16
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA PERAWAT PELAKSANA RUMAH SAKIT TUGU IBU CIMANGGIS TAHUN 2013 Putra, Bangun Setia. Fihir, Izhar M. 1. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, FKM UI, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, FKM UI, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini membahas faktor-faktor penyebab stres kerja pada perawat pelaksana Rumah Sakit Tugu Ibu Cimanggis tahun 2013. Faktor-faktor yang diteliti meliputi faktor intrinsik pekerjaan (beban kerja, shift kerja, rutinitas kerja), faktor ekstrinsik pekerjaan (peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan interpersonal perawat dengan rekan kerja, atasan kerja, pasien, dan keluarga) serta faktor karakteristik responden (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, lama masa kerja). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan metode kuisioner. Jumlah responden yang diperoleh sebanyak 99 responden dari bagian unit rawat inap, ICU, IGD, Perinatologi dan kamar bedah. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 35 responden (35,4%) mengalami tingkat stres sedang dan 64 responden (64,6%) mengalami tingkat stres ringan. Faktor-faktor yang memiliki hubungan yang bermakna dengan stres kerja berdasarkan uji statistik yang dilakukan diantaranya beban kerja, shift kerja, rutinitas kerja, pengembangan karir, hubungan interpersonal dengan rekan kerja serta hubungan interpersonal dengan pasien. ABSTRACT This research discusses the factors that causes work stress in executive nurses Tugu Ibu Hospital Cimanggis in 2013. Factors examined included intrinsic job factors (workload, shift work, work routines), extrinsic job factors (role in the organiation, career development, interpersonal relationships with co-workers, supervisors, patients, and families) and respondent characteristics factors (gender, age, education level, martial status, length of service). This research is quantitative study with cross-sectional approach. Technique of data collection used questionnaire. The number of respondents are 99 respondents from inpatient unit, intensive care unit, emergency unit, Perinatology and surgical room. The results showed that 35 respondents (35,4%) had moderate stress levels and 64 respondents (64,6%) had mild stress levels. The factors that had a significant association with work stress based on statistical tests are workload, shift work, work routines, career development, interpersonal relationships with co-workers and interpersonal relationships with patients. Key words : Work stress, executive nurses, factors that causes work stress 1. PENDAHULUAN Occupational stress atau stres kerja telah menjadi salah satu isu yang mendapat perhatian penting di banyak negara. Sebelumnya, stres kerja dianggap Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA PERAWAT PELAKSANA RUMAH SAKIT TUGU IBU

CIMANGGIS TAHUN 2013

Putra, Bangun Setia. Fihir, Izhar M.

1. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, FKM UI, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, FKM UI, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini membahas faktor-faktor penyebab stres kerja pada perawat pelaksana Rumah Sakit Tugu Ibu Cimanggis tahun 2013. Faktor-faktor yang diteliti meliputi faktor intrinsik pekerjaan (beban kerja, shift kerja, rutinitas kerja), faktor ekstrinsik pekerjaan (peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan interpersonal perawat dengan rekan kerja, atasan kerja, pasien, dan keluarga) serta faktor karakteristik responden (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, lama masa kerja).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan metode kuisioner. Jumlah responden yang diperoleh sebanyak 99 responden dari bagian unit rawat inap, ICU, IGD, Perinatologi dan kamar bedah.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 35 responden (35,4%) mengalami tingkat stres sedang dan 64 responden (64,6%) mengalami tingkat stres ringan. Faktor-faktor yang memiliki hubungan yang bermakna dengan stres kerja berdasarkan uji statistik yang dilakukan diantaranya beban kerja, shift kerja, rutinitas kerja, pengembangan karir, hubungan interpersonal dengan rekan kerja serta hubungan interpersonal dengan pasien.

ABSTRACT

This research discusses the factors that causes work stress in executive nurses Tugu Ibu Hospital Cimanggis in 2013. Factors examined included intrinsic job factors (workload, shift work, work routines), extrinsic job factors (role in the organiation, career development, interpersonal relationships with co-workers, supervisors, patients, and families) and respondent characteristics factors (gender, age, education level, martial status, length of service).

This research is quantitative study with cross-sectional approach. Technique of data collection used questionnaire. The number of respondents are 99 respondents from inpatient unit, intensive care unit, emergency unit, Perinatology and surgical room.

The results showed that 35 respondents (35,4%) had moderate stress levels and 64 respondents (64,6%) had mild stress levels. The factors that had a significant association with work stress based on statistical tests are workload, shift work, work routines, career development, interpersonal relationships with co-workers and interpersonal relationships with patients.

Key words : Work stress, executive nurses, factors that causes work stress 1. PENDAHULUAN

Occupational stress atau stres kerja telah menjadi salah satu isu yang

mendapat perhatian penting di banyak negara. Sebelumnya, stres kerja dianggap

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

sebagai masalah pribadi yang diselesaikan secara personal, tetapi saat ini telah

berkembang menjadi fenomena global yang berdampak pada kesehatan setiap

pekerja dari berbagai jenis pekerjaan (Cox et all, 1996).

