,00 3.364.257,60 4,14 1,73

Sumber : Data diolah dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan

Propinsi Lampung, 2009.

Pada Tabel 3, terlihat bahwa konsumsi daging sapi di Kota Bandar Lampung

mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan konsumsi daging sapi di

Kota Bandar Lampung telah dapat diimbangi dengan produksi daging sapi yang

memadai, baik dari segi mutu maupun jumlahnya. Apabila dilihat dari konsumsi

daging sapi di Kota Bandar Lampung pada tahun 2008, maka daging sapi

memberikan kontribusi konsumsi sebesar 43 % dari total konsumsi daging yaitu

9,61 kg/kapita/tahun (Dinas Peternakan Propinsi Lampung, 2009). Hal ini berarti,

daging sapi di Kota Bandar Lampung mempunyai peranan yang penting dalam

memenuhi kebutuhan permintaan pangan hewani dan perbaikan gizi masyarakat.

Akan tetapi, dalam mengkonsumsi protein berasal dari daging sapi, Kota Bandar

Lampung masih belum memenuhi angka kecukupan protein dari hasil ternak yang

dianjurkan menurut WKNPG yaitu sebesar 6 gram/kapita/hari (Dinas Peternakan

Propinsi Lampung, 2008). Ditinjau dari angka kecukupan gizi tersebut, pada

tahun 2008, pemenuhan konsumsi protein daging sapi di Kota Bandar Lampung

hanya 29 % dibandingkan dengan konsumsi protein daging yang dianjurkan.

Hal ini berarti konsumsi protein daging sapi di Kota Bandar Lampung masih

sangat rendah.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung?

2. Berapakah tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung akibat perubahan masing-

masing faktor?

3. Berapakah kontribusi daging sapi yang dikonsumsi terhadap angka kecukupan

protein pada konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada, maka tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung.

2. Mengetahui tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung akibat perubahan masing-

masing faktor.

3. Mengetahui kontribusi daging sapi yang dikonsumsi terhadap angka

kecukupan protein pada konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung.

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi :

1. Dinas atau instansi terkait sebagai bahan informasi dalam pengambilan

keputusan untuk perencanaan, pengelolaan, peningkatan dan pengembangan

produksi sapi potong di Propinsi Lampung.

2. Peternak untuk menentukan target produksi daging sapi potong, kualitas, dan

kuantitas yang dapat memenuhi permintaan pasar serta merencanakan strategi

pemasaran daging sapi potong.

3. Peneliti-peneliti lain yang sejenis sebagai bahan referensi.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Sapi Potong

Menurut Susanto (2001), jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat

ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong

itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk

luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).

Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole,

sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang

banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang

penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO,

Madura dan Brahman.

Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya

menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan

sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi

juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan

oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat

memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.

Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:

1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.

2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan

barang kerajinan

3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding

dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.

Menurut Susanto (2001), Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha

(round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih

kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib)

kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang

26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor

enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging

daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih

kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank)

lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung

dari berat karkas (100%).

Menurut Sugeng (2003), sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi

dan penting artinya bagi masyarakat. Sebab seekor atau kelompok ternak sapi

bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan terutama bahan makanan berupa

daging, disamping itu hasil lainnya berupa pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain

sebagainya.

Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.

Beberapa bangsa sapi yang terdapat di Indonesia , yaitu : (1) sapi Bali, (3) sapi

Madura, (4) sapi ongol, dan (5) American Brahman

Menurut Triana (2009), daging sapi yang dianggap bagus untuk dikonsumsi

adalah yang berasal dari sapi jantan daripada sapi betina muda. Daging sapi

dikategorikan termasuk sebagai daging merah. Daging merah adalah daging (sapi

atau lembu) yang berwarna merah dalam kondisi mentah. Daging merah dari sapi

memang merupakan salah satu bahan makanan dengan sumber protein yang

paling tinggi. Selain kaya protein, daging merah juga merupakan salah satu

sumber zat besi tertinggi. Daging merah dari sapi juga mengandung beberapa

jenis creatine dan beberapa jenis mineral seperti zinc dan fosfor. Kandungan zinc

dalam daging merah terutama pada bagian antara leher dan bahu (chuck) dan kaki

bagian atas (shank). Daging merah dari sapi juga mengandung beberapa jenis

vitamin seperti niacin, vitamin B12, thiamin, dan riboflavin. Bahkan juga

merupakan sumber terbanyak Alpha Lipoic Acid (sejenis antioksidan yang kuat).

Menurut Pane (1986), sapi merupakan hewan ternak terpenting dari jenis-jenis

hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga

kerja, dan kebutuhan manusia lainnya. Ternak sapi menghasilkan sekitar 50 %

kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan

sekitar 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu.

2. Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Menurut Muhilal, dkk (2004), angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang

menunjukkan jumlah zat gizi diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi

hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi

fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Angka kecukupan gizi

berguna sebagai rujukan yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian

konsumsi makanan dan asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari

defisiensi/kekurangan ataupun kelebihan asupan gizi. Angka kecukupan gizi

dibagi dalam beberapa jenis, salah satunya adalah angka kecukupan protein

(AKP). Angka kecukupan protein (AKP) adalah rata-rata konsumsi protein untuk

menyeimbangkan protein yang hilang ditambah sejumlah tertentu, agar mencapai

hampir semua populasi sehat di suatu kelompok umur, jenis kelamin dan ukuran

tubuh tertentu pada tingkat aktivitas sedang. Angka kecukupan protein yang

dianjurkan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 adalah

52 gram/kapita/hari (Karmini dan Biawan. 2004).

3. Pola Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal

maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis.

Ketersediaan pangan suatu daerah, akses, preferensi masyarakat, dan adanya

interaksi beragam faktor yang mempengaruhinya yang sudah terakumulatif

menyebabkan pola konsumsi suatu daerah berbeda dengan yang lainnya.

Menurut Almatsier (2002), pola pangan adalah cara seseorang atau sekelompok

orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan

ekonomi dan sosio budaya yang dialaminya, dimana pola pangan erat kaitannya

dengan kebiasaan. Konsumsi pangan adalah susunan dari berbagai pangan dan

hasil olahannya yang biasa dimakan oleh seseorang yang dicerminkan dalam

jumlah, jenis, frekuensi dan sumber bahan makanan ( Suhardjo, dkk. 1986).

Menurut Suhardjo, dkk (1986) terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi

pola konsumsi pangan sebagian besar penduduk yaitu : (1) Produksi pangan untuk

keperluan rumah tangga, (2) pengeluaran untuk keperluan rumah tangga, dan (3)

pengetahuan gizi dan ketersediaan pangan.

Menurut Hardiansyah (1986) dalam Rangga, dkk (2002), hukum-hukum dasar

yang mengawali analisis gizi adalah Hukum Engel dan Hukum Bennet. Menurut

Engel, adalah persentase pengeluaran rumah tangga yang dibelanjakan untuk

pangan akan semakin berkurang dengan meningkatnya pendapatan sedangkan

Hukum Bennet adalah persentase bahan pangan pokok berpati dalam konsumsi

pangan rumah tangga semakin berkurang dengan meningkatnya pendapatan

rumah tangga dan cenderung beralih pada pangan yang berenergi lebih mahal.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi

Menurut Rahardja, dan Mandala (2000) banyak faktor yang mempengaruhi

besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Faktor-faktor tersebut dapat di klasifikasikan menjadi tiga besar yaitu :

1) Faktor-faktor ekonomi

Empat faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi adalah :

a. Pendapatan rumah tangga

Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat

konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi

makin tinggi, karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah

tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar

atau mungkin juga pola hidup menjadi konsumtif, setidak-tidaknya

semakin menuntut kualitas yang baik.

b. Kekayaan rumah tangga

Kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (rumah, tanah, dan mobil)

dan finansial (deposito berjangka panjang, saham, dan surat-surat

berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena

menambah pendapatan.

c. Perkiraan tentang masa depan

Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka

akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya

pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah tangga

memperkirakan masa depannya makin jelek, mereka pun mengambil

ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi.

2) Faktor-faktor demografi

Menurut Sumarwan (2003), ada beberapa faktor demografi yang

mempengaruhi konsumsi masyarakat, yaitu :

a. Jumlah anggota rumah tangga

Jumlah anggota rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola

konsumsi suatu produk atau jenis makanan tertentu. Rumah tangga

dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan

mengkonsumsi beras, daging, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan

yang lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki

anggota lebih sedikit.

b. Usia

Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan

terhadap jenis makanan tertentu. Anak-anak akan memiliki selera yang

berbeda dari orang dewasa, sehingga para ibu akan lebih banyak

menyajikan makanan sesuai dengan selera anggota rumah tangga.

Semakin banyak jenis yang harus dihidangkan, maka tingkat konsumsi

suatu rumah tangga akan semakin tinggi.

c. Pendidikan dan pekerjaan

Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling

berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang

dilakukan oleh seorang konsumen. Profesi dan pekerjaan seseorang akan

mempengaruhi pendapatan yang diterima. Pendapatan dan pendidikan

tersebut kemudian akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang.

3) Faktor-faktor non ekonomi

Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya

konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola

kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru

kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat.

Menurut Suhardjo (2003), untuk mengetahui pola makan sseorang dapat dilihat

dari dua segi salah satunya segi sosial budaya. Segi sosial budaya dibagi

menjadi :

a. Budaya pangan

Budaya suatu rumah tangga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pola

makan seseorang. Budaya juga dapat mempengaruhi seseorang dalam

memilih bahan makanan, hal ini juga mempengaruhi jenis, cara, dan

bagaimana makanan tersebut disajikan. Pada umumnya kebiasaan makan

sesesorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat gizi yang

terkandung dalam pangan. Kebiasaan ini berasal dari pola pangan yang

diterima budaya kelompok dan diajarkan seluruh anggota rumah tangga.

Sehingga masing-masing anggota rumah tangga mempunyai selera yang

berbeda untuk tiap jenis pangan tertentu.

b. Pola makanan

Jumlah jenis makanan serta banyaknya bahan makanan dalam pola pangan

suatu daerah tertentu, biasanya berkembang dari pangan yang telah

ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu panjang. Disamping itu

kelangkaan pangan dan kebiasaan bekerja dari rumah tangga berpengaruh

pula tehadap pola pangan.

c. Pembagian makan dalam rumah tangga

Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis

makanan tertentu dalam rumah tangga. Jika kebiasaan budaya tersebut

diterapkan, maka setelah kepala rumah tangga dan anak pria dilayani,

biasanya dimulai dari yang tertua. Wanita, anak wanita dan anak yang

masih kecil boleh makan bersama anggota rumah pria, tetapi beberapa

lingkungan budaya, mereka terpisah pada meja lain atau bahkan setelah

anggota pria selesai makan.

d. Besar rumah tangga

Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata

pada masing-masing rumah tangga. Sumber pangan rumah tangga

terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi

kebutuhan makanannya yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit.

Pangan yang tersedia untuk suatu rumah tangga yang besar mungkin

cukup untuk rumah tangga yang besarnya setengah dari rumah tangga

tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada rumah

tangga yang besar tersebut.

e. Faktor pribadi

Faktor pribadi dan kesukaan mempengaruhi jumlah dan jenis makanan

yang dikonsumsi penduduk. Beberapa diantaranya adalah : (1) banyaknya

informasi yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan tubuh akan gizi

selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya, (2) kemampuan

seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi dalam pemilihan pangan

dan pengembangan cara pemanfaatan yang sesuai, (3) hubungan keadaan

kesehatan seseorang dengan kebutuhan akan pangan untuk pemeliharaan

kesehatan dan pengobatan penyakit.

f. Pengetahuan gizi

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi

didasarkan pada tiga kenyataan : (1) status gizi yang cukup adalah penting

bagi kesehatan dan kesejahteraan, (2) setiap orang hanya akan cukup gizi

jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang

diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan

energi, (3) ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga

penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan

gizi. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan

pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia.

Kemiskinan dan kekurangan persediaan makanan yang bergizi merupakan

faktor penting dalam masalah kurang gizi.

a. Teori Permintaan

Kegunaaan yang dimiliki oleh suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia

mengakibatkan barang tersebut dikonsumsi. Konsumsi seseorang terhadap suatu

barang dalam jangka waktu tertentu dengan harga tertentu menunjukkan kuantitas

(jumlah) barang yang diminta. Bila harga barang dihubungkan dengan dimensi

waktu, maka harga barang dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Perubahan

tersebut dimungkinkan karena adanya perubahan dalam biaya produksi,

persaingan, keadaan perekonomian dan pengaruh lainnya. Dengan demikian

harga suatu barang dapat berbeda-beda pada jangka waktu tertentu. Kuantitas

barang yang diminta pada tingkat harga pada jangka waktu tertentu disebut

sebagai pemintaan.

Menurut Wijaya (1991), pemintaan menunjukkan berbagai jumlah suatu produk

yang para konsumen ingin dan mampu membeli pada berbagai tingkat harga yang

mungkin selama suatu periode tertentu. Menurut Suhartati, dkk (2003),

permintaan adalah berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai

tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Menurut Winardi (1988), permintaan

merupakan jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada saat

tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Definisi lain mengatakan

permintaan dalam terminology ekonomi adalah jumlah yang diinginkan dan dapat

dibeli konsumen dari pasar pada berbagai tingkat harga.

Menurut Leftwich (1984), permintaan atas barang adalah berbagai jumlah barang

yang akan dibeli oleh konsumen di pasar pada berbagai tingkat harga. Menurut

Winardi (1976) dalam Soekartawi (2002) menyatakan bahwa pengertian

permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada

tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Menurut

Kardariah (1994), jika orang menyatakan permintaan, maka yang dimaksud

adalah permintaan yang disertai daya beli terhadap suatu benda.

Dalam menganalisis suatu fungsi pemintaan harus dibedakan antara pemintaan

dan jumlah yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan

daripada hubungan diantara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah

barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu

tingkat harga tertentu (Sukirno, 2000).

Menurut Sugiarto, dkk (2005), permintaan seseorang atau masyarakat terhadap

suatu komoditas ditentukan oleh banyak faktor yaitu :

1. Harga komoditas itu sendiri

2. Harga komoditas lain yang berkaitan erat dengan komoditas tersebut

3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

4. Corak distribusi pendapatan mayarakat

5. Citarasa masyarakat

6. Jumlah penduduk

7. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang ,dll

Menurut Lipsey ( 1995), banyaknya barang yang akan dibeli semua rumah tangga

pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh : (1) Harga barang itu sendiri, (2)

Harga barang yang berkaitan, (3) Rata-rata penghasilan rumah tangga, (4) Selera,

(5) Distribusi pendapatan di antara rumah tangga, dan (6) Besarnya populasi atau

jumlah penduduk. Untuk mengetahui masing-masing faktor diasumsikan faktor-

faktor yang lain tetap (ceteris paribus).

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dx = f (Px,Py,Y,T,u)

Keterangan : Dx = Jumlah barang yang diminta

Px = Harga barang itu sendiri

Py = Harga barang yang berkaitan

Y = Pendapatan konsumen

T = Selera

u = faktor lainnya

Selanjutnya Lipsey (1995), mengatakan bahwa perubahan faktor-faktor diatas

akan mempengaruhi kurva permintaan. Kurva permintaan menggambarkan

hubungan fungsional antara harga dan jumlah yang diminta. Perubahan harga

barang itu sendiri akan menyebabkan perpindahan sepanjang kurva permintaan,

kenaikan harga menyebabkan keatas kearah kiri sepanjang kurva permintaan,

dengan demikian kuantitas yang diminta akan menurun. Sedangkan perubahan

pendapatan, perubahan harga barang yang berkaitan, perubahan selera, perubahan

IC3

jumlah penduduk atau perubahan distribusi pendapatan akan menggeser seluruh

kurva permintaan kearah kiri atau kearah kanan.

Pergeseran kurva permintaan kearah kiri menunjukkan adanya penurunan

permintaan sedangkan pergeseran kurva kearah kanan menunjukkan adanya

kenaikan permintaan berarti bahwa banyak yang diminta pada setiap tingkat

harga. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui Gambar 1.

Y

IC2 ICC

IC1

BL1 BL2 BL3

0 x1 x2 x3 X

P

D3

D1 D2

x1 x2 x3 X

Gambar 1. Pergeseran kurva permintaan

Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta adalah berbanding terbalik

(negatif). Jika harga barang naik maka jumlah yang diminta akan turun dan

sebaliknya jika harga turun maka jumlah yang diminta akan naik dengan faktor

lain tetap. Hubungan yang demikian disebut “Hukum Permintaan”. Hubungan

ini dapat dijelaskan oleh dua keadaan, pertama jika harga suatu barang naik

konsumen akan mencari barang pengganti, hal ini dilakukan jika konsumen

menginginkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari setiap rupiah yang dimiliki.

Kedua harga naik, pendapatan merupakan kendala (pembatas) bagi pembelian

yang lebih banyak (Arsyad, 1987).

Menurut Reksoprayitno (2000), faktor-faktor yang menyebabkan perubahan

permintaan adalah : (1) Perubahan pendapatan konsumen, (2) Perubahan barang

pengganti, (3) Perubahan harga barang komplementer, dan (4) Perubahan citra

rasa konsumen. Pada dasarnya permintaan menunjukkan hubungan antara harga

dan jumlah barang yang diminta. Hukum permintaan mengatakan bahwa apabila

harga suatu barang tinggi, maka jumlah barang yang diminta sedikit dan

sebaliknya apabila harga suatu barang rendah, maka jumlah yang diminta banyak.

Hukum permintaan tersebut tentunya dengan menggunakan asumsi faktor selain

harga dianggap tetap.

Dari hukum permintaan terlihat bahwa terjadi hubungan yang terbalik antara

harga dan jumlah yang diminta. Harga yang harus dibayar oleh konsumen

merupakan halangan yang mencegahnya untuk membeli barang tersebut.

Semakin tinggi harga, maka rintangan untuk membeli barang tersebut semakin

besar yang mengakibatkan semakin jumlah barang yang dibeli dan sebaliknya

( Wijaya,1991).

Secara teoritis kurva permintaan digambarkan dengan fungsi garis lurus guna

memudahkan pemahaman, melalui Gambar 2.

H

H2

H1 D

0 Q2 Q1 Q

Gambar 2. Kurva Permintaan

Dari Gambar 2, dapat dijelaskan bahwa pada saat harga berada pada H1, maka

jumlah yang diminta sebanyak Q1 dan pada saat harga berada pada H2, maka

jumlah yang diminta sebanyak Q2. Dengan kata lain, semakin tinggi harga, maka

jumlah barang yang diminta semakin sedikit dan sebaliknya.

