Upload
buicong
View
226
Download
0
Embed Size (px)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
FRAUD DI SEKTOR PEMERINTAHAN
(Studi Pada SKPD Kabupaten Luwu Timur)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Oleh:
SYAHRIANI USMAN
NIM: 1113082000082
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA FRAUD DI SEKTOR PEMERINTAHAN
(Studi Pada SKPD Kabupaten Luwu Timur)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Oleh:
Syahriani Usman
NIM: 1113082000082
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA
NIP.19760924 200604 2 002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIP
Hari ini Rabu, 07 Juni 2017 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Syahriani Usman
NIM :1113082000082
Jurusan :Akuntansi/Audit
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud
Di Sektor Pemerintahan (Studi Pada SKPD Kabupaten
Luwu Timur)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,07 Juni 2017
1. Yusro Rahma, SE, M.Si
NIP. 19800506 200801 2 016
Penguji I
2. Fitri Damayanti, SE, M.Si
NIP. 19810731 200604 2 003
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 28 September 2017 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas
mahasiswa:
Nama : Syahriani Usman
NIM : 1113082000082
Jurusan : Akuntansi/Audit
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud
Di Sektor Pemerintahan (Studi Pada SKPD Kabupaten Luwu
Timur)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 September 2017
1. Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA
NIP.19720516 200901 1 006
Ketua
2. Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA
NIP.19760924 200604 2 002
Sekretaris
3. Zuwesty Eka Putri,SE.,M.AK.
NIP.19800416 200901 2 006
Penguji Ahli
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Syahriani Usman
2. Tempat Tanggal Lahir : Balambano, 28 Maret 1995
3. Alamat : Jalan Kertamukti gg H. Nipan
Rt001 Rw008 no.124, Desa Pisangan, Kec
Ciputat Timur, Kab Tangerang Selatan,
Banten.
4. Telepon : 081284690150
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (2001-2007) : SDN 225 Karebbe
2. SMP (2007-2010) : SMPN 1 Wasuponda
3. SMA (2010-2013) : SMAN 1 Wasuponda
4. S1 (2013-2017) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
ABSTRACT
ANALYSIS FACTORS AFFECTING THE FRAUD IN THE
GOVERNMENT SECTORS
(Study on Regional Work Unit of Luwu Timur Regency)
This study aimed to identify and analyze the factors that influence the
occurrence of fraud in the government sector. Respondents in this study were
Civil Servants (PNS) who worked on the Satuan Perangkat Kerja Daerah
(SKPD) in Luwu Timur Regency. Based on purposive sampling method, the total
sample in this study were 80 respondents from 20 Satuan Perangkat Kerja
Daerah (SKPD)in Luwu Timur Regency. The hypothesis in this study used
multiple linear regression analysis.
The results of this study indicated that the compensation suitability had no
significant effect on fraud in the government sector. Meanwhile, law enforcement
and organizational commitment significantly influence that fraud in the
government sector.
Keywords: Fraud, government sectors, compensation suitability, law
enforcement, organizational commitment.
viii
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
FRAUD DI SEKTOR PEMERINTAHAN
(Studi Pada SKPD Kabupaten Luwu Timur)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya fraud di sektor pemerintahan. Responden dalam
penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Luwu Timur. Berdasarkan metode
purposive sampling, total sampel dalam penelitian ini adalah 80 responden dari 20
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Luwu Timur. Hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap fraud di sektor pemerintahan. Sedangkan
penegakan hukum dan komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan
terhadap fraud di sektor pemerintahan.
Kata Kunci: Fraud, Sektor Pemerintahan, Kesesuaian Kompensasi, Penegakan
Hukum, Komitmen Organisasi
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Fraud di Sektor Pemerintahan (Studi Pada SKPD Kabupaten Luwu
Timur)“ ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang tela membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama
kepada:
1. Kedua orang tua yang paling saya cintai dan sayangi yaitu Bapak Usman
dan Mama Niah yang dengan ikhlas memberikan dukungan dengan penuh
kasih sayang yang tidak pernah putus, selalu mencurahkan perhatian,
cinta, bimbingan, nasihat, serta dukungan moril maupun materil serta doa
tiada henti kepada penulis. This is for you PAPA MAMA!
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA Selaku dosen pembimbing saya, yang
telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan
memberikan pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran
yang telah Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai
terlaksananya sidang skripsi.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
x
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak selaku Sekertaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yangtelah banyak memberikan ilmu-ilmu kepada penulis.
7. Seluruh staff Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan bantuan kepada penulis.
8. Terimakasih untuk Rien Viara Sarsak selaku patner, teman, sahabat
terbaik penulis, selalu memberikan semangat, dukungan, canda tawanya
dan doa agar segera menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
9. Terimakasih Wulan, Puji dan Kawe yang telah menjadi sahabat
seperjuangan, membantu mengerjakan tugas-tugas kuliah, dari awal
perkuliahan sampai dengan saat ini, pahit manis masa kuliah telah kita
rasakan bersama-sama.
10. Untuk teman seperjuangan sedari semester 3 sampai sekarang yang selalu
membantu dan memberikan semangat untuk penulis dalam penulisan
skripsi ini, Terimakasih Agi.
11. Terimakasih Teman-Teman KKN OMIKRON 187 yang memberikan
semangat membantu menyelesaikan buku KKN sehingga penulis dapat
mengikuti sidang skripsi.
12. Terimakasih Teman-teman jurusan Akuntansi Angkatan 2013 khususnya
Akuntansi B.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang akuntansi.
Jakarta, 28 September 2017
Syahriani Usman
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10
A. Tinjauan Literatur....................................................................................... 10
1. Teori Atribusi ....................................................................................... 10
2. Teori Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle Theory) .......................... 12
a. Tekanan (Pressure) ........................................................................ 14
b. Kesempatan (Opportunity) ............................................................. 15
c. Rasionalisasi (Razionalization) ...................................................... 16
3. Kecurangan (Fraud) ............................................................................. 17
a. Kecurangan Pelaporan (Fraudulent Statement) ............................. 20
b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation) ............................ 21
c. Korupsi (Corruption) ..................................................................... 24
4. Kesesuaian Kompensasi ....................................................................... 27
5. Penegakan Hukum ............................................................................... 31
6. Komitmen Organisasi........................................................................... 32
xii
7. Fraud di Sektor Pemerintahan .............................................................. 34
B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis ............................. 37
1. Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Fraud di Sektor
Pemerintahan ........................................................................................ 37
2. Pengaruh Penegakan Hukum terhadap Fraud di Sektor Pemerintahan ....
............................................................................................................... 38
3. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Fraud di Sektor
Pemerintahan ........................................................................................ 40
C. Hasil Penelitian Sebelumnya...................................................................... 41
D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 46
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 46
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 46
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 47
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 48
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 48
2. Uji Kualitas Data .................................................................................. 49
a. Uji Validitas.................................................................................... 49
b. Uji Reabilitas .................................................................................. 49
3. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 50
a. Uji Multikolinearitas ...................................................................... 50
b. Uji Normalitas ................................................................................ 51
c. Uji Heteroskedatisitas ..................................................................... 52
4. Analisis Regresi Berganda ................................................................... 52
5. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 53
a. Koofisien Determinasi (R2) ............................................................ 54
b. Uji Fisher (Uji Simultan) ............................................................... 54
c. Uji t (Uji Parsial) ............................................................................ 55
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 56
1. Kesesuaian Kompensasi (X1) ............................................................. 56
2. Penegakan Hukum (X2) ...................................................................... 57
xiii
3. Komitmen Organisasi (X3) ................................................................. 58
4. Fraud di Sektor Pemerintahan (Y) ...................................................... 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 62
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 62
1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 62
2. Karakteristik Profil Responden ............................................................ 64
a. Deskripsi Responden berdasarkan jenis kelamin ........................... 65
b. Deskripsi Responden berdasarkan Usia ........................................ 65
c. Deskripsi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ................ 66
d. Deskripsi Responden berdasarkan Jabatan Terakhir ...................... 67
e. Karakteristik responden berdasarkan Masa Kerja .......................... 67
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 68
1. Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 68
2. Hasil Uji Kualitas Data ........................................................................ 69
a. Hasil Uji Validitas ......................................................................... .69
b. Hasil Uji Reabiltas ........................................................................ 72
3. Hasil Uji Asumsi klasik ....................................................................... 73
a. Hasil Multikolinearitas ..................................................................... 73
b. Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 73
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas............................................................ 75
4. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 76
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................................ 76
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ....................................... 77
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik T) .......................................... 78
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 88
A. Kesimpulan ................................................................................................ 88
B. Saran ........................................................................................................... 89
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 91
Lampiran .............................................................................................................. 95
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 41
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian 60
4.1 Data Sampel Penelitian 63
4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian 63
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Jenis Kelamin 65
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia 65
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Pendidikan Terakhir 66
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Jabatan Terakhir 67
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Masa Kerja 67
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif 68
4.9 Hasil Uji Validitas Kesesuaian Kompensasi 70
4.10 Hasil Uji Validitas Penegakan Hukum 70
4.11 Hasil Uji Validitas Komitmen Organisasi 71
4.12 Hasil Uji Validitas Fraud di Sektor Pemerintahan 71
4.13 Hasil Uji Realibilitas 72
4.14 Hasil Uji Multikolonieritas 73
4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 76
4.16 Hasil Uji Statistik F 77
4.17 Hasil Uji Statistik t 78
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 The Fraud Triangle 13
2.2 Fraud Tree 20
2.3 Skema Kerangka Pemikiran 45
4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal P-Plot 74
4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Normal 74
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Grafik Scatterplot 75
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecurangan (fraud) dapat terjadi pada sektor swasta maupun sektor
publik seperti instansi pemerintahan, yang pelakunya merupakan pegawai
pihak dalam ataupun pihak luar organisasi. Fraud lebih banyak terjadi di
instansi pemerintahan disebabkan organisasi tersebut memiliki struktur yang
cukup kompleks, sistem birokrasi yang berbelit-belit, integritas lingkungan
kerja yang rendah, kontrol yang tidak efektif, dan tekanan yang tinggi. Salah
satu jenis fraud yang terjadi di instansi pemerintah yaitu berkaitan dengan
praktik korupsi. Korupsi telah menjadi isu fenomenal dan menarik untuk
dibahas dengan kasus-kasus yang kini tengah berkembang dalam masyarakat.
Menurut UU 31/1999 Jo UU No 20/2001, terdapat tujuh jenis korupsi yaitu
kerugian keuangan negara, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan,
pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan.
Menurut Transparency International berdasarkan Corruption
Perceptions Index (CPI) mengenai hasil upaya pemberantasan korupsi yang
dilakukan 176 negara, Indonesia berada pada peringkat ke-90 disebabkan
oleh peringkat pertama korupsi justru terjadi di kalangan birokrasi, DPRD,
dan kepala daerah. Bentuk korupsi yang dilakukan bukan lagi sekedar
manipulasi uang transportasi, hotel, dan uang saku, tetapi tender proyek fiktif,
pemasaran, mark up pengadaan barang hingga pengelakan pajak.
2
Penanganan perkara Kasus korupsi oleh aparat penegak hukum dominan
dilakukan di daerah sepanjang 2016. berdasarakan sektor yang paling rentan
yaitu keuangan daerah dengan 34 kasus dan total kerugian sebesar Rp144,1
miliar, kasus korupsi berdasarakan lembaga yang paling rentan terjadinya
yaitu birokrasi daerah dari 210 kasus korupsi 69% terjadi di birokrasi daerah.
Urutan terbanyak tersangka korupsi berdasarkan jabatan yaitu birokrat
daerah, direktur, komisaris, pegawai swasta, anggota DPR/DPRD/DPD,
pegawai BUMN/BUMD. Modus yang paling sering terjadi selama semester I
2016 adalah penggelapan dengan kerugian negara sebesar 164 miliar
sebanyak 70 kasus korupsi, proyek fiktif menjadi mudus kedua dengan
kerugian negara sebesar 246,8 miliar sebanyak 34 kasus, dan modus ketiga
adalah penyalahgunaan anggaran dengan kerugian negara sebesar 96,5 miliar
sebanyak 25 kasus (Indonesia Corruption Watch, 2016).
Kabupaten Luwu Timur termasuk daerah yang memiliki kasus
penyimpangan yang melibatkan pejabat daerah yang masih aktif. Berdasarkan
data infokorupsi.com terdapat beberapa kasus korupsi yang terjadi di
Kabupaten Luwu Timur. Kasus tersebut antara lain kasus dugaan korupsi dan
penggelembungan anggaran pembangunan Stadion Malili Pejabat Dinas Tata
Ruang dan Pemukiman (Distarkim) Pemkab Luwu Timur sebagai tersangka
periode 2011-2013. Anggaran yang digelembungkan itu mencapai 44 miliar
sehingga dalam kasus ini menyebabkan kerugian negara mencapai 1,6 miliar.
Selain itu contoh kasus lain yang terjadi yakni Korupsi Dana DPRD Luwu
Timur dengan dugaan korupsi dana pembayaran gaji, tunjangan, biaya
3
perjalanan dinas, dan honor legislator DPRD yang dilakukan oleh Sekretaris
Dewan (Sekwan) DPRD Luwu Timur dan mantan anggota DPRD Luwu
Timur dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menyebabkan
kerugian negara sebesar 125 juta, kasus Dana APBD yang melibatkan
Sekretaris Daerah (Sekda) yang menyebabkan kerugian negara sebesar 5
miliar, kasus dugaan Pertanggung Jawaban (PJ) Fiktif dana Pemilihan
Legislatif (Pileg) tahun 2014 yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dan bendahara KPU Luwu Timur karena dianggap telah
terbukti melakukan pemotongan dana PPK di 11 kecamatan yang merugikan
negara sebesar 651 juta.
Dalam melakukan kecurangan, setiap orang atau pelaku memiliki
motivasi yang beraneka ragam. Salah satu teori yang menjelaskan tentang
motivasi seseorang dalam melakukan kecurangan adalah teori Fraud Triangle
yang pertama kali dikembangkan oleh Cressey (1953) mengatakan bahwa
fraud disebabkan oleh tiga faktor, yaitu tekanan (pressure), kesempatan
(opportunity), dan pembenaran (rationalization).
Tekanan (pressure) adalah motivasi dari individu untuk bertindak curang
yang disebabkan oleh adanya tekanan situasional yang merupakan suatu
kondisi yang disebabkan oleh faktor keuangan maupun non keuangan yang
dihadapi oleh pegawai yang sulit dipecahkan dengan cara yang legal atau etis,
serta dapat disebabkan pula oleh tekanan pribadi maupun tekanan dari
organisasi sehingga semakin tingginya keinginan pegawai untuk melakukan
tindak kecurangan (fraud). Dalam lingkup entitas, baik sektor swasta maupun
4
sektor pemerintah salah satu penyebab terjadi perilaku korupsi yang terjadi di
kalangan pegawai negeri sipil (PNS) dipicu karena kompensasi diterimanya
tidak manusiawi, sehingga adanya ketidakpuasan karena kompensasi yang
tidak memadai atau pekerjaan yang menjemukan juga dapat mendukung
insiden-insiden pencurian oleh para pekerja. Pencurian tersebut dapat berupa
pencurian uang, peralatan, serta persediaan barang yang dilakukan oleh
pekerja.
Kesempatan (opportunity) merupakan suatu kondisi yang dapat
membuka peluang terjadinya kecurangan (fraud), biasanya disebabkan karena
internal kontrol suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan
penyalahgunaan wewenang.
Selain dari sisi peluang, kecurangan (fraud) juga dipengaruhi oleh
pembenaran (Rationalization). Pembenaran (Rationalization) adalah
pemikiran yang menganggap bahwa tindakannya sebagai suatu perilaku yang
wajar, yang secara moral dapat diterima dalam suatu masyarakat yang
normal. Pelaku fraud selalu berusaha untuk membenarkan perbuatannya
dengan berupaya untuk mencari-cari alasan. Hal ini dilakukan untuk
menenangkan perasaan yang bersangkutan sehingga jika dilakukan tidak
menimbulkan ketakutan dalam dirinya.
Menurut Pramudita (2013) bahwa dalam suatu lingkungan yang lebih
etis, karyawan akan cenderung mengikuti peraturan perusahaan dan
peraturan-peraturan tersebut akan menjadi perilaku secara moral dan bisa
diterima dengan adanya komitmen organisasi didalamnya.
5
Terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecurangan fraud di
sektor pemerintahan, beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya.
Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Pramudita (2013) yang
meneliti analisis fraud di sektor pemerintahan Kota Salatiga. Variabel yang
digunakan adalah fraud di sektor pemerintah, gaya kepemimpinan,
keefektifan sistem pengendalian internal, komitmen organisasi, kesesuaian
kompensasi, budaya etis organisasi, penegakan hukum. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara keefektifan
sistem pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, budaya etis organisasi,
gaya kepemimpinan terhadap fraud di sektor pemerintahan dan tidak terdapat
pengaruh antara komitman organisasi dan penegakan hukum terhadap fraud
di sektor pemerintahan.
Penelitian lainnya juga dilakukan Faisal (2013) mengenai analisis fraud
di sektor pemerintahan Kabupaten Kudus. Variabel yang digunakan adalah
fraud di sektor pemerintahan, sistem pengendalian internal, gaya
kepemimpinan, kesesuaian kompensasi, perilaku tidak etis, kultur organisasi,
komitmen organisasi, penegakan hukum. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara sistem pengendalian
internal, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi, penegakan hukum
terhadap fraud di sektor pemerintahan, terdapat pengaruh positif antara
perilaku tidak etis terhadap fraud di sektor pemerintahan, dan tidak terdapat
pengaruh antara kepuasan akan gaji dan kultur organisasi terhadap fraud di
sektor pemerintahan.
6
Penelitian Mustikasari (2013) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi fraud di sektor pemerintahan Kabupaten Batang. Variabel
yang digunakan adalah fraud di sektor pemerintahan, penegakan hukum,
keefektifan pengendalian internal, asimetri informasi, kesesuaian kompensasi,
keadilan prosedural, budaya etis manajemen, komitmen organisasi. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara
penegakan hukum/peraturan, keefektifan pengendalian internal, kesesuaian
kompensasi, budaya etis manajemen, dan komitmen organisasi terhadap fraud
di sektor pemerintahan, terdapat pengaruh positif antara asimetri informasi
terhadap fraud di sektor pemerintahan, dan tidak terdapat pengaruh antara
keadilan prosedural terhadap fraud di sektor pemerintahan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramudita (2013) tidak konsisten
dengan hasil penelitian Faisal (2013) dan Mustikasari (2013). Sehingga
peneliti termotivasi untuk meneliti lebih lanjut dengan menggunakan
variabel-variabel diantaranya yaitu kesesuaian kompensasi, penegakan
hukum, dan komitmen organisasi. Variabel-variabel tersebut merupakan
dasar untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya fraud di sektor pemerintahan. Untuk obyek penelitian dipilih
berdasarkan observasi awal dimana banyak ditemukan kasus korupsi yang
terjadi di instansi pemerintah Kabupaten Luwu Timur.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti teratrik
melakukan penelitian untuk mengetahui lebih dalam tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya fraud di sektor Pemerintahan Kabupaten
7
Luwu Timur. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Fraud Di Sektor Pemerintahan (Studi pada SKPD Kabupaten Luwu
Timur)”.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Pramudita
(2013), yang menguji pengaruh antara gaya kepemimpinan, keefektifan
sistem pengendalian internal, komitmen organisasi, kesesuaian kompensasi,
budaya etis organisasi, penegakan hukum terhadap fraud di sektor
pemerintahan. Dengan sampel 150 pegawai dari masing-masing 10 dinas
yang ada di Kota Salatiga.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai
berikut:
1. Variabel yang digunakan oleh peneliti terdiri dari tiga variabel yang terkait
yaitu kesesuaian kompensasi, penegakan hukum, dan komitmen
organisasi.