Stres terjadi di semua pekerjaan termasuk dalam bidang pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit, dimana salah satu tenaga kesehatan utama yang

berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah perawat. Dikatakan utama

karena perawat umumnya memiliki jumlah terbesar dari tenaga kesehatan yang ada

di rumah sakit, sekitar 50-60%. Dengan tugas dan peran perawat yang tidak

terpisahkan dalam pelayanan kesehatan berkaitan dengan tenaga kesehatan dan

pasien umumnya, profesi perawat rentan terhadap stres.

Stres pada perawat dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Studi stres pada

perawat di salah satu provinsi di Thailand menyatakan 70% responden menyatakan

beban kerja mereka berlebihan dan berhubungan dengan tingkat stres tinggi (Aoki,

Keiwkamka, Chompikul, 2010). Survei dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia

(PPNI) tahun 2006 menunjukkan sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat

provinsi mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena

beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, serta gaji rendah tanpa insentif

memadai. (www.inna-ppni.or.id, 2006 dalam Pramudya, 2008). Lim J, Bogossian F,

Ahern K (2010) menyatakan terdapat beberapa faktor risiko stres atau stresor seperti

karakteristik pekerjaan, kondisi lingkungan kerja, kurangnya pengawasan, peran

kerja, jam kerja panjang, shift kerja, konflik interpersonal, sumber daya yang kurang

memadai, sistem penghargaan buruk, struktur atau komunikasi yang kurang serta

tindakan kekerasan. Stresor-stresor tersebut dapat berdampak negatif pada perawat

baik secara individu maupun organisasi. (NIOSH: Alleviating Job Stress in Nurses

www.medscape.com).

Indikasi stres pada perawat RS. Tugu Ibu didapatkan dari wawancara

terhadap Kepala Bidang Keperawatan yang menyatakan turnover perawat yang

cukup tinggi. Berdasarkan data kepegawaian RS. Tugu Ibu didapatkan angka

turnover perawat pada tahun 2009-2012 lebih dari 10% dengan angka turnover

perawat tahun 2012 sebesar 22 perawat (15,4%). Menurut Gillies (1994) dalam

Salim (2012), angka turnover pada perawat dikatakan tinggi jika lebih dari 10%. Hal

ini yang menjadi indikasi adanya gejala stres pada perawat RS. Tugu Ibu.

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

Tabel 1 Turnover Perawat RS. Tugu Ibu tahun 2009-2012

Indikator/ Tahun 2009 2010 2011 2012

Perawat yang keluar 24 27 15 22

Jumlah perawat 154 160 157 143

Turnover Rate 15,6% 16,8% 9,5% 15,4% Sumber: Data Kepegawaian RS. Tugu Ibu telah diolah kembali

Dari tingkatan perawat yang ada di RS. Tugu Ibu, perawat pelaksana

merupakan perawat yang bertanggung jawab secara langsung dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien. Dalam pekerjaannya, perawat pelaksana juga

melakukan komunikasi dua arah kepada perawat lain, dokter dan tenaga kesehatan

yang tergabung dalam tim. Perawat pelaksana juga bertugas dalam kegiatan

penyiapan peralatan dan obat-obatan serta kegiatan administrasi berupa pencatatan

dan pelaporan kegiatan keperawatan. Tuntutan pekerjaan yang tinggi membuat

perawat pelaksana lebih rentan mengalami stres kerja yang berpengaruh terhadap

kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.

Informasi dari beberapa perawat pelaksana RS. Tugu Ibu mendapatkan

faktor-faktor lain di luar beban kerja yang dapat memicu stres kerja seperti rutinitas

kerja, pengembangan karir serta faktor lain terkait dengan hubungan interpersonal.

Namun, hal ini belum menjadi gambaran umum stres kerja pada perawat sehingga

merasa perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui tingkat stres kerja pada

perawat RS. Tugu Ibu dan faktor-faktor yang menjadi penyebab stres kerja.

2. TINJAUAN TEORITIS

Model stres Cooper dan Marshall (1976) berfokus pada pada sifat detail dari

stres di lingkungan kerja, yang mempengaruhi faktor karakteristik individu, serta

memperlihatkan efek yang timbul akibat stres terhadap individu maupun organisasi.

Dalam model stres kerja Cooper dan Marshall, sumber-sumber stres yang terdapat

pada pekerjaan dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu:

a. Faktor Intrinsik Pekerjaan (Intrinsic to Job)

Terdiri dari tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik berupa

kondisi kerja tertentu yang dapat berpengaruh terhadap keselamatan dan

kesehatan pekerja, meliputi bising, getaran dan higiene. Sedangkan tuntutan

tugas terdiri dari beban kerja berlebih/ terlalu sedikit secara kuantitatif dan

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

kualitatif, shift kerja dan persepsi terhadap bahaya dan risiko. Beban kerja

berlebih/ terlalu sedikit kuantitatif berkaitan dengan tuntutan untuk

menyelesaikan tugas pekerjaan yang diberikan dalam jangka waktu tertentu.

