17
Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 32 Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah Sistole pada Peserta Pelatihan Manajemen Puskesmas Analysis of Factors Relating to Sistole Blood Pressure at Participants in Puskesmas Management Train Supriyono 1 Widyaiswara Ahli Madya BPSDM Provinsi Jawa Tengah. (Naskah Diterima Tanggal 04 Januari 2018—Direvisi Akhir Tanggal 10 Maret 2019—Disetujui Tanggal 28 Maret 2019) Abstract This study generally aims to determine the analysis of factors related to cystole blood pressure in Puskemas Management training participants at Batam Health Training Center. This type of research is cross sectional with a sample of 92 respondents. Data collection by interview and examination. Interviews were conducted to find out data about the characteristics of respondents which included age and gender. Blood pressure checks are measured with a sphygmomanometer and stetoschope. Univariate analysis was used to test normality using Kolmogorov-Smirnov, while bivariate analysis was used to test factors that influence blood pressure. From the normality test obtained the results of p (normality) = 0.00 <0.05, so the test used is the Kendall Tau test. Based on measurements of height and weight obtained results are: Skinny category = 4.30%, Normal = 59.80%, Overweight = 17.40%, and Obese = 18.50%. The results of blood pressure measurements obtained results are: blood pressure in the normal category = 69.60%, hypertension = 30.40%. From the statistical test results obtained p age = 0.064 (p> 0.05) there was no relationship between age and blood pressure systole. p gender = 0.014 p = nutritional status = 0.010 (p <0.05), there is a relationship between sex and nutritional status with systolic blood pressure.. Keywords : systole blood pressure, trainee, Kendall Tau test Abstrak Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah sistole pada peserta pelatihan Manajemen Puskemas di Balai Pelatihan Kesehatan Batam. Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 92 responden. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui data tentang karakteristik responden yang meliputi usia dan jenis kelamin. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pengukuran dengan sphygmomanometer dan stetoschope. Analisis univariat digunakan untuk menguji kenormalan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk menguji faktor-faktor yang memengaruhi tekanan darah. Dari uji normalitas diperoleh hasil p (normalitas) = 0,00 < 0,05, sehingga uji yang digunakan adalah uji Kendall Tau. Berdasarkan pengukuran tinggi badan dan berat badan diperoleh hasi yaitu: kategori Kurus = 4,30%, Normal = 59,80%, Kegemukan =17,40%, dan Obese =18,50%. Hasil pengukuran tekanan darah diperoleh hasil yaitu: tekanan darah dalam kategori normal = 69,60%, hipertensi = 30,40%. Dari uji statistik diperoleh hasil p usia = 0,064 (p>0,05) tidak ada hubungan antara usia 1 Email: [email protected]

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 32

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah Sistole

pada Peserta Pelatihan Manajemen Puskesmas Analysis of Factors Relating to Sistole Blood Pressure at Participants

in Puskesmas Management Train

Supriyono1

Widyaiswara Ahli Madya BPSDM Provinsi Jawa Tengah.

(Naskah Diterima Tanggal 04 Januari 2018—Direvisi Akhir Tanggal 10 Maret 2019—Disetujui Tanggal 28 Maret 2019)

Abstract

This study generally aims to determine the analysis of factors related to cystole blood pressure in Puskemas Management training participants at Batam Health Training Center. This type of research is cross sectional with a sample of 92 respondents. Data collection by interview and examination. Interviews were conducted to find out data about the characteristics of respondents which included age and gender. Blood pressure checks are measured with a sphygmomanometer and stetoschope. Univariate analysis was used to test normality using Kolmogorov-Smirnov, while bivariate analysis was used to test factors that influence blood pressure. From the normality test obtained the results of p (normality) = 0.00 <0.05, so the test used is the Kendall Tau test. Based on measurements of height and weight obtained results are: Skinny category = 4.30%, Normal = 59.80%, Overweight = 17.40%, and Obese = 18.50%. The results of blood pressure measurements obtained results are: blood pressure in the normal category = 69.60%, hypertension = 30.40%. From the statistical test results obtained p age = 0.064 (p> 0.05) there was no relationship between age and blood pressure systole. p gender = 0.014 p = nutritional status = 0.010 (p <0.05), there is a relationship between sex and nutritional status with systolic blood pressure.. Keywords : systole blood pressure, trainee, Kendall Tau test

Abstrak

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah sistole pada peserta pelatihan Manajemen Puskemas di Balai Pelatihan Kesehatan Batam. Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 92 responden. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui data tentang karakteristik responden yang meliputi usia dan jenis kelamin. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pengukuran dengan sphygmomanometer dan stetoschope. Analisis univariat digunakan untuk menguji kenormalan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk menguji faktor-faktor yang memengaruhi tekanan darah. Dari uji normalitas diperoleh hasil p (normalitas) = 0,00 < 0,05, sehingga uji yang digunakan adalah uji Kendall Tau. Berdasarkan pengukuran tinggi badan dan berat badan diperoleh hasi yaitu: kategori Kurus = 4,30%, Normal = 59,80%, Kegemukan =17,40%, dan Obese =18,50%. Hasil pengukuran tekanan darah diperoleh hasil yaitu: tekanan darah dalam kategori normal = 69,60%, hipertensi = 30,40%. Dari uji statistik diperoleh hasil p usia = 0,064 (p>0,05) tidak ada hubungan antara usia

1 Email: [email protected]

Page 2: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 33

dengan tekanan darah systole. p jenis kelamin = 0,014 p = status gizi = 0,010 (p<0,05), ada hubungan jenis kelamin dan status gizi dengan tekanan darah sistole.