2. Populasi dalam penelitian adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bekerja di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Pemerintah Kabupaten
Luwu Timur.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang penelitian, maka secara spesifik
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap Fraud di sektor
pemerintahan?
8
2. Bagaimana pengaruh penegakan hukum terhadap Fraud di sektor
pemerintahan?
3. Bagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap Fraud di sektor
pemerintahan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis bukti empiris tentang:
1. Pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap Fraud di sektor
pemerintahan.
2. Pengaruh penegakan hukum terhadap Fraud di sektor
pemerintahan.
3. Pengaruh komitmen organisasi terhadap Fraud di sektor
pemerintahan.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti penting dengan harapan
dapat memberikan kegunaan dalam menjawab permasalahan yang ada.
Disamping itu diharapkan mempunyai kegunaan teoritis untuk
mengembangkan ilmu lebih lanjut maupun kegunaan praktis
menyangkut pemecahan-pemecahan permasalahan yang aktual.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Secara Teoritis:
9
1) Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Penelitian ini
memberikan informasi dan kontribusi bagi perkembangan
ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud di sektor
pemerintahan.
2) Peneliti berikutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi untuk penelitian mendatang mengenai analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud di sektor
pemerintahan.
b. Secara Praktis:
1) Bagi Pemerintah Kabupaten Luwu Timur , hasil penelitian ini
menjadi masukan dalam usaha mencegah terjadinya fraud di
sektor pemerintahan, dengan menekan penyebab terjadinya
fraud di sektor pemerintahan seperti yang disajikan penulis.
2) Bagi Pembaca, dapat memberi tambahan informasi dan mampu
menjadi bahan referensi bagi penelitian lain dalam bidang yang
terkait, dan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak
terkait yang memerlukan hasil penelitian ini.
3) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan rujukan bagi penelitian yang terkait dengan
kecurangan (fraud) yang terjadi di sektor pemerintahan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Atribusi
Menurut Robbins & Stephen P (2003) teori atribusi merupakan
penjelasan dari cara-cara menusia menilai orang secara berlainan,
tergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu perilaku tertentu.
Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang mengamati
perilaku seseorang individu, orang tersebut berusaha menentukan apakah
perilaku itu disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Hal yang sama
dikemukakan Ikhsan & Ishak (2005) bahwa teori atribusi mempelajari
proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan,
atau sebab perilakunya. Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang
beragumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi
antara kekuatan intelektual, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang, seperti faktor kemampuan usaha dan kekuatan eksternal
yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam
pekerjaan atau keberuntungan.
Teori atribusi menjelaskan tentang bagaimana pemahaman seseorang
terhadap peristiwa di sekitar mereka, dengan mengetahui alasan atas
kejadian yang mereka alami. Dispositional attributions atau penyebab
internal mengacu pada aspek perilaku individual yang ada dalam diri
seseorang seperti sifat, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan
situational attributions atau penyebab eksternal yang mengacu pada
11
lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi perilaku, seperti kondisi
sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Dengan kata lain,
setiap tindakan atau ide yang akan dilakukan seseorang akan dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal.
Menurut Robbins dan Stephen (2008), memaparkan penyebab
individu atau situasi akan dipengaruhi oleh 3 faktor yang akan
menyimpulkan atribusi seseorang:
a. Consensus yaitu perilaku yang ditunjukkan jika semua orang
menghadapi situasi yang serupa dan merespon dengan cara yang
sama dengan kata lain jika orang lain setuju bahwa perilakunya
diatur oleh beberapa karakteristik personal. Dari suatu perspektif
atribusi, jika perilaku itu bersifat unik bagi satu orang maka
dikatakan bahwa perilaku tersebut mempunyai konsensus yang
rendah. Jika konsensus itu tinggi, seseorang akan diharapkan untuk
memberikan suatu atribusi eksternal kepada suatu keadaan. Jika
konsensus rendah hal tersebut akan dinilai sebagai bersifat internal.
b. Distinctiveness yaitu perilaku yang ditunjukkan individu berlainan
dengan situasi yang berlainan dengan kata lain perilaku dapat
dibedakan dari perilaku orang lain saat menghadapi situasi yang
sama. Apa yang ingin kita ketahui adalah perilaku tersebut luar biasa
atau tidak. Jika luar biasa, kemungkinan besar pengamat akan
memberikan atribusi eksternal kepada perilaku tersebut. Jika
tindakan tersebut tidak luar biasa, hal tersebut akan dinilai sebagai
bersifat internal.
12
c. Consistency yaitu perilaku yang sama dalam tindakan seseorang dari
waktu ke waktu.
Berdasarkan teori atribusi secara spesifik, individu akan berusaha
menganalisis mengapa peristiwa tertentu muncul dan dari hasil analisis
tersebut akan mempengaruhi perilaku mereka di masa mendatang. Proses
atribusi juga dapat menjadi hal yang penting dalam memahami perilaku
dari orang lain. Perilaku orang lain dapat diperiksa atas dasar keunikan,
konsistensi dan konsensus. Keunikan merupakan tingkatan seseorang
berperilaku secara serupa dalam situasi yang berbeda. Konsistensi
merupakan tingkatan seseorang menunjukkan perilaku yang sama pada
waktu yang berbeda. Konsensus merupakan tingkatan orang lain
menunjukkan perilaku yang sama. Mengetahui sejauh mana perilaku
seseorang menunjukkan kualitas ini dapat sangat bermanfaat dalam
membantu memahami perilaku tersebut.
Menurut Adinda (2015) perilaku seseorang dalam organisasi seperti
perilaku pimpinan dan perilaku bawahan tidak terlepas dari teori ini.
Tindakan atau keputusan yang diambil oleh pemimpin ataupun orang
yang diberikan wewenang disebabkan oleh atribut penyebab.
2. Teori Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle Theory)
Penelitian ini menggunakan Fraud Triangle Theory sebagai dasar
teori utama. Dalam teori segitiga kecurangan, terdapat model segitiga
kecurangan yang dibuat untuk menjawab pertanyaan, mengapa orang
melakukan kecurangan, atau mengapa kecurangan terjadi. Berikut ini
adalah tiga elemen yang terdapat dalam teori segitiga kecurangan yang
13
pertama kali diperkenalkan oleh Cressey (1953). Ketiga faktor tersebut
digambarkan dalam segitiga kecurangan (Fraud Triangle) yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 The Fraud Triangle
PERCEIVED
OPPORTUNITY
FRAUD
TRIANGLRE
PRESSURE RATIONALIZATION
Sumber: Fraud Triangle Theory Tuanakotta (2010)
Fraud Triangle Tuanakotta (2010) adalah model yang menjelaskan
alasan orang melakukan fraud termasuk korupsi. Konsep segitiga
kecurangan ini pertama kali diperkenalkan oleh Donald R. Cressey
(1953) dalam disertasinya. Cressey tertarik pada embezzlers yang
disebutnya sebagai “trust violators” atau pelanggar kepercayaan, yakni
mereka yang melanggar kepercayaan atau amanah yang dititipkan kepada
mereka. Cressey menyimpulkan bahwa :
“Trusted person become trust violator when they conceive of
themselves as having financial problem which is non-shareable, are
aware this problem can be secretly resolved by violation of the
position of financial trust, and are able to apply to their own conduct
in that situation verbalizations which enable them to adjust their
conceptions of themselves as trusted person with their conceptions of
themselves as users of the entrusted funds or property.”
14
Terjemahan :
Orang yang dipercaya menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia
melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai masalah
keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain, sadar
bahwa masalah ini secara diam-diam dapat diatasinya dengan
menyalahgunakan kewenangannya sebagai pemegang kepercayaan di
bidang keuangan, dan memungkinkan menyesuaikan pandangan
mengenai dirinya sebagai seseorang yang bisa dipercaya dalam
menggunakan dana atau kekayaan yang dipercayakan.
Cressey (1953) dalam Tuanakotta (2010) menyimpulkan bahwa
kecurangan secara umum mempunyai tiga sifat dalam teori ini yaitu
“kesempatan (Opportunity), tekanan (Pressure), dan rasionalisasi
(Rationalization)”.
a. Tekanan (Pressure)
Tekanan adalah dorongan untuk melakukan kecurangan.
Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup,
tuntutan ekonomi, dan lain-lain, termasuk hal keuangan dan non
keuangan yang dirasakan pelaku kecurangan yang dipandangnya
sebagai kebutuhan keuangan kepada orang lain. Lister (2007)
mendefinisikan pressure sebagai “sumber panas untuk api” namun
tidak berarti karena ada tekanan dalam diri seseorang, lantas orang
tersebut akan melakukan fraud. Terdapat tiga jenis tekanan yang
memotivasi individu untuk melakukan fraud di perusahaan maupun
organisasi tempatnya bekerja, yaitu:
1) Employment pressure, dimana individu tertekan untuk
melakukan kecurangan karena tuntutan pekerjaan atau target
kerja, atau karena kepentingan keuangan yang dimiliki
manajemen perusahaan.
15
2) External pressure, misalnya ancaman terhadap stabilitas
keuangan perusahaan, ekspektasi pasar, dan sebagainya.
3) Personal pressure, yaitu kondisi dimana individu melakukan
kecurangan karena gaya hidup.
b. Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan atau peluang adalah situasi yang membuka
kesempatan bagi manajemen atau pegawai yang memungkinkan
terjadinya kecurangan. Lister (2007) mendefinisikan kesempatan
sebagai “bahan bakar yang terus membuat api” atau dengan kata
lain, walaupun individu memiliki tekanan dalam dirinya untuk
melakukan fraud, itu tidak akan bisa dilakukan jika tidak ada
kesempatan. Kesempatan atau opportunity yang didefenisikan
Tuanakotta (2010) sebagai peluang untuk melakukan kecurangan
seperti yang dipersepsikan pelaku kecurangan. Mengungkapkan dari
penelitian Cressey, pelaku kecurangan selalu memiliki pengetahuan
dan kesempatan untuk melakukan tindakan agar tidak terdeteksi.
Cressey berpendapat bahwa ada dua komponen peluang, yaitu :
1) General information, yaitu pengetahuan bahwa kedudukan yang
mengandung kepercayaan dapat dilanggar tanpa konsekuensi.
Pengetahuan ini diperoleh dari pelaku yang ia dengar atau lihat,
misalnya dari pengalaman orang lain yang melakukan fraud dan
tidak ketahuan atau terkena sanksi. Untuk melakukan fraud
seseorang tidak cukup hanya dengan dorongan tekanan
kebutuhan. Informasi yang dimiliki membentuk keyakinan
bahwa karena kedudukan dan kepercayaan institusi yang
16
melekat pada dirinya maka fraud yang dilakukannya tidak akan
diketahui.
2) Technical skill, yaitu keahlian yang dimiliki seseorang dan yang
menyebabkan seseorang tersebut mendapat kedudukan. Tanpa
kemampuan yang memadai menyembunyikan fraud atau
korupsi tentu tidak mungkin untuk dilakukan apalagi untuk
kasus-kasus korupsi yang bersifat sistemik.
c. Rasionalisasi (Razionalization)
Rasionalisasi merupakan bagian fraud triangle yang paling sulit
untuk diukur. Rasionalisasi yang dilakukan seseorang dengan
beragam alasan tetapi akan selalu ada pembenaran didalamnya.
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya kecurangan,
dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya.
“Rasionalisasi merupakan sikap karakter atau serangkaian nilai-nilai
etis yang membolehkan manajemen atau pegawai melakukan
tindakan tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang
cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasikan tindakan
yang tidak jujur” (Tunggal, 2011). Dengan kata lain suatu dorongan
mencari pembenaran atas tindakannya melakukan kecurangan
walaupun hal tersebut bertentangan dengan sikap maupun perilaku
seseorang tersebut.
Menurut Mustikasari (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi
seseorang mencari pembenaran (razionalization) atas tindakannya
melakukan fraud, antara lain sebagai berikut:
1. Mencontoh atasan atau rekan kerja.
17
2. Merasa sudah berbuat banyak kepada organisasi
3. Menganggap bahwa yang diambil tidak disengaja.
4. Dianggap hanya sekedar meminjam dan pada waktunya akan
dikembalikan.
3. Kecurangan (Fraud)
Istilah fraud merupakan istilah hukum yang diserap ke dalam
disiplin ilmu akuntansi, dan menjadi bagian penting dalam kosa kata
akuntansi forensik. Fraud jika diartikan secara harfiah, artinya adalah
kecurangan. Namun, pengertian ini telah berkembang dan sekarang
mempunyai cakupan yang luas. Black Law Dictionary mendefinisikan
fraud sebagai “Segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang
diupayakan oleh seseorang atau beberapa orang, untuk mendapatkan
keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan
kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat,
serta menggunakan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang
lain tertipu”. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah
perbuatan curang yang berkaitan dengan sejumlah uang atau properti.
Sedangkan menurut Gbegi D & Adebisi, J.F (2015) Fraud dapat
diartikan sebagai istilah generik dan mencakup semua sarana dengan
berbagai kecerdikan manusia yang dirancang oleh satu individu untuk
mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain dengan keterangan palsu.
Sementara itu, IIA (Institute Of Internal Auditors) dalam Standard
Glossary menjelaskan fraud dengan menyatakan bahwa:
18
“Fraud encompasses an array of irregularities and illegal acts
characterized by intentional deception. It can be perpetrated for the
benefit of or to the detriment of the organization and by persons outside
as well as inside organization”.
Artinya kecurangan adalah suatu tindakan penipuan yang ilegal dan
mencakup berbagai penyimpangan yang ditandai dengan tindak
penipuan yang disengaja. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang luar
maupun dalam suatu organisasi untuk kepentingan yang dapat
merugikan organisasi tersebut. Selain itu Ikatan Akuntansi Indonesia
(2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai berikut:
1. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan
yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau
pengungkapan dalam pelaporan keuangan.
2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap
aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan)
yang berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat
laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dalam Tuanakotta
(2010), menyebutkan beberapa pasal yang mencakup pengertian fraud
seperti :
1. Pasal 362 Pencurian (definisi KUHP): mengambil barang sesuatu,
yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.
19
2. Pasal 372 Penggelapan (definisi KUHP): dengan sengaja dan
melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan.
3. Pasal 378 Perbuatan curang (definisi KUHP): dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat, atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain
untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi
utang maupun menghapuskan piutang.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) (2008)
menggunakan istilah “occupational Fraud and abuse” dan
mendefenisikannya sebagai penggunaan kedudukan seseorang untuk
memperkaya diri sendiri melalui penyalahgunaan yang disengaja atau
penyalahgunaan sumber daya atau aset organisasi. Occupational tree ini
mempunyai tiga cabang utama, yakni Fraudulent Statements, Asset
Misappropriation dan Corruption. Fraud bukan sekedar korupsi saja
melainkan ada banyak turunan dari fraud. Berikut ini berbagai macam
turunan fraud dalam gambar 2.2 fraud tree.
20
Gambar 2.2 Fraud Tree
Sumber: Association of Certified Fraud Examiners dalam Tuanakotta
(2010)
1) Kecurangan Pelaporan (Fraudulent Statements)
Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan
general audit. Fraud ini berupa salah saji baik itu overstatement
maupun understatement. Fraudulent statement meliputi tindakan
yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau
instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang
sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk
21
memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan
istilah window dressing (Tuanakotta, 2010).
Cabang dan ranting yang menggambarkan fraud yang diberi
label “Fraudulent Statements” dapat dilihat dari sisi kanan fraud
tree. Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan
general audit. Ranting pertama menggambarkan fraud dalam
menyusun laporan keuangan. Fraud ini berupa salah saji
(misstatements baik overstatements maupun understatements).
Cabang dari ranting ini ada dua. Pertama, menyajikan asset atau
pendapatan lebih tinggi dari sebenarnya (Asset/Revenue
overstatements). Kedua, menyajikan asset atau pendapatan lebih
rendah dari yang sebenarnya ( Asset/ Revenue Understatements).
Ranting kedua menggambarkan fraud dalam menyusun laporan
non-keuangan. Fraud ini berupa penyampaian laporan non-keuangan
secara menyesatkan, lebih bagus dari keadaan yang sebenarnya, dan
seringkali merupakan pemalsuan atau pemutar balik keadaan.
2) Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Asset Missappropriations atau “pengambilan aset” secara ilegal
dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri (Tuanakotta, 2010).
Namun, dalam istilah hukum, “mengambil” aset secara ilegal (tidak
sah atau melawan hukum) yang dilakukan oleh seseorang yang
diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut,
22
disebut menggelapkan. Istilah pencurian, dalam fraud tree disebut
pencurian (larceny).
“Larceny atau pencurian adalah bentuk penjarahan yang paling
kuno dan dikenal sejak awal peradaban manusia” (Tuanakotta,
2010). Peluang untuk terjadinya penjarahan jenis ini berkaitan erat
dengan lemahnya sistem pengendalian intern, khususnya yang
berkenaan dengan perlindungan keselamatan asset (safeguarding of
assets). Pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah (fraudulent
disbursements) sebenarnya satu langkah lebih jauh dari pencurian.
Sebelum tahap pencurian, ada tahap perantara.
“Billing Schemes adalah skema permainan (schemes) dengan
menggunakan proses billing atau pembebanan tagihan sesuai
sarananya” (Tuanakotta, 2010). Pelaku fraud dapat mendirikan
perusahaan “bayangan” (shell company) yang seolah-oleh
merupakan pemasok atau rekanan atau kontraktor sungguhan.
Perusahaan bayangan ini merupakan sarana untuk mengalirkan dana
secara tidak sah ke luar perusahaan.
“Payroll schemes adalah skema permainan melalui pembayaran
gaji. Bentuk permainannya antara lain dengan pegawai atau
karyawan fiktif (ghost employee) atau dalam pemalsuan jumlah
gaji” (Tuanakotta, 2010). Jumlah gaji yang dilaporkan lebih besar
dari gaji yang dibayarkan.
23
“Expense Reimbursement schemes adalah skema permainan
melalui pembayaran kembali biaya-biaya, misalnya biaya
perjalanan”. Seorang salesman mengambil uang muka perjalanan
dan kembalinya dari perjalanan, ia membuat peritungan biaya
perjalanan. Kalau biaya perjalanan melampaui uang mukanya, ia
meminta reimbursement atau penggantian. Ada beberapa skema
permainan melalui skema reimbursement ini. Rincian biaya
menyamarkan jenis pengeluaran yang sebenarnya (macharacterized
expenses). Contoh perusahaan tidak memberikan penggantian
konsumsi alkohol, pengeluaran ini disamarkan sebagai biaya makan
dan minum. atau biayanya dilaporkan lebih besar dari pengeluaran
yang sebenarnya ini lazimnya dilakukan dalam pengeluaran yang
tidak ada atau tidak memerlukan bukti pendukung atau biayanya
sama sekali fiktif (fictitious expense).
“Check Tampering adalah skema permainan melalui pemalsuan
cek”. Yang dipalsukan bisa tandatangan orang yang mempunyai
kuasa mengeluarkan cek, endorsemenya atau nama kepada siapa
cek dibayarkan, atau ceknya disembunyikan. Dalam contoh
terakhir, pegawai meminta dua buku cek dari bank yang diketahui
secara resmi hanya satu buku, sedangkan pengeluaran melalui buku
cek kedua dirahasiakan. Di Amerika Serikat, cek yang sudah
diuangkan, akan dikembalikan oleh bank kepada yang
mengeluarkan cek.