Kurva permintaan (demand curve) menyatakan berapa banyak para konsumen

bersedia membeli pada setiap harga per unit yang harus mereka bayar. Fungsi

permintaan tersebut menyatakan bahwa jumlah komoditas yang diminta

merupakan fungsi dari harganya. Jumlah komoditas yang diminta

menggambarkan jumlah komoditas yang diminta pada tingkat harga tertentu.

Secara umum hubungan antara harga dan jumlah komoditas yang diminta

mempunyai sifat hubungan yang berlawanan arah (negatif) sehingga pada

umumnya kurva permintaan suatu komoditas bersudut negatif terhadap sumbu

horizontal. Naiknya nilai suatu variabel diikuti dengan turunnya nilai variabel

yang satunya, sehingga kurva permintaan berbagai jenis komoditas pada

umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah.

Menurut Suhartati dan Fathororrozi (2003), hukum permintaan tidak berlaku

dalam beberapa kasus yaitu :

a. Kasus barang Giffen

Barang giffen merupakan barang inferior, dimana barang giffen memiliki

pengertian semakin tinggi tingkat harga menyebabkan permintaan terhadap

barang ini menunjukkan angka yang semakin meningkat.

b. Kasus pengaruh harapan dinamis ( Dynamic Expectation Effect)

Dalam hal ini, perubahan jumlah yang diminta dipengaruhi oleh perubahan

harga yang terkait dengan harapan konsumen. Artinya kenaikan harga suatu

barang akan diikuti kenaikan permintaan terhadap barang tersebut, karena

terselip adanya harapan bahwa harga barang tersebut akan terus mengalami

kenaikan.

c. Kasus barang prestise

Pada kasus ini memasukkan kepuasan konsumen dalam membeli suatu

barang. Semakin tinggi harga suatu barang semakin tinggi kepuasan

konsumen sehingga meningkatkan unsur prestise.

Menurut Suhartati dan Fathororrozi (2003), perubahan permintaan terhadap suatu

barang disebabkan oleh perubahan pendapatan konsumen dapat digunakan untuk

mengidentifikasi jenis barang. Jenis barang tersebut adalah :

1. Barang Inferior

Yaitu jenis barang yang memiliki kualitas lebih rendah daripada barang

normal, barang ini memiliki ciri khas, semakin tinggi tingkat pendapatan

konsumen, semakin sedikit permintaan terhadap barang ini, karena konsumen

beralih pada barang yang lebih baik.

2. Barang Normal

Yaitu jenis barang yang mempunyai ciri khas mengalami kenaikan permintaan

sebagai akibat adanya kenaikan pendapatan konsumen.

3. Barang Esensial

Yaitu barang kebutuhan pokok atau barang yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari. Peningkatan pendapatan tidak berpengaruh terhadap

peningkatan jumlah permintaannya selama dalam asumsi untuk kebutuhan

sehari-hari.

Menurut Reksoprayitno (2000), beberapa penyebab perubahan permintaan

adalah :

a. Perubahan pendapatan konsumen

b. Perubahan harga pengganti

c. Perubahan harga barang komplementer

d. Perubahan cita rasa konsumen

Menurut Sugiarto, dkk (2005), pengaruh faktor bukan harga terhadap permintaan

adalah :

a. Kaitan suatu komoditas dengan berbagai jenis komoditas lainnya. Dalam

hubungannya dengan permintaan akan suatu komoditas, kaitan suatu

komoditas dengan berbagai jenis komoditas lainnya dapat dibedakan

menjadi :

1) Komoditas pengganti

Komoditas pengganti adalah komoditas yang dapat menggantikan fungsi

dari komoditas lainnya sehingga harga dari komoditas pengganti dapat

mempengaruhi permintaan komoditas yang dapat menggantikannya.

2) Komoditas penggenap

Komoditas penggenap adalah suatu komoditas yang selalu digunakan

bersama-sama dengan komoditas yang lainnya.

3) Komoditas netral

Komoditas netral adalah komoditas yang tidak memiliki hubungan sama

sekali dengan komoditas lainnya sehingga perubahan permintaan atas

salah satu komoditas tidak akan mempengaruhi permintaan komoditas

lainnya.

b. Pendapatan para pembeli

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam

menentukan pola permintaan atas berbagai jenis barang.

c. Distribusi pendapatan

Perubahan distribusi pendapatan dapat mempengaruhi corak permintaan

terhadap berbagai jenis komoditas. Bila konsentrasi pendapatan berada di

kalangan kelas atas, maka permintaan akan komoditas-komoditas mewah

maupun komoditas sekunder meningkat. Sekarang bila konsentrasi

pendapatan bergeser ke kelas bawah, maka permintaan akan komoditas-

komoditas yang dibutuhkan oleh kelas bawah akan meningkat dan permintaan

akan komoditas-komoditas mewah akan menurun.

d. Jumlah penduduk

Pertambahan jumlah penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan dengan

permintaan suatu komoditas karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak

orang yang membutuhkan komoditas tersebut.

e. Cita rasa masyarakat

Perubahan cita rasa masyarakat mempengaruhi permintaan. Bila selera

konsumen terhadap suatu komoditas meningkat maka permintaan komoditas

tersebut akan meningkat, demikian pula bila selera konsumen berkurang maka

permintaan komoditas tersebut menurun

f. Ramalan mengenai masa datang

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa datang

dapat mempengaruhi permintaan akan suatu komoditas. Bila prospek suatu

komoditas di masa datang baik, maka permintaan komoditas tersebut akan

naik, dan bila sebaliknya maka permintaan akan komoditas tersebut akan

turun.

Setiap orang akan berusaha memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang

dikonsumsi, setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang

dapat dinikmatinya. Seorang konsumen akan memilih barang-barang yang

dikonsumsinya yang dapat memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk pada

kendala anggaran. Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen

merupakan fungsi kuantitas barnag yang dikonsumsinya, dan utilitas marginal dari

setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi akan menurun. Syarat utilitas yang

maksimum adalah perbandingan antara utilitas marginal dan harga adalah sama

untuk setiap barang yang dikonsumsinya (Arsyad,1987).

Menurut Sukirno (2000), nilaiguna atau utilitas total mengandung arti jumlah

seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu.

Sedangkan nilaiguna marginal berarti pertambahan atau pengurangan kepuasan

sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang

tertentu. Tambahan nilaiguna atau utilitas yang akan diperoleh seseorang dari

mengkonsumsi suatu barang akan semakin berkurang apabila orang tersebut terus

menerus menambahkan konsumsinya barang tersebut. Pada akhinya tambahan

utilitas akan menjadi negative, maka utilitas total akan semakin menurun.

Menurut Arsyad (1987), sekelompok barang yang memberikan tingkat kepuasan

tertinggi yang biasa dicapai konsumen tersebut dengan kendala anggaran tertentu

harus memenuhi dua syarat yaitu : (1) Keadaan tersebut terjadi pada kurva

indeferens tertinggi yang bersinggungan dengan garis anggaran, dan (2) Keadaan

tersebut akan terjadi pada titik singgung antara kurva indeferens tertinggi dengan

garis anggaran.

b. Konsep Elastisitas

Menurut Sugianto (2005), elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran

kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-

faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas

Elastisitas = % perubahan jumlah barang yang diminta

% perubahan faktor yang mempengaruhinya

Menurut Sugianto (2005), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya

elastisitas permintaan suatu komoditas, yaitu :

(1) Tingkat kemampuan komoditas lain untuk menggantikan komoditas

tersebut.

Suatu komoditas yang mempunyai banyak komoditas pengganti, permintaan

cenderung bersifat elastis. Perubahan harga sedikit saja akan menimbulkan

perubahan besar atas jumlah komoditas tersebut yang diminta.

(2) persentase pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli komoditas

tersebut. Makin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli

suatu komoditas akan semakin elastis permintaan akan komoditas tersebut.

(3) jangka waktu untuk menganalisis permintaan

makin lama jangka waktu untuk menganalisis permintaan atas suatu

komoditas makin elastis sifat permintaan komoditas tersebut

(4) Katagori suatu komoditas

Elastisitas permintaan dibagi menjadi tiga yaitu elastisitas permintaan terhadap

harga, elastisitas silang atas permintaan, dan elastisitas permintaan terhadap

pendapatan.

(a). Elastisitas permintaan terhadap harga

elastisitas permintaan terhadap harga mengukur seberapa besar perubahan jumlah

komoditas yang diminta apabila harga berubah. Jadi elastisitas permintaan

terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang

diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi ceteris

paribus. Elastisitas permintaan terhadap perubahan harga dapat dihitung dengan

rumus :

Ep = persentase perubahan jumlah yang diminta

persentase perubahan harga

= (dQ/Q)

(dP/P)

= (dQ/dP). P/Q

Keterangan : Q = Jumlah permintaan

P = Harga

Menurut Sugianto (2005), permintaan dikatakan elastis jika jumlah komoditas

yang diminta peka terhadap perubahan harga dan dikatakan inelastis (tidak elastis)

jika jumlah komoditas yang diminta kurang peka terhadap perubahan harga. Bila

kurva permintaan komoditas yang dihadapi memiliki kecenderungan yang umum

berlaku dalam kehidupan sehari-hari (memiliki kemiringan negatif), maka nilai

elastis permintaan terhadap harga selalu negatif.

Klasifikasi elastisitas suatu komoditas mengikuti kaidah :

1. Elastisitas nol (tidak elastis sempurna). Dalam hal ini perubahan harga

suatu komoditas tidak akan merubah jumlah komoditas yang diminta.

Kurva permintaan komoditas sejajar dengan sumbu tegak.

2. Elastisitas sempurna. Perubahan yang kecil sekali dalam harga akan

mengakibatkan perubahan yang besar sekali dalam permintaan. Kurva

permintaan komoditas sejajar dengan sumbu datar.

3. Elastisitas uniter (nilai mutlak elastisitas sama dengan 1). Perubahan

harga komoditas tersebut dalam suatu persentase tertentu, akan diikuti

dengan perubahan jumlah komoditas yang diminta tersebut dalam

persentase yang sama.

4. Tidak elastis (nilai mutlak elastisitas bernilai diantara 0 dan 1). Dalam hal

ini, persentase perubahan harga adalah lebih daripada persentase

perubahan jumlah yang diminta.

5. Elastis (nilai mutlak Ep>1). Jumlah komoditas yang diminta akan

mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase

perubahan harga.

(b). Elastisitas silang atas permintaan

Barang-barang yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan

yang erat dengan barang lain. Hubungan tersebut dapat bersifat subtitusi terhadap

barang lain bila barang tersebut dapat menggantikan fungsinya terhadap barang

lain bila barang semula tidak dapat dimiliki. Sedangkan barang memiliki sifat

komplementer terhadap barang lain bila barang tersebut dapat melengkapi

kegunaan barang lain.

Sifat subtitusi dan komplementer yang dimiliki suatu barang terhadap barang

lain sangat berhungan erat dengan harga barang masing-masing. Dalam keadaan

demikian menurut Mubyarto (1989), perubahan harga barang yang satu tidak saja

mempengaruhi jumlah yang diminta atas barang itu, tetapi juga mempengaruhi

jumlah yang diminta atas barang lainnya. Perubahan jumlah barang yang diminta

sebagai akibat dari perubahan atas harga barang lain disebut sebagai elastisitas

silang atas permintaan (cross elasticity of demand).

Menurut Sugianto (2005), koefisien elastis permintaan silang sering digunakan

untuk mengukur kekuatan hubungan komplemen atau substitusi diantara berbagai

komoditas. Nilai elastisitas permintaan silang berkisar dari negatif tak hingga

sampai positif tak hingga. Rumus perhitungan elastisitas permintaan silang

komoditas X terhadap komoditas Y adalah :

Ec = Persentase perubahan jumlah komoditas X yang diminta

Persentase perubahan harga komoditas Y

= (dQx/Qx)

(dPy/Py)

= (dQx/dPy). Py/Qx

Keterangan : Qx = Jumlah barang X yang diminta

Qy = Jumlah barang Y yang diminta

Px = Harga barang X

Py = Harga barang Y

Menurut Sugianto (2005), tanda dari elastisitas silang akan tergantung kepada

komoditas apakah komoditas yang terkait merupakan komoditas pelengkap atau

komoditas pengganti. Untuk komoditas pelengkap (complements), elastisitas

silang bernilai negatif. Sedangkan untuk komoditas pengganti (substitusi),

elastisitas silang bernilai positif.

Menurut Reksoprayitno (2000), Acuan umum pengelompokan katagori suatu

komoditas adalah sebagai berikut :

Ec = 0. Ini memiliki makna tidak ada hubungan antara barang X dengan barang Y

Ec < 0. Ini memiliki makna bahwa antara barang X dan barang Y terdapat

hubungan komplementer.

Ec > 0. Ini memiliki makna bahwa antara barang X dengan barang Y terdapat

hubungan substitusi.

(c) . Elastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan (Ei)

Elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah besar kecilnya perubahan

jumlah yang diminta sebagai akibat dari perubahan pendapatan konsumen.

Kenaikan pendapatan konsumen akan menaikkan daya beli yang selanjutnya akan

meningkatkan jumlah barang yang diminta. Menurut Sugianto (2005), elastisitas

permintaan terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang berguna untuk

menunjukan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap suatu perubahan

pendapatan.

Menurut Suhartati dan Fathororrozi (2003), Nilai yang diperoleh dapat

digunakan untuk membedakan komoditas apakah termasuk dalam katagori

komoditas mewah, normal, atau inferior.

Rumus elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah :

Ei = persentase perubahan jumlah komoditas X yang diminta

Persentase perubahan pendapatan

= (dQ/Q)

(dI/I)

= (dQ/dI). I/Q

Keterangan : Q = Jumlah permintaan

I = Pendapatan

Acuan umum pengelompokan katagori suatu komoditas adalah sebagai berikut :

Ei = - Komoditas inferior (komoditas bermutu rendah)

Ei = + Komoditas normal

Ei = >1 Komoditas mewah

Ei = 0<Ei<1 Komoditas kebutuhan pokok

c. Hasil Penelitian Terdahulu

Faktor-faktor yang mempengaruhi daging sapi oleh konsumen rumah tangga di

Sulawesi Tenggara menurut Rusma dan Suharyanto (2001), adalah harga daging

sapi, harga daging ayam, harga ikan dan konsumsi daging sapi tahun sebelumnya.

Daging sapi bagi masyarakat Sulawesi Tenggara merupakan barang normal,

artinya semakin tinggi pendapatan konsumen maka tidak berpengaruh terhadap

permintaan daging sapi.

Permintaan ayam ras pedaging oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar

Lampung menurut Andaryani (2004), dipengaruhi oleh harga ayam ras pedaging,

harga telur ayam, harga ikan, harga tahu, harga tempe, umur dan pendidikan.

Sedangkan tingkat pendapatan tidak mempengaruhi permintaan ayam ras

pedaging.

Permintaan kopi bubuk oleh konsumen rumah tangga di Bandar Lampung bersifat

inelastis, bersubtitusi dengan teh bubuk dan susu bubuk. Kopi bubuk termasuk

barang inferior, artinya semakin tinggi pendapatan konsumen maka akan semakin

rendah tingkat permintaan kopi bubuk.

Menurut Marlinda (2006), pada rumah tangga menengah bawah rata-rata

konsumsi protein kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau mencapai 80,05

gram per hari dengan kontribusi protein terhadap angka kecukupan protein

sebesar 36,68 % per hari, sementara pada rumah tangga menengah atas rata-rata

konsumsi protein sebesar 76,046 gram per hari dengan kontribusi sebesar 31,09 %

per hari.

g. Kerangka Pemikiran

Salah satu tujuan konsumen mengkonsumsi suatu komoditas adalah untuk

memuaskan keinginan dan kebutuhan. Teori permintaan konsumen didasarkan

pada teori tingkah laku konsumen yaitu teori kegunaan (Utility theory) dimana

konsumen akan memaksimumkan utilitasnya (kepuasannya). Konsumen akan

membeli barang jika barang tersebut berguna baginya, namun dalam

memaksimumkan utilitas, konsumen dibatasi oleh ketersediaan anggaran.

Bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan serta

kesadaran pemenuhan pangan yang bergizi menyebabkan terjadinya perubahan

konsumsi bahan makanan, yaitu terjadi penurunan konsumsi energi yang berasal

dari karbohidrat dan peningkatan konsumsi energi yang berasal dari protein baik

protein nabati maupun protein hewani. Daging sapi merupakan salah satu sumber

protein hewani yang disukai oleh konsumen. Selain itu, daging sapi juga

memiliki kandungan protein dan zat besi paling tinggi dibandingkan dengan

bahan pangan hewani yang lainnya.

Kota Bandar Lampung memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi yaitu

4.209/km2 pada tahun 2007. Tingkat kepadatan yang tinggi menyebabkan

wilayah Kota Bandar Lampung merupakan wilayah permintaan daging sapi

terbanyak dan konsumsinya di Kota Bandar Lampung pada setiap tahunnya

mengalami peningkatan yang signifikan.

Permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga dipengaruhi oleh harga

daging sapi, harga barang lain (harga daging ayam ras pedaging, harga telur ayam,

harga ayam buras, harga ikan, harga tahu, dan harga tempe), jumlah anggota,

tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan umur.

Harga barang yang bersangkutan mempengaruhi permintaan atas suatu barang

karena sesuai dengan hukum permintaan yaitu semakin tinggi harga suatu barang

maka permintaan akan barang tersebut akan semakin rendah dan sebaliknya jika

harga barang tersebut rendah maka permintaan semakin banyak. Ini berarti

pendapatan riil dan daya beli konsumen semakin bertambah. Demikian halnya

dengan harga daging sapi, semakin tinggi harga daging sapi maka semakin sedikit

jumlah daging sapi yang dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga.

Harga barang lain juga mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang

tergantung keterkaitan penggunaan antara barang yang satu dengan barang yang

lain. Keterkaitan itu dapat berupa saling melengkapi atau saling menggantikan.

Kenaikan harga barang subtitusi akan menaikan permintaan barang yang

disubtitusi. Harga subtitusi adalah harga barang lain yang dapat menggantikan

nilai suatu barang semula, apabila barang semula tidak dapat diperoleh atau

dimiliki. Sebagai barang substitusi dalam penelitian ini adalah ayam ras, ayam

buras, ikan, telur, tahu dan tempe. Semakin tinggi harga ayam ras, ayam buras,

ikan, telur, tahu dan tempe, maka jumlah daging sapi yang diminta akan semakin

banyak dan sebaliknya.

Faktor pendapatan sangat berpengaruh pada jumlah dan barang yang akan

dikonsumsi. Meningkatnya pendapatan konsumen akan meningkatkan

permintaan terhadap suatu barang. Dalam hal ini semakin tinggi pendapatan

konsumen maka semakin banyak pengeluaran dari rumah tangga yang

dialokasikan untuk konsumsi daging sapi, sehingga permintaan akan daging sapi

oleh konsumen rumah tangga akan semakin tinggi.