Kata kunci : tekanan darah sistole, peserta pelatihan, uji Kendall Tau

1. Pendahuluan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah meningkat yang ditandai dengan batas atas (sistole) dan batas bawah (diastole) sebagai akibat dari kerja jantung yang bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Prevalensi hipertensi di Kota Batam menurut Riskesdas (2013) masih cukup tinggi yaitu 20,6%. Tertinggi di Kabupaten natuna yaitu sebesar 33,8% dan terendah di Kota Tanjungpinang yaitu sebesar 19,9%.

Status gizi orang dewasa dapat diketahui dengan cara pengukuran indeks massa tubuh, dengan rumus berat badan (dalam satuan kilogram) dibagi dengan tinggi badan kali tinggi badan (dalam satuan meter). Kemudian dibandingkan dengan standar baku yang telah ditetapkan, sehingga diperoleh hasil kurus, kekurangan gizi tingkat ringan, normal, kelebihan berat badan, dan obesitas.

Obesitas merupakan keadaan patologis yaitu terjadi penimbunan lemak berlebihan tetapi yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh. Dampak buruk obesitas terhadap kesehatan sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit serius, seperti: jantung, diabetes, ginjal, paru dan lain-lain. Prevalensi obesitas anak usia sekolah (6--14 tahun) di Indonesia 9,5% pada laki-laki dan 6,4% pada perempuan. 1).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010) prevalensi status gizi (kelebihan berat badan atau (overweight) di Indonesia pada kelompok remaja umur 16--18 tahun (IMT/U) berdasarkan Provinsi yaitu sebesar 1,4%, tertinggi terdapat di Yogyakarta sebesar 4,1 %, sedangkan Provinsi Sulawesi Utara terdapat 2,1%. Adapun pada usia 18 tahun keatas Provinsi Kepulauan Riau termasuk dalam delapan besar tertinggi, prevalensi obesitas yaitu sekitar 2,3%, angka nasional 1,6%. Sedangkan untuk kelebihan berat badan mencapai 6,2%, urutan ke Sembilan di tingkat nasional. Rata-rata nasional 5,7%.

Di Batam angka obesitas dan kegemukan adalah 17,7% dan 11,8%, urutan ke empat di provinsi Kepulauan Riau, sedangkan untuk obesitas tertinggi Kota Tanjungpinang 23,3% dan terendah Kota Bintan 15,4%, sedangkan untuk kegemukan tertinggi Kabupaten Karimun 15,5% dan terendah Kabupaten Lingga 9,9%.

Berdasarkan data tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara usia, jenis kelamin dan status gizi dengan tekanan darah sistole.

Hipotesis penelitian ini adalah tidak ada korelasi antara usia, jenis kelamin, dan status gizi dengan tekanan darah sistole

Metodologi

Desain penelitian ini bersifat studi observasional dengan metode observasi, wawancara, pengukuran tinggi badan, berat badan, dan pemeriksaan tekanan darah, dengan pendekatan Cross Sectional. Variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) dikumpulkan dan diukur dalam waktu yang bersamaan atau pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan dengan sekali pengamatan. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pelatihan Kesehatan Batam mulai tanggal 20 s.d. 28 Agustus 2017.

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan manajemen puskesmas, di Balai Pelatihan Kesehatan Batam, adapun sampel yang diambil adalah sampel jenuh yaitu semua peserta yang mengikuti pelatihan dengan jumlah responden sebanyak 92 orang. Kriteria

Page 3: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 34

inklusi sesuai dengan daftar undangan peserta dari Bapelkes Batam atau usulan dari instansi pengirim. Instrumen yang digunakan adalah alat ukur timbang badan, tinggi badan, sphygmomanometer (air raksa), stetoschope dan lembar observasi yang meliputi identitas responden (usia, jenis kelamin, pendidikan), tekanan darah (sistole dan diastole), berat badan dan tinggi badan.

Alur dalam pengolahan data meliputi editing,coding, cleaning, tabulating dengan menggunakan program SPSS versi 22 dan program excel 2010. Analisis univariat digunakan untuk menguji kenormalan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah sistole digunakan uji Kendall Tau.

Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Hipertensi Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang atau pada pemeriksaan berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi.