24
Register Disbursements adalah pengeluaran yang sudah masuk
dalam Cash register. Skema permainan melalui Register
Disbursements pada dasarnya ada dua, yakni false refunds
(pengembalian uang yang dibuat-buat) dan false voids (pembatalan
palsu).
3) Korupsi (Corruption)
Istilah korupsi (corruption) disini serupa tetapi tidak sama
dengan istilah korupsi dalam ketentuan perundang-undangan di
Indonesia. Jenis fraud ini paling sulit dideteksi karena menyangkut
kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi. Bentuk
corruption menurut Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) digambarkan dalam empat ranting, yakni conflicts of
interests, bribery, illegal gratitutes, dan economic extortion.
Cabang dan ranting yang menggambarkan fraud yang diberi label
“corruption” dapat dilihat di sisi kiri dari fraud tree.
Conflict of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai
dalam berbagai bentuk, diantaranya bisnis pelat merah atau bisnis
pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi
pemasok atau rekanan di lembaga-lembaga pemerintah dan di dunia
bisnis sekalipun.
“Kickback (secara harfiah berarti “tendangan balik”),
merupakan kondisi dimana si penjual meng-“ikhlaskan” sebagian
dari hasil penjualannya” yang diikhlaskannya itu bisa di atur di
25
muka atau diikhlaskan sepenuhnya kepada “keikhlasan” penjual.
Dalam hal terakhir, apabila penerima kickback menganggap
kickback yang diterimanya terlalu kecil maka ia akan mengalihkan
ke rekanan yang lebih “ikhlas” (memberi kickback yang lebih
tinggi).
Kickback berbeda dengan bribery. Dalam hal bribery
pemberinya tidak “mengorbankan” suatu penerimaan. Misalnya
apabila seseorang menyuap atau menyogok seorang penegak
hukum, ia mengharapkan keringanan hukuman. Dalam contoh
kickback tersebut, pemberinya menerima keuntungan materi. Dalam
hal kickback, si pembuat keputusan (atau yang dapat mempengaruhi
pembuat keputusan) dapat “mengancam” sang rekanan. Ancaman
ini bisa terselubung tetapi tidak jarang pula dilakukan secara
terbuka. Ancaman ini bisa merupakan pemerasan (economic
extortion).
“Illegal gratuities adalah pemberian atau hadiah yng merupakan
bentuk terselubung dari penyuapan”. Di Indonesia, illegal gratuities
dapat dilihat dalam bentuk hadiah perkawinan, hadiah ulangtahun,
hadiah perpisahan, hadiah kenaikan pangkat dan jabatan dan lain-
lain yang diberikan kepada pejabat.
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas adalah bahwa fraud
dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan yang ilegal untuk
memperkaya diri sendiri terhadap penipuan yang disengaja,
26
pelanggaran terhadap kepercayaan, merekayasa, menggelapkan
yang merubah suatu asset perusahaan secara tidak wajar untuk
kepentingan sendiri dengan tindakan yang bertentangan atau
melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang di dalam ataupun
diluar organisasi, dengan maksud mendapatkan keuntungan baik
secara individu maupun kelompok yang merugikan orang lain
dengan cara yang ilegal.
Menurut Vona (2008) dalam Suprajadi (2009), pelaku
kecurangan (fraud) dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok:
1. First-time offenders
Merupakan tipe pelaku tanpa latar belakang kriminal.
Pelaku memiliki tekanan dalam kehidupannya melewati batas
kapasitas penghasilannya atau pelaku merasionalisasi
perilakunya bahwa hal biasa jika melakukan penggelapan. Jika
fakor tekanan dan rasionalisasi melampaui faktor takut untuk
terdeteksi, maka seseorang akan mencari kelemahan
pengendalian internal atau kesempatan untuk melakukan
kecurangan.
2. Repeat offenders
Hasil statistik menunjukkan bahwa seseorang yang
melakukan kecurangan internal memiliki kecenderungan tinggi
untuk melakukan kecurangan lebih dari satu kali. Dalam hal
ini, faktor tekanan dan rasionalisasi akan kurang dominan
27
dibandingkan dengan tipe first-time offenders. Faktor
kesempatan akan menjadi pemicu untuk melakukan
kecurangan.
3. Organized crime groups
Kelompok kecurangan tipe ini termasuk kelompok
profesional, bisa juga secara individu, yang biasanya
melakukan kecurangan dengan tipe khusus.
4. Intenally committed for the perceived benefit of the
corporation.
Pelaku kecurangan biasanya pegawai yang percaya bahwa
tindakan kecurangan yang dilakukan adalah untuk kebaikan
perusahaan. Secara khusus, dominasi faktor tekanan dan
rasionalisasi terhadap kesempatan kondisinya sama seperti tipe
firts-time offender maupun repeat.
4. Kesesuaian Kompensasi
Kompensasi atau gaji adalah salah satu hal yang penting bagi setiap
karyawan atau pegawai yang bekerja dalam suatau perusahaan, karena
dengan gaji yang diperoleh seseorang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya tersebut. Pemberian kompensasi yang sesuai dengan kontribusi
yang diberikan karyawan kepada organisasi. Salah satu tujuan utama
manusia bekerja adalah untuk mendapatkan gaji atau kompensasi yang
berupa uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Gibson J.L
28
et al (1997) dalam Wilopo (2006) Pemberian kompensasi yang sesuai
kepada karyawan dapat memberikan kepuasan dan motivasi kepada
karyawan dalam bekerja, sehingga mendorong mereka untuk memberikan
yang terbaik bagi perusahaan tempat mereka bekerja.
Menurut Mangkunegara (2009) bahwa gaji atau kompensasi
melibatkan pertimbangan atau keseimbangan perhitungan. Kompensasi
merupakan sesuatu yang dipertimbangkan sebagai sesuatu yang sebanding.
Di dalam kepegawaian, hadiah yang berupa uang, merupakan kompensasi
yang diberikan pegawai sebagai penghargaan dari pelayanan mereka
terhadap pekerjaan. Selain itu, menurut Faisal (2013) mendefinisikan
kompensasi berdasarkan klasifikasinya, yang terdiri dari kompensasi tunai
(cash compensation), kompensasi kotor (gross compensation), dan
kompensasi bersih (net compensation). Kompensasi tunai adalah imbalan
dalam bentuk gaji, bonus tunai, dan insentif jangka pendek. Kompensasi
kotor adalah imbalan yang berbentuk biaya penggajian atas semua
keuntungan pegawai dan tunjangan baik total maupun kompensasi tunai.
Sementara kompensasi bersih adalah imbalan yang digunakan dengan
membandingkan imbalan yang dihitung setelah pajak.
Menurut Mangkunegara (2009) bahwa ada enam faktor yang
mempengaruhi kebijakan komopensasi, yaitu:
1) Faktor Pemerintah
Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuan standar
gaji minimal, pajak penghasilan, penetapan harga bahan baku, biaya
29
transportasi/angkutan, inflasi maupun devaluasi yang sangat
mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan kompensasi
pegawai.
2) Penawaran Bersama Antara Perusahaan dan Pegawai
Kebijakan dalam menetukan kompensasi dapat dipengaruhi pula
pada saat terjadinya tawar menawar mengenai besarnya upah yang
harus diberikan oleh perusahaan kepada pegawainya. Hal ini
terutama dilakukan oleh perusahaan dalam merekrut pegawai yang
mempunyai keahlian dalam bidang tertentu yang sangat dibutuhkan
di perusahaan.
3) Standar dan Biaya Hidup Pegawai
Kebijakan kompensasi perlu mempertimbangkan standar dan biaya
hidup minimal pegawai. Hal ini karena kebutuhan dasar pegawai
harus terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan dasar pegawai dan
keluarganya, maka pegawai akan merasa aman.
4) Ukuran Perbandingan Upah
Kebijakan dalam menentukan kompensasi dipengaruhi pula oleh
ukuran besar kecil perusahaan, tingkat pendidikan pegawai, masa
kerja pegawai. Artinya, perbandingan tingkat upah pegawai perlu
memperhatikan tingkat pendidikan, masa kerja, dan ukuran
perusahaan.
5) Permintaan dan Persediaan
Menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu
mempertimbangkan tingkat persedian permintaan pasar. Artinya,
30
kondisi pasar pada saat itu perlu dijadikan bahan pertimbangan
dalam menentukan tingkat upah pegawai.
6) Kemampuan Membayar
Menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu didasarkan pada
kemampuan perusahaan dalam membayar upah pegawai. Artinya,
jangan sampai menentukan kebijakan kompensasi diluar batas
kemampuan yang ada pada perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tindakan
kecurangan (fraud) dapat terjadi karena adanya tekanan bahwa pegawai
merasa kompensasi yang diterima tidak sesuai dengan pekerjaan yang
sudah dilakukan. Sehingga kesesuaian kompensasi sangat mempengaruhi
kinerja pegawai, dengan pemberian kompensasi yang sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai diharapkan dapat memebuat
pegawai merasa tercukupi sehingga akan meningkatkan kinerja pegawai
dan mengurangi tindakan kecurangan (fraud).Dari beberapa defenisi diatas
dapat disimpulkan bahwa kesesuaian kompensasi merupakan hasil kerja
atau balas jasa pegawai yang berwujud nominal (uang) yang diterima para
pegawai sebagai balas jasa atas kerja yang diberikannya terhadap
perusahaan sebagai timbal balik dari pekerjaan mereka. Kompensasi dapat
berperan dalam meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja lebih
efektif dan produktif, sebab kompensasi adalah alat untuk memenuhi
berbagai kebutuhan karyawan, sehingga tinggi rendahnya kompensasi
yang diberikan akan mempengaruhi kinerja dan kesetiaan karyawan.
31
5. Penegakan Hukum
Dalam arti luas proses penegakan hukum melibatkan semua subjek
hukum dalam setiap hubungan hukum. Ditinjau dari sudut subjeknya,
penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat
pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti
yang terbatas atau sempit. Menurut Asshiddiqie (2008) penegakan
hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam memastikan tegaknya
hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu
diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.
Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dengan
Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan
bersama Kepala Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemenrintahan Daerah (UU Pemda) Perda dibentuk dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan
tugas pembantuan serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas
daerah masing-masing.
32
Penegakan hukum dilandasi oleh nilai etik, moral dan spritual yang
memberi keteguhan komitmen. Penegakan hukum, dengan demikian
lebih dari sekadar menegakkan kebenaran formal, tetapi juga ditujukan
untuk mencari kebenaran materil yang diharapkan dapat mendekati
kebenaran yang bersifat hakiki. Tanggung jawab penegak hukum dengan
demikian bertumpu kepada sikap etis, moral dan spiritual.
Dari beberapa defenisi dapat dikatakan bahwa penegakan hukum
melibatkan semua objek dalam setiap hubungan hukum untuk menjamin
dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana
seharusnya dan untuk memastikan tegaknya sistem hukum tersebut
apabila diperlukan aparatur penegak hukum itu, diperkenankan untuk
menggunakan daya paksa dalam menjalankan suatu proses upaya
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku.
6. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi merupakan rasa identifikasi kepercayaan
terhadap nilai-nilai organisasi dan loyalitas keinginan untuk tetap
menjadi anggota organisasi yang bersangkutan yang dinyatakan oleh
seseorang pegawai terhadap organisasinya. Komitmen organisasi
meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan
tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian
tujuan.
33
Hal lain dikemukakan oleh Najahningrum (2013) komitmen
organisasi adalah individu yang memiliki keinginan untuk berbuat etis
terhadap organisasinya dengan tujuan agar terciptanya tujuan yang
diinginkan tidak lain semata-mata untuk kepentingan organisasi tersebut.
Komitmen organisasi merupakan tingkat kepercayan dan penerimaan
tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk
tetap ada di dalam organisasi tersebut.
Ikhsan & Ishak (2005) mengemukakan tiga komponen mengenai
komitmen organisasi, yaitu:
1) Komitmen kontinu (continuance commitment) muncul apabila
karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan
gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut
tidak menemukan pekerjaan lain. Dengan kata lain, karyawan tersebut
tinggal di organisasi itu karena dia membutuhkan organisasi tersebut.
2) Komitmen efektif (affectiive commitment) terjadi apabila karyawan
ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional
(emotional attchment) atau psikologis terhadap organisasi.
3) Komitmen normatif (normative commitment) timbul dari nilai-nilai diri
karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota suatu organisasi
karena memiliki kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi
merupakan hal yang memang seharusnya dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen
organisasi merupakan suatu pembenaran sikap mental individu yang
34
berkaitan dengan tingkat loyalitasnya terhadap organisasi maupun
perusahaan tempat individu tersebut bekerja. Pegawai yang memiliki
komitmen organisasi yang tinggi akan menaati aturan aturan yang ada
dalam perusahaan sehingga akan dapat menurunkan tingkat terjadinya
kecurangan (fraud).
7. Fraud di Sektor Pemerintahan
Fraud yang sering terjadi disektor pemerintahan adalah korupsi.
Secara umum korupsi adalah menyalahgunakan kepercayaan yang
diberikan pemilik untuk kepentingan pribadi. Korupsi pada level
pemerintahan daerah adalah dari sisi penerimaan, pemerasan uang suap,
pemberian perlindungan, pencurian barang-barang publik untuk
kepentingan pribadi (Adinda, 2015).
Tuanakotta (2010) mendefinisikan “korupsi adalah penyalahgunaan
wewenang pejabat untuk keuntungan pribadi”. Menurut Transparency
International dalam Sahetapy (2013) korupsi adalah perilaku pejabat
publik maupun politikus atau pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan
tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengan
dirinya, dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka.
. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan
bahwa pengertian korupsi mencakup perbuatan melawan hukum,
35
memperkaya diri, yang merugikan keuangan/perekonomian negara (pasal
2), menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat
merugikan keuangan/perekonomian negara (pasal 3), termasuk juga
penyuapan, penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan,
gratifikasi
Menurut Sahetapy (2013) korupsi sudah mewabah di Indonesia,
merajalela di hampir seluruh instansi publik, seluruh tingkatan di
pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Hampir tanpa rasa malu
lagi apabila yang bersangkutan tersangkut kasus korupsi. Bahkan pihak
swasta/non pemerintah turut andil dan bekerja sama dengan pegawai
pemerintah dalam tindak korupsi. Skandal korupsi di Indonesia bahkan
sudah dianggap hal yang biasa. Kasus korupsi di instansi pemerintah tidak
hanya melibatkan orang-orang yang mempunyai jabatan tinggi, tetapi
juga orang-orang yang berada di bawahnya, baik di pemerintah pusat
maupun daerah. Tindak korupsi yang sering dilakukan antara lain
penyuapan, manipulasi laporan keuangan, penghilangan/perusakan bukti
dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan negara. Tindakan fraud
ini biasanya dipicu oleh adanya kesempatan untuk melakukan
penyelewengan.
Skema fraud yang terjadi di entitas pemerintah cukup banyak dan
beragam, dari sumber BPKP (2004) dalam Najahningrum (2013)
menjabarkan secara rinci tindak kecurangan dalam APBN maupun
36
APBD, dari segi pengeluaran maupun pemasukan. Rangkumannya adalah
sebagai berikut:
Dari segi penerimaan:
1) Rendahnya anggaran penerimaan pajak, PBB, Bea Cukai,
retribusi dan pajak lainnya dibanding potensi yang tersedia.
2) Manipulasi restitusi pajak.
3) Laporan SPT pajak bulanan maupun tahunan yang tidak sesuai
dengan potensi pajak yang sesungguhnya.
4) Kesalahan pengenaan tarip pajak maupun bea.
5) Pembebasan pajak atas bahan baku impor tujuan ekspor tidak
sesuai data sesungguhnya.
6) Perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat /daerah
memperkecil data volume produksi pertambangan atau hasil alam.
7) Kontrak pembagian hasil atas tambang yang merugikan negara.
8) Penjualan aset pemerintah tidak berdasar harga wajar atau harga
pasar.
9) Penerimaan yang seharusnya masuk ke rekening kas negara,
namun masuk ke rekening atas nama pejabat atau perorangan,
meskipun pejabat tersebut pimpinan instansi yang bersangkutan,
namun cara ini berpotensi merugikan negara.
Dari segi pengeluaran:
1) Pengeluaran belanja/jasa atau perjalanan dinas barang fiktif.
2) Pembayaran ganda pejabat atau pegawai yang diperbantukan.
37
3) Penggelembungan (mark-up) harga, atau harga patokan terlalu
mahal dibandingkan harga pasar.
4) Pelaksanaan sistem tender, penunjukan rekanan dan atau
konsultan, persyaratan kualifikasi, dan lain-lain tidak sesuai
standar prosedur, atau sesuai prosedur tetapi hanya memenuhi
persyaratan formalitas.
5) Pekerjaan atau barang yang dihasilkan tidak sesuai spesifikasi.
6) Program bantuan sosial atau penanggulangan bencana yang salah
sasaran.
7) Biaya yang terlalu tinggi pada penunjukan konsultan keuangan,
akuntan, underwriter, dan penggunaan tenaga profesional lainnya
terkait dengan program pemerintah atau BUMN.
B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Fraud di Sektor
Pemerintahan
Banyak faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan
(fraud) di sektor pemerintahan, salah satu diantaranya adalah kesesuaian
kompensasi. Kesesuaian kompensasi adalah pendapat pegawai tentang
yang telah dipertimbangkan sebagai sesuatu yang sebanding dengan kata
lain bahwa kesesuaian kompensasi merupakan kecocokan dan kepuasan
karyawan/pegawai/pekerja atas apa yang diberikan instansi kepada
mereka baik berupa upah perjam maupun gaji secara periodik sebagai
38
balasan dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. Kecenderungan
kecurangan fraud yang terjadi di instansi atau organsisasi dimotivasi
karena adanya keinginan individu untuk memaksimalkan keuntungan
pribadi. Motivasi tindakan tersebut karena adanya ketidakpuasan
individu atas imbalan yang mereka peroleh dari pekerjaan yang mereka
kerjakan. Dengan adanya kesesuaian kompensasi yang sesuai dengan
yang diharapkan dapat membuat individu merasa tercukupi sehingga
individu tidak melakukan tindakan yang merugikan instansi atau
organisasi termasuk melakukan tindak kecurangan di sektor
pemerintahan.
Penelitian Adinda (2015) menunjukkan bahwa kesesuaian
kompensasi tidak berpengaruh terhadap fraud di sektor pemerintahan.
Sedangkan menurut penelitian Mustikasari (2013) menyatakan bahwa
kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadapa fraud di sektor
pemerintahan. Dengan pemberian kompensasi yang sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai diharapkan dapat memebuat
pegawai merasa tercukupi sehingga akan meningkatkan kinerja pegawai
dan mengurangi tindakan kecurangan (fraud). Karena apabila seorang
pegawai merasa kompensasi yang diterimanya tidak sesuai dengan apa
yang telah dikerjakan untuk perusahaan/instansi maka akan
mendorong/menekan seorang pegawai untuk melakukan kecurangan
(fraud) demi mendapatkan keuntungan pribadinya. Maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
39
H1: Kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap Fraud di sektor
pemerintahan.