Meningkatnya jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

permintaan suatu barang. Namun, peningkatan jumlah penduduk harus diikuti

dengan kemampuan daya beli, jika tidak akan mengakibatkan penurunan

permintaan terhadap suatu barang. Seperti halnya jumlah penduduk, jumlah

anggota keluarga juga mempengaruhi permintaan terhadapi daging sapi. Semakin

besar jumlah anggota keluarga, maka semakin besar jumlah konsumsi daging sapi

oleh konsumen rumah tangga.

Faktor lama pendidikan juga mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang.

Hal ini berkaitan dengan tingkat pengetahuan seseorang terhadap kesehatan dan

kebutuhan akan gizi. Seorang dengan tingkat pendidikan tinggi, maka tinggi pula

pengetahuan tentang gizi. Sehingga dengan pengetahuan tersebut, ia akan

mengkonsumsi zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian semakin

tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi daging sapi yang dikonsumsi.

Hubungan antara variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi permintaan

atas daging sapi dan variabel terikat yaitu jumlah jumlah permintaan daging sapi

dapat dijelaskan melalui paradigma pada Gambar 3.

h. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah bahwa permintaan daging sapi

oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung diduga dipengaruhi oleh

harga daging sapi itu sendiri, harga ayam ras pedaging, harga ayam buras, harga

telur, harga ikan, harga tahu, harga tempe, jumlah anggota keluarga, pendapatan

total konsumen, pendidikan, dan umur konsumen.

Gambar 3. Paradigma kerangka pemikiran analisis permintaan daging sapi

di Kota Bandar Lampung.

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

- Harga daging sapi - Jumlah anggota rumah tangga

- Harga ayam ras pedaging - Pendapatan rumah tangga

- Harga ayam buras - Pengetahuan gizi

- Harga telur - Umur

- Harga ikan - Pendidikan

- Harga tahu

- Harga tempe

Analisis permintaan daging sapi Konsumsi daging sapi

Peningkatan permintaan daging sapi oleh konsumen di Kota Bandar Lampung

Peningkatan jumlah penduduk

Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat

Pemenuhan kebutuhan gizi

AKG

Elastisitas permintaan

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Responden adalah ibu rumah tangga atau anggota keluarga lain yang

mengkonsumsi atau melakukan pembelian daging sapi potong di Kota Bandar

Lampung dan bersedia diwawancarai dengan bantuan kuisioner.

Permintaaan daging sapi potong adalah jumlah daging sapi potong yang

dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung yang

dinyatakan dalam satuan kilogram per bulan.

Harga daging sapi adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk

mendapatkan daging sapi, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Harga ayam ras pedaging adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden

untuk mendapatkan ayam ras pedaging, yang diukur dalam satuan rupiah per

kilogram (Rp/kg).

Harga telur ayam adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk

mendapatkan telur, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Harga ayam buras adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk

mendapatkan ayam buras, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Harga ikan adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan

ikan, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Harga tahu adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan

tahu, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Harga tempe adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk

mendapatkan tempe, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Jumlah anggota rumah tangga adalah banyaknya orang atau individu yang

menjadi tanggungan keluarga diukur berdasarkan anggota yang menjadi

tanggungan atau tinggal dalam satu rumah dinyatakan dalam jiwa.

Jumlah pendapatan rumah tangga dilihat melalui pendekatan tingkat

pengeluaran total rumah tangga per bulan,diukur dalam satuan rupiah per bulan

(Rp/bln).

Pendidikan adalah tingkat atau jenjang sekolah dimiliki responden yang diukur

dengan lamanya mengenyam pendidikan, diukur dalam satuan tahun.

Pengetahuan gizi adalah pengetahuan gizi istri tentang makanan, gizi, dan

kesehatan diukur dengan skor yang diperoleh dari jawaban kuesioner, hasil

penilaian akan dikatagorikan baik dan rendah.

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal bersama dalam satu

rumah dengan atau tanpa adanya hubungan darah dan pengelompokan keuangan

dilakukan secara bersama-sama.

Umur adalah umur ibu rumah tangga yang menjadi reponden, diukur dalam

satuan tahun.

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap

hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran

tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Kontribusi konsumsi protein daging sapi adalah sumbangan besarnya jumlah

protein yang berasal dari daging sapi yang dikonsumsi terhadap angka kecukupan

protein yang dianjurkan dalam satuan persen.

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Bandar Lampung, pada bulan mei sampai Juli 2010 .

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan Kota

Bandar Lampung merupakan pusat aktivitas ekonomi Propinsi Lampung dan

masyarakatnya memiliki karakteristik yang beragam seperti tingkat pendidikan,

pekerjaan, serta pendapatan yang berdampak pada perilaku konsumen dalam

mengkonsumsi daging sapi.

Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengambilan sampel gugus bertahap (multistage sampling). Tahap pertama, yaitu

mengelompokan kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Bandar Lampung

menjadi dua kelompok, kecamatan yang mewakili masyarakat kelas menengah

atas dan kecamatan yang mewakili masyarakat kelas menengah kebawah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Koordinasi Berencana BKKBN

(2009), terdapat 13 Kecamatan di Kota Bandar Lampung. Dalam masing-masing

kecamatan telah terbagi menjadi kelompok keluarga prasejahtera, keluarga

sejahtera tahap I, keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III, dan

keluarga sejahtera tahap III plus. Berdasarkan kelompok keluarga tersebut,

kecamatan yang mewakili masyarakat kelas menengah atas menggunakan

kelompok keluarga sejahtera tahap III dan keluarga sejahtera tahap III plus dan

kecamatan yang mewakili masyarakat kelas menengah bawah menggunakan

kelompok keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera tahap I.

Untuk menentukan kecamatan yang dianggap mewakili kelompok menengah atas

dan menengah bawah dilakukan secara sengaja (purposive) yang didasarkan

dengan memilih kecamatan yang dianggap memenuhi kriteria. Menurut BKKBN

Kota Bandar Lampung (2009), kriteria untuk mewakili wilayah menengah

kebawah yaitu memiliki jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I

terbanyak dibandingkan dengan daerah lain di Kota Bandar Lampung, kriteria lain

adalah ciri fisik yang terlihat yaitu rumah bertipe sederhana, berukuran sedang

dan berdekatan, sehingga terpilih Kecamatan Teluk Betung Selatan.

Untuk wilayah menengah atas diwakili oleh Kecamatan Tanjung Karang Timur,

karena memiliki jumlah keluarga sejahtera tahap III dan keluarga sejahtera tahap

III plus terbanyak serta memiliki ciri fisik rumah tertata rapi, rumah bertipe

mewah, jalan penghubung lingkungan biasanya dilalui oleh kendaraan roda

empat. Perincian penentu tempat penelitian analisis permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perincian penentu tempat penelitian analisis permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung.

No Nama wilayah (kecamatan)

Pentahapan keluarga sejahtera

Prasejahtera Sejahtera I Sejahtera III

Sejahtera

III plus

1 Kedaton 4064 6411 3190 976

2 Kemiling 4703 2810 2121 678

3 Panjang 6279 4005 942 218

4 Rajabasa 2208 - - -

5 Sukabumi 3441 3775 - -

6 Sukarame 1754 2613 - -

7 Tanjung Karang Barat 4277 2581 2206 621

8 Tanjung Karang Pusat 4407 5219 1999 436

9 Tanjung Karang Timur 5642 4074 3878 945

10 Tanjung Senang 861 1339 1890 872

11 Teluk Betung Barat 6897 2363 778 179

12 Teluk Betung Selatan 6851 4112 3515 933

13 Teluk Betung Utara 4775 3325 2310 829

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009.

Tahap kedua yaitu memilih masing-masing dua kelurahan yang ada di masing-

masing kecamatan yang terpilih tersebut secara acak melalui pengundian. Untuk

kalangan menengah bawah, terpilih Kelurahan Way Lunik (N= 1598 rumah

tangga) dan Kelurahan Garuntang (N= 1718 rumah tangga), sedangkan untuk

kalangan menengah atas terpilih Kelurahan Tanjung Gading (N=879 rumah

tangga) dan Kelurahan Kedamaian (N= 3149 rumah tangga).

Tahap ketiga, dari masing-masing kelurahan ditentukan blok yang akan diambil

sampelnya secara sengaja (purposive). Tahap keempat, dari blok yang terpilih

ditentukan rumah tangga sampel yang akan diwawancara dengan menggunakan

metode acak sederhana (simple random sampling).

Penentuan jumlah sampel mengacu pada Suparmoko (1999) dengan perhitungan :

n = NZ2S

2

Nd2+Z

2S

2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah anggota dalam populasi

Z = Derajat kepercayaan (95 %=1,96)

S2 = Variance sampel (5 %)

d = Derajat penyimpangan (5%)

7344(1,96)2 (0,05)

n =

7344(0,05)2

+ (1,96)2 (0,05)

n = 1410,63552

18,55208

n = 76,03651

n = 76

Perincian responden tiap wilayah digunakan aloksi proporsional (Supranto 1992)

dengan rumus :

ni = Ni n

N

Keterangan :

ni = Jumlah sampel wilayah i

Ni = Jumlah rumah tangga wilayah i

N = Jumlah rumah tangga populasi

n = Jumlah sampel

Perhitungan jumlah sampel per wilayah :

1. Wilayah Way Lunik

ni = 1598 x 76 = 16

7344

2. Wilayah Garuntang

ni = 1718

x 76 = 18

7344

3. Wilayah Tanjung Gading

ni = 879

x 76 = 9

7344

4. Wilayah Kedamaian

ni = 3149

x 76 = 33

7344

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai. Data yang

digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan

mengadakan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan

daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan

instansi-instansi lain yang terkait.

D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

1. Metode analisis statistik

Metode analisis statistik digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung. Persamaan faktor-faktor yang

mempengaruhi pembelian daging sapi dibentuk dengan model persamaan regresi

linier berganda. Parameternya diestimasi dengan metode statistic menggunakan

alat bantu SPSS ( statistical package for social science) versi 13.

Faktor-faktor yang diteliti adalah harga daging sapi (X1), harga ayam ras pedaging

(X2), harga telur ayam (X3), harga ayam buras (X4), harga ikan (X5), harga tahu

(X6), harga tempe (X7), jumlah anggota keluarga (X8), pendapatan keluarga (X9),

tingkat pendidikan (X10), dan Umur (X11).

Persamaannya adalah sebagai berikut :

Yd = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8+ b9X9 +b10X10

+ b11X11 + Dm + e

Keterangan :

Yd = Jumlah permintaan daging sapi

b0 = Intersep

b1-b11 = Koefisien regresi

X1 = Harga daging sapi

X2 = Harga ayam ras pedaging

X3 = Harga telur ayam

X4 = Harga ayam buras

X5 = Harga ikan

X6 = Harga tahu

X7 = Harga tempe

X8 = Jumlah anggota rumah tangga

X9 = Pendapatan rumah tangga

X10 = Pendidikan

X11 = Umur

Dm = Pengetahuan Gizi

1 = pengetahuan gizi baik

0 = pengetahuan gizi kurang baik

e = Kesalahan acak

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengujian pendugaan parameter regresi secara serempak.

Pengujian pendugaan parameter regresi secara serempak digunakan untuk

mengetahui apakah variabel bebas (Xi) secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat (Y). Pengujian pengaruh variabel bebas secara serempak

terhadap pembelian pangan hewani digunakan dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1 = b2 = b3 = … = bk = 0

H1 : paling sedikit ada satu koefisien regresi ≠ 0

Untuk menghitung F-hitung, digunakan persamaan sebagai berikut :

F-hitung = JKR/ (k-1)

JKS (n-k)

Keterangan :

JKR = jumlah kuadrat regresi

JKS = jumlah kuadrat sisa

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel

Pengambilan keputusan :

Kriteria pengambilan keputusan dengan uji F menggunakan taraf nyata α ≤ 0,05

b. Pengujian pendugaan parameter regresi secara tunggal.

Pengujian pendugaan parameter regresi secara tunggal digunakan untuk

mengetahui apakah variabel bebas (Xi) secara tunggal berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat (Y) dengan menggunakan uji t.

Pengujian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1 = 0

Ha : b1 ≠ 0

Pengambilan keputusan :

Kriteria pengambilan keputusan dengan uji t menggunakan taraf nyata α ≤ 0,05

E. Perhitungan Elastisitas

1. Elastisitas harga

Perhitungan elastisitas harga bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai elastisitas

harga terhadap permintaan daging sapi. Elastisitas permintaan harga dapat

dihitung dengan rumus :

E harga = persentase perubahan jumlah yang diminta

persentase perubahan harga

= (dQ/Q)

(dP/P)

= (dQ/dP). P/Q

Keterangan :

dQ/dP = Turunan pertama persamaan permintaan daging sapi

Q = Jumlah permintaan

P = Harga

Kriteria pengambilan keputusan :

Ed > |-1| : permintaan terhadap daging sapi dikatakan elastis

Ed < |-1| : pemintaan terhadap daging sapi dikatakan tidak elastis

Ed = 1 : permintaan terhadap daging sapi dikatakan uniter

2. Elastisitas silang

Perhitungan elastisitas silang bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai elastisitas

silang terhadap permintaan daging sapi. Perhitungan elastisitas permintaan silang

dapat dihitung dengan rumus :

Ec = Persentase perubahan jumlah yang diminta

Persentase perubahan harga barang lain

= (dQx/Qx)

(dPy/Py)

= (dQx/dPy). Py/Qx

Keterangan :

dQx/dPy = Turunan fungsi permintaan terhadap harga barang lain

Qx = Jumlah barang yang diminta

Py = Harga barang lain

Kriteria pengambilan keputusan :

Ec = 0 : Barang netral

Ec < 0 : Barang komplementer

Ec > 0 : Barang substitusi

3. Elastisitas Pendapatan

Perhitungan elastisitas pendapatan bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai

elastisitas pendapatan terhadap permintaan daging sapi. Perhitungan elastisitas

permintaan pendapatan dapat dihitung dengan rumus :

Ei = persentase perubahan jumlah komoditas X yang diminta

Persentase perubahan pendapatan

= (dQ/Q)

(dI/I)

= (dQ/dI). I/Q

Keterangan : dQ/dI = Turunan fungsi permintaan terhadap permintaan

Q = Jumlah barang yang diminta

I = Pendapatan

Kriteria pengambilan keputusan :

Ei < 0 : Komoditas inferior (komoditas bermutu rendah)

Ei > 0 : Komoditas normal

Ei >1 : Komoditas mewah

4. Perhitungan kontribusi daging sapi terhadap kecukupan protein

Penilaian untuk mengetahui besarnya kontribusi protein yang berasal dari daging

sapi terhadap angka kecukupan protein dilakukan dengan membandingkan antara

konsumsi zat gizi (protein) aktual dengan kecukupan gizi yang dinyatakan dalam

persen, adalah sebagai berikut :

Kontribusi protein = K daging sapi x 100 %

AKG protein

Keterangan :

K = konsumsi protein dari daging sapi aktual

AKGprotein = kecukupan protein yang dianjurkan

Rumus yang digunakan untuk mengetahui angka kecukupan zat gizi protein

adalah sebagai berikut :

Berat badan aktual (kg)

AKG protein = x AK Protein Standar

Berat badan standar (kg)

Untuk mengetahui kandungan zat gizi protein yang berasal dari daging sapi adalah

:

Q = (Bd/100) x Gi x (BDD/100)

Keterangan :

Q = kandungan protein dari daging sapi yang dikonsumsi (gram)

Bd = berat daging sapi (gram)

Gi = jumlah zat gizi daging sapi (DKBM)

BDD = persen daging sapi yang dapat dimakan

Perhitungan kontribusi protein yang berasal dari daging sapi terhadap angka

kecukupan protein dilakukan dengan menggunakan program komputer

NUFOSOFT (Nutrition And Food Software)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

A. Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu,

selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan, dan

kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena

merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatera dan Pulau

Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota

Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan parawisata.

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5o20’ sampai dengan 5

o30’

lintang selatan dan 105o28’ sampai dengan 105

o37 bujur timur, dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

a. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Selatan.

b. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin, Ketibung,

dan Teluk Lampung

c. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang

Cermin, Kabupaten Pesawaran.

d. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten

Lampung Selatan.

Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 sampai 700 meter di atas

permukaan laut, dimana sebagian wilayahnya merupakan daerah perbukitan

dengan topografi yang terdiri dari :

(1) daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung bagian selatan dan Panjang.

(2) daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian utara.

(3) daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar

Tanjung Karang bagian barat yang dipengaruhi oleh Gunung Balau serta

perbukitan Batu Serampok di bagian timur selatan.

(4) Teluk Lampung dan pualu-pulau kecil bagian selatan.

Dataran Kota Bandar Lampung sebagian dialiri beberapa sungai yang

dimanfaatkan untuk pengairan lokasi pertanian. Umumnya sungai-sungai di Kota

Bandar Lampung tidak panjang, antara 2 sampai 14 km2, dan letak hulu sungai

berada pada bagian barat dan hilir pada bagian selatan, yaitu dataran pantai

(Badan Pusat Statistik, 2008).

Penduduk Kota Bandar Lampung terdiri dari berbagai suku bangsa (heterogen).

Dari hasil proyeksi penduduk tahun 2008, jumlah penduduk Kota Bandar

Lampung tercatat sebanyak 822.880 jiwa. Jumlah penduduk yang sangat banyak

ini disebabkan oleh pertumbuhan secara alami dan faktor urbanisasi penduduk

Propinsi Lampung. Laju pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung

Lampung mencapai 3,11 persen per tahun (Badan Pusat Statistik, 2008).

Penyebaran penduduk tahun 2008 di Kota Bandar Lampung tidak merata. Luas

wilayah, jumlah rumah tangga, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk per

kecamatan di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk per

kecamatan di Kota Bandar Lampung, tahun 2008

Kecamatan

Luas wilayah

(km2)

Jumlah penduduk

(jiwa)

Kepadatan penduduk

(jiwa/km2)

Kedaton 10,88 89.793 8.253

Kemiling 27,65 53.193 1.924

Panjang 21,16 62.610 2.959

Rajabasa 13,02 32.391 2.488

Sukabumi 11,64 51.861 4.455

Sukarame 16,87 54.369 3.223

Tanjung Karang Barat 15,14 53.764 3.551

Tanjung Karang Pusat 6,68 81.125 12.144

Tanjung Karang Timur 21,11 83.419 3.952

Tanjung Senang 10,38 29.247 2.515

Teluk Betung Barat 20,99 54.505 2.597

Teluk Betung Selatan 10,07 110.276 10.951

Teluk Betung Utara 10,38 66.327 6.390

Total 195,97 859.960 5.329

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

Pada Tabel 5 terlihat bahwa Kecamatan Tanjung Karang Pusat merupakan

wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu mencapai 12.144 jiwa/km2,

sedangkan Kecamatan Kemiling memiliki kepadatan penduduk terendah, yaitu

1928 jiwa/km2. Penyebaran penduduk Kota Bandar Lampung yang tidak merata

berkaitan dengan ketersediaan kualitas maupun kuantitas infra struktur penunjang,

dimana penyebaran penduduk cenderung berorentasi pada wilayah yang memiliki

potensi perdagangan dan jasa. Akibat penyebaran penduduk yang tidak merata,

kepadatan tertinggi terjadi pada daerah sentral perekonomian dan memiliki akses

yang baik. Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan wilayah dengan jumlah

penduduk tertinggi mencapai 110.276 jiwa. Tingginya jumlah penduduk di

Kecamatan Teluk Betung Selatan tidak terlepas dari sejarahnya sebagai ibukota

Karesidenan Lampung sekaligus pusat kegiatan pemerintahan dan perekonomian

yang dicirikan banyaknya gedung-gedung perkantoran dan bangunan pertokoan.