Sedangkan beban kerja berlebihan/ terlalu sedikit kualitatif berkaitan dengan

b. Peran dalam Organisasi (Role in Organization)

Konflik peran berkaitan dengan pertentangan antara tugas yang

dilakukan dengan keterampilan yang dimiliki. Ketaksaan peran atau peran

yang tidak jelas adalah suatu keadaan dimana pekerja tidak mempunyai

informasi yang cukup untuk mengetahui tugas dan perannya dalam pekerjaan

(Cox et all, 2002), serta tanggung jawab terhadap orang lain. French and

Caplan (1970) menyatakan tanggung jawab yang diemban pekerja memiliki

hubungan signifikan dengan perubahan kondisi fisik dan perilaku, seperti

peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar kolesterol tubuh dan

kebiasaan merokok.

c. Pengembangan Karir (Career Development)

Everly dan Girdano dalam Munandar (2008) menyatakan terdapat tiga

unsur penting dalam pengembangan karir seseorang yaitu peluang untuk

menggunakan keterampilan jabatan sepenuhnya, peluang untuk

mengembangkan keterampilan baru, dan penyuluhan karir untuk

memudahkan keputusan-keputusan yang menyangkut karir. Sedangkan

Marshall (1977) mengklasifikasikan dua faktor yang berperan dalam

pengembangan karir, yaitu status pekerjaan yang tidak aman dan

pembayaran gaji yang buruk, serta posisi atau jabatan yang tidak sesuai.

d. Hubungan Interpersonal dalam Pekerjaan (Relationships at Work)

Hubungan interpersonal antara pekerja dengan anggota di grup kerja

menjadi penting untuk kesehatan individu maupun secara organisasi (Cooper,

1981). Sebuah survei oleh Kementerian Tenaga Kerja Jepang (1987)

menyatakan bahwa 52% pekerja wanita yang diwawancarai mempunyai

pengalaman stres akibat ketidakpuasan hubungan interpersonal di tempat

kerja. Studi serupa oleh Jones et all (1998) mendapatkan pekerja yang

melaporkan stres 6,5 kali lebih banyak untuk melapor kurangnya dukungan

dari orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan.

Terdapat 3 hal penting dalam hubungan interpersonal, yaitu hubungan

dengan supervisor, bawahan dan kolega kerja (Sauter et all, 1992).

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

Kurangnya dukungan di tempat kerja memiliki asosiasi dengan tingginya tensi

kerja, kelelahan, rendahnya kepuasan kerja dan peningkatan risiko penyakit

jantung (Davidson et all, 1981 dalam Cox et all, 2000).

e. Struktur dan Iklim Organisasi (Organizational Structure and Climate)

Faktor ini berhubungan dengan bagaimana para pekerja

mempersepsikan kebudayaan, kebiasaan dan iklim dari organisasi, meliputi

kebijakan perusahaan yang terlalu ketat, serta administrasi dan manajemen

perusahaan terlalu birokratis sehingga pekerja merasa tertekan dengan

peraturan-peraturan perusahaan. Faktor lain dalam kategori ini yang dapat

menimbulkan stres adalah ketidakpuasan terhadap strukur dan iklim

organisasi, serta peran keterlibatan dalam organisasi (Munandar, 2008).

Dewe (1981) dalam studi terhadap perawat di Selandia Baru,

mengidentifikasikan lima faktor utama sebagai stresor pada perawat, yaitu beban

kerja berlebih, hambatan berkomunikasi dengan staf lain, terlibat dalam kondisi kritis

dalam kegiatan keperawatan, perhatian berlebih terhadap perawatan pasien dan

dihadapkan dengan kondisi pasien yang sakit parah.

Gray-Toft dan Anderson (1981) mengemukakan sumber stres pada perawat

terbagi dalam tiga bagian, yaitu lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan

lingkungan sosial. Faktor lingkungan fisik meliputi beban kerja yang berlebih,

kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Faktor

lingkungan psikologis meliputi kondisi kesakitan dan kematian pasien, kesiapan

perawat untuk berhadapan dengan tuntutan emosional pasien dan keluarga,

dukungan rekan kerja yang kurang, serta ketidakjelasan peran tugas yang harus

dilakukan terhadap pasien. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan sosial

meliputi konflik dengan tenaga kesehatan, rekan sesama perawat dan atasan kerja.

Menurut Gilles (1994), stres pada perawat dapat disebabkan karena beban

kerja yang berlebihan. Untuk menentukan suatu pekerjaan mempunyai beban kerja

yang berlebih dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor seperti jumlah pasien yang

masuk setiap hari/ bulan/ tahun, penyakit yang diderita oleh pasien/ kondisi pasien di

unit tersebut, tingkat keparahan pasien, kompleksitas dari perawatan, kondisi fisik

secara umum, serta status psikologi dan sosial.

Lim J, Bogossian F, Ahern K (2010) menyatakan perawat mengalami pajanan

berlebihan terhadap faktor risiko stres atau stresor yang bersifat psikososial seperti

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

kurangnya pengawasan, peran kerja, jam kerja panjang, shift kerja, konflik

interpersonal, sumber daya yang kurang memadai, sistem penghargaan buruk,

struktur atau komunikasi yang kurang, serta tindakan kekerasan (NIOSH: Alleviating

Job Stress in Nurses www.medscape.com).