2. Pengaruh Penegakan Hukum terhadap Fraud di Sektor
Pemerintahan
Dalam suatu instansi atau organisasi, apabila penegakan hukum
kurang efektif akan membuka peluang bagi pegawai untuk melakukan
pelanggaran yang bisa saja mengarah pada perilaku menyimpang, salah
satunya dengan melakukan kecurangan. Kecurangan secara umum
merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-
orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara
langsung merugikan pihak lain. Penegakan hukum merupakan bentuk
tindakan nyata oleh subjek hukum kepada hukum yang berlaku yaitu
dengan menaati hukum yang ada disuatu negara. Kebanyakan masyarakat
mengerti tentang hukum, tetapi tidak mematuhinya. Jadi dalam hal ini
dibutuhkan kesadaran masyarakat. Kesadaran masyarakat akan timbul
bila penegakan hukum dapat berjalan dengan semestinya.
Penelitian Aditya (2013) menunjukkan bahwa penegakan hukum
tidak berpengaruh terhadap fraud di sektor pemerintahan. Sedangkan
menurut penelitian Faisal (2013) menyatakan bahwa penegakan hukum
berpengaruh negatif terhadap fraud di sektor pemerintahan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tegak penegakan hukum
dalam suatu instansi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) yang
40
terjadi juga akan semakin rendah. Penegakan hukum yang baik
diharapkan dapat mengurangi fraud disektor pemerintahan. Maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2: Penegakan hukum berpengaruh terhadap Fraud di sektor
pemerintahan
3. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Fraud di Sektor
Pemerintahan
Komitmen organisasi merupakan suatu kesetiaan atau loyalitas
pegawai terhadap instansi tempat bekerja. Komitmen tersebut dapat
terwujud apabila individu dalam organisasi menjalankan hak dan
kewajiban mereka sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing
dalam organisasi. Selain itu, komitmen organisasi juga dapat
mengarahkan seorang pegawai dalam melakukan berbagai tindakan.
Penelitian Pristiyanti (2012) menunjukkan bahwa komitmen
organisasi berpengaruh negatif terhadap fraud di sektor pemerintahan.
Sedangkan menurut penelitian Chandra (2015) menyatakan bahwa
komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap fraud di sektor
pemerintahan.
Pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi
berarti telah memahami bahwa ketika bekerja, tujuannya adalah
kepentingan organisasi bukan untuk kepentingan dirinya sendiri.
Kecurangan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan pegawai
41
untuk kepentingan nya sendiri. Dengan demikian, komitmen organisasi
dapat menurunkan tingka terjadinya fraud di sektor pemerintahan.
H3: Komitmen organisasi berpengaruh terhadap Fraud di sekor
pemerintahan.
42
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(terdahulu)
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Mustika,
Hastuti,
Heriningsih
(2016)
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Kecenderungan
Kecurangan (Fraud):
Persepsi Pegawai Dinas
Kabupaten Way Kanan
Lampung
Variabel
kesesuaian
kompensasi
menggunakan
metode purposive
sampling, pengukuran variabel
menggunakan skala
Likert.
Tidak terdapat
variabel komitmen
organisasi terhadap
fraud di sektor
pemerintahan
Asimetri informasi, keefektifan
pengendalian internal, kesesuaian
kompensasi tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Terdapat pengaruh negatif penegakan
peraturan terhadap kecenderungan (fraud).
Terdapat pengaruh positif perilaku tidak
etis terhadap kecenderungan (fraud).
2 Adi,
Ardiyani,
Ardianingsih
(2016)
Analisis Faktor-Faktor
Penentu Kecurangan
(Fraud) Pada Sektor
Pemerintahan (Studi Kasus
Pada Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kota
Pekalongan).
Variabel
kesesuaian
kompensasi dan
komitmen
organisasi,
menggunakan
metode purposive
sampling,
Menggunakan
variabel efektivitas
pengendalian
internal, asimetri
informasi, keadilan
prosedural, dan
budaya etis
organisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh tidak signifikan antara
penegakan hukum, Efektifitas
pengendalian internal, Kesesuaian
kompensasi, keadilan
prosedural dan budaya etis organisasi
terhadap kecurangan(fraud) disektor
pemerintahan. Tetapi pada variabel
asimetri informasi dan Komitmen
organisasi berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan.
Bersambung pada halaman berikutnya
43
Tabel 2.1(Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(terdahulu)
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Adebisi,
Gbegi
(2015)
Analysis Of Fraud
Detection And Prevention
Strategies In The Nigerian
Public Sector
Menggunakan
analisis varians
(ANOVA) dalam
pengujian hipotesis
dengan bantuan
SPSS.
Tidak terdapat
variabel
kesesuaiann
kompensasi,
penegakan hukum,
dan komitmen
organisasi terhadap
fraud di sektor
pemerintahan
Terdapat pengaruh positif dan signifikan
hubungan antara kebijakan manajemen
terhadap fraud di sektor publik Nigeria
4 Adinda,
Ikhsan
(2015)
Faktor yang
mempengaruhi terjadinya
kecurangan (fraud) di
sektor pemerintahan
Kabupaten Klaten
Variabel Persepsi
kesesuaian
kompensasi,
penegkan hukum
dan komitmen
organisasi
Pengukuran
variabel
menggunakan
skala Likert.
Menggunakan
analisis data
dengan analisis full
model Structural
Equation Modeling
(SEM).
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh
negatif antara keefektifan pengendalian
internal, kultur organisasi, keadilan
prosedural, dan komitmen organisasi
dengan kecurangan (fraud) di sektor
pemerintahan, terdapat pengaruh positif
antara keadilan distributif dengan
kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan,
tidak terdapat pengaruh antara kesesuaian
kompensasi dan penegakan peraturan
dengan kecurangan (fraud) di sektor
pemerintahan.
Bersambung pada halaman berikutnya
44
Tabel 2.1(Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(terdahulu)
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5 Sulastri &
Simanjuntak
Binsar
(2014)
Fraud pada sektor
pemerintah berdasarkan
Faktor keadilan
kompensasi, sistem
pengendalian internal, dan
etika organisasi
pemerintah
(studi empiris dinas
pemerintah provinsi DKI
Jakarta)
Pengujian hipotesis
menggunakan
SPSS. Data yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah data primer,
melalui penyebaran
kuesioner.
Tidak terdapat
variabel penegakan
hukum, dan
komitmen
organisasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel
keadilan kompensasi dan system
pengendalian internal memiliki pengaruh
negatif terhadap fraud di sektor
pemerintahan. Variabel etika organisasi
tidak memiliki pengaruh terhadap fraud di
sektor pemerintahan.
6 Pramudita
(2013)
Analisis Fraud di Sektor
Pemerintahan Kota
Salatiga
Variabel Persepsi
kesesuaian
kompensasi,
penegkan hukum
dan komitmen
organisasi
Pengukuran
variabel
menggunakan
skala Likert.
Menggunakan
analisis data
dengan analisis full
model Structural
Equation Modeling
(SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh negatif antara gaya
Kepemimpinan, keefektifan pengendalian
internal, kesesuaian kompensasi, budaya
etis organisasi dengan fraud di sektor
pemerintahan, tidak terdapat pengaruh
antara komitmen organisasi, penegakan
hukum dengan fraud di sektor
pemerintahan.
Bersambung pada halaman berikutnya
45
Tabel 2.1(Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(terdahulu)
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7 Muhammad
Faisal
(2013)
Analisis fraud di sektor
pemerintahan
Kabupaten kudus
Variabel
kesesuaian
kompensasi dan
komitmen
organisasi.
Menggunakan
analisis data
dengan analisis full
model Structural
Equation Modeling
(SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh negatif antara
sistem pengendalian internal, gaya
kepemimpinan, komitmen organisasi,
penegakan hukum terhadap fraud di sektor
pemerintahan; terdapat pengaruh positif
antara perilaku tidak etis terhadap fraud di
sektor pemerintahan; dan tidak terdapat
pengaruh antara kepuasan akan gaji dan
kultur organisasi terhadap fraud di sektor
pemerintahan.
8 Mustikasari
(2013)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Fraud di
Sektor Pemerintahan
Kabupaten Batang
Variabel
Komitmen
Organisasi
pengukuran
variabel dengan
menggunakan
skala likert.
Tahap penentuan
sampel dengan
menggunakan
teknik convenience
sampling
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh
negatif antara penegakan hukum/peraturan,
keefektifan pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi, budaya etis
manajemen, dan komitmen organisasi
dengan kecurangan (fraud) di sektor
pemerintahan. Terdapat pengaruh positif
antara asimetri informasi dengan
kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan.
Tidak terdapat pengaruh antara keadilan
prosedural dengan kecurangan (fraud) di
sektor pemerintahan.
46
D. Kerangka Pemikiran
Gambaran menyeluruh penelitian ini mengenai Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Terjadinya Fraud di Sektor Pemerintahan (Studi Pada SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah) Pemerintahan Daerah Kabupaten Luwu Timur)
Gambar 2.3
Skema Kerangka Pemikiran
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud Di Sektor
Pemerintahan (Studi Pada SKPD Kabupaten Luwu Timur)
Maraknya Kecurangan (Fraud) yang dilakukan oleh Aparatur Pemerintah
Daerah
Kesesuaian Kompensasi
(X1)
Penegakan Hukum (X2)
Komitmen Organisasi
(X3)
Fraud di Sektor
Pemerintahan (Y)
Model: Regresi Linear Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau
lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel independen, yaitu
kesesuaian kompensasi, penegakan hukum dan komitmen organisasi terhadap
variabel dependen yaitu fraud di sektor pemerintahan. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pegawai tetap/pegawai negeri sipil (PNS) yang
bekerja pada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kabupaten Luwu
Timur.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pegawai tetap/pegawai negeri sipil
(PNS) yang bekerja di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kabupaten
Luwu Timur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Metode purposive sampling adalah teknik
pemilihan sampel dimana tidak dilakukan generalisasi terhadap sampel yang
diambil. Teknik purposive sampling lebih digunakan pada penelitian–
penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi
dalam menentukan sampel penelitian. Metode purposive sampling dengan
kriteria yaitu pegawai tetap / pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di
48
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Pemerintahan Kabupaten Luwu
Timur.
Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut:
1) Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di lingkungan Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Luwu Timur.
2) Memiliki Masa Kerja sekurang-kurangnya 1 tahun pada SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) yang bersangkutan.
3) Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada bagian keuangan dan/atau
pelaporan keuangan serta laporan pertanggungjawaban.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua cara,
yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Berikut penjelasannya:
a. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh informasi yang berkaitan dengan topik yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, website resmi, dan perangkat
lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian diperoleh melalui penelitian lapangan, penelitian
memperoleh data langsung dari pihak pertama (primer). Data primer
merupakan sumber penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli, tidak melalui perantara. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode survey yaitu dengan cara mengirimkan kusioner
kepada kantor SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang berada di
49
Kabupaten Luwu Timur secara langsung, agar dapat diterima langsung
oleh subjek penelitian yaitu pegawai subbagian keuangan. Data primer
diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur
dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari pegawai yang bekerja
di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) subbagian keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur sebagai responden dalam
penelitian.
D. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini
menggunakan lebih dari dua variabel independen, dengan metode analisis
data yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple linear
regression). Metode analisis data dalam penelitian ini adalah uji kualitas data
dengan menggunakan metode kuantitatif diharapkan akan didapatkan hasil
pengukuran yang lebih akurat tentang respon yang diberikan responden,
sehingga data yang berbentuk angka tersebut dapat diolah dengan
menggunakan metode staistik.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan
cara menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan dalam kondisi
sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum dan
generalisasi. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
50
maksimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan
distribusi). Disamping itu juga digunakan untuk menyimpulkan dan
mempresentasikan karakteristik dari data yang digunakan (Ghozali,
2016).
2. Uji Kualitas Data
Untuk menguji kualitas data yang diperoleh dari kusioner yang
disebarkan, maka diperlukan uji realibilitas dan validitas. Terdapat dua
jenis uji kualitas data yang dilakukan dalam penelitian ini:
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2016). Pengujian validitas
dalam penelitian ini menggunakan pearson correlation yaitu dengan
cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-
pertanyaan. Apabila pearson correlation yang didapat memilki nilai
dibawah 0,05 berarti data yang diperoleh valid.
b. Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk, suatu kuesioner
dikatakan realiabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
51
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2016).
Ghozali (2016) menyebutkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat
dilkukan dengan dua cara, yaitu:
a) Reapted Measure atau pengukuran ulang, disini seseorang akan
disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan
kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.
b) One Shot atau pengukuran sekali, disini pengukuran hanya
dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain, atau mengukur korelasi antar jawaban
pertanyaan. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan
pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan andal
jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70.
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti
melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas, dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas
(Independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel-variabel independent. . Apabila variabel
52
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai
korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolinearitas di dalam
model regresi, yaitu:
a) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya multikolonieritas.
b) Multikoloniaritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas
adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
Regresi bebas dari masalah multikoloniaritas jila nilai Tolerance
> 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2016).
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya
memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Kalau asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil. Adapun dua cara untuk mendeteksi
53
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji
statistik dan analisis grafik. (Ghozali, 2016).
Dalam penelitian ini menggunakan analisi grafik yang dilakukan
dengan melihat melihat jika data menyebar disekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Sedangkan jika data menyebar jauh dari diagonal
dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram
tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2016).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamaan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas (Ghozali, 2016).
Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dengan
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola
tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
54
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen (terikat) terhadap satu atau lebih
variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk
mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai-nilai variabel
dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali,
2016). Dalam upaya menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka
digunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression). Analisis
regresi linear berganda berguna untuk meramalkan pengaruh dua variabel
prediktor atau lebih terhadap satu variabel atau untuk membuktikan ada
atau tidaknya hubungan fungsional antara dua buah variabel bebas (X)
atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y), dalam penelitian ini
dirumuskan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Keterangan :
Y = Fraud di Sektor Pemerintahan
α = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien arah regresi
X1 = Kesesuaian Kompensasi
X2 = Penegakan Hukum
X3 = Komitmen Organisasi
e = Kesalahan Penganggu (error)
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
55
5. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik
terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi berganda, uji statistik
ini meliputi:
a. Koefisian Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independent menjelaskan variabel
dependent dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada
table model summary dan tertulis Adjusted R Square.
Nilai Adjusted R2 sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependent
seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independent dan tidak ada
faktor lain yang dapat menyebabkan fluktuasi variabel dependent,
jika nilai Adjusted R2 berkisar antara 0 sampai 1 berarti semakin kuat
kemampuan variabel independent dapat menjelaskan fluktuasi
variabel dependent (Ghozali, 2016).
b. Uji F (Uji Simultan)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel
dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada table
ANOVA. Untuk mengetahui hubungan variabel independent secara
bersamasama (simultan) terhadap variabel dependen, maka
digunakan tingkat signifikan sebesar 0,05, jika nilai probability F
lebih besar dari 0,05, maka model regresi tidak dapat digunakan
56
untuk memprediksi variabel dependent, dengan kata lain variabel
independent secara bersama berpengaruh terhadap variabel
dependent. Sebaliknya jika nilai probability F lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel
independent atau dengan kata lain variabel independent secara
bersama tidak berpengaruh terhadap variabel dependent (Ghozali,
2016).
c. Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-
masing variabel independent secara individual terhadap variabel
dependent. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance
level 0,05 (α=5%). Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada
table coefficients.
Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t
hitung > t tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima. Hal ini ditandai
nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha. Artinya suatu
variabel independen mempunyai pengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen. Dan sebaliknya, jika t hitung < t tabel maka H0
diterima atau Ha ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi
akan lebih besar dari nilai alpha. Artinya suatu variabel independen
tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2016).
57
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Kesesuaian kompensasi (X1)
Hasil kerja atau balas jasa pegawai yang berwujud nominal (uang)
yang diterima para pegawai sebagai balas jasa atas kerja yang
diberikannya terhadap perusahaan sebagai timbal balik dari pekerjaan
mereka. Kompensasi dapat berperan dalam meningkatkan motivasi
karyawan untuk bekerja lebih efektif dan produktif, sebab kompensasi
adalah alat untuk memenuhi berbagai kebutuhan karyawan, sehingga
tinggi rendahnya kompensasi yang diberikan akan mempengaruhi kinerja
dan kesetiaan karyawan.
Salah satu faktor yang mepengaruhi fraud di sektor pemerintahan
adalah kesesuaian kompensasi. Karena dengan adanya tekanan bahwa
pegawai merasa kompensasi yang diterima tidak sesuai dengan pekerjaan
yang sudah dilakukan. Sehingga kesesuaian kompensasi sangat
mempengaruhi kinerja pegawai, dengan pemberian kompensasi yang
sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai diharapkan dapat
58
memebuat pegawai merasa tercukupi sehingga akan meningkatkan
kinerja pegawai dan mengurangi tindakan kecurangan (fraud). Variabel
ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan oleh Gibson
(1997) dalam Wilopo (2006).
Variabel ini diukur berdasarkan skala interval (likert) yaitu, skala
pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat, dan jarak construct
yang diukur. Dan juga mengukur jarak antara yang satu dengan yang
lain. Dalam variabel ini terdapat 6 (enam) pertanyaan. Berdasarkan skala
interval 1 sampai 5, Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai
(5) sangat setuju, (4) setuju, (3) netral, (2) tidak setuju, dan (1) sangat
tidak setuju.
2. Penegakan hukum (X2)
Penegakan hukum melibatkan semua objek dalam setiap hubungan
hukum untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum
berjalan sebagaimana seharusnya dan untuk memastikan tegaknya sistem
hukum tersebut apabila diperlukan aparatur penegak hukum itu
diperkenankan untuk menggunakan daya paksa dalam menjalankan suatu
proses upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara
nyata sebagai pedoman perilaku.
Keuangan daerah menurut PP No. 58 tahun 2005 adalah semua hak
dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah
tersebut. Untuk itu setiap instansi yang berkaitan dengan pengelolaan
59
keuangan daerah, dalam melaksanakan tugasnya harus mematuhi
peraturan daerah yang disusun berdasarkan visi dan misi daerah tersebut.
Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan
olehSulastri (1997) dalam Faisal (2013) . Variabel ini diukur berdasarkan
skala interval (likert) yaitu, skala pengukuran yang menyatakan kategori,
peringkat, dan jarak construct yang diukur. Dan juga mengukur jarak
antara yang satu dengan yang lain. Dalam variabel ini terdapat 5 (lima)
pertanyaan. Berdasarkan skala interval, 1 sampai 5, Jawaban yang
didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (5) sangat setuju, (4) setuju, (3)
netral, (2) tidak setuju, dan (1) sangat tidak setuju.
3. Komitmen Organisasi (X3)
Suatu pembenaran sikap mental individu yang berkaitan dengan
tingkat loyalitasnya terhadap organisasi maupun perusahaan tempat
individu tersebut bekerja. Pegawai yang memiliki komitmen organisasi
yang tinggi akan menaati aturan aturan yang ada dalam perusahaan
sehingga akan dapat menurunkan tingkat terjadinya kecurangan (fraud).
Variabel ini juga diukur dengan mengadopsi instrument dari Mowday
(1997) dalam Kartika (2010). Variabel ini diukur berdasarkan skala
interval (likert) yaitu, skala pengukuran yang menyatakan kategori,
peringkat, dan jarak construct yang diukur. Dan juga mengukur jarak
antara yang satu dengan yang lain. Dalam variabel ini terdapat 9
(sembilan) pertanyaan.Berdasarkan skala interval, 1 sampai 5, Jawaban
yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (5) sangat setuju, (4) setuju, (3)
netral, (2) tidak setuju, dan (1) sangat tidak setuju.