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.(8)

Hipertensi merupakan faktor risiko kardiovaskular yang sangat umum terjadi di seluruh dunia. Hal ini terjadi seiring bertambahnya usiadan faktor penyebab lainnya seperti obesitas. Pengobatan hipertensi bertujuan untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan untuk memperpanjang serta meningkatkan usia harapan hidup. Kondisi hipertensi yang menetap tidak dikelola dengan baik terjadi di berbagai tempat. Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah kondisi di mana tekanan pada pembuluh darah meningkat secara menetap. Darah dibawa dari jantung ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Setiap kali jantung berdenyut, ia memompa darah ke pembuluh darah. Tekanan darah terjadi karena kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanan semakin keras jantung harus bekerja untuk memompa.(17)

Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan bervariasi tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik). Pada keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena darah dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih.Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh

Page 4: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 35

karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala.(6)

2. Klasifikasi Hipertensi Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi(11):

1) Berdasarkan penyebab a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak

diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.

b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

2) Berdasarkan bentuk Hipertensi Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).

3) Terdapat jenis hipertensi yang lain: a. Hipertensi Pulmonal Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan

darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival / sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.

b. Hipertensi Pada Kehamilan Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu:

Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.

Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.

Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.

Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.

Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur dari A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013).

Page 5: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 36

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 dan <80

Normal 120-129 dan/ atau 80-84

Normal Tinggi 130-139 dan/ atau 84-89

Hipertensi Derajat I 140-159 dan/ atau 90-99

Hipertensi Derajat 2 160-179 dan/ atau 100-109

Hipertensi Derajat 3 >180 dan/ atau >110

Hipertensi sistolik terisolasi > 140 dan <90

3. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko adalah suatu kondisi yang secara potensial dapat memicu terjadinya hipertensi.Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu(1,6-8): 1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Faktor risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat diubah, berhubungan dengan individu itu sendiri, antara lain: umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga. a. Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Menurut Riskesdas 2013 pada kelompok umur >55 tahun prevalensi hipertensi mencapai > 45%. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik atau yang dikenal dengan hipertensi sistolik terisolasi(HST).

b. Jenis Kelamin Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria mempunyai

risiko sekitar 2,3 kali lebih besar mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, akibat faktor hormonal maka pada perempuan kejadian hipertensi lebih tinggi dari pria.

c. Riwayat Keluarga/keturunan Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

meningkatkan risiko hipertensi, terutama hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor lingkungan dan faktor genetik juga ikut berperan. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya, dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.

d. Ras Kondisi ras juga dapat mempengaruhi berkembangnya hipertensi. Diketahui

bahwa Ras yang berasal dari Afrika dan Amerika memiliki risiko peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan Ras lain yang berada di Amerika Serikat. Kejadian hipertensi pada orang Afrika dan Amerika dapat ditemui pada usia lebih muda dan timbulnya lebih berat.

2. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi

antara lain merokok, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih, kurang aktifitas fisik, berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi alkohol, dislipidemia dan stress. Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita Diabetes Melitus akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung.

Page 6: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 37

a. Kegemukan (obesitas) Kegemukan (obesitas) didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi

penimbunan lemak yang berlebihan pada tubuh yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan.(7)

b. Merokok Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok akan memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, zat tersebut mengakibatkan proses arterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan adanya kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan proses arterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung, sehingga kebutuhan oksigen otot-otot jantung bertambah. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi akan semakin meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah arteri.

c. Kurang Aktifitas Fisik Kurang aktifitas fisik dapat menurunkan efisiensi kerja jantung, menurunkan

kemampuan tubuh termasuk kemampuan seksual dan kebugaran jasmani. d. Konsumsi Garam Berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rerata yang rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rerata lebih tinggi.

e. Dislipidemia Kelainan metabolisme lipid (lemak) ditandai dengan peningkatan kadar

kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.

f. Konsumsi Alkohol Berlebih Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan, namun

mekanismenya masih belum jelas. Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan peningkatan kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol. Dikatakan bahwa, efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.

g. Psikososial dan Stress Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah, dendam, rasa

takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat.

Terjadinya stress pada diri seseorang tidak selalu buruk. Tapi terlalu banyak stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, terlalu banyak tekanan dapat mendorong perilaku yang meningkatkan tekanan darah, seperti pola makan yang buruk mulai dari tidak teratur/ berlebihan, tidak makan sama sekali, aktivitas fisik, dan penggunaan tembakau atau minum alkohol.

Page 7: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 38

Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

Selain ketidaknyamanan emosional yang dirasakan saat menghadapi situasi stres, tubuh akan bereaksi dengan melepaskan hormon stres (adrenalin dan kortisol) ke dalam darah. Hormon ini mempersiapkan tubuh untuk respon "fight or flight" dengan membuat detak jantung lebih cepat dan menyempitkan pembuluh darah untuk mendapatkan lebih banyak darah ke sel-sel yaitu organ inti tubuh dan bukan pada ekstremitas (bagian kaki tangan/ anggota tubuh).Konstriksi pembuluh darah dan peningkatan denyut jantung dapat meningkatkan tekanan darah, tapi hanya untuk sementara. Ketika reaksi stres hilang, tekanan darah kembali ke tingkat prastresnya. Ini disebut stres situasional, dan pengaruhnya umumnya berumur pendek dan hilang saat kejadian yang menegangkan berakhir.Stres kronis (konstan) menyebabkan tubuh kita masuk ke kondisi tekanani tinggi selama berhari-hari atau berminggu-minggu dalam satu waktu. Hubungan antara stres kronis dan tekanan darah tidak jelas dan masih dipelajari.