Kecamatan Tanjung Senang memiliki jumlah penduduk terendah sekitar 29.247

jiwa, dimana sebagai kecamatan yang baru mulai berkembang, wilayah ini

dicirikan dengan adanya perumnas baru dan fasilitas transportasi, jasa, serta

fasilitas pendidikan yang belum memadai, sehingga jumlah dan kepadatan

penduduknya masih rendah.

Tingkat pendidikan formal seseorang akan mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam memperoleh informasi dari berbagai sumber pengetahuan. Tingkat

pendidikan penduduk Kota Bandar Lampung beraneka ragam, mulai dari SD

sampai dengan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan di Kota Bandar Lampung

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat pendidikan penduduk Kota Bandar Lampung tahun 2008

Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Sekolah Dasar 114.856 48,85

Sekolah Menengah Tingkat Pertama 46.854 19,93

Sekolah Menengah Tingkat Atas 44.743 19,03

Perguruan Tinggi 28.654 12,19

Jumlah 235.107 100.00

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa mayoritas penduduk Kota Bandar

Lampung berpendidikan SD yaitu sebesar 48,85 persen, sedangkan tingkat

pendidikan paling sedikit adalah perguruan tinggi, yaitu sebesar 12,19 persen.

Struktur perekonomian Kota Bandar Lampung berbeda dengan wilayah lainnya di

Propinsi Lampung. Jika wilayah lain mempunyai struktur perekonomian yang

lebih condong kepada sektor pertanian, maka Kota Bandar Lampung mempunyai

struktur perekonomian yang lebih dominan kepada sektor sekunder dan tersier

yang merupakan ciri dari daerah penyebaran lapangan kerja penduduk kota.

Penyebaran lapangan kerja penduduk Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Penyebaran penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di Kota

Bandar Lampung

No Sektor usaha

Jumlah

(jiwa)

Persentase

(%)

1 Pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan 56.209 3.14

2 Pertambangan dan penggalian 8.627 0.48

3 Industri pengolahan tanpa migas 354.210 19.76

4 Listrik dan air besih 35.845 2.00

5 Bangunan 185.423 10.35

6 Perdagangan, hotel dan restoran 415.245 23.17

7 Pengangkutan dan komunikasi 344.510 19.22

8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 137.251 7.66

9 Lainnya 254.853 14.22

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007

Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran

merupakan sektor usaha terbesar di Kota Bandar Lampung. Hal ini dikarenakan

sektor perdagangan merupakan basis kegiatan ekonomi. Jasa hotel dan restoran

berkembang dengan pesat karena Kota Bandar Lampung sebagai Ibukota Propinsi

dan sebagai pusat berbagai kegiatan dengan masyarakatnya yang bersifat

konsumtif sebagai ciri dari masyarakat kota. Sektor pertambangan dan penggalian

kurang berkembang karena sektor tersebut belum dikelola dengan baik, selain itu

untuk mengembangkannya memerlukan modal yang cukup besar.

B. Gambaran Umum Kelurahan Yang Menjadi Daerah Penelitian

1. Kelurahan Kedamaian

Salah satu kelurahan yang menjadi lokasi penelitian adalah Kelurahan Kedamaian

yang merupakan bagian dari Kecamatan Tanjung Karang Timur. Daerah ini

dikategorikan sebagai wilayah menengah atas berdasarkan data BKKBN tahun

2008. Kelurahan Kedamaian secara geografis berada pada ketinggian ± 500 meter

dari permukaan laut dengan curah hujan 2000-3000 mm per tahun. Topografi

kelurahan ini tergolong dataran rendah dengan suhu udara 24-34 oC.

Luas wilayah Kelurahan Kedamaian adalah 311 Ha dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut :

(a) sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Baru.

(b) sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Raya.

(c) sebelah barat berbatasan dengan Tanjung Agung.

(d) sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kalibalok Kencana.

Jumlah penduduk Kelurahan Kedamaian adalah 14.562 jiwa, dengan jumlah

penduduk laki-laki 7.358 jiwa dan perempuan 7.204 jiwa serta memiliki jumlah

kepala keluarga sebanyak 3.149 KK (Data per Desember 2009). Mayoritas

penduduknya beragama Islam (12.347 jiwa), dan pekerjaan utama penduduknya

adalah wiraswasta (1.432) dan buruh (1.568). Pekerjaan penduduk lainnya antara

lain adalah karyawan, PNS, pensiunan, TNI/Polri dan jasa ( Monografi Kelurahan

Kedamaian, 2009). Kelurahan Kedamaian terdiri dari 33 RT dan 3 RW.

2. Kelurahan Tanjung Gading

Kelurahan yang menjadi lokasi penelitian selanjutnya adalah Kelurahan Tanjung

Gading. Daerah ini dikategorikan sebagai wilayah menengah atas berdasarkan

data dari BKKBN tahun 2008. Kelurahan Tanjung Gading secara geografis

berada pada ketinggian ± 75 meter dari permukaan laut dengan curah hujan 2000-

3000 mm per tahun. Topografi kelurahan ini tergolong dataran tinggi dengan

suhu udara 24-32 oC.

Luas wilayah Kelurahan Tanjung Gading adalah 165 Ha dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

(a) sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Raya.

(b) sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Garuntang.

(c) sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pahoman.

(d) sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kedamaian.

Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Gading adalah 5.602 jiwa, dengan jumlah

penduduk laki-laki 2.801 jiwa dan perempuan 2.801 jiwa serta memiliki jumlah

kepala keluarga sebanyak 879 KK (Data per Desember 2008). Mayoritas

penduduknya beragama Islam (3.380 jiwa), dan pekerjaan utama penduduknya

adalah wiraswasta (1.964) dan PNS (660). Pekerjaan penduduk lainnya antara

lain adalah TNI/Polri, buruh, dagang, pensiunan dan jasa ( Monografi Kelurahan

Tanjung Gading, 2009). Mayoritas tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan

Tanjung Gading adalah SLTP dan SLTA.

3. Kelurahan Garuntang

Kelurahan Garuntang dikategorikan sebagai wilayah menengah bawah

berdasarkan data dari BKKBN tahun 2008. Kelurahan Garuntang merupakan

bagian dari Kecamatan Teluk Betung Selatan. Kelurahan Garuntang secara

geografis berada pada ketinggian ± 200 meter dari permukaan laut dengan curah

hujan 2000-3000 mm per tahun. Topografi kelurahan ini tergolong dataran

sedang dengan suhu udara 30-33 oC.

Luas wilayah Kelurahan Garuntang adalah 110 Ha dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut :

(a) sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Gading.

(b) sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.

(c) sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pecoh Raya.

(d) sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Way Lunik.

Jumlah penduduk Kelurahan Garuntang adalah 7.313 jiwa, dengan jumlah

penduduk laki-laki 3.809 jiwa dan perempuan 3.504 jiwa serta memiliki jumlah

kepala keluarga sebanyak 1718 KK (Data per Desember 2008). Mayoritas

penduduknya beragama Islam (6927 jiwa), dan pekerjaan utama penduduknya

adalah buruh (1253) dan pedagang (274). Pekerjaan penduduk lainnya antara lain

adalah PNS dan jasa ( Monografi Kelurahan Garuntang, 2009). Mayoritas tingkat

pendidikan penduduk di Kelurahan Garuntang adalah SLTA dan SD.

4. Kelurahan Way Lunik

Kelurahan selanjutnya yang mewakili wilayah menengah bawah adalah Kelurahan

Way Lunik. Secara geografis berada pada ketinggian ± 250 meter dari permukaan

laut dengan curah hujan 2000-3000 mm per tahun. Topografi kelurahan ini

tergolong dataran sedang dengan suhu udara 24-33 oC.

Luas wilayah Kelurahan Way Lunik adalah 144 Ha dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut :

(a) sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sukaraja.

(b) sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pidada.

(c) sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Way Laga.

(d) sebelah timur berbatasan dengan Teluk Lampung.

Jumlah penduduk Kelurahan Way Lunik sebanyak 7844 jiwa, dengan jumlah

penduduk laki-laki 4014 jiwa dan perempuan 3830 jiwa serta memiliki jumlah

kepala keluarga sebanyak 1598 KK (Data per Desember 2008). Mayoritas

penduduknya beragama Islam (7408 jiwa), dan pekerjaan utama penduduknya

adalah buruh (2922) dan pedagang (1043). Pekerjaan penduduk lainnya antara

lain adalah PNS, tani/ nelayan dan jasa ( Monografi Kelurahan Way Lunik, 2009).

Mayoritas tingkat pendidikan di Kelurahan Way Lunik adalah SD.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Responden

1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaaan daging

sapi. Keseluruhan sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 rumah tangga, dengan

sampel pada konsumen kelas menengah atas sebanyak 42 rumah tangga dan

sampel pada konsumen kelas menengah bawah sebanyak 34 rumah tangga.

Responden dari konsumen daging sapi memiliki sebaran umur yang beragam

yaitu antara 21 tahun sampai dengan 59 tahun. Jumlah responden berdasarkan

golongan umur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran umur dan jumlah konsumsi daging sapi oleh konsumen rumah

tangga di Kota Bandar Lampung

Kelompok umur

(tahun) Jumlah (rumah tangga)

Jumlah konsumsi

daging sapi

(kg/bln) Persentase

21-30 26 2,96 34,58

31-40 21 2,85 33,29

41-50 21 1,75 20,44

51-60 8 1 11,68

Jumlah 76 8,56 100

Rata-rata 19 2,14 25

Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak

mengkonsumsi daging sapi di Kota Bandar Lampung berada pada kelompok usia

21-30 tahun dengan persentase 34,58 persen sedangkan yang mengkonsumsi

paling sedikit berada pada kelompok usia 51-60 tahun dengan persentase 11,68

persen. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan umur akan mengakibatkan

pengurangan permintaan daging sapi. Semakin tua umur seseorang maka semakin

tinggi risiko menderita penyakit jantung koroner, oleh karena itu seseorang yang

telah berusia lanjut akan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung

kolesterol tinggi seperti pada daging sapi.

2. Tingkat Pendidikan

Ilmu pengetahuan memiliki peranan yang penting dalam menjalani kehidupan.

Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh ibu rumah tangga berkaitan dengan

pendidikan formal yang pernah ditempuh. Tingkat pendidikan formal akan

mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima informasi dari luar

sebagai sumber pengetahuan. Informasi tersebut misalnya tentang kesehatan dan

gizi. Sebaran responden berdasarkan lama pendidikan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran tingkat pendidikan dan jumlah konsumsi daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung

Tingkat Pendidikan

Jumlah

(rumah

tangga)

Jumlah

konsumsi

daging sapi

(kg/bln) Persentase (%)

Sekolah Dasar 30 1 11,68

Sekolah Menengah Tingkat Pertama 12 0,5 5,84

Sekolah Menengah Tingkat Atas 17 2,71 31,66

Diploma 5 1,4 16,36

Sarjana 12 2,95 34,46

Jumlah 76 8,56 100

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa 15,79 persen responden dengan

pendidikan Sarjana paling banyak mengkonsumsi daging sapi dengan jumlah

konsumsi 2,95 kg perbulan. Sebanyak 15,79 persen responden dengan pendidikan

Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP) paling sedikit mengkonsumsi daging

sapi dengan jumlah konsumsi 0,5 kg perbulan. Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan tidak mempengaruhi jumlah konsumsi daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung, karena tingkat kesukaan

konsumen berbeda-beda.

3. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota dalam suatu keluarga akan mempengaruhi banyaknya konsumsi

daging sapi. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak

daging sapi yang harus dibeli. Jumlah anggota keluarga pada empat wilayah

penelitian berkisar antara 2-8 jiwa dengan rata-rata jumlah anggota keluarga

sebanyak 4 jiwa. Jumlah anggota keluarga rata-rata pada masyarakat menengah

atas adalah 4 jiwa, sedangkan pada masyarakat menengah bawah adalah 5 jiwa.

Sebaran jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah anggota keluarga dan konsumsi daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung

Jumlah anggota

keluarga (jiwa)

Jumlah responden

(orang)

Konsumsi daging

sapi (kg/bln)

Persentase responden

(%)

1 - 2 4 0,70 5,26

3 - 4 43 3,01 56,58

5 - 6 28 4,10 36,84

7 - 8 1 0,75 1,32

Jumlah 76 8.56 100.00

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga 5 sampai 6 jiwa banyak

mengkonsumsi daging sapi yaitu 4,10 kg per bulan. Jumlah anggota keluarga

yang dimiliki oleh responden sebagian besar beranggotakan sebanyak 4 orang,

dan jumlah anggota keluarga yang paling banyak sebanyak 8 orang.

4. Pendapatan

Tingkat pendapatan konsumen dilihat dari pendekatan jumlah pengeluaran

konsumen perbulan. Pendapatan yang diterima dalam suatu keluarga akan

mempengaruhi permintaan daging sapi. Pendapatan yang diterima tiap kelas

berbeda-beda. Pendapatan rata-rata kelas menengah atas akan cenderung lebih

tinggi dibandingkan dengan kelas menengah bawah. Pendapatan total keluarga

merupakan jumlah total pendapatan yang didapat dari seluruh anggota keluarga

yang tinggal dalam satu rumah tersebut. Jumlah pengeluaran oleh masing-masing

kelompok masyarakat kelas menengah atas dan kelas menengah bawah dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah konsumsi daging sapi oleh konsumen berdasarkan

penggolongan kelas rumah tangga di Kota Bandar Lampung

Kelas

Jumlah

responden

(rumah tangga)

Rata-rata

pengeluaran

(Rp)

Jumlah konsumsi

daging sapi

(Kg/bln)

Kelas menengah atas

a. Kedamaian 33 3.076.082 6,66

b. Tanjung Gading 9 1.556.786 0,5

Kelas Menengah bawah

a. Garuntang 18 1.528.003 0,7

b. Way Lunik 16 1.362.883 0,7

Jumlah 76 7.523.753 8,56

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa pendapatan yang diterima dalam suatu

keluarga akan mempengaruhi permintaan daging sapi. Pendapatan tertinggi

diterima oleh masyarakat menengah atas yaitu Kelurahan Kedamaian sebesar Rp

3.076.082 dan pendapatan terendah diterima oleh masyarakat menengah bawah

yaitu Kelurahan Way Lunik sebesar Rp 1.362.883. Konsumsi daging sapi pada

kelas menengah atas adalah sebesar 7,16 kg per bulan, sedangkan pada kelas

menengah bawah sebesar 1,4 kg per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat menengah atas dengan pendapatan yang tinggi akan lebih banyak

mengkonsumsi lauk yang memiliki prestise tinggi dengan harga yang relatif

mahal, seperti daging sapi, dibandingkan dengan masyarakat dengan pendapatan

rendah akan lebih banyak mengkonsumsi tahu dan tempe.

5. Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga di Kota Bandar Lampung terdiri dari pengeluaran

pangan dan non pangan. Pengeluaran pangan terdiri dari pangan pokok, sayur-

mayur, lauk-pauk, makanan jajanan, dan makanan lain. Sedangkan pengeluaran

non pangan terdiri dari biaya trasportasi, komunikasi, pemeliharaan badan,

kesehatan, bahan bakar, iuran, pajak, pendidikan, pakaian, pemeliharaan, aktifitas

sosial, dan lain-lain. Rata-rata pengeluaran rumah tangga pada kelas menengah

atas di Kota Bandar Lampung baik pangan maupun non pangan per bulan adalah

sebesar Rp 2.750.518 (Tabel 12), pengeluaran rumah tangga untuk pangan (40,51

persen) lebih kecil dibandingkan pengeluaran untuk non pangan (59,49 persen).

Sedangkan rata-rata pengeluaran rumah tangga pada kelas menengah bawah di

Kota Bandar Lampung baik pangan maupun non pangan per bulan adalah sebesar

Rp 1.450.299 (Tabel 12), pengeluaran rumah tangga untuk pangan (51,41persen)

lebih besar dari pada pengeluaran untuk non pangan (48,59 persen).

Rincian pengeluaran rumah tangga berdasarkan penggolongan kelas di Kota

Bandar Lampung dapat dilihat pada berikut.

Tabel 12. Rata-rata pengeluaran rumah tangga berdasarkan penggolongan kelas

di Kota Bandar Lampung, tahun 2010

Kelas

Jenis Pengeluaran

Rumah Tangga

Rata-rata

Pengeluaran

(Rp)

Persentase

(%)

Kelas menengah atas

Pengeluaran pangan : 1.114.361 40.51

a. Pangan pokok 269.883 9.81

b. Sayur-mayur 35.000 1.27

c. Lauk-pauk 258.368 9.39

Daging sapi 8.975 0.33

Olahan daging sapi 67.274 2.45

Ikan segar 45.595 1.66

Ikan tawar 4.655 0.17

Ikan asin 4.460 0.16

Ayam ras 22.405 0.81

Ayam buras 7.643 0.28

Tempe 43.190 1.57

Olahan Tempe 5.725 0.21

Tahu 17.167 0.62

Telur 31.280 1.14

d. Buah-buahan 31.405 1.14

e. Makanan jajanan 186.036 6.76

f. Lain-lain (bumbu dapur,

bawang, kopi, dsb) 333.670 12.13

Pengeluaran non pangan : 1.636.157 59.49

a. Pemeliharaan badan dan

kesehatan 89.690 3.26

b. Transportasi dan

komunikasi 475.107 17.27

c. Bahan bakar 61.131 2.22

d. Iuran dan pajak 143.952 5.23

e. Pendidikan 126.000 4.58

f. Pemeliharaan 115.714 4.21

g. Pakaian dan sandal 17.976 0.65

h. Aktifitas sosial dan lain-

lain (rekreasi, mainan, dsb) 606.586 22.05

Jumlah 2.750.518 100.00

Kelas menengah bawah

Pengeluaran pangan : 745.590 51.41

a. Pangan pokok 242.271 16.70

b. Sayur-mayur 20.221 1.39

c. Lauk-pauk 120.962 8.34

Daging sapi 2.151 0.15

Olahan daging sapi 28.735 1.98

Ikan segar 17.176 1.18

Ikan tawar 1.706 0.12

Ikan asin 5.082 0.35

Ayam ras 7.375 0.51

Ayam buras 0 0.00

Tempe 29.515 2.04

Olahan Tempe 2.544 0.18

Tahu 7.838 0.54

Telur 18.838 1.30

d. Buah-buahan 5.676 0.39

e. Makanan jajanan 93.285 6.43

f. Lain-lain (bumbu dapur,

bawang, kopi, dsb) 263.175 18.15

Pengeluaran non pangan : 704.709 48.59

a. Pemeliharaan badan dan

kesehatan 34.782 2.40

b. Transportasi dan

komunikasi 234.176 16.15

c. Bahan bakar 49.588 3.42

d. Iuran dan pajak 83.529 5.76

e. Pendidikan 60.559 4.18

f. Pemeliharaan 48.529 3.35

g. Pakaian dan sandal 3.088 0.21

h. Aktifitas sosial dan lain-

lain (rekreasi, mainan, dsb) 190.456 13.13

Jumlah 1.450.299 100.00

Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa distribusi pendapatan dapat

mempengaruhi permintaan terhadap berbagai jenis komoditas. Bila pendapatan

berada pada kalangan menengah atas, maka permintaan akan komoditas mewah

maupun komoditas sekunder tinggi. Sedangkan pada kalangan menengah bawah,

permintaan terhadap komoditas yang dibutuhkan tinggi dan permintaan akan

komoditas mewah maupun komoditas sekunder rendah.