60
4. Fraud di sektor pemerintahan(Y)
Fraud di sektor pemerintahan adalah persepsi pegawai di instansi
pemerintahan mengenai kecurangan akuntansi yang sering terjadi di
sektor pemerintahan.Fraud yang sering terjadi disektor pemerintahan
adalah korupsi. Secara umum korupsi adalah menyalahgunakan
kepercayaan yang diberikan pemilik untuk kepentingan pribadi. Korupsi
pada level pemerintahan daerah adalah dari sisi penerimaan, pemerasan
uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-barang publik
untuk kepentingan pribadi.
Variabel ini juga diukur dengan mengadopsi instrument dari Mustika,
et al, (2015)yang dikembangkan oleh peneliti dariACFE. Variabel ini
diukur berdasarkan skala interval (likert) yaitu, skala pengukuran yang
menyatakan kategori, peringkat, dan jarak construct yang diukur dan juga
mengukur jarak antara yang satu dengan yang lain. Dalam variabel ini
terdapat 9 (sembilan) pertanyaan. Berdasarkan skala interval, 1 sampai 5,
Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (5) sangat setuju, (4)
setuju, (3) netral, (2) tidak setuju, dan (1) sangat tidak setuju.
61
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
1 Kesesuaian
Kompensasi
(X1)
(Gibson ,
1997)dalam
(Wilopo ,
2006)
1. Kompensasi
keuangan
2. Pengakuan suatu
instansi atas
keberhasilan dalam
melaksanakan
pekerjaan
3. Promosi
4. Penyelesaian Tugas
5. Tugas yang
menantang
6. Memaksimalkan
kemampuan,
pengetahuan dan
keahlian di
bidangnya.
1
2
3
4
5
6
Interval
2 Penegakan
Hukum (X2)
(Sulastri 1997)
dalam (Faisal,
2013)
1. Proses penegakan
hukum
2. Proses penegakan
hukum selesai tepat
waktu
3. Putusan hukum
sesuai dengan
aturan yang berlaku
4. Aturan hukum
dalam instansi
5. Ketaatan terhadap
hukum
7
8
9
10
11
Interval
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
62
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
3 Komitmen
Organisasi
(X3)
(Moeday,
1997) dalam
(Kartika,
2010)
1. Bekerja melihat target
2. Membanggakan
organisasi kepada
orang lain
3. Menerima semua tugas
4. Kesamaan nilai
5. Bangga menjadi bagian
organisasi
6. Organisasi merupakan
inspirasi
7. Senang memilih
bekerja pada organisasi
8. Organisasi sebagai
tempat kerja terbaik
9. Peduli pada nasib
organisasi
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Interval
4 Fraud Di
Sektor
Pemerintahan
(Y)
ACFE dalam
(Mustika et
al, 2016)
1. Kecurangan laporan
keuangan
2. Penyalahgunaan aset
3. Korupsi
21, 22, 23
24, 25, 26
27, 28, 29
Interval
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap pegawai negeri sipil (PNS) yang
bekerja di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada di wilayah
Kabupaten Luwu Timur. Pegawai negeri sipil yang berpartisipasi dalam
penelitian ini meliputi kasubag keuangan, bendahara dan staf.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung seperti dengan cara mendatangi responden serta
secara tidak langsung mealalui perantara kepada responden yang bekerja
pada SKPD Kabupaten Luwu Timur. Penyebaran serta pengambilan
kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 6 Maret 2017 hingga 11 April 2017.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 20 SKPD dari keseluruhan
SKPD yang berada di Kabupaten Luwu Timur. Kuesioner yang di
sebarkan sebanyak 125 buah dan jumlah kuesioner yang kembali 102 atau
81,6%, Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 23 buah atau 18,4%, hal
ini mengkin dikarenakan waktu penyebaran kuesioner yang kurang tepat.
Kuesioner yang dapat di olah berjumlah 80 buah atau 64%, sedangkan
kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria sebagai
sampel dan tidak terisi secara lengkap oleh responden sebanyak 22 buah
atau 17,6%. Gambaran mengenai data sampel disajikan pada table 4.1.
64
Table 4.1
Data Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Presentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 125 100%
2. Jumlah kuesioner yang kembali 102 81,6%
3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 23 18,4%
4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat
diolah
22 17,6%
5. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 80 64%
Sumber: Data primer yang diolah
Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini dapat
dilihat dalam table 4.2.
Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian
No Nama Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD
Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
1 Dinas Komunikasi dan
Informatika
6 6
2 Dinas Sosial, Pemberdayaan
Perempuan, dan Masyarakat
6 5
3 Dinas Pekerjaan Umum Dan
Tata Ruang
10 9
4 Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
5 5
5 Dinas Kesehatan 6 6
6 Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
3 3
7 Dinas Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil,dan Menengah
5 5
8 Dinas Lingkungan Hidup 7 4
Sumber: Data primer yang diolah
65
Tabel 4.2 Lanjutan
No Nama Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD
Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
9 Dinas Pariwisata, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
6 6
10 Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan
3 3
11 Dinas Perhubungan 7 6
12 Dinas Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
5 4
13 Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Dan Desa
6 6
14 Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman dan Pertanahan
5 3
15 Dinas Pendidikan 6 6
16 Dinas Pertanian 9 0
17 Dinas Transmigrasi Tenaga
Kerja dan Perindustrian.
10 9
18 Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya
Manusia
3 2
19 Badan Penanggulangan Bencana
Daerah
7 6
20 Badan Pengelolan Keuangan
Daerah
10 8
Sumber: Data primer yang diolah
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang bekerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
berwenang dan bertanggung jawab pada penggunaan dana yang
dianggarkan, pelaksanaan akuntansi, yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan laporan pertanggumgjawaban, dan telah memiliki masa
kerja sekurang-kurangnya 1 tahun pada SKPD yang bersangkutan. Berikut
ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri
66
dari jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, jabatan, dan masa kerja
responden.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki
Perempuan
Total
42
38
80
18.6
16.8
35.4
52.5
47.5
100.0
52.5
100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 42 orang atau 52,5%
responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dan sisanya sebesar
38 orang atau 47,5% responden berjenis kelamin perempuan.
b. Deskripsi responden berdasarkan usia
Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan usia.
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 25 - 30 Tahun 10 4.4 12.5 12.5
31 - 40 Tahun 34 15.0 42.5 55.0
41- 50 Tahun 24 10.6 30.0 85.0
> 50 Tahun 12 5.3 15.0 100.0
Total 80 35.4 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
67
Table 4.4 menunjukkan responden yang bekerja pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah sebesar 12,5% berusia 25-30 tahun, sebesar 15,0% di
atas 50 tahun, dan yang berusia 41-50 tahun sebesar 30,0%. Mayoritas
responden yang bekerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
berusia 31-40 tahun atau 42,5%.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.5 menyajikan hasil iji deskripsi responden berdasarkan
pendidikan terakhir.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 14 6.2 17.5 17.5
S1 62 27.4 77.5 95.0
S2 4 1.8 5.0 100.0
Total 80 35.4 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan table 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 62
responden atau 77,5%. Sisanya sebesar 17,5% atau sebanyak 14 orang
berpendidikan terakhir Diploma III (D3) dan sebesar 5,0% atau
sebanyak 4 orang berpendidikan terakhir Strata Dua (S2).
d. Karakteristik responden Berdasarkan Jabatan Terakhir
Tabel 4.6 berikut menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jabatan terakhir.
68
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan Terakhir
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Kasubag
Keuangan
16 5.3 20.0 20.0
Bendahara 18 5.9 22.5 42.5
Staf Keuangan 46 15.2 57.5 100.0
Total 80 26.4 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden sebanyak 46 orang atau sebesar 57,5% menduduki jabatan
sebagai staf keuangan, sebanyak 18 orang atau sebesar 22,5%
menduduki jabatan sebagai bendahara, sebanyak 16 orang atau sebesar
20,0% menduduki jabatan sebagai kasubag keuangan. Hal tersebut
mungkin dikarenakan semakin tinggi jabatan pegawai negeri sipil di
satuan kerja perangkat daerah, semakin tinggi pula tingkat
kesibukannya, sehingga responden dalam penelitian ini didominasi oleh
staf keuangan.
e. Karakteristik responden berdasakan masa kerja
Tabel 4.7 berikut ini adalah menyajikan hasil uji deskriptif
responden berdasarkan masa kerja.
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 - 5 Thn 10 4.4 12.5 12.5
5 - 10 Thn 38 16.8 47.5 60.0
>10 Thn 32 14.2 40.0 100.0
Total 80 35.4 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
69
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden sebanyak 47,5% atau sekitar 38 pegawai negeri sipil
memiliki masa kerja 5-10 tahun, sisanya sebanyak 40,0% atau 32
pegawai negeri sipil memiliki masa kerja >10 tahun dan sebanyak
12,5% atau 10 pegawai negeri sipil memiliki pengalaman kerja 1-5
tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Varaibel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi
kesesuaian kompensasi, penegakan hukum, komitmen organisasi dan
fraud di sektor pemerintahan akan diuji secara statistik deskriptif seperti
yang terlihat dalam tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
KK 80 17.00 29.00 24.0625 2.82101
PH 80 13.00 25.00 19.7875 2.28198
KO 80 18.00 45.00 34.4500 4.96035
FSP 80 9.00 36.00 17.2875 5.54428
Valid N
(listwise)
80
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel kesesuaian kompensasi
jawaban minimum responden sebesar 17,00 dan maksimum sebesar 29,00
dengan rata-rata total jawaban 24.0625 dan standar deviasi sebesar
2.82101. Variabel penegakan hukum jawaban minimum responden sebesar
70
13,00 dan maksimum sebesar 25,00 dengan ratra-rata total jawaban
19.7875 dan standar deviasi sebesar 2.28198. Variabel komitmen
organisasi jawaban minimum responden sebesar 18,00 dan maksimum
sebesar 45,00 dengan rata-rata total jawaban 34.4500 dan standar deviasi
sebesar 4.96035 Sedangkan, pada variabel fraud di sektor pemerintahan
jawaban minimum responden sebesar 9,00 dan maksimum sebesar 36,00
dengan rata-rata total jawaban 17.2875 dan standar deviasi sebesar
5.54428. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa, semakin kecil standar deviasi maka data tersebut lebih
bagus dari pada yang memiliki standar deviasi yang besar, apabila standar
deviasi suatu data tersebut kecil maka hal tersebut menunjukkan data-data
tersebut berkumpul disekitar rata-rata hitungnya. Jika nilai standar deviasi
jauh lebih besar dibandingkan nilai mean, maka nilai mean merupakan
representasi yang buruk dari keseluruhan data. Sedangkan jika nilai
standar deviasi sangat kecil dibandingkan nilai mean, maka nilai mean
dapat digunakan sebagai representasi dari keseluruhan data.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05. Tabel berikut menunjukkan hasil uji
validitas dari empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
71
yaitu kesesuaian kompensasi (KK), penegakan hukum (PH),
komitmen organisasi (KO), dan fraud di sektor pemerintahan (FSP)
dengan 80 sampel responden.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas kesesuaian kompensasi
Nomor Butir
Pertanyaan
Person
Corelation
Sig (2-
Tailed)
Keterangan
1 (KK1) 0,748** 0,000 Valid
2 (KK2) 0,711** 0,000 Valid
3 (KK3) 0,686** 0,000 Valid
4 (KK4) 0,594** 0,000 Valid
5 (KK5) 0,509** 0,000 Valid
6 (KK6) 0,572** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan variabel kesesuaian kompensasi
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Penegakan Hukum
Nomor Butir
Pertanyaan
Person
Corelation
Sig (2-
Tailed)
Keterangan
1 (PH1) 0,738** 0,000 Valid
2 (PH2) 0,759** 0,000 Valid
3 (PH3) 0,685** 0,000 Valid
4 (PH4) 0,512** 0,000 Valid
5 (PH5) 0,709** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan variabel penegakan hukum mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikan
lebih kecil dari 0,05.
72
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Komitmen Organisasi
Nomor Butir
Pertanyaan
Person
Corelation
Sig (2-
Tailed)
Keterangan
1 (KO1) 0,423** 0,000 Valid
2 (KO2) 0,794** 0,000 Valid
3 (KO3) 0,641** 0,000 Valid
4 (KO4) 0,740** 0,000 Valid
5 (KO5) 0,762** 0,000 Valid
6 (KO6) 0,680** 0,000 Valid
7 (KO7) 0,753** 0,000 Valid
8 (KO8) 0,802** 0,000 Valid
9 (KO9) 0,621** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan variabel komitmen organisasi
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Fraud di Sektor Pemerintahan
Nomor Butir
Pertanyaan
Person
Corelation
Sig (2-
Tailed)
Keterangan
1 (FSP1) 0,622** 0,000 Valid
2 (FSP2) 0,790** 0,000 Valid
3 (FSP3) 0,816** 0,000 Valid
4 (FSP4) 0,839** 0,000 Valid
5 (FSP5) 0,805** 0,000 Valid
6 (FSP6) 0,800** 0,000 Valid
7 (FSP7) 0,713** 0,000 Valid
8 (FSP8) 0,824** 0,000 Valid
9 (FSP9) 0,601** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan variabel fraud di sektor pemerintahan
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05.
73
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji realibilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen
penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika
nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,70. Tabel 4.13 menunjukkan
hasil uji reliabilitas untuk empat (4) variabel penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach’s
Alpha Keterangan
1 Kesesuaian Kompensasi 0,711 Reliabel
2 Penegakan Hukum 0,717 Reliabel
3 Komitmen Organisasi 0,864 Reliabel
4 Fraud di Sektor Pemerintahan 0,901 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
kesesuaian kompensasi sebesar 0,711, penegakan hukum sebesar
0,717, komitmen organisasi sebesar 0,864, dan fraud di sektor
pemerintahan sebesar 0,901. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai
nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,70. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu
memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu
diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relativ sama dengan
jawaban sebelumnya.
74
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Fcator (VIF)
dan tolerance serta besaran korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolonieritas
Model Colinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
KK .653 1.532
PH .575 1.739
KO .744 1.345
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.14 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
masing-masing variabel bebas yang lebih besar dari 0,1 dan hasil
penghitungan VIF juga menunjukkan bahwa nilai VIF masing-
masing variabel bebas kurang dari 10, yang ditunjukkan dengan
nilai tolerance untuk kesesuaian kompensasi 0,653, penegakan
hukum 0,575, dan komitmen organisasi 0,744 serta VIF 1.532,
1.739 dan 1.345. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
model persamaan regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat
digunakan dalam penelitian ini. Artinya tidak ditemukan adanya
korelasi antara variabel bebas yang di uji dalam penelitian ini.
b. Uji Normalitas
75
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan
pada gambar berikut ini.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer yang diolah
76
Pada gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data
yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi
asumsi normalitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.3 grafik scatterplot menunjukkan bahwa
data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan
tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut.
77
Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk
memprediksi fraud di sektor pemerintahan berdasarkan variabel
yang mempengaruhinya, yaitu kesesuaian kompensasi, penegakan
hukum, dan komitmen organisasi.
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi
Pada penelitian ini pengujian koefisien determinasi (Adjusted
R2) dilakukan untuk mengukur variabel independen yaitu
kesesuaian kompensasi, penegakan hukum, dan komitmen
organisasi dalam menerangkan variabel dependen. Adapun hasil
koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .325a .106 .071 5.345
a. Predictors: (Constant), Komitmen Organisasi, Kesesuaian Kompensasi,
PenegakanHukum
b.Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel 4.15 diatas diketahui bahwa nilai Adjusted R Square
sebesar 7,1%. Hal ini berarti bahwa sebesar 7,1% variabel
dependen atau Fraud di sektor pemerintahan dipengaruhi oleh
variabel independen yaitu kesesuaian kompensasi, penegakan
78
hukum, dan komitmen organisasi secara bersama terhadap fraud di
sektor pemerintahan sedangakn sisanya yaitu 92,9% dipengaruhi
oleh faktor lain di luar ketiga variabel independen dalam penelitian
ini yaitu asimetri informasi, keefektifan pengendalian internal,
perilaku tidak etis.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.16, jika nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat
digunakan untuk mempredeksi variabel independen atau dengan
kata lain variabel independen secara bersama tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk
mempredeksi variabel independen atau dengan kata lain variabel
independen secara bersama berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.16
Hasil Uji Statistik F Variabel Y dan X
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Regression 257.140 3 85.713 3.000 .036b
Residual 2171.248 76 28.569
Total 2428.388 79
a. Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
b. Predictors: (Constant), Komitmen_Organisasi, Kesesuaian_Kompensasi,
Penegakan_Hukum
Sumber: Data primer yang diolah
79
Berdasarkan tabel 4.16 mengenai tabel uji signifikansi
simultan (uji statistik F) atau uji ANOVA dapat diketahui bahwa
didapat nilai F hitung sebesar 3,000 dengan probabilitas 0,036.
Karena probabilitas 0,036 lebih kecil dari 0,05 maka model
persamaan regresi ini dapat disimpulkan bahwa semua variabel
independen yaitu kesesuaian kompensasi, penegakan hukum,
komitmen organisasi berpengaruh secara simultan terhadap fraud
di sektor pemerintahan.
c. Uji Signifikan Parsial (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Hasil uji
t ditunjukkan dalam Tabel 4.17
Tabel 4.17
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 21.119 6.045 3.493 .001
KK -.099 .264 -.050 -.375 .709
PH -.712 .347 -.293 -2.050 .044
KO .367 .141 .328 2.611 .011 a. Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
Sumber: Data Primer yang diolah
Dari tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa koefisien model
regresi memiliki nilai konstanta sebesar 21,119 dengan nilai thitung
80
positif sebesar 3,493 dan tingkat signifikansi sebesesar 0,001.
Konstanta sebesar 21,119 menandakan bahwa jika variabel
independen konstan maka rata-rata Fraud di Sektor Pemerintahan
adalah sebesar 21,119.
Berdasarkan tabel 4.17 maka dapat diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut:
Keterangan:
FSP = Fraud di Sektor Pemerintahan
KK = Kesesuaian Kompensasi
PH = Penegakan Hukum
KO = Komitmen Organisasi
e = Kesalahan Penganggu (error)
Hasil Uji H1: Kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh
terhadap Fraud di sektor pemerintahan.
Tabel 4.17 menunjukkan hasil bahwa variabel kesesuaian
kompensasi memiliki thitung sebesar -0,375 dengan tingkat
signifikansi 0,709 dan juga dapat dilihat nilai unstandardized
coefficient beta sebesar -0,099. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat signifikansinya di atas 0,05. Dengan demikian hipotesis
pertama (H1) ditolak, artinya kesesuaian kompensasi tidak
FSP= 21.119-0,099KK-0,712PH 0,367KK+e
81
berpengaruh terhadap fraud di sektor pemerintahan. Penelitian ini
membuktikan bahwa kesesuaian kompensasi tidak dapat menekan
terjadinya fraud di sektor pemerintahan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mustika et al (2016), Faisal (2013), Wilopo (2006). Hal ini
mencerminkan terdapat beberapa hal yang diduga menjadi alasan
mengapa kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap fraud di sektor pemerintahan. Salah satu
penyebab fraud atau kecurangan adalah keserakahan (greed),
keserakahan di sini akan menuntut individu untuk memenuhi
kebutuhan melebihi apa yang dibutuhkan dan keserakahannya
sendiri yang ingin hidup melebihi gaya hidup yang seharusnya,
maka kenaikan kompensasi/gaji yang semakin tinggi tidak akan
bisa menekan tingkat kecurangan (fraud). Selain itu, tujuan utama
aparatur pemerintah bekerja adalah melayani masyarakat,
meskipun mereka mengakui bahwa mereka kurang puas dengan
gajinya dan para aparatur juga memahami bahwa aturan gaji pokok
sangat dipengaruhi oleh golongan dan lama masa kerja. Selain itu,
mereka juga menyadari sepenuhnya semua kewenangan yang
berkaitan dengan penentuan gaji pokok mutlak di tangan
Pemerintah Pusat, seperti yang diatur PP No. 9 Tahun 2007 yang
memperbaharui PP No. 11 Tahun 2003 tentang Perubahan atas PP
No. 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, yang
82
dalam lampirannya memuat daftar gaji pokok pegawai negeri sipil
berdasarkan golongan dan masa kerja.