4. Patofisiologi Hipertensi Bagi kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer), peningkatan resistensi

terhadap aliran darah (resistensi perifer total) bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi itu sementara curah jantung tetap normal. Ada bukti bahwa beberapa orang muda yang menderita prahipertensi atau “hipertensi perbatasan” memiliki curah jantung yang tinggi, denyut jantung meningkat, dan resistensi perifer yang normal. Kondisi ini disebut sebagai hipertensi perbatasan hiperkinetik. Para penderita ini memberikan gambaran yang khas dari hipertensi esensial tetap apabila terjadi kondisi curah jantung menurun dan resistensi perifer meningkat seiring bertambahnya usia.(2,16)

Peningkatan resistensi perifer pada hipertensi tetap terutama disebabkan oleh penyempitan struktur arteri dan arteriol kecil. Penurunan jumlah atau kepadatan pembuluh kapiler juga bisa ikut berperan dalam resistensi perifer. Hipertensi juga dikaitkan dengan penurunan kelenturan vena perifer, yang bisa meningkatkan venous return (volume darah yang kembali ke jantung), meningkatkan preload jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi diastolik. Masih belum jelas apakah peningkatan konstriksi aktif pembuluh darah memegang peranan dalam hipertensi esensial.(1,17)

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.

Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik) sering meningkat pada orang lanjut usia dengan hipertensi. Pada keadaan ini dapat terjadi tekanan sistolik sangat tinggi di atas normal, tetapi tekanan diastolik mungkin normal atau rendah. Kondisi ini disebut hipertensi sistolik terisolasi. Tekanan nadi yang tinggi pada orang lanjut usia dengan hipertensi atau hipertensi sistolik terisolasi disebabkan karena peningkatan kekakuan arteri, yang biasanya menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh tekanan darah tinggi.

Banyak mekanisme yang sudah diajukan sebagai penyebab peningkatan resistensi yang ditemukan dalam sistem arteri pada hipertensi. Sebagian besar bukti menunjukkan keterlibatan salah satu atau kedua penyebab berikut: (14,15)

1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah

Page 8: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 39

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.

2) Sistem renin-angiotensin Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II

dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama yaitu: a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan

meningkatnya ADH, sangat sedikit urine yang diekskresikan ke luar tubuh (anti diuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mere-absorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

3) Sistem saraf simpatis Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Mekanisme tersebut tidak berdiri sendiri dan tampaknya keduanya ikut berperan sampai batas tertentu dalam kebanyakan kasus hipertensi esensial. Juga diduga bahwa disfungsi endotel (gangguan fungsi dinding pembuluh darah) dan peradangan vaskular juga ikut berperan dalam meningkatkan resistensi perifer dan kerusakan pembuluh darah pada hipertensi.

4. Komplikasi Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga

menimbulkan komplikasi. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attact), penyakit arteri koroner (infark myocard, angina), gagal ginjal, demensia, dan atrial fibrilasi. Menurut studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, pernyakit arteri perifer, dan gagal jantung.(13)

Page 9: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 40

Kualitas hidup penderita menjadi rendah sebagai dampak komplikasi hipertensi dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).(9,13,15)

5. Tanda dan Gejala Pada dasarnya Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya harus melalui skrining. Sehingga diagnosis klinis harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional. Pada kebanyakan kasus, tekanan darah tinggi tidak menyebabkan sakit kepala atau mimisan. Bukti terbaik menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi tidak menyebabkan sakit kepala atau mimisan, kecuali dalam kasus krisis hipertensi, keadaan darurat medis saat tekanan darah 180/110 mm Hg atau lebih tinggi. Jika tekanan darah sangat tinggi dan mengalami sakit kepala atau mimisan dan merasa tidak enak badan, tunggu lima menit dan lakukan pengukuran ulang. Bila menetap maka tindakan segera harus dilakukan.(6)

Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam telinga), gangguan penglihatan atau pingsan. Pada pemeriksaan fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati hipertensi pada pemeriksaan fundus optik di belakang mata dengan menggunakan oftalmoskop. Adanya perubahan retinopati hipertensi dapat dipertimbangkan untuk penggolongan hipertensi, walaupun jenis yang lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya. Hasil oftalmoskopi juga dapat memberi petunjuk berapa lama seseorang telah mengalami hipertensi.(4,21) Berbagai gejala mungkin secara tidak langsung berhubungan dengan, namun tidak selalu disebabkan olehtekanan darah tinggi, namun perlu dipertimbangkan seperti(4,6,21):

Bintik-bintik darah di mata Bintik-bintik darah di mata (subconjunctival hemorrhage) lebih sering terjadi pada penderita diabetes atau tekanan darah tinggi, namun kondisi tersebut tidak menyebabkan bintik-bintik darah. Floaters di mata juga tidak berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Namun, hal tersebut dapat mendeteksi kerusakan pada saraf optik yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang tidak diobati.