Jenis Pekerjaan

Besarnya pendapatan total keluarga ditentukan oleh jenis pekerjaan yang menjadi

pekerjaan tetap kepala rumah tangga. Pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan

konsumen ada tujuh jenis yaitu wiraswasta, karyawan swasta, Pegawai Negri Sipil

(PNS), pedagang, buruh, supir dan tukang. Responden sebagian besar bekeja

sebagai buruh yaitu 23,68 persen sedangkan responden yang bekerja sebagai supir

jumlahnya paling sedikit yaitu 3,94 persen. Adapun jenis pekerjaan dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Jenis pekerjaan, jumlah, pendapatan, dan konsumsi daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung

no

Jenis

pekerjaan

Jumlah

responden

(rumah tangga)

Rata-rata

pendapatan

(Rp/bulan)

Konsumsi daging

sapi/rumah tangga

(kg/bln)

1 Wiraswasta 11 4.655.775 4.61

2 Kary.Swasta 16 2.323.861 1.15

3 PNS 12 2.555.840 2.55

4 Pedagang 6 1.637.742 0.25

5 Buruh 18 1.304.600 0

6 Supir 3 1.156.258 0

7 Tukang 10 898.855 0

Jumlah 76 14.532.931 8.56

Dari Tabel 13, terlihat bahwa besarnya pendapatan yang diterima suatu rumah

tangga dengan jenis pekerjaan yang berbeda mengakibatkan banyaknya konsumsi

daging sapi yang dikonsumsi juga berbeda. Rumah tangga dengan jenis pekerjaan

sebagai wiraswasta lebih banyak mengkonsumsi daging sapi, kemudian diikuti

oleh rumah tangga dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan

karyawan swasta. Rumah tangga dengan pekerjaan sebagai buruh, supir dan

tukang, tidak mengkonsumsi daging sapi, ini disebabkan rumah tangga dengan

pekerjaan tersebut menerima pendapatan lebih sedikit sehingga alokasi

pendapatan untuk konsumsi daging sapi tidak ada.

B. Pola Konsumsi

Pola konsumsi daging sapi merupakan susunan dari beragam jenis makanan

tersebut dan hasil olahannya yang biasa dimakan dalam jumlah, jenis, frekuensi

maupun sumber bahan makanan tersebut. Daging sapi dapat dijadikan menu

masakan yang bervariasi sesuai selera keluarga. Daging sapi biasanya diolah

dalam berbagai bentuk masakan seperti digoreng, dibakar atau dipanggang,

direbus dan lain sebagainya. Adapun beberapa alasan responden dalam

melakukan pembelian daging sapi dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Alasan pembelian daging sapi

No Alasan Pembelian

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 Alasan mengkonsumsi daging sapi

a. Sebagai lauk makanan 40 52.63

b. Sebagai kesukaan keluarga 15 19.74

c. Sebagai pemenuhan gizi seimbang 6 7.89

d. Sebagai alternatif menu makanan 15 19.74

2 Bila harga naik

a. Ganti dengan lauk yang lebih murah 50 65.79

b. Tidak mengkonsumsi untuk sesaat 15 19.74

c. Tetap mengkonsumsi 3 3.95

d. Mengurangi frekuensi pembelian 8 10.53

3 Alternatif lauk jika tidak ada

a. Daging ayam ras 15 19.74

b. Daging ayam buras 2 2.63

c. Ikan segar 30 39.47

d. Lainnya (telur, tahu, tempe) 29 38.16

4 Lauk yang dikonsumsi bersamaan

a. Ikan segar 10 13.16

b. Tahu dan tempe 28 36.84

c. Telur 5 6.58

d. Tidak ada 33 43.42

Dari Tabel 14, terlihat bahwa alasan utama yang dirasakan oleh konsumen dalam

mengkonsumsi daging sapi adalah sebagai lauk makan yaitu sebesar 52,63 persen

dan 7,89 persen sebagai pemenuhan gizi seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa

daging sapi cukup banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Kota Bandar Lampung.

Bila daging sapi terjadi kenaikan harga, maka masyarakat akan menggantikannya

dengan lauk yang lebih murah.

Daging sapi memiliki prestise tinggi dan harga yang relatif mahal, untuk segi

pengolahan daging sapi yang akan dibeli, konsumen cenderung memilih daging

sapi yang masih segar, karena dapat dimasak atau diolah sesuai dengan selera

keluarga dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan daging sapi yang

telah dimasak seperti dendeng dan rendang yang dijual oleh rumah makan.

Dalam mengkonsumsi daging sapi, konsumen biasanya menyediakan lauk lainnya

seperti ikan, tahu, tempe dan telur. Akan tetapi sebagian besar konsumen tidak

mengkonsumsi daging sapi secara bersamaan dengan lauk lain yaitu sebesar 43,42

persen. Sebagian besar konsumen mengkonsumsi daging sapi berdasarkan aspek

kebutuhan dan karakteristik daging sapi dikarenakan rasa yang enak serta

kandungan gizi yang cukup tinggi. Sedangkan untuk kepraktisan dan harga,

konsumen akan cenderung memilih lauk pauk yaitu ikan segar, telur, tahu, dan

tempe.

C. Pengetahuan Gizi

Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, karena dalam pangan

terkandung berbagai macam zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun,

kebutuhan akan pangan hanya diperlukan secukupnya. Kekurangan atau

kelebihan zat gizi yang terdapat pada makanan dari kecukupan yang diperlukan

oleh tubuh dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk bagi kesehatan.

Oleh karena itu, pengetahuan gizi sangat diperlukan agar dapat memilih makanan

yang baik bagi tubuh.

Untuk mengetahui pengetahuan gizi responden, maka kepada setiap responden

diajukan 12 pertanyaan mengenai pangan dan gizi dimana setiap pertanyaan diberi

nilai skor nol, satu, dua dan tiga. Skor 3 diberikan jika jawaban benar, dan skor

nol diberikan jika jawabanya salah. Lalu skor-skor tersebut dijumlahkan

kemudian ditentukan predikat berdasarkan skor yang telah ditetapkan, yaitu bila

skor responden > dari 23 maka memperoleh predikat pengetahuan gizi baik,

namun bila ≤ 23 maka akan memperoleh predikat rendah. Skor tertinggi yang

diperoleh responden adalah 34, sedangkan yang terendah adalah 11. Data

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14 lampiran. Sebanyak 37 responden (48,7

%) mempunyai pengetahuan gizi baik, sedangkan sisanya 38 responden (51,3 %)

mempunyai pengetahuan gizi yang rendah. Pengetahuan gizi responden diperoleh

melalui berbagai sumber antara lain pada saat disekolah, buku, majalah, surat

kabar, televisi dan radio.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung

Analisis ini ditentukan berdasarkan analisis regresi linier berganda dengan

menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 13.0

dengan memasukkan seluruh variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap

permintaan daging sapi. Model regresi yang digunakan adalah model Ordinary

Least Square (OLS). Berdasarkan hasil pengolahan data tahap pertama dengan

menggunakan metode enter, diperoleh variabel-variabel bebas yang diduga

mempengaruhi permintaan terhadap daging sapi yang dapat dilihat di Tabel 14.

Tabel 15 menunjukkan bahwa hasil regresi pendugaan model permintaan daging

sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung memperlihatkan

nilai F hitung untuk konsumen rumah tangga sebesar 22,837, dengan nilai

probabilitas 0,000. Hasil tersebut menunjukkan F hitung yang dihasilkan dari

analisis regresi permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota

Bandar Lampung tersebut menerangkan bahwa variabel – variabel bebas harga

daging sapi (X1), harga ayam ras pedaging (X2), harga telur ayam (X3), harga

ayam buras (X4), harga ikan (X5), harga tahu (X6), harga tempe (X7), jumlah

anggota rumah tangga (X8), pendapatan (X9), pendidikan (X10), umur (X11), dan

pengetahuan gizi (Dm) secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan

daging sapi (Y) pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasil analisis selanjutnya koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,813

yang berarti bahwa 81,3 % dari variabel-variabel bebas yaitu, harga daging sapi

(X1), harga ayam ras pedaging (X2), harga telur ayam (X3), harga ayam buras

(X4), harga ikan (X5), harga tahu (X6), harga tempe (X7), jumlah anggota rumah

tangga (X8), pendapatan (X9), pendidikan (X10), umur (X11), dan pengetahuan gizi

(Dm) menjelaskan keragaan permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga

di Kota Bandar Lampung, sedangkan 18,7 % sisanya dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

Tabel 15. Hasil analisis regresi pendugaan model permintaan daging sapi

Variabel Koef. Regresi P-value

Konstanta -2434 0,004

Harga daging sapi (X1) -2,8 . 10-6

0,577

Harga ayam ras pedaging (X2) 2,33 . 10-5

** 0,137

Harga telur (X3) 1,54 . 10-5

0,599

Harga ayam buras (X4) 4,36 . 10-5

***** 0,003

Harga ikan (X5) -4,0 . 10-6

0,248

Harga tahu (X6) 1,17 . 10-5

* 0,171

Harga tempe (X7) 1,01 . 10-5

0,485

Jumlah anggota rumah tangga (X8) -0,023 *** 0,079

Pendapatan (X9) 1,13 . 10-7

***** 0,000

Pendidikan (X10) -0,005 0,353

Umur (X11) 0,000 0,750

Pengetahuan gizi (Dm) 0,054 ** 0,108

F-hitung 22,837

R2 adjutsted 0,777

R2 0,813

Durbin Watson

Sig.

1,970

0,000

Keterangan : * = Nyata pada tingkat kepercayaan 80 persen

** = Nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen

*** = Nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen

**** = Nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen

***** = Nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen

1. Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan penaksir-penaksir yang bersifat BLUE (Best Liniar Unbiased

Estimator) dari penaksir linear kuadrat terkecil (OLS) maka harus memenuhi

asumsi-asumsi klasik yaitu tidak adanya multikolinearitas, heteroskedastisitas,

dan autokorelasi. Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang

sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variable yang menjelaskan dari

model regresi. Menurut Neter et al.(1993) dalam Naftali (2007), multikolinearitas

dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF), yaitu jika

nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat multikolinieritas.

Berdasarkan nilai VIF, diketahui bahwa di dalam model regresi tidak terdapat

mulitikolinieritas karena nilai VIF seluruh variabel bebas dalam model kurang

dari 10 (Tabel 16).

Tabel 16. Hasil pengujian mulitikolinieritas

Variabel Tolerance VIF

Harga daging sapi 0,763 1,310

Harga ayam ras pedaging 0,844 1,184

Harga telur 0,863 1,158

Harga ayam buras 0,894 1,119

Harga ikan 0,556 1,797

Harga tahu 0,759 1,318

Harga tempe 0,777 1,287

Jumlah anggota rumah tangga 0,468 2,138

Pendapatan rumah tangga 0,326 3,071

Pendidikan 0,251 3,978

Umur 0,469 2,133

Pengetahuan gizi 0,372 2,688

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian

yang sama. Adanya heteroskedastisitas dalam model analisis mengakibatkan

varian dan koefisien-koefisien OLS tidak lagi minimum dan penaksir-penaksir

OLS menjadi tidak efisien meskipun penaksir OLS tetap tidak bias dan konsisten.

Dari hasil analisis menggunakan uji Glejser, diketahui model regresi mengalami

masalah heteroskedastis. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-

variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Setelah model diketahui positif

mengalami masalah heteroskedastis, dilakukan transformasi log sehingga masalah

heteroskedastis dalam model berkurang.

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau

ruang (seperti dalam data cross-sectional). Secara sederhana dapat dikatakan

model klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan

observasi tidak dipengaruhi oleh unsur gangguan yang berhubungan dengan

pengamatan lain yang manapun (Gujarati, 2003).

Untuk menguji apakah model bebas dari masalah autokolerasi digunakan uji

durbin watson (DW). Hasil uji DW yang diperoleh adalah 1,970. Adapun nilai

DW tabel pada α = 0,05 dengan n = 76 :

dL = 1,184 , 4 – dL = 2,816

dU = 2,118 , 4 – dU = 1,882

diketahui bahwa DW lebih besar dari 4 −dU dan kurang dari dU atau 1,882

<1,970 < 2,118 artinya model yang terdeteksi berada pada wilayah tidak ada

korelasi positif maupun korelasi negatif yang artinya tidak terdapat gejala

autokolerasi pada model.

2. Hasil Uji t (Uji Parsial) dan Interpretasi Hasil Regresi

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (X) masing-masing terhadap

variabel terikat (Y) dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor harga daging sapi (X1)

Berdasarkan hasil analisis regresi yang terdapat pada Tabel 15, faktor harga

daging sapi tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi dengan

tingkat kepercayaan 95 % artinya semakin tinggi harga daging sapi tidak akan

mempengaruhi konsumsi daging sapi per bulannya. Hal ini dikarenakan bagi

rumah tangga yang terbiasa mengkonsumsi daging sapi, dalam membeli daging

sapi rumah tangga tidak memperhatikan harga.

b. Faktor harga ayam ras pedaging (X2)

Faktor harga ayam ras pedaging berpengaruh nyata terhadap permintaan daging

sapi dengan nilai probabilitas tingkat kepercayaan 86,3 % dan nilai koefisien

regresi sebesar 2,33.10 -5

, artinya bila terjadi peningkatan harga ayam ras

pedaging sebesar satu persen maka akan mengakibatkan peningkatan permintaan

terhadap daging sapi sebesar 2,33.10 -5

.

c. Faktor harga telur (X3)

Hasil regresi juga menyimpulkan bahwa faktor harga telur tidak berpengaruh

nyata terhadap permintaan daging sapi dengan tingkat kepercayaan 95 % artinya

semakin tinggi harga telur tidak akan mempengaruhi konsumsi daging sapi per

bulannya. Hal ini dikarenakan bagi rumah tangga yang terbiasa mengkonsumsi

daging sapi tidak dapat digantikan oleh telur, begitu pula sebaliknya.

d. Faktor harga ayam buras

Faktor harga ayam buras berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi

dengan tingkat kepercayaan 99 %, dan nilai koefisien regresi sebesar 4,3.10 -5

,

artinya bila terjadi peningkatan harga ayam buras sebesar satu persen maka akan

mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap daging sapi sebesar 4,3.10 -5

dan begitu pula sebaliknya.

e. Faktor harga ikan

Hasil regresi juga menyimpulkan bahwa faktor harga ikan tidak berpengaruh

nyata terhadap permintaan daging sapi dengan tingkat kepercayaan 95 % artinya

apabila terjadi peningkatan atau penurunan harga ikan tidak akan mempengaruhi

jumlah konsumsi daging sapi. Hal tersebut dikarenakan orang tetap

mengkonsumsi ikan walaupun harganya naik atau turun serta tidak

menggantikanya dengan daging sapi, dan juga dikarenakan harga ikan lebih

murah.

f. Faktor harga tahu

Faktor harga tahu berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi dengan

tingkat kepercayaan 82,9 %, artinya apabila terjadi peningkatan atau penurunan

harga tahu akan mempengaruhi jumlah konsumsi daging sapi pada rumah tangga.

Koefisien regresi sebesar 1,17.10 -5

, artinya bila terjadi peningkatan harga tahu

sebesar satu persen maka akan mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap

daging sapi sebesar 1,17.10 -5

dan begitu pula sebaliknya.

g. Faktor harga tempe

Hasil regresi juga menyimpulkan bahwa faktor harga tempe tidak berpengaruh

nyata terhadap permintaan daging sapi dengan tingkat kepercayaan 95 %, artinya

apabila terjadi peningkatan atau penurunan harga tempe tidak akan mempengaruhi

jumlah konsumsi daging sapi pada rumah tangga. Hal ini dikarenakan tempe

merupakan lauk yang selalu tersedia di rumah tangga, memiliki harga yang relatif

murah, disukai oleh seluruh anggota rumah tangga sehingga rumah tangga akan

tetap mengkonsumsi daging sapi walaupun terjadi peningkatan atau penurunan

harga tempe.

h. Jumlah anggota rumah tangga

Hasil regresi menyimpulkan bahwa faktor jumlah anggota rumah tangga

berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi dengan tingkat kepercayaan

92,1%. Koefisien regresi sebesar -0,23, artinya bila terjadi peningkatan jumlah

anggota rumah tangga sebesar satu persen akan mengakibatkan penurunan

permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga sebesar 0,23 persen.

Kemampuan masyarakat dalam mengkonsumsi daging sapi sangat ditentukan oleh

daya beli masyarakat. Semakin banyak anggota rumah tangga dalam keluarga

terlebih lagi yang masih menjalani pendidikan akan meningkatkan pengeluaran

rumah tangga. Hal ini akan menyebabkan konsumen lebih mendahulukan

mengeluarkan biaya untuk kebutuhan pokok dari pada untuk membeli daging sapi

karena konsumen akan mengkonsumsi bahan pangan yang lebih murah daripada

daging sapi.

i. Faktor pendapatan rumah tangga

Berdasarkan Tabel 15, faktor pendapatan rumah tangga yang diukur dari

pengeluaran berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi oleh konsumen

rumah tangga di Kota Bandar Lampung dengan tingkat kepercayaan 99 %. Nilai

koefisien regresi sebesar 1,13.10-7

menunjukkan bahwa setiap kenaikan

pendapatan sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan peningkatan

permintaan daging sapi sebesar 1,13.10-7

persen, dan begitu pula sebaliknya. Hal

ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan responden, maka ia akan lebih

memilih daging sebagai alternatif menu makanan yaitu daging sapi.