Menurut Wilopo (2006), bahwa tidak adanya pengaruh secara
signifikan antara kesesuaian kompensasi dan fraud. Hal ini
disebabkan karena di Indonesia baik bagi perusahaan maupun
pemerintahan tidak ada sistem kompensasi yang mendeskripsikan
secara jelas hak dan kewajiban, ukuran prestasi dan kegagalan,
dalam mengelolah organisasi serta ganjaran dan pinalti yang dapat
menghindarkan organisasi dari kecenderungan kecurangan
akuntansi. Pemberian suatu kompensasi belum tentu dapat
menekan kecurangan yang dapat terjadi dilingkungan organisasi.
Berdasarkan pengamatan peneliti dalam sebuah instansi atau
organisasi tingkat kesesuaian kompensasi masih rendah dengan
kebutuhan yang semakin meningkat sehingga pegawai merasa
pekerjaan yang ia lakukan tidak sesuai dengan kompensasi yang
dia dapatkan sehingga mendorong pegawai tersebut untuk
melakukan perilaku menyimpang yang mengarah pada tindak
kecurangan. Selain itu, dalam suatu instansi belum ada aturan yang
jelas mengenai kebijakan kompensasi yang diberikan oleh
pemerintah kepada pegawai yang berprestasi sehingga dalam hal
ini baik pegawai yang berprestasi maupun yang tidak berprestasi
gajinya akan tetap sama, hal ini disebabkan aturan tinggi rendahnya
gaji pokok pegawai negeri sipil ditentukan oleh golongan dan lama
83
masa kerja. Sehingga pegawai yang berprestasi menganggap bahwa
walaupun memberikan suatu keuntungan dalam organisasi
kompensasi yang di dapatkan akan tetap sama, sehingga
mendorong pegawai tersebut melakukan kecurangan.
Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Simanjuntak (2014), Pramudita (2013) dan
Mustikasari (2013) yang menyatakan bahwa semakin sesuai
kompensasi yang diterima pegawai instansi pemerintahan maka
akan dapat menekan terjadinya fraud di sektor pemerintahan. Bagi
Pegawai Negeri Sipil yang hanya menerima penghasilan tetap tidak
mampu hanya dengan mengandalkan kompensasi yang diterima,
pengeluaran yang lebih besar dari penerimaan akan menimbulkan
rangsangan atau melakukan fraud untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Sehingga pegawai yang mengalami ketidakpuasan dengan
gajinya cenderung mencari penghasilan lain dengan melakukan
tindak kecurangan seperti korupsi.
Hasil Uji H2: Penegakan hukum berpengaruh terhadap Fraud
di sektor pemerintahan.
Tabel 4.16 menunjukkan hasil bahwa variabel penegakan
hukum memiliki thitung sebesar -2,050 dengan tingkat signifikansi
0,044 dan juga dapat dilihat niali unstandardized coefficient beta
sebesar -0,293. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
84
signifikansinya di bawah 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua
(H2) diterima, artinya penegakan hukum berpengaruh secara
signifikan terhadap fraud di sektor pemerintahan.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pramudita (2013) dan Zulkarnain (2013) yang
menyatakan bahwa semakin efektif penegakan hukum di
pemerintahan maka belum tentu dapat menekan tingkat terjadinya
fraud di sektor pemerintahan. Hal ini disebabkan para pejabat
instansi pemerintahan masih mengabaikan peraturan hukum yang
berlaku sehingga para pejabat instansi tersebut masih leluasa untuk
melakukan tindak kecurangan (fraud). Selain itu, pemberian sanksi
yang diberikan kepada para pelanggar masih kurang tegas sehingga
tidak menimbulkan efek jera kepada para pelaku kecurangan
(fraud). Keputusan kepala instansi mengenai putusan hukuman
pelanggaran peraturan juga belum sesuai dengan aturan yang
berlaku. Para pegawai juga masih banyak yang kurang menaati
peraturan yang ada di instansi tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Mustikasari (2013) dan Najahningrum et al (2013) yang
menyatakan bahwa semakin efektif penegakan hukum di suatu
pemerintahan, maka dapat mengurangi terjadinya kecurangan
(fraud) di sektor pemerintahan. Teori fraud triangle menyatakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan (fraud), salah satu
85
diantaranya adalah kesempatan (opportunity). Apabila penegakan
hukum/peraturan di instansi lemah maka akan membuka peluang
bagi pegawai untuk melakukan tindak kecurangan, sebaliknya
apabila penegakan hukum/peraturan di instansi baik maka tidak ada
kesempatan bagi para pegawai untuk melakukan tindakan
kecurangan (fraud). Hasil Penelitian ini mendukung teori Fraud
Triangle dimana semakin tinggi persepsi pegawai tentang
penegakan hukum/peraturan dalam suatu instansi maka akan
mengurangi adanya tindak kecurangan (fraud).
Dalam penelitian ini mencerminkan bahwa sebuah instansi
maupun organisasi perlu adanya suatu penegakan hukum yang
efektif sehingga tidak membuka peluang bagi pegawai untuk
melakukan pelanggaran yang bisa saja mengarah pada perilaku
menyimpang, salah satunya dengan melakukan kecurangan. Dalam
suatu instansi penegakan hukum/peraturan dibuat agar kegiatan
operasional berjalan lebih efektif dan efisien. Peraturan di sini
berkaitan dengan peraturan yang mengatur pegawai sebagai pihak
yang terlibat langsung dengan kegiatan operasional intstansi. Jika
pada suatu instansi, pejabat yang berwenang tidak bertindak secara
tegas, misalnya memberi sanksi kepada pegawai yang melanggar
suatu peraturan/penegakan hukum, maka pegawai akan melakukan
pelanggaran tersebut terus menerus bahkan meningkat dari
pelanggaran ringan sampai dengan pelanggaran yang menimbulkan
86
kerugian bagi pihak lain maupun instansi tempatnya bekerja seperti
melakukan kecurangan. Dengan demikian penegakan hukum harus
dilakukan dalam suatu instansi atau organisasi agara dapat
menguirangi tindakan kecurangan.
Hasil Uji H3: Komitmen organisasi berpengaruh terhadap
fraud di sektor pemerintahan.
Tabel 4.17 menunjukkan hasil bahwa variabel komitmen
organisasi memiliki thitung sebesar 2,611 dengan tingkat signifikansi
0,011 dan juga dapat dilihat niali unstandardized coefficient beta
sebesar 0,328. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
signifikansinya di bawah 0,05. Dengan demikian hipotesis ketiga
(H3) diterima, artinya komitmen organisasi berpengaruh secara
signifikan terhadap fraud di sektor pemerintahan. Penelitian ini
membuktikan bahwa komitmen organisasi dapat menekan
terjadinya fraud di sektor pemerintahan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mustikasari (2013) dan Pristiyanti (2012), yang
mengatakan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan Teori Fraud
Triangle dimana komitmen organisasi termasuk dalam bentuk
pembenaran (rasionalisasi). Komitmen organisasi secara umum
mengacu pada sikap-sikap dan perasaan karyawan dihubungkan
dengan nilai-nilai dan cara perusahaan itu melakukan berbagai hal.
87
Selain itu, lingkungan etis sangat berhubungan erat dengan
komitmen organisasi. Dalam suatu lingkungan yang lebih etis,
karyawan akan cenderung mengikuti peraturan perusahaan dan
peraturan-peraturan tersebut akan menjadi perilaku secara moral.
Komitmen organisasi merupakan suatu pembenaran sikap dari
rasa loyalitasnya terhadap suatu perusahaan/instansi tempat mereka
bekerja. Pegawai yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi
akan menaati aturan-aturan yang ada dalam perusahaan/instansi
sehingga akan dapat menurunkan tingkat terjadinya kecurangan
(fraud). Hal ini dikarenakan semakin tinggi komitmen para
pegawai terhadap organisasi tempat mereka bekerja maka dapat
mengurangi tindakan kecurangan (fraud) karena mereka
mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap organisasi/instansi
tersebut.
Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pramudita (2013), Chandra dan Ikhsan (2015)
yang mengatakan bahwa semakin tinggi komitmen organisasi
pegawai instansi, maka tidak dapat menekan tingkat terjadinya
fraud di sektor pemerintahan. Terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi seorang individu dalam berperilaku, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal berasal dari berupa
rangsangan atau pengaruh faktor lingkungan. Sedangkan pengaruh
terbesar dalam diri seorang individu berasal dari dalam diri
88
individu tersebut (internal). Hal tersebut yang dapat mempengaruhi
pegawai untuk melakukan tindak kecurangan, seperti keserakahan,
keinginan bergaya hidup mewah, dan pengakuan lebih atas hasil
kerja. Hal tersebut merupakan pengaruh terbesar untuk melakukan
tindakan kecurangan (fraud).
Dalam penelitian ini mencerminkan bahwa organisasi maupun
instansi perlu adanya komitmen organisasi. Komitmen organisasi
merupakan suatu kesetiaan atau loyalitas pegawai terhadap instansi
tempat bekerja dan meliputi sikap menyukai organisasi dan
kesediaan untuk mengupayakan tingkat upaya yang tinggi bagi
kepentingan organisasi demi pencapaian suatu tujuan. Selain itu,
adanya keinginan untuk berbuat etis terhadap organisasinya dengan
tujuan agar terciptanya tujuan yang diinginkan tidak lain semata-
mata untuk kepentingan organisasi tersebut. Sehingga pegawai
yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya telah
mengetahui hak dan kewajiban mereka sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing dan telah memahami bahwa ketika
bekerja, tujuannya adalah kepentingan organisasi bukan untuk
kepentingan dirinya sendiri. Pegawai yang mempunyai komitmen
organisasi juga akan menaati aturan-aturan yang berlaku dalam
instansi tempat ia bekerja. Sehingga pegawai yang mempunyai
komitmen yang tinggi terhadap organisasinya akan mengurangi
tingkat terjadinya fraud di sektor pemerintahan.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesesuaian
kompensasi, penegakan hukum, komitmen organisasi terhadap Fraud di
sektor pemerintahan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 80 Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang berada di Kabupaten Luwu Timur. Berdasarkan
pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan
terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi linear berganda,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap Fraud di sektor
pemerintahan. Hal ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi
sebesar 0,709. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Mustika dan
Hastuti (2016), Adi Kurnia et al (2016), Faisal (2013), serta Wilopo (2006)
yang menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh
terhadap fraud. Hal ini membuktikan bahwa kesesuaian kompensasi di
instansi pemerintahan Kabupaten Luwu Timur tidak dapat menekan
terjadinya fraud di sektor pemerintahan. Akan tetapi bertentangan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Virmayani Crysma (2017),
Simanjuntak (2014), dan Pramudita (2013).
2. Penegakan hukum berpengaruh terhadap fraud di sektor pemerintahan. Hal
ini dapat dijelaskam oleh besarnya tingkat signifikansi sebesar 0,044. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Mustika dan Hastuti (2016),
90
Mustikasari (2013), dan Najahningrum et al (2013) yang menyatakan
bahwa penegakan hukum berpengaruh terhadap fraud di sektor
pemerintahan. Hal ini membuktikan bahwa semakin efektifnya penegakan
hukum di suatu instansi pemerintahan Kabupten Luwu Timur dapat
menekan terjadinya fraud di sektor pemerintahan. Akan tetapi
bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi Kurnia et al
(2017), Adinda dan Ikhsan (2015), Zulkarnain (2013) dan Pramudita
(2013).
3. Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap fraud di sektor pemerintahan.
Hal ini dapat dijelaskam oleh besarnya tingkat signifikansi sebesar 0,011.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Virmayani Crysma (2017), dan
Mustikasari (2013), yang menyatakan bahwa komitmen organisasi
berpengaruh terhadap fraud di sektor pemerintahan. Hal ini membuktikan
bahwa pegawai yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan
menaati aturan-aturan yang ada dalam instansi sehingga dapat menurunkan
tingkat terjadinya fraud di sektor pemerintahan. Akan tetapi bertentangan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Candra dan Ikhsan (2015),
dan Pramudita (2013).
B. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal diantaranya:
91
1. Penelitian ini masih terbatas pada kesesuaian kompensasi, penegakan
hukum dan komitmen organisasi terhadap fraud di sektor pemerintahan,
untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan perubahan variabel
penelitian untuk menemukan variabel-variabel lain yang berpengaruh
lebih kuat terhadap fraud di sektor pemerintahan.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel
penelitian serta memperluas wilayah sampel penelitian, bukan hanya
SKPD di Kabupaten Luwu Timur tetapi juga pada SKPD Kabupaten-
Kabupaten lainnya. Sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan
tingkat generalisasi lebih tinggi, dan juga hasil penelitian lebih mungkin
disimpulkan secara umum.
3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan teori yang lebih baru
dari fraud triangle theory.
4. Dalam penelitian ini masih terdapat kelemahan yaitu ada beberapa
responden yang mengisi kuesioner penelitian yang tidak sesuai dengan
kondisi yang sesungguhnya sehingga data yang diperoleh belum tentu
mengambarkan keadaan yang sebenarnya, maka untuk penelitian
selanjutnya sebaiknya selain menggunakan kuesioner dilakukan
interview/bertanya langsung ke responden secara tegas dan jelas agar
bisa mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan –
pertanyaan kuesioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
92
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Ardiyani, dan Ardianingsih. “Analisis Faktor-Faktor Penentu Kecurangan
(Fraud) Pada Sektor Pemerintaha”. Jurnal litbang kota pekalongan
vol.10, 2016.
Adinda Y, Ikhsan. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecurangan
(fraud) di Sektor Pemerintahan Kabupaten Klaten”. Accounting Analysis
Journal AAJ 4 (3), 2015.
Beritasatu.com. “Korupsi Stadion Malili Luwu Timur Terindikasi Rp1,1 Milia”.
www.beritasatu.com/nasional/297757-korupsi-stadion-malili-luwu-timur-
terindikasi-rp-11-miliar.htm. (diakses Maret 3, 2017).
Corruption Perceptions Index. Diakses pada tanggal 3 Maret 2017, dari
https://www.google.co.id/amp/s/wwww.voaindonesia.com/amp/3629750.h
tml.
Chandra D, Ikhsan. “Determinan Terjadinya Kecurangan Akuntansi (Fraud)
Pada Dinas Pemerintahan Se- Kabupaten Grombogan”. Accounting
Analysis Journal AAJ 4 (3), 2015.
Faisal, M. “Analisis Fraud Di Sektor Pemerintahan Kabupaten Kudus”.
Accounting Analysis Journal AAJ 2 (1), 2013.
Gbegi, D,O., Adebisi, J.F. “Analysis Of Fraud Detection And Prevention
Strategies In The Nigerian Public Sector”. Journal of Good Governance
and Sustainable Development in Africa (JGGSDA), Vol 2, No 4, 2015.
Ghozali, Imam. 2016. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
23”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hatmoko, T. “Faktor-Faktor yang Mmempengaruhi Fraud Di Sektor Perbankan
Berdasarkan Persepsi Pegawai Bank”. Accounting Analysis Jurnall AAJ
2 (1), 2012.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). “Standar Profesional Akuntan Publik”. Jakarta:
Salemba Empat, 2001
Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. “Akuntansi Keperilakuan”.Terjemahan:
Krista. Jakarta: Salemba Empat, 2005.
Indonesia Corruption Watch. Diakses Tanggal 2 Agustus 2017, dari
http://www.antikorupsi.org/en/doc/laporan-tahunan-2016.
93
Infokorupsi.com. 2016. “Korupsi Dana APBD. Sekkab Luwu Timur”.
http://infokorupsi.com/id/geo-korupsi.php?ac=222&l=kabupaten-luwu-
timur.(diakses Maret 3, 2017).
Infokorupsi.com. 2016. “Korupsi Perjalanan Dinas Sekde Luwu Timur”.
http://infokorupsi.com/id/geo-korupsi.php?ac=222&l=kabupaten-luwu-
timur. (diakses Maret 3, 2017).
Infokorupsi.com. 2016. “Korupsi Dana DPRD Luwu Timur”.
http://infokorupsi.com/id/geo-korupsi.php?ac=222&l=kabupaten-luwu-
timur. (diakses Maret 3, 2017).
Kartika Andi. “Pengaruh komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan
dalam hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran
(Studi Empirik Pada Rumah Sakit Swasta di Kota Semarang)”. Kajian
Akuntansi, Hal: 39 - 60 Vol. 2 No. 1 39 ISSN: 1979-4886, Februari 2010.
Lister, L. A “Practical Approach to Fraud Risk: Comprehensive Risk Assessment
Can Enable Auditors to Focus Anti – Fraud Efforts on Areas Where Their
Organization is Most Vulnerable”. Internal Auditors Vol. 64 No. 6, 2007.
Mangkunegara, P. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2009.
Mustika, Hastuti, dan Hariningsih Sucahyo. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mmempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai
Dinas Kabupaten Way Kanan Lampung”. Simposium Nasional Akuntansi
XIX, Lampung, 2016.
Mustikasari Putri. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fraud di Sektor
Pemerintahan Kabupaten Batang”. Accounting Analysis Journal AAJ 2
(1), 2013.
Najahningrum. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan
(Fraud): Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY”. Simposium Nasional
Akuntansi XVI Menado, 2013.
Pristiyanti, I. “Persepsi Pegawai Pemerintah Faktor-Faktor yang
Mmempengaruhi Terjadinya Fraud di Sektor Pemerintahan”. Accounting
Analysis Journal AJJ 2 (1), 2012.
Pramudita, A. “Analisis Fraud Di Sektor Pemerintahan Kota Salatiga”.
Accounting Analysis Journal AAJ 2 (1), 2013.
Rae, & Subramaniam.”Quality Of Internal Control Procedures Antecedents And
Moderating Effect On Organisational Justice And Employee Fraud”.
Managerial Auditing Journal, 2008.
94
Ramadhana, S. “Persepsi Pegawai Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kecurangan (Fraud)”. Accounting Analysis Journal AAJ 4 (3), 2015.
Rivai. “Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan”. Jakarta: Raja
Grafindo Parsada, 2010.
Robbins, & Stephen P. “Organization Behaviour, Tenth Edition (perilaku
organisasi edisi sepuluh)”. Jakarta: PT Macana Jaya Cemerlang, 2003.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak
Pidana Korupsi.
Suprajadi, Lusy.2009.”Teori Kecurangan, Fraud Awareness dan Metodologi
untuk Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan”. Jurnal Bina
Ekonomi vol. 12, nomor 2, Agustus 2009
Sahetapy, J. E. 2013. “Korupsi di Indonesia”. Di akses pada tanggal 30 July 2017,
dari http://iaw.or.id/JE%20Sahetapy_Korupsi_di_Indonesia.html Oktober
(2016)
Tunggal, A. “Teori dan Kasus Internal Auditing”. Jakarta: Harvarindo, 2011.