Kemerahan pada wajah Kemerahan pada wajah terjadi saat pembuluh darah di wajah melebar. Hal ini dapat terjadi secara tidak terduga atau sebagai respons terhadap pemicu tertentu seperti paparan sinar matahari, cuaca dingin, makanan pedas, angin, minuman panas dan produk perawatan kulit. Kemerahan pada wajah juga dapat terjadi karena kondisi tekanan emosional, paparan panas atau air panas, konsumsi alkohol dan olahraga yang semuanya dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Kemerahan pada wajah dapat terjadi saat tekanan darah lebih tinggi dari biasanya, tetapi tekanan darah tinggi bukan penyebab terjadinya kemerahan pada wajah.

Pusing Pusing sesaat dapat terjadi karena efek samping dari beberapa obat tekanan

darah, tetapi hal ini tidak disebabkan karena tekanan darah tinggi. Namun, kondisi

Page 10: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 41

pusing atau sakit kepala jangan sampai diabaikan terutama bila onsetnya mendadak. Sakit kepala yang tiba-tiba, kehilangan keseimbangan atau koordinasi dan kesulitan berjalan sebagai tanda peringatan adanya stroke. Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko stroke yang utama.

Hasil Karakteristik responden

Rata-rata (mean) usia responden adalah 26,1 tahun, dengan standar deviasi (SD) adalah 3,024 tahun. Usia responden termuda 21 tahun dan tertua 39 tahun. Dengan sebaran usia didominsi oleh usia produktif (25-29,9) yaitu sebesar 58,70%. Menurut jenis kelamin, maka jenis kelamin laki-laki memiliki distribusi tertinggi yaitu sebesar 58,70% sedangkan wanita sebesar 41,30%. Analisis univariat distribusi responden berdasarkan karakteristik dapat dilihat pada tabel 2, sedangkan karakteristk responden berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 2 : Distribusi responden berdasarkan karakteristik

Karakteristik Frekwensi Prosentase

1. Usia 20 – 24,9

26

28,30

25 – 29,9 54 58,70 30 - 34,9 11 11,90 35 - 39,9 1 1,10

Total 92 100,00

2. Jenis kelamin Wanita 38 41,30

Laki-laki 54 58,70

Total 92 100,00

Sumber : data primer yang diolah

Tabel 3 : Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin

Kategori Usia Wanita (%) Laki-laki (%)

20 – 24,9 5 (19,20) 21 (80,80) 25 – 29,9 26 (48,10) 28 (51,90) 30 - 34,9 6 ( 54,50) 5 (45,50) 35 - 39,9 1 (100,00) 0 (0,00)

Total 38 (41,30) 54 (58,70)

Sumber : data primer 2017 Status Gizi

Rata-rata berat badan responden 60,035 kg + 9,193 kg, dengan berat badan terendah 40 kg tertinggi 102 kg, sedangkan untuk rata-rata tinggi badan adalah 1,61cm +0,078cm, dengan tinggi badan terendah 1,47 cm dan tertinggi 1,85 cm.

Berdasarkan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U), menunjukkan IMT/U terendah 16,65, tertinggi 39,71, dengan rata-rata 23,26 + 4,85. Status gizi normal memiliki

Page 11: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 42

distribusi tertinggi pada penelitian ini yaitu sebesar 59,8% dan kurus memiliki distribusi paling rendah yaitu sebesar 4,3%. Distribusi status gizi dapat dilihat pada grafik 1

Grafik 1 : Distribusi indeks massa tubuh berdasarkan umur Tekanan Darah

Tekanan darah sisitolik pada penelitian ini memiliki rata-rata yaitu 113,70±9,689mmHg dengan tekanan darah paling rendah yaitu 90 mmHg, tertinggi yaitu 140 mmHg. Distribusi tekanan darah dapat dilihat pada tabel 4. Responden dengan tekanan darah sistolik normal memiliki distribusi tertinggi yaitu sebesar 51 responden (55,40%).

Tabel 4 . Karateristik Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik

Tekanan darah Kategori Sistolik

n Prosentase

Normal 51 55,40 Pre hipertensi 40 43,50

Hipertensi Tingkat 1 1 1,10 Hipertensi Tingkat 2 0 0,00

Total 92 100,00

Tabel 5. Karakteristik tekanan darah sistole berdasarkan usia dan jenis kelamin

Tekanan darah

Karakteristik Normal Hipertensi Total

n prosentase N prosentase n prosentase

1. Usia 20 – 24,9

20

76,90

6

23,10

26

100,00

25 – 29,9 33 61,10 21 38,90 54 100,00 30 - 34,9 10 90,90 1 9,10 11 100,00 35 - 39,9 1 100 0 0,0 1 100,00

Total 64 69,60 28 30,40 92 100,00

2. Jenis kelamin Wanita

24

63,20

14

36,80

38

100,00

Laki-laki 40 74,10 14 25,90 54 100,00

Total 64 69,60 28 30,40 92 100,00

Sumber : data primer 2017

Tabel 6. Karakteristik Status Gizi berdasarkan Tekanan Darah Sistole

Tekanan darah

Status Gizi Normal Hipertensi Total

Kurus (4.30%)