Nilai koefisien pendapatan rumah tangga yang berbanding lurus dengan

permintaan daging sapi ini sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan ayam ras pedaging ( Andaryani, 2004) .

Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata pendapatan konsumen rumah

tangga adalah sebesar Rp. 2.168.841.

j. Pendidikan

Hasil regresi menyimpulkan bahwa faktor pendidikan tidak berpengaruh nyata

terhadap permintaan daging sapi dengan tingkat kepercayaan 95 %. Hal ini

dikarenakan tingkat kesukaan konsumen terhadap daging sapi berbeda-beda

sehingga walaupun pendidikan yang dimiliki oleh konsumen tinggi, tidak

berpengaruh terhadap permintaan daging sapi.

k. Umur

Faktor umur responden tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi

dengan tingkat kepercayaan 95 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa tinggi

rendahnya umur yang dimiliki oleh responden tidak akan mempengaruhi

permintaan daging sapi, karena responden mengkonsumsi daging sapi berdasarkan

kebutuhan dan keinginan.

l. Variabel boneka (dummy variable) Pengetahuan gizi (D)

Pada penelitian ini memasukkan variabel boneka yaitu pengetahuan gizi tinggi

dan rendah terhadap daging sapi, pangan serta gizi . Variabel tersebut sengaja

digunakan untuk menerangkan apakah permintaan daging sapi dipengaruhi oleh

pengetahuan gizi responden. Dari hasil regresi menyimpulkan bahwa faktor

pengetahuan gizi berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi dengan

tingkat kepercayaan 89,2 %. Koefisien regresi sebesar 0.054 menunjukkan bahwa

setiap kenaikan pengetahuan gizi sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan

peningkatan permintaan daging sapi sebesar 0.054 persen, dan begitu pula

sebaliknya.

Berdasarkan hasil analisis uji t terdapat enam variabel bebas yang berpengaruh

nyata terhadap permintaan daging sapi, yaitu harga ayam ras pedaging, harga

ayam buras, harga tahu, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan rumah tangga,

dan pengetahuan gizi. enam variabel lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap

permintaan daging sapi, yaitu harga daging sapi, harga telur, harga ikan, harga

tempe, pendidikan, dan umur.

Dari hasil analisis di atas maka secara matematis bentuk persamaan permintaan

daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung adalah :

Yd = - 2434 - 2,8.10 -6

X1 + 2,33.10 -5

X2 + 1,54.10 -5

X3 + 4,36.10 -5

X4

- 4,0.10 -6

X5 + 1,17.10 -5

X6 + 1,01.10 -5

X7 - 0,023X8 + 1,13.10 -7

X9

- 0,005X10 + 0,000X11 + 0,054 + e

E. Elastisitas Permintaan Daging Sapi

1. Elastisitas harga

Elastisitas harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi sebesar -0,01684,

berarti peningkatan satu persen harga daging sapi diikuti oleh penurunan

permintaan daging sapi sebesar 0,01684 persen. Nilai negatif (-0,01684)

menunjukkan bahwa semakin menurunnya harga daging sapi maka akan

menyebabkan jumlah permintaan daging sapi meningkat. Nilai elastisitas lebih

kecil dari 1 (Ed = │-0.01684│) berarti permintaan daging sapi tidak elastis

terhadap perubahan harga di tingkat konsumen.

2. Elastisitas silang

Elastisitas silang permintaan daging sapi terhadap harga ayam ras pedaging

sebesar 0.05363, berarti peningkatan satu persen harga ayam ras pedaging diikuti

oleh peningkatan permintaan daging sapi sebesar 0.05363 persen. Nilai elastisitas

silang positif berarti antara daging sapi dan ayam ras pedaging memiliki sifat

subtitusi dimana kedua bahan pangan tersebut dikonsumsi secara bergantian.

Elastisitas silang permintaan daging sapi terhadap harga ayam ras buras sebesar

0.20350, berarti peningkatan satu persen harga ayam buras diikuti oleh

peningkatan permintaan daging sapi sebesar 0.20350 persen. Nilai elastisitas

silang positif berarti antara daging sapi dan ayam buras memiliki sifat subtitusi.

Elastisitas silang permintaan daging sapi terhadap harga tahu sebesar 0.01601,

berarti peningkatan satu persen harga tahu diikuti oleh peningkatan permintaan

daging sapi sebesar 0.01601 persen. Nilai elastisitas silang positif berarti antara

daging sapi dan tahu memiliki sifat subtitusi atau saling menggantikan .

3. Elastisitas pendapatan

Elastisitas pendapatan konsumen daging sapi terhadap permintaan daging sapi

sebesar 0,02863, berarti setiap penambahan pendapatan konsumen rumah tangga

sebesar satu satuan akan diikuti oleh kenaikan permintaan daging sapi sebesar

0.02863. Nilai elastisitas lebih besar dari 0 (Ei = 0.02863), berarti daging sapi

merupakan barang normal dimana peningkatan pendapatan akan mengakibatkan

konsumsi daging sapi terus meningkat dan sebaliknya akan terjadi penurunan

konsumsi apabila terjadi penurunan pendapatan konsumen.

F. Kontribusi konsumsi protein daging sapi terhadap angka kecukupan

protein

Angka kecukupan protein (AKP) adalah rata-rata konsumsi protein untuk

menyeimbangkan protein yang hilang ditambah sejumlah tertentu, agar mencapai

hampir semua populasi sehat di suatu kelompok umur, jenis kelamin dan ukuran

tubuh tertentu pada tingkat aktivitas sedang. Angka kecukupan protein yang

dianjurkan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004) adalah 52

gram/kapita/hari dan angka kecukupan protein dari hasil ternak yang dianjurkan

yaitu 6 gram/kapita/hari.

Perhitungan kontribusi konsumsi protein yang berasal dari daging sapi terhadap

angka kecukupan protein menggunakan program NUFOSOFT (Nutrition And

Food Software). Semua data konsumsi rumah tangga per hari yang berupa daging

sapi serta olahannya dalam satuan gram dianalisis ke dalam program Nufosoft.

Konsumsi protein yang berasal daging sapi serta kontribusinya dapat dilihat pada

Tabel 16.

Tabel 16. Konsumsi protein daging sapi serta kontribusinya terhadap angka

kecukupan protein hewani pada konsumen rumah tangga di

Kota Bandar Lampung.

Menengah atas Menengah bawah

Konsumsi

(gram/kapita/hari)

Kontribusi

protein (%)

Konsumsi

(gram/kapita/hari)

Kontribusi

protein (%)

Tertinggi 1,86 3,74 1,20 2,32

Terendah 0,11 0,29 0,09 0,16

Rata-rata 0,985 2,015 0,645 1,24

Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa konsumsi protein daging sapi

tertinggi pada rumah tangga menengah atas sebesar 1,86 gram per kapita per hari

dengan kontribusi protein terhadap angka kecukupan protein sebesar 3,74 persen,

sedangkan konsumsi protein daging sapi tertinggi pada rumah tangga menengah

bawah sebesar 1,20 gram per kapita per hari dengan kontribusi protein terhadap

angka kecukupan protein sebesar 2,32 persen. Pada rumah tangga menengah atas

rata-rata konsumsi protein daging sapi sebesar 0,985 gram per kapita per hari

dengan kontribusi protein terhadap angka kecukupan protein sebesar 2,015 persen,

sementara pada rumah tangga menengah bawah rata-rata konsumsi protein daging

sapi sebesar 0,645 gram per kapita per hari dengan kontribusi protein terhadap

angka kecukupan protein sebesar 1,24 persen. Dari hasil penelitian ini diketahui

bahwa konsumsi protein daging sapi di Kota Bandar Lampung masih belum

mendekati angka kecukupan protein dari hasil ternak yang dianjurkan yaitu 6

gram/kapita/hari.

Menurut Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan

(BKP) Departemen Pertanian dan GMSK-IPB tahun 2005, untuk mengetahui

mutu konsumsi pangan penduduk dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan

PPH. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang

didasarkan pada sumbangan (kontribusi) energi dari kelompok pangan utama

(baik secara absolut maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan atau konsumsi

pangan.

Untuk melihat apakah konsumsi protein yang berasal dari daging sapi pada

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung telah sesuai dengan kontribusi

energi dalam PPH Nasional, penulis melakukan perhitungan dengan cara

mengkonversikan protein daging sapi yang dikonsumsi oleh rumah tangga ke

dalam bentuk energi. Perhitungan adalah sebagai berikut :

: 76 rumah tangga

= 3,75 gram/kapita/hari

x 100 %x 207 kkal

= 7,77 kkal

: 76 rumah tangga

= 35,68 gram/kapita/hari

x 100 %x76 kkal

= 27,12 kkal

Konsumsi daging sapi = 8560 gram

30 hari

Kandungan energi daging sapi = 3,75 gram

100 gram

Konsumsi olahan (bakso) = 81.350 gram

30 hari

Kandungan energi bakso = 35,68 gram

100 gram

: 76 rumah tangga

= 0,26 gram/kapita/hari

x 100 %x 280 kkal

= 0,74 kkal

: 76 rumah tangga

= 0,11 gram/kapita/hari

x 100 %x76 kkal

= 0,08 kkal

: 76 rumah tangga

= 0,30 gram/kapita/hari

x 100 % x 241 kkal

= 0,72 kkal

Konsumsi energi daging sapi = 7,77 kkal + 27,12 kkal + 0,74 kkal + 0,08 kkal +

0,72 kkal = 36,43 kkal

Kontribusi energi daging sapi = 36,43 kkal x 100 % = 1,82 %

2000 kkal

Konsumsi olahan (abon) = 600 gram

30 hari

Kandungan energi abon = 0,26 gram

100 gram

Konsumsi olahan (sosis) = 250 gram

30 hari

Kandungan energi sosis = 0,11 gram

100 gram

Konsumsi olahan (kornet) = 680 gram

30 hari

Kandungan energi kornet = 0,30 gram

100 gram

Dari hasil perhitungan, diperoleh kontribusi energi yang berasal dari daging sapi

serta olahannya pada rumah tangga di Kota Bandar Lampung sebesar 1,82 persen.

Berdasarkan standar PPH Nasional yang telah disepakati sejak tahun 2004 melalui

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG), maka standar PPH Nasional

untuk kelompok pangan hewani sebesar 12 persen. Dengan demikian konsumsi

protein yang berasal dari daging sapi serta olahannya pada konsumen rumah

tangga di Kota Bandar Lampung masih dibawah standar Nasional yang telah

disepakati yaitu sebesar 0,15 persen.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor harga ayam ras pedaging, harga ayam buras, harga tahu, jumlah

anggota rumah tangga, pendapatan rumah tangga dan pengetahuan gizi

berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi oleh konsumen rumah

tangga di Kota Bandar Lampung, sedangkan faktor harga daging sapi, harga

telur, harga ikan, harga tempe, pendidikan, dan umur tidak berpengaruh nyata

terhadap permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar

Lampung .

3. Elastisitas harga daging sapi terhadap permintaan daging sapi sebesar -0,01684,

artinya permintaan daging sapi bersifat tidak elastis terhadap perubahan harga di

tingkat konsumen. Elastisitas silang permintaan daging sapi terhadap harga daging

ayam ras pedaging, harga ayam ras buras, dan harga tahu memiliki sifat subtitusi

dimana kedua bahan pangan tersebut dikonsumsi secara bergantian. Elastisitas

pendapatan konsumen daging sapi terhadap permintaan daging sapi lebih besar

dari 0 (Ei = 0.02863), berarti daging sapi merupakan barang normal.

4. Kontribusi protein terhadap angka kecukupan protein pada rumah tangga

menengah ke atas tertinggi sebesar 3,74 persen, sedangkan pada rumah

tangga menengah kebawah tertinggi sebesar 2,32 persen. Konsumsi protein

daging sapi di Kota Bandar Lampung masih belum mendekati angka

kecukupan protein dari hasil ternak yang dianjurkan oleh Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 yaitu 6 gram/kapita/hari.

B. Saran

1. Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani

yang sangat dibutuhkan oleh manusia, sehingga dipandang perlu adanya

upaya yang konkrit dari pemerintah dalam meningkatkan pendapatan,

penyuluhan tentang pentingnya mengkonsumsi daging sapi, dan

pendistribusian daging secara merata antar wilayah.

2. Peternak disarankan melakukan pengembangan usaha ternak melalui

kerjasama dengan pemerintah untuk peningkatan ternak mandiri atau

tradisional karena selama ini sapi potong masih import sehingga harga jual

ke masyarakat tinggi.

3. Untuk peneliti lain disarankan melakukan penelitian serupa pada masyarakat

pedesaan untuk membandingkan dan mengetahui seberapa besar konsumsi

daging sapi pada masyarakat pedesaan.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta. 348 hlm.

Andaryani, N.A. 2004. Analisis Permintaan Ayam Ras Pedaging Oleh Konsumen

Rumah Tangga di Kota Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Andi. 2004. Pengolahan Data Statistik Dengan SPSS 12. Andi Offset.

Yogyakarta.

326 hlm.

Ariani. M,Purwantini.T.B. 2004. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pasca

Krisis Ekonomi di Propinsi Jawa Barat. Laporan Hasil Penelitian. Pusat

Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Arsyad, L.1987. Ekonomi Mikro. BPFE. 339 halaman.

Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2008. Kota Bandar Lampung

Dalam Angka. BPS. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2006. Indikator Kesejahteraan Rakyat

Propinsi Lampung. BPS. Bandar Lampung. Hal 30-40.

Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2009. Lampung Dalam Angka. BPS.

Bandar Lampung.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2009. Statistik Peternakan Lampung

Tahun 2008. Disnakkeswan. Lampung. 174 hlm.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung. 2003. Neraca Bahan

Makanan Propinsi Lampung. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.

Propinsi Lampung.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan

Makanan. Bharata. Jakarta. 33 hlm.

Direktorat Jendral Peternakan. 2009. Workshop Program Swasembada Daging

Sapi (P2SDS) Tahun 2014. http://www.ditjennak.go.id.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2008. Buku Statistik Peternakan.

Departemen Pertanian. Jakarta. http://www.deptan.go.id.

Erwidodo, H.P. Saliem, M. Ariani dan E. Ariningsih. 1997. Pengkajian

Diversifikasi Konsumsi Pangan Utama di Indonesia. Laporan Hasil

Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang

Pertanian. Bogor.

Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta

Hadi, S. 1998. Statistik. Andi Yogyakarta. Yogyakarta. 122 hlm.

Hardiansyah, dan Briawan,D. 1990. Penilaian dan Perencanaan pangan. Jurusan

GMSK. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 140 hlm.

Kardariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro. Lembaga Penerbit FE UI. 207 hlm.

Karmini, M dan Biawan, D. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan

Serat Makanan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi di Era Otonomi

Daerah dan Globalisasi. LIPI. Jakarta.

Lipsey, R. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Leftwich, Richart H. 1984. Mikroekonomi I. PT. Bina Aksara. Jakarta. Hal. 69-

103.

Marlinda, I. 2006. Analisis Konsumsi Pangan Sumber Protein Nabati (Kacang,

Kedelai, Kacang Tanah dan Kacang Hijau) Pada Konsumen Rumah

Tangga di Kota Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Lampung.

Lampung.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3ES. Jakarta.

Muhilal dan Hardinsyah. 2004. Penentuan Kebutuhan Gizi dan Kesepakatan

Harmonisasi di Asia Tenggara. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi di

Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. LIPI. Jakarta.

Mujianto. 2001. Analisis Permintaan Daging Sapi di Kota Manokwari. Jurusan

Budidaya Pertanian. Universitas Cendrawasih. Manokwari.

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:B0b4gG1Yh4IJ:et

d.eprints.uc.ac.id/2807/+standar+PPH+nasional&cd=2&hl=id&ct=clnk&g

l=id. Diakses 10 Januari 2010

Naftali, Y. 2007. Multikolinieritas dalam Regresi. Wordpress. http://yohanli.

wordpress.com/2007/12/18/multikolinieritas-dalam-regresi/. Diakes 30

Oktober 2009.

Pane. I. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT Gramedia Pustaka. Jakarta. 156

hlm.

Raharja. P, dan Manurung, M. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi : Mikro Ekonomi

dan Makro Ekonomi. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta. 440 hlm.

Rangga K.K, dan Sayekti, D.W. 2002. Panduan Praktikum Ekonomi Pangan dan

Gizi. Laboratorium Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.

Universitas Lampung. Lampung. 50 hlm.

Reksoprayitno. S. 2000. Pengantar Ekonomi Mikro. BPFE-Yogyakarta.

Yogyakarta .

308 hlm.

Rusma. M, dan Suharyanto. Analisis Permintaan Daging Sapi Di Sulawesi

Tenggara. http://www.BPTP.com/download/journal/file/%20soca-

suharyanto-permintaan%20daging%20sapi(1).pdf. Diakses tanggal 20

februari 2010.

Saliem, H.P.,M. Ariani, Y. Marisa dan T.B. Purwantini. 2002. Analisis

Kerawanan Pangan Wilayah Dalam Perspektif Desentralisasi

Pembangunan. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

301 hlm.

Subagyo, I. 2009. Potret Komoditas Daging Sapi. Economic Review No.217.

Jakarta

Sugeng. B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hlm.

Sugiyanto, C. 2002. Ekonometrika Terapan. BPFE. Yogyakarta.

Sugiarto. 2003. Teknik Sampling. Gramedia. Jakarta.

Sugianto. 2005. Ekonomi Mikro. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 514 hlm.

Suharjo,Harper.J. Laura,Deaton.J. Brandy,Driskel .A. Judy. 1986. Pangan, Gizi,

dan Pertanian. Universitas Indonesia (UI.Press). Jakarta. 285 hlm.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta. 158 hlm.

Suhartati.T, dan Fathororrozi. M. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat.

Jakarta. 202 hlm.

Sukirno, S. 2000. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT. RajaGrafindo Persada.

Jakarta. 427 hlm.

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumsi : Teori dan Penerapannya Dalam

Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta. 367 hlm.

Suparmoko. M. 1999. Metode Penelitian Praktis. BPFE-UGM. Yogyakarta. 192

hlm.

Supranto, J. 1992. Teknik Sampling: Untuk Survei dan Eksperimen. Rineka Cipta.

Jakarta.

238 hlm.

Suryana, A. 2000. Harapan dan Tantangan Bagi Sektor Peternakan Dalam

Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional. Prosiding Seminar Nasional

Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,

Bogor.

Susanto, U. 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.

Jakarta. 176 hlm.

Triania, N. 2009. Sehat dengan Daging sapi .http://www.Tempo.com. Diakses

tanggal

23 maret 2010.