Tuanakotta, Theodorus M. “Akuntansi Forensik & Audit Investigatif”. Jakarta.
Salemba Empat, 2010.
The Institute of Internal Auditors, The American Institute of Certified Public
Accountangs (AICPA), Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
2007 Managing the Business Risk of Fraud: A Practical Guide.
Virmayani Crysma, Slindawati Erni, dan Tungga Atmadja. “Pengaruh kesesuaian
kompensasi, asimetri informasi, budaya etis organisasi, dan komitmen
organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada
koperasi simpan pinjam se-kecamatan buleleng”. e-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Vol: 7
No: 1 Tahun 2017)
Widjaja, Amin Tunggal. “Pengantar Internal Auditing”. Jakarta. Harvarindo,
2011.
Wexley, & Yuki A. “Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia”. Jakarta: PT
Bhineka Cipta, 2003.
Wilopo. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha
Milik Negara di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX
Padang, 2006.
95
Zulkarnain Ghazali, Syahrir Rahim, Azharudin Ali, Shamharir Abidin. “A
preliminary study on fraud prevention and detection at the state and local
government entities in Malaysia”. International Conference on Accounting
Studies 2014, ICAS 2014, 18-19 Kuala Lumpur Malaysia August 2014.
Zulkarnain R. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud di Sektor
Pemerintahan”. Accounting Analysis Journal AAJ 2 (1), 2013.
96
LAMPIRAN
97
LAMPIRAN 1
Surat Penelitian Skripsi
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
LAMPIRAN 2
Kuesioner Penelitian
122
KUESIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA FRAUD DI SEKTOR PEMERINTAHAN
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
123
Nomor:........(diisi oleh peneliti)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : .....................................................................(boleh
tidak diisi)
Nama Instansi : .....................................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur : .............................tahun
Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3
Jabatan :……………………………………………………
Masa Kerja : <5 tahun 5-10 tahun
>10tahun
1. Variabel Kesesuaian Kompensasi (X1)
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian
anda, dimana:
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5=Sangat Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No Pernyataan
STS TS N S SS
1 Di instansi tempat saya bekerja, kompensasi
keuangan yang diberikan diukur sesuai
dengan prestasi pekerjaan yang telah
dilakukan oleh pegawai.
2 Instansi tempat saya bekerja, menciptakan
kondisi sehingga diakui bahwa semua
pegawainya memang menguasai pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya masing-
masing.
3 Promosi / kenaikan jabatan diberikan atas
dasar prestasi kerja yang telah dicapai para
pegawai instansi.
124
4 Di instansi tempat saya bekerja, dikelola
oleh manajemen yang baik sehingga para
pegawai memulai dan menyelesaikan tugas
pekerjaan dengan baik.
5 Di instansi tempat saya bekerja, pekerjaan
sebagai penanggung jawab penyusunan
laporan keuangan merupakan tugas yang
menantang yang harus dicapai dalam waktu
tertentu.
6 Di instansi tempat saya bekerja, penanggung
jawab penyusun laporan keuangan dapat
memaksimalkan kemampuan, pengetahuan
dan keahlian di bidangnya.
2. Variabel Penegakan Hukum (X2).
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan
penilaian anda, dimana:
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5=Sangat
Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No Pernyataan
STS TS N S SS
7 Di instansi tempat saya bekerja, saya merasa
para pejabat tanggap dalam penanganan
pelanggaran peraturan instansi.
8 Di instansi tempat saya bekerja, proses
penanganan pelanggaran peraturan selesai
tepat waktu.
9 Di instansi tempat saya bekerja, keputusan
kepala instansi tentang putusan hukuman
pelanggaran sesuai dengan aturan yang
berlaku.
10 Di instansi tempat saya bekerja, ada aturan-
aturan hukum yang berlaku.
11 Di instansi tempat saya bekerja, aturan-
aturan hukum yang berlaku dijalankan
dengan baik.
125
3. Variabel Komitmen Organisasi (X3)
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian
anda, dimana:
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5=Sangat Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No Pernyataan
STS TS N S SS
12 Saya bersedia untuk bekerja lebih keras
daripada yang diharapkan agar instansi ini
berhasil sukses.
13 Saya merasa bangga saat memperkenalkan
kepada orang lain bahwa instansi tempat
saya bekerja merupakan tempat kerja yang
menyenangkan.
14 Saya bersedia menerima segala bentuk
penugasan agar tetap bisa bekerja di instansi
ini.
15 Saya menemukan bahwa sistem nilai saya
sama dengan sistem nilai instansi ini.
16 Saya merasa bangga mengatakan kepada
orang lain bahawa saya merupakan bagian
dari instansi ini.
17 Instansi ini memberi inspirasi terbaik
mengenai cara mencapai kinerja.
18 Saya lebih memilih untuk bergabung dengan
instansi ini sebagai tempat saya bekerja
daripada instansi lain.
19 Bagi saya instansi ini merupakan tempat
kerja terbaik.
20 Saya sangat peduli terhadap nasib instansi
ini.
126
4. Variabel Fraud di Sektor Pemerintahan(Y)
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian
anda, dimana:
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5=Sangat Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No Pernyataan
STS TS N S SS
21 Di instansi tempat saya bekerja, merupakan
suatu hal yang wajar apabila untuk suatu
tujuan tertentu, biaya dicatat lebih besar dari
semestinya.
22 Di instansi tempat saya bekerja, bukan suatu
masalah apabila pencatatan bukti transaksi
dilakukan tanpa otorisasi dari pihak yang
berwenang.
23 Di instansi tempat saya bekerja, suatu hal
yang wajar apabila untuk tujuan tertentu
harga beli peralatan/perlengkapan kantor
dicatat lebih tinggi.
24 Di instansi tempat saya bekerja, merupakan
sesuatu yang wajar apabila pengguna
anggaran memasukkan kebutuhan lain yang
tidak sesuai kedalam belanja peralatan
gedung kantor.
25 Di instansi tempat saya bekerja, suatu hal
yang wajar apabila para pengguna anggaran
menggunakan kuitansi kosong atas
pembelian bahan perlengkapan kantor.
26 Di instansi tempat saya bekerja, bukan suatu
masalah apabila perlengkapan dan peralatan
kantor yang dibeli tidak sesuai dengan
spesifikasi yang seharusnya dibeli.
27 Di instansi tempat saya bekerja, tidak
menjadi suatu masalah apabila suatu
transaksi memiliki bukti pendukung ganda.
28 Di instansi tempat saya bekerja, suatu hal
yang wajar apabila ditemukan adanya
pengeluaran tanpa dokumen pendukung.
29 Di instansi tempat saya bekerja, bukan suatu
masalah bagi instansi saya, apabila sisa
anggaran dibagikan kepada pegawai sebagai
bonus.
127
LAMPIRAN 3
Jawaban dan Identitas
Responden
128
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KESESUAIAN KOMPENSASI
No KK1 KK2 KK3 KK4 KK5 KK6 KESESUAIAN
KOMPENSASI
1 2 4 2 4 3 3 18
2 5 4 4 4 4 4 25
3 4 4 5 5 3 4 25
4 4 5 5 4 5 4 27
5 4 4 5 4 5 5 27
6 4 5 5 5 5 5 29
7 3 4 3 4 4 4 22
8 5 5 5 5 4 5 29
9 4 4 2 5 5 5 25
10 4 4 5 5 5 4 27
11 4 4 3 4 4 4 23
12 4 4 3 4 4 4 23
13 4 4 3 4 4 4 23
14 4 4 3 4 4 4 23
15 4 4 3 4 5 5 25
16 4 5 5 4 4 4 26
17 4 4 5 5 4 4 26
18 4 3 4 4 3 4 22
19 4 5 5 4 4 4 26
20 3 4 4 4 3 4 22
21 4 4 5 4 5 5 27
22 4 3 3 3 4 4 21
23 3 3 4 4 5 5 24
24 2 2 3 2 4 4 17
25 5 4 3 4 5 5 26
26 4 5 5 5 4 4 27
27 4 5 2 2 3 4 20
28 4 4 4 4 5 5 26
29 5 4 3 4 4 4 24
30 4 4 5 4 4 4 25
31 5 3 4 4 3 4 23
32 5 5 4 4 5 5 28
33 4 5 5 4 5 5 28
34 4 4 4 4 5 5 26
35 3 4 4 3 5 4 23
36 4 4 4 5 4 3 24
37 2 3 3 3 3 3 17
38 4 4 4 4 5 5 26
39 2 4 4 4 2 4 20
129
40 4 4 5 4 4 4 25
41 5 4 4 4 4 5 26
42 4 4 4 4 5 5 26
43 4 5 4 4 4 5 26
44 3 4 3 4 3 4 21
45 3 4 4 3 5 5 24
46 4 4 3 5 4 4 24
47 5 5 3 4 4 4 25
48 3 3 3 3 4 4 20
49 2 3 2 3 5 5 20
50 4 4 5 5 4 5 27
51 2 4 4 4 4 4 22
52 4 4 4 4 4 4 24
53 4 5 5 4 4 5 27
54 4 5 5 4 5 5 28
55 2 2 4 5 4 4 21
56 2 2 2 4 4 4 18
57 5 5 4 4 4 4 26
58 4 4 3 4 5 4 24
59 5 5 4 4 4 4 26
60 5 4 5 4 4 4 26
61 5 5 4 5 4 4 27
62 5 4 5 4 4 5 27
63 4 4 5 4 4 4 25
64 4 4 4 4 5 5 26
65 4 5 4 4 4 5 26
66 3 4 4 3 4 3 21
67 4 5 5 4 5 4 27
68 4 3 4 4 4 4 23
69 4 4 4 4 4 5 25
70 3 4 3 3 4 4 21
71 2 4 4 4 4 4 22
72 4 4 4 4 5 4 25
73 5 4 4 4 4 4 25
74 2 2 3 2 4 4 17
75 4 4 4 4 4 4 24
76 2 4 4 4 4 4 22
77 4 4 4 4 4 4 24
78 3 4 4 4 4 4 23
79 3 3 4 4 4 3 21
80 3 4 4 4 4 4 23
130
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL PENEGAKAN HUKUM
No PH1 PH2 PH3 PH4 PH5 PENEGAKAN HUKUM
1 4 4 2 4 3 17
2 3 3 4 4 3 17
3 3 2 5 5 4 19
4 4 4 3 4 5 20
5 4 5 4 4 5 22
6 4 4 5 5 5 23
7 4 3 4 4 4 19
8 5 5 4 4 5 23
9 4 4 4 5 5 22
10 5 5 5 5 5 25
11 3 3 3 4 3 16
12 3 3 3 4 3 16
13 3 3 3 4 3 16
14 4 4 4 4 4 20
15 4 3 4 4 4 19
16 4 4 5 4 4 21
17 4 5 4 5 4 22
18 4 4 4 4 5 21
19 4 5 5 5 5 24
20 3 3 3 4 4 17
21 5 4 5 5 5 24
22 3 3 4 4 4 18
23 4 3 4 5 3 19
24 2 2 2 4 3 13
25 4 5 5 5 5 24
26 4 4 5 4 4 21
27 1 1 4 5 3 14
28 4 4 4 4 3 19
29 3 4 4 3 4 18
30 3 4 4 4 4 19
31 3 5 4 5 5 22
32 3 3 5 4 5 20
33 3 4 4 4 4 19
34 4 4 4 4 4 20
35 4 4 4 4 4 20
36 3 4 3 4 4 18
37 4 4 3 4 4 19
38 4 4 4 4 4 20
39 4 2 2 4 4 16
131
40 4 4 4 4 4 20
41 4 4 4 4 4 20
42 2 3 4 4 5 18
43 4 4 4 4 4 20
44 4 4 4 4 4 20
45 3 4 3 4 3 17
46 4 3 3 5 5 20
47 3 4 4 4 4 19
48 3 4 4 4 4 19
49 3 3 4 4 4 18
50 4 5 4 4 5 22
51 2 2 4 4 4 16
52 4 4 4 4 5 21
53 4 5 4 5 4 22
54 5 4 5 5 4 23
55 4 5 4 4 4 21
56 4 4 4 4 4 20
57 4 4 4 4 4 20
58 4 3 3 4 4 18
59 5 4 5 4 4 22
60 4 4 5 4 4 21
61 4 4 5 5 5 23
62 4 4 4 5 4 21
63 4 4 4 4 4 20
64 5 4 4 4 4 21
65 4 4 5 5 4 22
66 3 3 4 3 4 17
67 4 4 4 5 4 21
68 4 4 4 4 4 20
69 4 4 4 5 5 22
70 4 3 4 4 4 19
71 4 3 4 5 5 21
72 4 4 4 5 4 21
73 4 3 4 4 4 19
74 3 4 4 4 4 19
75 3 3 4 4 4 18
76 4 4 3 3 4 18
77 4 4 4 4 4 20
78 4 4 4 4 4 20
79 4 4 4 5 5 22
80 4 4 4 4 4 20
132
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KOMITMEN ORGANISASI
No KO1 KO2 KO3 KO4 KO5 KO6 KO7 KO8 KO9 KOMITMEN
ORGANISASI
1 2 3 4 3 4 4 2 2 3 27
2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 25
3 4 3 4 3 3 2 2 2 3 26
4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 41
5 2 3 2 4 4 2 3 4 4 28
6 4 5 3 4 4 5 4 4 5 38
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
8 5 5 3 4 4 5 5 5 4 40
9 4 5 4 4 5 4 4 5 5 40
10 4 5 3 4 5 4 4 5 5 39
11 4 4 4 3 3 4 4 3 3 32
12 4 4 3 3 3 3 2 3 3 28
13 4 4 3 3 3 3 2 3 3 28
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
15 4 5 4 4 5 4 4 4 4 38
16 5 4 3 3 4 4 3 3 5 34
17 5 5 4 5 5 5 4 4 4 41
18 4 5 4 5 5 4 4 4 4 39
19 4 5 3 4 4 4 5 5 5 39
20 3 4 4 3 3 3 3 3 4 30
21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45
22 4 4 4 4 3 3 4 3 4 33
133
23 5 4 4 3 3 3 4 4 4 34
24 4 4 4 3 4 3 4 3 4 33
25 4 5 5 5 4 4 5 4 5 41
26 5 4 5 5 5 4 5 5 5 43
27 4 2 3 1 1 1 1 1 4 18
28 4 4 4 4 5 4 4 4 5 38
29 4 4 4 4 4 5 4 4 5 38
30 4 4 4 5 4 5 4 4 4 38
31 3 4 1 2 4 4 5 2 3 28
32 5 4 4 3 3 4 4 4 4 35
33 4 3 3 3 4 4 4 4 4 33
34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
35 4 4 4 4 4 4 3 3 4 34
36 5 4 4 3 4 4 3 3 5 35
37 5 4 3 3 4 3 4 4 4 34
38 4 4 4 4 4 4 3 3 4 34
39 3 4 2 3 4 4 4 4 3 31
40 5 3 4 3 4 4 3 3 4 33
41 5 4 3 3 3 4 3 3 4 32
42 4 5 5 3 4 4 3 4 4 36
43 4 4 4 5 4 4 3 4 4 36
44 3 3 3 3 3 3 2 2 4 26
45 5 2 1 2 3 3 3 3 4 26
46 4 3 2 4 3 4 2 3 3 28
47 4 4 3 4 4 4 3 3 4 33
134
48 4 3 2 3 3 4 3 3 3 28
49 5 4 5 3 4 4 4 4 5 38
50 4 5 3 4 4 5 5 4 5 39
51 4 4 4 4 4 4 2 4 4 34
52 4 4 5 4 5 5 5 4 4 40
53 4 5 5 5 4 5 4 5 5 42
54 4 3 3 3 3 4 3 3 3 29
55 4 3 2 3 4 4 5 5 4 34
56 3 4 2 3 4 4 4 4 4 32
57 5 4 3 3 3 4 3 3 3 31
58 4 5 3 4 4 4 3 3 4 34
59 5 5 4 4 4 3 2 3 4 34
60 5 4 4 4 4 3 4 4 5 37
61 4 4 4 3 4 4 3 4 4 34
62 5 5 5 4 4 4 4 4 5 40
63 5 5 4 4 4 5 3 4 4 38
64 5 5 3 3 5 4 4 4 4 37
65 5 5 4 3 5 4 4 4 4 38
66 4 5 5 4 4 5 5 5 5 42
67 5 5 5 5 5 5 5 4 4 43
68 4 4 3 4 4 4 3 3 4 33
69 4 3 2 2 2 4 3 3 5 28
70 4 4 4 2 3 3 3 3 5 31
71 4 5 4 3 4 4 4 5 4 37
72 4 4 4 3 5 4 3 3 4 34
135
73 4 3 2 3 3 4 3 3 4 29
74 4 4 3 3 4 3 3 3 4 31
75 5 5 2 4 4 4 3 3 4 34
76 4 4 3 3 4 4 3 4 4 33
77 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
78 4 4 4 4 5 5 4 3 4 37
79 5 5 4 3 5 3 4 4 5 38
80 4 4 4 3 5 5 3 3 4 35
136
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL FRAUD DI SEKTOR PEMERINTAHAN
No FSP1 FSP2 FSP3 FSP4 FSP5 FSP6 FSP7 FSP8 FSP9 FRAUD DI SEKTOR
PEMERINTAHAN
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 16
3 3 1 2 1 2 1 3 2 1 16
4 1 2 2 2 2 1 4 2 3 19
5 1 2 2 2 1 1 1 1 3 14
6 2 2 1 1 2 1 1 1 1 12
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
8 1 2 1 2 3 3 3 2 3 20
9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 17
10 1 2 2 2 1 3 3 2 3 19
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
12 4 2 2 2 2 2 4 2 2 22
13 4 2 2 2 2 2 4 2 2 22
14 2 2 2 1 1 2 1 2 3 16
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
16 2 2 1 1 2 2 2 2 2 16
17 1 2 2 2 3 1 2 2 3 18
18 3 4 2 2 4 4 4 4 4 31
19 3 4 4 4 3 2 2 2 3 27
20 3 4 4 3 2 2 2 2 1 23
21 1 1 1 1 1 1 2 1 3 12
22 2 2 2 1 1 1 2 2 1 14
137
23 1 1 2 2 1 1 4 1 1 14
24 3 3 3 3 2 2 3 2 1 22
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
26 1 2 2 2 2 1 4 2 3 19
27 4 1 1 1 1 1 1 1 1 12
28 1 2 1 1 1 1 2 2 2 13
29 4 4 4 3 3 2 2 2 2 26
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
31 2 2 3 2 4 3 2 2 3 23
32 1 2 2 2 1 3 4 2 3 20
33 1 1 1 1 1 1 1 1 4 12
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
36 2 1 1 2 2 2 1 1 2 14
37 1 2 1 2 1 2 1 2 1 13
38 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
40 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
41 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
42 3 3 3 2 2 2 4 1 3 23
43 2 2 2 2 2 2 1 1 2 16
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
45 1 2 1 1 3 1 1 1 1 12
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
47 1 1 1 2 1 1 1 1 3 12
138
48 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
49 3 1 3 3 2 2 3 2 3 22
50 1 2 2 3 3 2 3 3 3 22
51 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
52 1 2 1 2 2 2 2 2 3 17
53 1 2 2 1 2 2 4 2 3 19
54 2 2 2 2 2 1 1 1 2 15
55 2 1 1 1 2 2 1 2 3 15
56 2 2 2 2 2 2 2 2 3 19
57 2 1 2 2 2 1 2 1 1 14
58 3 4 4 4 4 4 4 4 3 34
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
60 2 4 2 2 2 1 2 1 2 18
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
62 2 4 2 2 2 2 2 1 2 19
63 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
64 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
65 2 2 1 2 2 3 2 1 2 17
66 1 3 3 2 2 3 3 2 3 22
67 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
68 2 2 2 1 2 2 1 1 1 14
69 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
70 2 2 2 2 2 2 2 2 3 19
71 2 2 1 1 1 2 1 2 2 14
72 2 2 1 1 1 2 1 1 2 13
139
73 2 2 1 1 1 1 2 1 1 12
74 2 2 2 2 3 2 2 2 2 19
75 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
76 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
77 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
78 1 2 2 2 2 2 3 2 1 17
79 1 1 3 1 2 1 1 1 3 14
80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
140
IDENTITAS RESPONDEN
No Jenis
Kelamin
Umur Pendidikan
Terakhir
Jabatan Masa
Kerja
1 Laki-laki 41-50 tahun S1 Bendahara >10 tahun
2 Perempuan 41-50 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
3 Perempuan 25-30 tahun S1 Kasubag Keuangan 1-5 tahun
4 Laki-laki 41-50 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
5 Laki-laki 41-50 tahun S1 Bendahara >10 tahun
6 Perempuan 31-40 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
7 Laki-laki 41-50 tahun S2 Bendahara >10 tahun
8 Laki-laki >50tahun S1 Kasubag Keuangan >10 tahun
9 Perempuan 31-40 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
10 Laki-laki >50 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
11 Perempuan 31-40 tahun D3 Staf Keuangan 5-10 tahun
12 Perempuan 41-50 tahun D3 Staf Keuangan 5-10 tahun
13 Laki-laki 31-40 tahun S1 Kasubag Keuangan 5-10 tahun
14 Laki-laki 41-50 tahun S1 Bendahara 5-10 tahun
15 Laki-laki 31-40 tahun S2 Staf Keuangan >10 tahun
16 Laki-laki 41-50 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
17 Laki-laki 31-40 tahun D3 Bendahara 5-10 tahun
18 Laki-laki 31-40 tahun S1 Bendahara 1-5 tahun
19 Perempuan 31-40 tahun D3 Staf Keuangan 5-10 tahun
20 Perempuan 25-30 tahun S1 Staf Keuangan 1-5 tahun