Faktor individu berpengaruh terhadap kemampuan dalam menghadapi stres.

Robbins (1998) menyatakan tingkat umur, pengalaman kerja, pendidikan merupakan

faktor utama dalam mengadaptasi tingkat stres yang ada dari kondisi yang tidak

menentu, tetapi dengan semakin banyaknya pengalaman, stres akan menurun

sehingga pekerja yang lebih berpengalaman cenderung lebih mampu beradaptasi

dan sedikit mengalami stres.

3. METODE PENELITIAN

Variabel yang diteliti dalam penelitian didasarkan pada modifikasi model stres

kerja Cooper dan Marshall (1976) dan hasil penelitian-penelitian terhadap stres kerja

pada perawat. Variabel independen yang diteliti meliputi faktor intrinsik pekerjaan

(beban kerja, shift kerja, rutinitas kerja), faktor ekstrinsik pekerjaan (peran dalam

organisasi, pengembangan karir, hubungan interpersonal dengan rekan kerja,

atasan kerja, pasien, dan keluarga), dan karakteristik responden (jenis kelamin,

umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, lama masa kerja). Variabel dependen

merupakan stres kerja pada perawat dengan melihat respon gejala berupa gejala

fisik, emosi, kognitif dan perilaku.

1. Indikator fisik, meliputi peningkatan tekanan darah, nyeri otot (sakit di bagian

leher, kepala, pundak), peningkatan produksi asam lambung, peningkatan

hormon, gangguan pernapasan dan penurunan sistem imun tubuh.

2. Indikator emosi, meliputi reaksi ketakutan dan depresi, mudah marah,

perasaan tidak berdaya dan putus asa.

3. Indikator kognitif, ditandai dengan penurunan motivasi, kesulitan untuk

berkonsentrasi, mempelajari hal baru, membuat keputusan.

4. Indikator perilaku, meliputi perubahan pola makan, pola tidur, kebiasaan

merokok, konsumsi obat-obatan dan/ atau alkohol, meningkatnya perilaku anti

sosial, menghindar dari kewajiban, penurunan motivasi dan meningkatnya

absen dari pekerjaan.

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

Hipotesis Terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara faktor karakteristik

responden (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, lama masa

kerja), faktor intrinsik pekerjaan (beban kerja, shift kerja, rutinitas kerja) dan faktor

ekstrinsik pekerjaan (peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan

interpersonal dengan rekan kerja, hubungan interpersonal dengan atasan kerja,

hubungan interpersonal dengan pasien, hubungan interpersonal dengan keluarga)

dengan stres kerja pada perawat RS. Tugu Ibu.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana RS. Tugu Ibu yang

berjumlah 120 orang. Sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi

penelitian. Penentuan sampel penelitian menggunakan rumus estimasi proporsi

(Lemeshow, 1997 dalam Suyatno, 2010),

n =

Keterangan:

n = Besar sampel

= Nilai Z pada derajat kemaknaan ( jika α= 0,05, maka Z 95% = 1,96)

P = Proporsi kasus tertentu terhadap populasi (Jika proporsi kasus tidak

diketahui, maka nilai P ditetapkan sebesar 50% atau 0,5)

d = Derajat penyimpangan atau margin of error yang diinginkan

N = Besar populasi

Dari hasil perhitungan besar sampel dan penentuan keiteria inklusi dan

eksklusi, didapatkan jumlah akhir sampel untuk penelitian sebesar 99 responden.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner yang diberikan kepada

perawat. Untuk pertanyaan dalam kuisioner terkait faktor-faktor penyebab stres kerja

menggunakan koding sebagai berikut.

• Pernyataan negatif dengan jawaban Sangat Tidak Setuju, diberi skor 4

• Pernyataan negatif dengan jawaban Tidak Setuju, diberi skor 3

• Pernyataan negatif dengan jawaban Setuju, diberi skor 2

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

• Pernyataan negatif dengan jawaban Sangat Setuju, diberi skor 1

• Pernyataan positif dengan jawaban Sangat Tidak Setuju, diberi skor 1

• Pernyataan positif dengan jawaban Tidak Setuju, diberi skor 2

• Pernyataan positif dengan jawaban Setuju, diberi skor 3

• Pernyataan positif dengan jawaban Sangat Setuju, diberi skor 4

Untuk pertanyaan terkait gejala stres kerja berdasarkan indikator fisik, emosi,

kognitif dan perilaku menggunakan koding sebagai berikut.