Wijaya ,F. 1991. Ekonomi Mikro. BPFE-UGM. Yogyakarta.

Winardi.1988. Ilmu Ekonomi. Tarsito. Bandung.

LAMPIRAN

YDS = - 2,434 - 2,8.10-6

HDS + 2,33.10-5

HARP + 4,36.10-5

HAB +1,17.10-5

HTa

– 0,23 JART + 1,13 .10-7

PRT + 0,054 Dm

a. Elastisitas harga :

= -2,8 .10-6

.

= │-0.01684│

b. Elastisitas silang :

Elastisitas silang terhadap ayam ras pedaging

= 2,33 .10-5

.

= 0.05363

Elastisitas terhadap ayam buras

= 4,36 .10-5

.

= 0.20350

Elastisitas terhadap tahu

= 1,17 .10-5

.

= 0.01601

c. Elastisitas pendapatan :

= 1,13 .10-7

= 0.02863

Ed =

dYDS . HDS

dHDS YDS 51500

8,56

Ec =

dYDS . HARP

dHARP YDS

19703,94

8,56

Ec =

dYDS . HAB

dHAB YDS

39953,94

8,56

Ec =

dYDS . HARP

dHARP YDS

11717,54

8,56

Ei =

dYDS . I

dI Qd

2168841.447

8,56

D Daging Sapi (Y) H D Sapi (X1) H A. Ras (X2) H Telur (X3) H A Buras (X4) H Ikan (X5) H Tahu (X6) H Tempe (X7) J A RT (X8) Pnd RT (X9) Pnddkn (X10) Umur (X11) Peng gizi (Dm)

Kg/bln Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Orang Rp/bln Tahun Tahun Score

1 Marlina 0,5 53000 20000 14500 40000 20297 12000 7500 6 5364900 9 45 1

2 Hartini 0,6 52000 19000 14000 41000 18709 14000 6700 6 4257900 12 39 1

3 Surini 0,5 52000 20000 14000 40000 20000 11200 6700 5 5301500 6 58 1

4 Putri 0 50000 19000 14000 40000 21538 12000 6700 4 2950650 14 26 0

5 Eva 0 55000 21000 14000 39000 20385 12000 6250 4 2562900 11 27 0

6 Fitria 0,25 52000 21000 14500 40000 18125 14000 5800 4 3948500 16 29 1

7 Serly 0,4 51000 20000 13500 40000 23056 12000 6250 3 3072500 15 25 1

8 Lina 0 50000 19000 14000 41000 18710 12000 5800 4 2585400 12 30 1

9 Nina 0,25 55000 20000 14000 41000 18148 12000 6250 3 2713800 12 29 1

10 Ferlin 0,25 53000 20000 14500 40000 17813 14000 6700 3 3239650 16 34 1

11 Suaiyah 0 50000 19500 13500 39000 15588 12000 5800 5 1841400 9 50 0

12 Juleha 0 50000 20000 14500 39000 9737 10000 6700 3 839000 6 31 0

13 Ikong 0,5 50000 19000 14000 41000 17381 14000 7500 6 4440675 6 59 0

14 Yuli 0,25 52000 20000 14000 41000 18095 10000 6700 4 2665400 12 36 1

15 Diana 0,25 55000 21000 14500 40000 17813 12000 5800 2 2995250 16 25 1

16 Susi 0 50000 19000 14500 41000 9355 10000 5800 5 1587150 6 41 0

17 Marta 0 52000 19000 14500 40000 19524 11667 6250 4 2207750 12 30 1

18 Sulistia Wati 0,26 60000 21000 14000 41000 17742 11667 6700 4 3156150 12 28 1

19 Ririn Yustika 0 60000 19000 14000 39000 16000 10000 5500 4 2387000 12 30 1

20 Yati 0 53000 20000 14500 39000 16182 10000 6700 6 1860775 5 50 0

21 Lora 0,2 55000 20000 13500 40000 23000 14000 6000 3 2362800 12 29 0

22 Yeyen 0,5 52000 20000 14000 40000 24000 12000 6700 5 6893500 13 29 1

23 Siti 0 52000 20000 14500 39000 15714 10000 6250 5 1406375 9 30 1

24 Mariam 0,5 53000 21000 13500 41000 24426 12500 6700 6 5474900 15 49 1

25 Herna Mulyani 0,75 51000 20000 14500 40000 18159 14000 7000 8 6839900 17 41 1

26 Turoh 0 51000 19500 13500 39000 17778 12500 4000 4 894400 12 36 1

27 Sani 0 53000 19000 13500 39000 15588 12500 5800 5 2762000 6 59 0

28 Nuryeti 0 51000 19000 14500 39000 25455 12000 6700 4 1798450 15 33 129 Asnah 0 51000 20000 14000 39000 10923 8333 5500 5 1438450 6 45 0

30 Nelli 0 50000 20000 14000 39000 19063 12000 6000 5 3236275 16 46 1

31 Fatma 0,2 55000 20000 14500 39000 17000 14000 5800 3 2999950 16 28 1

32 Herawati 0,5 53000 21000 14500 40000 19394 12000 7000 6 4184575 19 40 1

No Nama

33 Juhenah 0 50000 19000 14000 40000 16154 12500 5000 5 1240875 6 57 0

34 Halimah 0 51000 19500 14000 39000 20938 12000 6700 4 1712950 16 37 1

35 Reni 0,25 53000 20000 14000 39000 17188 10000 7000 4 2131600 12 35 1

36 Tirah 0 51000 19000 14000 40000 17222 12000 6700 4 1021075 9 44 0

37 Ajeng 0,25 52000 20000 14500 41000 18000 13000 6700 2 1933950 16 25 1

38 Murni 0 51000 19000 13500 39000 15714 12500 5800 3 850850 9 23 0

39 Jumiati 0 46000 20000 14500 39000 16667 12500 6700 5 1205700 6 47 0

40 Hadijah 0 52000 21000 14500 39000 16364 12000 6700 4 1826150 9 30 0

41 Neti 0 52000 20000 13500 40000 18909 12000 7500 5 2091750 12 38 1

42 Mariska 0 51000 19000 13500 41000 12083 10000 8333 5 1237050 5 46 0

43 Mainah 0 51000 21000 13500 40000 8571 12000 5800 6 1246800 6 45 0

44 Ratna 0 51000 21000 14500 40000 17222 10000 5800 3 1086350 9 28 0

45 Anita 0 50000 19000 14000 41000 18462 12500 5000 4 952975 7 35 0

46 Sutiyah 0 55000 18500 14000 41000 12619 12000 6700 6 1924300 5 52 0

47 Fitria Dewi 0 51000 18500 13500 39000 20000 10000 6700 4 2938700 16 28 1

48 Nur Aminah 0 51000 20000 13500 39000 10909 10000 5000 4 1086350 6 45 0

49 Novaina Rensina 0,25 52000 21000 13500 41000 22727 10000 6250 4 3240100 12 40 1

50 Midiah 0 52000 19500 13500 40000 15556 10000 5800 3 707975 6 37 1

51 Rumsiah 0 55000 19000 14500 40000 16429 10000 5000 4 885425 5 54 0

52 Sakilah 0 51000 19000 14000 39000 17500 14000 6700 5 1385825 6 42 0

53 Maymunah 0 51000 19500 13500 39000 11429 12500 5000 4 855675 6 28 0

54 Resti Kilana 0,25 51000 21000 14500 40000 22500 10000 6250 4 2585300 12 33 1

55 Sanati 0 50000 19500 14000 41000 14286 10000 5000 5 1227275 6 35 0

56 Sri Anjani 0 46000 20000 14000 39000 12195 12000 6700 6 1601900 2 47 0

57 Tuminah 0 48000 19000 13500 39000 8929 10000 5000 3 893200 6 27 0

58 Siska 0 51000 19500 13500 40500 18333 12500 5000 3 709350 9 21 1

59 Rosi Rika 0 51000 19000 14500 40000 18909 14000 5800 5 2171050 16 30 1

60 Claria 0,2 52000 19000 14000 41000 17000 10000 6700 3 2005500 12 24 1

61 Uti Merlia 0 50000 20000 14000 40000 15556 12500 5000 3 1244850 9 35 0

62 Saleh Yuda 0 48000 20000 14000 40000 14286 12500 5000 4 1019600 6 43 0

63 Risma Wati 0 50000 20000 13500 41000 17500 12500 5000 5 1336075 6 47 0

64 Novita Sari 0 48000 19000 13500 41000 16429 12500 6700 4 849175 6 56 0

65 Yuliana 0 50000 19000 13500 41000 27778 10000 5000 3 619200 6 35 1

66 Semi Wati 0 50000 21000 13500 40000 10000 12000 6700 6 1512550 9 42 1

67 Novi Anasari 0 51000 20000 13500 39000 11429 12500 6700 4 1226075 6 46 0

68 Yoan Andrini 0,2 55000 20000 14000 40000 18000 13000 7000 2 1544950 12 26 1

69 Eva Puspita 0,5 52000 19500 14500 41000 19000 14000 7000 5 4136700 16 31 1

70 Yuyun 0 50000 19000 14000 40000 17857 10000 5500 5 1477450 6 43 0

71 Sumiati 0 50000 19500 14000 40000 13571 10000 5000 4 938175 6 38 0

72 Kamsidah 0 50000 19000 14000 40000 16667 12500 6700 4 1013575 9 30 0

73 Masni 0 50000 19000 14000 40000 18125 11667 5700 4 2231500 6 32 0

74 Maysaroh 0 50000 19000 14000 40000 10000 10000 7000 2 587700 6 51 0

75 Dewi Fatimah 0 50000 19000 14000 41000 10909 12500 7000 4 919075 6 47 0

76 Rodah 0 50000 19000 14000 40000 13333 10000 5000 4 1149475 9 34 0

Jumlah 8,56 3914000 1497500 1063500 3036500 1287953 890533 468883 324 164831950 746 2856 37

Rata-rata 0,112631579 51500,00 19703,94737 13993,4211 39953,94737 16946,75 11717,5439 6169,513158 4,26315789 2168841,447 9,815789474 37,57894737 0,486842105

No Nama Jumlah

Responden Pemeliharaan Badan Transportasi dan Bahan bakar Iuran dan pajak Pendidikan Pemeliharaan Pakaian Aktivitas sosial dan

dan kesehatan komunikasi dan sandal lain-lain

1 Marlina 104500 536250 92000 252000 354000 450000 50000 375000 2213750

2 Hartini 235800 510000 28000 77000 170000 200000 75000 794100 2089900

3 Surini 225700 1032000 156000 172000 0 800000 200000 600000 3185700

4 Putri 295000 349000 42000 122000 0 50000 0 190000 1048000

5 Eva 49200 415000 42500 112000 0 40000 60000 250000 968700

6 Fitria 162800 586250 78000 262000 0 400000 0 520000 2009050

7 Serly 196500 356250 56000 152000 0 100000 0 305000 1165750

8 Lina 59400 429500 28000 137000 250000 50000 0 250000 1203900

9 Nina 55500 720000 78000 162000 0 50000 0 340000 1405500

10 Ferlin 198000 600000 42000 242000 100000 150000 0 350000 1682000

11 Suaiyah 51000 220500 45000 70000 0 0 0 175000 561500

12 Juleha 27100 48000 42500 51000 0 0 0 30000 198600

13 Ikong 238500 510000 56000 177000 170000 200000 75000 760000 2186500

14 Yuli 59400 429500 42000 112000 200000 50000 45000 400000 1337900

15 Diana 188000 465000 76000 240000 0 70000 0 800000 1839000

16 Susi 56000 135000 49000 101000 0 0 0 105000 446000

17 Marta 48300 412500 42000 140000 200000 50000 0 210000 1102800

18 Sulistia Wati 56600 436250 42000 145000 180000 0 0 570000 1429850

19 Ririn Yustika 11000 855000 76000 160000 150000 0 0 50000 1302000

20 Yati 62900 220500 42500 81000 0 0 0 125000 531900

21 Lora 41500 386250 42000 150000 0 0 0 370000 989750

22 Yeyen 113500 608000 78000 272000 300000 400000 0 2200000 3971500

23 Siti 41500 50000 54000 121000 42000 0 0 60000 368500

24 Mariam 245500 1650000 156000 272000 0 450000 0 650000 3423500

25 Herna Mulyani 110000 2142500 156000 383000 930000 350000 150000 275000 4496500

26 Turoh 36000 48000 42500 51000 0 0 0 45000 222500

27 Sani 79900 720000 78000 125000 100000 0 0 250000 1352900

28 Nuryeti 85100 356250 42000 135000 0 0 0 170000 788350

29 Asnah 37000 50000 45000 96000 0 0 0 300000 528000

30 Nelli 93000 800000 76000 132000 0 350000 0 330000 1781000

31 Fatma 29000 550000 78000 162000 0 300000 0 470000 1589000

32 Herawati 105000 850000 76000 170000 600000 350000 0 580000 2731000

Pengeluaran Non Pangan (Rp/bulan)

33 Juhenah 44000 25000 38000 81000 0 0 0 200000 388000

34 Halimah 53600 356250 42000 133000 0 0 0 260000 844850

35 Reni 19100 436250 56000 125000 600000 0 0 50000 1286350

36 Tirah 32800 0 35500 65000 195000 0 0 30000 358300

37 Ajeng 35200 465000 75000 170000 0 0 100000 100000 945200

38 Murni 21500 150000 41500 45000 0 0 0 0 258000

39 Jumiati 32300 192000 26500 60000 168000 0 0 90000 568800

40 Hadijah 85500 356250 56000 135000 45000 0 0 170000 847750

41 Neti 17000 396250 76000 130000 370000 0 0 170000 1159250

42 Mariska 27800 100000 42000 66000 168000 0 0 140000 543800

43 Mainah 28400 50000 41500 99000 182000 0 0 180000 580900

44 Ratna 17500 260000 42500 60000 0 0 0 100000 480000

45 Anita 20700 56000 35500 66000 95000 0 0 30000 303200

46 Sutiyah 39900 356250 56000 125000 0 0 0 110000 687150

47 Fitria Dewi 25100 835000 56000 130000 0 400000 0 270000 1716100

48 Nur Aminah 28200 0 35500 64000 212000 0 0 30000 369700

49 Novaina Rensina 30600 1700000 76000 220000 0 0 0 100000 2126600

50 Midiah 21500 0 33000 45000 20000 0 0 0 119500

51 Rumsiah 25900 0 35500 65000 20000 0 0 30000 176400

52 Sakilah 29800 236250 38000 66000 30000 0 0 80000 480050

53 Maymunah 30300 0 49500 60000 93000 0 0 0 232800

54 Resti Kilana 81400 600000 56000 70000 96000 350000 0 400000 1653400

55 Sanati 20400 189000 35500 81000 45000 0 0 30000 400900

56 Sri Anjani 31900 277500 56000 100000 0 0 0 95000 560400

57 Tuminah 24500 150000 32000 62000 0 0 0 0 268500

58 Siska 21500 20000 39000 55000 0 0 0 0 135500

59 Rosi Rika 23000 396250 58000 120000 150000 300000 0 110000 1157250

60 Claria 29000 386250 78000 155000 0 0 50000 70000 768250

61 Uti Merlia 21500 150000 41500 65000 295000 0 0 100000 673000

62 Saleh Yuda 33400 0 56000 66000 0 0 0 130000 285400

63 Risma Wati 32300 288000 47000 60000 168000 0 0 30000 625300

64 Novita Sari 26800 0 35500 51000 0 0 10000 100000 223300

65 Yuliana 18000 10000 34500 45000 0 0 0 0 107500

66 Semi Wati 28300 100000 35500 55000 104000 0 0 30000 352800

67 Novi Anasari 22300 0 47000 70000 93000 0 0 250000 482300

68 Yoan Andrini 35200 600000 56000 120000 0 0 0 60000 871200

69 Eva Puspita 235800 560000 152000 176000 0 550000 45000 330000 2048800

70 Yuyun 32300 288000 47000 60000 312000 0 0 30000 769300

71 Sumiati 22900 0 35500 60000 20000 0 0 55000 193400

72 Kamsidah 30800 0 47000 70000 104000 0 0 50000 301800

73 Masni 48900 429500 84000 111000 0 50000 0 75000 798400

74 Maysaroh 17000 0 17500 45000 0 0 0 0 79500

75 Dewi Fatimah 22300 24000 47000 78000 0 0 0 0 171300

76 Rodah 25200 0 49500 65000 20000 0 0 230000 389700

Jumlah 4949600 27916500 4253500 8886000 7351000 6510000 860000 17214100 77940700

Rata-rata 65126,31579 367322,3684 55967,10526 116921,0526 96723,68421 85657,89474 11315,78947 226501,3158 1025535,526