21 Perempuan 25-30 tahun S1 Kasubag Keuangan 5-10 tahun
22 Perempuan 31-40 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
23 Perempuan 25-30 tahun S1 Staf Keuangan 1-5 tahun
24 Laki-laki 31-40 tahun S1 Bendahara 5-10 tahun
25 Laki-laki 41-50 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
26 Laki-laki 31-40 tahun S1 Bendahara 5-10 tahun
27 Laki-laki 31-40 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
28 Laki-laki 41-50 tahun D3 Staf Keuangan 1-5 tahun
29 Laki-laki 41-50 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
30 Perempuan 31-40 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
31 Perempuan 25-30 tahun S1 Staf Keuangan 1-5 tahun
32 Laki-laki 41-50 tahun S1 Kasubag Keuangan 5-10 tahun
33 Perempuan 31-40 tahun S1 Bendahara 5-10 tahun
34 Perempuan 41-50 tahun D3 Bendahara 1-5 tahun
35 Perempuan 31-40 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
36 Laki-laki 31-40 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
37 Perempuan 41-50 tahun D3 Staf Keuangan >10 tahun
38 Perempuan 31-40 tahun S1 Kasubag Keuangan 5-10 tahun
141
39 Laki-laki >50 tahun S1 Bendahara >10 tahun
40 Perempuan 31-40 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
41 Laki-laki 31-40 tahun S1 Bendahara 5-10 tahun
42 Laki-laki >50 tahun S1 Bendahara >10 tahun
43 Perempuan 41-50 tahun S1 Kasubag Keuangan >10 tahun
44 Perempuan 25-30 tahun D3 Staf Keuangan 5-10 tahun
45 Perempuan 31-40 tahun D3 Kasubag Keuangan >10 tahun
46 Laki-laki >50 tahun S1 Kasubag Keuangan 5-10 tahun
47 Perempuan 31-40 tahun S1 Bendahara 5-10 tahun
48 Perempuan 31-40 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
49 Perempuan 31-40 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
50 Laki-laki >50 tahun S1 Kasubag Keuangan >10 tahun
51 Perempuan 31-40 tahun D3 Kasubag Keuangan >10 tahun
52 Laki-laki 41-50 tahun S1 Kasubag Keuangan >10 tahun
53 Perempuan 41-50 tahun S1 Kasubag Keuangan 5-10 tahun
54 Perempuan 41-50 tahun D3 Staf Keuangan 5-10 tahun
55 Perempuan 41-50 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
56 Perempuan 41-50 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
57 Laki-laki 31-40 tahun S2 Staf Keuangan >10 tahun
58 Laki-laki 31-40 tahun S1 Bendahara 5-10 tahun
59 Perempuan 41-50 tahun S1 Bendahara >10 tahun
60 Laki-laki 41-50 tahun S1 Kasubag Keuangan >10 tahun
61 Laki-laki >50 tahun D3 Staf Keuangan >10 tahun
62 Laki-laki >50 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
63 Laki-laki >50 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
64 Perempuan 31-40 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
65 Laki-laki 25-30 tahun S1 Staf Keuangan 1-5 tahun
66 Perempuan 41-50 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
67 Laki-laki 31-40 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
68 Perempuan 25-30 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
69 Perempuan 31-40 tahun S2 Kasubag Keuangan 5-10 tahun
70 Laki-laki 31-40 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
71 Perempuan 31-40 tahun S1 Staf Keuangan 5-10 tahun
72 Laki-laki 31-40 tahun S1 Staf Keuangan >10 tahun
73 Laki-laki >50 tahun S1 Bendahara 5-10 tahun
74 Perempuan 31-40 tahun D3 Staf Keuangan 5-10 tahun
75 Laki-laki >50 tahun S1 Bendahara >10 tahun
76 Perempuan >50 tahun S2 Staf Keuangan >10 tahun
77 Laki-laki 41-50 tahun S1 Kasubag Keuangan 5-10 tahun
78 Laki-laki 25-30 tahun S1 Staf Keuangan 1-5 tahun
79 Laki-laki 31-40 tahun D3 Staf Keuangan 5-10 tahun
80 Laki-laki 25-30 tahun S1 Staf Keuangan 1-5 tahun
142
LAMPIRAN 4
Output Hasil Pengujian Data
143
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KESESUAIAN KOMPENSASI
Correlations
KK1 KK2 KK3 KK4 KK5 KK6 Kesesuaian_Kom
pensasi
KK1 Pearson Correlation 1 .534** .329** .362** .200 .298** .748**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .001 .075 .007 .000
N 80 80 80 80 80 80 80
KK2 Pearson Correlation .534** 1 .401** .324** .155 .236* .711**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .003 .169 .035 .000
N 80 80 80 80 80 80 80
KK3 Pearson Correlation .329** .401** 1 .413** .163 .203 .686**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .149 .071 .000
N 80 80 80 80 80 80 80
KK4 Pearson Correlation .362** .324** .413** 1 .072 .124 .594**
Sig. (2-tailed) .001 .003 .000 .527 .274 .000
N 80 80 80 80 80 80 80
KK5 Pearson Correlation .200 .155 .163 .072 1 .549** .509**
Sig. (2-tailed) .075 .169 .149 .527 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80
KK6 Pearson Correlation .298** .236* .203 .124 .549** 1 .572**
Sig. (2-tailed) .007 .035 .071 .274 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80
Kesesuaian_Kompensasi Pearson Correlation .748** .711** .686** .594** .509** .572** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
144
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL PENEGAKAN HUKUM
Correlations
PH1 PH2 PH3 PH4 PH5 Penegakan
Hukum
PH1 Pearson Correlation 1 .590** .289** .190 .348** .738**
Sig. (2-tailed) .000 .009 .092 .002 .000
N 80 80 80 80 80 80
PH2 Pearson Correlation .590** 1 .312** .118 .413** .759**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .296 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80
PH3 Pearson Correlation .289** .312** 1 .353** .411** .685**
Sig. (2-tailed) .009 .005 .001 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80
PH4 Pearson Correlation .190 .118 .353** 1 .314** .512**
Sig. (2-tailed) .092 .296 .001 .005 .000
N 80 80 80 80 80 80
PH5 Pearson Correlation .348** .413** .411** .314** 1 .709**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .005 .000
N 80 80 80 80 80 80
Penegakan_Hukum Pearson Correlation .738** .759** .685** .512** .709** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
145
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KOMITMEN ORGANISASI
Correlations
KO1 KO2 KO3 KO4 KO5 KO6 KO7 KO8 KO9 Komitmen_
Organisasi
KO1 Pearson Correlation 1 .320** .280* .112 .147 .184 .209 .226* .315** .423**
Sig. (2-tailed) .004 .012 .323 .194 .103 .063 .044 .004 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KO2 Pearson Correlation .320** 1 .468** .560** .617** .482** .508** .583** .423** .794**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KO3 Pearson Correlation .280* .468** 1 .472** .397** .268* .274* .337** .400** .641**
Sig. (2-tailed) .012 .000 .000 .000 .016 .014 .002 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KO4 Pearson Correlation .112 .560** .472** 1 .579** .515** .426** .562** .315** .740**
Sig. (2-tailed) .323 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KO5 Pearson Correlation .147 .617** .397** .579** 1 .526** .540** .563** .351** .762**
Sig. (2-tailed) .194 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KO6 Pearson Correlation .184 .482** .268* .515** .526** 1 .537** .482** .234* .680**
Sig. (2-tailed) .103 .000 .016 .000 .000 .000 .000 .037 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KO7 Pearson Correlation .209 .508** .274* .426** .540** .537** 1 .701** .439** .753**
Sig. (2-tailed) .063 .000 .014 .000 .000 .000 .000 .000 .000
146
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KO8 Pearson Correlation .226* .583** .337** .562** .563** .482** .701** 1 .511** .802**
Sig. (2-tailed) .044 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
KO9 Pearson Correlation .315** .423** .400** .315** .351** .234* .439** .511** 1 .621**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .004 .001 .037 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
Komitmen_
Organisasi
Pearson Correlation .423** .794** .641** .740** .762** .680** .753** .802** .621** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
147
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL FRAUD DI SEKTOR PEMERINTAHAN
Correlations
FSP1 FSP2 FSP3 FSP4 FSP5 FSP6 FSP7 FSP8 FSP9 FSP
FSP1 Pearson Correlation 1 .503** .555** .486** .452** .411** .318** .402** .088 .622**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .439 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
FSP2 Pearson Correlation .503** 1 .692** .671** .611** .592** .430** .554** .329** .790**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
FSP3 Pearson Correlation .555** .692** 1 .789** .617** .500** .501** .543** .358** .816**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
FSP4 Pearson Correlation .486** .671** .789** 1 .656** .605** .513** .622** .410** .839**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
FSP5 Pearson Correlation .452** .611** .617** .656** 1 .634** .444** .667** .449** .805**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
FSP6 Pearson Correlation .411** .592** .500** .605** .634** 1 .499** .739** .517** .800**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
FSP7 Pearson Correlation .318** .430** .501** .513** .444** .499** 1 .617** .417** .713**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
FSP8 Pearson Correlation .402** .554** .543** .622** .667** .739** .617** 1 .509** .824**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
148
FSP9 Pearson Correlation .088 .329** .358** .410** .449** .517** .417** .509** 1 .601**
Sig. (2-tailed) .439 .003 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
Fraud_di_Sektor_Pe
merintahan
Pearson Correlation .622** .790** .816** .839** .805** .800** .713** .824** .601** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
149
HASIL UJI RELIABILITAS KESESUAIAN KOMPENSASI
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.711 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KK1 3.750 .9071 80
KK2 4.013 .7377 80
KK3 3.913 .8597 80
KK4 3.975 .6359 80
KK5 4.163 .6452 80
KK6 4.250 .5625 80
Inter-Item Correlation Matrix
KK1 KK2 KK3 KK4 KK5 KK6
KK1 1.000 .534 .329 .362 .200 .298
KK2 .534 1.000 .401 .324 .155 .236
KK3 .329 .401 1.000 .413 .163 .203
KK4 .362 .324 .413 1.000 .072 .124
KK5 .200 .155 .163 .072 1.000 .549
KK6 .298 .236 .203 .124 .549 1.000
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 80 35.4
Excludeda 146 64.6
Total 226 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
150
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
24.063 7.958 2.8210 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
KK1 20.313 4.952 .541 .639
KK2 20.050 5.542 .539 .641
KK3 20.150 5.370 .464 .667
KK4 20.088 6.233 .416 .681
KK5 19.900 6.522 .310 .708
KK6 19.813 6.458 .414 .684
151
HASIL UJI RELIABILITAS PENEGAKAN HUKUM
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 80 35.4
Excludeda 146 64.6
Total 226 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.717 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PH1 3.713 .7150 80
PH2 3.750 .7876 80
PH3 3.963 .6833 80
PH4 4.238 .5092 80
PH5 4.125 .6033 80
Inter-Item Correlation Matrix
PH1 PH2 PH3 PH4 PH5
PH1 1.000 .590 .289 .190 .348
PH2 .590 1.000 .312 .118 .413
PH3 .289 .312 1.000 .353 .411
PH4 .190 .118 .353 1.000 .314
PH5 .348 .413 .411 .314 1.000
152
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
PH1 16.075 3.311 .532 .644
PH2 16.038 3.100 .536 .645
PH3 15.825 3.539 .468 .672
PH4 15.550 4.276 .319 .721
PH5 15.663 3.619 .534 .649
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
19.788 5.207 2.2820 5
153
HASIL UJI RELIABILITAS KOMITMEN ORGANISASI
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 80 35.4
Excludeda 146 64.6
Total 226 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.864 9
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KO1 4.163 .6645 80
KO2 4.100 .7564 80
KO3 3.538 .9539 80
KO4 3.550 .8252 80
KO5 3.925 .7758 80
KO6 3.900 .7564 80
KO7 3.538 .9132 80
KO8 3.625 .8325 80
KO9 4.113 .6363 80
154
Inter-Item Correlation Matrix
KO1 KO2 KO3 KO4 KO5 KO6 KO7 KO8 KO9
KO1 1.000 .320 .280 .112 .147 .184 .209 .226 .315
KO2 .320 1.000 .468 .560 .617 .482 .508 .583 .423
KO3 .280 .468 1.000 .472 .397 .268 .274 .337 .400
KO4 .112 .560 .472 1.000 .579 .515 .426 .562 .315
KO5 .147 .617 .397 .579 1.000 .526 .540 .563 .351
KO6 .184 .482 .268 .515 .526 1.000 .537 .482 .234
KO7 .209 .508 .274 .426 .540 .537 1.000 .701 .439
KO8 .226 .583 .337 .562 .563 .482 .701 1.000 .511
KO9 .315 .423 .400 .315 .351 .234 .439 .511 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
KO1 30.288 22.258 .304 .872
KO2 30.350 19.218 .726 .837
KO3 30.913 19.448 .505 .861
KO4 30.900 19.230 .649 .844
KO5 30.525 19.341 .683 .841
KO6 30.550 20.073 .584 .850
KO7 30.913 18.613 .655 .843
KO8 30.825 18.678 .727 .836
KO9 30.338 21.087 .533 .855
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
34.450 24.605 4.9603 9
155
HASIL UJI RELIABILITAS FRAUD DI SEKTOR PEMERINTAHAN
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 80 35.4
Excludeda 146 64.6
Total 226 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.901 9
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
FSP1 1.875 .8624 80
FSP2 2.013 .8493 80
FSP3 1.900 .8206 80
FSP4 1.838 .7368 80
FSP5 1.913 .7826 80
FSP6 1.825 .7593 80
FSP7 2.075 1.0035 80
FSP8 1.738 .7070 80
FSP9 2.113 .8567 80
Inter-Item Correlation Matrix
FSP1 FSP2 FSP3 FSP4 FSP5 FSP6 FSP7 FSP8 FSP9
FSP1 1.000 .503 .555 .486 .452 .411 .318 .402 .088
FSP2 .503 1.000 .692 .671 .611 .592 .430 .554 .329
FSP3 .555 .692 1.000 .789 .617 .500 .501 .543 .358
FSP4 .486 .671 .789 1.000 .656 .605 .513 .622 .410
FSP5 .452 .611 .617 .656 1.000 .634 .444 .667 .449
FSP6 .411 .592 .500 .605 .634 1.000 .499 .739 .517
FSP7 .318 .430 .501 .513 .444 .499 1.000 .617 .417
FSP8 .402 .554 .543 .622 .667 .739 .617 1.000 .509
FSP9 .088 .329 .358 .410 .449 .517 .417 .509 1.000
156
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
FSP1 15.413 25.537 .512 .903
FSP2 15.275 24.025 .720 .886
FSP3 15.388 23.987 .756 .884
FSP4 15.450 24.428 .792 .882
FSP5 15.375 24.364 .746 .885
FSP6 15.463 24.581 .741 .886
FSP7 15.213 23.815 .604 .898
FSP8 15.550 24.782 .775 .884
FSP9 15.175 25.766 .487 .904
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
17.288 30.739 5.5443 9
157
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. HASIL UJI MULTIKOLONIARITAS
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e
VIF
1
(Constant) 21.119 6.045 3.493 .001 Kesesuaian_Kompens
asi
-.099 .264 -.050 -.375 .709 .653 1.532
Penegakan_Hukum -.712 .347 -.293 -2.050 .044 .575 1.739
Komitmen_Organisasi .367 .141 .328 2.611 .011 .744 1.345
a. Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
Coefficient Correlationsa
Model Komitmen_Org
anisasi
Kesesuaian_Ko
mpensasi
Penegakan_Huk
um
1
Correlations
Komitmen_Organisasi 1.000 -.128 -.365
Kesesuaian_Kompensasi -.128 1.000 -.489
Penegakan_Hukum -.365 -.489 1.000
Covariances
Komitmen_Organisasi .020 -.005 -.018
Kesesuaian_Kompensasi -.005 .070 -.045
Penegakan_Hukum -.018 -.045 .121
a. Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
158
2. HASIL UJI NORMALITAS
159
3. HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .325a .106 .071 5.34500
a. Predictors: (Constant), Komitmen_Organisasi, Kesesuaian_Kompensasi, Penegakan_Hukum
b. Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 257.140 3 85.713 3.000 .036b
Residual 2171.248 76 28.569
Total 2428.388 79
a. Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
b. Predictors: (Constant), Komitmen_Organisasi, Kesesuaian_Kompensasi, Penegakan_Hukum
160
4. HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .325a .106 .071 5.34500 1.436
a. Predictors: (Constant), Komitmen_Organisasi, Kesesuaian_Kompensasi, Penegakan_Hukum
b. Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 257.140 3 85.713 3.000 .036b
Residual 2171.248 76 28.569
Total 2428.388 79
a. Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
b. Predictors: (Constant), Komitmen_Organisasi, Kesesuaian_Kompensasi, Penegakan_Hukum
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e
VIF
1
(Constant) 21.119 6.045 3.493 .001 Kesesuaian_Kompen
sasi
-.099 .264 -.050 -.375 .709 .653 1.532
Penegakan_Hukum -.712 .347 -.293 -2.050 .044 .575 1.739
Komitmen_Organisa
si
.367 .141 .328 2.611 .011 .744 1.345
a. Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1
Komitmen_Organi
sasi,
Kesesuaian_Komp
ensasi,
Penegakan_Hukumb
. Enter
a. Dependent Variable: Fraud_di_Sektor_Pemerintahan
b. All requested variables entered.