Normal (59.80%)

Kegemukan (17.40%)

Obesitas (18.50%)

Page 12: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 43

n prosentase n prosentase n prosentase

Kurus 3 75,00 1 25,00 3 100,00 Normal 41 74,50 14 25,50 55 100,00

Kegemukan 11 68,80 5 31,20 16 100,00 Obesitas 9 52,90 8 47,10 17 100,00

Total 64 69,60 28 30,40 92 100,00

Sumber : data primer 2017 Uji Persyaratan Hipotesis a. Uji Normalitas

Tabel 7. Hasil perhitungan uji normalitas

Data X2 hitung X2 tabel Distribusi data

Usia 0,00 0,303 Normal Jenis kelamin 0,00 0,385 Normal

Status gizi 0,00 0,364 Normal Sistole 0,00 0,363 Normal

b. Uji Hipotesis

Uji Kendall Tau bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependent

dengan variabel independen. Apabila p < 0,05 berarti ada pengaruh yang siginifikan dan

sebaliknya jika p > 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang siginifkan antara usia, jenis kelamin,

dan status gizi a dengan tekanan darah sistole

Hubungan antar variabel Tabel 8 : Hubungan Usia dengan Tekanan Darah Sistole

Tekanan darah

Variabel Normal Hipertensi Jumlah r p

N % n % n %

1. Usia 20 – 24,9 20 76,90 6 23,10 26 100,00 0,185 0,064 *) 25 – 29,9 33 61,10 21 38,90 54 100,00 30 – 34,9 10 90,90 1 9,10 11 100,00 35 – 39,9 1 100,00 0 0,00 1 100,00

2. Jenis kelamin Wanita 24 63,20 14 36,80 38 100,00 -0,256 0,014 *)

Laki-laki 54 74,10 14 25,90 54 100,00

3. Status gizi Kurus 3 75,00 1 25,00 4 100,00 0,253 0,010 *)

Normal 41 74,50 14 25,50 55 100,00 Kegemukan 11 68,80 5 31,20 16 100,00

Obesitas 9 52,90 8 47,10 17 100,00

*) uji Kendall Tau Sumber : data primer yang diolah

Pembahasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya mengambil sampel pada peserta pelatihan manajemen puskesmas yang dilaksanakan di kota Batam, sehingga tidak dapat menggambarkan populasi peserta pelatihan yang ada dib alai pelatihan kesehatan Batam. Keterbatasan lainnya adalah hanya melihat korelasi antara usia, jenis kelamin dan status gizi

Page 13: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 44

dengan tekanan darah sistole, karena masih dimungkinkan variabel lain yang berpengaruh seperti kebiasaan makan, merokok, pendidikan, stress, aktivitas fisik dan lain-lain.

Umur merupakan salah satu aktor risiko yang melekat pada manusia yang tidak dapat diubah, berhubungan dengan individu itu sendiri. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Menurut Riskesdas 2013 pada kelompok umur >55 tahun prevalensi hipertensi mencapai > 45%. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik atau yang dikenal dengan hipertensi sistolik terisolasi(HST). Dari hasil uji kendall tau diperoleh hasil p =0,064, > 0,05, sehingga bisa dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan tekanan darah systole. Tidak adanya hubungan antara usia dengan tekanan darah bisa disebabkan oleh faktor lain yang tidak terjangkau dalam penelitian ini, seperti stress, kondisi psikologi, dan lain-lain. Namun dalam penelitian lain, seiring dengan bertambahnya usia seseorang akan terkena hipertensi pada saat usia menjelang 50 tahun keatas, kerja jantung akan berkurang 1% dalam setiap tahunnya (Sutanto, 2010 dalam Patricia N. Adriaansz, 2016) Umur berkaitan dengan kinerja karena pada umur yang menua akan di ikuti proses degenerasi organ tubuh sehingga kemampuan organ menurun yang dapat menyebab fungsi-fungsi organ mulai mengalami penurunan sehingga bisa berakibat naiknya tekanan darah terutama tekanan darah systole.

Dalam penelitan ini ditemukan ada hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah systole dengan nilai p=0,014 (< 0,05) dengan kekuatan korelasi sebesar -0,256. Sehingga bisa disimpulkan bahwa wanita mempunyai risiko sekitar 0,256 kali lebih besar mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini bisa dimungkikan adanya faktor hormonal yang memicu tingginya tekanan darah sistole lebih tinggi dari laki-laki.

Status gizi dihitung berdasarkan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U), maka dari hasil analisis uji Kendall Tau, menunjukkan bahwa, status gizi (IMT/U) mempunyai hubungan yang bermakna dengan tekanan darah sistolik panda peserta pelatihan manajemen puskesmas dengan nilai p = 0,010, dengan kekuatan korelasi sebesar r = 0,253. Artinya bahwa semakin bertambah status gizi maka bertambah pula tekanan darah systole, dengan hubungan antara status gizi dengan tekanan darah adalah searah dan lemah. Hasil tersebut sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh Yulyius,dkk, 2014, yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universias Sam Ratulangi. Hasil yang sama yang dilakukan oleh Hendrik (2011) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah.