• Pertanyaan dengan jawaban Tidak Pernah, diberi skor 0

• Pertanyaan dengan jawaban Jarang, diberi skor 1

• Pertanyaan dengan jawaban Kadang-Kadang diberi skor 2

• Pertanyaan dengan jawaban Sering, diberi skor 3

Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuisioner yang digunakan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 20

sampel. Uji validitas menggunakan teknik Correlation Pearson Product Moment

dengan melakukan korelasi skor masing-masing pertanyaan dengan skor total tiap

kategori. Suatu item pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r hitung > r tabel (r >

0,444, dengan DF= n-2 = 20-2=18 dengan nilai alpha 0,05). Item pertanyaan dengan

nilai r < 0,444 dinyatakan tidak valid. Untuk uji reliabilitas digunakan uji Cronbach-

Alpha, dengan membandingkan nilai Cronbach Alpha dengan nilai konstansa

sebesar 0,6. Hasil uji reliabilitas terhadap kuisioner didapatkan nilai Cronbach-Alpha

0,891 untuk item pertanyaan tentang faktor-faktor penyebab stres kerja dan 0,848

untuk item pertanyaan tentang gejala stres kerja.

Analisis Data Analisis data terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat. Analisi univariat

dilakukan untuk menjelaskan gambaran distribusi dari tiap variabel independen yang

diteliti meliputi karakteristik responden, faktor intrinsik pekerjaan dan faktor ekstrinsik

pekerjaan. Untuk analisis bivariat digunakan uji chi-square, yaitu uji analisis

hubungan antara data katagorik dengan katagorik. Dengan besar alpha ditentukan

0,05 (5%) dan interval kepercayaan (CI) 95% diperoleh asumsi penilaian sebagai

berikut:

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

• Kriteria hipotesis nol (Ho) ditolak jika nilai p-value ≤ 0,05, maka dapat

diasumsikan terdapat perbedaan atau ada hubungan yang bermakna

antara dua variabel.

• Kriteria hipotesis nol (Ho) gagal ditolak jika nilai p-value > 0,05, maka

dapat diasumsikan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan yang

bermakna antara dua variabel.

4. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 35 responden (35,4%) mengalami

tingkat stres sedang dan 64 responden (64,6%) mengalami tingkat stres ringan.

Berdasarkan variabel yang diteliti dalam penelitian, faktor karakteristik responden

(jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, lama masa kerja) tidak

memiliki hubungan dengan tingkat stres kerja. Pada faktor intrinsik pekerjaan,

variabel beban kerja (p= 0,047, OR= 2,611), shift kerja (p= 0,032, OR= 2,942), dan

rutinitas kerja (p= 0,001, OR= 4,762) memiliki hubungan dengan tingkat stres kerja.

Sedangkan pada faktor ekstrinsik pekerjaan, variabel pengembangan karir (p=

0,000, OR= 9,474), hubungan interpersonal dengan rekan kerja (p= 0,003, OR=

4,583), dan hubungan interpersonal dengan pasien (p= 0,005, OR= 3,686) memiliki

hubungan dengan tingkat stres kerja. Berdasarkan nilai Odds Ratio, variabel

pengembangan karir memiliki nilai Odds Ratio terbesar, yaitu 9,474.

5. DISKUSI Beban Kerja

Hasil uji tabulasi silang antara beban kerja dan stres kerja didapatkan nilai p-

value didapatkan sebesar 0,047 (< 0,05) sehingga dapat diartikan terdapat hubungan

yang bermakna antara variabel beban kerja dengan tingkat stres kerja yang dialami

perawat pelaksana RS. Tugu Ibu. Nilai OR didapatkan sebesar 2,611, maka dapat

diartikan bahwa responden dengan persepsi beban kerja berat memiliki risiko 2,6 kali

untuk mengalami stres sedang dibandingkan dengan perawat dengan persepsi

beban kerja ringan.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Dwijayanty (2010) yang menemukan

adanya hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tingkat stres pada

perawat (p= 0,043). Serupa dengan penelitian yang dilakukan Aoki, Keiwkamka dan

Chompikul (2011) terhadap perawat rumah sakit di salah satu provinsi di Thailand

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

yang menyatakan 70% responden menganggap bahwa beban kerja di tempat

mereka berlebihan dan dapat menyebabkan stres tinggi (p= 0,009).

Pekerjaan perawat merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan banyak

aspek. Perawat bertugas langsung memberikan pelayanan keperawatan kepada

pasien, seperti pengukuran tanda-tanda vital, observasi pasien dan pemeriksaan

fisik. Perawat juga berkomunikasi dengan perawat lain dan dokter dalam memantau

perkembangan kondisi pasien serta melakukan tindakan penanganan secara cepat

kepada pasien dengan kondisi darurat. Selain itu, perawat juga bertanggung jawab

dalam kegiatan administrasi pasien meliputi pencatatan dan pelaporan asuhan

keperawatan. Tuntutan terhadap pekerjaan yang tinggi ditengah waktu yang terbatas

ini yang kemudian menjadi persepsi perawat terhadap beban kerja yang dilakukan

menjadi berat.

Shift Kerja

Hasil data tabulasi silang dengan menggunakan analisis chi-square

didapatkan nilai p-value didapatkan sebesar 0,032 (< 0,05) yang dapat diartikan

terdapat hubungan yang bermakna antara variabel shift kerja dengan tingkat stres

kerja yang dialami perawat pelaksana RS. Tugu Ibu. Responden dengan persepsi

shift kerja berat memiliki risiko hampir 3 kali untuk mengalami stres sedang

dibandingkan responden dengan persepsi shift kerja ringan.