No Nama Jumlah

Responden Pangan Pokok Sayur-mayur Daging sapi Olahan daging Ikan segar ikan tawar Ikan asin Ayam ras Ayam buras Tempe Olahan tempe Tahu Telur Buah-buahan Makanan jajanan Lain-lain

sapi

1 Marlina 436100 53000 26500 127000 170000 30000 5000 20000 0 90000 7500 36000 43500 87500 106000 1913050 3151150

2 Hartini 390600 13500 31200 159000 42000 14000 2000 19000 0 32000 7500 6000 84000 36000 257000 1074200 2168000

3 Surini 414000 97500 26000 157600 61000 39000 4000 40000 80000 30000 17000 75000 28000 87500 324500 634700 2115800

4 Putri 192000 44250 0 76000 36000 15000 5000 38000 0 30000 7500 12000 28000 73000 125000 1220900 1902650

5 Eva 283500 31000 0 84000 36000 14500 2500 37800 0 30000 0 12000 28000 36000 158000 840900 1594200

6 Fitria 231500 68000 13000 96250 31000 23000 4000 63000 80000 30000 15000 24500 29000 74000 165000 992200 1939450

7 Serly 204000 56500 20400 59600 58000 20000 5000 0 40000 30000 0 52500 27000 48500 105000 1180250 1906750

8 Lina 259000 41000 0 100000 32000 24000 2000 38000 0 30000 2500 24000 56000 21000 205000 547000 1381500

9 Nina 46500 38000 13750 85700 45000 0 4000 40000 0 40000 3000 14000 28000 18750 190500 741100 1308300

10 Ferlin 198000 44000 13250 80000 54000 0 3000 36000 0 40000 8000 14000 29000 48000 204000 786400 1557650

11 Suaiyah 317200 39000 0 35000 45000 0 8000 31200 0 60000 14000 12000 54000 34500 155000 475000 1279900

12 Juleha 146400 12750 0 30000 10500 0 8000 0 0 15000 9500 5000 21750 3500 74000 304000 640400

13 Ikong 425875 35000 25000 143600 52000 16000 5000 38000 0 90000 6000 7000 56000 47500 418000 889200 2254175

14 Yuli 259000 41000 13000 84000 36000 0 2000 36000 0 30000 2500 24000 42000 21000 205000 532000 1327500

15 Diana 186500 35000 13750 54250 54000 0 3000 42000 0 50000 0 14000 29000 32500 74000 568250 1156250

16 Susi 325200 29000 0 25000 21000 0 8000 15200 0 60000 0 12000 43500 15500 132000 454750 1141150

17 Marta 262000 43000 0 56000 36000 0 5000 34200 0 30000 8000 28000 43500 33000 252000 274250 1104950

18 Sulistia Wati 256000 46000 15600 42000 51000 0 4000 33600 0 30000 2000 35000 28000 25000 186000 972100 1726300

19 Ririn Yustika 261000 38000 0 103500 24000 0 0 19000 0 50000 2000 14000 28000 23500 220000 302000 1085000

20 Yati 327700 36000 0 42000 15000 0 2800 0 0 40000 8000 7500 43500 16000 160000 630375 1328875

21 Lora 183000 30000 11000 63000 46000 0 0 28000 0 40000 0 7000 28000 32500 229000 675550 1373050

22 Yeyen 331000 37500 26000 105000 120000 0 0 40000 0 30000 0 14000 14000 45500 787500 1371500 2922000

23 Siti 247500 24000 0 25000 14000 0 8000 0 0 40000 0 12000 43500 10500 270000 343375 1037875

24 Mariam 436000 42500 26500 70000 144000 0 5000 37800 41000 60000 15000 75000 27000 78000 275500 718100 2051400

25 Herna Mulyani 575000 71750 38250 39000 360000 0 5000 0 80000 60000 29950 12000 29000 125000 341000 577450 2343400

26 Turoh 146400 12750 0 30000 8000 0 8000 0 0 15000 11500 10000 20250 10000 79000 321000 671900

27 Sani 348500 28000 0 70000 22500 0 4000 30400 0 30000 0 20000 27000 17500 224500 586700 1409100

28 Nuryeti 262000 38000 0 56000 23000 0 5000 17100 0 60000 6000 7000 29000 28000 240000 239000 1010100

29 Asnah 225000 13000 0 20000 10000 0 4200 0 0 40000 3500 10000 29000 6750 122000 427000 910450

30 Nelli 317875 24500 0 126000 25500 0 5000 20000 0 75000 6000 7000 28000 18500 284000 517900 1455275

31 Fatma 248400 35500 11000 63000 17000 0 0 36000 0 40000 3500 14000 29000 14000 144000 755550 1410950

32 Herawati 352675 38500 26500 140000 27000 0 5000 42000 0 51000 15000 10500 29000 36500 181000 498900 1453575

Pengeluaran Pangan (Rp/bulan)

33 Juhenah 226000 15000 0 35000 15000 0 6000 0 0 30000 3500 10000 28000 11500 91000 381875 852875

34 Halimah 259000 38000 0 56000 28500 0 5000 15600 0 60000 1000 7000 28000 14500 113000 242500 868100

35 Reni 259000 33000 13250 64000 25500 0 8000 20000 0 75000 0 10000 28000 22000 66000 221500 845250

36 Tirah 195900 9000 0 15000 7500 0 8000 0 0 30000 2000 5000 14000 5500 36000 334875 662775

37 Ajeng 189000 33000 13000 68000 36000 0 0 20000 0 40000 0 14000 14500 16500 70000 474750 988750

38 Murni 163850 11000 0 14000 14000 0 8000 0 0 40000 4500 10000 13500 3500 40000 270500 592850

39 Jumiati 211400 12750 0 0 7000 0 8000 0 0 15000 3500 10000 21750 0 19000 328500 636900

40 Hadijah 262000 32000 0 56000 16000 0 2000 18900 0 60000 6000 7000 29000 21500 240000 228000 978400

41 Neti 254500 36000 0 70000 18000 0 2800 34200 0 56000 6000 7000 13500 12500 224000 198000 932500

42 Mariska 219000 12750 0 0 21000 0 8000 0 0 30000 3500 14000 21000 6500 21000 336500 693250

43 Mainah 239500 30000 0 42000 16000 0 2000 18900 0 60000 3500 7000 13500 6500 55000 172000 665900

44 Ratna 163850 16000 0 14000 7500 0 8000 0 0 40000 4500 10000 14500 3500 60000 264500 606350

45 Anita 195900 14000 0 15000 4000 0 8000 0 0 30000 2000 5000 28000 5500 36000 306375 649775

46 Sutiyah 322000 38000 0 56000 36500 11500 5000 16650 0 60000 5000 7000 28000 6500 254000 391000 1237150

47 Fitria Dewi 262000 40000 0 60000 20000 0 2000 17100 0 54000 4500 8000 27000 16000 115000 597000 1222600

48 Nur Aminah 254400 15000 0 20000 20000 0 4000 0 0 30000 2000 5000 27000 5500 36000 297750 716650

49 Novaina Rensina 386000 38000 13000 56000 20000 0 5000 21000 0 45000 4500 7000 13500 25000 156000 323500 1113500

50 Midiah 162475 14000 0 14000 6000 0 8000 0 0 28000 4500 10000 13500 0 60000 268000 588475

51 Rumsiah 195900 9000 0 20000 18000 0 5000 0 0 30000 2000 5000 21750 7500 86000 308875 709025

52 Sakilah 373900 15000 0 15000 34000 0 8000 19000 0 20000 2000 7000 28000 3500 70000 310375 905775

53 Maymunah 180900 19000 0 15000 8000 0 8000 0 0 22500 2000 5000 13500 0 14600 334375 622875

54 Resti Kilana 261400 16500 12750 22500 23000 0 4000 21000 0 50000 0 10000 29000 16500 105000 360250 931900

55 Sanati 264000 9000 0 15000 12000 0 8000 0 0 20000 1000 6000 14000 0 202500 274875 826375

56 Sri Anjani 321750 32000 0 56000 32000 16000 2000 18000 0 48000 3500 7000 30000 6500 142000 326750 1041500

57 Tuminah 181700 16000 0 14000 8500 0 4000 0 0 15000 0 10000 13500 3000 70000 289000 624700

58 Siska 163850 11000 0 14000 8500 0 8000 0 0 20000 4500 10000 13500 0 60000 260500 573850

59 Rosi Rika 329000 36000 0 70000 18000 0 2800 34200 0 60000 6000 7000 14500 24500 224000 187800 1013800

60 Claria 248100 35500 10400 63000 17000 0 0 34200 0 40000 0 12000 28000 14000 66000 669050 1237250

61 Uti Merlia 163850 11000 0 14000 6000 0 8000 0 0 20000 4500 10000 14000 0 60000 260500 571850

62 Saleh Yuda 263400 12000 0 20000 15000 0 5000 0 0 30000 2000 5000 21000 7500 72000 281300 734200

63 Risma Wati 261900 12750 0 0 34000 0 8000 0 0 10000 3500 10000 20250 0 19000 331375 710775

64 Novita Sari 180900 19000 0 15000 15000 0 8000 0 0 15000 2000 5000 13500 3500 14600 334375 625875

65 Yuliana 175950 9000 0 10000 4500 0 8000 0 0 10000 2500 8000 6750 0 32500 244500 511700

66 Semi Wati 301750 25000 0 70000 16000 0 8000 0 0 30000 3500 7000 20250 0 179000 499250 1159750

67 Novi Anasari 263400 24000 0 28000 12000 0 4000 0 0 15000 1000 5000 27000 0 21000 343375 743775

68 Yoan Andrini 15000 21000 11000 34500 23000 13000 0 18000 0 25000 0 10500 14000 10500 47000 431250 673750

69 Eva Puspita 370000 23000 26000 70000 20500 17500 0 15600 0 36000 1000 6000 14000 14000 176500 1297800 2087900

70 Yuyun 261900 12750 0 0 17000 0 8000 0 0 10000 3500 10000 21000 0 19000 345000 708150

71 Sumiati 262400 9000 0 20000 15000 0 4000 0 0 30000 2000 5000 14000 3500 86000 293875 744775

72 Kamsidah 261400 22000 0 0 18000 0 2000 0 0 15000 3000 5000 21000 0 21000 343375 711775

73 Masni 248500 41000 0 56000 27000 0 2000 17100 0 30000 2000 24000 14000 7000 472000 492500 1433100

74 Maysaroh 175950 9000 0 10000 8000 0 4000 0 0 10000 2500 8000 7000 0 33000 240750 508200

75 Dewi Fatimah 262400 24000 0 28000 20000 0 4000 0 0 15000 1000 5000 21000 3000 21000 343375 747775

76 Rodah 261900 9000 0 20000 24000 0 8000 0 0 30000 1000 5000 21000 0 86000 293875 759775

Jumlah 19572300 2157500 450100 3802500 2499000 253500 360100 1191750 321000 2817500 326950 987500 1954250 1512000 10985200 37700100 86891250

Rata-rata 257530,2632 28388,15789 5922,368421 50032,89474 32881,57895 3335,526316 4738,157895 15680,92105 4223,684211 37072,368 4301,973684 12993,42105 25713,8158 19894,73684 144542,1053 496053,9474 1143305,921

No Nama Pengeluaran rumah tangga

Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Marlina 5364900 3 2 3 2 3 1 2 3 1 2 1 3 26 Baik

2 Hartini 4257900 3 2 2 1 3 2 2 1 2 3 2 1 24 Baik

3 Surini 5301500 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 1 3 25 Baik

4 Putri 2950650 2 2 2 1 3 2 1 1 2 3 1 3 23 Rendah

5 Eva 2562900 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 1 2 20 Rendah

6 Fitria 3948500 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 26 Baik

7 Serly 3072500 3 3 2 2 2 1 3 3 2 3 2 3 29 Baik

8 Lina 2585400 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 0 2 26 Baik

9 Nina 2713800 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 1 26 Baik

10 Ferlin 3239650 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 29 Baik

11 Suaiyah 1841400 2 1 2 2 1 2 3 3 2 1 0 1 20 Rendah

12 Juleha 839000 1 2 2 1 1 3 2 2 3 1 1 2 21 Rendah

13 Ikong 4440675 2 2 1 0 2 3 2 2 3 2 2 1 22 Rendah

14 Yuli 2665400 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 1 2 28 Baik

15 Diana 2995250 2 3 3 2 2 2 3 3 2 1 2 3 28 Baik

16 Susi 1587150 2 2 0 2 1 1 2 2 3 2 1 0 18 Rendah

17 Marta 2207750 1 2 2 1 2 1 3 3 3 3 1 2 24 Baik

18 Sulistia Wati 3156150 1 2 1 2 1 3 3 3 3 2 2 2 25 Baik

19 Ririn Yustika 2387000 2 2 2 2 1 1 3 3 3 2 2 2 25 Baik

20 Yati 1860775 3 1 1 1 0 2 3 2 2 1 1 1 18 Rendah

21 Lora 2362800 2 2 3 2 1 2 3 3 1 1 2 1 23 Rendah

22 Yeyen 6893500 0 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 1 26 Baik

23 Siti 1406375 2 2 2 2 3 2 3 3 1 3 1 2 26 Baik

24 Mariam 5474900 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 30 Baik

25 Herna Mulyani 6839900 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 34 Baik

26 Turoh 894400 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 28 Baik

27 Sani 2762000 0 1 1 0 1 1 1 2 2 1 1 0 11 Rendah

28 Nuryeti 1798450 2 2 2 2 2 3 2 3 1 3 3 2 27 Baik

29 Asnah 1438450 2 1 1 0 3 2 2 3 1 1 1 1 18 Rendah

30 Nelli 3236275 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 1 2 28 Baik

31 Fatma 2999950 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 0 29 Baik

32 Herawati 4184575 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 33 Baik

Kesimpulan

Pengetahuan Gizi

Jumlah

33 Juhenah 1240875 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 19 Rendah

34 Halimah 1712950 2 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 1 26 Baik

35 Reni 2131600 2 1 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 26 Baik

36 Tirah 1021075 0 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 19 Rendah

37 Ajeng 1933950 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 30 Baik

38 Murni 850850 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 3 1 23 Rendah

39 Jumiati 1205700 2 1 1 2 2 1 3 3 2 0 1 0 18 Rendah

40 Hadijah 1826150 2 1 1 1 2 3 3 1 2 1 3 2 22 Rendah

41 Neti 2091750 3 3 2 2 1 3 3 2 2 0 3 1 25 Baik

42 Mariska 1237050 2 1 2 0 1 1 2 2 1 3 2 2 19 Rendah

43 Mainah 1246800 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 21 Rendah

44 Ratna 1086350 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3 0 22 Rendah

45 Anita 952975 2 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 2 21 Rendah

46 Sutiyah 1924300 3 0 1 1 0 1 2 1 2 2 1 2 16 Rendah

47 Fitria Dewi 2938700 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 32 Baik

48 Nur Aminah 1086350 2 1 1 3 1 2 3 2 2 2 1 2 22 Rendah

49 Novaina Rensina 3240100 2 2 2 1 2 3 3 3 3 2 2 2 27 Baik

50 Midiah 707975 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 26 Baik

51 Rumsiah 885425 0 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 16 Rendah

52 Sakilah 1385825 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 19 Rendah

53 Maymunah 855675 2 3 1 2 1 2 2 2 2 3 1 1 22 Rendah

54 Resti Kilana 2585300 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 28 Baik

55 Sanati 1227275 2 1 2 0 1 3 2 2 3 2 1 2 21 Rendah

56 Sri Anjani 1601900 1 1 1 0 1 2 2 2 2 1 1 3 17 Rendah

57 Tuminah 893200 1 1 1 0 1 2 2 1 2 1 1 0 13 Rendah

58 Siska 709350 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 26 Baik

59 Rosi Rika 2171050 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 31 Baik

60 Claria 2005500 3 3 3 2 3 3 3 2 2 1 2 3 30 Baik

61 Uti Merlia 1244850 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 1 2 22 Rendah

62 Saleh Yuda 1019600 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 19 Rendah

63 Risma Wati 1336075 0 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 3 18 Rendah

64 Novita Sari 849175 2 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 20 Rendah

65 Yuliana 619200 3 3 2 2 2 2 2 1 3 3 1 3 27 Baik

66 Semi Wati 1512550 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 3 24 Baik

67 Novi Anasari 1226075 0 1 1 0 2 2 3 3 2 2 1 2 19 Rendah

68 Yoan Andrini 1544950 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 2 29 Baik

69 Eva Puspita 4136700 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 1 2 28 Baik

70 Yuyun 1477450 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 3 0 21 Rendah

71 Sumiati 938175 1 2 1 2 2 1 2 1 3 2 2 2 21 Rendah

72 Kamsidah 1013575 1 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 22 Rendah

73 Masni 2231500 1 1 2 0 2 2 3 2 2 2 2 1 20 Rendah

74 Maysaroh 587700 0 2 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 20 Rendah

75 Dewi Fatimah 919075 1 2 2 1 2 1 3 3 2 1 1 2 21 Rendah

76 Rodah 1149475 2 2 1 1 1 1 3 2 2 2 1 3 21 Rendah

Jumlah 164831950 141 144 142 125 136 152 195 172 172 143 128 135 1785 B = 37

Rata-rata 2168841,447 1,8553 1,8947 1,8684 1,6447 1,7895 2 2,5658 2,2632 2,2632 1,8816 1,6842 1,7763 23,49 R = 38

Regression

Descriptive Statistics

.1126 .18827 76

51500.00 2340.93998 76

19703.95 721.93089 76

13993.42 378.53596 76

39953.95 766.71434 76

16946.75 3989.37905 76

11717.55 1396.93255 76

6169.5132 808.42688 76

4.2632 1.14738 76

2168841 1410880.290 76

9.8158 4.05532 76

37.5789 9.75057 76

.4868 .50315 76

Ddagingsapi

Pdagingsapi

Payamras

Ptelur

Payamburas

Pikan

Ptahu

Ptempe

JART

Pendapatan RT

Pendidikan

Umur

PengGizi

Mean Std. Deviation N

Variables Entered/Removedb

PengGiz i,

JART,

Payambur

as, Ptelur,

Ptahu,

Payamras,

Ptempe,

Pdagingsa

pi, Pikan,

Umur,

Pendapata

n RT,

Pendidika

na

. Enter

Model

1

Variables

Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Ddagingsapib.

Model Summaryb

.902a .813 .777 .08881 .813 22.837 12 63 .000 1.970

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

Change Statis tics

Durbin-

Watson

Predic tors: (Constant), PengGizi, JART, Payamburas, Ptelur, Ptahu, Payamras, Ptempe, Pdagingsapi, Pikan, Umur, Pendapatan RT,

Pendidikan

a.

Dependent Variable: Ddagingsapib.

ANOVAb

2.162 12 .180 22.837 .000a

.497 63 .008

2.658 75

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predic tors: (Constant), PengGizi, JART, Payamburas, Ptelur, Ptahu, Payamras,

Ptempe, Pdagingsapi, Pikan, Umur, Pendapatan RT, Pendidikan

a.

Dependent Variable: Ddagingsapib.

Coefficientsa

-2.434 .822 -2.962 .004 -4.075 -.792

-2.8E-006 .000 -.035 -.560 .577 .000 .000 .280 -.070 -.031 .763 1.310

2.33E-005 .000 .089 1.506 .137 .000 .000 .318 .186 .082 .844 1.184

1.54E-005 .000 .031 .529 .599 .000 .000 .230 .066 .029 .863 1.158

4.36E-005 .000 .177 3.079 .003 .000 .000 .324 .362 .168 .894 1.119

-4.0E-006 .000 -.085 -1.167 .248 .000 .000 .417 -.145 -.064 .556 1.797

1.17E-005 .000 .087 1.384 .171 .000 .000 .341 .172 .075 .759 1.318

1.01E-005 .000 .043 .703 .485 .000 .000 .413 .088 .038 .777 1.287

-.023 .013 -.142 -1.784 .079 -.049 .003 .281 -.219 -.097 .468 2.138

1.13E-007 .000 .848 8.889 .000 .000 .000 .864 .746 .484 .326 3.071

-.005 .005 -.102 -.936 .353 -.015 .005 .497 -.117 -.051 .251 3.978

.000 .002 .025 .320 .750 -.003 .004 -.013 .040 .017 .469 2.133

.054 .033 .145 1.628 .108 -.012 .121 .520 .201 .089 .372 2.688

(Constant)

Pdagingsapi

Payamras

Ptelur

Payamburas

Pikan

Ptahu

Ptempe

JART

Pendapatan RT

Pendidikan

Umur

PengGizi

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coeff ic ients

Beta

Standardized

Coeff ic ients

t Sig. Low er Bound Upper Bound

95% Conf idence Interval for B

Zero-order Partial Part

Correlations

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Ddagingsapia.

Residuals Statis ticsa

-.0908 .6269 .1126 .16977 76

-.20578 .22023 .00000 .08140 76

-1.198 3.029 .000 1.000 76

-2.317 2.480 .000 .917 76

Predicted Value

Residual

Std. Predicted Value

Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Ddagingsapia.