Indeks Massa Tubuh merupakan metode yang digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa.untuk seseorang (Hendrik, 2011 dalam Yulyius, 2014). Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi lemak yang berlebihan pada jaringan adiposa yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.Hal ini terkait dengan sindroma metabolik diantaranya yaitu resistensi insulin, intoleransi glukosa maupun hipertensi.

Peningkatan tekanan darah merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi tekanan darah normal. Penyebab tekanan darah meningkat diantaranya peningkatan kecepatan denyutan jantung, peningkatan resistensi pembuluh darah tepi dan peningkatan volume darah. Faktor gizi berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa mekanisme. Faktor usia juga berperan, karena pada usia lanjut pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang.

Keterbatasan dalam penelitian :

Page 14: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 45

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : penelitian hanya dilakukan pada satu tempat, pengukuran tekanan darah dilakukan hanya satu kali pengukuran dan adanya variabel pengganggu seperti stress, ras, genetic dan keadaan psikologi.

Kesimpulan

Distribusi responden berdasarkan usia, maka responden yang berusia 25-29,9 tahun yang mendominasi yaitu sebesar 58,70%, sedangkan untuk jenis kelamin, laki-laki mendominasi yaitu sebesar 58,70%. Sedangkan penyebaran hipertensi , responden di usia 25 – 29,9 tahun masih mendominasi penderita hipertensi, dengan jenis kelamin wanita sebesar 36,80%. Untuk status gizi kurus sebesar yang normal sebesar 79% , gizi lebih sebesar dan obesitas sebesar %. Tekanan darah normotensi sebesar 69,60% dan hipetensi sebesar 30,40%.

Dari uji statistik diperoleh hasil Tidak ada hubungan antara usia dengan tekanan darah systole dengan p usia = 0,064 (p>0,05) Sedangkan jenis kelamin dan status gizi, ada hubungan yang bermakna dengan p jenis kelamin = 0,014 dan p = status gizi = 0,010 (p<0,05).

Saran Berdasarkan hasil penelitian diatas, dan mengingat sering ditemui peserta dengan gejala-

gejala penyakit termasuk hipertensi, maka perlu disediakan klinik yang dilengkapi dengan tenaga dokter, perawat dan ahli gizi yang bekerja secara full timer. Melakukan screening pada setiap peserta pelatihan dengan melakukan pengukuran status gizi (berat dan tinggi badan), tekanan darah dan pemeriksaan kadar Hb, kolesterol dan gula darah

Rekomendasi

Pemeriksaan terhadap calon peserta pelatihan agar dijadikan sebagai agenda rutin dari sebuah siklus pelatihan.

Page 15: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 46

DAFTAR RUJUKAN

1. Modul Pelatihan Kelaurga Sehat. Kemenkes RI. Tahun 2016 2. Tatalaksana Hipertensi Perhimpunan 3. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/guidelines/hypertension/en/. Diakses

2 Juni 2017 4. Infodatin. Hipertensi. Pusat Data dan Informasi Kemneterian Kesehatan RI. Tahun 2014 5. Word Health Statistic 2015. WHO. 2015 6. http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure. Diakses tanggal

29 Mei 2017 7. http://www.who.int/mediacentre/factsheets. Diakses tanggal 29 Mei 2017 8. The Asia Pasific Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment. WHO 2000 9. http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html. Diakses 4 Juni 2017 10. Fisher ND, Williams GH (2005). "Hypertensive vascular disease". Di Kasper DL,

Braunwald E, Fauci AS et al. Harrison's Principles of Internal Medicine (16th ed.). New York, NY: McGraw-Hill. pp. 1463–81. ISBN 0-07-139140-1.

11. Wong T, Mitchell P (February 2007). "The eye in hypertension". Lancet 369 (9559): 425–35. doi:10.1016/S0140-6736(07)60198-6. PMID 17276782.

12. Conway J (April 1984). "Hemodynamic aspects of essential hypertension in humans". Physiol. Rev. 64 (2): 617–60. PMID 6369352.

13. Palatini P, Julius S (June 2009). "The role of cardiac autonomic function in hypertension and cardiovascular disease". Curr. Hypertens. Rep. 11 (3): 199–205. PMID 19442329.

14. Andersson OK, Lingman M, Himmelmann A, Sivertsson R, Widgren BR (2004). "Prediction of future hypertension by casual blood pressure or invasive hemodynamics? A 30-year follow-up study". Blood Press.13 (6): 350–4. PMID 15771219.

15. Folkow B (April 1982). "Physiological aspects of primary hypertension". Physiol. Rev. 62 (2): 347–504. PMID 6461865.

16. Struijker Boudier HA, le Noble JL, Messing MW, Huijberts MS, le Noble FA, van Essen H (December 1992). "The microcirculation and hypertension". J Hypertens Suppl 10 (7): S147–56. PMID 1291649.