Shift kerja telah menjadi salah satu hal yang penting dalam kegiatan yang

berlangsung selama 24 jam penuh. Beberapa studi menyatakan shift kerja, termasuk

shift malam didalamnya, menjadi faktor risiko yang serius untuk kesehatan pekerja

(Costa, 2003). Menurut Monk dan Tepas (1985) dalam Munandar (2008), pekerja

yang melakukan kerja shift lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan

pencernaan karena adanya gangguan ritme circadian dan jam kerja yang lebih

panjang. Cooper (1987) dalam Pramudya (2008) menyatakan shift kerja

berpengaruh terhadap motivasi kerja yang dapat menyebabkan penyakit yang

berkaitan dengan stres.

Pengaturan sistem shift kerja dibedakan menjadi beberapa macam,

tergantung dari kebijakan tiap organisasi. Pada RS.Tugu Ibu, terdapat 3 pembagian

shift kerja pada perawat yaitu shift 1 (07.00 – 14.00), shift 2 (14.00 – 21.00) dan shift

3 (21.00 – 07.00). Penyusunan jadwal shift didasarkan pada ketentuan jam kerja

dimana 1 hari kerja adalah 7 jam dan atau 40 jam selama 6 hari kerja, atau 1 hari

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

kerja adalah 8 jam dan atau 40 jam selama 5 hari kerja. Jika perawat bekerja selama

2 kali berturut pada shift malam atau shift 3, atau bekerja melebihi jumlah jam yang

ditentukan, perawat mendapatkan tambahan libur selama 1 hari kerja. Penyusunan

jadwal shift kerja perawat dilakukan secara dinamis dengan melihat proporsi jumlah

perawat dan kebutuhan keperawatan di lapangan yang berarti berat ringannya beban

kerja perawat pada masing-masing jadwal shift bergantung pada kondisi tersebut.

Hasil penelitian menemukan sebagian besar perawat pelaksana menganggap bahwa

shift kerjanya tidak memberatkan. Pengaturan jadwal kerja yang telah ditentukan

secara jelas dan fleksibel serta kecenderungan beban kerja yang lebih sedikit pada

saat jadwal kerja shift malam menjadi alasan perawat pelaksana tidak mengalami

masalah terhadap jadwal shift kerja yang dilakukan.

Rutinitas Kerja Rutinitas pekerjaan yang berulang-ulang dan monoton dapat menimbulkan

rasa kebosanan. Schultz & Schultz (1994) dalam Pramudya (2008) menyatakan

pekerjaan yang dilakukan berulang dan kurang menarik berkaitan dengan penurunan

produktivitas. Berdasarkan hasil kuisioner terhadap pernyataan terkait variabel

rutinitas kerja, didapatkan bahwa responden memiliki persepsi yang berimbang

dalam menilai rutinitas kerja mereka. Sebagian responden berpendapat rutinitas

kerja mereka monoton, berulang-ulang dan merasa jenuh dengan rutinitas pekerjaan

yang dilakukan sedangkan sebagian responden berpendapat sebaliknya.

Hasil analisis chi-square terhadap variabel rutinitas kerja dan stres kerja

didapatkan nilai p-value sebesar 0,001 (< 0,05) sehingga dapat diartikan terdapat

hubungan yang bermakna antara variabel rutinitas kerja dengan tingkat stres kerja

yang dialami perawat pelaksana RS. Tugu Ibu. Nilai OR didapatkan sebesar 4,762,

maka dapat diartikan responden dengan persepsi rutinitas kerja berat memiliki risiko

4,7 kali untuk mengalami stres sedang dibandingkan responden dengan persepsi

rutinitas kerja ringan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Morrhead & Griffin (1992) dalam Herawaty

(2006) yang menyatakan tugas yang menjadi rutinitas sehari-hari dapat memicu

timbulnya kejenuhan karena kondisi tersebut kurang memberi tantangan dan

membuat individu tidak mampu untuk mempertahankan kinerja kerja yang optimal

secara terus-menerus. Serupa dengan pernyataan Schultz & Schultz (2004) dalam

Pramudya (2008) dimana pekerja harus melakukan pekerjaan yang berulang dan

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

kurang menarik menyebabkan kelelahan, perasaan tidak gembira, berkurangnya

minat dan energi hingga penurunan produktivitas. Pengembangan Karir

Analisis chi-square terhadap kedua variabel didapatkan nilai p-value 0,000 (<

0,05) sehingga dapat diartikan hubungan antara variabel pengembangan karir

dengan tingkat stres kerja merupakan hubungan yang bermakna. Nilai Odds Ratio

didapatkan sebesar 9,474 yang berarti perawat dengan persepsi pengembangan

karir buruk memiliki risiko 9,5 kali untuk mengalami tingkat stres sedang

dibandingkan perawat dengan persepsi pengembangan karir baik.

Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Salim (2012)

terhadap komponen-komponen quality of work life yang berpengaruh terhadap

turnover intention perawat di RS. Tugu Ibu dimana faktor-faktor seperti kompensasi

yang seimbang dan kepuasan kerja merupakan komponen-komponen quality of work

life yang memiliki hubungan bermakna terhadap turnover intention perawat.

Didukung oleh penelitian Alzeira (2010) yang menyatakan komponen

pengembangan karir memiliki hubungan positif dengan motivasi kerja. Artinya,

semakin meningkat pengembangan karir maka semakin tinggi motivasi kerja dari

pekerja tersebut. Pengembangan karir dapat dilakukan diantaranya dengan

mengadakan pendidikan dan pelatihan, penentuan kriteria promosi dan penghasilan.

Dari item pernyataan kuisioner terhadap variabel pengembangan karir, sebagian

besar responden merasa belum puas dengan pengembangan karir yang terdapat di

RS. Tugu Ibu dari kriteria promosi kenaikan jenjang karir, pelatihan dan

keterampilan, serta penghasilan yang diperoleh. Berdasarkan informasi yang

didapatkan dari Kepala Bidang Keperawatan, pelaksanaan sistem pengembangan

karir pada perawat pelaksana belum dilakukan sesuai dengan sistem

pengembangan karir profesional perawat menurut Depkes RI. Hal ini karena pihak

manajemen perlu melakukan kajian lebih mendalam untuk menyusun perencanaan

sistem pengembangan karir bagi perawat pelaksana. Hal ini yang dapat menjadi

penyebab sebagian perawat pelaksana memiliki persepsi yang buruk terhadap

pengembangan karir.

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

Hubungan Interpersonal dengan Rekan Kerja Hasil analisis chi-square terhadap variabel hubungan interpersonal dengan

rekan kerja dengan tingkat stres kerja didapatkan nilai p-value sebesar 0,003 (<

0,05) sehingga dapat diartikan terdapat hubungan yang bemakna antara variabel

hubungan interpersonal dengan rekan kerja dengan tingkat stres kerja yang dialami

perawat pelaksana RS. Tugu Ibu. Perawat dengan hubungan interpersonal buruk

dengan rekan kerja memiliki risiko 4,5 kali untuk mengalami tingkat stres sedang

dibanding perawat dengan hubungan interpersonal baik.

Menurut Sauter et all (1992), terdapat tiga komponen hubungan yang

teridentifikasi, yaitu hubungan dengan atasan, hubungan dengan bawahan dan

hubungan dengan kolega/ rekan kerja. Hubungan yang harmonis antara sesama

pekerja menjadi sangat penting baik untuk kesehatan individu maupun organisasi

(Cooper, 1981 dalam Cox et all, 2000). Rendahnya dukungan interpersonal di tempat

kerja diasosiasikan dengan ketakutan, kelelahan emosional, tensi kerja, kurangnya

kepuasan kerja serta peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (Beehr & Newman,

1978; Davidson & Cooper, 1981; Pearse, 1977; Warr, 1992 dalam Cox et all, 2000).

Almasitoh (2011) menyatakan dukungan sosial dan konflik peran menjadi

faktor yang berhubungan dengan stres kerja. Semakin tinggi konflik peran dan

semakin rendah dukungan sosial menyebabkan semakin tinggi stres kerja yang

dialami perawat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan perawat

dengan persepsi hubungan interpersonal buruk dengan rekan kerjanya memiliki

risiko 4,5 kali untuk terkena stres sedang.

Hubungan Interpersonal dengan Pasien

Berdasarkan hasil pengolahan data secara tabulasi silang didapatkan nilai p-

value yang didapat dari hasil analisis chi-square terhadap kedua variabel sebesar

0,005 (< 0,05) sehingga dapat diartikan terdapat hubungan yang bemakna antara

variabel hubungan interpersonal dengan pasien dengan tingkat stres kerja yang

dialami perawat pelaksana RS. Tugu Ibu. Perawat dengan hubungan interpersonal

buruk dengan pasien memiliki risiko 3,6 kali untuk mengalami tingkat stres sedang

dibanding perawat dengan hubungan interpersonal baik dengan pasien.

Kondisi perawat ketika berhadapan dengan kematian dan kesakitan pasien,

serta kesiapan dalam berhadapan dengan tuntutan pasien dan keluarganya memiliki

hubungan yang signifikan dengan stres kerja pada perawat (Gray-Toft dan

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

Anderson, 1981). Pendapat serupa dikemukakan Dewe (1987) dalam Cox & Grrifiths

(1996) yang menyatakan stres pada perawat meningkat ketika harus dihadapkan

dengan pasien dengan kondisi kritis atau keadaan putus asa. Profesi perawat yang

berhubungan langsung dengan pasien menyebabkan perawat lebih mudah

mengalami kelelahan, termasuk kelelahan secara emosional (Ross, 1984 dalam

Dwijayanty, 2010). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, dimana

persepsi perawat pelaksana RS. Tugu Ibu terhadap hubungan interpersonal dengan

pasien memiliki hubungan yang signifikan (p= 0,005). Perawat kadang mengeluhkan

tuntutan dari pasien dan keluarga terkait pelayanan yang diberikan dan kurangnya

fasilitas yang terdapat di rumah sakit. Namun, perawat tetap bekerja dengan

profesional dan menyadari hal tersebut wajar terjadi karena sudah merupakan

konsekuensi dari pekerjaan yang mereka lakukan.