17. Navar LG (December 2010). "Counterpoint: Activation of the intrarenal renin-angiotensin system is the dominant contributor to systemic hypertension". J. Appl. Physiol. 109 (6): 1998–2000; discussion 2015. doi:10.1152/japplphysiol.00182.2010a. PMC 3006411. PMID 21148349.

18. Esler M, Lambert E, Schlaich M (December 2010). "Point: Chronic activation of the sympathetic nervous system is the dominant contributor to systemic hypertension". J. Appl. Physiol. 109 (6): 1996–8; discussion 2016. doi:10.1152/japplphysiol.00182.2010. PMID 20185633.

19. O'Brien, Eoin; Beevers, D. G.; Lip, Gregory Y. H. (2007). ABC of hypertension. London: BMJ Books. ISBN 1-4051-3061-X.

Page 16: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 47

20. http://eprints.undip.ac.id/43896/3/Gilang_YA_G2A009181_Bab2KTI.pdf. Diakses 4 Juni 2017

Daftar Pustaka

Agusmita, 2018, Cara Menulis Daftar Pustaka Dari Internet, http://cara menulis

buku.com/cara-menulis-daftar-pustaka-dari-internet.htm, diakses tanggal 10-1-2018, jam

13.15 wib

Anggara, Febby Haendra Dwi dan Nanang Prayitno, 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012, Jurnal Ilmiah

Kesehatan, 5(1); Jan 2013 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin,

Jakarta

Anggraini, dkk. 2009. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien

yang berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang, Periode Januari 2009, Pekanbaru

https://yayanakhyar.files.wordpress.com, diakses 18 Juni 2017, 10.12 WIB

Badan litbangkes Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar,

http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013, diakses 10-9-2017, 08.35 wib

Fitriani Nur, Neffrety Nilamsari, 2017, Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Tekanan Darah

pada Pekerja Shift dan Pekerja Non-Shift di PT.X Gresik, Journal of Industrial Hygiene and

Occupational Health Volume 2 No. 1 Oktober 2017,

https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php, http://dx.doi.org, diakses 12-1-2018,

08.45 wib

Fitriani Nur, Neffrety Nilamsari, 2017 dalam Anggara, FHD., dan Prayitno, N.2013. Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat

Tahun 2012 . Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah

Kesehatan. 5(1):20-25, Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , 2007, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. h.111-2, [Diakses 23 Oktober 2013].Tersedia di http://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007.pdf.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. h.39-

66. [Diakses 16 0ktober 2013]. Tersedia di http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014, Infodatin. Hipertensi. Pusdatin, Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Modul Manajemen Puskesmas, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Modul Keluarga Sehat, Jakarta

Langgar ,Diana Puspita, Vilda Ana Veria Setyawati, 2014, Hubungan Antara Asupan Gizi Dan Status Gizi Dengan Kelelahan Kerja pada Karyawan Perusahaan Tahu Baxo Bu Pudji di Ungaran Tahun 2014, JURNAL VISIKES - Vol. 13 / No. 2 / September 2014, dari https://scholar.google.co.id/citations?user=k1RoZhwAAAAJ&hl=en diedit 18 April 2018 jam 13.11 wib

Page 17: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah

Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 48

Muniroh Lailatul, et al, 2007, Pengaruh Pemberian Jus Buah Belimbing dan Mentimun terhadap

Penurunan Tekanan darah sistolik dan Diastolik pada penderita Hipertensi, Universitas

AirlanggaSurabaya,https://www.researchgate.diakses 22 Juni 2017, 10.15 wib

Mendis S, 2013, Hypertension: a silent contributor to the global cardiovascular epidemic. Regional

health forum. 2013;17:1-5. Nugroho AW, Santoso N, 2011, Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2011.

h. 246-247 Rahajeng E, Tuminah S, 2009, Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah

Kedokteran Indonesia. 2009;59:580-7 Sihombing M. Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman, dan Aktivitas Fisik

dengan Penyakit Hipertensi pada Responden Obes Usia Dewasa di Indonesia. Maj Kedokt Indon. 2010;60:406-12.

Sugondo, S, 2010, Obesitas. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Simanibrata M, Setiana S. Syam AF, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2010. h. 1973-83

Verma A, Patel P, Pate JR, Chaudhary H, 2013, Relation of BMI & hypertension in natives of Gujarat. GCSMC J Med Sci. 2013;2:17-9.

Wangdi T, 2013, Burden, determinants and control of hypertension:a Bhutanese perspective. Regional health forum.2013;17:20-5.

Widjaja FF, Santoso LA, Barus NRV, Pradana GA, Estetika C. Prehypertension and hypertension among young Indonesian adults at a primary health care in a rural area. Med J Indones. 2013;22:37-45.

Wahyuningsih dan Endri Astuti, 2008, Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut, Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, Yogyakarta, file:///C:/Users/Acer/Downloads/9-15-4-PB.pdf, diakses pada 11-9-2017, 09.30 wib

Yogiantoro M, 2010, Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Simanibrata M, Setiana S. Syam AF, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2010. h. 1079-85.