6. KESIMPULAN

• Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sebesar 35 responden (35,4%)

mengalami tingkat stres sedang dan 64 responden (64,6%) mengalami tingkat

stres ringan.

• Faktor karakteristik responden tidak memiliki hubungan yang signifikan

terhadap stres kerja pada perawat pelaksana RS. Tugu Ibu tahun 2013.

• Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan, faktor intrinsik pekerjaan yang

memiliki hubungan yang bermakna terhadap stres kerja pada perawat

pelaksana RS. Tugu Ibu tahun 2013 adalah beban kerja (p= 0,047, OR=

2,611), shift kerja (p= 0,032, OR= 2,942) dan rutinitas kerja (p= 0,001, OR=

4,762).

• Faktor ekstrinsik pekerjaan yang berpengaruh terhadap stres kerja pada

perawat pelaksana RS. Tugu Ibu tahun 2013 adalah pengembangan karir (p=

0,000, OR= 9,474), hubungan interpersonal dengan rekan kerja (p= 0,003,

OR= 4,583) dan hubungan interpersonal dengan pasien (p= 0,005, OR=

3,686). Sedangkan variabel peran dalam organisasi, hubungan interpersonal

dengan atasan kerja dan hubungan interpersonal dengan keluarga tidak

memiliki hubungan yang bermakna terhadap stres kerja pada perawat

pelaksana RS. Tugu Ibu tahun 2013.

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

7. SARAN

• Melakukan penilaian beban kerja perawat pelaksana secara objektif sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana.

• Penambahan tenaga perawat yang sesuai dengan kompetensi pada unit yang

membutuhkan dukungan tenaga tambahan.

• Melakukan evaluasi terhadap kinerja perawat pelaksana secara berkala.

• Mengadakan kegiatan konseling sebagai sarana bagi perawat dalam

menyampaikan permasalahan yang dihadapi.

• Memberikan pelatihan dan keterampilan kepada perawat pelaksana secara

berkala berdasarkan kebutuhan kompetensi perawat pelaksana untuk

menghadapi tugas dan tuntutan pekerjaan yang dilakukan.

• Menyusun sistem pengembangan karir terhadap perawat pelaksana yang

berfokus pada pengembangan karir secara profesional.

8. KEPUSTAKAAN Aoki, Masaki. Keiwkamka, Boonyong. Chompikul, Jirapom. (2011) Job Stres among

Nurses in Public Hospitals in Ratchaburi Province, Thailand. Journal of Public

Health and Development Vol. 9 No. 1 Januari-April 2011.

www.aihd.mahidol.ac.th

Alzeira, Eka Rineka. 2010. Hubungan Komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality

of Work Life) dengan Motivasi Kerja Pegawai RS. Tugu Ibu tahun 2010.

Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia.

Cox, Tom. Griffiths, Amanda. Gonzalez, Eusebio Rial. (2000). Research on Work –

Related Strees. Belgium: European Agency for Safety and Health at Work.

Cox, Tom. Griffiths, Amanda. Cox, Sue. (1996). Work-related Stress in Nursing:

Controling the risk to health. Geneva: International Labur Office.

Dwijayanty, Wenny. (2010). Stres Kerja pada Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat

Inap RS. Krakatau Media Tahun 2010. Skripsi. Program Sarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Gilles, Dee Ann. (1994). Nursing Management: A System Approach. Philadelphia:

Third Edition W. B. Saunders Company.

Munandar. (2008). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press.

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA …

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Kode Etik Perawat Indonesia.

http://www.inna-ppni.or.id/innappni/mntop-kode-etik.html [Diakses Senin, 18

Maret 2013]

Pramudya W, Felix. (2008). Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja (Studi

Kasus pada Perawat di RSKO Tahun 2008). Tesis. Program Magister

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Robbins, Stephen P. (2003). Organizational Behavior. New Jersey: Tenth Edition

Prenctice Hall International.

Salim, Hendrik. 2012. Analisis Hubungan Komponen Quality of Work Life dengan

Turnover Intention Perawat dan Bidan Pelaksana Rumah Sakit Tugu Ibu tahun

2012. Tesis. Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia.

Stranks, Jeremy. 2005. Stress at Work: Management and Prevention. Great Britain:

Elsevier Butterworth-Heinemann.

Suyatno. 2010. Menghitung Besar Sampel Penelitian Kesehatan Masyarakat.

Semarang. PDF File. suyatno.blog.undip.ac.id

Sveinsdottir, Herdis. Biering, Pall. Ramel, Alfons. 2006. Occupational Stress, Job

Satisfaction, and Working Environment among Icelandic Nurses: A Cross-

sectional Questionaire Survey. International Journal of Nursing Studies 43;

875-889.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Analisis faktor..., Bangun Setia Putra Setia, FKM-UI, 2013